limbah padat

Upload: andi-fahdina-f-aslam

Post on 15-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pengelolaan LImbah Padat, Pengelolaan Limbah Industri

TRANSCRIPT

  • 5/26/2018 LIMBAH PADAT

    1/14

    IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tahun 1968| 1

    PENGELOLAAN LIMBAH1

    Oleh :

    Dr. Sri Murni Soenarno, M.Si2

    ABSTRAK

    Limbah adalah bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses

    produksi. Jenis-jenis limbah bermacam-macam, dari zat pembentuknya, bentuk fisiknya

    dan sifat berbahayanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan limbah yang

    mempunyai tujuan untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan kerusakan

    lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatkan kemampuan

    dan fungsi kualitas lingkungan. Prinsip pengelolaan limbah yang harus kita pegang

    adalah 3 R, Reduce, Reuse, Recycle. Peran yang dimiliki oleh ibu rumahtangga dalam

    pengelolaan limbah di lingkungannya adalah sebagai pengurus rumahtangga, pengelola

    keuangan keluarga dan pendidik.

    PENDAHULUAN

    Pada saat ini salah satu penyebab masalah lingkungan hidup adalah limbah, tetapi

    timbulnya limbah tersebut tidak dapat dihindarkan, karena limbah adalah salah satu

    hasil dari kegiatan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, terkait kemasan makanan yang

    kita beli, dulu sebelum tahun 1980-an makanan tersebut dibungkus dengan daun pisang,setelah tahun 1980-an mulai digunakan kertas berplastik, menjelang tahun 2000-an

    makanan dikemas dengan styrofoam. Peningkatan limbah berbanding lurus dengan

    konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan. Oleh karena

    itu, masalah limbah tidak habis-habisnya dipersoalkan dan dicari solusi penanganannya.

    Masalah lingkungan itu timbul akibat pembuangan limbah yang sembarangan yang akan

    mengganggu kesehatan, merusak lingkungan hidup serta kenyamanan hidup kita, oleh

    karena itu kita harus menanganinya.

    Kita perlu tahu tentang limbah itu sendiri, apa yang dimaksud dengan limbah?

    1 Makalah disajikan dalam Pelatihan Pendidikan Konservasi Alam, Angkatan 26. Diselenggarakanoleh The Indonesian Wildlife Conservation Foundation(IWF) dan Balai Taman Nasional Alas Purwo.

    Banyuwangi, Jawa Timur, 18-19 Juli 2011.

    2 Anggota Pengawas The Indonesian Wildlife Conservation Foundation(IWF)

  • 5/26/2018 LIMBAH PADAT

    2/14

    IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tahun 1968| 2

    A. Definisi limbah

    Menurut Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 32 Tahun 2009 tentang

    Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), definisi limbah adalah sisa

    suatu usaha dan/atau kegiatan. Definisi secara umum, limbah adalah bahan sisa atau

    buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala

    rumahtangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat

    berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang

    bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai Limbah Bahan Berbahaya dan

    Beracun (Limbah B3).

    Semakin meningkat kegiatan manusia, semakin banyak pula limbah yang dihasilkan.

    Oleh karena itu perlu peraturan yang mengikat secara hukum terkait dengan limbah dan

    pengelolaannya. UU No 32 Tahun 2009 sudah memuat aturan segala sesuatu yangterkait limbah tersebut. Aturan itu menyangkut apa yang diperbolehkan, dilarang dan

    sanksi hukumnya. UU no 32/2009 ini merupakan penyempurnaan dari UU sebelumnya

    yaitu UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU No 4

    Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

    Disamping itu, sudah ada UU yang lebih khusus lagi yaitu UU no 18 tahun 2008

    tentang Pengelolaan Sampah.

