li4a

400
Bab 1: Tantangan suatu diagnosis Ringkasan Komplikasi diagnosis Gejala Tanda Sistem diagnosis Riwayat Pemeriksaan Tes diagnostik Pertimbangan umum Membangun suatu komunikasi/hubungan Sama halnya dengan diagnosis penyakit pada bagian tubuh yang lain, diagnosis kelainan dalam mulut dapat dipersulit oleh berbagai faktor: • Dalam beberapa kasus, gejala dari berbagai macam penyakit dapat tampil serupa, misalnya pulpitis dan odontalgia atipia (lihat Bab 5). Suatu gejala dapat didefinisikan sebagai perubahan pada tubuh yang dilihat oleh pasien. • Tanda dari berbagai macam penyakit dapat juga tampil serupa. Suatu ulkus, misalnya dapat disebabkan oleh trauma minor dari suatu gigi yang tajam atau dapat berpotensi menjadi karsinoma sel skuamosa. Suatu tanda didefinisikan sebagai perubahan pada tubuh yang dapat dilihat oleh pemeriksa yang terlatih. • Tanda dan gejala penyakit yang sama, yang diderita oleh pasien yang berbeda, dapat sangat berbeda. Sebagai contoh, rasa sakit yang amat sangat sebagaimana digambarkan oleh seorang pasien dapat hanya merupakan gangguan kecil saja untuk pasien yang lain. • Tanda dan gejala dapat tersembunyi. Oleh karena itu, dokter gigi bertugas membuat

Upload: conita-aulia-wijayanti

Post on 17-Nov-2015

54 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

o

TRANSCRIPT

Bab 1: Tantangan suatu diagnosis

Ringkasan

Komplikasi diagnosis

Gejala

Tanda

Sistem diagnosis Riwayat

Pemeriksaan

Tes diagnostik

Pertimbangan umum

Membangun suatu komunikasi/hubungan

Sama halnya dengan diagnosis penyakit pada bagian tubuh yang lain, diagnosis kelainan dalam mulut dapat dipersulit oleh berbagai faktor:

Dalam beberapa kasus, gejala dari berbagai macam penyakit dapat tampil serupa,

misalnya pulpitis dan odontalgia atipia (lihat Bab 5). Suatu gejala dapat didefinisikan

sebagai perubahan pada tubuh yang dilihat oleh pasien. Tanda dari berbagai macam penyakit dapat juga tampil serupa. Suatu ulkus, misalnya

dapat disebabkan oleh trauma minor dari suatu gigi yang tajam atau dapat berpotensi

menjadi karsinoma sel skuamosa. Suatu tanda didefinisikan sebagai perubahan pada

tubuh yang dapat dilihat oleh pemeriksa yang terlatih.

Tanda dan gejala penyakit yang sama, yang diderita oleh pasien yang berbeda, dapat

sangat berbeda. Sebagai contoh, rasa sakit yang amat sangat sebagaimana digambarkan

oleh seorang pasien dapat hanya merupakan gangguan kecil saja untuk pasien yang

lain.

Tanda dan gejala dapat tersembunyi. Oleh karena itu, dokter gigi bertugas membuat

agar tanda dan gejala tersebut terlihat dengan cara tanya-jawab dan pemeriksaan yang

teliti.

Berbagai pemikiran pasien yang telah terbentuk sebelumnya dapat menutupi pandangan

pasien, yang kemungkinan telah berpikir bahwa masalah yang dihadapinya berasal dari

gigi dan oleh karenanya mencari bantuan dari dokter gigi. Cara seperti ini tidak dapat

memunculkan riwayat penyakit dengan teliti, sehinga penyebab kelainan yang bersifat

non-dental tidak akan ditemukan walaupun telah dilakukan tanya-jawab berulangkali.

Penyakit yang pada umumnya diderita (misalnya pulpitis) memang sering terjadi, dan

harus ditanggulangi sebelum mencari gejala yang lebih dalam. Namun gejala yang

lebih dalam ini kadang memang dapat ditemukan, sehingga dokter gigi harus selalu siap

untuk menemukan sesuatu yang tidak diharapkan sebelumnya.

Beberapa pasien dapat saja menceritakan riwayat penyakit yang mereka percaya ingin

didengar oleh dokter gigi dan dapat diterima oleh lingkungan mereka. Sebagai contoh,

pasien menganggap remeh kebiasaan minum minuman beralkohol, menggunakan

tembakau dan makan makanan mengandung gula, sementara itu waktu yang dibutuhkan

untuk membersihkan gigi mereka angap telalu berlebihan.

Selain itu, riwayat penggunaan narkoba, penyakit akibat hubungan seksual, gangguan

makan atau kekerasan pada anak tidak akan begitu saja diceritakan pada dokter gigi.

Suatu hal yang relevan tetapi bersifat non-dental, sebagai contoh adalah riwayat medis

yang disalahartikan oleh pasien sebagai suatu hal yang bukan urusan dokter gigi.

Proses diagnosis sebenarnya telah dimulai segera, begitu pasien masuk ke dalam

ruangan dokter gigi dan apa yang ditampilkannya dapat mengelabui pemeriksa. Pasien

dengan baju rapih dan bergaya misalnya, belum tentu merupakan orang yang bebas dari

penggunaan minuman beralkohol, tembakau maupun perawatan gigi-geligi yang

terabaikan.

Sistem diagnosis penyakit melibatkan tiga unsur utama:

1. Riwayat penyakit

2. Pemeriksaan

3. Tes diagnostik

Pertimbangan umum:

Pasien sebaiknya diperlakukan sebagai seorang individu, bukan sebagai suatu penyakit

yang memerlukan perawatan.

Selalu gunakan pendekatan dengan cara yang teratur, dan hindari spot diagnosis.

Bagi seorang klinisi yang berpengalaman, cara ini terlihat seperti melakukan diagnosis tanpa memperhatikan masalah dengan lebih rinci, namun bagi klinisi yang belum

berpengalaman cara seperti ini dapat mengarah pada sekedar dugaan. Pengalaman diperoleh melalui latihan yang memperhatikan semua hal secara rinci. Hanya pengalamanlah yang akan memungkinkan kita untuk memilih mana di antara pertanyaan dan pemeriksaan tersebut yang dapat disingkirkan untuk pasien tertentu yang sedang diselidiki.

Rekam medis gigi-geligi berisi informasi penting. Jangan menutupi atau menghilangkan

berbagai fakta tersebut, walaupun terlihat tidak terlalu penting.

Rekam medis gigi-geligi perlu diberi tanggal, lengkap, dapat dibaca dan tidak mudah

dihapus, serta ditandatangani oleh klinisi pemeriksa. Data tersebut kemungkinan

diperlukan oleh klinisi lain dan mungkin juga oleh anggota dari profesi hukum.

Pasien memiliki hak secara hukum untuk mendapatkan rekam medis mereka. Jadi

jangan mencatumkan komentar-komentar yang merendahkan pasien.

Selama konsultasi berlangsung di klinik, orang ketiga, misalnya seorang perawat, perlu

hadir setiap saat. Orang ketiga ini bukan orang awam, karena kemungkinan diperlukan

tindakan darurat dan ada beberapa peralatan yang harus dioperasikan.

Persetujuan orangtua/wali diperlukan untuk anak-anak di bawah usia 16 tahun.

Anak-anak akan lebih kooperatif dan komunikatif bila setelah diperkenalkan, orangtua

yang menyertainya kembali menunggu di ruang tunggu.

Hubungan baik yang dibangun dengan seorang pasien diperlukan dan merupakan awal

yang penting untuk mendapatkan riwayat penyakit yang tepat.

Membangun suatu hubungan

Wawancara awal dengan seorang pasien meliputi pertukaran informasi yang bersifat verbal dan non-verbal. Postur tubuh dokter gigi beserta sikapnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan ataupun kehancuran suatu hubungan:

Dalam sikap duduk, mata pasien sebaiknya setinggi mata dokter gigi, pasien tidak

dalam posisi tidur.

Lakukan kontak mata, tetapi tidak menatap terus-menerus karena akan menakutkan

pasien.

Pasien berada dekat dengan operator, setidaknya dalam jarak sekitar satu meter. Jarak

yang dekat menunjukkan adanya kedekatan, jarak yang terlalu jauh menunjukkan tidak

adanya perhatian.

Posisi tubuh agak merunduk ke depan ke arah pasien menunjukkan adanya perhatian.

Begitu juga menghadap ke arah pasien, menunjukkan perhatian. Senantiasa

membelakangi pasien menunjukkan penolakan.

Sebuah senyuman atau anggukan positif menunjukkan kehangatan dan perhatian.

Catat rincian tentang keluarga dekat pasien dan kegiatan sosialnya mendatang (seperti

perkawinan, kelahiran) yang diberikan keterangannya. Ucapan yang merujuk berbagai

peristiwa tersebut dapat membangun suatu hubungan yang baik dengan pasien.

Tanya-jawab awal sebaiknya dilakukan bebas dari penggunaan kacamata, penutup

wajah, agar ekspresi muka dapat terlihat dan ucapan pasien tidak tersamar. Pakaian

pelindung hanya digunakan bila pemeriksaan fisik telah dimulai.

Sebelum melakukan pemeriksaan ataupun tindakan, beritahukan pasien apa yang akan

kita kerjakan, kapan dan mengapa tindakan tersebut dilakukan. Seorang pasien yang

terkejut akibat diberitahu tentang suatu tindakan yang dilakukan akan merasa takut dan

mengakibatkan hilangnya kepercayaan pasien terhadap dokter gigi.

Kesimpulan

Seorang pasien yang merasa santai dan seoang dokter gigi yang penuh perhatian, teliti, sistematis dalam memeriksa, disertai lingkungan yang ramah tetapi profesional merupakan dasar diagnosis kelainan dalam mulut.

Bab 2. Riwayat penyakit

Dengarkan pasien Anda, dia sedang memberitahukan diagnosisnya!

(Dia gnosis: (Yunani) berarti melalui ilmu pengetahuan)Ringkasan

1. Tahap perkenalan

Menyapa

Kalimat awal pasien

Data biografi

2. Mendengarkan keluhan pasien

Keluhan utama (CO)

3. Tanyajawab terstruktur

Riwayat keluhan utama (HPC)

Riwayat medis (MH)

Riwayat gigi-geligi (DH)

Riwayat keluarga (FH)

Riwayat sosial (SH)

Tujuan

Untuk membangun hubungan antara pasien dokter gigi.

Untuk mengumpulkan informasi secukupnya agar dapat menentukan diagnosis.

Agar dapat lebih mengerti tentang keinginan dan harapan pasien.

Riwayat penyakit

Merupakan keterangan pribadi tentang masalah yang dihadapi pasien.

Merupakan bagian yang paling penting dalam diagnosis klinis.

Kadang-kadang dapat merupakan satu-satunya faktor yang menentukan diagnosis

(misalnya rasa sakit. Lihat Bab 5 dan 6).

Beberapa pasien (misalnya anak kecil atau yang membutuhkan perawatan khusus),

mungkin tidak dapat memberikan riwayat penyakit dengan tepat. Bila ini terjadi, maka

pertanyaan dapat diajukan kepada orangtuanya/walinya/orang yang bertanggungjawab

terhadapnya. Namun, biasanya akan lebih baik bila pasien sendiri yang menjawab,

walaupun kemungkinan kita akan mengarahkan pertanyaan tersebut, karena pasien

itulah yang merasakan sakitnya. Orang ketiga dapat memberikan arti yang berbeda

terhadap masalah yang dihadapi.

Bila ditemukan kendala bahasa, anjurkan pasien untuk membawa penerjemah. Akan

lebih baik lagi di sini bila kita berkeras minta agar pasien menjawab sendiri, walaupun

kadang memang sulit untuk dilakukan.

Riwayat penyakit terdiri dari tiga tahapan:

1. Tahap perkenalan yang singkat

2. Mendengarkan keluhan pasien

3. Pertanyaan yang terstruktur

Tahap 1. Tahap perkenalan

Sapa pasien dengan namanya.

