lapres akustik & getaran [noise mapping]

35
LAPORAN RESMIPRAKTIKUM AKUSTIK– P2 NOISE MAPPING Disusun Oleh : DIONISIUS ANDY KRISTANTO NRP. 2412 100 106 Asisten : AMRON BASUKI NRP. 2412 100 057 PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

Upload: dionisius-kristanto

Post on 12-Jul-2015

633 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM AKUSTIK– P2

NOISE MAPPING

Disusun Oleh :DIONISIUS ANDY KRISTANTO NRP. 2412 100 106

Asisten :AMRON BASUKI NRP. 2412 100 057

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKAJURUSAN TEKNIK FISIKAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERSURABAYA2014

Page 2: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

LAPORAN RESMIPRAKTIKUM AKUSTIK– P2

NOISE MAPPING

Disusun Oleh :DIONISIUS ANDY KRISTANTO NRP. 2412 100 106

Asisten :AMRON BASUKI NRP. 2412 100 057

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKAJURUSAN TEKNIK FISIKAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERSURABAYA2014

i

Page 3: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

ABSTRAK

Semakin kompleksnya kehudupan manusia maka kebisingan juga semakin meningkat. Kebisingan yang semakin meningkat membuat sebuah lingkungan kurang nyaman untuk ditinggali. Pada laporan ini akan dibahas tentang noise mapping atau pemetaan kebisingan, dengan luas daerah 8x8 dan tingkat tekanan bunyi diukur tiap jarak 1 m dari sumber bunyi. Sehingga menghasilkan kesimpulan bahwa letak dan arah dari sebuah sumber bunyi sangat mempengaruhi tingkat kebisingan sebuah wilayah.

Kata Kunci: sumber bunyi, bising, pemetaan kebisingan

ii

Page 4: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

ABSTRACT

The increasing complexity of human kehudupan the noise also increased. Increasing noise create an environment less comfortable place to live. In this report will be discussed on noise mapping or mapping noise, with a broad area of 8x8 and sound pressure level measured every 1 m distance from the sound source. Thus lead to the conclusion that the location and direction of a sound source greatly affects the noise level of a region.

Keywords: source of sound, noise, noise mapping

iii

Page 5: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga Laporan Resmi Praktikum Akustik dan getaran ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:1. Bapak Ir. JerrySusatio, MT selaku dosen pengajar mata

kuliah Akustik dan getaran.2. Saudara asisten yang telah membimbing dalam

pelaksanaan praktikum Akustik dan getaran.3. Rekan-rekan yang telah membantu terlaksananya

kegiatan praktikum Akustik dan getaran.Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dalam

pembuatan laporan ini baik dari segi materi maupun penyajian. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surabaya, 7 Mei 2014

Penulis

iv

Page 6: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL........................................................iABSTRAK........................................................................iiABSTRACT.....................................................................iiiKATA PENGANTAR.....................................................ivDAFTAR ISI....................................................................vDAFTAR GAMBAR.......................................................viDAFTAR TABEL............................................................viiBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang.......................................................................11.2 Perumusan Masalah...............................................................11.3 Tujuan....................................................................................21.4 Sistematika Laporan..............................................................2BAB II DASAR TEORI2.1 Kebisingan (Noise)..................................................................42.2 Jenis-Jenis Kebisingan……………………………..….52.3 Pengaruh bising pada manusia……………………….62.4 Tingkat Kebisingan (Noise Level)………………….....72.5 Sound Level Meter (SLM)…………………………....82.6 Noise Mapping…………………………………………….8BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM3.1 Peralatan dan Bahan...............................................................103.2 Prosedur Percobaan................................................................10BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN4.1 Analisis Data..........................................................................144.2 Pembahasan............................................................................18BAB V PENUTUP5.1 Simpulan................................................................................225.2 Saran......................................................................................23DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

v

Page 7: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

Gambar 2.1 Sound Level Meter...................................................……8Gambar 2.2 Gambar 2.2 noise mapping dengan denah

berwarna……………………………………...…..9Gambar 3.1 Ragkaian Peralatan Percobaan………………….10Gambar 3.2 Ilustrasi Peletakan Sumber Bunyi……………....11Gambar 4.1 Hasil Plot noise mapping dalam bentuk 2D……17Gambar 4.1 Hasil Plot noise mapping dalam bentuk 3D……17Gambar 4.3 Anomali pada Hasil Plot noise mapping……….19

