documentli

Upload: momoh-alkaff

Post on 02-Mar-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asfobaldanlakm;adf'daf.adf.ad,fa],f,ae,pfae],fa]e,f]aep,fa]pe,fa]ep,faef

TRANSCRIPT

Step 11. Critical Thinking : proses intelektual secara aktif untuk menganalisis atau mengevaluasi berdasarkan pengetahuan yang sesuai dapat dipercaya digambarkan dan beralasan dan juga berdasarkan metode yang ada.

2. Clinical Reasoning : Kegiatan berpikir untuk menarik sebuah kebenaran dari diagnosa.3. Critical Participation : kemampuan berpikir kritis yang disertakan dengan tanggung jawab terhadap lingkungan.4. Layanan Primer: layanan utama yang diberikan dokter kepada pasien5. Diagnosis : identifikasi mengenai penyakit pasien6. Poli rawat jalan : pelayanan kesehatan dengan tidak harus menginap dalam fasilitas kesehatan.(ex:rumah sakit)7. Berpikir secara smart : Berpikir secara terarah,tidak hanya dari 1 sudut pandang dan didukung dengan prior knowledge.8. Terapi : proses untuk menyembuhkan suatu penyakit.9. Refleksi : mengevaluasi diri terhadap lingkungan sosial

10. Prosedur medis : suatu cara yang memenuhi syarat syarat tertentu sesuai aturan yang benar dalam bidang medis.11. Pemikir kritis : seseorang yang berpikir jernih dan teliti penuh pengetahuan serta dapat di pertanggungjawabkan.12. Pemeriksaan fisik : sebuah proses yang dilakukan ahli medis terhadap pasien berdasarkan keadaan jasmani untuk menemukan tanda tanda klinis dari suatu penyakit.13. Pasien : seseorang yang mengalami gangguan jasmani maupun rohani yang di tangani oleh ahli medis.14. Fakultas : bagian dari universitas.15. Kritis : keadaan yang darurat16. Survey : pengamatan pada suatu kegiatan17. Posko : tempat pelayanan sementara18. Puskesmas : pusat pelayanan kesehatan di kecamatan.Step 2

1. Bagaimana cara berpikir kritis ?2. Apa saja yang termasuk prosedur medis ?3. Apa ciri ciri critical thinking ?

4. Apa faktor-faktor yang mempengahi seorang pemikir kritis ?

5. Bagaimana cara mengembangkan critical thinking ?

6. Bagaimana karateristik seorang critical thinker ?

7. Apa saja yang dilakukan pada saat layanan primer?

8. Mengapa mahasiswa FK harus berpikir secara smart dan melakukan refleksi

9. Apakah hubungan critical thinking dan clinical reasoning ?

10. Apa saja hal-hal yang harus dilakukan dalam critical thinking ?

11. Mengapa mahasiswa Fk harus berpikir secara kritis ?

12. Bagaimana cara komunkasi dengan baik saat anamnesis dengan pasien ?

13. Mengapa critical thinking harus diterapkansejak dini?

14. Kemampuan apa sajakah yang harus dikembangkan mahasiswa FK sejak dini ?

15. Apa saja kendala dan hambatan dalam berpikir kritis ?

16. Apa saja ciri-ciri critical reasoning ?

17. Bentuk partisipasi apa yang dimaksud secara kritis ?

18. Mengapa clinical reasoning harus dikembangkan ?

19. Bagaimana cara menjadi smart doctor ?

20. Apa tujuan dan dasar pengajaran critical thinking ?

21. Bagaimana hubungan antara berpikir kritis dengan meningkatnya penalaran klinis ?

22. Bagaimana contoh penerapan critical thinking untuk seorang dokter?

23. Apa saja prosedur medis yang dilakukan oleh seorang dokter ?

24. Apa manfaat dari berpikir kritis ?

25. Apa hubungan critical thinking denga self regulation

26. Apa tahap dari critical thinking ?

27. Jelaskan bentuk atau tipe clinical reasoning ?

28. Apakah mahasiswa yang berusia 14 tahun mampu menjadi critical thinking ?

Step 31. Bagaimana cara berpikir kritis ?

Mengidentifikasi masalah,asumsi,observasi,evaluasi dan kesimpulan.2. Apa saja yang termasuk prosedur medis ?

Melakukan anamnesis.

Melakukan pemeriksaan fisik.

Melakukan diagnosa.

Memberikan terapi.

3. Apa ciri ciri critical thinking ?

Selalu berpikir secara rasional dan logika.

Aktif memberikan tanggapan atau argumen.

Tidak malu bertanya.

Mencoba hal baru

Berpikir tajam.

Memiliki motivasi yang tinggi,serta mampu mengaplikasi informasi

Bersifat terbuka dan bijaksana dalam mengambil keputusan.

Menghargai pendapat orang lain.

Memfokuskan apa yang di yakininya

Mengkomunikasikan dengan efektif kepada orang lain dalam upaya menemukan solusi atas masalah yang komplek

Mampu mengembangkan atau menjelaskan pendapat orang lain secara detail,kompleks dan tepat sasaran.

4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi seorang pemikir kritis ?Internal =Niat dan kemauan yang kuat serta Prior Knowledge yang dia miliki.External = Lingkungandan fasilitaspendukung dalam pembelajaran Rasa ingin tahu

Ingin menyelesaikan masalah masalah yang sulit diselesaikan

Tekanan karena keadaan5. Bagaimana cara mengembangkan critical thinking ?

Berani mengemukakan pendapat

Mengembangkan daya nalar dalam menyelesaikan masalah dan mau berkerja sama dengan orang lain

Berani memecahkan masalah dari banyak sudut pandang

Menumbuhkan motivasi,memberikan kesempatan untuk mencari informasi yang lebih luas.