Perkenalkan nama kita dan jelaskan bagaimana kita dapat membantu mengatasi

persoalan pasien.

Hilangkan kecanggungan dengan mulai berbicara tentang cuaca, perjalanan yang

dilakukan pasien, pekerjaan pasien, atau sanjungan asalkan tidak berlebihan.

Sebagian besar pasien tidak mengerti istilah medis/dental, jadi gunakan kata-kata

umum tetapi tidak merendahkan. Satu aturan yang dapat diikuti adalah menggunakan

kata-kata yang mudah ditemukan di majalah popular ataupun suratkabar.

Catat kalimat awal pasien. Hal ini dapat atau tidak dapat berhubungan dengan alas an

pasien untuk datang, tetapi seringkali dapat memberikan informasi yang penting.

Kalimat Saya takut dengan dokter gigi, tetapi rasa sakit ini membuat saya ingin

datang, dapat memberi petunjuk dalam perawatan pasien.

Catat atau periksa data biografi, termasuk:

Nama pasien

Jenis kelamin

Tanggal lahir (penyakit yang berhubungan dengan usia: sebagian besar penderita kanker mulut berusia 40 tahun ke atas).

Alamat (sehubungan dengan kesulitan untuk dating, fluoridasi air minum).

Nomor telepon siang hari dan telepon rumah.

Pekerjaan (pendidikan, status sosial-ekonomi, terpapar sinar matahari kanker kulit dan bibir, juru masak karies).

Nama serta alamat dokter dan dokter gigi umum

Tahap 2. Mendengarkan keluhan pasien

Keluhan utama (CO = Complaints Of):

Keluhan ini merupakan sebab mengapa pasien mencari pertolongan.

Gunakan pertanyaan seperti Apa yang dapat saya Bantu?.

Bila ada beberapa masalah yang disebutkan, tanyakan Apa yang merupakan keluhan / perhatian utama ?.

Catatan:

Berikan dorongan kepada pasien agar dapat menggambarkan keluhannya.

Jangan memotong cerita pasien.

Berikan dorongan kepada pasien yang tidak bisa cerita, dengan cara bertanya

menggunakan kalimat sederhana.

Arahkan pasien yang terlalu banyak berbicara agar fokus pada hal-hal yang lebih

penting.

Catat keluhan tersebut menggunakan kalimat pasien. Terutama dalam kasus medico-

legal, kata-kata pasien dapat diatur dalam tanda kutip.

Dalam menggambarkan keluhan utamanya, pasien dapat memiliki daftar gejala (lihat

Bab 1).

Bila tidak dapat menemukan kata-kata untuk menggambarkan gejala, agar lebih mudah

bertanya kepada pasien untuk menggambarkan suatu kata yang dapat menggambarkan

hal yang berlawanan dengan keluhan.

Hubungkan keluhan tersebut dengan kalimat awal pasien sebelumnya.

Tahap 3. Tanyajawab terstruktur

Tahap ini terbagi ke dalam lima kelompok:

1. Riwayat keluhan utama (saat ini)

2. Riwayat medis

3. Riwayat gigi-geligi sebelumnya

4. Riwayat keluarga

5. Riwayat sosial

Pertanyaan terbuka, yang tidak memerlukan jawaban ya atau tidak, memberikan ruang

kepada pasien untuk menjelaskan keluhannya.

1. Riwayat keluhan utama (HPC)

Merupakan riwayat kronologis perkembangan keluhan pasien.

Terdiri dari berbagai pertanyaan sebagai berikut:

Kapan pertama kali keluhan tersebut dirasakan?

Apakah ada perubahan keluhan sejak saat itu? Apakah makin parah, lebih baik,

ataukah sama saja?

Apakah ada sesuatu yang menyebabkan kelainan itu timbul atau membuatnya makin

parah ? (misalnya panas, dingin atau saat makan dapat memperparah rasa sakit gigi).

Apakah ada sesuatu yang dapat mengurangi keluhan ? (misalnya obat analgetik yang

dibeli sendiri tanpa resep untuk mengurangi rasa sakit yang parah).

Lanjutkan dengan pertanyaan yang berhubungan dengan gejala tambahan dan

keberhasilan perawatan, atau perawatan yang pernah diberikan sebelumnya.

Kemungkinan gejala memerlukan penjelasan lebih lanjut. Rasa sakit adalah suatu

gejala subyektif dan tidak seperti ulkus, tidak ada yang dapat dilihat secara visual.

Oleh karena ituriwayat penyakit menjadi sangat perting artinya (lihat Bab 5 dan 6).

Hindari pertanyaan terarah, pasien yang sudah terpengaruh akan setuju saja dengan

gejala yang tidak mereka ketahui. Jadi jangan bertanya Apakah anda mengalami rasa

sakit bila makan makanan panas atau dingin ? Melainkan bertanyalah: Apa yang

membuiat rasa sakit tersebut mudah timbul?

Bila pertanyaan terarah tidak dapat dihindarkan, berikan beberapa kemungkinan

yang dapat dipilih oleh pasien.

Keluhan akibat ulserasi (lihat Bab 10).

Keluhan akibat pembengkakan (lihat Bab 12).

2. Riwayat medis (MH)

Dapat memberikan tanda penting untuk diagnosis.

Dapat mengubah rencana perawatan.

Riwayat medis yang tidak lengkap dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan pasien,

dokter gigi, juga staf pendukung lainnya.

Penting dicatat untuk alasan medikolegal.

Bila digunakan kuesioner untuk mendapatkan riwayat medis, jawaban yang diberikan

harus diperiksa kembali oleh dokter gigi.

Berikut ini beberapa pertanyaan yang harus ditanyakan:

Pernahkah anda menderita suatu penyakit yang berat atau pernahkah masuk rumah

sakit untuk perawatan? (Bila pernah masuk rumah sakit menunjukkan pasien pernah

mempunyai penyakit yang cukup berat).

Pernahkah anda menjalani operasi? (Bila pernah berarti ada penyakit yang cukup berat,

bisa juga didapat informasi tentang kepekaan pasien terhadap obat anestesi).

Bila pernah, apakah ada masalah? (Seperti perdarahan berlebihan, reaksi alergi

terhadap obat, dan sebagainya).

Apakah saat ini anda sedang dalam perawatan seorang dokter? (Dapat menunjukkan

adanya suatu masalah yang cukup serius).

Apakah anda sedang menggunakan tablet, obat lain, pil, krim? (Bila ya, kemungkinan

ada masalah yang sedang dihadapi. Obat-obatan yang diresepkan untuk mengatasi

masalah gigi dapat bereaksi dengan obat-obat yang ada. Antibiotika spektrum luas

dapat mengurangi keberhasilan kontrasepsi oral, misalnya, sehingga perlu diberikan

kontrasepsi metode barier.

Pernahkah anda mengalami perdarahan berlebihan setelah terluka atau setelah

pencabutan gigi? (Bila ya, ada kecenderungan terjadi perdarahan dalam perawatan).

Pernahkah anda ditolak menjadi donor darah? (Kemungkinan ada virus yang

berkembangbiak dalam darah).

Pernahkah anda menderita sakit kuning, hepatitis atau gangguan hati lainnya? (Risiko

infeksi silang, metabolisme obat yang tertunda, masalah perdarahan).

Apakah anda punya penyakit jantung? (Risiko angina/serangan jantung, risiko untuk

anestesi umum).

Pernahkah anda menderita demam rematik, kelainan denyut jantung atau kelainan

katup jantung? (Risiko untuk infeksi endokarditis setelah pencabutan gigi).

Pernahkah anda menderita hipertensi? (Risiko untuk stroke atau gagal jantung).

Apakah anda menderita asma, paru, atau masalah pernafasan? (Risiko untuk anestesi

umum).

Pernahkah anda menderita tuberkulosis? (Risiko infeksi silang).

Pernahkah anda menderita penyakit infeksi tertentu? (Risiko infeksi silang).

Apakah anda menderita diabetes? (Rentan terhadap infeksi, penyakit periodontal,

risiko kolaps bila gula darah turun, risiko untuk anestesi umum).

Pernahkah anda menderita epilepsi? (Risiko kejang)

Apakah ada sedang hamil atau menyusui? (Untuk wanita).

Apakah anda menderita alergi?. Misalnya: hay fever, asma, eksim atau elastopleist.

(Reaksi terhadap obat, risiko untuk anestesi umum).

Pernahkah anda mempunyai masalah dengan antibiotika, terutama penisilin? (Risiko

reaksi alergi, termasuk anaphylactic shock).

Pernahkah anda mempunyai masalah dengan tablet atau obat, misalnya aspirin?

(Reaksi obat).

Pernahkah anda mempunyai masalah dengan anestesi gigi ataupun anestesi umum?

(Reaksi obat).

Apakah masih ada informasi medis yang perlu saya ketahui? (Umum).

Periksa riwayat medis dalam setiap kunjungan; mungkin ada perubahan yang bermakna

(Misalnya antikoagulan, serangan jantung dan sebagainya).

Hubungi dokter atau ahli bedah yang berwenang bila masih ragu-ragu.

Bila pasien tidak yakin dengan nama atau jenis obat yang digunakan, minta mereka

untuk membawanya dalam kunjungan berikutnya.

Suatu pemeriksaan medis mungkin diperlukan bagi pasien yang sedang menjalani

anestesi umum atau sedasi dan pasien yang memiliki riwayat positif yang akan

mengalami perawatan ekstensif di bawah anestesi lokal.

3. Riwayat gigi-geligi terdahulu (DH)

Tanyakan beberapa pertanyaan di bawah ini:

Seberapa seringkah anda mengunjungi dokter gigi sebelumnya? (Berkaitan dengan

motivasi, kemungkinan akan kunjungan berikutnya).

Kapan terakhir bertemu dengan dokter gigi anda dan apa yang dilakukan oleh dokter

gigi anda? (Dapat sedikit disinggung masalah yang dihadapi saat ini).

Pernahkah anda mendapat perawatan ortodonti? (Dapat merupakan petunjuk motivasi

yang baik).

Pernahkah anda bermasalah dengan perawatan sebelumnya/ anestesi? (Ansietas,

masalah kesehatan).

Seberapa seringkah anda menyikat gigi dan berapa lama? Apakah anda menggunakan

benang gigi atau fluor? (Motivasi, pengetahuan tentang pencegahan).

4. Riwayat keluarga (FH)

Bila dicurigai akan adanya diagnosis yang melibatkan kondisi herediter, tambahkan

catatan rinci tentang kesehatan, usia dan riwayat medis orangtua, kakek-nenek,

saudara kandung dan anak-anak.

Beberapa penyakit seperti hemofilia bersifat herediter. Bagi pasien lain, faktor

herediter lainnya juga dapat ditemukan, seperti:

Non-insulin dependent diabetes mellitus

Hipertensi

Beberapa jenis epilepsi

Penyakit jantung

Kelainan psikiatri

Kanker payudara

Keganasan lainnya

5. Riwayat sosial (SH)

Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang gaya hidup pasien yang

kemungkinan berpengaruh/ mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan

umum dan kesehatan gigi pasien.

Berisikan rincian tentang::

Olahraga (Risiko anestesi)

Berat badan dalam kaitan dengan tinggi badan (Gangguan makan).

Diet (Vegetarian, kandungan asam yang tinggi, sifat kariogenik).

Minuman beralkohol (Penyakit periodontal, ANUG, kanker mulut, cirrhosis

hepatis, risiko perdarahan).

Kebiasaan merokok (Penyakit periodontal, risiko anestesi, ANUG, kanker mulut).

Penggunaan minuman beralkohol dan kebiasaan merokok bersama-sama

meningkatkan risko untuk terkena kanker mulut).

Kondisi lingkungan rumah (tak terawat, stres).

Berkunjung ke luar negeri (Penyakit daerah tropis).

Bekerja (Stres fisik/psikologis).

Stres (Gangguan psikosomatik).

Penggunaan obat tanpa resep dokter (narkoba) (Risiko infeksi silang, gigi tak

terawat, risiko terkena penyakit jantung dalam penggunaan kokain, risiko

peningkatan karies gigi dalam penggunaan metadhone).