    B. Jenis limbah

    Jenis-jenis limbah dari zat pembentuknya adalah:

    1. Limbah organik. Limbah ini dapat terurai secara alami, contoh: sisa organisme(tumbuhan, hewan).

    2. Limbah anorganik. Limbah ini sukar terurai secara alami, contoh: plastik, botol,kaleng, dll.

    Jenis-jenis limbah dari bentuk fisiknya adalah:

    1. Limbah padat, yang lebih dikenal sebagai sampah. Bentuk fisiknya padat.Definisi menurut UU No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-

    hari dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Contoh: sisa-sisa organisme,

    barang dari plastik, kaleng, botol, dll.

    2. Limbah cair. Bentuk fisiknya cair. Contoh: air buangan rumahtangga, buanganindustri, dll.

  • 5/26/2018 LIMBAH PADAT

    3/14

    IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tahun 1968| 3

    3. Limbah gas dan partikel. Bentuk fisiknya gas atau partikel halus (debu). Contoh:gas buangan kendaraan (dari knalpot), buangan pembakaran industri.

    Contoh sederhana dari penghasil limbah dari bentuk fisiknya adalah manusia. Tubuh

    manusia menghasilkan limbah padat (tinja), limbah cair (kencing) dan limbah gas

    (karbondioksida atau CO2). Pembuangan limbah dari manusia pun harus dikelola agar

    tidak menganggu kesehatan dan lingkungan hidup mereka.

    Disamping pembagian berdasarkan zat pembentuk dan bentuk fisiknya, ada yang

    disebut Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3), limbah ini dapat

    berbentuk padat, cair dan gas. Limbah B3 ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu

    kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena

    mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi,bersifat korosif, dan lain-lain yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui

    termasuk limbah B3, serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung

    maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan

    kesehatan manusia. Contoh: limbah medis (suntikan, botol obat), limbah industri,

    baterai, accu(aki), oli bekas, dll.

    C. Pengelolaan limbah

    Dampak dari pembuangan limbah sembarangan dan tidak dikelola dengan baik berupa

    pencemaran tanah, air dan udara, serta banjir. Dengan demikian dapat dikatakan

    pengelolaan limbah ini bertujuan untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan

    kerusakan lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatkan

    kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan. Contoh-contoh pengelolaan limbah sebagai

    berikut.

    a. Limbah Padat

    seperti sampah organik akan membusuk mengakibatkan bau busuk yang mengundang

    hewan-hewan berdatangan, pada umumnya hewan tersebut dapat menyebarkan

    penyakit, dan dapat mencemari tanah. Sampah organik yang belum sempat membusuk

    dan non organik yang dibuang ke badan air (sungai, danau, laut), akan mencemari air

    tersebut, bahkan jika dibuang ke sungai dapat menyebabkan banjir.

  • 5/26/2018 LIMBAH PADAT

    4/14

    IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tahun 1968| 4

    Sampah rumahtangga dan sejenisnya di daerah perkotaan dikelola oleh Dinas

    Kebersihan Pemerintah Daerah atau swasta. Sampah-sampah tersebut (selain tinja)

    dikumpulkan di Tempat Penampungan Sementara (TPS), selanjutnya dari TPS dibawa

    ke tempat pendauran ulang atau pengolahan atau tempat pengolahan sampah terpadu

    dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah. Idealnya demikian, tetapi kenyataannya

    masih terjadi pencemaran akibat pembuangan sampah. Tempat pembuangan sampah

    akhir (TPA) di kota-kota besar di Indonesia hanya menjadi tempat penumpukan

    sampah, tanpa perlakuan lebih lanjut. Pemda mulai membuat tempat pengolahan

    terpadu dengan disiapkan pemilahan sampah, tempat pendaur-ulangan, dan insinerasi

    (pembakaran yang terkendali). Sebelumnya TPA hanya untuk buang sampah saja,

    masyarakat berpersepsi tempat pengolahan terpadu itu hanya kamuflase saja, akibatnya

    masyarakat yang tinggal di sekitar pun banyak melakukan penolakan adanya tempatpengolahan sampah terpadu ini.