vi

Page 8: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Nilai pengukuran dari setiap titik….……………...10Tabel 4.1 TTB pada 80 Titik Pengambilan Data…………….14

vii

Page 9: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKebisingan meningkat seiring dengan semakin kompleks nya

kehidupan manusia. Kebisingan yang berlebihan dapat menimbulkan keluhan di kalangan masyarakat baik di lingkunga perumahan terutama di perkotaan. Berdasarkan penelitian yang ada, kebisingan disebabkan oleh adanya Tingkat Tekanan Bunyi (TTB). Seiring dengan perkembangannya maka hal tersebut dapat dijadikan sebuah penelitian yang dilakukan dengan beberapa metode. Sehingga dengan adanya hal tersebut, manusia meneliti tentang kebisingan suara pada lingkungan salah satunya adalah penelitian pemetaan kebisingan.

1.2 Perumusan MasalahSesuai dengan latar belakang diatas, maka rumusan masalah

pada praktikum akustik dan getaran tentang Noise Mapping kali ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana pola distribusi kebisingan suatu area berdasarkan Tingkat Tekanan Bunyi yang sama tetapi dengan frekuensi yang berbeda ?

b. Bagaimana menganalisis pola distribusi kebisingan pada suatu area ?

c. Bagaimana menentukan kelayakan suatu area berdasarkan tingkat kebisingannya ?

1

Page 10: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

2

1.3 TujuanBerdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari

praktikum akustik dan getaran tentang Noise Mapping kali ini adalah sebagai berikut.

a. Praktikan mampu mengetahui pola distribusi kebisingan suatu area berdasarkan Tingkat Tekanan Bunyi yang diukur.

b. Praktikan mampu menganalisis pola distribusi kebisingan pada suatu area.

c. Praktikan mampu menentukan kelayakan suatu area berdasarkan tingkat kebisingannya.

1.4 Sistematika LaporanLaporan resmi praktikum akustik dan getaran tentang Noise

Mapping, ini terdiri dari 5 bab, yaitu pertama bab 1, adalah pendahuluan, yang berisi latarbelakang, rumusan masalah, tujuan praktikum serta sistematika laporan. Bab 2 yaitu dasar teori yang berisi tentang teori dasar yang menunjang praktikum ini.Bab 3 yaitu metodologi dimana berisi tentang, alat alat yang dugunkan dalam praktikum serta langkah langkah dalam praktikum.Bab 4 yaitu analisa data dan pembahasan, dimana berisi tentang analisa data-data yang didapatkan dalam percobaan serta pembahasan terhadap analisa data tersebut.Bab 5 yaitu penutup berisi tantang kesimpulan dan saran.Sedangkan yang terakhir yaitu lampiran yang berisi tugas khusus yang diberikan.

Page 11: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

3

3

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 12: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

4

BAB IIDASAR TEORI

2.1 Kebisingan (Noise) Kebisingan biasa di definisikan sebagai bunyi yang tidak

di inginkan, suara yang mengganggu dan bunyi yang menjengkelkan. Menurut Mc-Graw Hill Dictionary of Scientific and Technical Terms (Parker, 1994), noise adalah “sound which is unwanted” (bunyi yang tidak dikehendaki). Sesungguhnya, gangguan yang ditimbulkan noise tidak harus berupa bunyi yang keras. Bagi mereka yang sedang sakit gigi dan sangat membutuhkan istirahat, bahkan bunyi tetesan air pun dapat menjadi gangguan. Noise senantiasa dihubungkan dengan ketidaknyamanan yang diakibatkan olehnya. Belum banyak orang yang menyadari bahwa munculnya noise juga dapat mengakibatkan penurunan kesehatan. Sebagai contoh, orang yang sulit beristirahat karena di sekitar rumahnya selalu ramai dengan bunyi yang tidak dikehendaki, lambat laun dapat menurun tingkat kesehatannya. Selanjutnya, masalah psikologi pun dapat muncul akibat dari istirahat yang kurang mencukupi, sepert i cepat lelah dan mudah marah (Nilson, 1991). Noise yang berasal dari bunyi yang keras bahkan dapat secara langsung menurunkan kemampuan organ pendengaran, meskipun hal itu secara bertahap.