Mengidentifikasi masalah

Mengembangkan konsep diri.

Menyatukan ide ide dan membuat hubungan antara ide ide tersebut

Mengkaji dan menguji data.6. Bagaimana karateristik seorang critical thinker ?

Aktif

Responsif

Kreatif

Perspektif.

Inovatif

Realistis

Bertanggung jawab.

Berpikir logis

Selektif

Flexibel

Seimbang dalam berpikir

Mandiri secara intelektual

Berwawasan luas Memiliki prior knowledge

Mengambil keputusan dengan bukti

7. Mengapa mahasiswa FK harus berpikir secara smart dan melakukan refleksi ? Karena dituntut sebagai seseorang yang mampu mengatasi masalah di masyarakat serta tujuan dari refleksi agar dapat memperbaiki diri.

8. Apakah hubungan critical thinking dan clinical reasoning ?

critical thinking dibutuhkan untuk melakukan clinical reasoning.9. Bagaimana langkah langkah critical thinking ? Menjelaskan suatu fenomena,serta menghubungkan konsepnya,menjelaskan argumen,mempertahankan argumen kita.10. Mengapa mahasiswa Fk harus berpikir secara kritis ?

Agar mampu menyelesaikan suatu masalah secara cepat dan tepat11. Mengapa critical thinking harus diterapkansejak dini?

Untuk menumbuhkan kemampuan berpikir secara kritis inovatif,realistis dan bertanggung jawab.

12. Kemampuan apa sajakah yang harus dikembangkan mahasiswa FK sejak dini ?

Kemampuan belajar mandiri

Komunikasi dengan sopan dan santun.

Menyelesaikan suatu masalah dengan cepat dan tepat

Kemampuan berpikir kritis

Berani untuk berpendapat

Kemampuan bersosialisasi yang baik

13. Apa saja kendala dan hambatan dalam berpikir kritis ?

Kurangnya fasilitas,minimnya prior knowledge.

Tidak memiliki motivasi yang tinggi.

Kurang percaya diri

Kurangnya rasa ingin tahu dalam diri14. Apa saja ciri-ciri clinical reasoning ?15. Bagaimana cara menerapkan critical thinking untuk melakukan critical participation dalam menyelesaikan masalah di masyarakat ?

Adanya keberanian dalam menyelesaikan masalah di masyarakat

Mampu mengambilkan keputusan secara bijaksana.

Mampu berpikir secara kritis cepat dan tepat.

Percaya dengan kemampuanya

16. Mengapa clinical reasoning harus dikembangkan ?17. Bagaimana cara menjadi smart doctor ?18. Apa tujuan dan dasar pengajaran critical thinking ? Berpikir kritis juga berguna untuk mengekspresikan ide-ide. Pemikiran kritis memili-ki peran penting dalam menilai manfaat ide-ide baru, memilih ide-ide yang terbaik, dan memodifi-kasinya jika perlu, sehingga bermanfaat di dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kreativitas.19. Bagaimana hubungan antara berpikir kritis dengan meningkatnya penalaran klinis ?20. Bagaimana contoh penerapan critical thinking untuk seorang dokter?21. Apa saja prosedur medis yang dilakukan oleh seorang dokter ?22. Apa manfaat dari berpikir kritis ? http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132319972/Pengembangan%20Critical%20Thinking%20melalui%20Penerapan%20Model%20PBL%20Jurnal%20FIP%202010.pdfKemampuan berpikir kritis sangat penting untuk mengembangkan kemampuan

membuat keputusan dan menyelesaikan masalah. kemahasiswaan.um.ac.id/wp-content/uploads/.../Berpikir_Kritissss.ppt Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat argumen Mengemukakan dan merumuskan pertanyaan dengan jelas Mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif Membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan yang kuat Membiasakan berpikiran terbuka Mengkomunikasikan gagasan, pendapat, dan solusi dengan jelas kepada lainnya http://21041989-fpsi11.web.unair.ac.id/artikel_detail-43718-Umum-UP3%20FAKULTAS%20PSIKOLOGI%20UNIVERSITAS%20AIRLANGGA%20SEBAGAI%20AKSES%20BERPIKIR%20KRITIS%20DALAM%20KEHIDUPAN%Seseorang yang terbiasa berpikir kritis akan lebih mudah membentuk karakter yang baik dalam dirinya. Sehingga ketika berpikir kritis mampu mengantarkan seorang individu menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungannya, menjadi warga negara yang baik dan menjadi orang yang menghargai peradaban bangsanya maka itulah wujud keberhasilan suatu proses pendidikan yang sebenarnya. http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/11/berpikir-kritis%E2%80%A6/Keuntungan yang didapatkan sewaktu kita tajam dalam berpikir kritis, kita bisa menilai bobot kemampuan seseorang dari perkataan yang ia keluarkan, kita juga dengan tidak gampangnya menyerap setiap informasi tanpa memikirkan terlebih dahulu hal yang sedang disampaikan23. Apa hubungan critical thinking denga self regulation24. Apa tahap dari critical thinking ? www.fkunissula.ac.id/index.php?option=com_docman...1. Tahap verbal tahap ini adalah tahap yang paling superfisial, karena mahasiswa hanya menyatakan atau memberi definisi atas sesuatu. Mahasiswa menyampaikan pengetahuan yang difahaminya dan definisi-definisi tersebut dengan kata-kata. Dosen yang baik harus mendengarkan apa yang dikatakan oleh mahasiswa mengenai definisi

dan pemahaman siswa terhadap materi.