Kesimpulan

Riwayat penyakit seringkali telah dapat menunjukkan diagnosis sementara/diagnosis kerja, atau paling tidak riwayat penyakit dapat menentukan diagnosis banding.

Diagnosis kerja ataupun diagnosis banding akan ditegaskan lagi ataupun ditolak berdasarkan pemeriksaan klinis dan tes diagnostik.

Rujukan ke spesialis (biasanya melalui surat):

Komunikasi tertulis biasanya akan sangat membantu, misalnya ditujukan ke spesialis atau bagian administrasinya.

Dalam kondisi darurat, dapat dirujuk melalui telepon.

Surat rujukan sebaiknya berisi:

Nama, alamat dan nomor telepon pengirim surat rujukan.

Nama, alamat, nomor telepon, usia dan jenis kelamin pasien.

Tanggal rujukan.

Alasan rujukan, termasuk riwayat penyakit, tanda, gejala dan diagnosis kerja.

Alasan mengapa harus segera dirujuk.

Riwayat medis, gigi dan sosial.

Hasil pemeriksaan penunjang (termasuk radiografis).

Rujukan tersebut meminta pendapat saja ataukah meminta pendapat dan perawatan selanjutnya.

Contoh surat rujukan:

Dr. S. Brown

The Dental Surgery

35 Dane End

London N1 3LP

Tel: 0208 773 2433

22nd Februari, 2000

Profesor ..

Oral and Maxillofacial Surgery

The Guys, Kings and St Thomas Dental Institute

Caldecot Road

London SE5 9RW

Profesor Yth.,

Pasien: Tn. Charles White, lahir 17 Februari 1920, alamat: 23 Elgin Court, London, N1 2JK. Tel: 0207 233 4455.

SEGERA.

Tn White datang ke tempat praktek saya tanggal 10 Februari 1998 untuk pemeriksaan rutin dan tidak memiliki keluhan pada gigi-geliginya. Pada pemeriksaan dasar mulut saya temukan ulkus dengan diameter 5 mm, tepinya lebih tinggi dari sekitarnya, dasar ulkus berdarah. Ulkus tersebut tidak sakit bila disentuh, tetapi tekanan yang ditimbulkan oleh gigi tiruan rahang bawah di daerah tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe.

Saya bebaskan tekanan dari gigi tiruan rahang bawah dan merencanakan untuk mengatasi masalah tersebut satu minggu kemudian.

Pada kunjungan berikutnya ulkus tidak banyak berubah. Tekanan dari gigi tiruan rahang bawah masih menimbulkan rasa tidak nyaman di daerah ulserasi. Kali ini plat gigi tiruan saya potong untuk membebaskan ulkus dari tekanan dan meminta pasien ntuk datang kembali.

Dalam kunjungan berikutnya ulkus tetap tidak menyembuh dan kali ini saya yakin gigi tiruan rahang bawah bukan penyebabnya. Saya lebih mengkhawatirkan akan terjadinya keganasan pada ulkus tersebut.

Riwayat medis menunjukkan pernah terjadi angina ringan dan bronchitis kronis. Pasien sedang tidak dalam pengobatan apapun selain aspirin 75 mg dan kadang-kadang menggunakan gliseril trinitrat.

Tn White sudah bertahun-tahun tidak bergigi sehingga menggunakan gigi tiruan penuh rahang atas dan rahang bawah. Ia merokok 20 batang rokok sehari dan minum wiski 4 atau 5 gelas seminggu.

Saya akan sangat berterimakasih bila anda sudi memeriksa pasien ini secepatnya dan memberikan perawatan yang diperlukan.

Hormat saya,

Steven Brown

Rujukan dapat menggunakan faksimili. Namun sebaiknya kirimkan juga satu copy

melalui pos. Rujukan sebaiknya tidak menggunakan e-mail, kecuali bila ada kode

khusus yang dapat digunakan.

Pasien sebaiknya tidak diberi begitu saja surat rujukan tersebut untuk kemudian

diserahkan kepada dokter spesialis. Tindakan seperti ini seolah-olah kurang

menghargai spesialis tersebut, juga terhadap pasien lainnya.

Bacaan tambahan

Cooper, J., Warnakulasuriya, K.A.A.S dan Johnson, N.W. (1944) Screening for Oral Cancer. London: Royal College of Surgeons of England (Dept of Dental Sciences).

Gray, R.J.M., Davies, S.J. dan Quayle, A.A. (1995) Temporomandibular Disorders: A Clinical Approach. London: British Dental Association.

Bab 4. Tes diagnostik

Ringkasan

Pendahuluan

Tes diagnostik

1. Tes gigi-geligi rutin

Vitalitas

Thermal

Elektrik

Diagnosis melalui akses kavitas

Perkusi

Pelunakan

Nada perkusi

Kegoyangan gigi

Transiluminasi

Penggunaan kaca pembesar

Fotografi

Gigitan

Auskultasi

Diagnosis melalui anestesi lokal

Suhu

Radiografi

Tehnik sederhana menggunakan bahan radiopak

Probe lunak

Perangkat lepasan

2. Tes medis rutin

Suhu

Tekanan darah

Nadi

Kecepatan pernafasan

Berat badan

3. Tes tambahan

Biopsi

Metode biopsi

Eksisi

Insisi

Scalpel

Punch

Needle/trephine/drill

Aspirasi

Mikrobiologi (termasuk virologi)

Sitologi

Darah

Biokimia

Imunologi

Tes nervus kranialis

4. Rujukan

Tehnik pencitraan lanjut

Computed tomography

Magnetic resonance imaging

Ultrasound

Tehnik lanjut menggunakan bahan radiopak

Arthrography

Sialography

Angiography

Pemeriksaan sinus/fistula

Patch test

Urinalisis

Pendahuluan

Tes diagnostik hanya dilakukan bila pemeriksaan dan anamnesis untuk riwayat lesi

serta riwayat medis telah diselesaikan dengan lengkap (lihat Bab 2 dan 3).

Tes diagnostik dilakukan untuk memperkuat atau menolak diagnosis

sementara/diagnosis kerja, dengan harapan akan dapat menentukan diagnosis tetap.

Jangan meminta melakukan suatu tes diagnostik yang tidak bisa kita mengerti sendiri

hasil tesnya!

Tes diagnostik

Berbagai tes diagnostik ini dikelompokkan ke dalam empat bagian:

1. Tes gigi-geligi rutin. Tes ini merupakan bagian rutin pemeriksaan yang dilakukan

dokter gigi umum.

2. Tes medis rutin. Tes ini terdiri dari pemeriksaan medis sederhana yang dapat

dilakukan oleh perawat atau dokter gigi yang telah dilatih dengan tehnik tertentu serta

dapat menjelaskan hasilnya.

3. Tes tambahan. Tes ini dapat dilakukan di ruang operasi bila peralatannya tersedia dan

operator yang sudah terlatih juga ada. Seandainya tidak ada, maka pasien perlu dirujuk

ke pusat rujukan yang sesuai. Untuk hal ini juga, dokter gigi perlu terlatih membaca

hasil tes yang dimintanya.

4. Rujukan. Tes yang dilakukan di sini biasanya tidak dilakukan di praktik dokter gigi

umum.

1. Tes gigi-geligi rutin

Tes vitalitas (lihat juga Bab 5)

Tes ini digunakan untuk menentukan vitalitas (atau non-vital) pulpa gigi

Bila digabung dengan keterangan yang didapat dari riwayat penyakit dan hasil

pemeriksaan, tes vitalitas gigi dapat menunjukkan adanya peradangan pulpa (pulpitis).

Namun demikian, hasil tes pulpa perlu disikapi dengan hati-hati; tes tersebut

menunjukkan keutuhan pembuluh saraf dalam pulpa, sementara yang bertugas menjaga

kesehatan pulpa adalah pembuluh darah. Selain itu hasil pemeriksaan yang bersifat

negatif palsu ataupun positif palsu juga sering ditemukan (lihat bawah).

Tes vitalitas tidak selalu berhubungan dengan perubahan histologis yang terjadi dalam

pulpa gigi yang bersangkutan.

Tes sebaiknya tidak hanya dibatasi pada gigi yang sedang diperiksa. Gigi sekitarnya

yang diperkirakan tidak mengalami kelainan (sehat), juga gigi seberangnya perlu dites

dan hasilnya dibandingkan.

Untuk menghindari rasa sakit pasien, tes pada gigi sebaiknya dimulai dari gigi yang

sehat, bukan gigi yang sedang sakit atau gigi yang diperkirakan akan memberi reaksi

berlebihan.

Stimulus yang diberikan pada waktu melakukan tes sebaiknya dilakukan pada enamel

mahkota gigi, juga menghindari tersentuhnya tambalan ataupun jaringan lunak.

Beberapa tambalan dapat merupakan penghantar thermal yang baik, yang juga bisa

melibatkan jaringan lunak; beberapa tambalan lain dapat merupakan penghantar

thermal yang buruk.

Kesimpulan yang lebih dapat diandalkan bisa diperoleh bila hasil tes dari dua

pemeriksaan dikombinasikan (misalnya tes panas dengan dingin, atau tes dingin

dengan elektrik

Berikut ini adalah tes vitalitas yang dapat disebutkan:

Thermal

Elektrik

Diagnosis melalui akses kavitas, tanpa anestesi

Tes vitalitas thermal

Suatu gigi yang vital, tanpa kelainan pulpa biasanya dapat distimulir pada suhu

20-50C, tanpa menimbulkan rasa sakit.

Gigi dengan radang pulpa (pulpitis) dapat memberi reaksi rasa sakit yang parah bila

dilakukan stimulasi suhu di atas suhu rata-rata.

Dalam tes vitalitas thermal, digunakan suhu yang ekstrim:

Dingin. Satu gumpalan kapas yang dijepit dengan pinset disemprot sampai basah dengan chlor ethyl. Setelah chlor ethyl sebagian menguap, akan terbentuk kristal pada kapas. Proses ini dapat dipercepat dengan penyemprotan udara pada kapas, atau dengan menggerakkan kapas di udara. Kapas yang dngin tersebut yang kemudian ditempelkan ke gigi.

Panas. Setangkai gutta-percha dipanaskan di atas api sampai ujungnya melunak. Ujung yang panas tersebut ditempelkan ke gigi. Bila gigi yang akan ditempeli gutta-percha tersebut sebelumnya telah dilapisi vaselin, maka gutta-percha lunak tersebut tidak akan dapat menempel ke gigi.

Tes vitalitas elektrik. Kelebihan tes ini adalah stimulusnya lebih dapat dikontrol dan diukur derajatnya dibandingkan tes thermal, karena sebagian besar alat tersebut memiliki pengukuran digital, sehingga dapat dilihat secara visual berapa besar tingkat stimulus yang diberikan. Walaupun terlihat lebih akurat, namun tetap ditemukan variasi, misalnya karena baterai yang digunakan sudah berkurang dayanya.

Gigi yang akan dites perlu diisolasi dulu dengan gulungan kapas dan dikeringkan. Bila permukaan gigi basah, maka aliran listrik akan diteruskan ke jaringan lunak. Elektroda yang berkontak dengan gigi sebaiknya tidak diletakkan di atas tambalan; tambalan plastis dapat menghambat aliran listrik, tetapi tambalan logam akan meneruskan aliran listrik ke gingiva ataupun gigi sebelahnya. Demikian pula elektroda tidak boleh berkontak dengan jaringan lunak.

Agar diperoleh hasil yang dapat diandalkan, harus diperoleh kontak listrik yang baik. Suatu elektrolit (misalnya KY jelly) biasanya diperlukan di ujung elektroda dan beberapa perangkat mengharuskan operator melepas sarung tangan karetnya sebelum memegang perangkat tersebut untuk mendapatkan arde.

Voltase ditingkatkan bertahap sampai didapat respon yang diinginkan.

Hasil tes vitalitas

Dapat berupa:

Positif (normal)

Berlebihan, sebentar

Berlebihan, lama

Negatif

Positif palsu

Negatif palsu

Tidak jelas

Positif (normal):

Gigi yang dites memberi respon yang sama atau tingkat stimulasi yang sama dengan

gigi sehat lainnya.

