li4a
DESCRIPTION
oTRANSCRIPT
Bab 1: Tantangan suatu diagnosis
Ringkasan
Komplikasi diagnosis
Gejala
Tanda
Sistem diagnosis Riwayat
Pemeriksaan
Tes diagnostik
Pertimbangan umum
Membangun suatu komunikasi/hubungan
Sama halnya dengan diagnosis penyakit pada bagian tubuh yang lain, diagnosis kelainan dalam mulut dapat dipersulit oleh berbagai faktor:
Dalam beberapa kasus, gejala dari berbagai macam penyakit dapat tampil serupa,
misalnya pulpitis dan odontalgia atipia (lihat Bab 5). Suatu gejala dapat didefinisikan
sebagai perubahan pada tubuh yang dilihat oleh pasien. Tanda dari berbagai macam penyakit dapat juga tampil serupa. Suatu ulkus, misalnya
dapat disebabkan oleh trauma minor dari suatu gigi yang tajam atau dapat berpotensi
menjadi karsinoma sel skuamosa. Suatu tanda didefinisikan sebagai perubahan pada
tubuh yang dapat dilihat oleh pemeriksa yang terlatih.
Tanda dan gejala penyakit yang sama, yang diderita oleh pasien yang berbeda, dapat
sangat berbeda. Sebagai contoh, rasa sakit yang amat sangat sebagaimana digambarkan
oleh seorang pasien dapat hanya merupakan gangguan kecil saja untuk pasien yang
lain.
Tanda dan gejala dapat tersembunyi. Oleh karena itu, dokter gigi bertugas membuat
agar tanda dan gejala tersebut terlihat dengan cara tanya-jawab dan pemeriksaan yang
teliti.
Berbagai pemikiran pasien yang telah terbentuk sebelumnya dapat menutupi pandangan
pasien, yang kemungkinan telah berpikir bahwa masalah yang dihadapinya berasal dari
gigi dan oleh karenanya mencari bantuan dari dokter gigi. Cara seperti ini tidak dapat
memunculkan riwayat penyakit dengan teliti, sehinga penyebab kelainan yang bersifat
non-dental tidak akan ditemukan walaupun telah dilakukan tanya-jawab berulangkali.
Penyakit yang pada umumnya diderita (misalnya pulpitis) memang sering terjadi, dan
harus ditanggulangi sebelum mencari gejala yang lebih dalam. Namun gejala yang
lebih dalam ini kadang memang dapat ditemukan, sehingga dokter gigi harus selalu siap
untuk menemukan sesuatu yang tidak diharapkan sebelumnya.
Beberapa pasien dapat saja menceritakan riwayat penyakit yang mereka percaya ingin
didengar oleh dokter gigi dan dapat diterima oleh lingkungan mereka. Sebagai contoh,
pasien menganggap remeh kebiasaan minum minuman beralkohol, menggunakan
tembakau dan makan makanan mengandung gula, sementara itu waktu yang dibutuhkan
untuk membersihkan gigi mereka angap telalu berlebihan.
Selain itu, riwayat penggunaan narkoba, penyakit akibat hubungan seksual, gangguan
makan atau kekerasan pada anak tidak akan begitu saja diceritakan pada dokter gigi.
Suatu hal yang relevan tetapi bersifat non-dental, sebagai contoh adalah riwayat medis
yang disalahartikan oleh pasien sebagai suatu hal yang bukan urusan dokter gigi.
Proses diagnosis sebenarnya telah dimulai segera, begitu pasien masuk ke dalam
ruangan dokter gigi dan apa yang ditampilkannya dapat mengelabui pemeriksa. Pasien
dengan baju rapih dan bergaya misalnya, belum tentu merupakan orang yang bebas dari
penggunaan minuman beralkohol, tembakau maupun perawatan gigi-geligi yang
terabaikan.
Sistem diagnosis penyakit melibatkan tiga unsur utama:
1. Riwayat penyakit
2. Pemeriksaan
3. Tes diagnostik
Pertimbangan umum:
Pasien sebaiknya diperlakukan sebagai seorang individu, bukan sebagai suatu penyakit
yang memerlukan perawatan.
Selalu gunakan pendekatan dengan cara yang teratur, dan hindari spot diagnosis.
Bagi seorang klinisi yang berpengalaman, cara ini terlihat seperti melakukan diagnosis tanpa memperhatikan masalah dengan lebih rinci, namun bagi klinisi yang belum
berpengalaman cara seperti ini dapat mengarah pada sekedar dugaan. Pengalaman diperoleh melalui latihan yang memperhatikan semua hal secara rinci. Hanya pengalamanlah yang akan memungkinkan kita untuk memilih mana di antara pertanyaan dan pemeriksaan tersebut yang dapat disingkirkan untuk pasien tertentu yang sedang diselidiki.
Rekam medis gigi-geligi berisi informasi penting. Jangan menutupi atau menghilangkan
berbagai fakta tersebut, walaupun terlihat tidak terlalu penting.
Rekam medis gigi-geligi perlu diberi tanggal, lengkap, dapat dibaca dan tidak mudah
dihapus, serta ditandatangani oleh klinisi pemeriksa. Data tersebut kemungkinan
diperlukan oleh klinisi lain dan mungkin juga oleh anggota dari profesi hukum.
Pasien memiliki hak secara hukum untuk mendapatkan rekam medis mereka. Jadi
jangan mencatumkan komentar-komentar yang merendahkan pasien.
Selama konsultasi berlangsung di klinik, orang ketiga, misalnya seorang perawat, perlu
hadir setiap saat. Orang ketiga ini bukan orang awam, karena kemungkinan diperlukan
tindakan darurat dan ada beberapa peralatan yang harus dioperasikan.
Persetujuan orangtua/wali diperlukan untuk anak-anak di bawah usia 16 tahun.
Anak-anak akan lebih kooperatif dan komunikatif bila setelah diperkenalkan, orangtua
yang menyertainya kembali menunggu di ruang tunggu.
Hubungan baik yang dibangun dengan seorang pasien diperlukan dan merupakan awal
yang penting untuk mendapatkan riwayat penyakit yang tepat.
Membangun suatu hubungan
Wawancara awal dengan seorang pasien meliputi pertukaran informasi yang bersifat verbal dan non-verbal. Postur tubuh dokter gigi beserta sikapnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan ataupun kehancuran suatu hubungan:
Dalam sikap duduk, mata pasien sebaiknya setinggi mata dokter gigi, pasien tidak
dalam posisi tidur.
Lakukan kontak mata, tetapi tidak menatap terus-menerus karena akan menakutkan
pasien.
Pasien berada dekat dengan operator, setidaknya dalam jarak sekitar satu meter. Jarak
yang dekat menunjukkan adanya kedekatan, jarak yang terlalu jauh menunjukkan tidak
adanya perhatian.
Posisi tubuh agak merunduk ke depan ke arah pasien menunjukkan adanya perhatian.
Begitu juga menghadap ke arah pasien, menunjukkan perhatian. Senantiasa
membelakangi pasien menunjukkan penolakan.
Sebuah senyuman atau anggukan positif menunjukkan kehangatan dan perhatian.
Catat rincian tentang keluarga dekat pasien dan kegiatan sosialnya mendatang (seperti
perkawinan, kelahiran) yang diberikan keterangannya. Ucapan yang merujuk berbagai
peristiwa tersebut dapat membangun suatu hubungan yang baik dengan pasien.
Tanya-jawab awal sebaiknya dilakukan bebas dari penggunaan kacamata, penutup
wajah, agar ekspresi muka dapat terlihat dan ucapan pasien tidak tersamar. Pakaian
pelindung hanya digunakan bila pemeriksaan fisik telah dimulai.
Sebelum melakukan pemeriksaan ataupun tindakan, beritahukan pasien apa yang akan
kita kerjakan, kapan dan mengapa tindakan tersebut dilakukan. Seorang pasien yang
terkejut akibat diberitahu tentang suatu tindakan yang dilakukan akan merasa takut dan
mengakibatkan hilangnya kepercayaan pasien terhadap dokter gigi.
Kesimpulan
Seorang pasien yang merasa santai dan seoang dokter gigi yang penuh perhatian, teliti, sistematis dalam memeriksa, disertai lingkungan yang ramah tetapi profesional merupakan dasar diagnosis kelainan dalam mulut.
Bab 2. Riwayat penyakit
Dengarkan pasien Anda, dia sedang memberitahukan diagnosisnya!
(Dia gnosis: (Yunani) berarti melalui ilmu pengetahuan)Ringkasan
1. Tahap perkenalan
Menyapa
Kalimat awal pasien
Data biografi
2. Mendengarkan keluhan pasien
Keluhan utama (CO)
3. Tanyajawab terstruktur
Riwayat keluhan utama (HPC)
Riwayat medis (MH)
Riwayat gigi-geligi (DH)
Riwayat keluarga (FH)
Riwayat sosial (SH)
Tujuan
Untuk membangun hubungan antara pasien dokter gigi.
Untuk mengumpulkan informasi secukupnya agar dapat menentukan diagnosis.
Agar dapat lebih mengerti tentang keinginan dan harapan pasien.
Riwayat penyakit
Merupakan keterangan pribadi tentang masalah yang dihadapi pasien.
Merupakan bagian yang paling penting dalam diagnosis klinis.
Kadang-kadang dapat merupakan satu-satunya faktor yang menentukan diagnosis
(misalnya rasa sakit. Lihat Bab 5 dan 6).
Beberapa pasien (misalnya anak kecil atau yang membutuhkan perawatan khusus),
mungkin tidak dapat memberikan riwayat penyakit dengan tepat. Bila ini terjadi, maka
pertanyaan dapat diajukan kepada orangtuanya/walinya/orang yang bertanggungjawab
terhadapnya. Namun, biasanya akan lebih baik bila pasien sendiri yang menjawab,
walaupun kemungkinan kita akan mengarahkan pertanyaan tersebut, karena pasien
itulah yang merasakan sakitnya. Orang ketiga dapat memberikan arti yang berbeda
terhadap masalah yang dihadapi.
Bila ditemukan kendala bahasa, anjurkan pasien untuk membawa penerjemah. Akan
lebih baik lagi di sini bila kita berkeras minta agar pasien menjawab sendiri, walaupun
kadang memang sulit untuk dilakukan.
Riwayat penyakit terdiri dari tiga tahapan:
1. Tahap perkenalan yang singkat
2. Mendengarkan keluhan pasien
3. Pertanyaan yang terstruktur
Tahap 1. Tahap perkenalan
Sapa pasien dengan namanya.
Perkenalkan nama kita dan jelaskan bagaimana kita dapat membantu mengatasi
persoalan pasien.
Hilangkan kecanggungan dengan mulai berbicara tentang cuaca, perjalanan yang
dilakukan pasien, pekerjaan pasien, atau sanjungan asalkan tidak berlebihan.
Sebagian besar pasien tidak mengerti istilah medis/dental, jadi gunakan kata-kata
umum tetapi tidak merendahkan. Satu aturan yang dapat diikuti adalah menggunakan
kata-kata yang mudah ditemukan di majalah popular ataupun suratkabar.
Catat kalimat awal pasien. Hal ini dapat atau tidak dapat berhubungan dengan alas an
pasien untuk datang, tetapi seringkali dapat memberikan informasi yang penting.
Kalimat Saya takut dengan dokter gigi, tetapi rasa sakit ini membuat saya ingin
datang, dapat memberi petunjuk dalam perawatan pasien.
Catat atau periksa data biografi, termasuk:
Nama pasien
Jenis kelamin
Tanggal lahir (penyakit yang berhubungan dengan usia: sebagian besar penderita kanker mulut berusia 40 tahun ke atas).
Alamat (sehubungan dengan kesulitan untuk dating, fluoridasi air minum).
Nomor telepon siang hari dan telepon rumah.
Pekerjaan (pendidikan, status sosial-ekonomi, terpapar sinar matahari kanker kulit dan bibir, juru masak karies).