2. Tahap membaca- tahap ini agak lebih sulit dari tahap verbal, karena pada tahap ini siswa diharuskan untuk memahami bagaimana orang lain menjelaskan sesuatu.Sebagai dosen harus mengetahui bagaimana siswa menginterpretasikan apa yang telah dibacanya. Dalam membaca terjadi proses kombinasi antara apa yang dibaca, pengetahuan pembaca sebelumnya dan pembaca menginterpretasikan, memeriksa dan mengoragnisasikan bahan yang dibaca untuk membentuk suatu pengertian yang baru. Cognitive learning theory menjelaskan bahwa proses belajar terjadi jika informasi baru tersebut dapat disisipkan pada informasi lama yang tersimpan dalam long term memory (Simon, 2001).

3. Tahap menulis tahap yang paling sulit adalah menjelaskan dengan menulis. Pada tahap ini, mahasiswa harus mampu menuliskan apa yang difikirkannya dan mempresentasikannya dalam bentuk kalimat yang harus bisa difahami oleh orang lain. Dosen harus memeriksa struktur dan isi substansi tulisan serta presentasi mahasiswa atas tulisan tersebut secara oral.25. Jelaskan bentuk atau tipe clinical reasoning ?www.fkunissula.ac.id/index.php?option=com_docman...(i) probabilistik, yakni ketika dokter mampu untuk mengapresiasi informasi dalam bentuk tanda dan gejala

(ii) causal, yang membutuhkan pemahaman anatomik dan proses fisiologi

(iii) rule based, yang membutuhkan pattern recognition atau pengenalan tanda untuk memutuskan diagnosis.26. Apakah mahasiswa yang berusia 14 tahun mampu menjadi critical thinking ?27. Cara mengatasi hambatan dalam critical thinking?

Hambatan-hambatan itu antara lain:a. Kurang pengetahuan/informasi relevan b. Kurangnya daya/kesempatan membaca c. Prasangka d. Stereotif e. Kebohongan 28. Apa konsekuensi dokter jika tidak mampu melakukan critical thinking?

29. Mengapa calon dokter harus mampu melakukan clinical reasoning ?

30. Penjelasan langkah critical thinking dalam kegiatan penalaran klinis ?

31. Apa yang di maksud critical participation ?

32. Mengapa seseorang harus memiliki critical participation ?

33. Pandangan berpikir menurut islam ?

Dalamislam, langkah-langkah berpikir terlihat jelas tertulis dalam Al-Quran yaitu antara lain:

Q. S Al-An'am (6) ayat 74-79

Q.S Ash-Saffat (37) ayat 95, yang berbunyi:

"Dia (Ibrahim) berkata, "Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu?""

Q.S Al-Anbiya (21) ayat 66-67, yang berbunyi:

"Dia (Ibrahim) berkata, "Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kamu?""

"Celakalah kamu danapayang kamu sembah selain Allah! Tidakkah kamu mengerti?"

Dalam berpikir, tidak jarang kita mengalami kesalahan dalam penarikan sebuah kesimpulan akan sesuatu yang mana hal ini disebabkan antara lain oleh:

Kesalah formal (batas-batas)

Kesalahan ini dalam bentuk, urutan, dan kontruksi

Orang yang mengalami gangguan mental adalah orang yang mengalami akumulasi dari luka lama yang kemudian dipicu oleh luka baru. Dimana ada kalanya kita keluar dari batas-batas untuk menemukan sesuatu yang baru

Kesalahan material (isi)

Terjadi karena kita tidak mengenali masalah

Tidak dapat memecahkan masalah akibat ketidak tepatan dalam memecahkan masalah

Adapun kesalah dalam penerikan kesimpulan menurut perspektif islam tertulis ada Al-Quran yang antara lain:

Q.S Al-Furqan (25) ayat 14 yang berbunyi:

" (Akan dikatakan kepada mereka), "JAnganlah kamu mengharapkan pada hari ini satu kebinasaan, melaikan harapkanlah kebinasaan yang berulang"".

Q.S Al-Isra (17) ayat 46 yang berbunyi:"Dan kami jadikan hati mereka tertutup dan telinga mereka tersumbat, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila engkau menyebut Tuhanmu saja dalam Al-Quran, mereka berpaling ke belakang melarikan diri (karena benci)"

http://nafismudrika.wordpress.com/2011/05/14/pandangan-islam-terkait-akal/Sungguh mala petaka yang besar jika umat Islam tidak lagi mau berfikir dan meninggalkan akalnya dalam memahami Al Quran !!! Kemudian mereka meninggalkan Al Quran dan menggantinya dengan tafsir para gurunya yang tidak maksum. Lalu menyombongkan gurunya beserta dirinya sendiri. Mereka laksana kaum Yahudi yang meninggalkan Taurat lalu berpindah ke Talmud (kitab tafsir Taurat). Janganlah engkau menyerupai kaum Yahudi, jika engkau tidak ingin masuk ke dalam golongan mereka.

Padahal Rasulullah s.a.w., para sahabat dan para ulama senantiasa berfikir dan memahami Al Quran. Sungguh Al Quran adalah kitab yang diturunkan untuk dijadikan pelajaran bagi orang-orang yang berakal. Dan Allah telah menyuruh kita untuk berfikir, memahami dan mengambil pelajaran dari Al Quran. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima/mengambil pelajaran. Dan mereka yang tidak mau mempergunakan akalnya tidak akan pernah mendapatkan pelajaran. Dan sungguh Al Quran itu adalah penjelasan yang sempurna. Dan Al Quran itu sudah dimudahkan agar orang-orang yang beriman merasa mudah untuk mengambil pelajaran. Maka perhatikanlah ayat-ayat berikut,

(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa danagar orang-orang yang berakal mengambilpelajaran.(Ibrahim 52)

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkahsupaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapatpelajaranorang-orang yang mempunyai fikiran.(Shaad 29)

Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah.Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya merekaberfikir.(Al Hasyr 21)

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami.Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar merekaberfikir.(Al Araaf 176)

Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yangberfikir.(Al Jaatsiyah 13)

Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambilpelajaran(dari firman Allah).(Al Baqarah 269)

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerimapelajaran.(Az Zumar 9)

Musa berkata: Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya:(Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakanakal.(Asy Syura 28)

Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalahkarena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakanakal.(Al Maidah 58)

Dan bahwasanya:orang yang kurangakaldaripada kami selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah. (Al Jin 4)

Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan. Danapakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untukberfikirbagi orang yang mauberfikir,dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.(Faathir 37)

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).Maka mengapa kamu tidak mengambilpelajaran?(Al Jatsiyah 23)

Masih banyak ayat serupa dan sangat jelas dalam perkara ini. Kemudianpenyebutan begitu banyak proses dan anjuran berfikir dalam al-Qur-an, seperti tadabbur, tafakkur, ta-aqqul dan lainnya. Maka kalimat seperti laallakum tatafakkaruun (mudah-mudahan kamu berfikir), atau afalaa taqiluun (apakah kamu tidak berakal), atau afalaa yatadabbaruuna al-Qurana (apakah mereka tidak mentadabburi/merenungi isi kandungan al-Quran) dan lainnya.

Kemudian, kalau bukan dengan akal, dengan apalagi kita akan mengambil pelajaran? Apakah harus melalui perantaraan akal orang lain? Ujung-ujungnya, tetap saja kita akan memahaminya dengan akal (akal sendiri atau akal orang lain). Kemudian, bagaimana mungkin kita akan kembali kepada Al Quran dan Sunnah jika kita tidak mau memahami keduanya? Bagaimana mungkin Allah akan meneguhkan kekuasaan pada kaum muslimin jika mereka jauh dari Kitabullah dan Sunnah lalu mereka menutup akal pikiran mereka? Bagaimana mungkin Allah akan memberikan surga jika kita tidak mau mengambil pelajaran dari Al Quran lalu mengamalkannya? Pikirkan semua itu wahai orang-orang yang masih punya akal !!! Bukankah syariat diturunkan buat orang-orang yang berakal?

Kita patut bersyukur karena Al Quran merupakan kitab yang sempurna. Kitab yang jelas dan tidak samar antara yang haq dengan yang bathil. Kitab yang terjaga. Kitab yang tidak akan ditemui kebathilan di dalamnya. Baik dari muka maupun dari belakang. Adapun orang-orang yang condong ke dalam kesesatan, mereka akan mengambil ayat-ayatmutasyaabihaatuntuk menimbulkan fitnah.

Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, makamereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari tawilnya, padahal tidak ada yang mengetahui tawilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.Dan tidak dapat mengambilpelajaran(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.(Ali Imran 7)

Ayat-ayatyang muhkamaatialah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah. Contohnya adalah ayat-ayat tentang sholat, zakat, berbakti kepada kedua orang tua dan semacamnya. Hukum-hukum, kewajiban, larangan, dan semacamnya yang telah jelas. Sedangkanayat-ayat mutasyaabihaatadalah ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib misalnya ayat-ayat mengenai hari kiamat, surga, neraka, sumpah Allah dan lainnya.

Orang Islam yang berakal pastilah mendapati akalnya yang terbatas. Oleh karena itu, mereka tidak akan berlebihan menggunakan akalnya dalam memahami Al Quran. Dia tidak akan mengikuti ayat-ayat mutasyaabihaat untuk menimbulkan fitnah. Sebab sejatinya akal kurang dapat mencapai hal-hal ghaib, roh, maupun rahasia-rahasia Allah lainnya. Tugas mereka hanyalah mengimaninya, bukan memikirkannya untuk perkara-perkara semacam itu.

Akal kita juga tidak boleh mendahului Allah dan Rasul-Nya. Maksudnya dalil akal tidak boleh mendahului dalil syari dari nash-nash Al Quran maupun Sunnah yang Shohih.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnyadan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS Al Hujurat 1)

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mumin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mumin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka (QS Al-Ahzab : 36)

Jika ada yang tidak kamu ketahui maksudnya atau ayat-ayat yang seolah-olah bertentangan atau ayat-ayat yang dinasakhkan (dihapuskan) maka tanyakanlah pada yang berilmu (ulama) ; jangan mencari-cari takwilnya dengan akalmu tanpa ilmu pengetahuan.

Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?(QS Al Baqarah 106)

maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui(QS Al Anbiya 7)

Itulah Islam yang adil, jalan tengah yang tidak berlebihan. Dia bukan jalan kaum yang menutup akalnya. Bukan pula jalan kaum yang membebaskan akalnya secara liar.

Kemudian, ketakutan akan tersesat jika memahami Al Quran dengan akal adalahpendapat yang perlu dipertanyakan dasarnya. Sebab saya belum menemui ayat Al Quran maupun Hadits yang melarangnya. Orang yang berpendapat seperti ini takut jika orang terjebak hawa nafsu jika memahami Al Quran dengan akal. Mencari pembenaran dari Al Quran atas apa yang mereka lakukan. Bukankah pendapat seperti ini adalah hendak mencegah kemunkaran dengan cara mencegah kebenaran? Bukankah tidak ada kesamaran dan keraguan dalam Al Furqan yang sempurna? Bukankah hanya orang yang hatinya condong pada kesesatan yang mengikuti ayat mutasyaabihaat untuk menimbulkan fitnah? Bukankah Allah telah memudahkan Al Quran untuk dijadikan pelajaran? Janganlah berlebihan karena Allah pasti akan memberi petunjuk pada orang yang dikehendaki-Nya. Dan manusia tidak dapat mencegah seseorang tersesat jika Allah menghendakiNya tersesat.