    b. Limbah Cair

    Di manapun ia dibuang akan mencemari tempat pembuangannya, baik di tanah maupun

    di air. Oleh karena itu, harus dilakukan pengolahan air limbah baik dari perumahan

    maupun industri. Di kawasan industri air limbah diolah dengan Instalasi Pengolahan Air

    Limbah (IPAL). Di perumahan, tempat pembuangan air kakus adalah septictank, ini

    adalah bentuk pengolahan limbah tinja secara individual, sedangkan air limbah lainnya

    masuk ke selokan. Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) atau Septage Treatment

    Plant (STP) adalah bentuk pengolahan limbah tinja secara komunal. IPLT

    menggunakan sistem biologi dengan kolam oksidasi yang dilengkapi motor. Hasil olah

    IPLT baik air maupun lumpur dapat dikembalikan ke alam dengan aman, lumpurnya

    dapat dijadikan pupuk kompos. Selain itu IPLT di pemukiman padat penduduk dapat

    menghasilkan biogas. Biogas merupakan gas hasil fermentasi bahan organik oleh

    mikroorganisme anaerobik. Biogas toilet adalah limbah toilet tersebut dimanfaatkan

    untuk diolah menjadi methane (CH4) yang kemudian digunakan sebagai bahan bakar

    memasak oleh masyarakat setempat. Biogas toiletini merupakan pengembangan lebih

    lanjut dari teknologi biogas untuk limbah ternak.

  • 5/26/2018 LIMBAH PADAT

    5/14

    IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tahun 1968| 5

    c. Limbah Gas dan Partikel

    Limbah ini umumnya merupakan hasil pembakaran baik dari kegiatan industri, proses

    pembakaran maupun dari kendaraan bermotor (knalpot).

    Limbah gas ini menjadi masalah karena banyak yang termasuk gas-gas penyebab efek

    rumah kaca. Gas-gas tersebut antara lain Karbondioksida (CO2), Metana (CH4),

    Dinitrogen oksida (N2O), Klorofluorokarbon (CFC), dsb, yang lebih dikenal dengan

    Gas Rumah Kaca (GRK) atau Green House Gasses (GHGs). Sinar matahari yang

    sampai di permukaan bumi secara alami sebagian akan dipantulkan kembali oleh

    permukaan bumi ke luar angkasa/luar lapisan atmosfer. Namun sebagian dari pantulan

    tersebut gagal mencapai luar angkasa karena diserap oleh GRK tersebut. Fenomena

    yang biasa disebut Efek Rumah Kaca atau Green House Effectini menyebabkan suhu

    atmosfer meningkat, sehingga terjadilah Pemanasan Global dan Perubahan Iklim.Secara global, sektor-sektor yang menghasilkan GRK ke atmosfer dan prosentasenya

    adalah sebagai berikut :

    Energi termasuk transportasi (63%) Industri (3%) Perubahan Penggunaan Lahan & Kehutanan (8%) Pertanian (13%) Limbah (3%).

    Tanda-tanda pemanasan global tersebut antara lain :

    Kenaikan suhu atmosfer di seluruh wilayah dunia Perbedaan pola (distribusi dan intensitas) curah hujan tahunan Kenaikan permukaan air laut akibat melelehnya salju di Kutub Utara dan

    Selatan

    Terjadinya fenomena perbedaan cuaca yang ekstrim Penurunan tutupan salju di puncak gunung bersalju dan mencairnya glacier Pemanasan dan acidifikasi (pengasaman) lautan Perubahan pada ekosistem.

    Cara mengurangi ancaman pemanasan global adalah dengan:

    1. Konservasi Energi. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain adalah:

    penghematan konsumsi listrik, penggunaan peralatan listrik hemat energi,

    pengurangan konsumsi BBM transportasi bermotor.

  • 5/26/2018 LIMBAH PADAT

    6/14

    IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tahun 1968| 6

    2. Penghapusan Chlorofluorocarbon (CFC). CFC umumnya digunakan untuk mesin

    pendingin seperti AC, kulkas, freezer, dll. CFC saat ini sudah dapat digantikan

    oleh hidrokarbon.