Nama serta alamat dokter dan dokter gigi umum
Tahap 2. Mendengarkan keluhan pasien
Keluhan utama (CO = Complaints Of):
Keluhan ini merupakan sebab mengapa pasien mencari pertolongan.
Gunakan pertanyaan seperti Apa yang dapat saya Bantu?.
Bila ada beberapa masalah yang disebutkan, tanyakan Apa yang merupakan keluhan / perhatian utama ?.
Catatan:
Berikan dorongan kepada pasien agar dapat menggambarkan keluhannya.
Jangan memotong cerita pasien.
Berikan dorongan kepada pasien yang tidak bisa cerita, dengan cara bertanya
menggunakan kalimat sederhana.
Arahkan pasien yang terlalu banyak berbicara agar fokus pada hal-hal yang lebih
penting.
Catat keluhan tersebut menggunakan kalimat pasien. Terutama dalam kasus medico-
legal, kata-kata pasien dapat diatur dalam tanda kutip.
Dalam menggambarkan keluhan utamanya, pasien dapat memiliki daftar gejala (lihat
Bab 1).
Bila tidak dapat menemukan kata-kata untuk menggambarkan gejala, agar lebih mudah
bertanya kepada pasien untuk menggambarkan suatu kata yang dapat menggambarkan
hal yang berlawanan dengan keluhan.
Hubungkan keluhan tersebut dengan kalimat awal pasien sebelumnya.
Tahap 3. Tanyajawab terstruktur
Tahap ini terbagi ke dalam lima kelompok:
1. Riwayat keluhan utama (saat ini)
2. Riwayat medis
3. Riwayat gigi-geligi sebelumnya
4. Riwayat keluarga
5. Riwayat sosial
Pertanyaan terbuka, yang tidak memerlukan jawaban ya atau tidak, memberikan ruang
kepada pasien untuk menjelaskan keluhannya.
1. Riwayat keluhan utama (HPC)
Merupakan riwayat kronologis perkembangan keluhan pasien.
Terdiri dari berbagai pertanyaan sebagai berikut:
Kapan pertama kali keluhan tersebut dirasakan?
Apakah ada perubahan keluhan sejak saat itu? Apakah makin parah, lebih baik,
ataukah sama saja?
Apakah ada sesuatu yang menyebabkan kelainan itu timbul atau membuatnya makin
parah ? (misalnya panas, dingin atau saat makan dapat memperparah rasa sakit gigi).
Apakah ada sesuatu yang dapat mengurangi keluhan ? (misalnya obat analgetik yang
dibeli sendiri tanpa resep untuk mengurangi rasa sakit yang parah).
Lanjutkan dengan pertanyaan yang berhubungan dengan gejala tambahan dan
keberhasilan perawatan, atau perawatan yang pernah diberikan sebelumnya.
Kemungkinan gejala memerlukan penjelasan lebih lanjut. Rasa sakit adalah suatu
gejala subyektif dan tidak seperti ulkus, tidak ada yang dapat dilihat secara visual.
Oleh karena ituriwayat penyakit menjadi sangat perting artinya (lihat Bab 5 dan 6).
Hindari pertanyaan terarah, pasien yang sudah terpengaruh akan setuju saja dengan
gejala yang tidak mereka ketahui. Jadi jangan bertanya Apakah anda mengalami rasa
sakit bila makan makanan panas atau dingin ? Melainkan bertanyalah: Apa yang
membuiat rasa sakit tersebut mudah timbul?
Bila pertanyaan terarah tidak dapat dihindarkan, berikan beberapa kemungkinan
yang dapat dipilih oleh pasien.
Keluhan akibat ulserasi (lihat Bab 10).
Keluhan akibat pembengkakan (lihat Bab 12).
2. Riwayat medis (MH)
Dapat memberikan tanda penting untuk diagnosis.
Dapat mengubah rencana perawatan.
Riwayat medis yang tidak lengkap dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan pasien,
dokter gigi, juga staf pendukung lainnya.
Penting dicatat untuk alasan medikolegal.
Bila digunakan kuesioner untuk mendapatkan riwayat medis, jawaban yang diberikan
harus diperiksa kembali oleh dokter gigi.
Berikut ini beberapa pertanyaan yang harus ditanyakan:
Pernahkah anda menderita suatu penyakit yang berat atau pernahkah masuk rumah
sakit untuk perawatan? (Bila pernah masuk rumah sakit menunjukkan pasien pernah
mempunyai penyakit yang cukup berat).
Pernahkah anda menjalani operasi? (Bila pernah berarti ada penyakit yang cukup berat,
bisa juga didapat informasi tentang kepekaan pasien terhadap obat anestesi).
Bila pernah, apakah ada masalah? (Seperti perdarahan berlebihan, reaksi alergi
terhadap obat, dan sebagainya).
Apakah saat ini anda sedang dalam perawatan seorang dokter? (Dapat menunjukkan
adanya suatu masalah yang cukup serius).
Apakah anda sedang menggunakan tablet, obat lain, pil, krim? (Bila ya, kemungkinan
ada masalah yang sedang dihadapi. Obat-obatan yang diresepkan untuk mengatasi
masalah gigi dapat bereaksi dengan obat-obat yang ada. Antibiotika spektrum luas
dapat mengurangi keberhasilan kontrasepsi oral, misalnya, sehingga perlu diberikan
kontrasepsi metode barier.
Pernahkah anda mengalami perdarahan berlebihan setelah terluka atau setelah
pencabutan gigi? (Bila ya, ada kecenderungan terjadi perdarahan dalam perawatan).
Pernahkah anda ditolak menjadi donor darah? (Kemungkinan ada virus yang
berkembangbiak dalam darah).
Pernahkah anda menderita sakit kuning, hepatitis atau gangguan hati lainnya? (Risiko
infeksi silang, metabolisme obat yang tertunda, masalah perdarahan).
Apakah anda punya penyakit jantung? (Risiko angina/serangan jantung, risiko untuk
anestesi umum).
Pernahkah anda menderita demam rematik, kelainan denyut jantung atau kelainan
katup jantung? (Risiko untuk infeksi endokarditis setelah pencabutan gigi).
Pernahkah anda menderita hipertensi? (Risiko untuk stroke atau gagal jantung).
Apakah anda menderita asma, paru, atau masalah pernafasan? (Risiko untuk anestesi
umum).
Pernahkah anda menderita tuberkulosis? (Risiko infeksi silang).
Pernahkah anda menderita penyakit infeksi tertentu? (Risiko infeksi silang).
Apakah anda menderita diabetes? (Rentan terhadap infeksi, penyakit periodontal,
risiko kolaps bila gula darah turun, risiko untuk anestesi umum).
Pernahkah anda menderita epilepsi? (Risiko kejang)
Apakah ada sedang hamil atau menyusui? (Untuk wanita).
Apakah anda menderita alergi?. Misalnya: hay fever, asma, eksim atau elastopleist.
(Reaksi terhadap obat, risiko untuk anestesi umum).
Pernahkah anda mempunyai masalah dengan antibiotika, terutama penisilin? (Risiko
reaksi alergi, termasuk anaphylactic shock).
Pernahkah anda mempunyai masalah dengan tablet atau obat, misalnya aspirin?
(Reaksi obat).
Pernahkah anda mempunyai masalah dengan anestesi gigi ataupun anestesi umum?
(Reaksi obat).
Apakah masih ada informasi medis yang perlu saya ketahui? (Umum).
Periksa riwayat medis dalam setiap kunjungan; mungkin ada perubahan yang bermakna
(Misalnya antikoagulan, serangan jantung dan sebagainya).
Hubungi dokter atau ahli bedah yang berwenang bila masih ragu-ragu.
Bila pasien tidak yakin dengan nama atau jenis obat yang digunakan, minta mereka
untuk membawanya dalam kunjungan berikutnya.
Suatu pemeriksaan medis mungkin diperlukan bagi pasien yang sedang menjalani
anestesi umum atau sedasi dan pasien yang memiliki riwayat positif yang akan
mengalami perawatan ekstensif di bawah anestesi lokal.
3. Riwayat gigi-geligi terdahulu (DH)
Tanyakan beberapa pertanyaan di bawah ini:
Seberapa seringkah anda mengunjungi dokter gigi sebelumnya? (Berkaitan dengan
motivasi, kemungkinan akan kunjungan berikutnya).
Kapan terakhir bertemu dengan dokter gigi anda dan apa yang dilakukan oleh dokter
gigi anda? (Dapat sedikit disinggung masalah yang dihadapi saat ini).
Pernahkah anda mendapat perawatan ortodonti? (Dapat merupakan petunjuk motivasi
yang baik).
Pernahkah anda bermasalah dengan perawatan sebelumnya/ anestesi? (Ansietas,
masalah kesehatan).
Seberapa seringkah anda menyikat gigi dan berapa lama? Apakah anda menggunakan
benang gigi atau fluor? (Motivasi, pengetahuan tentang pencegahan).
4. Riwayat keluarga (FH)
Bila dicurigai akan adanya diagnosis yang melibatkan kondisi herediter, tambahkan
catatan rinci tentang kesehatan, usia dan riwayat medis orangtua, kakek-nenek,
saudara kandung dan anak-anak.
Beberapa penyakit seperti hemofilia bersifat herediter. Bagi pasien lain, faktor
herediter lainnya juga dapat ditemukan, seperti:
Non-insulin dependent diabetes mellitus
Hipertensi
Beberapa jenis epilepsi
Penyakit jantung
Kelainan psikiatri
Kanker payudara
Keganasan lainnya
5. Riwayat sosial (SH)
Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran tentang gaya hidup pasien yang
kemungkinan berpengaruh/ mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan
umum dan kesehatan gigi pasien.
Berisikan rincian tentang::
Olahraga (Risiko anestesi)
Berat badan dalam kaitan dengan tinggi badan (Gangguan makan).
Diet (Vegetarian, kandungan asam yang tinggi, sifat kariogenik).
Minuman beralkohol (Penyakit periodontal, ANUG, kanker mulut, cirrhosis
hepatis, risiko perdarahan).
Kebiasaan merokok (Penyakit periodontal, risiko anestesi, ANUG, kanker mulut).
Penggunaan minuman beralkohol dan kebiasaan merokok bersama-sama
meningkatkan risko untuk terkena kanker mulut).
Kondisi lingkungan rumah (tak terawat, stres).
Berkunjung ke luar negeri (Penyakit daerah tropis).
Bekerja (Stres fisik/psikologis).
Stres (Gangguan psikosomatik).
Penggunaan obat tanpa resep dokter (narkoba) (Risiko infeksi silang, gigi tak
terawat, risiko terkena penyakit jantung dalam penggunaan kokain, risiko
peningkatan karies gigi dalam penggunaan metadhone).
Kesimpulan
Riwayat penyakit seringkali telah dapat menunjukkan diagnosis sementara/diagnosis kerja, atau paling tidak riwayat penyakit dapat menentukan diagnosis banding.
Diagnosis kerja ataupun diagnosis banding akan ditegaskan lagi ataupun ditolak berdasarkan pemeriksaan klinis dan tes diagnostik.
Rujukan ke spesialis (biasanya melalui surat):
Komunikasi tertulis biasanya akan sangat membantu, misalnya ditujukan ke spesialis atau bagian administrasinya.
Dalam kondisi darurat, dapat dirujuk melalui telepon.
Surat rujukan sebaiknya berisi:
Nama, alamat dan nomor telepon pengirim surat rujukan.
Nama, alamat, nomor telepon, usia dan jenis kelamin pasien.
Tanggal rujukan.
Alasan rujukan, termasuk riwayat penyakit, tanda, gejala dan diagnosis kerja.
Alasan mengapa harus segera dirujuk.
Riwayat medis, gigi dan sosial.
Hasil pemeriksaan penunjang (termasuk radiografis).
