lapres akustik & getaran [geteran teredam]
TRANSCRIPT
LAPORAN RESMIPRAKTIKUM AKUSTIK– P4
GETARAN TEREDAM
Disusun Oleh :
DIONISIUS ANDY KRISTANTO NRP. 2412 100 106
Asisten : IBRAHIM MASUD ABDURRAHMAN NRP. 2410 100 124
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA
JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2014
i
LAPORAN RESMIPRAKTIKUM AKUSTIK– P4
GETARAN TEREDAM
Disusun Oleh :
DIONISIUS ANDY KRISTANTO NRP. 2412 100 106
Asisten : IBRAHIM MASUD ABDURRAHMAN NRP. 2410 100 124
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA
JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2014
ii
ABSTRAK
Getaran teredam sangat banyak diterapkan pada
kehidupan sehari hari, misalnya pada suspense pada berbagai
kendaraan yang memanfaatkan redaman pada getaran. Getaran
teredam sendiri dibedakan menjadi getaran kurang teredam
(underdamped), getaran teredam kritis (critical damped), dan
getaran teredam berlebih (Over damped). Pada laporan ini
adakn lakukan perhitugan rasio redaman pada sistempegas
dengan redaman yang berbeda, untuk dapat mengetahui jenis
getaran teredam yang terjadi pada system tersebut.
Kata Kunci: Getaran, Getaran Teredam, Rasio Redaman
iii
ABSTRACT
Vibration damped very widely applied in daily life, for
example in suspense on a variety of vehicles that utilize the
vibration damping. Damped vibration itself can be divided
into less vibration damped (underdamped), critically damped
vibration (critical damped), and excessive vibration damped
(Over damped). In this report adakn do a calculated damping
ratio on sistempegas with different damping, to be able to
know the kind of muffled vibrations that occur in the system.
Keywords: Vibrations, Damped Vibration, Damping Ratio
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga Laporan Resmi Praktikum Akustik dan getaran ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. JerrySusatio, MT selaku dosen pengajar mata
kuliah Akustik dan getaran. 2. Saudara asisten yang telah membimbing dalam
pelaksanaan praktikum Akustik dan getaran. 3. Rekan-rekan yang telah membantu terlaksananya
kegiatan praktikum Akustik dan getaran. Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dalam
pembuatan laporan ini baik dari segi materi maupun penyajian. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surabaya, 30 April 2014
v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................i
ABSTRAK ..................................................................ii
ABSTRACT ................................................................iii
KATA PENGANTAR .................................................iv
DAFTAR ISI ...............................................................v
DAFTAR GAMBAR ...................................................vi
DAFTAR TABEL .......................................................vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................1 1.2 Perumusan Masalah .................................................1 1.3 Tujuan.....................................................................2 1.4 Sistematika Laporan ................................................2
BAB II DASAR TEORI 2.1 Getaran Harmonik ....................................................3 2.2 Jenis Getaran Teredam .............................................4
2.2.1 Getaran Kurang Teredam (under-damped)..........5 2.2.2 Getaran Teredam Kritis(Critically-damped)…6 2.2.3 Getaran Teradam Lebih (Over-damped)………..7
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Peralatan dan Bahan .................................................8 3.2 Prosedur Percobaan .................................................8
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data ...........................................................10 4.2 Pembahasan ............................................................15