    3. Penanaman pohon. Menanam pohon bahkan pada skala besar sekalipun, tidak

    dapat mengimbangi keseluruhan laju penambahan gas-gas rumah kaca ke

    atmosfer. Walaupun demikian, peningkatan penanaman pohon oleh setiap negara

    akan memperlambat penimbunan gas-gas rumah kaca.

    4. Bahan bakar biomassa. Bahan bakar biomassa berasal dari kayu atau sisa-sisa

    tanaman pertanian. Bahan ini dapat digunakan secara berkelanjutan, dengan

    jumlah penggunaan setara dengan jumlah penanaman. Jika hal ini dilakukan, tidak

    ada emisi karbon dioksida karena tumbuhan yang ditanam akan mengkonsumsi

    karbon dioksida sebanyak yang dilepaskan ketika bahan dibakar. Jika energi yangdihasilkan digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil, maka ada pula

    pengurangan emisi karbon dioksida.

    Bahan bakar biomassa sudah digunakan secara berkelanjutan di berbagai industri

    pedesaan pada negara-negara berkembang. Pabrik gula dan penggilingan padi,

    minyak kelapa sawit dan agro-industri lainnya, secara berkala mengandalkan

    limbah mereka sendiri untuk menghasilkan energi yang diperlukan. Industri

    penggergajian kayu sering menggunakan potongan kayu dan limbah kayu lainnya

    untuk menghasilkan energi panas guna mengeringkan kayu. Usaha-usaha seperti

    ini harus didorong untuk beralih dari penggunaan bahan bakar fosil ke bahan

    bakar biomassa.

    5. Teknologi Pemanfaatan Sumber Energi Terbarui. Pemanfaatan sumber energi

    terbarui diyakini tidak menghasilkan emisi karbon dioksida. Oleh karena itu,

    peningkatan pemanfaatan energi dari sumber-sumber energi terbarui harus

    dianggap sebagai unsur utama dalam strategi mengurangi emisi karbon dioksida.

    Namun sejauh ini, sumbangan sumber-sumber energi terbarui terhadap

    pemasokan energi dunia amat kecil, kecuali dari tenaga air. Selain tenaga air,

    dapat digunakan juga energi matahari, energi pasang surut, panas bumi dan tenaga

    angin.

    Disamping tindakan-tindakan di atas, pabrik atau industri harus melakukan

    penanggulangan emisi debu dan senyawa pencemar. Teknologi pengendalian yang akan

  • 5/26/2018 LIMBAH PADAT

    7/14

    IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tahun 1968| 7

    digunakan harus dikaji secara seksama agar penggunaan alat tidak berlebihan dan

    kinerja yang diajukan oleh pembuat alat dapat dicapai dan memenuhi persyaratan

    perlindungan lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan teknologi

    pengendalian dan rancangan sistemnya ialah:

    1.watak gas buang atau efluen2.tingkat pengurangan limbah yang dibutuhkan3.teknologi komponen alat pengendalian pencemaran4.kemungkinan perolehan senyawa pencemar yang bernilai ekonomi.

    d. Limbah B3

    Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko yang

    mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal tersebuttermasuk proses pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya. Pengemasan limbah

    B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Namun secara

    umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik,

    bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi

    dengan limbah yang disimpan di dalamnya.

    Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan

    bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan

    kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive

    dan peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya.

    Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah

    terbakar dan tidak mengalami penguraian (dekomposisi) saat berhubungan dengan

    limbah. Jumlah yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan

    sedangkan limbah yang memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400

    kg per kemasan.

    Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus

    disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah.

    Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 22

    kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara

    limbah yang tidak kompatibel.

  • 5/26/2018 LIMBAH PADAT

    8/14

    IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tahun 1968| 8

    Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang,

    dan melandai ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga

    harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa

    plafon, dan dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau

    korosif memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang

    mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi

    yang tahan api dan korosi.

