leukimia

40
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia merupakan kanker yang menyerang sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang leukemia harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga kelompok sel darah. Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan keping- keping darah. Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi atau serangan penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali ke paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang abnormal dan dalam jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih. Sel-sel darah yang terkena leukemia akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak mampu berfungsi seperti layaknya sel darah normal. Peran perawat sangat penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai 1 |asuhan keperawatan penyakit leukemia

Upload: rieo-rendie-kurniawan

Post on 28-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: leukimia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Leukemia merupakan kanker yang menyerang sel darah manusia. Untuk mengetahui

tentang leukemia harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika

terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah, dan tiga

kelompok sel darah.  Kelompok sel darah itu dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah putih,

dan keping-keping darah.

Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi atau

serangan penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen

dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh

kembali ke paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses

pembekuan darah. Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang

abnormal dan dalam jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang abnormal tersebut adalah

kelompok sel darah putih. Sel-sel darah yang terkena leukemia akan sangat berbeda dengan sel

darah normal, dan tidak mampu berfungsi seperti layaknya sel darah normal.

Peran perawat sangat penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna untuk

memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar keperawatan dan kode etik dalam

menangani pasien dengan diagnosa leukemia.

Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak penelitian yang dilakukan

untuk memecahkan masalah ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa leukemia lebih sering

menyerang kaum pria dibandingkan kaum wanita, dan juga pada kelompok orang kulit putih

dibandingkan dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat ini belum diketahui mengapa hal

tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai penulis akan menerangkan asuhan

keperawatan pada konsep teori penyakit leukemia dengan asuhan keperawatan  pada kasus

penyakit leukemia tersebut.

1 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 2: leukimia

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian dari leukemia ?

1.2.2 Bagian apa saja yang menyebabkan penyakit leukemia ?

1.2.3 Jenis jenis penyakit leukemia ?

1.2.4 Apakah penyebab utama dan gejal penyakit leukemia?

1.2.5 Bagaimana penatalaksaan medisnya ?

1.2.6 Bagaimana peran perawat dalam menghadapi pasien dengan penyakit leukemia?

1.3 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan umum

Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan dan memahami asuhan keperawatan pada

klien dengan gangguan leukemia

1.2.2  Tujuan khusus

a) Mampu mendiskripsikan konsep teori penyakit leukemia

b)      Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit leukemia

c)      Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami leukemia

d)     Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

penyakit leukemia

e)      Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami

penyakit leukemia

f)       Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan aplikasi

asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit leukemia

g)     Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami penyakit leukemia

1.4 Manfaat Penulisan

1.3.1 Dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan mutu pelayananan keperawatan.

1.3.2 Sebagai wacana baru, memperluas khasanah ilmu keperawatan.

1.3.3 Lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari konsep teorinya.

2 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 3: leukimia

BAB 2

KERANGKA TEORI

2.1 Landasan Teori

Menurut Prof. Dr. Iman, 1997 : Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih

imatur dalam jaringan pembentuk darah.

Menurut Smeltzer, 2002 : Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah

putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal.

Menurut Mansjoer, 2002 : Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah

berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan

sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh

yang lain.

Menurut Reeves, 2001 : Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel

pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi.

Menurut Hidayat, 2006 : leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya poliferasi

(pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya

leukosit dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat menyebabkan anemi trombositopenia.

Menurut Nur Salam, 2005 : Leukemia merupakan penyakit akibat poliferasi (bertambah

banyak atau multiplikasi) patologi dari sel pembuatan darah yang bersifat sistemik dan

biasanya berakhir fatal.

Menurut Baughman, 2000 : Leukemia merupakan poliferasi tak teratur atau akumulasi sel

sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elmen elmen sumsum tulang normal.

Menurut Ngastiyah, 1997 : Leukemia adalah poliferasi patologis dari sel pembuatan darah

yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.

Leukemia merupakan penyakit neoplastik yang ditandai adanya proliferasi abnormal dari

sel-sel hematopoitik (Sylvia anderson, 1995).

3 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 4: leukimia

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat bahwa leukimia

adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang

menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

4 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 5: leukimia

BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah

putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini

dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi

sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen

kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah).

Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang sumsum adalah bahan

yang lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum menghasilkan sel darah yang disebut sel

batang dan ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke

pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah perifer.

Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi khusus:

a)      Sel darah putih membantu melawan infeksi

b)      Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh

c)       Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan

Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam

sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati,

limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus

gastrointesinal, ginjal dan kulit.