Hasil seperti di atas menunjukkan pulpa masih vital dan tidak ada peradangan pulpa.

Berlebihan, sebentar:

Gigi yang dites memberi respon lebih besar dibandingkan gigi sehat lainnya, begitu

juga bila diberi stimulasi ringan.

Namun demikian,respon sakit hanya berlangsung kurang dari 15 detik setelah stimulus

diangkat.

Gigi dapat bereaksi lebih kuat terhadap rangsang dingin dibandingkan panas.

Keadaan tersebut di atas menunjukkan pulpa masih vital, tetapi mengalami peradangan

(hiperemia, lihat halaman 80).

Pulpitis bersifat reversibel bila penyebabnya dihilangkan.

Sementara itu, dentin dapat terbuka sebagai akibat adanya keretakan gigi, karies,

tambalan bocor/terbuka dan dentin akar yang sensitif.

Berlebihan, lama:

Gigi yang dites memberi respon lebih besar dibandingkan gigi sehat lainnya, juga bila

diberi stimulasi ringan.

Namun demikian, respon rasa sakit dapat bertahan lebih dari 15 detik (dan kadang-

kadang beberapa menit atau beberapa jam) setelah stimulus diangkat.

Respon terhadap stimulasi panas dan elektrik kemungkinan lebih besar daripada dingin.

Memang rangsang dingin dapat mengurangi rasa sakit.

Hasil yang diperoleh menunjukkan pulpa masih vital tapi meradang (pulpitis akut, lihat

halaman 82). Pulpitis jenis ini seringkali bersifat irreversibel.

Catatan: Suatu reaksi yang bertahap terhadap panas, tetapi tidak bereaksi terhadap rangsang dingin ataupun elektrik, mengarah pada respon yang berlebihan, dapat menunjukkan adanya pulpitis kronis (lihat halaman 83).

Negatif:

Gigi yang dites tidak memberi respon terhadap stimulasi, tapi gigi yang sehat memberi

hasil positif.

Hasil di atas menunjukkan pulpa non vital dan kemungkinan nekrotik, atau mungkin

saluran akar mengalami sclerosis.

Positif palsu:

Gigi yang dites memberi respon normal, tapi kondisi pulpa terlihat abnormal.

Keadaan di atas dapat terjadi pada:

Gigi dengan akar ganda: jaringan sehat masih ditemukan di salah satu akar, tapi sisa jaringan pulpa lainnya telah nekrotik.

Saluran akar gigi yang penuh dengan pus: dapat menjalarkan stimulus (lihat periodontitis apikalis, halaman 85).

Saluran akar gigi yang penuh dengan gas: panas menyebabkan ekspansi (lihat periodontitis apikalis, halaman 85).

Pasien yang merasa takut atau pasien dengan ambang rasa sakit yang rendah, dapat memberi respon rasa sakit walaupun stimulus belum diletakkan pada gigi!

Negatif palsu:

Gigi yang dites tidak memberi respon terhadap stimulus, tapi berbagai reaksi lainnya

menunjukkan bahwa pulpa masih vital.

Keadaan tersebut dapat terjadi bila:

Pulpa terlindung dengan baik dari stimulus thermal maupun elektrik, misalnya tambalan plastis, dentin sekunder. Dentin sekunder dapat menjelaskan adanya respon negatif palsu yang ditemukan pada gigi pasien lansia.

Suplai pembuluh saraf ke dalam pulpa hancur, misalnya akibat trauma.

Pasien memiliki ambang rasa sakit yang tinggi.

Ada kerusakan pada peralatan ataupun tehnik pemeriksaan.

Tidak dapat disimpulkan:

Semua gigi memberi respon berlebihan atau sebaliknya tidak ada gigi yang memberi

respon.

Bila berbagai tes yang berbeda memberi hasil yang saling berlawanan atau setelah tes

yang sama diulangi tetap memberi hasil yang berlawanan.

Bila respon dari dua tes (misalnya panas dan dingin) tidak dapat disimpulkan, lakukan

tes ketiga (misalnya elektrik). Bila masih meragukan, lakukan diagnosis melalui akses

kavitas, tanpa anestesi lokal (lihat bawah).

Diagnosis melalui akses kavitas tanpa anestesi lokal

Suatu bentuk tes yang mungkin paling bisa diandalkan adalah memotong kavitas kecil

pada gigi yang diperiksa.

Bila pulpa masih vital, biasanya akan diperoleh respon begitu dentin tercapai.

Bentuk tes ini merusak jaringan gigi, karena itu hanya dipakai bila tidak ada cara lain

lagi yang dapat digunakan.

Perkusi

Tes ini dilakukan dengan cara mengetuk pelan gigi yang diperiksa, dengan ujung

tangkai kaca mulut.

Ada dua ciri yang penting untuk diperhatikan: terasa lunak bila dilakukan perkusi,

dan terasa tumpul bila dilakukan perkusi.

Kedua ciri di atas menunjukkan adanya inflamasi (dan akumulasi cairan) di ligamen

periodontal (lihat periodontitis apikalis akut dan kronis, periodontitis akut yang berasal

dari gingiva dan periodontitis akibat trauma, halaman 85-88 dan 90).

Rasa lunak dalam arah apikal bila dilakukan perkusi menunjukkan adanya periodontitis

apikalis.

Rasa lunak dalam arah lateral bila dilakukan perkusi menunjukkan adanya periodontitis

akut yang berasal dari gingiva (periodontitis lateralis).

Sebagaimana halnya tes vitalitas, sejumlah gigi juga perlu dites seperti gigi yang

diperiksa. Tes dimulai dari gigi yang sehat.

Perkusi perlu dilakukan dengan sangat hati-hati karena gigi dengan periodontitis akan

lebih lunak dibandingkan biasanya.

Kegoyangan gigi

Kegoyangan gigi dapat dites menggunakan dua tangkai instrumen. Satu tangkai

diletakkan di sisi bukal gigi dan satu tangkai lagi diletakkan di sisi lingual gigi.

Salah satu tangkai tersebut dapat digantikan dengan jari tangan operator (lihat halaman

27).

Kegoyangan gigi dapat meningkat akibat:

Menurunnya dukungan tulang:

penyakit periodontal

kista tulang

neoplasma

Abses ataupun inflamasi pada ligamen periodontal:

periodntitis apikalis

periodontitis yang berasal dari gingival

trauma oklusal

trauma akut

Fraktur mahkota ataupun akar.

Fraktur tulang pendukung

Transiluminasi

Memerlukan sumber cahaya khusus

Cahaya dari lampu yang dipakai untuk composite curing juga dapat digunakan.

Cahaya dari sumber lain yang kurang begitu memuaskan adalah cahaya yang berasal

dari lampu unit yang direfleksikan ke kaca mulut.

Transiluminasi bermanfaat untuk menentukan diagnosis:

Gigi yang retak

Karies interproksimal pada gigi anterior.

Karies interproksimal pada gigi posterior, yang aksesnya cukup.

Transiluminasi intra-oral dalam suatu ruang gelap dapat digunakan untuk menentukan diagnosis sinusitis maksilaris.

Pembesaran

Pembesaran lensa 2x 4x, dengan loupe ataupun dengan kamera video, biasanya

bermanfaat sebagai bantuan tambahan untuk pemeriksaan mata telanjang di daerah

rongga mulut.

Pemeriksaan cara ini terutama berguna dalam menentukan diagnosis karies, keretakan

pada gigi dan tambalan, pemeriksaan tepi tambalan dan pencarian saluran akar selama

pemeriksaan endodontik.

Fotografi

Dapat memperbesar suatu lesi, membantu penentuan diagnosis.

Merekam keberadaan suatu lesi, sehingga dapat memperkirakan dengan lebih tepat

adanya perubahan ke arah penyembuhan atau ke arah keganasan.

Membantu dalam kasus-kasus medikolegal.

Luka gigit

Gigitan yang terjadi pada bahan rubber dam, rubber point atau wood point, juga

instrumen plastis berbentuk piramid, semuanya dapat menunjukkan diagnosis akan

adanya gigi yang retak (lihat halaman 78).

Auskultasi

Stetoskop yang diletakkan pada TMJ dapat membantu menentukan diagnosis suara

sendi ataupun krepitasi (lihat halaman 19).

Diagnosis melalui anestesi lokal

Rasa sakit pada gigi, terutama pulpitis, seringkali sangat sulit untuk ditentukan gigi

penyebabnya (lihat halaman 81).

Bahkan kadang pasien tidak yakin dari rahang yang mana rasa sakit tersebut berasal.

Rasa sakit yang dihilangkan, misalnya melalui anestesi blok mandibula, ataupun rasa

sakit yang masih ada terus setelah dilakukan anestesi blok mandibula, dapat

menentukan dari rahang mana rasa sakit tersebut berasal dan akan membantu

menentukan gigi penyebab rasa sakit.

Anestesi infiltrasi dapat digunakan untuk melokalisir gigi penyebab rasa sakit.

Suhu

Suhu biasanya diukur menggunakan termometer klinis (lihat di bawah).

Namun demikian, peningkatan suhu dapat secara kasar diketahui dengan cara

meletakkan punggung tangan operator pada dahi pasien.

Peningkatan suhu yang terjadi pada pembengkakan daerah muka dapat diketahui

dengan cara meletakkan punggung jari operator pada daerah pembengkakan (Gambar

4.1).

Gambar 4.1 Suhu daerah pembengkakan muka dapat diketahui dengan cara meletakkan punggung jari operator pada daerah pembengkakan.

Radiografi

Beberapa tehnik di bawah ini cocok digunakan dalam praktik dokter gigi umum bila

fasilitasnya memang tersedia:

Bitewing Mahkota gigi, karies (terutama lesi interproksimal), tambalan, tinggi tulang alveolar (bila kerusakan tulang hanya sedikit). Perluasan karies fisura ke dalam dentin hanya akan terlihat bila kariesnya cukup besar.

Periapikal Akar gigi dan jaringan tulang sekitarnya.

Tehnik parallax (Gambar 4.2)

Dua buah film periapikal yang diletakkan pada sudut anteroposterior yang berbeda,

dapat membantu menunjukkan posisi gigi yang belum erupsi dalam arah bukolingual,

terutama untuk kaninus rahang atas.

Gigi yang letaknya paling palatal terlihat bergerak dalam arah yang sama dengan

pergerakan tube.

Gigi yang letaknya paling bukal terlihat bergerak dalam arah berlawanan dengan

pergerakan tube.

Panoral Untuk melihat gambaran menyeluruh pada gigi, rahang, TMJ, sinus maksilaris dan sebagainya. Detail pada daerah midline terhambat oleh superimposisi spina servikalis.

Lateral oblique Untuk melihat gambaran menyeluruh seperti di atas. Dapat digunakan bila fasilitas panoral tidak tersedia.

Gambar 4.2 Lokalisasi dengan tehnik parallax: obyek yang letaknya lebih ke palatal bergerak dalam arah yang sama dengan pergerakan tube; obyek yang letaknya lebih ke bukal bergerak dalam arah yang berlawanan dengan pergerakan tube.

Maxillary anterior occlusal Untuk melihat akar gigi anterior rahang atas.

Mandibular occlusal Untuk melihat kalsifikasi yang terjadi di dasar mulut, termasuk kelenjar dan duktus submandibularis, pergeseran bukolingual pada fraktur mandibula.

Transpharyngeal Untuk melihat gambaran sendi temporomandibula.

Occipitomental Untuk melihat gambaran sinus maksilaris, tulang wajah dan kepala.

Postero-anterior dan lateral skull Untuk melihat gambaran tulang kepala dan wajah. Bermanfaat untuk keperluan ortodontik.

Stereoscopic radiography

Diambil dua radiograf dari regio yang sama, tetapi dengan sudut yang sedikit berbeda

antara yang satu dengan yang lain.

Kedua radiograf diletakkan ke dalam stereoskop dengan cermin yang diatur sedemikian

rupa sehingga kedua gambaran tersebut menjadi terfokus, dengan menggunakan efek

tiga dimensi (3D).