    Mengenai pengangkutan limbah B3, persyaratan yang harus dipenuhi terkait kemasan di

    antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal,

    tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu,

    kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektivitas kemasan tidak berkurang

    selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbakar harus dilengkapi dengan headshields pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk

    mencegah kenaikan suhu yang cepat.

    Pembuangan limbah B3. Sebagian dari limbah B3 yang telah diolah atau tidak dapat

    diolah dengan teknologi yang tersedia harus berakhir pada pembuangan (disposal).

    Tempat pembuangan akhir yang banyak digunakan untuk limbah B3 ialah landfill

    (lahan urug).

    Metode pengolahan limbah B3 ada tiga cara yaitu:

    1. Chemical Conditioning.Tujuan utama dari chemical conditioningialah:o menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam

    lumpur

    o mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpuro mendestruksi organisme patogeno memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih

    memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses

    digestion

    o mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaanaman dan dapat diterima lingkungan.

    2. Solidification/Stabilization. Stabilisasi didefinisikan sebagai prosespencampuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan

    menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi

  • 5/26/2018 LIMBAH PADAT

    9/14

    IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tahun 1968| 9

    toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses

    pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Teknologi

    solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan

    termoplastik. Metode yang diterapkan di lapangan ialah metode in-drum mixing,

    in-situ mixing, danplant mixing.

    3. Incineration. Pembakaran atau Insinerasi ini mengurangi volume dan massalimbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Proses insinerasi

    menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa

    kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan

    dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan

    yang relatif kecil.

    Di Cileungsi Jawa Barat terdapat Pusat Pengelolaan Limbah Industri B3 (PPLI-B3)milik PT Persada Pamunah Limbah Industri. Di PPLI Cileungsi, limbah B3 terlebih

    dulu diolah dengan mengubah sifat kimiawinya serta selanjutnya dibakar, ditimbun dan

    dapat dijadikan bahan baku industri, jadi merupakan gabungan dari tiga metode di atas.

    Disamping itu, di Pulau Batam juga sedang dikembangkan pengelolaan limbah B3 yang

    berlokasi di Kawasan Pengelolaan Limbah Industri (KPLI) Kabil untuk mengelola

    limbah B3 industri di P. Batam.

    Tantangan utama kita adalah bagaimana mengurangi jumlah limbah padat, cair dan gas

    yang dihasilkan oleh rumahtangga, industri dan kegiatan lainnya. Prinsip dalam

    pengelolaan limbah yang harus kita pegang adalah 3R, REDUCE, REUSE,

    RECYCLE.

    1. Reduce (pengurangan) adalah mengurangi segala sesuatu yang menyebabkantimbulnya limbah. Sedapat mungkin kita mengurangi penggunaan bahan-bahan

    yang akan menghasilkan limbah. Contoh: penggunaan sapu tangan untuk

    menghapus keringat akan mengurangi limbah dari kertas tissue yang kita

    gunakan, menggunakan botol minum permanen yang sehat akan mengurangi

    limbah berupa gelas plastik atau botol plastik air mineral, pemilihan produk

    dengan kemasan yang dapat didaur-ulang.

    2. Reuse (daur pakai) adalah kegiatan penggunaan kembali limbah yang masihdapat digunakan baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain. Sedapat

    mungkin kita menggunakan kembali bahan-bahan yang masih memungkinkan

  • 5/26/2018 LIMBAH PADAT

    10/14

    IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tahun 1968| 10

    untuk dipakai lagi. Contoh: kertas yang digunakan bolak-balik akan mengurangi

    limbah kertas, gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang,

    gunakan baterai yang dapat di- chargekembali.

    3. Recycle(daur ulang) adalah mengolah limbah menjadi produk baru. Ada bahan-bahan tertentu yang dapat didaur-ulang, contoh: kertas, karton, plastik, botol,

    besi, minyak jelantah, berbagai limbah organik.

    Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya

    ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru

    memandang sampah sebagai sumberdaya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat

    dimanfaatkan. Kita sudah banyak melihat contoh pengelolaan limbah yang ada di

    lingkungan sekitar kita yang dapat dimanfaatkan kembali. Contoh-contoh sederhana dantepat guna itu antara lain sebagai berikut.

    a. Kompos

    Kompos adalah hasil dari pengolahan limbah organik yang umumnya dihasilkan dari

    dapur rumahtangga atau sisa kebun atau kotoran ternak, yang kemudian dimanfaatkan

    sebagai pupuk. Prosesnya sebagai berikut:

    Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat. Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan

    dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja

    mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak (ayam atau sapi)

    dapat pula dicampurkan .

    Pembuatan dapat sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hariditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk.

    Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbausampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan

    membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan

    ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi.

    Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasardapat dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.

    Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikansuhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan

  • 5/26/2018 LIMBAH PADAT

    11/14

    IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tahun 1968| 11

    yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organik),

    kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.

    Sampah organik sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepatpengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan Effective

    Microorganism(EM) yang dapat dibeli di toko pertanian.

    b. Daur ulang minyak jelantah

    Minyak jelantah ini didaur-ulang menjadi biodiesel. Biodiesel ini telah dimanfaatkan

    oleh armada bis Trans Pakuan, Bogor. Prosesnya sebagai berikut:

    Campurkan campuran metanol dengan minyak jelantah menggunakan katalisNaOH, lalu aduk dengan kecepatan 300 rpm sambil dipanaskan dengan pemanas

    air dengan suhu 60C.

    Hasilnya diendapkan selama 8 jam, nantinya biodiesel dan gliserol akanmemisah. Oleh karena berat jenis biodiesel lebih ringan daripada gliserol, maka

    biodiesel terletak di bagian atas sedangkan glycerol terletak di bagian bawah,

    kemudian dilakukan pemisahan. Dalam pemisahan sebaiknya biodiesel disaring

    berulang untuk mendapatkan kemurnian yang lebih tinggi.

    Bio diesel digunakan sebagai bahan bakar motor diesel, sedangkan gliseroldigunakan dalam produksi kosmetika.

    c. Kerajinan tangan atau produk rumahan

    Banyak limbah yang telah dijadikan cinderamata atau barang-barang buatan tangan

    (hand-made), juga ada produk rumahan (home-made product) yang berasal dari limbah.

    Limbah yang digunakan mulai dari limbah perikanan, pertanian, plastik bekas bungkus,

    dll.

    Salah satu contoh pemanfaatan di bidang perikanan adalah tepung cangkang kerang

    hijau untuk menambah kandungan kalsium pada kerupuk ikan, selain cangkangnya

    menjadi bahan baku untuk kerajinan tangan. Caranya sebagai berikut: Cangkang kerang

    hijau diamplas bagian luarnya hingga hilang warna hijaunya berarti zat tanduk sudah

    hilang. Setelah itu, cangkang disangrai sekitar satu jam. Setelah disangrai cangkang

    tersebut ditumbuk halus, kemudian diayak menjadi tepung. Tepung tersebut kemudian

    dicampurkan ke adonan ikan untuk diproses lebih lanjut menjadi kerupuk ikan.

  • 5/26/2018 LIMBAH PADAT

    12/14

    IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tahun 1968| 12

    d. Peran ibu rumahtangga dalam pengelolaan limbah

    Salah satu orang yang berperan besar untuk pengelolaan sampah skala perumahan

    adalah ibu rumahtangga. Ibu rumahtangga sebagai pengambil keputusan (decision

    maker) dalam lingkup rumahtangga dan keluarga. Peran yang dimiliki oleh ibu

    rumahtangga adalah.