Noise bersifat subjektif, sehingga batasan noise bagi orang yang satu bisa saja berbeda dengan batasan noise bagi orang yang lain.

4

Page 13: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

5

2.2 Jenis-Jenis KebisinganJenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan berdasarkan

spektrum frekuensi dan sifat sumber bunyi, bising dapat dibagi atas:

a. Bising terus menerus (continuous noise)

Bising terus menerus dihasilkan oleh mesin yang beroperasi tanpa henti, misalnya blower, pompa, kipas angin, gergaji sirkuler, dapur pijar, dan peralatan pemprosesan. Bising terus-menerus adalah bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Wide Spectrum

Adalah bising dengan spektrum frekuensi yang luas. bising ini relatif tetap dalam batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara mesin tenun.

2. Norrow Spectrum

Adalah bising ini juga relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya gergaji sirkuler, dan katup gas.

b. Bising terputus-putus (intermittent noise)

Adalah kebisingan saat tingkat kebisingan naik dan turun dengan cepat, seperti lalu lintas dan suara kapal terbang di lapangan udara. Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise, yaitu bising yang berlangsung secara tidak terus-

Page 14: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

6

menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, dan kereta api.

Page 15: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

7

c. Bising tiba-tiba (impulsive noise)

Merupakan kebisingan dengan kejadian yang singkat dan tiba-tiba. Efek awalnya menyebabkan gangguan yang lebih besar, seperti akibat ledakan, misalnya dari mesin pemancang, pukulan, tembakan bedil atau meriam, ledakan dan dari suara tembakan senjata api. Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan, suara ledakan mercon, dan meriam.

d. Bising berpola (tones in noise)

Merupakan bising yang disebabkan oleh ketidakseimbangan atau pengulangan yang ditransmisikan melalui permukaan ke udara. Pola gangguan misalnya disebabkan oleh putaran bagian mesin seperti motor, kipas, dan pompa. Pola dapat diidentifikasi secara subjektif dengan mendengarkan atau secara objektif dengan analisis frekuensi.

e. Bising impulsif berulang

Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi berulang-ulang, misalnya mesin tempa.

Page 16: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

8

2.3 Pengaruh bising pada manusiaBerdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat dibagi

atas:a. Bising yang mengganggu (Irritating noise)

Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak terlalu keras, misalnya mendengkur.

Page 17: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

9

b. Bising yang menutupi (Masking noise)

Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.

c. Bising yang merusak (Damaging/Injurious noise)

Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.

2.4 Tingkat Kebisingan (Noise Level)Tingkat kebisingan biasanya dinyatakan dalam decibel

(dB). Telinga manusia mempunyai sensitivitas yang logaritmik, oleh karena itu besaran yang dipakai merupakan logaritma dari rasio tekanan terhadap suatu tekanan acuan. Rasio yang dipakai tersebut biasanya kita kenal dengan nama Tingkat Tekanan Bunyi (Sound Pressure Level), dengan rumus sebagai berikut.

dB = 20 log (p/po)……………………(1)

Dimana :p = tekanan bunyi yang akan dinyatakan dalam dB

Page 18: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

10

po = tekanan bunyi acuan yang besarnya 2.10-5 Pa, yaitu besarnya tekanan bunyi terlemah berfrekuensi 1000Hz yang masih dapat didengar telinga manusia pada umumnya.

Page 19: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

11

2.5 Sound Level Meter (SLM)Sound Level Meter (SLM) merupakan sebuah alat yang

dapat digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan. SLM ini biasanya digunakan untuk mengukur seberapa besar suara bising mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Uji ini juga merupakan pengukuran terhadap tingkat kebisingan yang mungkin tercipta dari suatu ruangan kerja

Gambar 2.1 Sound Level Meter

Pada umumnya SLM & Noise dosimeter diarahkan ke sumber suara, setinggi telinga, agar dapat menangkap kebisingan yang tercipta. Untuk keperluan mengukur kebisingan di suatu ruangan kerja, pencatatan dilaksanakan satu shift kerja penuh dengan beberapa kali pencatatan dari SLM.

2.6 Noise MappingNoise mapping adalah pemetaan kebisingan yang

menggambarkan distribusi tingkat kebisingan pada suatu lingkup kerja (workplace). Cara membuat noise maaping ini adalah melakukan pengukuran intensitas suara atau tingkat

Page 20: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

12

kebisingan pada beberapa titik pengukuran sekitar sumber bising dimana ada pekerja yang terpapar bising dan titik-titik yang mempunyai tingkat kebisingan yang sama tersebut dihubungkan sehingga terbentuk suatu garis pada peta menunjukan tempat yang memiliki intensitas suara yang sama.