3.2 Anatomi Fisiologi

3.2.1 Anatomi

Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari traktus

digestivus dari paru paru ke sel tubuh. Selain itu sistem sirkulasi merupakan sarana untuk

membuat sisa sisa metabolisme dari sel sel ke ginjal, paru paru dan kulit yang merupakan tempat

ekskresi sisa sisa metabolisme. Organ organ yang mencakup jantung, pembuluh darah dan darah:

1. Jantung

Adalah organ berongga, terletak di mediastrinum diantara kedua paru paru di dalam

rongga dada diatas diafragma. Fungsinya untuk memompa darah yang kaya oksigen

5 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 6: leukimia

kedalam sistem arteri yang membawanya ke sel sel dan menampung darah dari sitem

vena meneruskan ke paru untuk reoksigenasi. Fungsi arteri, kapiler, vena dan pembuluh

limfe adalah membawa darah kedalam sel di seluruh tubuh.

2. Pembuluh darah

a. Arteri (pembulu nadi)

Arteri meninggalkan jantung pada ventrikel kiri ke kanan.

b. Kapiler (pembulu rambut)

Kapiler adalah pembulu darah yang sangat kecil yang berasal dari cabang terhalus

dari arteri sehingga tidak nampak kecuali dibawah mikroskop. Kapiler membentuk

anyaman diseluruh jaringan tubuh, kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain

menjadi pembulu darah yang lebih besar.

c. Vena (pembuluh darah balik)

Vena membawa darah kotor kembali ke jantung.

3. Darah

Darah adalah membentuk jaringan ikat khusus, terdiri atas elemen berbentuk sel sel darah

dan trombosit dan suatu substansi interselular cair yaitu plasma darah. Ada dua jenis

utama sel sel darah yang digambarkan menurut penampilannya dala keadaan segar tanpa

pulasan yaitu sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit). Fungsi darah yaitu

sebagai alat pengangkut, sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit atau virus

dan untuk menyebarka panas keseluruh tubuh.

Proses pembentukan sel darah (hemopoisis) terdapat tiga tempat, yaitu :

1. Sumsumtulang terdiri di tulang vertebrae, sternum (tulang dada) dan costae

(tulang iga)

2. Hepar

3. limpa

3.2.2 Fisiologi

Leukosit adalah sel darah  berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit rata-

rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila

kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih

mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah

cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai

6 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 7: leukimia

granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis

leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung

sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil

(eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna netral basa dan

asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan

pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam

sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai akibat

sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses peradangan.

Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap

zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat, leukosit mengalami

marginasi, yakni bergerak ke  arah perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada

endotel dan  melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit

untuk menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos

antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakan leukosit di

daerah intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik

terarah oleh sinyal kimia.

Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu

lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai

jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4

tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai.

Fungsi sel Darah putih Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam

perlindungan badan terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago-

memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui

mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir

granulosit. pada waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan

amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan

mengitari seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena infeksi

atau cidera, menangkap organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain

seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai

granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan

hidup, menghancurkan dan membuangnya.

7 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 8: leukimia

Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannya

dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan

sama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah.

Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut

sel nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi

dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan

oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.

3.3 Jenis-jenis Leukemia

1. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)

LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid:

monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena;

insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang

paling sering terjadi.

2. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)

LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel

normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK jarang menyerang

individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi tanda dan gejala

lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit

kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.

3. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki

lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang

terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer,

sehingga mengganggu perkembangan sel normal..

4. Leukemia Limfositik Kronis (LLC)

LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi

klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau

penanganan penyakit lain.

8 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 9: leukimia

3.4 Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang

menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :

1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell

leukemia-lymphoma virus/HTLV). pada kembar monozigot, syndrome down, insidennya

lebih tinggi.

2. Radiasi ionisasi dan kemoterapi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya.

3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti

neoplastik.

4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol

5.  Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot

6. Defisiensi immune primer

7. Infeksi virus

8. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G (Sindrom

Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia

Gejala penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya anemia. Infeksi akan mudah

atau sering terjadi karena sel darah putih tidak dapat berfungsi dengan baik, rasa sakit atau nyeri

pada tulang, serta pendarahan yang sering terjadi karena darah sulit membeku. Jika tidak diobati,

maka akan mengakibatkan leukemia akut dan akhirnya dapat menyebabkan kematian. Penyebab

yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan

terjadinya leukemia, yaitu Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.

3.5 Manisfestasi klinis

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut :

1. Anemia. Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah

merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita

bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).

2. Perdarahan. Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena

didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan dijaringan kulit

(banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit).