Rujukan tersebut meminta pendapat saja ataukah meminta pendapat dan perawatan selanjutnya.
Contoh surat rujukan:
Dr. S. Brown
The Dental Surgery
35 Dane End
London N1 3LP
Tel: 0208 773 2433
22nd Februari, 2000
Profesor ..
Oral and Maxillofacial Surgery
The Guys, Kings and St Thomas Dental Institute
Caldecot Road
London SE5 9RW
Profesor Yth.,
Pasien: Tn. Charles White, lahir 17 Februari 1920, alamat: 23 Elgin Court, London, N1 2JK. Tel: 0207 233 4455.
SEGERA.
Tn White datang ke tempat praktek saya tanggal 10 Februari 1998 untuk pemeriksaan rutin dan tidak memiliki keluhan pada gigi-geliginya. Pada pemeriksaan dasar mulut saya temukan ulkus dengan diameter 5 mm, tepinya lebih tinggi dari sekitarnya, dasar ulkus berdarah. Ulkus tersebut tidak sakit bila disentuh, tetapi tekanan yang ditimbulkan oleh gigi tiruan rahang bawah di daerah tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien. Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe.
Saya bebaskan tekanan dari gigi tiruan rahang bawah dan merencanakan untuk mengatasi masalah tersebut satu minggu kemudian.
Pada kunjungan berikutnya ulkus tidak banyak berubah. Tekanan dari gigi tiruan rahang bawah masih menimbulkan rasa tidak nyaman di daerah ulserasi. Kali ini plat gigi tiruan saya potong untuk membebaskan ulkus dari tekanan dan meminta pasien ntuk datang kembali.
Dalam kunjungan berikutnya ulkus tetap tidak menyembuh dan kali ini saya yakin gigi tiruan rahang bawah bukan penyebabnya. Saya lebih mengkhawatirkan akan terjadinya keganasan pada ulkus tersebut.
Riwayat medis menunjukkan pernah terjadi angina ringan dan bronchitis kronis. Pasien sedang tidak dalam pengobatan apapun selain aspirin 75 mg dan kadang-kadang menggunakan gliseril trinitrat.
Tn White sudah bertahun-tahun tidak bergigi sehingga menggunakan gigi tiruan penuh rahang atas dan rahang bawah. Ia merokok 20 batang rokok sehari dan minum wiski 4 atau 5 gelas seminggu.
Saya akan sangat berterimakasih bila anda sudi memeriksa pasien ini secepatnya dan memberikan perawatan yang diperlukan.
Hormat saya,
Steven Brown
Rujukan dapat menggunakan faksimili. Namun sebaiknya kirimkan juga satu copy
melalui pos. Rujukan sebaiknya tidak menggunakan e-mail, kecuali bila ada kode
khusus yang dapat digunakan.
Pasien sebaiknya tidak diberi begitu saja surat rujukan tersebut untuk kemudian
diserahkan kepada dokter spesialis. Tindakan seperti ini seolah-olah kurang
menghargai spesialis tersebut, juga terhadap pasien lainnya.
Bacaan tambahan
Cooper, J., Warnakulasuriya, K.A.A.S dan Johnson, N.W. (1944) Screening for Oral Cancer. London: Royal College of Surgeons of England (Dept of Dental Sciences).
Gray, R.J.M., Davies, S.J. dan Quayle, A.A. (1995) Temporomandibular Disorders: A Clinical Approach. London: British Dental Association.
Bab 4. Tes diagnostik
Ringkasan
Pendahuluan
Tes diagnostik
1. Tes gigi-geligi rutin
Vitalitas
Thermal
Elektrik
Diagnosis melalui akses kavitas
Perkusi
Pelunakan
Nada perkusi
Kegoyangan gigi
Transiluminasi
Penggunaan kaca pembesar
Fotografi
Gigitan
Auskultasi
Diagnosis melalui anestesi lokal
Suhu
Radiografi
Tehnik sederhana menggunakan bahan radiopak
Probe lunak
Perangkat lepasan
2. Tes medis rutin
Suhu
Tekanan darah
Nadi
Kecepatan pernafasan
Berat badan
3. Tes tambahan
Biopsi
Metode biopsi
Eksisi
Insisi
Scalpel
Punch
Needle/trephine/drill
Aspirasi
Mikrobiologi (termasuk virologi)
Sitologi
Darah
Biokimia
Imunologi
Tes nervus kranialis
4. Rujukan
Tehnik pencitraan lanjut
Computed tomography
Magnetic resonance imaging
Ultrasound
Tehnik lanjut menggunakan bahan radiopak
Arthrography
Sialography
Angiography
Pemeriksaan sinus/fistula
Patch test
Urinalisis
Pendahuluan
Tes diagnostik hanya dilakukan bila pemeriksaan dan anamnesis untuk riwayat lesi
serta riwayat medis telah diselesaikan dengan lengkap (lihat Bab 2 dan 3).
Tes diagnostik dilakukan untuk memperkuat atau menolak diagnosis
sementara/diagnosis kerja, dengan harapan akan dapat menentukan diagnosis tetap.
Jangan meminta melakukan suatu tes diagnostik yang tidak bisa kita mengerti sendiri
hasil tesnya!
Tes diagnostik
Berbagai tes diagnostik ini dikelompokkan ke dalam empat bagian:
1. Tes gigi-geligi rutin. Tes ini merupakan bagian rutin pemeriksaan yang dilakukan
dokter gigi umum.
2. Tes medis rutin. Tes ini terdiri dari pemeriksaan medis sederhana yang dapat
dilakukan oleh perawat atau dokter gigi yang telah dilatih dengan tehnik tertentu serta
dapat menjelaskan hasilnya.
3. Tes tambahan. Tes ini dapat dilakukan di ruang operasi bila peralatannya tersedia dan
operator yang sudah terlatih juga ada. Seandainya tidak ada, maka pasien perlu dirujuk
ke pusat rujukan yang sesuai. Untuk hal ini juga, dokter gigi perlu terlatih membaca
hasil tes yang dimintanya.
4. Rujukan. Tes yang dilakukan di sini biasanya tidak dilakukan di praktik dokter gigi
umum.
1. Tes gigi-geligi rutin
Tes vitalitas (lihat juga Bab 5)
Tes ini digunakan untuk menentukan vitalitas (atau non-vital) pulpa gigi
Bila digabung dengan keterangan yang didapat dari riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan, tes vitalitas gigi dapat menunjukkan adanya peradangan pulpa (pulpitis).
Namun demikian, hasil tes pulpa perlu disikapi dengan hati-hati; tes tersebut
menunjukkan keutuhan pembuluh saraf dalam pulpa, sementara yang bertugas menjaga
kesehatan pulpa adalah pembuluh darah. Selain itu hasil pemeriksaan yang bersifat
negatif palsu ataupun positif palsu juga sering ditemukan (lihat bawah).
Tes vitalitas tidak selalu berhubungan dengan perubahan histologis yang terjadi dalam
pulpa gigi yang bersangkutan.
Tes sebaiknya tidak hanya dibatasi pada gigi yang sedang diperiksa. Gigi sekitarnya
yang diperkirakan tidak mengalami kelainan (sehat), juga gigi seberangnya perlu dites
dan hasilnya dibandingkan.
Untuk menghindari rasa sakit pasien, tes pada gigi sebaiknya dimulai dari gigi yang
sehat, bukan gigi yang sedang sakit atau gigi yang diperkirakan akan memberi reaksi
berlebihan.
Stimulus yang diberikan pada waktu melakukan tes sebaiknya dilakukan pada enamel
mahkota gigi, juga menghindari tersentuhnya tambalan ataupun jaringan lunak.
Beberapa tambalan dapat merupakan penghantar thermal yang baik, yang juga bisa
melibatkan jaringan lunak; beberapa tambalan lain dapat merupakan penghantar
thermal yang buruk.
Kesimpulan yang lebih dapat diandalkan bisa diperoleh bila hasil tes dari dua
pemeriksaan dikombinasikan (misalnya tes panas dengan dingin, atau tes dingin
dengan elektrik
Berikut ini adalah tes vitalitas yang dapat disebutkan:
Thermal
Elektrik
Diagnosis melalui akses kavitas, tanpa anestesi
Tes vitalitas thermal
Suatu gigi yang vital, tanpa kelainan pulpa biasanya dapat distimulir pada suhu
20-50C, tanpa menimbulkan rasa sakit.
Gigi dengan radang pulpa (pulpitis) dapat memberi reaksi rasa sakit yang parah bila
dilakukan stimulasi suhu di atas suhu rata-rata.
Dalam tes vitalitas thermal, digunakan suhu yang ekstrim:
Dingin. Satu gumpalan kapas yang dijepit dengan pinset disemprot sampai basah dengan chlor ethyl. Setelah chlor ethyl sebagian menguap, akan terbentuk kristal pada kapas. Proses ini dapat dipercepat dengan penyemprotan udara pada kapas, atau dengan menggerakkan kapas di udara. Kapas yang dngin tersebut yang kemudian ditempelkan ke gigi.
Panas. Setangkai gutta-percha dipanaskan di atas api sampai ujungnya melunak. Ujung yang panas tersebut ditempelkan ke gigi. Bila gigi yang akan ditempeli gutta-percha tersebut sebelumnya telah dilapisi vaselin, maka gutta-percha lunak tersebut tidak akan dapat menempel ke gigi.
Tes vitalitas elektrik. Kelebihan tes ini adalah stimulusnya lebih dapat dikontrol dan diukur derajatnya dibandingkan tes thermal, karena sebagian besar alat tersebut memiliki pengukuran digital, sehingga dapat dilihat secara visual berapa besar tingkat stimulus yang diberikan. Walaupun terlihat lebih akurat, namun tetap ditemukan variasi, misalnya karena baterai yang digunakan sudah berkurang dayanya.
Gigi yang akan dites perlu diisolasi dulu dengan gulungan kapas dan dikeringkan. Bila permukaan gigi basah, maka aliran listrik akan diteruskan ke jaringan lunak. Elektroda yang berkontak dengan gigi sebaiknya tidak diletakkan di atas tambalan; tambalan plastis dapat menghambat aliran listrik, tetapi tambalan logam akan meneruskan aliran listrik ke gingiva ataupun gigi sebelahnya. Demikian pula elektroda tidak boleh berkontak dengan jaringan lunak.
Agar diperoleh hasil yang dapat diandalkan, harus diperoleh kontak listrik yang baik. Suatu elektrolit (misalnya KY jelly) biasanya diperlukan di ujung elektroda dan beberapa perangkat mengharuskan operator melepas sarung tangan karetnya sebelum memegang perangkat tersebut untuk mendapatkan arde.
Voltase ditingkatkan bertahap sampai didapat respon yang diinginkan.
Hasil tes vitalitas
Dapat berupa:
Positif (normal)
Berlebihan, sebentar
Berlebihan, lama
Negatif
Positif palsu
Negatif palsu
Tidak jelas
Positif (normal):
Gigi yang dites memberi respon yang sama atau tingkat stimulasi yang sama dengan
gigi sehat lainnya.
Hasil seperti di atas menunjukkan pulpa masih vital dan tidak ada peradangan pulpa.
Berlebihan, sebentar:
Gigi yang dites memberi respon lebih besar dibandingkan gigi sehat lainnya, begitu
juga bila diberi stimulasi ringan.
Namun demikian,respon sakit hanya berlangsung kurang dari 15 detik setelah stimulus
diangkat.
Gigi dapat bereaksi lebih kuat terhadap rangsang dingin dibandingkan panas.
Keadaan tersebut di atas menunjukkan pulpa masih vital, tetapi mengalami peradangan
(hiperemia, lihat halaman 80).
Pulpitis bersifat reversibel bila penyebabnya dihilangkan.
Sementara itu, dentin dapat terbuka sebagai akibat adanya keretakan gigi, karies,
tambalan bocor/terbuka dan dentin akar yang sensitif.