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ..................................................................18 5.2 Saran.......................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar Amplitudo ke-n pada getaran yang teredam.........................................................................5 Gambar 2.2 Respon osilasi Getaran Kurang Teredam (under-damped)…………………………………………..5 Gambar 2.3 Respon osilasi Getaran Teredam Kritis (Critically-damped) ........................................................6 Gambar 2.4 Respon osilasi Getaran Teredam Lebih (Over-damped)…………………………………………...7 Gambar 4.1 Grafik Getaran dengan redaman udara……13 Gambar 4.2 Grafik Getaran dengan redaman oli………14 Gambar 4.3 Grafik Getaran dengan redaman minyak…14
vii
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Amplitudo pertama dan kedua dengan redaman udara ............................................................................10 Tabel 4.2 Amplitudo pertama dan kedua dengan redaman oli .................................................................................10 Tabel 4.3 Amplitudo pertama dan kedua dengan redaman minyak ..........................................................................10 Tabel 4.4 Peluruhan logaritmik dengan redaman udara…11 Tabel 4.5 Peluruhan logaritmik dengan redaman oli…….11 Tabel 4.6 Peluruhan logaritmik dengan redaman minyak.11 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Rasio Redaman………….11 Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Koefisien Pegas…………12 Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Frekwensi Natural………12 Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Frekwensi Natural….....12 Tabel 4.11 Data-data hasil Perhitungan……………….13
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Banyak hal berkaitan dengan getaran yang mudah
ditemui di kehidupan sehari-hari. Getaran merupakan gerak bolak-balik yang melewati titik seimbang. Adanya gangguan dari luar menyebabkan terjadinya perubahan posisi dari titik setimbangnya. Sehingga untuk mengembalikan ke bentuk setimbang lagi diperlukan peredam getaran. Contoh benda yang mengalami getaran adalah pegas pada kendaraan atau disebut shock breaker. Dalam suatu pegas tersebut selalu memiliki konstanta pegas dimana hasil perbandingan massa benda yang mempengaruhi panjang pegas. Selain kostanta, pegas juga ration redaman yang dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pegas kembali ketitik setimbang.
1.2 Perumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang diatas, maka rumusan
masalah pada praktikum akustik dan getaran tentang getaran teredam kali ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana menentukan Konstanta pegas dan rasio redaman pada suatu sistem pegas ?
b. Bagaimana membandingkan rasio redaman dari jenis damper yang digunakan ?
c. Bagaimana menentukan jenis peredaman dalam sistem
pegas?
2
1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari
praktikum akustik dan getaran tentang getaran teredam kali ini adalah sebagai berikut. a. Menentukan Konstanta pegas dan rasio redaman pada
suatu sistem pegas. b. Membandingkan rasio redaman dari jenis damper
yang digunakan. c. Menentukan jenis peredaman dalam sistem pegas.
1.4 Sistematika Laporan
Laporan resmi praktikum akustik dan getaran tentang
getaran teredam, ini terdiri dari 5 bab, yaitu pertama bab 1,
adalah pendahuluan, yang berisi latarbelakang, rumusan
masalah, tujuan praktikum serta sistematika laporan. Bab
2 yaitu dasar teori yang berisi tentang teori dasar yang
menunjang praktikum ini.Bab 3 yaitu metodologi dimana
berisi tentang, alat alat yang dugunkan dalam praktikum
serta langkah langkah dalam praktikum.Bab 4 yaitu
analisa data dan pembahasan, dimana berisi tentang
analisa data-data yang didapatkan dalam percobaan serta
pembahasan terhadap analisa data tersebut.Bab 5 yaitu
penutup berisi tantang kesimpulan dan saran.Sedangkan
yang terakhir yaitu lampiran yang berisi tugas khusus yang
diberikan.
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Getaran Harmonik Setiap gerak yang terjadi secara berulang dalam
selang waktu yang sama disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur maka disebut juga sebagai gerak harmonik. Apabila suatu partikel melakukan gerak periodik pada lintasan yang sama maka geraknya disebut gerak osilasi/getaran. Bentuk yang sederhana dari gerak periodik adalah benda yang berosilasi pada ujung pegas. Karenanya kita menyebutnya gerak harmonis sederhana.