9 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 10: leukimia

3. Terserang Infeksi. Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama

melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang diterbentuk adalah

tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita

rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan

adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk.

4. Nyeri Tulang dan Persendian. Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang

(bonemarrow)mendesak padat oleh sel darah putih.

5. Nyeri Perut. Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel

leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan

pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak

hilangnya nafsu makan penderita leukemia.

6. Pembengkakan Kelenjar Lympa. Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan

pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa

bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan

pembengkakan.

7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea). Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas

dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.

Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat disalahartikan sebagai

penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh

seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia serebral.

3.6 Patofisiologi

Leukemia mempunyai sifat khas proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih

dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Ada dua masalah terkait

dengan sel leukemia yaitu adanya overproduksi dari sel darah putih, kedua adanya sel abnormal

atau imatur dari sel darah putih, sehingga fungsi dan strukturnya tidak normal. Produksi sel darah

putih yang sagat meningkat akan menekan elemen sel darah yang lain seperti penurunan produsi

eritrosit mengakibatkan anemia, trombosit menjadi menurun mengakibatan trombositopenia dan

leukopenia dimana sel darah putih yang normal menjadi sedikit. Adanya trombositopenia

mengakibatkan mudahnya terjadi perdarahan dan keadaan leukopenia menyebabkan mudahnya

10 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 11: leukimia

terjadi infeksi. Sel-sel kanker darah putih juga dapat menginvasi pada sumsum tulang dan

periosteum yang daat mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan nyeri tulang. Disamping itu

infilrasi keerbagai organ seperti otak, ginjal, hati, limpa, kelenjar limfe menyebabkn pembesaran

dan gangguan pada organ terkait.

3.7 Penatalaksanaan Medis

1. Pelaksanaan kemoterapi

2.  Irradiasi cranial

3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :

a. Fase induksi

Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi

kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan

behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang

ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.

b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat

Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui

intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan

hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.

c. Konsolidasi

Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis

dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,

mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon

sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka

pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

4. Program terapi

Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:

a. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:

1. Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi.

Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari 10.000/mm³,

maka diperlukan transfusi trombosit.

11 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 12: leukimia

2. Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.

b. Pengobatan spesifik

Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya

tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar

pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering

disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan maksud

untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun

intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.

2. Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak

memperbanyak diri lagi.

3. Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat

4. Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi

c. Pengobatan imunologik

Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien

dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi

terus menerus.

3.8 Phatway

Faktor Endogen Faktor Eksogen

- Ras - Sinar X, Radioaktif

12 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 13: leukimia

- Kelainan kmromosom - Bahan kimia, hormon

- Herediter - Infeksi

Poliferasi lokal dari sel

Neoplastik dalam sumtul

Akut limfa blastik lukemia Kurang informasi

Poliferasi sel darah putih imatur Kurang pengetahuan

Imunosupresi pada sumtul Pansitopeni

Eritropeni lekopeni Trombositopeni

Hb Agropulosi Perdarahan

Suplai O2 Tosis Dalam darah Jaringan O2 Infeksi

Kelemahan

Asam lambung alopesia

Mual muntah

Sumber : (hidayat, 2006 : Prince, 1999 ; Long 1996)

3.9 Konsep asuhan keperawatan

3.9.1 Pengkajian

a. Data biografi pasien

13 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Gangguan rasa

Nyaman nyeri

Resiko infeksi

Gangguan tumbang

Intoleransi aktivitas

Splenohep

atomegali

Anoreksia mual muntah

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Resiko kurang

volume cairan

Gangguan citra tubuh

Page 14: leukimia

Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih

dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.

b. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat, sakit

kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.

2. Riwayat penyakit dahulu

Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu

pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu

demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae,

purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra

medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran

testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot.

4. Riwayat kebiasaan sehari-hari

Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.

5. Riwayat psikososial

a. Psikologi

Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan cemas terhadap penyakit yang

diderita. Klien sangat membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.

b. Sosial Ekonomi

14 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 15: leukimia

Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga maupun dengan tetangga

disekitar rumahnya dengan adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien

hidup dalam keadaan ekonomi yang sederhana.

6. Pemeriksaan Fisik

a)      Keadaan Umum   : Lemah

b)      Kesadara : Compos Mentis

c)      TTV :

TD  : 110/70 mmHg

N : 108x/menit

S                : 38,50C

RR            : 18x/menit

GCS,    :   E          = 4

M         = 6

V          = 5

JUMLAH : 15

d)     Kepala

Inspeksi      : Warna rambut hitam, penyebaran merata, tidak terdapat

ketombe/kotoran.