Berlebihan, lama:
Gigi yang dites memberi respon lebih besar dibandingkan gigi sehat lainnya, juga bila
diberi stimulasi ringan.
Namun demikian, respon rasa sakit dapat bertahan lebih dari 15 detik (dan kadang-
kadang beberapa menit atau beberapa jam) setelah stimulus diangkat.
Respon terhadap stimulasi panas dan elektrik kemungkinan lebih besar daripada dingin.
Memang rangsang dingin dapat mengurangi rasa sakit.
Hasil yang diperoleh menunjukkan pulpa masih vital tapi meradang (pulpitis akut, lihat
halaman 82). Pulpitis jenis ini seringkali bersifat irreversibel.
Catatan: Suatu reaksi yang bertahap terhadap panas, tetapi tidak bereaksi terhadap rangsang dingin ataupun elektrik, mengarah pada respon yang berlebihan, dapat menunjukkan adanya pulpitis kronis (lihat halaman 83).
Negatif:
Gigi yang dites tidak memberi respon terhadap stimulasi, tapi gigi yang sehat memberi
hasil positif.
Hasil di atas menunjukkan pulpa non vital dan kemungkinan nekrotik, atau mungkin
saluran akar mengalami sclerosis.
Positif palsu:
Gigi yang dites memberi respon normal, tapi kondisi pulpa terlihat abnormal.
Keadaan di atas dapat terjadi pada:
Gigi dengan akar ganda: jaringan sehat masih ditemukan di salah satu akar, tapi sisa jaringan pulpa lainnya telah nekrotik.
Saluran akar gigi yang penuh dengan pus: dapat menjalarkan stimulus (lihat periodontitis apikalis, halaman 85).
Saluran akar gigi yang penuh dengan gas: panas menyebabkan ekspansi (lihat periodontitis apikalis, halaman 85).
Pasien yang merasa takut atau pasien dengan ambang rasa sakit yang rendah, dapat memberi respon rasa sakit walaupun stimulus belum diletakkan pada gigi!
Negatif palsu:
Gigi yang dites tidak memberi respon terhadap stimulus, tapi berbagai reaksi lainnya
menunjukkan bahwa pulpa masih vital.
Keadaan tersebut dapat terjadi bila:
Pulpa terlindung dengan baik dari stimulus thermal maupun elektrik, misalnya tambalan plastis, dentin sekunder. Dentin sekunder dapat menjelaskan adanya respon negatif palsu yang ditemukan pada gigi pasien lansia.
Suplai pembuluh saraf ke dalam pulpa hancur, misalnya akibat trauma.
Pasien memiliki ambang rasa sakit yang tinggi.
Ada kerusakan pada peralatan ataupun tehnik pemeriksaan.
Tidak dapat disimpulkan:
Semua gigi memberi respon berlebihan atau sebaliknya tidak ada gigi yang memberi
respon.
Bila berbagai tes yang berbeda memberi hasil yang saling berlawanan atau setelah tes
yang sama diulangi tetap memberi hasil yang berlawanan.
Bila respon dari dua tes (misalnya panas dan dingin) tidak dapat disimpulkan, lakukan
tes ketiga (misalnya elektrik). Bila masih meragukan, lakukan diagnosis melalui akses
kavitas, tanpa anestesi lokal (lihat bawah).
Diagnosis melalui akses kavitas tanpa anestesi lokal
Suatu bentuk tes yang mungkin paling bisa diandalkan adalah memotong kavitas kecil
pada gigi yang diperiksa.
Bila pulpa masih vital, biasanya akan diperoleh respon begitu dentin tercapai.
Bentuk tes ini merusak jaringan gigi, karena itu hanya dipakai bila tidak ada cara lain
lagi yang dapat digunakan.
Perkusi
Tes ini dilakukan dengan cara mengetuk pelan gigi yang diperiksa, dengan ujung
tangkai kaca mulut.
Ada dua ciri yang penting untuk diperhatikan: terasa lunak bila dilakukan perkusi,
dan terasa tumpul bila dilakukan perkusi.
Kedua ciri di atas menunjukkan adanya inflamasi (dan akumulasi cairan) di ligamen
periodontal (lihat periodontitis apikalis akut dan kronis, periodontitis akut yang berasal
dari gingiva dan periodontitis akibat trauma, halaman 85-88 dan 90).
Rasa lunak dalam arah apikal bila dilakukan perkusi menunjukkan adanya periodontitis
apikalis.
Rasa lunak dalam arah lateral bila dilakukan perkusi menunjukkan adanya periodontitis
akut yang berasal dari gingiva (periodontitis lateralis).
Sebagaimana halnya tes vitalitas, sejumlah gigi juga perlu dites seperti gigi yang
diperiksa. Tes dimulai dari gigi yang sehat.
Perkusi perlu dilakukan dengan sangat hati-hati karena gigi dengan periodontitis akan
lebih lunak dibandingkan biasanya.
Kegoyangan gigi
Kegoyangan gigi dapat dites menggunakan dua tangkai instrumen. Satu tangkai
diletakkan di sisi bukal gigi dan satu tangkai lagi diletakkan di sisi lingual gigi.
Salah satu tangkai tersebut dapat digantikan dengan jari tangan operator (lihat halaman
27).
Kegoyangan gigi dapat meningkat akibat:
Menurunnya dukungan tulang:
penyakit periodontal
kista tulang
neoplasma
Abses ataupun inflamasi pada ligamen periodontal:
periodntitis apikalis
periodontitis yang berasal dari gingival
trauma oklusal
trauma akut
Fraktur mahkota ataupun akar.
Fraktur tulang pendukung
Transiluminasi
Memerlukan sumber cahaya khusus
Cahaya dari lampu yang dipakai untuk composite curing juga dapat digunakan.
Cahaya dari sumber lain yang kurang begitu memuaskan adalah cahaya yang berasal
dari lampu unit yang direfleksikan ke kaca mulut.
Transiluminasi bermanfaat untuk menentukan diagnosis:
Gigi yang retak
Karies interproksimal pada gigi anterior.
Karies interproksimal pada gigi posterior, yang aksesnya cukup.
Transiluminasi intra-oral dalam suatu ruang gelap dapat digunakan untuk menentukan diagnosis sinusitis maksilaris.
Pembesaran
Pembesaran lensa 2x 4x, dengan loupe ataupun dengan kamera video, biasanya
bermanfaat sebagai bantuan tambahan untuk pemeriksaan mata telanjang di daerah
rongga mulut.
Pemeriksaan cara ini terutama berguna dalam menentukan diagnosis karies, keretakan
pada gigi dan tambalan, pemeriksaan tepi tambalan dan pencarian saluran akar selama
pemeriksaan endodontik.
Fotografi
Dapat memperbesar suatu lesi, membantu penentuan diagnosis.
Merekam keberadaan suatu lesi, sehingga dapat memperkirakan dengan lebih tepat
adanya perubahan ke arah penyembuhan atau ke arah keganasan.
Membantu dalam kasus-kasus medikolegal.
Luka gigit
Gigitan yang terjadi pada bahan rubber dam, rubber point atau wood point, juga
instrumen plastis berbentuk piramid, semuanya dapat menunjukkan diagnosis akan
adanya gigi yang retak (lihat halaman 78).
Auskultasi
Stetoskop yang diletakkan pada TMJ dapat membantu menentukan diagnosis suara
sendi ataupun krepitasi (lihat halaman 19).
Diagnosis melalui anestesi lokal
Rasa sakit pada gigi, terutama pulpitis, seringkali sangat sulit untuk ditentukan gigi
penyebabnya (lihat halaman 81).
Bahkan kadang pasien tidak yakin dari rahang yang mana rasa sakit tersebut berasal.
Rasa sakit yang dihilangkan, misalnya melalui anestesi blok mandibula, ataupun rasa
sakit yang masih ada terus setelah dilakukan anestesi blok mandibula, dapat
menentukan dari rahang mana rasa sakit tersebut berasal dan akan membantu
menentukan gigi penyebab rasa sakit.
Anestesi infiltrasi dapat digunakan untuk melokalisir gigi penyebab rasa sakit.
Suhu
Suhu biasanya diukur menggunakan termometer klinis (lihat di bawah).
Namun demikian, peningkatan suhu dapat secara kasar diketahui dengan cara
meletakkan punggung tangan operator pada dahi pasien.
Peningkatan suhu yang terjadi pada pembengkakan daerah muka dapat diketahui
dengan cara meletakkan punggung jari operator pada daerah pembengkakan (Gambar
4.1).
Gambar 4.1 Suhu daerah pembengkakan muka dapat diketahui dengan cara meletakkan punggung jari operator pada daerah pembengkakan.
Radiografi
Beberapa tehnik di bawah ini cocok digunakan dalam praktik dokter gigi umum bila
fasilitasnya memang tersedia:
Bitewing Mahkota gigi, karies (terutama lesi interproksimal), tambalan, tinggi tulang alveolar (bila kerusakan tulang hanya sedikit). Perluasan karies fisura ke dalam dentin hanya akan terlihat bila kariesnya cukup besar.
Periapikal Akar gigi dan jaringan tulang sekitarnya.
Tehnik parallax (Gambar 4.2)
Dua buah film periapikal yang diletakkan pada sudut anteroposterior yang berbeda,
dapat membantu menunjukkan posisi gigi yang belum erupsi dalam arah bukolingual,
terutama untuk kaninus rahang atas.
Gigi yang letaknya paling palatal terlihat bergerak dalam arah yang sama dengan
pergerakan tube.
Gigi yang letaknya paling bukal terlihat bergerak dalam arah berlawanan dengan
pergerakan tube.
Panoral Untuk melihat gambaran menyeluruh pada gigi, rahang, TMJ, sinus maksilaris dan sebagainya. Detail pada daerah midline terhambat oleh superimposisi spina servikalis.
Lateral oblique Untuk melihat gambaran menyeluruh seperti di atas. Dapat digunakan bila fasilitas panoral tidak tersedia.
Gambar 4.2 Lokalisasi dengan tehnik parallax: obyek yang letaknya lebih ke palatal bergerak dalam arah yang sama dengan pergerakan tube; obyek yang letaknya lebih ke bukal bergerak dalam arah yang berlawanan dengan pergerakan tube.
Maxillary anterior occlusal Untuk melihat akar gigi anterior rahang atas.
Mandibular occlusal Untuk melihat kalsifikasi yang terjadi di dasar mulut, termasuk kelenjar dan duktus submandibularis, pergeseran bukolingual pada fraktur mandibula.
Transpharyngeal Untuk melihat gambaran sendi temporomandibula.
Occipitomental Untuk melihat gambaran sinus maksilaris, tulang wajah dan kepala.
Postero-anterior dan lateral skull Untuk melihat gambaran tulang kepala dan wajah. Bermanfaat untuk keperluan ortodontik.
Stereoscopic radiography
Diambil dua radiograf dari regio yang sama, tetapi dengan sudut yang sedikit berbeda
antara yang satu dengan yang lain.
Kedua radiograf diletakkan ke dalam stereoskop dengan cermin yang diatur sedemikian
rupa sehingga kedua gambaran tersebut menjadi terfokus, dengan menggunakan efek
tiga dimensi (3D).
Tehnik terutama berguna untuk pemeriksaan rinci pada fraktur.
Tehnik sederhana menggunakan bahan radiopak
Probing dengan benda lunak
Probing dengan benda lunak (termasuk di sini endodontic silver atau gutta-percha points) dapat dimasukkan ke dalam sinus, misalnya sinus pada gigi yang mengarah
pada apeks gigi yang terlibat dan dilihat secara radiografi.
Dengan cara yang sama, satu jarum atau lebih dapat dimasukkan ke dalam jaringan
untuk melokalisasi benda asing.
Perangkat lepasan
Basis gigi tiruan bentuk malam yang disertai pemberi tanda dari bahan logam dapat
diletakkan di atas alveolus sebelum melakukan radiografi.