Dalam gerak harmonik terdapat beberapa besaran fisika yang dimiliki benda diantaranya yaitu, simpangan, amplitudo, frekuensi, perioda
Gerak bolak-balik dikarenakan adanya gaya pemulih dari suatu benda yang arahnya menuju titik setimbang yang besarnya sebanding dengan simpangan. Gaya pemulih arahnya selalu berlawanan dengan arah simpangan, maka dituliskan dalam persamaan sebagai berikut :
F=-k∆x…………...1
Dimana : K = konstanta gaya (N/m) Δx = simpangan (m) F = gaya pemulih (N)
Pada kondisi nyata, gaya pemulih semakin lama semakin melemah karena adanya gaya gesek yang juga mendisipasikan energi. Gaya gesek akan mengakibatkan amplitudo setiap osilasi secara pelan menurun terhadap waktu. Sehinggga osilasi akan berhenti sama sekali. Getaran semacam ini disebut sebagai getaran selaras teredam.
4
2.2 Jenis Getaran Teredam Getaran yang terdapat gaya penghambat yang pada
akhirnya getaran itu akan berhenti. Gaya penghambat itu dikenal dengan gaya redam. Gaya redam merupukan fungsi linier dari kecepatan, Fd = -c dx/dt. Jika suatu partikel bermassa m bergerak di bawah pengaruh gaya pulih linier dan gaya hambat, maka persamaannya menjadi:
mẍ + cẋ + kx = 0........................................ (2) Persamaan umum sistem dinamik orde 2:
……………….………(3)
jika persamaan (2) dibandingkan dengan persamaan (3),
maka didapatkan 2ξω0=c/m, dan ω0=√𝑘/𝑚 sebagai
frekwensi natural.Nilai rasio redaman dapat dicari dengan menggunakan rumus:
ξ =√𝛿2
4𝜋2+𝛿2…………………..……(4)
Dimana δ merupakan peluruhan logaritmik yang direpresentasikan dengan persamaan di bawah ini :
𝛿=1
𝑛ln(
𝐴𝑛
𝐴𝑛+1) ………………….....(5)
n : bilangan bulat untuk menyatakan urutan amplitudo
satu gelombang (1,2,3...) A : Amplitudo (m)
5
Gambar 2.1 Gambar Amplitudo ke-n pada getaran
yang teredam Getaran teredam memiliki beberapa jenis, yaitu getaran kurang teredam (underdamped),getaran redaman kritis (criticallydamped), dan getaran terlampau redam (overdamped).
2.2.1 Getaran Kurang Teredam (under-damped)
Gambar 2.2 Respon osilasi Getaran Kurang Teredam (under-damped)
Untuk getaran kurang redam didefinisikan sebagai getaran yang memiliki loss kecil dengan respon osilasi dengan peluruhan logaritmik. Jika 0≤ ξ <1 dan frekuensi etaran teredam dituliskan dengan persamaan.
6
𝜔𝑑 = 𝜔0√1−ξ2…………………………..(6)
Sebenarnya tidaklah mungkin menentukan frekuensi dengan adanya redaman, sebab gerak itu tidak periodik lagi. Jika redaman kecil, maka frekuensi tersebut akan mendekati frekuensi asli artinya gerak partikel tersebut bergetar harmonik.
2.2.2 Getaran Teredam Kritis(Critically-damped)
Gambar 2.3 Respon osilasi Getaran Teredam Kritis (Critically-damped)
Untuk suatu getaran redam kritis akan mendekati kesetimbangan dengan suatu kadar laju yang lebih cepat daripada gerak terlampau redam maupun gerak kurang redam. Getaran redaman kritis akan terjadi jika rasio redamannya sama dengan satu. Sifat ini penting guna mendesain suatu sistem ayunan praktis, misalnya galvanometer analog.