Tehnik terutama berguna untuk pemeriksaan rinci pada fraktur.

Tehnik sederhana menggunakan bahan radiopak

Probing dengan benda lunak

Probing dengan benda lunak (termasuk di sini endodontic silver atau gutta-percha points) dapat dimasukkan ke dalam sinus, misalnya sinus pada gigi yang mengarah

pada apeks gigi yang terlibat dan dilihat secara radiografi.

Dengan cara yang sama, satu jarum atau lebih dapat dimasukkan ke dalam jaringan

untuk melokalisasi benda asing.

Perangkat lepasan

Basis gigi tiruan bentuk malam yang disertai pemberi tanda dari bahan logam dapat

diletakkan di atas alveolus sebelum melakukan radiografi.

Alat tersebut juga dapat berguna misalnya untuk menemukan akar yang tertingal saat

operasi.

2. Pemeriksaan medis rutin

Beberapa tes di bawah ini dapat dilakukan dalam kamar operasi bila peralatannya tersedia dan petugasnya telah terlatih:

Suhu

Suhu tubuh diukur dengan meletakkan termometer klinis di bawah lidah (minimal 2

menit). Angka normal berada pada kisaran 36,2 37,8 C. Termometer harus

dikocok dulu supaya merkuri turun dalam tingkatan di bawah 36C sebelum

termometer digunakan.

Suhu ketiak sedikit lebih rendah (suhu rectum sedikit lebih tinggi) dibandingkan suhu

bawah lidah.

Pengukuran suhu di bawah lidah tidak dapat dilakukan pada bayi/anak kecil karena

gelas termometer akan dikulum, dikunyah dan dapat pecah.

Suhu tubuh bervariasi sedikit pada hari yang sama, pada malam hari lebih tinggi

dibandingkan pagi hari.

Suhu tubuh dapat meningkat akibat:

Infeksi

Operasi

Suhu tubuh dapat menurun akibat:

Hipotermia

Shock berat

Tekanan darah

Tekanan darah diukur dengan menggunakan sphygnomanometer.

Tekanan darah dapat bervariasi di antara kelompok.

Akan meningkat dengan bertambahnya usia.

Ukuran normal berkisar antara 120 140 mmHg (sistolik), 60 90 mmHg (diastolik).

Tekanan diastolik yang meningkat lebih bermakna dibandingkan peningkatan tekanan

sistolik.

Peningkatan tekanan darah (hipertensi, hiperpiesis) dapat terjadi akibat:

Hipertensi esensial (idiopatik)(80%).

Penyakit ginjal (19%).

Gangguan yang lebih jarang (1%):

Conns disease

Cushings syndrome

Phaeochromocytoma

Coarctation of the aorta

Peningkatan tekanan intrakranial

Seorang pasien dengan tekanan darah yang meningkat perlu dirujuk untuk dilakukan

pemeriksaan medis yang lengkap.

Penurunan tekanan darah (hipotensi) dapat terjadi akibat:

Shock

Hemoragia

Cerebrovascular accident

Myocardial infarction

Nadi

Diukur pada kedua pergelangan, karena mungkin ada variasi di antara kedua sisi.

Denyut nadi

Pada orang dewasa denyut nadi normal adalah 60-80 denyut per menit.

Denyut nadi lebih tinggi pada bayi (hingga 140 denyut per menit).

Dapat menurun (bradikardia) pada:

Atlit

Usia lanjut

Hipotiroidisme

Heart block

Vasovagal attack

Dapat meningkat (takikardia) pada:

Thyrotoxicosis

Infeksi

Takikardia paroksismal

Olahraga

Emosi

Ritme nadi

Nadi biasanya beraturan.

Namun dapat meningkat saat inspirasi dan menurun saat ekspirasi.

Bila variasi ini ditandai, maka disebut sinus arrythmia.

Ketidakteraturan yang umumnya terjadi berupa extrasystoles yang akan menghilang

saat olahraga. Gejala tersebut secara klinis tidak bermakna.

Fibrilasi atrial digambarkan sebagai irregular irregularity dan dihubungkan dengan

beberapa masalah serius berupa:

Thyrotoxicosis

Mitral stenosis

Cardiac ischemiaKecepatan pernafasan

Kecepatan pernafasan orang dewasa normal berkisar antara 12-20 hembusan nafas per

menit.

Pada bayi lebih cepat dan pada lansia lebih lambat.

Dapat meningkat karena:

Thyrotoxicosis

Infeksi, terutama infeksi dada

Pulmonary oedema

Shock

Olahraga

Emosi

Dapat menurun karena:

Istirahat dan tidur

Narkoba

Pernafasan Cheyne-Stokes

Ditandai oleh siklus berulang pernafasan yang sangat menurun (apnoea) diikuti dengan

peningkatan secara bertahap kecepatan pernafasan hingga maksimum, untuk kemudian

diikuti dengan penurunan bertahap apnoea lagi.

Pernafasan Cheyne-Stokes dapat ditemukan pada pasien yang sakitnya sangat berat:

Cerebrovascular accident

Meningitis

Penyakit ginjal berat

Berat badan

Berat badan seorang pasien dapat di atas atau di bawah berat normal.

Penurunan atau kenaikan tiba-tiba suatu berat badan memerlukan rujukan untuk

dilakukan pemeriksaan medis yang lengkap.

Berat badan rata-rata populasi di negara industri saat ini meningkat

Peningkatan berat badan dapat terjadi karena:

Makan berlebihan

Kurang olahraga

Kehamilan

Kondisi apapun yang menyebabkan retensi cairan

Reaksi terhadap obat

Menurunnya berat badan dapat terjadi karena:

Anorexia nervosa

Bulimia

Diabetes mellitus

Tuberkulosis

Thyrotoxicosis

Keganasan

Menjalani diet

3. Tes tambahan

Pengumpulan spesimen dan beberapa tes yang dilakukan di bawah ini dapat dilakukan di ruang operasi bila peralatannya tersedia dan petugasnya terlatih. Bila tidak, perlu dirujuk ke pusat pemeriksaan yang sesuai. Namun demikian, dokter gigi yang merujuk tetap bertanggungjawab terhadap pasien yang dirujuk.

Biopsi

Pembuangan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya (biasanya pemeriksaan

histologi).

Dilakukan bila ditemukan lesi yang dicurigai mengarah kepada keganasan atau bila

diagnosis tidak dapat ditentukan dengan pasti.

Semua lesi intra oral berwarna merah dan lesi putih yang tidak dapat diangkat dari

jaringan di bawahnya perlu dibiopsi (kecuali bila diagnosis sudah pasti dan tidak

berbahaya, misalnya aspirin burn).

Jaringan apapun yang dieksisi perlu dikirim untuk pemeriksaan histologi, walaupun

diagnosis klinis terlihat seolah-olah sudah pasti.

Bila dokter gigi curiga suatu lesi merupakan keganasan, pasien sebaiknya dirujuk

(segera) untuk biopsi. Untuk kasus-kasus yang lain, spesimen dikirim untuk

pemeriksaan lanjut.

Spesimen biopsi harus cukup besar untuk dilakukan pemeriksaan histologi,

tidak boleh kurang dari 1,0 cm x 0,5 cm.

Hindari spesimen dari kemungkinan terhimpit, tercabik, terbakar (tindakan

electrosurgery dapat mempersulit pemeriksaan histologi).

Metode biopsi

Eksisi

Insisi

Scalpel

Punch

Needle/trephine/drill Aspirasi

Biopsi eksisi

Biasanya digunakan untuk lesi yang berdiri sendiri, dengan diameter < 1 cm.

Hanya digunakan bila operator yakin bahwa lesi tersebut jinak.

Ada risiko terlepasnya sel ganas bila dignosis kerja berupa lesi jinak ternyata salah.

Namun demikian, nilai klinis suatu biopsi jauh lebih besar dibandingkan risiko

tersebut.

Dapat membantu menentukan perawatan yang tepat bila diagnosis lesi jinak ternyata

benar.

Metode: Berikan anestesi lokal, bila mungkin anestesi blok regional. Dalam kondisi apapun, anestesi lokal tidak boleh lebih dekat dari 2 cm dari daerah yang terlibat, untuk menghindari water logging solusi anestesi pada spesimen.

Lesi distabilkan dengan cara menancapnya dengan suture (Gambar 4.3) (Banyak spesimen yang rusak karena terjepit tang jaringan).

Gambar 4.3 Biopsi eksisi: lesi distabilkan dengan cara menancapnya dengan suture. Stabilisasi yang menggunakan tang jaringan dapat merusak spesimen.

Lesi ditarik melalui suture.

Lakukan insisi pada mukosa di sekitar dasar lesi dalam bentuk elips.

Gunakan kombinasi potongan tumpul dan tajam untuk melepas lesi.

Letakkan spesimen segera ke dalam botol cukup besar yang berisi cairan fiksasi, diberi label, dan ditutup (volume cairan fiksasi biasanya sepuluh kali lebih banyak dari volume spesimen, merupakan formalin/formol saline 10%).

Tutup luka dengan suture.

Biopsi insisi

Dilakukan untuk lesi yang besar atau bila ada dugaan keganasan.

Berisiko terlepasnya sel ganas (lihat atas).

Biopsi insisi tidak boleh dilakukan pada lesi berupa pigmentasi atau vascular.

(Melanoma sangat metastatik dan lesi vaskular akan menimbulkan perdarahan

berlebihan).

Catat letak lesi, ukuran dan bentuknya dalam status pasien.

Metode:

Berikan anestesi lokal.

Tentukan batas yang jelas antara jaringan sehat dan lesi. Pilih spesimen yang melalui daerah batas tersebut.

Lesi distabilkan dengan suture (tang jaringan dapat menghancurkan spesimen).

Iris spesimen dari tepi lesi dengan mengikutsertakan tepi jaringan sehat yang terlihat.

Spesimen harus cukup besar sehingga dapat mewakili daerah lesi yang bersangkutan.

Hindari daerah nekrotik pada lesi.

Bila lesi dekat dengan tulang, hindari perforasi periosteum (ini untuk menjaga batas lesi, barangkali diagnosis kerja lesi yang diperkirakan jinak ternyata salah).

Letakkan spesimen segera ke dalam botol yang sudah dipersiapkan yang biasanya sudah berisi cairan fiksasi dengan volume sepuluh kali lebih banyak dibandingkan volume spesimen (Misalnya formalin/formol saline 10%).

Catatan: Bila pada spesimen akan dilakukan pemeriksaan imunofluoresen, spesimen tidak perlu difiksasi. Sebaliknya spesimen harus segera dikirim dalam nitrogen cair

70C untuk dilakukan freezing.

Punch biopsy

Instrumen operasi digunakan untuk mendorong keluar sebagian jaringan yang dapat

mewakili lesi.

Oleh karena spesimen yang dihasilkan seringkali rusak akibat prosedur ini, maka

biopsi yang menggunakan scalpel lebih disukai.

Needle/trephine/drill biopsy

Tehnik ini telah digunakan untuk biopsi pada lesi fibro-osseous yang letaknya dalam.

Spesimen yang dihasilkan kecil, mungkin tidak dapat mewakili lesi yang terlibat dan

dapat rusak oleh karena prosedurnya, sehingga tidak banyak digunakan.

Biopsi aspirasi (lihat di bawah untuk metode yang lebih rinci)

Dapat digunakan untuk lesi berupa kista dan disertai fluktuasi (yaitu mengandung

cairan).

Bila aspirasi gagal, berarti lesi tersebut padat.

Cara ini lebih disukai dibandingkan biopsi insisi pada lesi vaskular (misalnya

hemangioma), karena adanya risiko terjadi perdarahan berlebihan.

Aspirasi udara yang terjadi di daerah molar rahang atas menunjukkan bahwa jarum

berada di dalam sinus maksilaris. Hal ini dapat digunakan untuk membedakan sinus

dari kista.

Aspirasi udara dari kista mandibula menunjukkan adanya kista tulang soliter

(haemorrhagic) (lihat halaman 175).

Aspirasi darah menunjukkan adanya suatu hematoma, hemangioma ataupun pembuluh

darah.