Dan sesungguhnya telahKami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?(Dalam Surat Al Qomar diulang empat kali, yakni ayat 17, 22, 32, dan 40)

SesungguhnyaKami mudahkan Al Quranitu dengan bahasamusupaya mereka mendapatpelajaran.(Ad Dukhaan 58)

Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dantempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan(bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.(An Nahl 69)

Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al Quran).(Al Muddatstsir 55)

Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran daripadanya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia (Allah) adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi ampun.(Al Muddatstsir 56)

Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.(Al Mudatsir 31)

Tidak diragukan lagi, pendapat semacam itu berasal dari musuh-musuh Islam. Mereka telah menyusupkannya ke dalam pikiran saudara-saudara kita yang malang. Kemudian mereka dihinggapi kegelapan, keraguan dan kegelisahan karena menjauh dari Al Quran. Adapun menjauhkan akal dari umat Islam adalah fitnah dari musuh-musuh Islam. Mereka sejak dulu hendak menjauhkan umat dari Al Quran.

Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Quran dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadari.(Al Anaam 26)

Mereka hendak menjauhkan umat dari jalan kebenaran. Mereka hendak menjauhkan umat dari jalan kemajuan. Mereka hendak memecah belah umat dan menghancurkannya. Lalu mereka hendak menyombongkan diri dengan menolak kebenaran dari umat lain. Lalu menganggap diri mereka yang paling benar dan merendahkan kaum yang lain. Seolah-olah Allah sudah menjamin surga untuk mereka dan menghalalkan neraka untuk kaum yang lain. Sungguh Allah telah memasukkan wanita pelacur ke dalam surga hanya karena memberi minum seekor anjing. Dan Dia memasukkan seorang wanita ke dalam neraka hanya karena mengurung kucingnya hingga mati. Kita berlindung dari Allah dari para pelaku fitnah yang memusuhi umat Islam.

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.(An Nahl 90)

Seseorang yang mempelajari Islam dan Al Quran dengan benar, seharusnya akalnya tercerahkan. Nafsunya tunduk pada ayat-ayat Tuhannya. Hatinya menjadi tenang dan gembira. Akhlaqnya menjadi semakin baik dan mulia. Namun jika sebaliknya, akalnya gelap dan tertutup, jiwanya tunduk pada nafsunya, hatinya ragu dan gelisah, serta akhlaqnya semakin buruk saja, maka celakalah dirinya! Sebab Islam memang pelajaran yang menyeluruh. Mengangkat manusia dari keadaan gelap gulita menuju keadaan yang terang benderang.

Jika engkau mendapati kebenaran, pencerahan dan ketenangan hati dari tulisan di atas, maka sesungguhnya itu datangnya dari Allah. Namun jika sebaliknya, maka itu datangnya dari setan. Ambillah pendapatku jika sesuai dengan Al Quran dan Sunnah. Namun campakkan jauh-jauh ke dalam comberan jika menyalahi keduanya. Sungguh jika Allah hendak memberi petunjuk kepada seseorang, maka tak ada seorang pun yang dapat menyesatkannya. Dan jika Allah hendak menyesatkan seseorang, maka tak ada seorang pun yang dapat menunjukinya.

Berpikir adalah cara khas manusia yang membedakannya dari makhluk lain. Di kalangan ahli mantiq sangat masyhur istilah yang mendefinisikan manusia sebagaihayawan-natiq(hewan yang berpikir). Karena kemampuan berpikir itu pulalah manusia merupakan makhluk yang dimuliakan Allah SWT, seperti dijelaskan dalam Al-Qur'an (yang artinya),"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak keturunan Adam, Kami angkut mereka di daratan dan lautan, Kami beri mereka rezeki yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan."(Al-Israa': 70). Bahkan, amanah kekhalifahan yang hanya diserahkan Allah kepada manusia (Adam) pun adalah karena faktor berpikir yang hanya dimiliki oleh manusia itu. Sebab, dengan kemampuan berpikir, manusia akan dapat menyerap ilmu pengetahuan dan mentransfernya. Peristiwa dialog antara malaikat, Adam, dan Allah SWT memberikan gambaran yang jelas kepada kita betapa pemuliaan itu berpangkal pada kemampuan berpikir dan menyimpan ilmu. Mari kita simak ayat-ayat berikut."Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) itu seluruhnya, kemudian Allah mengajukannya kepada para malaikat sambil berkata, 'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang benar.' Mereka menjawab, 'Maha Suci Engkau, tiada yang kami ketahui selain apa yang Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.' Allah berfirman, 'Hai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.' Maka setelah diberitahukannya, Allah berfirman, 'Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu zahirkan dan yang kamu sembunyikan'."(Al-Baqarah: 31-33).

Penghargaan Allah kepada manusia demikian besarnya, sampai ke tingkat memerintahkan malaikat agar bersujud kepada Adam. Bahkan, yang menolak perintah sujud itu dicap sebagai kafir. Adakah pemuliaan yang melebihi penghargaan yang luar biasa itu?

Berpikir dalam IslamIslam memandang berpikir itu sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab dengan berpikir, manusia menyadari posisinya sebagai hamba dan memahami fungsinya sebagai khalifatullah di muka bumi. Tugasnya hanyalah menghambakan diri kepada Allah SWT dengan beribadah. Dengan berpikir juga, manusia mengetahui betapa kuasanya Allah menciptakan alam semesta dengan kekuatan yang maha dahsyat, dan dirinya sebagai manusia sangat kecil dan tidak berarti di hadapan Allah Yang Maha Berkuasa.

Al-Qur'an berkali-kali merangsang manusia, khususnya orang beriman, agar banyak memikirkan dirinya, lingkungan sekitarnya, dan alam semesta. Karena dengan berpikir itu, manusia akan mampu mengenal kebenaran (al-haq), yang kemudian untuk diimani dan dipegang teguh dalam kehidupan. Allah berfirman,"Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran."(Ar-Ra'd: 19).