7
2.2.3 Getaran Teradam Lebih (Over-damped) Pada gerak terlampau redam tidak menggambarkan getaran periodik (gerakan bolak-balik), simpangan getaran akan berkurang atau sama sekali tidak bergerak tetap berada posisi kesetimbangan atau bisa dikatakan overshoot yang terjadi sangat kecil. Ini terjadi jika nilai rasio redaman lebih dari 1 (ξ >1)
Gambar 2.4 Respon osilasi Getaran Teredam
Lebih (Over-damped)
8
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam melaksanakan percobaan ini adalah sebagai berikut. 1. Statif satu buah 2. Pegas satu buah 3. Cairan minyak 4. Cairan oli 5. Penggaris 6. Kertas 7. Sepidol 8. Osiloskop 9. Beban 1kg
3.2 Prosedur Percobaan Prosedur yang dilakukan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Pegas dipasang pada statif 2. Massa digantungkan di ujung pegas 3. Dihitung panjang pegas yang terbentuk. 4. Pegas ditarik 5cm kemudian dilepaskan. 5. Amplitudo pertama dan kedua pada coretan dicatat 6. Diulangi langkah yang sama sampai tiga kali. 7. Disambungkan pegas dengan osiloskop kemudia
ditarik pegas dan dilepaskan. 8. Pada waktu yang sma disimpan data osilasi pada
osiloskop. 9. Ditambahkan cairan oli dibawah beban pegas. 10. Pegas ditarik 5cm kemudian dilepaskan. 11. Amplitude pertama dan kedua pada coretan dicatat 12. Diulangngi langkah yang sama sampai tiga kali. 13. Disambungkan pegas dengan osiloskop kemudia
ditarik pegas dan dilepaskan.
9
14. Pada waktu yang sama disimpan data osilasi pada osiloskop.
15. Ditambahkan cairan minyak dibawah beban pegas 16. Pegas ditarik 5cm kemudian dilepaskan. 17. Amplitude pertama dan kedua pada coretan dicatat 18. Diulangngi langkah yang sama sampai tiga kali. 19. Disambungkan pegas dengan osiloskop kemudia
ditarik pegas dan dilepaskan. 20. Pada waktu yang sma disimpan data osilasi pada
osiloskop.
10
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data Pada praktikum akustik dan getaran tentang getaran
teredam kali ini didapatkan beberapa data amplitudo pertama dan kedua dari geratan yang teredam dengan medium redaman yang berlainan antara antara lain udara, oli dan minyak. Berikut adalah data data hasil percobaan.
Tabel 4.1 Amplitudo pertama dan kedua dengan redaman
udara Pengambilan data ke- Amplitudo 1 (Cm) Amplitudo 2 (cm)
1 4 3.5
2 4.5 4.2
3 4 3.6
Tabel 4.2 Amplitudo pertama dan kedua dengan redaman
Oli Pengambilan data ke- Amplitudo 1 (Cm) Amplitudo 2 (cm)
1 4.2 3.4
2 4.5 3.6
3 4.5 3.5
Tabel 4.3 Amplitudo pertama dan kedua dengan redaman
Minyak Pengambilan data ke- Amplitudo 1 (Cm) Amplitudo 2 (cm)
1 3.3 2
2 3.5 2.6
3 3.4 2.9
Dari data-data amplitudo pertama dan kedua seperti yang titunjukkan dalam tabel diatas maka dihitung peluruhan logaritmik dengan menggunakan persamaan 5. Sehingga diperoleh data peluruhan logaritmik seperti pada tabel tabel berikut.
13
Tabel 4.4 Peluruhan logaritmik dengan redaman udara Pengambilan data ke- Peluruhan Logaritmik (δ)
1 0.133531
2 0.068993
3 0.105361
(δ) Rata-rata 0.102628
Tabel 4.5 Peluruhan logaritmik dengan redaman oli
Pengambilan data ke- Peluruhan Logaritmik (δ)
1 0.211309 2 0.223144
3 0.251314 (δ) Rata-rata 0.228589
Tabel 4.6 Peluruhan logaritmik dengan redaman minyak
Pengambilan data ke- Peluruhan Logaritmik (δ)
1 0.500775
2 0.297252
3 0.159065 (δ) Rata-rata 0.319031
Setelah didapatkan data peluruhan logaritmik, kemudian dicari rasio redaman menggunakan persamaan 4, hasil dari perhitungan rasio redaman adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Rasio Redaman
Jenis Redaman Rasio Redaman
Udara 0.036375 Oli 0.050736
MInyak 0.01634
Kemudian dihitung koefisien pegas dengan persamaan 1, dengan F dicari dengan persamaan newton pertama F=m.g, m adalah massa pegas sebesar 1 kg, dan g adalah percepatan grafitasi bumi sebesar 9.8 m/s sehingga
11
12
diperoleh F sebesar 9.8 N. berikut adalah data koefisien pegas.