Aspirasi pus menunjukkan adanya suatu abses atau kista yang terinfeksi.

Aspirasi keratin yang terlihat seperti pus tetapi tidak berbau busuk, menunjukkan

adanya suatu keratocyst odontogenik (lihat halaman 166).

Aspirasi cairan mengandung kristal berwarna kekuningan (kolesterin) menunjukkan

adanya kista periodontal ataupun dentigerous (lihat halaman 166, 168).

Adanya keratan keratin saat dilakukan pemeriksaan mikroskop dari suatu kista yang

diaspirasi menunjukkan adanya keratocyst odontogenik (lihat halaman 166).

Mikrobiologi

Kerjasama dengan suatu laboratorium untuk mendapatkan swab, botol spesimen,

formulir permintaan pemeriksaan lab, serta rincian cara pengiriman yang disukai dan

perlindungan kemasan yang dikirim.

Idealnya, spesimen diambil sebelum perawatan antimikrobial dilakukan.

Dapat mengidentifikasi mikroorganisme penyebab infeksi yang berasal dari gigi.

Sensitivitas organisme terhadap berbagai antibiotika dapat ditentukan, sehingga

dapat diberikan perawatan yang paling efektif.

Catatan: Perawatan infeksi gigi akut harus dilakukan sebelum hasil tes mikrobiologi dan sensitivitas antibiotika dilakukan.

Bila mungkin sampel pus didapat dengan cara aspirasi.

Metode biopsi aspirasi:

Dengan menggunakan antiseptik ringan, bersihkan jaringan di sekitar regio aspirasi.

Suntikkan solusi anestesi lokal di atas (tidak ke dalam) lesi.

Pilih jarum yang besar lubangnya dan syringe berukuran 10 ml.

Masukkan jarum ke dalam jaringan dan cairan diaspirasi.

Pindahkan cairan yang diaspirasi tersebut ke dalam botol tertutup. (Jangan isi botol lebih penuh dari duapertiga isi botol).

Bila pus yang diaspirasi tidak mencukupi, perlu digunakan swab.

Spesimen swab diambil saat dilakukan drainase waktu operasi.

Metode untuk mendapatkan spesimen swab saat drainase:

Hindari melakukan injeksi anestesi lokal ke dalam jaringan yang meradang. Lebih baik menggunakan anestesi dingin dengan cara menyemprotkan chlor ethyl pada permukaan abses. Alternatif lainnya adalah injeksi anestesi lokal di permukaan atau analgesia relatif.

Buat insisi untuk drainase dengan cara memotong ke atas menggunakan blade No. 11 (Gambar 4.4). (Bila menggunakan anestesi dingin, potongan ke bawah dengan blade No

15 akan menyebabkan tekanan pada abses serta rasa sakit).

Buka dinding insisi drainase untuk mendapatkan akses bagi swab dengan cara melakukan insersi blade tang sinus yang steril (Gambar 4.5).

Seorang asisten membantu memasukkan swab, mengambil sampel pus, kemudian menariknya lagi tanpa menyentuh jaringan lainnya.

Tutup swab dalam wadah sedemikian rupa sehingga swab tidak berkontak dengan permukaan luar wadah ataupun dengan tangan operator pada saat insersi.

Gambar 4.4 Pada saat menggunakan anestesi dingin (semprotan chlor ethyl), buat insisi drainase dengan cara memotong ke atas dengan blade No. 11.

Gambar 4.5 Metode yang digunakan untuk mendapatkan spesimen swab pada saat drainase operasi: buka insisi drainase untuk mendapat akses bagi swab dengan cara memasukkan blade tang sinus.

Catatan: Bila mencurigai adanya kandidiasis, lakukan swab pada permukaan lesi atau mukosa yang berhadapan dengan gigi tiruan.

Infeksi virus

Swab dikirim dalam medium transpor khusus untuk dilakukan pemeriksaan kultur atau

pemeriksaan mikroskop elektron. Swab kering tidak dapat digunakan untuk

menentukan diagnosis.

Spesimen darah (dalam wadah biasa sebanyak 10 ml) juga perlu dikirim untuk

pemeriksaan serologi.

Diperlukan perlakuan hati-hati untuk mendapatkan dan mengirim spesimen berbahaya,

misalnya virus hepatitis dan HIV. Sedapat mungkin menghindari tusukan jarum.

Sitologi eksfoliatif

Merupakan pemeriksaan mikroskopis sel yang mengalami eksfoliasi atau dikerok dari

permukaan lesi.

Merupakan pemeriksaan tambahan setelah biopsi, bukan sebagai pengganti biopsi.

Dipilih bila biopsi tidak dapat dilakukan, bila biopsi ditolak oleh pasien, untuk lesi

multipel yang perlu diselidiki, atau untuk spesimen yang perlu diambil secara

berurutan dan berulangkali untuk rentang waktu yang panjang.

Bila hasil pemeriksaan sitologi meragukan, maka perlu dilakukan biopsi.

Metode: Jangan mengusap permukaan lesi, kecuali untuk membuang jaringan nekrotik.

Permukaan lesi harus selalu lembab.

Kerok permukaan lesi menggunakan tepi instrumen plastis yang datar dan steril atau spatel lidah dari kayu yang lembab.

Kerokan perlu dilakukan beberapa kali dalam arah yang sama.

Kerokan yang didapat diletakkan pada slide mikroskop yang sudah disiapkan dan diberi nama, disebar merata pada permukaan slide menggunakan tepi slide yang lain.

Spesimen segera difiksasi dengan larutan fiksasi yang sesuai (misalnya formalin/formol saline 10%).

Pemberian label pada botol spesimen dan pengisian formulir permintaan tes:

Semua botol spesimen diberi label berisi keterangan tentang pasien.

Spesimen disertai formulir permintaan pemeriksaan lab yang diisi lengkap.

Formulir permintaan pemeriksaan lab harus berisi penjelasan rinci tentang diagnosis

kerja, riwayat pemberian obat antimikrobial dan riwayat alergi terhadap obat-obat

tertentu.

Formulir permintaan pemeriksaan lab juga berisi informasi keadaan klinis secukupnya

sehingga dapat memberi interpretasi yang tepat untuk hasil lab yang ditemukan.

Informasi tersebut termasuk: gambaran spesimen, gambaran klinis (ukuran, lokasi,

warna, konsistensi, mobilitas, limfadenopati dan sebagainya).

Catatan:

1. Bila dicurigai lesi sifilis (lihat halaman 148, 189, 219), lesi rongga mulut harus

dibersihkan dengan larutan saline sebelum dilakukan smear untuk pemeriksaan

lapangan gelap. Spesimen darah (10 ml dalam wadah biasa) juga harus dikirim untuk

pemeriksaan RPR dan TPHA.

2. Bila lesi tuberkulosis yang dicurigai terjadi, hal tersebut harus dinyatakan dalam

formulir permintaan pemeriksaan lab.

Pengiriman spesimen klinis/patologis:

Digunakan kemasan tiga lapis (wadah pertama, kedua dan terluar):

Spesimen dikumpulkan ke dalam wadah pertama yang sesuai.

Wadah pertama tidak boleh sampai bocor.

Spesimen cair tidak boleh diisikan ke dalam wadah pertama dalam suhu 55C.

Wadah pertama harus diberi label yang sesuai.

Wadah pertama harus diletakkan ke dalam wadah kedua yang tidak tembus air.

Untuk spesimen cair, perlu diletakkan bahan penyerap secukupnya agar dapat

menyerap seluruh isi wadah pertama, dan diletakkan di antara wadah pertama dan

kedua.

Wadah pertama dan kedua diletakkan ke dalam wadah terluar.

Formulir permintaan pemeriksaan lab diisi lengkap.

Di antara wadah kedua dan wadah terluar perlu dicantumkan beberapa hal di bawah ini:

Daftar isi wadah yang besangkutan.

Formulir permintaan pemeriksaan lab

Nama dan alamat yang dituju

Nama dan alamat pengirim

Nomor telepon yang dapat dihubungi

Pada wadah terluar cantumkan:

Nama dan alamat yang dituju

Nama dan alamat pengirim

Nama orang yang dapat dihubungi dengan nomor telepon darurat

Tempelkan sticker Bahan Infeksius

Bila memungkinkan, spesimen dikirim ke lab tanpa perantara. Spesimen yang dikirim

melalui pos dapat rusak, terhambat atau hilang.

Spesimen yang dikirim melalui the Royal Mail harus dimasukkan ke dalam spesifikasi

kemasan United Nations Class 6.2 dan mengikuti peraturan kemasan U.N. 602

(kemasan dan rincian dapat diperoleh dari the Royal Mail).

Darah

Venepuncture

Kerjasama dengan lab hematologi untuk mendapatkan lembar laporan, botol spesimen

untuk darah dan segala informasi yang terkait dengan jumlah darah yang dibutuhkan

untuk tes tersebut.

Darah yang diambil untuk film, hitung sel darah merah, darah putih dan trombosit

biasanya dimasukkan ke dalam tabung berisi EDTA (EDTA mencegah pembekuan

darah pada spesimen).

Darah untuk tes Paul-Bunnell (lihat halaman 152), zat besi dan blood grouping

biasanya dimasukkan ke dalam tabung reaksi biasa.

Darah untuk ESR dan prothrombin time biasanya dikumpulkan ke dalam tabung reaksi

sitrat.

Metode

Lokasi yang biasanya diambil untuk venepuncture adalah setinggi siku tangan, yaitu

fossa antecubitus.

Lokasi yang dipilih adalah bagian lateral fossa antecubitus.

Sisi medial fossa antecubitus dapat menunjukkan vena yang menonjol, tetapi cabang

superfisial arteri brachial yang menonjol juga bisa tampak dan perlu dihindari.

Vena basilic dan cephalic (Gambar 4.6) bertemu dengan vena cubitus. Bila vena

cubitus median berbentuk V, kedua cabang V adalah vena basilic median dan vena

cephalic median.

Vena basilic median biasanya merupakan lokasi yang digunakan untuk venepuncture.

Namun perlu diseleksi vena yang dapat diraba selain dapat dilihat.

Lakukan palpasi vena untuk menentukan bahwa itu memang vena dan bukan arteri.

Arteri terasa waktu diraba, sedangkan vena tidak.

Lengan pasien diletakkan di atas meja atau sandaran tangan dental chair dan siku

direntangkan.

Pasang sabuk tourniquet atau sphygnomanometer (digelembungkan hingga 80 mmHg)

pada lengan atas.

Gambar 4.6 Lokasi venepuncture biasanya adalah fossa antecubitus Vena digembungkan dengan cara meminta pasien untuk mengepalkan tangan beberapa

kali. Penggelembungan selanjutnya dapat diperoleh dengan cara mengetuk ringan kulit

di atas vena yang bersangkutan.

Bersihkan daerah yang akan dimasuki jarum dengan swab antiseptik.

Stabilkan vena dengan cara menarik kulit di atasnya dengan jari dari satu tangan.

Masukkan jarum ke kulit, masuk ke dalam lumen 1 cm sebelah distal dari lokasi yang

ditentukan.

Bevel jarum terletak di atas, dan sejajar dengan vena, dipegang dengan sudut 30 derajat

terhadap kulit.

Untuk kepastian apakah lumen sudah tertembus ataukah belum dapat dikonfirmasi

dengan penarikan darah pada syringe.

Lakukan aspirasi darah sesuai jumlah yang dibutuhkan.

Letakkan swab antiseptik di atas lokasi tusukan dan tarik jarumnya.

Berikan tekanan pada lokasi tusukan setelah jarum keluar, untuk mencegah terbentunya

hematoma. Pasien dapat meneruskan tekanan tersebut untuk beberapa menit dengan

cara melipat siku.

Hitung darah lengkap:

Hitung darah merah

Hemoglobin

Hematokrit

Mean cell volume

Mean cell hemoglobin

Mean cell hemoglobin concentrationHitung trombosit

Data Hitung darah merah (Red Cell Count/RBC): Laki-laki 4,2 6,1 x 1012/l, perempuan 4,2 5,4 x 1012/l. Meningkat pada polisitemia, menurun pada anemia.