Islam memandang kaitan antara keilmuan dengan ketakwaan itu sangat erat. Dalam arti, semakin dalam ilmu seseorang akan semakin takut kepada Allah SWT. Disebutkan di dalam Al-Qur'an,"Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah SWT adalah orang-orang yang berilmu dari hamba-Nya."(Faathir: 28).

Menurut kacamata Al-Qur'an, orang-orang yang mendurhakai Allah itu karena disebabkan "cacat intelektual". Betapapun mereka berpikir dan bahkan sebagian mereka ada yang turut bersaham untuk mengembangkan peradaban manusia, namun selama proses berpikir tidak mengantarkan mereka ke derajat "bertakwa", maka selama itu pula mereka tetap berada dalam kategori orang-orang yang "tidak mengerti" atau meminjam istilah Al-Qur'an"laa yafgahuun", "laa ya'lamuun", "laa ya'qiluun".

Ilmuwan sejati ialah ilmuwan yang konsekuen dengan ilmunya. Siap mengubah pendirian, sikap, kepribadian, bahkan idiologi, sesuai dengan tuntutan dan konsekuensi pengetahuannya. Jika seorang ilmuwan bersikap jujur dengan ilmunya, ia akan sampai pada konklusi bahwa ilmu apa pun--khususnya ilmu-ilmu empirik dan eksperimental--yang didalami seseorang akan sampai pada kesimpulan mentauhidkan Allah dan mengimani-Nya. Sikap ilmiah sejati tidak hanya berhenti pada pengakuan pasif, tetapi menuntut keberanian untuk menyikapi keyakinan itu dan mempertahankannya dari segala bentuk serangan yang dapat mengganggu stabilitas dan eksistensinya.

Contoh yang spektakuler dalam sejarah mempertahankan kebenaran ialah sikap para tukang sihir Fir'aun yang berbalik memusuhi Fir'an setelah mereka percaya akan kenabian Musa a.s. melalui mukjizat yang ditampakkannya di hadapan para tukang sihir itu. Bahkan, mereka tidak hanya sebatas percaya dan menerima, tetapi siap menghadapi segala konsekuensi kebenaran tersebut. Fir'aun menghukum gantung dan menyalib mereka. Akan tetapi, sikap mereka tidak menunjukkan penyesalan, bahkan keberanian yang cukup menakjubkan. Jawaban mereka ketika mendengar ancaman Fir'aun seperti diceritakan di dalam Al-Qur'an,"Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan dari Tuhan yang menciptakan kami. Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya dapat menghukum kehidupan di dunia ini saja."(Thaahaa: 72).

Sumber-Sumber IlmuDalam Islam, sumber-sumber ilmu berasal dari: wahyu dan akal. Wahyu adalah informasi tentang sesuatu dari Yang Maha Mengetahui, Allah SWT. Wahyu Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dalam bentuk Al-Qur'an dan As-Sunnah. Ciri khas wahyu itu adalah mengandung kebenaran mutlak, yang tidak perlu didiskusikan kebenarannya. Fungsi manusia dalam kaitan ini adalah memahami wahyu dan mengoperasionalkannya. Manusia hendaknya tidak terjebak dalam mempersoalkan kebenaran wahyu dan validitasnya. Sebab, hal itu hanya sekadar pemborosan energi dan kurang bermanfaat.

Adapun sumber ilmu yang kedua, yaitu akal. Akal manusia ditakdirkan dan disetting oleh Allah agar mampu menemukan pengetahuan. Berbagai perangkat kasar dan perangkat lunak telah Allah siapkan untuk tujuan itu. Sebab dalam Islam, akal adalah kunci penugasan manusia. Tanpa akal, manusia tidak dapat dibebani dengan hukum-hukum syariat.

Metode akal dalam menangkap pengetahuan melalui tiga jalur: a. Melalui indera yang dapat berupa penglihatan dan pendengaran. Informasi itu diteruskan ke akal dan diterjemahkannya secara benar. b. Melalui logika, seperti tiga lebih besar daripada dua. c. Melalu berita yang disampaikan oleh orang lain. Kebenaran pengetahuan ini tergantung pada kebenaran nara sumbernya. Dalam kaitan ini, Islam sangat berjasa merumuskan disiplin ilmu yang dapat menguji kebenaran suatu informasi. Ilmu ini dikenal dalam ilmu hadits dengan nama "ilmu al-jarh wa at-ta'dil".

http://alislamu.com/index.php?Itemid=10&id=745&option=com_content&task=viewMetode Berpikir IslamiOleh karena berpikir adalah suatu aktivitas yang dapat dilakukan oleh semua orang, baik muslim atau nonmuslim, yang akan menghasilkan kesimpulan yang beragam, sudah barang tentu diperlukan suatu kerangka yang dapat mengarahkan manusia dalam berpikir untuk mencapai sasarannya. Sebab, tanpa rumusan pola itu, manusia akan dapat terperangkap pada cara berpikir yang lepas kendali. Konsekuensinya tidak segampang yang dibayangkan manusia. Akan tetapi, tidak menemukan kebenaran itu dalam Islam identik dengan kesesatan. Allah berfirman (yang artinya),"Adakah di luar kebenaran itu kalau bukan kesesatan?"(Yunus: 32).