Dalam bidang industri biasanya noise mapping bertujuan untuk dijadikan pedoman alam mengabil langkah-langkah SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja) berdasarkan peta yang dibuat,serta untuk mengetahui dimana lokasi yang tepat untuk pemakaian APP (ear muff atau ear plug) berdasarkan sound intensity. Dan banyak lagi fungsi dibuatnya noise mapping ini.

Gambar 2.2 noise mapping dengan denah berwarna

Page 21: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Peralatan dan BahanPeralatan yang digunakan dalam melaksanakan percobaan

ini adalah sebagai berikut.a. Sound Level Meter (alat ukur tingkat tekanan bunyi) b. Meteran c. Speaker aktif d. Sumber bunyi (berupa file untuk dimainkan di laptop/PC)

e. Earmuffs

3.2 Prosedur PercobaanProsedur yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai

berikut.a. Diurlah panjang dan lebar tempat dengan ukuran 8 x 8

meter.b. Dirangkailah peralatan seperti pada gambar di bawah.

Gambar 3.1 Ragkaian Peralatan Percobaan

c. Dibuka softwere real time analyser (RTA) dan dimainkan bunyi dengan frewkensi 8000 hz secara terus menerus.

89

10

Page 22: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

d. Diletakkan sumber bunyi di tengah-tengah area pengukuran seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.2 Ilustrasi Peletakan Sumber Bunyi

e. Diukur Tingkat Tekanan Bunyi pada tiap titik (sabin) dari sumber bunyi (speaker aktif) sebanyak 3 kali pengukuran dengan menggunakan Sound Level Meter (SLM).

f. Diulangi langkah 3 sebanyak tiga kali untuk tiap titik pengukuran dalam selang waktu 5 detik tiap titik.

g. Dicatat hasil pengukuran pada tabel di bawah.

Tabel 3.1 Nilai pengukuran dari setiap titik

h. Dimasukkan nilai rata-rata dari tabel di atas ke dalam denah titik ukur.

12

11

Page 23: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

11

i. Dibuatlah Noise Mapping dengan software Surfer.

Page 24: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

13

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 25: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

31

BAB IVANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa DataPada praktikum akustik dan getaran tentang Noise

Mapping ini didapatkan data tentang Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) yang dikur setiap 1 meter dari pusat tempat sumber bunyi dietakkan. Sehingga dengan luas area 8x8 meter didapatan 80 titik pengambilan data TTB, dimana pada setiap titik dilakukan pengambilan data sebanyak tiga kali. Pada tabel 4.1 berikut adalah data-data yang diperoleh dari percobaan ini.

Tabel 4.1 TTB pada 80 Titik Pengambilan DataTitik ke-

NilaiPengukuranke- (dB) Rata – rata (dB)1 2 3

1 96,3 92,8 94,1 94,402 88,8 88,6 87,7 88,373 82,3 82 81 81,774 77,5 84 83,8 81,775 87,6 90,8 87,1 88,506 84 81,2 77,1 80,777 82,1 84,1 82,7 82,978 75,6 80,2 81,1 78,979 89,7 89,9 87,9 89,1710 87,7 86,9 85,8 86,8011 86,6 88,4 86,4 87,1312 83,9 85 85,6 84,8313 84,4 84,2 84,9 84,5014 85,4 85,3 85,1 85,2715 87,6 87,3 85,4 86,7716 89,1 89,4 90,2 89,5717 93,1 92,4 93,7 93,0718 90,5 91,9 90,8 91,07