    1.Pengurus rumahtangga (housekeeper). Ibu rumahtangga adalah pengatur danpenjaga kebersihan serta kerapian rumah, dia yang memutuskan untuk memiliki

    rumah yang bersih, rapi dan sehat atau sebaliknya, rumah yang kotor, berantakan

    dan sumber penyakit. Ibu rumahtangga pun dapat menangani limbah rumahtangga

    sendiri, mulai dari memilah sampah organik dan sampah non organik. Sampah

    organik tersebut dapat diolah menjadi pupuk kompos. Sampah non organik dapat

    dijadikan kerajinan tangan atau dijual kepada pemulung untuk diolah oleh pihaklainnya. Saat dia memutuskan untuk menjual, berarti peran sebagai pengelola

    keuangan muncul.

    2.Pengelola keuangan keluarga (familys financial manager). Ibu rumahtanggaadalah orang yang melakukan pembelian keperluan sehari-hari dan yang

    menangani keuangan rumahtangga. Dengan wewenang tersebut, dia dapat

    memutuskan akan belanja sesuatu yang menimbulkan limbah banyak atau tidak,

    contohnya dia akan belanja bungkusan yang refill(dapat diisi kembali) atau sekali

    pakai buang. Jika memiliki banyak minyak jelantah, minyak tersebut

    dikumpulkan lalu dijual kepada pengolah minyak jelantah untuk biodiesel. Ibu

    pun mampu memutuskan untuk melakukan upaya daur pakai dan atau daur ulang

    limbah yang dihasilkan rumahtangganya, baik untuk keperluan sendiri atau untuk

    diperdagangkan sebagai tambahan pendapatan rumahtangga.

    3.Pendidik (educator). Ibu rumahtangga adalah pendidik di kalangan keluarganya.Dia menjadi contoh atau panutan bagi anak-anaknya. Perilaku ibu yang

    memperhatikan lingkungan atau perilaku ramah lingkungan akan ditiru anak-

    anaknya dalam kesehariannya. Ingat pepatah Bisa karena biasa. Salah satu

    contoh adalah keberadaan keranjang sampah di dalam rumah. Anak-anak akan

    mudah membuang sampah di tempatnya (keranjang/tong sampah) karena dia

    melihat sehari-hari ibunya selalu membuang sampah di tempatnya, jadi tidak perlu

    terlalu banyak berbicara lisan, biarkan tindakan yang berbicara.

  • 5/26/2018 LIMBAH PADAT

    13/14

    IWF Peduli Pelestarian Alam Sejak Tahun 1968| 13

    Tiga peran tersebut saling berkaitan dalam diri satu ibu rumahtangga. Jadi jangan

    remehkan status dan peran ibu rumahtangga tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari

    termasuk dalam Gerakan Ramah Lingkungan (Green Life). Tampaknya mereka, ibu

    rumahtangga, tidak menghasilkan uang secara nyata (signifikan) alias hanya

    menghabiskan uang saja, padahal dengan cara mereka yang berhemat dapat

    menghasilkan materi bentuk lainnya, contoh: dengan 3R dia dapat membeli atau

    membayar lebih banyak keperluan lainnya, termasuk untuk biaya pendidikan.

    Kita tidak akan dapat menghindari timbulnya limbah, akan tetapi demi kehidupan kita

    sekarang dan masa depan anak cucu kita, kita mulai dari diri kita sendiri, mulai dari

    sekarang, mulai dengan cara sederhana dan semampu kita untuk melaksanakan prinsip

    3R.

  • 5/26/2018 LIMBAH PADAT

    14/14

    MATERI

    PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BAGI GURU SEKOLAH DASAR

    DI SEKITAR BALAI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

    ANGKATAN 26

    BANYUWANGI, 18-19 JULI 2011

    JAWA TIMUR

    Dr. SRI MURNI SOENARNO, M.Si

    YAYASAN

    PELESTARIAN ALAM DAN KEHIDUPAN LIAR INDONESIA

    THE INDONESIAN WILDLIFE CONSERVATION FOUNDATION(IWF)

    Jl. H. Batong Raya No.3 Cilandak Barat Jakarta Selatan 12430

    Telp : (021) 7695658 Fax : (021) 75909559

    Email : [email protected] Website : www.iwf.or.id