Jika mengamati petunjuk-petunjuk Al-Qur'an, hadits Nabi, dan pengalaman sejarah intelektual dalam Islam, maka dapat dikemukakan beberapa metode--atau dapat disebut sebagai kaidah--berpikir dalam Islam, yang mengantarkan seseorang berpikir secara proporsional dan benar untuk selanjutnya keluar dengan pemikiran yang jernih, lurus, dan relefan dengan kehendak Allah SWT. Metode tersebut adalah sebagai berikut.

a. Wahyu adalah Satu-satunya Sumber Aqidah dan Ayari'ahSetiap peneliti muslim diminta agar menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sumber dalam konsep dan operasional sekaligus, tanpa memilah-milahnya, dalam arti bahwa kita sebagai muslim hendaknya mengajukan pertanyaan kepada Al-Qur'an, kemudian mendengar jawabannya dari Allah SWT. Akan tetapi, mencari jawaban itu hanya dari Al-Qur'an dan As-Sunnah saja, bukan dari sumber-sumber lainnya.

Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai wahyu dari langit adalah hakikat yang sudah merupakan aksioma dan menjadi prinsip Islam. Akan tetapi, sayangnya banyak peneliti dan kaum intelektual melangkai prinsip ini, sengaja atau tidak. Mereka cenderung menggunakan sumber-sumber produk manusia, di samping sumber-sumber utama Islam. Mereka juga menyimpan seperangkat pemikiran, teori, dan hipotesa sebagai peninggalan peradaban kuno yang cenderung berlainan dengan konsep Islam. Kondisi seperti ini sudah tentu tidak sejalan dengan kaidah menempatkan wahyu sebagai satu-satunya sumber dalam jalur aqidah, hukum, dan maslaah metafisik.

Seharusnya sikap muslim pencari kebenaran ketika membaca Al-Qur'an mengosongkan pikirannya dari seluruh jenis teori dan konsep yang dihasilkan manusia tanpa dasar wahyu.

b. Hubungan antara Wahyu, Akal, dan Metode Interpretasi RasionalKaidah ini berkaitan dengan penempatan posisi akal dan perannya dalam menangkap pesan (teks) Ilahi. Pada prinsipnya, Islam telah menetapkan adanya dua alam yang harus dibenarkan manusia sebagi prasarat diterima keislamannya. Kedua alam itu ialah alam ghaib dan alam nyata.

Spesifikasi alam ghaib ialah berada di luar batas ruang dan waktu. Dua kawasan yang merupakan jalur operasi akal manusia. Alam ghaib seperti, Allah, malaikat, langit, jin, akhirat adalah kawasan yang berada di luar jangkauan manusia. Manusia tidak bakal mengetahuinya secara rinci dengan mengandalkan kemampuan dirinya sendiri. Fungsi akal di sini sekadar menerima informasi, memahami, dan membenarkan. Adapun alam nyata, objek dan komponennya berada dalam batas ruang dan waktu. Akal manusia bertugas menyelidikinya untuk sampai pada hakikat.

Atas dasar ini, kebenaran di sekitar alam ghaib tidak dapat didiskusikan secara rasional dan menggunakan logika, tetapi kita terima melalui teks secara apa adanya. Peran akal berada pada batas pengklasifikasian, penempatan, dan penetapan, agar keluar dengan kesimpulan yang general dan sempurna serta tidak bertentangan dengan akal dan logika.

Dalam Islam dikenal dua kategori hakikat: hakikat tawqifiyah yang berskala ghaib dan didapatkan melalui informasi Al-Qur'an dan As-Sunnah. Posisinya berada di atas akal manusia. Dan, hakikat tawfiqiyah yang sesungguhnya menjadi objek dan lapangan akal manusia.

Kekeliruan banyak orang, seperti perkembangan filsafat Yunani, mencampuradukkan dua kategori tersebut, sehingga membebankan kepada akal hal-hal yang sebenarnya berada di luar kemampuannya. Manusia juga sering tertipu ketika akal mampu memerankan fungsinya secara baik dan prima pada ruang "tawfiqiyah", mengira bahwa akal juga mampu menembus wilayah "tawqifiyah", atau setidak-tidaknya tergiur untuk menerobos ke kawasan itu.

Pada zaman modern ini, kita perhatikan akal manusia mampu menemukan hal-hal menakjubkan di alam materi. Lalu kita mengira bahwa akal yang selama ini mampu menciptakan pesawat, roket, menghancurkan atom, membuat bom hidrogen, menjelajah ruang angkasa, juga memiliki kemampuan untuk merumuskan peraturan yang menata hidup manusia. Kita lupa bahwa keberhasilan yang diraih akal selama ini ketika ia beroperasi pada jalurnya secara natural, karena memang ia dipersiapkan untuk itu. Akan tetapi, sekiranya akal beroperasi di jalur "alam manusia", berarti ia beroperasi dalam alam yang tidak mengenal batas dan amat kabur. Akibatnya, akal menemukan jalan buntu dan keluar dengan konklusi yang keliru.

c. Mencari Kebenaran dengan Sikap JernihYang dimaksud di sini ialah sikap objektif sebagai pencari kebenaran dari wahyu Al-Qur'an, bukan dengan tendensi tertentu, seperti mencari-cari dalil untuk melemahkan pendapat lawan. Hakikat Al-Qur'an adalah parameter untuk mengukur kebenaran suatu paham, teori, dan filsafat-filsafat yang ada, oleh karena itu harus diketahui secara utuh dan dengan cara langsung dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sebaliknya, perjalanan yang ditempuh pemikiran manusia untuk sampai kepada kebenaran amat lamban, sebab ia tidak mampu menemukan kebenaran secara spontan tanpa bantuan kekuatan lain.