Palpasi        : Tidak terdapat benjolan.

e)      Mata                                                                            

Inspeksi    : Tidak terdapat sekret, konjungtiva anemis, penglihatan baik.

f)       Hidung                                                                                  

Inspeksi    : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak terdapat secret.

g)      Mulut                                                                             

Inspeksi : Mukosa bibir kering, pucat, tidak terdapat lesi.

h)      Telinga

Inspeksi    : Bersih tidak terdapat serumen, tidak ada lesi.

 Palpasi     :  Tidak terdapat benjolan, tidak ada peradangan, pendengaran baik.

15 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 16: leukimia

i)        Leher

 Inspeksi   : warna kulit merata, tidak terdapat lesi.

 Palpasi     : tidak terdapat pembesaran venajugolaris pada leher

j)        Dada/Thorak

Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sama

dengan sekitar.

Palpasi  : Tidak terdapat benjolan, pengembangan paru kiri & kanan tidak

sama.

Perkusi : Bunyi jantung mur mur, bunyi paru resonances.

Auskultasi : Pernapasan bronchovesiculer.

k)      Abdomen

Inspeksi   : Tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi, warna sama dengan

sekitar.

Palpasi     : terdapat hepatomegali dan splenomegali.

Auskultasi : Bising usus 20x/menit.        

Perkusi     : Bunyi tympani.

l)        Genetalia

Inspeksi    : Tidak terdapat lesi, warna sama dengan sekitar, tidak terdapat iritasi,

bentuk simetris.

Palpasi      : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah perineal.

m)    Extremitas :

Atas    : Tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep & trisep

baik.

Bawah : Pergerakan lemah, reflek patela baik, reflek bisep & trisep baik.

n)      Kulit : pucat , turgor buruk, texture halus.

16 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 17: leukimia

7. Data penunjang

Data laboratorium pada klien dengan leukemia :

o Anemi normokrom normositer

o Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)

o Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang pada kromosom 6,

11

o Hb                  : 7,3  mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).

o Trombosit      : 100.000 (150.000-400.000/mm3)

o SDP : 60.000/cm (50.000)

o PT/PTT : memanjang

o Copper serum : meningkat

o Zink serum : menurun 

d. Penatalaksanaan

Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :

o Transfusi bila perlu

o Klorambusil

3.9.2 Diagnosa Keperawatan

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah

trombosit

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek

samping agen kemoterapi

f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,

malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis

g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia

17 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 18: leukimia

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,

radioterapi, imobilitas.

i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada

penampilan.

j. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita

leukemia.

3.9.3 Intervensi dan Rasional

a. Dx. 1

Tujuan : pasien bebas dari infeksi

Kriteria hasil :

a. Normotermia

b. Hasil kultur negative

c. Peningkatan penyembuhan

Intervensi :

1. Pantau suhu dengan teliti (TTV)

Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

2. Tempatkan klien dalam ruangan khusus

Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya klien dari sumber infeksi

3.  Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan teknik

mencuci tangan dengan baik

Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif

4. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif Rasional : untuk

mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi.

5. Evaluasi keadaan klien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti tempat

penusukan jarum,ulserasi mukosa, dan masalah gigi

18 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 19: leukimia

Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi

b. Dx. 2

Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas

Kriteria hasil : - klien tidak pusing

a. Klien tidak lemah

b. HB 12 gr/%

c. Leukosit normal

d. Tidak anemis

Intervensi :

1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi

dalam aktifitas sehari-hari

Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan

2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan

Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau

penyambungan jaringan

3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau

dibutuhkan

Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan

intervensi

4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi

Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri

5. Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah

Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di dalam darah

klien.

c. Dx. 3

Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan

Kriteria hasil : HB 12gr/% dan Tidak anemis

Intervensi :

1. Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah

ekimosis

Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi dengan adanya anemia

19 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 20: leukimia

2. Cegah ulserasi oral dan rectal

Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah

3. Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi

Rasional : untuk mencegah perdarahan

4. Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut

Rasional : untuk mencegah perdarahan

5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi cepat,

dan pucat)

Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan

6.  Hindari obat-obat yang mengandung aspirin

Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit

7.   Ajarkan orang tua dan klien yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan hidung

Rasional : untuk mencegah perdarahan

d. Dx. 4

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami mual dan

muntah

Kriteria hasil :

o klien tidak lemah dan anemis

o Turgor kulit baik

o Mukosa bibir lembab, tidak sianosis

Intervensi :