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Koefisien Pegas
Jenis Redaman Koefisien Pegas (N/m) Udara 2.481013
Oli 3.322034 MInyak 2.470588
Kemudian Dihitung Frekwensi Natural dengan persamaan
ω0=√𝑘/𝑚, hingga diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Frekwensi Natural
Jenis Redaman Frekwensi Natural (rad/s)
Udara 1.575123 Oli 1.822645
MInyak 1.57181
Selanjutnya adalah perhitungan konstanta redaman (C), yag dihitung menggunkan rumus 2ξω0=c/m, data hasil perhitungan nya adalah sebagai berikut,
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Frekwensi Natural
Jenis Redaman Konstanta Redaman {c} Kg/s
Udara 0.11459 Oli 0.184947
MInyak 0.051367
13
Tabel 4.11 Data-data hasil Perhitungan
No Sistem k (Nm-1) ω0 (rad/s) (δ) ξ C Kg/s
1 Pegas+
damper
Udara 2.4810 1.5751
0.1026
0.0363 0.114
2 Pegas+
damper
Oli 3.3220 1.8226
0.2285
0.0507 0.1849
3 Pegas+
damper
minyak 2.4705 1.571
0.3190
0.016 0.0513
Pada praktikum selaindiambil data amplitude pertama dan kedua jua diambil data bentuk getaran yang terjadi dengan menggunakan osiloskop. Berikut adalah grafik getaran yang terbentuk.
Gambar 4.1 Grafik Getaran dengan redaman udara
-10
-5
0
5
10
15
20
1
30
9
61
7
92
5
12
33
15
41
18
49
21
57
24
65
27
73
30
81
33
89
36
97
Series1
12
Gambar 4.2 Grafik Getaran dengan redaman minyak
Gambar 4.3 Grafik Getaran dengan redaman oli
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
1
28
7
57
3
85
9
11
45
14
31
17
17
20
03
22
89
25
75
28
61
31
47
34
33
37
19
Series1
-15
-10
-5
0
5
10
15
1
28
7
57
3
85
9
11
45
14
31
17
17
20
03
22
89
25
75
28
61
31
47
34
33
37
19
Series1
14
13
4.2 Pembahasan Dari data-data yang dipeloreh setelah dilakukan perhitungan rasio redaman (ξ), maka di peroleh nilairasio redaman dari ketiga system pegas dengan rasio redaman yang berbeda-beda yaitu udara, minyak dan oli masing-masing sebesar, 0.036, 0.05 dan 0.016. dari nilai reasi redaman tersebut maka ketiga system pegas tersebut dapat digolongkan sebagai jenis getaran underdamped, karena memiliki nilai rasio redaman yang kurang dari 1 (ξ<1). Selain dari data perhitungan rasio redaman, jenis getaran dari ketiga system pegas tersebut dapat dilihat dari bentuk plot grafik yang dihasilkan oleh osiloskop, yaitu pada gambar, 4.1, 4.2 dan 4.3. dari plot grafik tersebut jika dicermati merupakan bentuk grafik dari jenis getaran underdamped. Sehingga pada percobaan ini antara perhitungan dan grafik yang di plot mendapatkan kesimpulan yang sama. Nilai viskositas dari masing masing fluida yang digunakan sebagai redaman dalam system pegas ini pada kondisi suhu 20 derajat celcius antara lain ialah, udara memiliki viskositas sebesar 0,018 x 10-3 Pa.s, minyak sebesar 1,5 Pa.s, dan oli sebesar 3 x 10-2 Pa.s, jika diurutkan jenis fluida yag memiliki nilai viskositas paling besar adalah yang pertama minya, oli, kemudian udara adalah yang terkecil. Data viskositas tersebut dibandingkan degan data hasil perhitungan nilai redaman (c), dari ketiga system pegas dengan redaman yang berbeda-beda tersebut. yaitu udara, minyak dan oli masing-masing sebesar, 0.036, 0.05 dan 0.016. jika di urutkan yang teredam paling banyak adalah system pegas pada fluida oli kemudian minyak dan yang paling sedikit teredam adalah system pegas dengan redaman udara. Data hasil perhitungan ini tidak sesuai jika dibandingkan dengan nilai viskositas fluida redaman, seharusnya jika dibandingkan dengan data viskositas. Yang teredam paling banyak adalah system pegas dengan fluida