Page 26: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

19 88,2 87,6 87,9 87,9020 84,6 83,4 83,7 83,9021 94,9 92,9 91,5 93,1022 97,6 97,3 98,3 97,7323 94,8 101,3 101,1 99,0724 102,1 104,9 104,6 103,8725 103 105 104,9 104,3026 101,9 101,4 101,2 101,5027 99,2 100,6 101,2 100,3328 98,2 99,7 99,8 99,2329 91,2 94,4 94,7 93,4330 95,6 94,7 93,8 94,7031 97,2 95,5 96,3 96,3332 98,3 98,9 100,9 99,3733 96,8 97,2 97,5 97,1734 92,1 92,5 93,4 92,6735 85,4 89,9 90,5 88,6036 94,4 94,7 93,9 94,3337 94,7 93,3 94,7 94,2338 94,1 92,9 93,6 93,5339 89,8 92,7 92,5 91,6740 82 86,4 88,9 85,7741 92,6 92,6 91 92,0742 90,9 90,7 90 90,5343 86,6 87,2 85,3 86,3744 85,1 84,9 85,2 85,0745 90 91,3 88,6 89,9746 89,4 87,2 88 88,2047 81,4 82,3 84,8 82,8348 85,7 83 84,2 84,3049 86,7 85,7 88,8 87,0750 91,9 91,6 92,7 92,0751 96 94,4 95,1 95,1752 89,4 89,7 89,8 89,63

1214

15

Page 27: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

33

53 89,1 90,1 91,3 90,1754 85,7 83,9 87,3 85,6355 88,9 90,2 87,6 88,9056 87,5 88,4 91,8 89,2357 88,4 88,9 87,9 88,4058 87,5 89,2 88,7 88,4759 89,1 88,7 89,5 89,1060 84,8 85,1 84,6 84,8361 89,9 90,1 90,3 90,1062 90,6 90,4 91,4 90,8063 87,4 87,8 88,3 87,8364 80 82,6 84 82,2065 89,9 89,8 89,5 89,7366 85,2 84,6 86,1 85,3067 79,7 80,8 79 79,8368 84,4 85,2 83,2 84,2769 86,3 88,2 88,5 87,6770 84,5 85 83,4 84,3071 77 77,7 77,5 77,4072 77,2 78,8 77,1 77,7073 85,8 91,9 91,4 89,7074 82 82,5 82,9 82,4775 83 80,7 82,8 82,1776 80,7 81,5 82,3 81,5077 78,5 77,6 78 78,0378 81,1 82,8 82,7 82,2079 89,1 89,6 90 89,5780 93,6 93,7 94 93,77

Data-data TTB yang diperoleh tersebut kemudian di olah ke dalam softwere surfer untuk kemudian di plot hingga membentuh semacam kontur dengan warna berbeda untuk tiap TTB, dalam kasus ini TTB sebagai representasi noise level itu sendiri, karena sumber bunyi yang dipakai dalam praktikum ini di anggap sebagai sumber

16

17

Page 28: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

noise. sehingga kita bisa megetahui daerah mana yang memiliki tingkat kebisingan tinggi dan tingkat kebisingan rendah. Pada gambar berikut diperlihatkan hasil plot dengan menggunakan program surfer dalam bentuk denah kontur 2 dimensi dan 3 dimensi.

Gambar 4.1 Hasil Plot noise mapping dalam bentuk 2D

Gambar 4.1 Hasil Plot noise mapping dalam bentuk 3D

4.2 Pembahasan Praktikum akustik dan getaran kali ini adalah tentang noise

mapping. Yang bertujuan untuk mengetahui pola distribusi kebisingan suatu area berdasarkan Tingkat Tekanan Bunyi yang diukur. Dengan meletakkan sumberbunyi berupa dua buah speaker aktif yang mengeluarkan bunyi dengan frekwensi yang sudah ditentukan, dan letak sumber bunyi tersebut saling membelakangi. Diletakkan pada tengah tengah daerah dengan luas 8x8 meter dan dilakukan pengukuran TTB setiap beda 1 meter dari titik pusat sumber, sehingga diperoleh 80 data dari 80 titiik pengukura. Pengukuran dilakukan setiap beda 1 meter dari titik pengukuran dilakukan, dengan alasan berbedaan TTB dari suatu titik terhadap titik berikutnya baru dapat dirasakan minimal dengan jarak kedua titik tersebut sebesar 1 meter.

18

Page 29: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

35

Setelah didapatkan data dari 80 titik pengukuran dimana pada tiap titik pengukuran dilakukan pengambilan data sebanyak 3 kali yang bertujuan sebagai reduksi error untuk menambah akurasi dan presisi sebuah pengukuran, lalu ketiga data tersebut dirata-rata sehingga diperoleh 80 data yang kemudian di olah menggunakan program surfer untuk mendapatkan pola noise mapping nya berupa denah kontur berwarna.