Alat tersebut juga dapat berguna misalnya untuk menemukan akar yang tertingal saat
operasi.
2. Pemeriksaan medis rutin
Beberapa tes di bawah ini dapat dilakukan dalam kamar operasi bila peralatannya tersedia dan petugasnya telah terlatih:
Suhu
Suhu tubuh diukur dengan meletakkan termometer klinis di bawah lidah (minimal 2
menit). Angka normal berada pada kisaran 36,2 37,8 C. Termometer harus
dikocok dulu supaya merkuri turun dalam tingkatan di bawah 36C sebelum
termometer digunakan.
Suhu ketiak sedikit lebih rendah (suhu rectum sedikit lebih tinggi) dibandingkan suhu
bawah lidah.
Pengukuran suhu di bawah lidah tidak dapat dilakukan pada bayi/anak kecil karena
gelas termometer akan dikulum, dikunyah dan dapat pecah.
Suhu tubuh bervariasi sedikit pada hari yang sama, pada malam hari lebih tinggi
dibandingkan pagi hari.
Suhu tubuh dapat meningkat akibat:
Infeksi
Operasi
Suhu tubuh dapat menurun akibat:
Hipotermia
Shock berat
Tekanan darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan sphygnomanometer.
Tekanan darah dapat bervariasi di antara kelompok.
Akan meningkat dengan bertambahnya usia.
Ukuran normal berkisar antara 120 140 mmHg (sistolik), 60 90 mmHg (diastolik).
Tekanan diastolik yang meningkat lebih bermakna dibandingkan peningkatan tekanan
sistolik.
Peningkatan tekanan darah (hipertensi, hiperpiesis) dapat terjadi akibat:
Hipertensi esensial (idiopatik)(80%).
Penyakit ginjal (19%).
Gangguan yang lebih jarang (1%):
Conns disease
Cushings syndrome
Phaeochromocytoma
Coarctation of the aorta
Peningkatan tekanan intrakranial
Seorang pasien dengan tekanan darah yang meningkat perlu dirujuk untuk dilakukan
pemeriksaan medis yang lengkap.
Penurunan tekanan darah (hipotensi) dapat terjadi akibat:
Shock
Hemoragia
Cerebrovascular accident
Myocardial infarction
Nadi
Diukur pada kedua pergelangan, karena mungkin ada variasi di antara kedua sisi.
Denyut nadi
Pada orang dewasa denyut nadi normal adalah 60-80 denyut per menit.
Denyut nadi lebih tinggi pada bayi (hingga 140 denyut per menit).
Dapat menurun (bradikardia) pada:
Atlit
Usia lanjut
Hipotiroidisme
Heart block
Vasovagal attack
Dapat meningkat (takikardia) pada:
Thyrotoxicosis
Infeksi
Takikardia paroksismal
Olahraga
Emosi
Ritme nadi
Nadi biasanya beraturan.
Namun dapat meningkat saat inspirasi dan menurun saat ekspirasi.
Bila variasi ini ditandai, maka disebut sinus arrythmia.
Ketidakteraturan yang umumnya terjadi berupa extrasystoles yang akan menghilang
saat olahraga. Gejala tersebut secara klinis tidak bermakna.
Fibrilasi atrial digambarkan sebagai irregular irregularity dan dihubungkan dengan
beberapa masalah serius berupa:
Thyrotoxicosis
Mitral stenosis
Cardiac ischemiaKecepatan pernafasan
Kecepatan pernafasan orang dewasa normal berkisar antara 12-20 hembusan nafas per
menit.
Pada bayi lebih cepat dan pada lansia lebih lambat.
Dapat meningkat karena:
Thyrotoxicosis
Infeksi, terutama infeksi dada
Pulmonary oedema
Shock
Olahraga
Emosi
Dapat menurun karena:
Istirahat dan tidur
Narkoba
Pernafasan Cheyne-Stokes
Ditandai oleh siklus berulang pernafasan yang sangat menurun (apnoea) diikuti dengan
peningkatan secara bertahap kecepatan pernafasan hingga maksimum, untuk kemudian
diikuti dengan penurunan bertahap apnoea lagi.
Pernafasan Cheyne-Stokes dapat ditemukan pada pasien yang sakitnya sangat berat:
Cerebrovascular accident
Meningitis
Penyakit ginjal berat
Berat badan
Berat badan seorang pasien dapat di atas atau di bawah berat normal.
Penurunan atau kenaikan tiba-tiba suatu berat badan memerlukan rujukan untuk
dilakukan pemeriksaan medis yang lengkap.
Berat badan rata-rata populasi di negara industri saat ini meningkat
Peningkatan berat badan dapat terjadi karena:
Makan berlebihan
Kurang olahraga
Kehamilan
Kondisi apapun yang menyebabkan retensi cairan
Reaksi terhadap obat
Menurunnya berat badan dapat terjadi karena:
Anorexia nervosa
Bulimia
Diabetes mellitus
Tuberkulosis
Thyrotoxicosis
Keganasan
Menjalani diet
3. Tes tambahan
Pengumpulan spesimen dan beberapa tes yang dilakukan di bawah ini dapat dilakukan di ruang operasi bila peralatannya tersedia dan petugasnya terlatih. Bila tidak, perlu dirujuk ke pusat pemeriksaan yang sesuai. Namun demikian, dokter gigi yang merujuk tetap bertanggungjawab terhadap pasien yang dirujuk.
Biopsi
Pembuangan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya (biasanya pemeriksaan
histologi).
Dilakukan bila ditemukan lesi yang dicurigai mengarah kepada keganasan atau bila
diagnosis tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Semua lesi intra oral berwarna merah dan lesi putih yang tidak dapat diangkat dari
jaringan di bawahnya perlu dibiopsi (kecuali bila diagnosis sudah pasti dan tidak
berbahaya, misalnya aspirin burn).
Jaringan apapun yang dieksisi perlu dikirim untuk pemeriksaan histologi, walaupun
diagnosis klinis terlihat seolah-olah sudah pasti.
Bila dokter gigi curiga suatu lesi merupakan keganasan, pasien sebaiknya dirujuk
(segera) untuk biopsi. Untuk kasus-kasus yang lain, spesimen dikirim untuk
pemeriksaan lanjut.
Spesimen biopsi harus cukup besar untuk dilakukan pemeriksaan histologi,
tidak boleh kurang dari 1,0 cm x 0,5 cm.
Hindari spesimen dari kemungkinan terhimpit, tercabik, terbakar (tindakan
electrosurgery dapat mempersulit pemeriksaan histologi).
Metode biopsi
Eksisi
Insisi
Scalpel
Punch
Needle/trephine/drill Aspirasi
Biopsi eksisi
Biasanya digunakan untuk lesi yang berdiri sendiri, dengan diameter < 1 cm.
Hanya digunakan bila operator yakin bahwa lesi tersebut jinak.
Ada risiko terlepasnya sel ganas bila dignosis kerja berupa lesi jinak ternyata salah.
Namun demikian, nilai klinis suatu biopsi jauh lebih besar dibandingkan risiko
tersebut.
Dapat membantu menentukan perawatan yang tepat bila diagnosis lesi jinak ternyata
benar.
Metode: Berikan anestesi lokal, bila mungkin anestesi blok regional. Dalam kondisi apapun, anestesi lokal tidak boleh lebih dekat dari 2 cm dari daerah yang terlibat, untuk menghindari water logging solusi anestesi pada spesimen.
Lesi distabilkan dengan cara menancapnya dengan suture (Gambar 4.3) (Banyak spesimen yang rusak karena terjepit tang jaringan).
Gambar 4.3 Biopsi eksisi: lesi distabilkan dengan cara menancapnya dengan suture. Stabilisasi yang menggunakan tang jaringan dapat merusak spesimen.
Lesi ditarik melalui suture.
Lakukan insisi pada mukosa di sekitar dasar lesi dalam bentuk elips.
Gunakan kombinasi potongan tumpul dan tajam untuk melepas lesi.
Letakkan spesimen segera ke dalam botol cukup besar yang berisi cairan fiksasi, diberi label, dan ditutup (volume cairan fiksasi biasanya sepuluh kali lebih banyak dari volume spesimen, merupakan formalin/formol saline 10%).
Tutup luka dengan suture.
Biopsi insisi
Dilakukan untuk lesi yang besar atau bila ada dugaan keganasan.
Berisiko terlepasnya sel ganas (lihat atas).
Biopsi insisi tidak boleh dilakukan pada lesi berupa pigmentasi atau vascular.
(Melanoma sangat metastatik dan lesi vaskular akan menimbulkan perdarahan
berlebihan).
Catat letak lesi, ukuran dan bentuknya dalam status pasien.
Metode:
Berikan anestesi lokal.
Tentukan batas yang jelas antara jaringan sehat dan lesi. Pilih spesimen yang melalui daerah batas tersebut.
Lesi distabilkan dengan suture (tang jaringan dapat menghancurkan spesimen).
Iris spesimen dari tepi lesi dengan mengikutsertakan tepi jaringan sehat yang terlihat.
Spesimen harus cukup besar sehingga dapat mewakili daerah lesi yang bersangkutan.
Hindari daerah nekrotik pada lesi.
Bila lesi dekat dengan tulang, hindari perforasi periosteum (ini untuk menjaga batas lesi, barangkali diagnosis kerja lesi yang diperkirakan jinak ternyata salah).
Letakkan spesimen segera ke dalam botol yang sudah dipersiapkan yang biasanya sudah berisi cairan fiksasi dengan volume sepuluh kali lebih banyak dibandingkan volume spesimen (Misalnya formalin/formol saline 10%).
Catatan: Bila pada spesimen akan dilakukan pemeriksaan imunofluoresen, spesimen tidak perlu difiksasi. Sebaliknya spesimen harus segera dikirim dalam nitrogen cair
70C untuk dilakukan freezing.
Punch biopsy
Instrumen operasi digunakan untuk mendorong keluar sebagian jaringan yang dapat
mewakili lesi.
Oleh karena spesimen yang dihasilkan seringkali rusak akibat prosedur ini, maka
biopsi yang menggunakan scalpel lebih disukai.
Needle/trephine/drill biopsy
Tehnik ini telah digunakan untuk biopsi pada lesi fibro-osseous yang letaknya dalam.
Spesimen yang dihasilkan kecil, mungkin tidak dapat mewakili lesi yang terlibat dan
dapat rusak oleh karena prosedurnya, sehingga tidak banyak digunakan.
Biopsi aspirasi (lihat di bawah untuk metode yang lebih rinci)
Dapat digunakan untuk lesi berupa kista dan disertai fluktuasi (yaitu mengandung
cairan).
Bila aspirasi gagal, berarti lesi tersebut padat.
Cara ini lebih disukai dibandingkan biopsi insisi pada lesi vaskular (misalnya
hemangioma), karena adanya risiko terjadi perdarahan berlebihan.
Aspirasi udara yang terjadi di daerah molar rahang atas menunjukkan bahwa jarum
berada di dalam sinus maksilaris. Hal ini dapat digunakan untuk membedakan sinus
dari kista.
Aspirasi udara dari kista mandibula menunjukkan adanya kista tulang soliter
(haemorrhagic) (lihat halaman 175).
Aspirasi darah menunjukkan adanya suatu hematoma, hemangioma ataupun pembuluh
darah.
Aspirasi pus menunjukkan adanya suatu abses atau kista yang terinfeksi.
Aspirasi keratin yang terlihat seperti pus tetapi tidak berbau busuk, menunjukkan
adanya suatu keratocyst odontogenik (lihat halaman 166).
Aspirasi cairan mengandung kristal berwarna kekuningan (kolesterin) menunjukkan
adanya kista periodontal ataupun dentigerous (lihat halaman 166, 168).
Adanya keratan keratin saat dilakukan pemeriksaan mikroskop dari suatu kista yang
diaspirasi menunjukkan adanya keratocyst odontogenik (lihat halaman 166).