1.      Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi

Rasional : untuk mencegah mual dan muntah

2.      Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi

Rasional : untuk mencegah episode berulang

3.      Kaji respon klien terhadap anti emetic

Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil

4.      Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat

Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah

5.      Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik

20 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 21: leukimia

6.      Berikan cairan intravena sesuai ketentuan

Rasional : untuk mempertahankan hidrasi

e. Dx. 5

Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral

Kriteria hasil : - kesehatan oral klien baik

Intervensi :

1.      Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral

Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera

2.      Hindari mengukur suhu oral

Rasional : untuk mencegah trauma

3.      Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang

dibalut kasa

Rasional : untuk menghindari trauma

4.      Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa

larutan bikarbonat

Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan

5.      Gunakan pelembab bibir

Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah

(fisura)

6.      Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil

Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah

yang mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang

7.      Berikan diet cair, lembut dan lunak

Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi klien

8.      Inspeksi mulut setiap hari

Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi

9.      Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan

Rasional : untuk membantu melewati area nyeri

10.  Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia

21 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 22: leukimia

Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,

memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan

mukosa

11.  Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan

Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis

12.  Berikan analgetik

Rasional : untuk mengendalikan nyeri

f. Dx. 6

Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat

Kriteria hasil : - klien tidak pucat

o Klien tidak anemis

o Mukosa bibir lembab

o Nafsu makan meningkat

o Bb meningkat

Intervensi :

1.      Dorong klien  untuk tetap rileks saat makan

Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari

mual dan muntah serta kemoterapi

2.      Izinkan klien  memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan

unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan klien meningkat

Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal

3.      Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau

suplemen yang dijual bebas

Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi

4.      Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan

Rasional : untuk mendorong agar klien mau makan

5.      Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering

Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik

6.      Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient

22 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 23: leukimia

Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk

menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam

mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat

7.      Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,

khususnya bila BB kurang dari normal

g. Dx. 7

Tujuan : klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat

diterima klien

Kriteria hasil : - skala nyeri 3

Intervensi :

1.      Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5

Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau

keefektifan intervensi

2.      Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif,

alat akses vena

Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman

3.      Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi

Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau

obat

4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat

Rasional : sebagai analgetik tambahan

5.      Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur

Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri

h. Dx. 8

Tujuan : klien mampu mempertahankan integritas kulit

Kriteria hasil :

o klien bersih

o Klien merasa nyaman

Intervensi :

1.      Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah perianal

23 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 24: leukimia

Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi

2.      Ubah posisi dengan sering

Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit

3.      Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan

Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit

4.      Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker

Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi

dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi

5.      Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering

Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit

6.      Dorong masukan kalori protein yang adekuat

Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative

7.      Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi

Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan

i. Dx. 9

Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif

Kriteria hasil :

o keluarga tidak cemas

o Klien memahami instruksi dari perawat

Intervensi :

1.      Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari, angin

atau dingin

Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut

2.      Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan halus

Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial

3.      Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin warna

atau teksturnya agak berbeda

Rasional : untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan penampilan

rambut baru

4.      Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig,

skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik

24 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 25: leukimia

Rasional : untuk meningkatkan penampilan

j. Dx. 10

Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur diagnostik

atau terapi

Kriteria hasil :

o klien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat

o Klien dan keluarga tidak cemas

Intervensi :

1.      Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien

Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu

2.      Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff

Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan

3.      Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu klien

menjalani kehidupan yang normal

Rasional : untuk meningkatkan perkembangan klien yang optimal

4.      Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan klien

sebelum diagnosa dan prospek klien untuk bertahan hidup

Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut

secara realistis

5.      Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu klien tentang hasil

tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi tambahan

Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur

6.      Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada

Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluar

3.9.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah

dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan,

penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga

pelayanan yang diberikan baik mutunya. Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah

ditentukan dapat tercapai.

25 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 26: leukimia

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia

adalah :

a. Klien  tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya

laporan peningkatan toleransi aktifitas.

c. Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.

d. Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah

e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman

Masukan nutrisi adekuat

f. Klien  beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-

bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.

g. Kulit tetap bersih dan utuh

h. Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, klien

membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan

menerapkan metode ini dan klien tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.

i. Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga

menunjukkan pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakannya. Keluarga

mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama

klien.

j. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan klien

mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada

tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.

26 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a

Page 27: leukimia

BAB 4

PENUTUP

4.1.Kesimpulan.

Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk mengetahui tentang

leukemia, harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta apa yang terjadi jika terkena

leukemia. Dan harus menjaga kesehatan tubuh.

4.2.Saran.

kami sangat mengharapkan saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan

makalah ini, dari saran yang kami terima dapat mengkoreksi tugas makalah yang kami buat ini.

kami ucapkan terima kasih.

27 |a s u h a n k e p e r a w a t a n p e n y a k i t l e u k e m i a