Hemoglobin (Hb): Laki-laki 13,5 18 g/dl, perempuan 11,5 16,5 g/dl. Meningkat pada polisitemia, menurun pada anemia dan setelah perdarahan.

Hematokrit (Haematocrit/ Hct/packed cell volume/PCV): Laki-laki 40-54%, perempuan 37-47%. Meningkat pada polisitemia, menurun pada anemia.

Mean cell volume (MCV): 79-96 fl. Meningkat (makrositosis) pada defisiensi vitamin B12, asam folat dan alkoholisme, menurun (mikrositosis) pada anemia defisiensi Fe.

Mean cell haemoglobin (MCH): 27-31 pg. Ditentukan dengan cara membagi Hb dengan RBC. Meningkat pada anemia pernisiosa, menurun pada anemia defiensi Fe.

Mean cell haemoglobin concentration (MCHC): 32-36 g/dl. Ditentukan dengan cara membagi Hb dengan PCV. Menurun pada anemia defisiensi Fe (tesnya paling dapat diandalkan).

Hitung sel darah putih (white cell count/WCC/WBC): 4-11 x 109/l. Meningkat pada leukemia dan infeksi, menurun (leucopenia) pada imunosupresi, aleukemic leukemia, anemia aplastik dan infeksi virus.

Neutrofil: sekitar 3 x 109/l. Meningkat pada infeksi, trauma dan keganasan. Menurun karena penggunaan obat dan penyakit sumsum tulang.

Limfosit: 2,5 x 109/l. Meningkat pada leukemia dan glandular fever. Menurun bila ada gangguan sistem imun (misalnya HIV, AIDS).

Monosit: sekitar 0,6 x 109/l. Meningkat pada leukemia monositik dan glandular fever. Menurun pada gangguan sistem imun.

Eosinofil: Sekitar 0,15 x 109/l. Meningkat bila ada alergi dan penyakit parasit. Menurun pada gangguan sistem imun.

Trombosit (platelet/PLT): 150-400 x 109/l. Meningkat (trombositosis) pada peradangan kronis dan penyakit myeloproliferative, menurun (trombositopenia) pada HIV, leukemia dan penyakit jaringan ikat.

Erythrocyte Sedimentation Rate/ESR: 0-15 mm per jam. ESR meningkat merupakan suatu indicator adanya suatu penyakit non-spesific, dari infeksi hingga keganasan.

Retikulosit: Mencapai 6% dari RBC (anak-anak), 1,5% RBC pada dewasa. Meningkat bila ada peningkatan aktivitas sumsum tulang (misalnya sesudah perdarahan).

Coagulation screening

Prothrombin International Normalized Ratio (INR): Normal 0,9 1,2.

Prothrombin Time (PT): Normal kurang dari 1,3.

Activated Partial Thromboplastin Time (APTT): Normal 0,85 1,15.

Tingkat fibrinogen: Normal 1,5-4,5 g/l.

Tingkat faktor VIII: Normal 50-150 u/dl.

(Laporan hematologi dapat menemukan hasil pameriksaan yang abnormal: rendah (L), tinggi (H) ataupun kritis (C).

Blood film terminology

Sebuah sel darah merah yang normal disebut normositik (ukurannya normal) dan

normokromik (warnanya normal).

Kelainan ukuran dan bentuk, termasuk:

Makrosit Sel darah merah lebih besar dibandingkan normal (misalnya pada defisiensi vitamin B12, asam folat).

Megaloblas Sel darah merah yang memiliki nukleus, ukurannya lebih besar dibandingkan normal (misalnya pada anemia megaloblastik).

Mikrosit Sel darah merah yang ukurannya lebih kecil dibandingkan normal (misalnya pada anemia defisiensi Fe).

Anisositosis Sel darah merah yang bervariasi ukurannya (misalnya pada defisiensi Fe).

Poikilositosis Sel darah merah yang bervariasi bentuknya (misalnya pada defisiensi Fe).

Sickle cell Sel darah merah berbentuk seperti bulan sabit (misalnya pada sickle-cell anemia).

Akantosit Sel darah merah memiliki penonjolan tajam (misalnya pada anemia hemolitika).

Sferosit Sel darah merah berbentuk sferis (misalnya pada hereditary spherocytosis).

Kelainan warna:

Hipokromia Sel darah merah berwarna pucat karena kandungan hemoglobin yang menurun (misalnya pada defisiensi Fe).

Anisokromia Pewarnaan tidak beraturan (misalnya pada anemia berat).

Polikromasia Sel darah merah memiliki variasi pewarnaan (misalnya pada kehilangan darah).

Sel target Sel darah merah terlihat pucat, disertai pengumpulan hemoglobin di bagian tengah sel, seperti target untuk panahan (misalnya pada defisiensi Fe).

Kelainan bentuk dan warna:

Leptosit Sel darah merah terlihat tipis dan pucat (misalnya pada thalasemia).

Sel-sel yang belum matang:

Blas Prekursor dengan nukleus biasanya tidak ditemukan (kecuali pada bayi yang baru lahir). Bila ditemukan menunjukkan adanya anemia berat, leukemia, multiple myeloma.

Mielosit

Metamielosit (misalnya pada penyakit sumsum tulang yang ganas).

Promielosit

Normoblas

Retikulosit (misalnya pada hemolisis).

Biokimia darah

Hubungi laboratorium untuk menentukan jumlah darah yang dibutuhkan dan tabung

reaksi yang tepat untuk tes yang akan dilakukan.

Sebagian besar tes biokimia dapat dilakukan terhadap serum darah, sehingga darah

dapat dikumpulkan dalam tabung reaksi biasa.

Untuk melakukan analisis terhadap elektrolit dan protein, diperlukan plasma darah dan

darah dikumpulkan dalam tabung heparin lithium.

Untuk analisis gula darah, darah dikumpulkan dalam botol fluor.

Data Asam protease (0-13 IU/L). Akan meningkat pada leukemia myeloid akut dan kanker pankreas.

Alkalin fosfatase (30-110 IU/l). Akan meningkat pada penyakit Paget, displasia fibrosa, hiperparatiroidisme dan keganasan pada tulang. Akan menurun pada hipotiroidisme.

Kalsium (2,3-2,6 mmol/l). Akan meningkat pada hiperparatiroidisme, keganasan pada tulang dan sarkoidosis. Akan menurun pada hipoparatiroidisme dan rickets.

Fosfat (0,8-1,7 mmol/l). Akan meningkat pada penyakit tulang, menurun pada hiperparatiroidisme.

Feritin (Fe dalam serum)(laki-laki: 25-190 ng/ml, perempuan: 15-99 ng/ml). Akan meningkat pada leukemia, limfoma dan keganasan lainnya. Akan menurun pada anemia defisiensi Fe.

Asam folat (3-20 g/l). Akan menurun pada defisiensi akibat diet, alkoholisme, anemia hemolitika dan penggunaan obat-obatan tertentu seperti phenytoin.

Glukosa (2,8-5,0 mmol/l). Akan meningkat pada diabetes mellitus.

Vitamin B12 (150-800 ng/l). Akan meningkat pada leukemia, menurun pada anemia pernisiosa, defisiensi akibat diet.

Imunologi darah

Sebagian besar tes dilakukan terhadap serum, sehingga darah dikumpulkan dalam tabung reaksi biasa.

Namun, serum yang digunakan dalam bebnerapa tes memerlukanperlakuan khusus. Keterangan lebih rinci perlu didapatkan dari pihak laboratorium.

Autoantibodi yang perlu diketahui dokter gigi adalah:

Membran basalis pada epitel Pemfigoid

Semen interselular pada epitel Pemfigus

Faktor rheumatoid Rheumatoid arthritis

- Systemic lupus erythematosus

Antibodi duktus salivarius Sindroma Sjgren.

Imunoglobulin:

IgG meningkat pada pemfigus, mielomatosis dan penyakit jaringan ikat.

IgG, IgA dan IgM semua menurun pada kondisi imunodefisiensi.

Tes nervus kranialis

I. Nervus olfactorius

Nervus ini mempersarafi persepsi penciuman.

Hilangnya rasa penciuman (anosmia) seringkali terjadi akibat inflamasi, bukan

karena kerusakan nervus olfactorius.

Sebelumnya, pasien perlu ditanya tentang cairan yang keluar dari hidung.

Kondisi saluran hidung dapat diperiksa dengan cara meminta pasien untuk menarik

nafas dari satu lubang hidung, sementara lubang hidung yang lain ditutup dengan jari.

Namun, kerusakan nervus olfactorius dapat terjadi bila ditemukan fraktur tulang

ethmoid atau tumor di fossa cerebralis anterior.

Pemeriksaan:

Dengan mata tertutup pasien diminta untuk mengidentifikasi beberapa zat yang umum ditemukan, hanya melalui penciuman hidung. Berbagai zat tersebut dapat berupa lemon, pepermin dan sebagainya.

Masing-masing lubang hidung diperiksa, dengan satu lubang dalam keadaan tertutup.

Perubahan yang terjadi pada persepsi penciuman juga dapat terjadi pada:

Penggunaan phenytoin

Epilepsi

Migraine

Depresi (juga kondisi psikologis/psikiatri lainnya).

II. Nervus opticus

Nervus opticus mempersarafi indera penglihatan.

Ketajaman penglihatan:

Ketajaman penglihatan dapat diketahui dengan menggunakan Snellens chart yang

diletakkan di depan pasien dalam jarak 6 meter.

Lapang penglihatan:

Lapang penglihatan dapat diketahui dengan menggunakan confrontation test. Pada

cara ini, lapang pandang pasien dibandingkan dengan lapang pandang pemeriksa

(Gambar 4.7).

Gambar 4.7 Memeriksa lapang penglihatan: confrontation test.

Metode

Operator duduk di depan pasien, sekitar 1 meter dengan mata dalam posisi sama tinggi.

Pasien menutup mata kiri dan memandang melalui mata kanan ke arah mata kiri operator. Dalam saat yang sama, operator menutup mata kanannya dan memandang ke arah mata kanan pasien.

Operator mengganti tangan kirinya dengan jari tangan terletak di perifer lapang pandangnya, di antara dirinya dan pasiennya.

Jari tangan tersebut ditarik ke daerah lapang pandang operator dan pasien diminta untuk menyebutkan bila jari tangan tersebut mulai terlihat.

Setiap mata diperiksa dengan cara yang sama, termasuk lapang pandang nasal, temporal, superior dan inferior.

Refleks cahaya:

Refleks cahaya diperiksa dengan cara menyinarkan cahaya ke arah mata pasien.

Pupil mata yang terkena cahaya akan mengkerut (refleks langsung), demikian pula

halnya dengan mata sisi sebelahnya yang tidak disinari cahaya (refleks konsensual).

Pupil dapat gagal mengkerut sebagai akibat:

Kegagalan mendeteksi cahaya (kerusakan nervus opticus)

Gangguan saraf otonom

Obat-obatan

Luka daerah kepala

Koma

Kematian!

Pupil mata normalnya berbentuk bulat, tepi teratur dan sama ukurannya.

Ukuran pupil bervariasi berdasarkan cahaya yang masuk, tetapi biasanya berkisar antara

3 5 mm.

Konstriksi pupil di bawah 3 mm sudah dapat dikatakan sebagai miosis.

Dilatasi di atas 5 mm disebut midriasis.

III. Nervus oculomotorius

Nervus ini memberikan suplai motorik kepada semua otot extra-ocular superior oblique dan rectus lateralis.Nervus oculomotorius juga mengandung serabut motorik untuk otot levator palpebrae superioris (yang mengangkat kelopak mata atas) dan serabut parasimpatis untuk sphincter pupillae (untuk mengatur konstriksi pupil).

Dengan demikian, kerusakan yang terjadi pada nervus oculomotorius akan

mengakibatkan:

Jatuhnya kelopak mata atas (ptosis)

Pergerakan mata arah ke atas, bawah dan ke dalam mengalami gangguan, yang akan berakibat pada

Pandangan ganda (diplopia)

Pupil dilatasi, tidak bereaksi terhadap cahaya.