Mikrobiologi
Kerjasama dengan suatu laboratorium untuk mendapatkan swab, botol spesimen,
formulir permintaan pemeriksaan lab, serta rincian cara pengiriman yang disukai dan
perlindungan kemasan yang dikirim.
Idealnya, spesimen diambil sebelum perawatan antimikrobial dilakukan.
Dapat mengidentifikasi mikroorganisme penyebab infeksi yang berasal dari gigi.
Sensitivitas organisme terhadap berbagai antibiotika dapat ditentukan, sehingga
dapat diberikan perawatan yang paling efektif.
Catatan: Perawatan infeksi gigi akut harus dilakukan sebelum hasil tes mikrobiologi dan sensitivitas antibiotika dilakukan.
Bila mungkin sampel pus didapat dengan cara aspirasi.
Metode biopsi aspirasi:
Dengan menggunakan antiseptik ringan, bersihkan jaringan di sekitar regio aspirasi.
Suntikkan solusi anestesi lokal di atas (tidak ke dalam) lesi.
Pilih jarum yang besar lubangnya dan syringe berukuran 10 ml.
Masukkan jarum ke dalam jaringan dan cairan diaspirasi.
Pindahkan cairan yang diaspirasi tersebut ke dalam botol tertutup. (Jangan isi botol lebih penuh dari duapertiga isi botol).
Bila pus yang diaspirasi tidak mencukupi, perlu digunakan swab.
Spesimen swab diambil saat dilakukan drainase waktu operasi.
Metode untuk mendapatkan spesimen swab saat drainase:
Hindari melakukan injeksi anestesi lokal ke dalam jaringan yang meradang. Lebih baik menggunakan anestesi dingin dengan cara menyemprotkan chlor ethyl pada permukaan abses. Alternatif lainnya adalah injeksi anestesi lokal di permukaan atau analgesia relatif.
Buat insisi untuk drainase dengan cara memotong ke atas menggunakan blade No. 11 (Gambar 4.4). (Bila menggunakan anestesi dingin, potongan ke bawah dengan blade No
15 akan menyebabkan tekanan pada abses serta rasa sakit).
Buka dinding insisi drainase untuk mendapatkan akses bagi swab dengan cara melakukan insersi blade tang sinus yang steril (Gambar 4.5).
Seorang asisten membantu memasukkan swab, mengambil sampel pus, kemudian menariknya lagi tanpa menyentuh jaringan lainnya.
Tutup swab dalam wadah sedemikian rupa sehingga swab tidak berkontak dengan permukaan luar wadah ataupun dengan tangan operator pada saat insersi.
Gambar 4.4 Pada saat menggunakan anestesi dingin (semprotan chlor ethyl), buat insisi drainase dengan cara memotong ke atas dengan blade No. 11.
Gambar 4.5 Metode yang digunakan untuk mendapatkan spesimen swab pada saat drainase operasi: buka insisi drainase untuk mendapat akses bagi swab dengan cara memasukkan blade tang sinus.
Catatan: Bila mencurigai adanya kandidiasis, lakukan swab pada permukaan lesi atau mukosa yang berhadapan dengan gigi tiruan.
Infeksi virus
Swab dikirim dalam medium transpor khusus untuk dilakukan pemeriksaan kultur atau
pemeriksaan mikroskop elektron. Swab kering tidak dapat digunakan untuk
menentukan diagnosis.
Spesimen darah (dalam wadah biasa sebanyak 10 ml) juga perlu dikirim untuk
pemeriksaan serologi.
Diperlukan perlakuan hati-hati untuk mendapatkan dan mengirim spesimen berbahaya,
misalnya virus hepatitis dan HIV. Sedapat mungkin menghindari tusukan jarum.
Sitologi eksfoliatif
Merupakan pemeriksaan mikroskopis sel yang mengalami eksfoliasi atau dikerok dari
permukaan lesi.
Merupakan pemeriksaan tambahan setelah biopsi, bukan sebagai pengganti biopsi.
Dipilih bila biopsi tidak dapat dilakukan, bila biopsi ditolak oleh pasien, untuk lesi
multipel yang perlu diselidiki, atau untuk spesimen yang perlu diambil secara
berurutan dan berulangkali untuk rentang waktu yang panjang.
Bila hasil pemeriksaan sitologi meragukan, maka perlu dilakukan biopsi.
Metode: Jangan mengusap permukaan lesi, kecuali untuk membuang jaringan nekrotik.
Permukaan lesi harus selalu lembab.
Kerok permukaan lesi menggunakan tepi instrumen plastis yang datar dan steril atau spatel lidah dari kayu yang lembab.
Kerokan perlu dilakukan beberapa kali dalam arah yang sama.
Kerokan yang didapat diletakkan pada slide mikroskop yang sudah disiapkan dan diberi nama, disebar merata pada permukaan slide menggunakan tepi slide yang lain.
Spesimen segera difiksasi dengan larutan fiksasi yang sesuai (misalnya formalin/formol saline 10%).
Pemberian label pada botol spesimen dan pengisian formulir permintaan tes:
Semua botol spesimen diberi label berisi keterangan tentang pasien.
Spesimen disertai formulir permintaan pemeriksaan lab yang diisi lengkap.
Formulir permintaan pemeriksaan lab harus berisi penjelasan rinci tentang diagnosis
kerja, riwayat pemberian obat antimikrobial dan riwayat alergi terhadap obat-obat
tertentu.
Formulir permintaan pemeriksaan lab juga berisi informasi keadaan klinis secukupnya
sehingga dapat memberi interpretasi yang tepat untuk hasil lab yang ditemukan.
Informasi tersebut termasuk: gambaran spesimen, gambaran klinis (ukuran, lokasi,
warna, konsistensi, mobilitas, limfadenopati dan sebagainya).
Catatan:
1. Bila dicurigai lesi sifilis (lihat halaman 148, 189, 219), lesi rongga mulut harus
dibersihkan dengan larutan saline sebelum dilakukan smear untuk pemeriksaan
lapangan gelap. Spesimen darah (10 ml dalam wadah biasa) juga harus dikirim untuk
pemeriksaan RPR dan TPHA.
2. Bila lesi tuberkulosis yang dicurigai terjadi, hal tersebut harus dinyatakan dalam
formulir permintaan pemeriksaan lab.
Pengiriman spesimen klinis/patologis:
Digunakan kemasan tiga lapis (wadah pertama, kedua dan terluar):
Spesimen dikumpulkan ke dalam wadah pertama yang sesuai.
Wadah pertama tidak boleh sampai bocor.
Spesimen cair tidak boleh diisikan ke dalam wadah pertama dalam suhu 55C.
Wadah pertama harus diberi label yang sesuai.
Wadah pertama harus diletakkan ke dalam wadah kedua yang tidak tembus air.
Untuk spesimen cair, perlu diletakkan bahan penyerap secukupnya agar dapat
menyerap seluruh isi wadah pertama, dan diletakkan di antara wadah pertama dan
kedua.
Wadah pertama dan kedua diletakkan ke dalam wadah terluar.
Formulir permintaan pemeriksaan lab diisi lengkap.
Di antara wadah kedua dan wadah terluar perlu dicantumkan beberapa hal di bawah ini:
Daftar isi wadah yang besangkutan.
Formulir permintaan pemeriksaan lab
Nama dan alamat yang dituju
Nama dan alamat pengirim
Nomor telepon yang dapat dihubungi
Pada wadah terluar cantumkan:
Nama dan alamat yang dituju
Nama dan alamat pengirim
Nama orang yang dapat dihubungi dengan nomor telepon darurat
Tempelkan sticker Bahan Infeksius
Bila memungkinkan, spesimen dikirim ke lab tanpa perantara. Spesimen yang dikirim
melalui pos dapat rusak, terhambat atau hilang.
Spesimen yang dikirim melalui the Royal Mail harus dimasukkan ke dalam spesifikasi
kemasan United Nations Class 6.2 dan mengikuti peraturan kemasan U.N. 602
(kemasan dan rincian dapat diperoleh dari the Royal Mail).
Darah
Venepuncture
Kerjasama dengan lab hematologi untuk mendapatkan lembar laporan, botol spesimen
untuk darah dan segala informasi yang terkait dengan jumlah darah yang dibutuhkan
untuk tes tersebut.
Darah yang diambil untuk film, hitung sel darah merah, darah putih dan trombosit
biasanya dimasukkan ke dalam tabung berisi EDTA (EDTA mencegah pembekuan
darah pada spesimen).
Darah untuk tes Paul-Bunnell (lihat halaman 152), zat besi dan blood grouping
biasanya dimasukkan ke dalam tabung reaksi biasa.
Darah untuk ESR dan prothrombin time biasanya dikumpulkan ke dalam tabung reaksi
sitrat.
Metode
Lokasi yang biasanya diambil untuk venepuncture adalah setinggi siku tangan, yaitu
fossa antecubitus.
Lokasi yang dipilih adalah bagian lateral fossa antecubitus.
Sisi medial fossa antecubitus dapat menunjukkan vena yang menonjol, tetapi cabang
superfisial arteri brachial yang menonjol juga bisa tampak dan perlu dihindari.
Vena basilic dan cephalic (Gambar 4.6) bertemu dengan vena cubitus. Bila vena
cubitus median berbentuk V, kedua cabang V adalah vena basilic median dan vena
cephalic median.
Vena basilic median biasanya merupakan lokasi yang digunakan untuk venepuncture.
Namun perlu diseleksi vena yang dapat diraba selain dapat dilihat.
Lakukan palpasi vena untuk menentukan bahwa itu memang vena dan bukan arteri.
Arteri terasa waktu diraba, sedangkan vena tidak.
Lengan pasien diletakkan di atas meja atau sandaran tangan dental chair dan siku
direntangkan.
Pasang sabuk tourniquet atau sphygnomanometer (digelembungkan hingga 80 mmHg)
pada lengan atas.
Gambar 4.6 Lokasi venepuncture biasanya adalah fossa antecubitus Vena digembungkan dengan cara meminta pasien untuk mengepalkan tangan beberapa
kali. Penggelembungan selanjutnya dapat diperoleh dengan cara mengetuk ringan kulit
di atas vena yang bersangkutan.
Bersihkan daerah yang akan dimasuki jarum dengan swab antiseptik.
Stabilkan vena dengan cara menarik kulit di atasnya dengan jari dari satu tangan.
Masukkan jarum ke kulit, masuk ke dalam lumen 1 cm sebelah distal dari lokasi yang
ditentukan.
Bevel jarum terletak di atas, dan sejajar dengan vena, dipegang dengan sudut 30 derajat
terhadap kulit.
Untuk kepastian apakah lumen sudah tertembus ataukah belum dapat dikonfirmasi
dengan penarikan darah pada syringe.
Lakukan aspirasi darah sesuai jumlah yang dibutuhkan.
Letakkan swab antiseptik di atas lokasi tusukan dan tarik jarumnya.
Berikan tekanan pada lokasi tusukan setelah jarum keluar, untuk mencegah terbentunya
hematoma. Pasien dapat meneruskan tekanan tersebut untuk beberapa menit dengan
cara melipat siku.
Hitung darah lengkap:
Hitung darah merah
Hemoglobin
Hematokrit
Mean cell volume
Mean cell hemoglobin
Mean cell hemoglobin concentrationHitung trombosit
Data Hitung darah merah (Red Cell Count/RBC): Laki-laki 4,2 6,1 x 1012/l, perempuan 4,2 5,4 x 1012/l. Meningkat pada polisitemia, menurun pada anemia.
Hemoglobin (Hb): Laki-laki 13,5 18 g/dl, perempuan 11,5 16,5 g/dl. Meningkat pada polisitemia, menurun pada anemia dan setelah perdarahan.
Hematokrit (Haematocrit/ Hct/packed cell volume/PCV): Laki-laki 40-54%, perempuan 37-47%. Meningkat pada polisitemia, menurun pada anemia.