Pada gambar 4.1 ditunjukkan hasil plot 2D. dimana daerah yang terang adalah daerah dengan TTB tinggi sedangkan tang lebih gelap sampai paling gelap adalah daerah dengan TTB rendah. Pada gambar 4.1 terlihat bahwa daerah pada sekitar sumber bunyi memiliki TTB yang tinggi dan berbentuk garis lurus larena memang letak sumber bunyi yang saling membelakangi sehingga daerah dengan arah lurus dari sumber bunyi saja yang memiliki TTB tinggi, sedangkan daerah kiri dan kanan yang lebih dekat dengan sumber bunyi memiliki TTB yang lebih rendah dikarenakan tidak sumber bunyi tidak mengarah pada daerah tersebut. Karena TTB sebagai fungsi jarak, sehingga semakin jauh daerah dari sumber bunyi maka semakin kecil TTB dari daerah tersebut.

Tetapi ada sedikit keanehan pada hasil plot noise mapping ini dimana suatu daerah yang relative dekat degan sumber bunyi memiliki TTB yang lebih rendah dari daerah yang lebih jauh, yang ditunjukkan pada gambar 4.3 berikut

19

Page 30: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

Gambar 4.3 Anomali pada Hasil Plot noise mapping

Menurut praktikanhal tersebut terjadi karena error pada saat pengambilan data, error yang dimaksud yaitu dikarenakan tinggi dari sound level meter terhadap sumber bunyi yang dikur tidak sama untuk setiap titik pengukuran sehingga terjadi penyimpangan tersebut. Seharusnya pada pengukuran TTB pada tiap-tiap titik letak SLM haruslah sama, atau menggunakan instrument bantu, yaitu sebuah trimpot. Sehingga tidak terjadi penyimpangan seperti ini dan data sehingga plot noise mapping lebih akurat.

Dari data plot nose mapping tersebut kita dapat mengetahui daerah dengan TTB tinggi yang dalam kasus ini sebagai representasi daerah dengan noise tinggi dan daerah dengan TTB rendah. Yang dalam penerapan nya nanti dalam bidang industri, perancanaan pembangunan kota dan bidang lain nya, data noise mapping dari kontur berwarna yang telah du plot ini, dapat menjadi acuan dari seorang insinyur untuk menentukan dareh mana yang cocok untuk dibagun sebuah perumahan, sekolah, daerah mana yang perlu diberi noise barrier dan daerah mana yang perlu diberi peringatan berbahaya karena memeliki TTB yang diatas ambang.

20

Page 31: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

37

21

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 32: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

BAB VPENUTUP

5.1 SimpulanDari praktikum akustik dan getaran tentang noise mapping

yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal antara lain.a. Dalam pengukuran intensitas suara atau tingkat

kebisingan dapat dilakukan dengan menggunakan sound level meter (SLM). Namun perlu diperhatikan faktor – faktor yang dapat mempengaruhi dalam pengambilan data diantaranya penggunaan SLM, background noise yang dapat mengganggu, serta jarak yang digunakan dalam pengukuran.

b. Cara pembuatan noise mapping dari tingkat kebisingan yang di peroleh dari pengukuran menggunakan SLM dapat dilakukan dengan menggunakan software suffer, sehingga akan diketahui persebaran titik – titik yang mempunyai TTB tinggi dan rendah

c. Manfaat dari pembuatan noise mapping ini adalah untuk pemetaan tingkat kebisingan pada suatu tempat. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengetahui kondisi dari suatu tempat sehingga akan membantu dalam pembangunan bangunan yang ideal.

5.1 SaranAdapun saran yang dapat diberikan pada praktikum Noise

mapping. a. Sebaiknya digunakan tripod untuk tempat sound

level meternya agar tinggi SLM pada saat

22

Page 33: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

39

pengukuran sama sehingga data yang didapatkan lebih valid.

b. Sebaiknya suara – suara yang tidak termasuk dalam pengukuran sebisa mungkin diminimalisir agar data yang diperoleh benar-benar valid hanya berasal dari tingkat kebisingan dari sumber noise

22

Page 34: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonim. Modul Percobaan P-2 Noise Mapping Surabaya. LaboratoriumAkustik JTF-FTI-ITS

[2] Den Hartog, J.P. 1947. Mechanical Vibrations Third Edition. USA : McGrawHill Book Company, Inc.

Page 35: lapres Akustik & Getaran [noise mapping]

41