Tes untuk pergerakan mata

Pasien menghadap ke arah operator dan diminta untukmengikuti pergerakan jari operator yang berada sekitar setengah meter dari pasien, kepala pasien diam tidak begerak.

Tangan operator bergerak ke arah medial dan lateral, ke atas dan ke lateral, ke atas dan ke medial, ke bawah dan medial, ke bawah dan lateral.

IV. Nervus trochlearis

Nervus ini memberikan suplai motorik untuk otot extra-ocular oblique superior.

Otot oblique superior merupakan otot depressor murni untuk mata saat mata bergerak ke arah dalam.

Dengan demikian, kerusakan pada nervus trochlearis akan menyebabkan:

Ketidakmampuan mata untuk bergerak ke arah bawah dan ke dalam.

Diplopia

V. Nervus trigeminus

Nervus trigeminus memiliki tiga divisi:

Ophthalmicus

Maksila

Mandibula

Setiap divisi mengandung serabut sensoris yang memberi suplai pada jaringan orofasial, termasuk mulut, hidung, konjungtiva, sinus mukosa dan sebagian membran timpani.

Divisi mandibula juga mengandung serabut motorik untuk otot-otot pengunyahan.

Tes untuk fungsi sensorik:

Gulungan kapas dijepit menggunakan pinset, beberapa helai dikeluarkan dari gulungan, membentuk ujung yang runcing.

Dengan mata pasien tertutup, daerah yang sedang diperiksa disentuh dengan ujung kapas yang runcing tadi dan tanya pasien apakah ia dapat merasakannya.

Ulangi tes yang sama pada sisi sebelahnya.

Bila ditemukan ada daerah yang tidak dapat merasakan sentuhan kapas tersebut, catat daerah yang bersangkutan.

Kemudian lakukan konfirmasi dengan cara menyentuhkan dengan lembut ujung alat yang tajam, misalnya dengan ujung dental probe.

Tes untuk fungsi motorik

Minta pasien untuk membuka lebar dan menutup mulutnya, gerakkan rahang ke kiri dan ke kanan, kemudian ke depan dan ke belakang. (Batas normal untuk pergerakan mandibula dapat dlihat di halaman 18).

Pergerakan yang lemah dapat diketahui dengan cara menahan pergerakan rahang menggunakan tangan operator yang diletakkan pada rahang penderita.

Ada dua refleks yang dapat dilihat saat memeriksa nervus trigeminus:

i) Refleks kornea

ii) Refleks tarikan rahang

Refleks kornea:

Minta pasien untuk melihat pada satu sisi.

Perlahan, sentuh kornea dengan sehelai tipis kapas, perhatikan agar pasien tidak mengetahui saat kapas akan disentuhkan ke kornea.

Bila sehat, maka kelopak kedua mata akan menutup bersamaan.

Ulangi untuk mata satunya.

Refleks tarikan rahang (Gambar 4.8):

Minta pasien untuk membuka bibirnya, rahang relaks.

Letakkan ibu jari pada dagu pasien, sedikit di bawah bibir bawah.

Gambar 4.8 Memeriksa refleks tarikan rahang.

Ketuk ibu jari dengan martil tendon (bila ada) atau dengan jari dari tangan yang lain.

Rahang pasien akan menutup.

VI. Nervus abducens

Memberikan suplai serabut motorik pada otot rectus extra-ocular lateral.

Otot rectus lateralis menggerakkan mata ke arah lateral.

Dengan demikian, kerusakan yang terjadi pada nervus abducens akan menyebabkan

paralisis pergerakan mata arah lateral (abduction).

Tes

Lihat tes untuk pergerakan mata (lihat atas).

VII. Nervus facialis

Mempersarafi:

Serabut motorik untuk otot-otot ekspresi muka.

Serabut motorik untuk otot stapedius di telinga bagian tengah.

Serabut sensoris pengecapan di duapertiga anterior lidah.

Serabut sekretomotorik untuk kelenjar sumandibula, sublingual dan lakrimal.

Otot-otot muka bagian bawah dipersarafi secara unilateral, sedangkan otot-otot muka

bagian atas dipersarafi secara bilateral.

Tanda-tanda paralysis fasial sangat jelas saat pemeriksaan dan biasanya termasuk:

Tidak ada kerutan di dahi.

Sudut mulut turun.

Lipatan nasolabial mendatar

Tes untuk fungsi motorik nervus facialis

Minta pasien untuk tersenyum, mengerutkan dahi, bersiul, menggelembungkan pipi, menutup mata rapat-rapat dan mengerutkan muka.

Selanjutnya, minta pasien untuk mengangkat alis mata kiri dan kanan bergantian.

Kerusakan yang terjadi pada nervus facialis akan menyebabkan ketidakmampuan pasien

untuk melakukan permintaan operator pada salah satu sisi wajahnya.

Bila pasien mengalami paralysis otot muka unilateral, tetapi dapat mengangkat alis

matanya, kerusakan dapat berupa lesi pada neuron motorik bagian atas (lihat halaman

106).

Lesi neuron motorik bagian atas:

Cerebrovascular accident

Neoplasma

Demyelinating disease

Bila alis mata pada sisi yang terlibat tidak dapat diangkat, kerusakan dapat berupa lesi

pada neuron motorik bagian bawah.

Lesi neuron motorik bagian bawah:

Bells palsy (lihat halaman 105).

Tes untuk persepsi pengecapan

Siapkan beberapa larutan yang mewakili empat rasa utama (manis, asin, asam, pahit). Larutan tersebut dapat mengandung:

Gula

Garam meja

Cuka

Kina

Minta pasien untuk menjulurkan lidahnya dan pegang ujung lidah dengan menggunakan kasa steril.

Teteskan larutan yang telah disiapkan tadi pada tepi lateral duapertiga anterior lidah. Minta pasien untuk mengidentifikasi rasa yang diteteskan (misalnya manis, asin dsb.)

Biarkan pasien berkumur dengan air sebentar, kemudian lanjutkan dengan larutan berikutnya.

VIII. Nervus vestibulocochlearis

Terdiri dari dua bagian:

Komponen cochlear sensorik untuk pendengaran

Komponen vestibular sensorik untuk keseimbangan

Tes untuk nervus vestibulocochlearis bukan wewenang dokter gigi.

Namun demikian, prakiraan kasar untuk fungsi pendengaran dapat dilakukan dengan cara meminta pasien untuk mengulangi beberapa kata yang dibisikkan di telinganya, sementara telinga lainnya ditutup.

Prakiraan kasar untuk fungsi keseimbangan dapat dilakukan dengan cara meminta pasien berdiri pada satu kaki atau berjalan mengikuti garis tipis.

IX. Nervus glossopharyngeus

Mempersarafi:

Serabut sensorik untuk sepertiga posterior lidah (termasuk pengecapan), faring, telinga bagia tengah dan tuba eustachius.

Serabut motorik untuk otot stylopharyngeus.

Serabut sekretomotor (parasimpatik) untuk kelenjar parotis.

Tes

Tes untuk nervus glossopharyngeus dilakukan berdasarkan gag reflex, yang juga melibatkan nervus vagus (jalur eferen).

Gag reflex:

Minta pasien untuk membuka mulut lebar-lebar.

Sentuh jaringan faringeal dengan lembut, menggunakan ujung spatula kayu.

Bila sehat, tindakan ini akan menyebabkan pengangkatan bilateral pada palatum molle.

Memang prosedur pemeriksaan ini tidak nyaman untuk pasien, tetapi perlu dilakukan bila dicurigai ada kerusakan pada nervus glossopharyngeus.

X. Nervus vagus

Mempersarafi:

Serabut motorik untuk otot palatum, laring dan faring.

Serabut sensorik dari viscera daerah thorax dan abdomen.

Serabut otonom untuk bronchi, jantung dan traktus gastrointestinalis.

Tes untuk komponen oropharyngeal nervus vagus:

Minta pasien untuk membuka mulut lebar dan mengucapkan Ah yang panjang.

Bila sehat, tindakan ini akan menyebabkan pengangkatan bilateral palatum molle.

Bila nervus tersebut rusak pada salah satu sisi, palatum molle akan bergeser pada sisi yang sehat dan pengangkatannya tidak sama.

Bila suara menjadi parau, pasien dirujuk untuk menjalani laryngoscopy.

XI. Nervus spinal accessorius

Mempersarafi:

Serabut motorik untuk otot sternomastoid dan trapezius.

Tes untuk fungsi sternomastoid:

Pertama, minta pasien untuk menekan dagu ke bawah, sementara operator memberikan penahanan dengan cara meletakkan tangan di bawah dagu pasien.

Letak dan ukuran kedua otot sternomastoid biasanya sama.

Kemudian minta pasien untuk memutar kepala ke satu sisi, sementara operator memberikan penahanan terhadap gerakan tersebut dengan cara meletakkan tangan pada rahang pasien.

Bila sehat, otot sternomastoid kontralateral akan kontraksi dan terlihat jelas di bawah kulit.

Ulangi untuk sisi lainnya.

Tes untuk fungsi trapezius.

Minta pasien untuk mengangkat kedua bahunya, sementara operator memberikan penahanan terhadap gerakan tersebut dengan cara meletakkan tangan pada masing-masing bahu.

XII. Nervus hypoglossus

Mempersarafi:

Serabut motorik untuk otot lidah ekstrinsik dan instrinsik, kecuali palatoglossus.

Tes

Minta pasien untuk menjulurkan lidah.

Bila sehat, lidah akan terjulur di garis tengah.

Bila nervus hypoglossus rusak pada satu sisi, lidah akan bergerak ke sisi yang rusak.

Kekuatan otot lidah dapat diketahui dengan cara meminta pasien mendorong ujung lidah pada pipi, sementara operator memberikan penahanan dengan cara meletakkan jari pada bagian luar pipi tersebut.

4. Rujukan

Beberapa tes di bawah ini biasanya tidak dilakukan di praktik kedokteran gigi, melainkan pasien dirujuk ke pusat pemeriksaan yang sesuai.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, dokter gigi yang merujuk masih mempunyai tanggungjawab terhadap pasien dan harus dapat mengartikan hasil pemeriksaan yang dimintanya.

Tehnik pencitraan canggih

Computed tomography (CT)

Meningkatkan kemungkinan untuk dilakukan rekonstruksi tiga dimensi.

Memberikan visualisasi dengan tepat untuk bentuk dan ukuran lesi, serta jaraknya dari

beberapa struktur yang penting.

Dapat digunakan untuk mencitrakan kelenjar liur mayor.

Sangat berguna untuk perencanaan operasi, terutama sebelum peletakan implan.

Namun, CT scan memerlukan dosis radiasi yang tinggi.

Magnetic resonance imaging (MRI)

Dapat digunakan untuk pencitraan kelenjar liur mayor.

Bila digunakan untuk pencitraan tulang, hasilnya kurang memuaskan dibandingkan

computed tomography.

Ultrasound

Terutama berguna untuk memeriksa kista dan lesi lain yang terletak di rongga tubuh.

Dapat juga digunakan untuk mencitrakan sendi temporomandibula dan kelenjar liur

mayor.

Tehnik canggih menggunakan bahan radioopak

Arthrography:

Media kontras diinjeksikan ke dalam ruang atas dan bawah pada sendi

temporomandibula.

Dapat dikombinasikan dengan cineradiography untuk melihat pergerakan rahang.

Sialography

Media kontras diinjeksikan ke dalam duktus kelenjar liur mayor.

Dapat diikuti dengan radiografi konvensional atau computed tomography.

Dapat memperlihatkan:

Struktur kelenjar, misalnya dilatasi kelenjar (sialectasis)

Lesi intra-glandular

Obstruksi duktus, misalnya batu kelenjar

Restriksi duktus (stricture)

Dilatasi duktus

Sebelum sialografi, riwayat medis pasien harus menyertakan pertanyaan tentang alergi

terhadap yodium; beberapa media kontras mengandung yodium.

Angiography

Injeksi bahan radioopak ke dalam pembuluh darah.

Berguna untuk m