15
12
oli, karena oli memiliki viskositas paling kental disbanding kan fluida lain nya, kemudian minyak, dan yang teredam paling kecil adalah pada fluida udara. Hal tesebut terjadi karena spesifikasi fluida oli dan minyak yang digunakan sudah banyak berubah nilai viskosnya karena sudah berkali kali digunakan sehingga terjadi perbedaan. Selain itu juga kondisi ruang praktikum yang tidak tepat 20 derajat celcius pada saat dilakukan percobaan, sehingga nilai viskositas dari fluida yang digunakan tidak sama dengan nilai viskositas yang didapatkan.
16
13
Halaman ini sengaja dikosongkan
17
17
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Dari praktikum akustik dan getaran tentang getaran
teredam yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal antara lain. 1. Jenis getaranteredam ada tiga antara lain getaran kurang
teredam (underdamped), getaran teredam kritis (critical damped), dan getaran teredam lebih (over damped), dimana yang membedakan antara ketiganya adalah terletak pada rasio redaman nya.
2. Nilai viskositas dari sebuah fluida bila dipakai sebagai redaman dalam system getaran ternyata berbanding lurus dengan nilai rasio redaman, dimana bila viskositas suatu fluida semakin besar semakin besar pula rasio redaman yang dihasilkan pada sebuah system getaran.
5.1 Saran Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum
getaran teredam. Adalah instrument yang digunkanan dalam praktikum ini kurang memadahi sehingga praktikan agak kesulitan dalam pengambilan data selain itu juga menghasilkan error yang cukup tinggi, sebaiknya instrument praktikum diperbaharui lagi sehingga data hasil pengukuran praktikum menjadi lebih akurat.
18
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim. Modul Percobaan P-4 Getaran Teredam. Surabaya. LaboratoriumAkustik JTF-FTI-ITS
[2] Den Hartog, J.P. 1947. Mechanical Vibrations Third Edition. USA : McGrawHill Book Company, Inc.
12
LAMPIRAN
Pembahasan Jurnal
Pengujian Prototip Suspensi Aktif Tegar (Robust)
Model Seperempat Kendaraan Sistem suspensi yang sering dijumpai pada berbagai kendaraan adalah sistem suspensi pasif. Sistem suspensi jenis ini mempunyai 2 komponen utama yaitu pegas dan peredam kejut (shockarbsorber). Sebagaimana telah diketahui, sistem suspensi pasif mempunyai kelemahan utama, yakni tidak mampu meningkatkan faktor kenyamanan dan faktor keamanan kendaraan secara bersamaan. Apabila kendaraan diharapkan mempunyai faktor kenyamanan yang baik, maka faktor keamanannya mesti sedikit dikorbankan. Sebaliknya bila suatu kendaraan diharapkan mempunyai faktor keamanan yang baik, maka faktor kenyamanannya mesti sedikit dikorbankan. Para peneliti akhirnya mengusulkan suatu sistem suspensi yang dikenal dengan sistem suspensi aktif, yang mampu memperbaiki kinerja dari sistem suspensi pasif. Sistem suspensi aktif mampu memperbaiki faktor kenyamanan dan faktor keamanan kendaraan secara bersamaan. Sistem suspensi jenis ini diperoleh dengan jalan menambahkan komponen aktif (sebuah aktuator) pada sistem suspensi pasif yang telah dikenal luas. Pengujian terhadap prototip suspensi aktif tegar yang telah dibuat, dimaksudkan untuk mengetahui unjuk kerja dari sistem suspensi bersangkutan. Dalam pengujian yang dilakukan, akan dipelajari seberapa besar atenuasi percepatan vertikal yang terjadi pada massa sprung maupun massa unsprung kendaraan.
Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan memberikan gangguan berupa sinyal sinusoida, yang
13
mempunyai amplituda sebesar 1,5 mm. Frekuensi eksitasi dari gangguan diubah-ubah mulai dari 1 Hz hingga 9 Hz.Untuk melihat performansi dari pengontrol yang diimplementasikan dalam pengujian ini, maka sebagai pembanding, selain dilakukan pengujian terhadap sistem suspensi aktif yang dibuat, akan dilakukan juga pengujian terhadap sistem suspensi pasifnya. Pengujian terhadap sistem suspensi pasif dilakukan dengan cara melepas stinger, melepas stopper mekanis, serta pengontrol tidak diaktifkan.
Rangkaian pengujian yang telah dilakukan, menghasilkan berbagai data, yang telah diolah dan direpresentasikan dalam kurva respon waktu maupun
12
respon frekuensi, seperti terlihat pada gambar 5 sampai dengan gambar 8. Dari gambar 5 dan gambar 6 terlihat bahwa sinyal yang terukur pada komponen massa sprung tidak murni sinusoida. Hal itu menandakan bahwa sistem suspensi yang sedang dipelajari, pada dasarnya merupakan sistem yang tidak linier. Pada Gambar 7 terlihat bahwa sistem suspensi aktif yang dibuat mampu menurunkan/memperkecil percepatan vertikal yang terjadi pada komponen massa sprung, dalam rentang frekuensi 1 Hz sampai dengan 4 Hz. Pada rentang frekuensi 5 Hz sampai dengan 9 Hz sistem suspensi aktif memberikan harga percepatan vertikal massa sprung sedikit lebih besar dari sistem suspensi pasifnya. Sementara itu gambar 8 memperlihatkan sistem suspensi aktif yang dibuat, mampu meredam/menurunkan percepatan vertikal yang terjadi pada massa unsprung kendaraan dalam seluruh rentang frekuensi pengujian, terhitung mulai 1 Hz hingga 9 Hz.
Aplikasi redaman :
shockbreaker pada kendaraan Kegunaan dari shockbreaker ini adalah untuk meredam getaran sehingga jalannya kendaraan dapat memberikan kenyamanan pada penumpang. Energi gerak dari bagian yang bergetar diubah melalui gerakan menjadi energi panas. Tanpa Peredam
13
Dengan Peredam
Shockbreaker merupakan komponen berbentuk silinder yg memiliki piston geser. Piston terlihat seperti batang baja yang dimasukan ke dalam silinder dan mampu bergerak maju mundur. Di dalam silinder ini bisa berisi cairan hidrolik ataupun gas. Udara dan cairan di dalam silinder terkompresi oleh tekanan piston dan pergeseran piston tertahan oleh tekanan yang dihasilkan. Kekuatan resistensi
12
pada shockbreaker ini akan mengimbangi efek goyangan kendaraan atau mobil pada saat melewati jalan yang bergelombang. Selain itu shockbreaker juga membantu mengurangi efek saat menikung, pengereman, ataupun akselerasi. Pegas dan fluida kental yang terdapat pada shockbreaker kendaraan menimbulkan efek redaman terhadap gerak harmonik yang terjadi saat kendaraan terguncang. Redaman ini dibutuhkan agar kendaraan tidak berosilasi secara terus menerus.
Aplikasi dari jenis geteran teredam critical-damped dan over-damped
a. over-damped sering diaplikasikan pada pintu di minimarket, dimana pintu dapat menutup sendiri secara perlahan, hal tersebut terjadi karena pada engsel pintu telah dipasang system pegas dengan menggunakan prisip over-damped.
b. critical-damped sering dipakai pada pegas di pelatuk pistol.