d. Kebenaran dalam Al-Qur'an Senantiasa ParalelYang dimaksud di sini ialah keharusan membandingkan antara kesimpulan yang didapat dari Al-Qur'an--melalui metode deduktif--dengan kebenaran-kebenaran Al-Qur'an yang mutlak. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa kebenaran dalam Al-Qur'an tidak akan mengalami kontradiksi dengan sesamanya, karena ia berasal dari sumber yang sama. Jika ditemukan adanya kelainan, secara otomatis kesimpulan yang diperoleh adalah keliru dan ditolak. Hal ini didasarkan pada dua ketentuan yang aksiomatik dan disepakati oleh kaum muslimin dan didukung oleh metodologi ilmiah dalam kritik sejarah, yaitu sebagai berikut. 1. Semua ayat-ayat Al-Qur'an berasal dari Allah SWT, dan Allah menjanjikan pemeliharaan mutlak atas kesucian Al-Qur'an. 2. Al-Qur'an secara keseluruhan merupakan satu kesatuan yang utuh. Antara sebagian dengan bagian lainnya bersesuaian dan tidak ditemui kontradiksi.

e. Bersikap Jujur, tanpa PrakonsepsiPeneliti Al-Qur'an dituntut agar bersikap jujur dan ikhlas untuk mencri kebenaran murni. Peneliti hendaknya membebaskan dirinya dari pengaruh hawa nafsu, kepentingan, fanatisme kelompok, dan paham yang dianutnya.

Hal ini memang berkaitan kepada individu peneliti dan mentalitas serta moralitasnya. Akan tetapi, manusia adalah satu kesatuan. Memilah-milah antara sarana dan kemampuannya dalam memberi interpretasi atas aktivitas manusia adalah cara yang keliru. Tidaklah semua orang yang membaca Al-Qur'an akan mendapat petunjuk. Bahkan, ada yang membacanya tetapi disesatkan oleh Allah. Lalu, siapa yang mendapat petunjuk dan siapa pula yang tersesat? Jawabannya dari Al-Qur'an itu sendiri.

Menurut Al-Qur'an, motivasi juga memegang peran penting dalam menerima kebenaran atau menolaknya. Allah memberikan gambaran, perumpamaan, peringatan, dan janji-janji agar dipikirkan, tetapi orang-orang kafir justru semakin menyimpang dari jalan yang benar.

Pemikiran Islam di Tengah Pemikiran-Pemikiran LainnyaJika kita mencari perumpamaan antara pemikiran Islam dengan pemikiran produk manusia lainnya, ibarat bunga mawar yang dikelilingi oleh duri-duri yang tajam. Setidaknya ada dua filsafat yang saling kontradiktif dalam ajarannya, sementara posisi Islam berada di tengah dan berjalan secara seimbang. Kedua filsafat itu ialah materialisme dan spiritualisme.

a. Paham MaterialismeJika kita memperhatikan sistem yang berlaku sekarang, kebanyakan berdiri di atas paham "materialisme", suatu paham yang mengumandangkan "sekularisme" dan menyanjung-nyanjungnya. Memang penerapan paham ini di sebagian negeri masih memberikan ruang bagi "agama", tetapi ia menempatkan agama pada posisi yang sangat terbatas. Sementara, di negara-negara tertentu agama benar-benar diperangi dan diharamkan.

Sesungguhnya materialisme adalah paham yang dasar dan akarnya sudah sangat jauh ditelan sejarah, tetapi muncul ke permukaan dengan nama dan simbol yang berbeda-beda, namun akarnya sama, yaitu mementingkan materi dan menjadikannya sebagai dasar dan pijakan, baik mengakui posisi agama ataupun mengingkarinya secara total.

Al-Qur'an sudah lama mengidentifikasi paham ini dengan mengatakan,"Kehidupan kami tidak ada lain dari kehidupan dunia, kami mengalami mati dan hidup dan kami tidak akan dibangkitkan lagi."(Al-Mu'minun: 37).

Kehidupan yang didasarkan atas paham ini akan mengalami tantangan-tantangan yang cukup berat, karena tuntutan manusia yang cukup mendesak pada pemenuhan kebutuhan rohani dan alam ghaib, sebagaimana kebutuhan fisik dan materi. Kenyataan yang dialami umat manusia belakangan ini sebenarnya sudah cukup menjadi "jawaban" bagi mereka yang memandang hidup ini hanya materi, dan mereka membangun teori, sikap, dan kehidupannya atas dasar materi murni. Tidak ada kondisi di mana manusia dalam keadaan paling sengsara dari kondisi kehidupan materialis.

b. Tenggelam dalam Spiritualisme (Pola Hidup Kerahiban)Paham ini kebalikan dari paham pertama, dan sama-sama tidak memberikan jawaban yang memuaskan bagi manusia. Bagi penganut paham ini, penyiksaan diri, menjauhi kehidupan materi adalah ukuran kebahagiaan seseorang.

Dalam sejarah umat manusia, filsafat ini ditampilkan oleh pemuka-pemuka agama Nasrani (rahib) yang cenderung hidup menyiksa dirinya untuk meraih ridha tuhannya. Sangat mengerikan jika kita mendengar gaya hidup para rahib itu. Ada di antara mereka yang tidak menyentuh air selama empat puluh tahun, karena menurut keyakinannya bahwa hidup bersih dan rapi dapat mengurangi penghambaan manusia kepada Tuhan. Ada pula yang hidup dan tidur di comberan hingga ulat-ulat menyantapi daging-daging tubuhnya. Ada lagi yang berdiri dengan kaki sebelah selama lima belas tahun. Banyak cerita-cerita aneh yang dilakukan para rahib untuk menjauhi kehidupan.

Dengan demikian, paham yang sesuai dengan fitrah manusia adalah Islam. Islam berada di tengah-tengah dari kedua keadaan yang ekstrem tersebut. Betapa indahnya hidup di bawah naungan Islam yang mencarikan bagi manusia jalan kehidupan yang seimbang di dunia dan selamat di akhirat.

Sumber: Diadaptasi dariIslam dalam Berbagai Dimensi, Dr. Daud Rasyid, M.A. (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm. 87-97).

Oleh: Abu Annisa