Mean cell volume (MCV): 79-96 fl. Meningkat (makrositosis) pada defisiensi vitamin B12, asam folat dan alkoholisme, menurun (mikrositosis) pada anemia defisiensi Fe.
Mean cell haemoglobin (MCH): 27-31 pg. Ditentukan dengan cara membagi Hb dengan RBC. Meningkat pada anemia pernisiosa, menurun pada anemia defiensi Fe.
Mean cell haemoglobin concentration (MCHC): 32-36 g/dl. Ditentukan dengan cara membagi Hb dengan PCV. Menurun pada anemia defisiensi Fe (tesnya paling dapat diandalkan).
Hitung sel darah putih (white cell count/WCC/WBC): 4-11 x 109/l. Meningkat pada leukemia dan infeksi, menurun (leucopenia) pada imunosupresi, aleukemic leukemia, anemia aplastik dan infeksi virus.
Neutrofil: sekitar 3 x 109/l. Meningkat pada infeksi, trauma dan keganasan. Menurun karena penggunaan obat dan penyakit sumsum tulang.
Limfosit: 2,5 x 109/l. Meningkat pada leukemia dan glandular fever. Menurun bila ada gangguan sistem imun (misalnya HIV, AIDS).
Monosit: sekitar 0,6 x 109/l. Meningkat pada leukemia monositik dan glandular fever. Menurun pada gangguan sistem imun.
Eosinofil: Sekitar 0,15 x 109/l. Meningkat bila ada alergi dan penyakit parasit. Menurun pada gangguan sistem imun.
Trombosit (platelet/PLT): 150-400 x 109/l. Meningkat (trombositosis) pada peradangan kronis dan penyakit myeloproliferative, menurun (trombositopenia) pada HIV, leukemia dan penyakit jaringan ikat.
Erythrocyte Sedimentation Rate/ESR: 0-15 mm per jam. ESR meningkat merupakan suatu indicator adanya suatu penyakit non-spesific, dari infeksi hingga keganasan.
Retikulosit: Mencapai 6% dari RBC (anak-anak), 1,5% RBC pada dewasa. Meningkat bila ada peningkatan aktivitas sumsum tulang (misalnya sesudah perdarahan).
Coagulation screening
Prothrombin International Normalized Ratio (INR): Normal 0,9 1,2.
Prothrombin Time (PT): Normal kurang dari 1,3.
Activated Partial Thromboplastin Time (APTT): Normal 0,85 1,15.
Tingkat fibrinogen: Normal 1,5-4,5 g/l.
Tingkat faktor VIII: Normal 50-150 u/dl.
(Laporan hematologi dapat menemukan hasil pameriksaan yang abnormal: rendah (L), tinggi (H) ataupun kritis (C).
Blood film terminology
Sebuah sel darah merah yang normal disebut normositik (ukurannya normal) dan
normokromik (warnanya normal).
Kelainan ukuran dan bentuk, termasuk:
Makrosit Sel darah merah lebih besar dibandingkan normal (misalnya pada defisiensi vitamin B12, asam folat).
Megaloblas Sel darah merah yang memiliki nukleus, ukurannya lebih besar dibandingkan normal (misalnya pada anemia megaloblastik).
Mikrosit Sel darah merah yang ukurannya lebih kecil dibandingkan normal (misalnya pada anemia defisiensi Fe).
Anisositosis Sel darah merah yang bervariasi ukurannya (misalnya pada defisiensi Fe).
Poikilositosis Sel darah merah yang bervariasi bentuknya (misalnya pada defisiensi Fe).
Sickle cell Sel darah merah berbentuk seperti bulan sabit (misalnya pada sickle-cell anemia).
Akantosit Sel darah merah memiliki penonjolan tajam (misalnya pada anemia hemolitika).
Sferosit Sel darah merah berbentuk sferis (misalnya pada hereditary spherocytosis).
Kelainan warna:
Hipokromia Sel darah merah berwarna pucat karena kandungan hemoglobin yang menurun (misalnya pada defisiensi Fe).
Anisokromia Pewarnaan tidak beraturan (misalnya pada anemia berat).
Polikromasia Sel darah merah memiliki variasi pewarnaan (misalnya pada kehilangan darah).
Sel target Sel darah merah terlihat pucat, disertai pengumpulan hemoglobin di bagian tengah sel, seperti target untuk panahan (misalnya pada defisiensi Fe).
Kelainan bentuk dan warna:
Leptosit Sel darah merah terlihat tipis dan pucat (misalnya pada thalasemia).
Sel-sel yang belum matang:
Blas Prekursor dengan nukleus biasanya tidak ditemukan (kecuali pada bayi yang baru lahir). Bila ditemukan menunjukkan adanya anemia berat, leukemia, multiple myeloma.
Mielosit
Metamielosit (misalnya pada penyakit sumsum tulang yang ganas).
Promielosit
Normoblas
Retikulosit (misalnya pada hemolisis).
Biokimia darah
Hubungi laboratorium untuk menentukan jumlah darah yang dibutuhkan dan tabung
reaksi yang tepat untuk tes yang akan dilakukan.
Sebagian besar tes biokimia dapat dilakukan terhadap serum darah, sehingga darah
dapat dikumpulkan dalam tabung reaksi biasa.
Untuk melakukan analisis terhadap elektrolit dan protein, diperlukan plasma darah dan
darah dikumpulkan dalam tabung heparin lithium.
Untuk analisis gula darah, darah dikumpulkan dalam botol fluor.
Data Asam protease (0-13 IU/L). Akan meningkat pada leukemia myeloid akut dan kanker pankreas.
Alkalin fosfatase (30-110 IU/l). Akan meningkat pada penyakit Paget, displasia fibrosa, hiperparatiroidisme dan keganasan pada tulang. Akan menurun pada hipotiroidisme.
Kalsium (2,3-2,6 mmol/l). Akan meningkat pada hiperparatiroidisme, keganasan pada tulang dan sarkoidosis. Akan menurun pada hipoparatiroidisme dan rickets.
Fosfat (0,8-1,7 mmol/l). Akan meningkat pada penyakit tulang, menurun pada hiperparatiroidisme.
Feritin (Fe dalam serum)(laki-laki: 25-190 ng/ml, perempuan: 15-99 ng/ml). Akan meningkat pada leukemia, limfoma dan keganasan lainnya. Akan menurun pada anemia defisiensi Fe.
Asam folat (3-20 g/l). Akan menurun pada defisiensi akibat diet, alkoholisme, anemia hemolitika dan penggunaan obat-obatan tertentu seperti phenytoin.
Glukosa (2,8-5,0 mmol/l). Akan meningkat pada diabetes mellitus.
Vitamin B12 (150-800 ng/l). Akan meningkat pada leukemia, menurun pada anemia pernisiosa, defisiensi akibat diet.
Imunologi darah
Sebagian besar tes dilakukan terhadap serum, sehingga darah dikumpulkan dalam tabung reaksi biasa.
Namun, serum yang digunakan dalam bebnerapa tes memerlukanperlakuan khusus. Keterangan lebih rinci perlu didapatkan dari pihak laboratorium.
Autoantibodi yang perlu diketahui dokter gigi adalah:
Membran basalis pada epitel Pemfigoid
Semen interselular pada epitel Pemfigus
Faktor rheumatoid Rheumatoid arthritis
- Systemic lupus erythematosus
Antibodi duktus salivarius Sindroma Sjgren.
Imunoglobulin:
IgG meningkat pada pemfigus, mielomatosis dan penyakit jaringan ikat.
IgG, IgA dan IgM semua menurun pada kondisi imunodefisiensi.
Tes nervus kranialis
I. Nervus olfactorius
Nervus ini mempersarafi persepsi penciuman.
Hilangnya rasa penciuman (anosmia) seringkali terjadi akibat inflamasi, bukan
karena kerusakan nervus olfactorius.
Sebelumnya, pasien perlu ditanya tentang cairan yang keluar dari hidung.
Kondisi saluran hidung dapat diperiksa dengan cara meminta pasien untuk menarik
nafas dari satu lubang hidung, sementara lubang hidung yang lain ditutup dengan jari.
Namun, kerusakan nervus olfactorius dapat terjadi bila ditemukan fraktur tulang
ethmoid atau tumor di fossa cerebralis anterior.
Pemeriksaan:
Dengan mata tertutup pasien diminta untuk mengidentifikasi beberapa zat yang umum ditemukan, hanya melalui penciuman hidung. Berbagai zat tersebut dapat berupa lemon, pepermin dan sebagainya.
Masing-masing lubang hidung diperiksa, dengan satu lubang dalam keadaan tertutup.
Perubahan yang terjadi pada persepsi penciuman juga dapat terjadi pada:
Penggunaan phenytoin
Epilepsi
Migraine
Depresi (juga kondisi psikologis/psikiatri lainnya).
II. Nervus opticus
Nervus opticus mempersarafi indera penglihatan.
Ketajaman penglihatan:
Ketajaman penglihatan dapat diketahui dengan menggunakan Snellens chart yang
diletakkan di depan pasien dalam jarak 6 meter.
Lapang penglihatan:
Lapang penglihatan dapat diketahui dengan menggunakan confrontation test. Pada
cara ini, lapang pandang pasien dibandingkan dengan lapang pandang pemeriksa
(Gambar 4.7).
Gambar 4.7 Memeriksa lapang penglihatan: confrontation test.
Metode
Operator duduk di depan pasien, sekitar 1 meter dengan mata dalam posisi sama tinggi.
Pasien menutup mata kiri dan memandang melalui mata kanan ke arah mata kiri operator. Dalam saat yang sama, operator menutup mata kanannya dan memandang ke arah mata kanan pasien.
Operator mengganti tangan kirinya dengan jari tangan terletak di perifer lapang pandangnya, di antara dirinya dan pasiennya.
Jari tangan tersebut ditarik ke daerah lapang pandang operator dan pasien diminta untuk menyebutkan bila jari tangan tersebut mulai terlihat.
Setiap mata diperiksa dengan cara yang sama, termasuk lapang pandang nasal, temporal, superior dan inferior.
Refleks cahaya:
Refleks cahaya diperiksa dengan cara menyinarkan cahaya ke arah mata pasien.
Pupil mata yang terkena cahaya akan mengkerut (refleks langsung), demikian pula
halnya dengan mata sisi sebelahnya yang tidak disinari cahaya (refleks konsensual).
Pupil dapat gagal mengkerut sebagai akibat:
Kegagalan mendeteksi cahaya (kerusakan nervus opticus)
Gangguan saraf otonom
Obat-obatan
Luka daerah kepala
Koma
Kematian!
Pupil mata normalnya berbentuk bulat, tepi teratur dan sama ukurannya.
Ukuran pupil bervariasi berdasarkan cahaya yang masuk, tetapi biasanya berkisar antara
3 5 mm.
Konstriksi pupil di bawah 3 mm sudah dapat dikatakan sebagai miosis.
Dilatasi di atas 5 mm disebut midriasis.
III. Nervus oculomotorius
Nervus ini memberikan suplai motorik kepada semua otot extra-ocular superior oblique dan rectus lateralis.Nervus oculomotorius juga mengandung serabut motorik untuk otot levator palpebrae superioris (yang mengangkat kelopak mata atas) dan serabut parasimpatis untuk sphincter pupillae (untuk mengatur konstriksi pupil).
Dengan demikian, kerusakan yang terjadi pada nervus oculomotorius akan
mengakibatkan:
Jatuhnya kelopak mata atas (ptosis)
Pergerakan mata arah ke atas, bawah dan ke dalam mengalami gangguan, yang akan berakibat pada
Pandangan ganda (diplopia)
Pupil dilatasi, tidak bereaksi terhadap cahaya.
Tes untuk pergerakan mata
Pasien menghadap ke arah operator dan diminta untukmengikuti pergerakan jari operator yang berada sekitar setengah meter dari pasien, kepala pasien diam tidak begerak.
Tangan operator bergerak ke arah medial dan lateral, ke atas dan ke lateral, ke atas dan ke medial, ke bawah dan medial, ke bawah dan lateral.
IV. Nervus trochlearis
Nervus ini memberikan suplai motorik untuk otot extra-ocular oblique superior.
Otot oblique superior merupakan otot depressor murni untuk mata saat mata bergerak ke arah dalam.
Dengan demikian, kerusakan pada nervus trochlearis akan menyebabkan:
Ketidakmampuan mata untuk bergerak ke arah bawah dan ke dalam.
Diplopia
V. Nervus trigeminus
Nervus trigeminus memiliki tiga divisi:
Ophthalmicus
Maksila
Mandibula
Setiap divisi mengandung serabut sensoris yang memberi suplai pada jaringan orofasial, termasuk mulut, hidung, konjungtiva, sinus mukosa dan sebagian membran timpani.
Divisi mandibula juga mengandung serabut motorik untuk otot-otot pengunyahan.
Tes untuk fungsi sensorik:
Gulungan kapas dijepit menggunakan pinset, beberapa helai dikeluarkan dari gulungan, membentuk ujung yang runcing.
Dengan mata pasien tertutup, daerah yang sedang diperiksa disentuh dengan ujung kapas yang runcing tadi dan tanya pasien apakah ia dapat merasakannya.
Ulangi tes yang sama pada sisi sebelahnya.
Bila ditemukan ada daerah yang tidak dapat merasakan sentuhan kapas tersebut, catat daerah yang bersangkutan.
Kemudian lakukan konfirmasi dengan cara menyentuhkan dengan lembut ujung alat yang tajam, misalnya dengan ujung dental probe.
Tes untuk fungsi motorik
Minta pasien untuk membuka lebar dan menutup mulutnya, gerakkan rahang ke kiri dan ke kanan, kemudian ke depan dan ke belakang. (Batas normal untuk pergerakan mandibula dapat dlihat di halaman 18).
Pergerakan yang lemah dapat diketahui dengan cara menahan pergerakan rahang menggunakan tangan operator yang diletakkan pada rahang penderita.
Ada dua refleks yang dapat dilihat saat memeriksa nervus trigeminus:
i) Refleks kornea
ii) Refleks tarikan rahang
Refleks kornea:
Minta pasien untuk melihat pada satu sisi.
Perlahan, sentuh kornea dengan sehelai tipis kapas, perhatikan agar pasien tidak mengetahui saat kapas akan disentuhkan ke kornea.
Bila sehat, maka kelopak kedua mata akan menutup bersamaan.
Ulangi untuk mata satunya.
Refleks tarikan rahang (Gambar 4.8):
Minta pasien untuk membuka bibirnya, rahang relaks.
Letakkan ibu jari pada dagu pasien, sedikit di bawah bibir bawah.
Gambar 4.8 Memeriksa refleks tarikan rahang.
Ketuk ibu jari dengan martil tendon (bila ada) atau dengan jari dari tangan yang lain.
Rahang pasien akan menutup.
VI. Nervus abducens
Memberikan suplai serabut motorik pada otot rectus extra-ocular lateral.
Otot rectus lateralis menggerakkan mata ke arah lateral.
Dengan demikian, kerusakan yang terjadi pada nervus abducens akan menyebabkan
paralisis pergerakan mata arah lateral (abduction).
Tes
Lihat tes untuk pergerakan mata (lihat atas).
VII. Nervus facialis
Mempersarafi:
Serabut motorik untuk otot-otot ekspresi muka.
Serabut motorik untuk otot stapedius di telinga bagian tengah.
Serabut sensoris pengecapan di duapertiga anterior lidah.
Serabut sekretomotorik untuk kelenjar sumandibula, sublingual dan lakrimal.
Otot-otot muka bagian bawah dipersarafi secara unilateral, sedangkan otot-otot muka
bagian atas dipersarafi secara bilateral.
Tanda-tanda paralysis fasial sangat jelas saat pemeriksaan dan biasanya termasuk:
Tidak ada kerutan di dahi.
Sudut mulut turun.
Lipatan nasolabial mendatar
Tes untuk fungsi motorik nervus facialis
Minta pasien untuk tersenyum, mengerutkan dahi, bersiul, menggelembungkan pipi, menutup mata rapat-rapat dan mengerutkan muka.
Selanjutnya, minta pasien untuk mengangkat alis mata kiri dan kanan bergantian.
Kerusakan yang terjadi pada nervus facialis akan menyebabkan ketidakmampuan pasien
untuk melakukan permintaan operator pada salah satu sisi wajahnya.
Bila pasien mengalami paralysis otot muka unilateral, tetapi dapat mengangkat alis
matanya, kerusakan dapat berupa lesi pada neuron motorik bagian atas (lihat halaman
106).
Lesi neuron motorik bagian atas:
Cerebrovascular accident
Neoplasma
Demyelinating disease
Bila alis mata pada sisi yang terlibat tidak dapat diangkat, kerusakan dapat berupa lesi
pada neuron motorik bagian bawah.
Lesi neuron motorik bagian bawah:
Bells palsy (lihat halaman 105).
Tes untuk persepsi pengecapan
Siapkan beberapa larutan yang mewakili empat rasa utama (manis, asin, asam, pahit). Larutan tersebut dapat mengandung:
Gula
Garam meja
Cuka
Kina
Minta pasien untuk menjulurkan lidahnya dan pegang ujung lidah dengan menggunakan kasa steril.
Teteskan larutan yang telah disiapkan tadi pada tepi lateral duapertiga anterior lidah. Minta pasien untuk mengidentifikasi rasa yang diteteskan (misalnya manis, asin dsb.)
Biarkan pasien berkumur dengan air sebentar, kemudian lanjutkan dengan larutan berikutnya.
VIII. Nervus vestibulocochlearis
Terdiri dari dua bagian:
Komponen cochlear sensorik untuk pendengaran
Komponen vestibular sensorik untuk keseimbangan
Tes untuk nervus vestibulocochlearis bukan wewenang dokter gigi.
Namun demikian, prakiraan kasar untuk fungsi pendengaran dapat dilakukan dengan cara meminta pasien untuk mengulangi beberapa kata yang dibisikkan di telinganya, sementara telinga lainnya ditutup.
Prakiraan kasar untuk fungsi keseimbangan dapat dilakukan dengan cara meminta pasien berdiri pada satu kaki atau berjalan mengikuti garis tipis.
IX. Nervus glossopharyngeus
Mempersarafi:
Serabut sensorik untuk sepertiga posterior lidah (termasuk pengecapan), faring, telinga bagia tengah dan tuba eustachius.
Serabut motorik untuk otot stylopharyngeus.
Serabut sekretomotor (parasimpatik) untuk kelenjar parotis.
Tes
Tes untuk nervus glossopharyngeus dilakukan berdasarkan gag reflex, yang juga melibatkan nervus vagus (jalur eferen).
Gag reflex:
Minta pasien untuk membuka mulut lebar-lebar.
Sentuh jaringan faringeal dengan lembut, menggunakan ujung spatula kayu.
Bila sehat, tindakan ini akan menyebabkan pengangkatan bilateral pada palatum molle.
Memang prosedur pemeriksaan ini tidak nyaman untuk pasien, tetapi perlu dilakukan bila dicurigai ada kerusakan pada nervus glossopharyngeus.
X. Nervus vagus
Mempersarafi:
Serabut motorik untuk otot palatum, laring dan faring.
Serabut sensorik dari viscera daerah thorax dan abdomen.
Serabut otonom untuk bronchi, jantung dan traktus gastrointestinalis.
Tes untuk komponen oropharyngeal nervus vagus:
Minta pasien untuk membuka mulut lebar dan mengucapkan Ah yang panjang.
Bila sehat, tindakan ini akan menyebabkan pengangkatan bilateral palatum molle.
Bila nervus tersebut rusak pada salah satu sisi, palatum molle akan bergeser pada sisi yang sehat dan pengangkatannya tidak sama.
Bila suara menjadi parau, pasien dirujuk untuk menjalani laryngoscopy.
XI. Nervus spinal accessorius
Mempersarafi:
Serabut motorik untuk otot sternomastoid dan trapezius.
Tes untuk fungsi sternomastoid:
Pertama, minta pasien untuk menekan dagu ke bawah, sementara operator memberikan penahanan dengan cara meletakkan tangan di bawah dagu pasien.
Letak dan ukuran kedua otot sternomastoid biasanya sama.
Kemudian minta pasien untuk memutar kepala ke satu sisi, sementara operator memberikan penahanan terhadap gerakan tersebut dengan cara meletakkan tangan pada rahang pasien.
Bila sehat, otot sternomastoid kontralateral akan kontraksi dan terlihat jelas di bawah kulit.
Ulangi untuk sisi lainnya.
Tes untuk fungsi trapezius.
Minta pasien untuk mengangkat kedua bahunya, sementara operator memberikan penahanan terhadap gerakan tersebut dengan cara meletakkan tangan pada masing-masing bahu.
XII. Nervus hypoglossus
Mempersarafi:
Serabut motorik untuk otot lidah ekstrinsik dan instrinsik, kecuali palatoglossus.
Tes
Minta pasien untuk menjulurkan lidah.
Bila sehat, lidah akan terjulur di garis tengah.
Bila nervus hypoglossus rusak pada satu sisi, lidah akan bergerak ke sisi yang rusak.
Kekuatan otot lidah dapat diketahui dengan cara meminta pasien mendorong ujung lidah pada pipi, sementara operator memberikan penahanan dengan cara meletakkan jari pada bagian luar pipi tersebut.
4. Rujukan
Beberapa tes di bawah ini biasanya tidak dilakukan di praktik kedokteran gigi, melainkan pasien dirujuk ke pusat pemeriksaan yang sesuai.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, dokter gigi yang merujuk masih mempunyai tanggungjawab terhadap pasien dan harus dapat mengartikan hasil pemeriksaan yang dimintanya.
Tehnik pencitraan canggih
Computed tomography (CT)
Meningkatkan kemungkinan untuk dilakukan rekonstruksi tiga dimensi.
Memberikan visualisasi dengan tepat untuk bentuk dan ukuran lesi, serta jaraknya dari
beberapa struktur yang penting.
Dapat digunakan untuk mencitrakan kelenjar liur mayor.
Sangat berguna untuk perencanaan operasi, terutama sebelum peletakan implan.
Namun, CT scan memerlukan dosis radiasi yang tinggi.
Magnetic resonance imaging (MRI)
Dapat digunakan untuk pencitraan kelenjar liur mayor.
Bila digunakan untuk pencitraan tulang, hasilnya kurang memuaskan dibandingkan
computed tomography.
Ultrasound
Terutama berguna untuk memeriksa kista dan lesi lain yang terletak di rongga tubuh.
Dapat juga digunakan untuk mencitrakan sendi temporomandibula dan kelenjar liur
mayor.
Tehnik canggih menggunakan bahan radioopak
Arthrography:
Media kontras diinjeksikan ke dalam ruang atas dan bawah pada sendi
temporomandibula.
Dapat dikombinasikan dengan cineradiography untuk melihat pergerakan rahang.
Sialography
Media kontras diinjeksikan ke dalam duktus kelenjar liur mayor.
Dapat diikuti dengan radiografi konvensional atau computed tomography.
Dapat memperlihatkan:
Struktur kelenjar, misalnya dilatasi kelenjar (sialectasis)
Lesi intra-glandular
Obstruksi duktus, misalnya batu kelenjar
Restriksi duktus (stricture)
Dilatasi duktus
Sebelum sialografi, riwayat medis pasien harus menyertakan pertanyaan tentang alergi
terhadap yodium; beberapa media kontras mengandung yodium.
Angiography
Injeksi bahan radioopak ke dalam pembuluh darah.
Berguna untuk m