letter of credit

33
Sistem Perdagangan Internasional “Kasus Mengenai Letter of Credit” Disusun Oleh : Maharani F3109046 DIII BISNIS INTERNASIONAL FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: daniele-de-fari

Post on 01-Jul-2015

1.128 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: letter of credit

Sistem Perdagangan Internasional

“Kasus Mengenai Letter of Credit”

Disusun Oleh :

Maharani

F3109046

DIII BISNIS INTERNASIONAL

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: letter of credit

1. Bagaimana menghindari discrepancies (penyimpangan) atas sebuah Letter of Credit ?

Tips menangani Letter of Credit

1). Menjelang Pembukaan L/C (bagi Seller maupun Buyer)

Sesungguhnya, kunci sukses penanganan sebuah L/C adalah diawal-awal, dimulai menjelang L/C dibuka, yaitu :

(a). Purchase Order Draft

Untuk jenis pesan yang segera (rush order), Draft order akan dijadikan sebagai dasar pembukaan sebuah L/C, menjadi lampiran dalam permohonan pembukaan L/C. Untuk itu pemeriksaan draft order dengan hati-hati dan seksama adalah kunci awal dari penanganan sebuah Letter of Credit. Sebelum penandatanganan Draft Order, perhatikan hal-hal berikut ini:

(-). Jenis dan nama barang yang dipesan

Pastikan jenis barang yang dipesan tekah tertulis dengan jelas dan benar, tidak menimbulkan salah pengertian. Pencantuman nama barang beserta description-nya adalah critical. Perlu diketahui bahwa jenis/nama barang akan dicantumkan di dalam L/C, dan shipping document.

(-) Bahan baku barang yang dipesan.

Sama pentingnya dengan Jenis dan nama barang. Bahan baku yang dipesan hendaknya dicantumkan dengan persis, dan jelas.

(-). Spesifikasi barang yang dipesan

Spesifikasi barang yang dimaksudkan di sini meliputi : ukuran, warna, kwalitas, Pastikan spesifikasi barang telah tercantum (tertulis/tergambar) dengan jelas. Hal ini penting, agar barang yang dikirim nantinya sesuai dengan apa yang dipesan. Kesalahan spesifikasi barang akan berakibat pada ditolaknya barang pada saat proses inspeksi, sehingga Certificate of Inspection tidak bisa dikeluarkan. Certificate of Inspection biasanya disyaratkan dalam sebuah L/C.

(-). Contoh/sample/Proto-type barang yang dipesan

Contoh/sample/proto-type memiliki peranan yang sama dengan specifikasi barang, hanya saja bersifat visual sehingga lebih mudah untuk diikuti.

(-). Jumlah/volume barang yang dipesan

Pastikan jumlah/volume barang yang dipesan tekah tercantum dengan benar dan jelas.

Page 3: letter of credit

(-). Nilai barang yang dipesan

Periksalah Unit price dan Total Amount yang tercantum didalam Draft Order, hal ini penting, karena total amount yang tercantum di dalam L/C nantinya akan berpatokan pada Draft Order ini.

(-). Kondisi penyerahan barang

Kondisi penyerahan barang bisa bermacam-macam : Free on Board (FOB), Cost and Freight (C&F) atau Cost, Insurance & Freight (CIF). Pastikan kondisi penyerahan barang telah sesuai dengan yang disepakati.

(-). Batas akhir penyerahan barang

Batas akhir penyerahan barang (Latest Delivery Time) adalah critical. Latest Delivery Time akan menjadi salah satu yang disyaratkan di dalam L/C. Latest Delivery Time hendaknya memperhatikan kondisi penyerahan, lamanya produksi (Production Lead Time), Jadwal keberangkatan kapal (Shipping Schedule). Kesalahan dalam penentuan dan pencantuman Latest Delivery Time sudah pasti akan mengakibatkan discrepancies.

(-). Packing Instruction

Packing Instruction biasanya berupa lampiran yang menyertai Draft Order, berisi instruksi mengenai bagaimana barang seharusnya dikemas, mulai dari cara pembungkusan (oleh kertas/plastic), penyimpananya di dalam kemasan (dus/kotak), jumlah /volume barang per satu kemasan, dan lain sebagainya. Packing instruction juga harus diperhatikan dengan seksama, packaging barang ayang akan dikirimkan akan tercermin di dalam Packing List, dan packing list adalah salah satu jenis dokumen yang disyaratkan di dalam sebuah L/C. Penyimpangan dalam Packing List bisa menngakibatkan terjadinya discrepancies.

(-). Shipping Instruction

Shipping Instruction juga berupa lampiran, hanya saja isinya khusus mengenai bagaimana barang seharusnya dikirimkan. Hal-hal yang diatur dalam shipping instruction biasanya : pencantuman nama shipper, cara pengiriman (by Sea atau by Air), Nominated Forwarding Company (Jika nominated forwarder), Port of Departure (nama pelabuhan dari mana barang diberangkatkan), Port of Destination (pelabuhan tujuan dimana barang yang dispesan akan di un-load), Notify Party (pihak yang harus dihubungi oleh shipping agent ketika nanti barang tiba di pelabuhan tujuan), serta Consignee Name (pihak yang berhak atas barang tersebut setelah tiba dipelabuhan tujuan). Semua itu juga akan tercantum didalam Letter of Credit. Untuk itu sangat perlu untuk diperhatikan.

Jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai, atau tidak bisa dipenuhi, atau tidak disepakati, hendaknya Draft Order jangan ditandatangani dahulu. Mintalah untuk direvisi. Jika ada hal-hal yang tidak jelas atau meragukan, mintalah penejelasan.

Page 4: letter of credit

(b). Purchase Order Contract

Purchase Order Contract adalah perwujudan dari Draft Order yang dituangkan di dalam sebuah kontrak resmi, dicetak dan ditandatangani dengan resmi oleh pihak yang authorized. Karena isinya adalah sama, maka yang perlu dilakukan saat penanandatanganan contract adalah membandingkan isi contract dengan isi draft order. Seharusnya isinya sama persis dengan draft order yang telah ditandatangani. Jika ditemukan perbedaan-perbedaan, mintalah revisi atas kontrak tersebut.

2). Permintaan Pembukaan L/C

Tips bagi Seller/Exporter :

Begitu Draft Order atau Contract ditandatangani, segera lah minta pembukaan L/C kepada pihak buyer, jika ditunda maka pembukaan L/C akan semakin lambat, sementara Latest Delivery Time telah di set, keterlambatan pembukaan L/C bisa mengakibatkan keterlambatan penyerahan barang, dan akan membuat discrepancies pada Ltest Delivery Time. Permintaan pembukaan L/C oleh seller, dilakukan dengan mengirimkan PROFORMA INVOICE, dalam proforma invoice dicantumkan mengenai hal-hal esensial yang tercantum di dalam contract, hanya saja dibuat dalam bentuk ringkas. Di dalam proforma invoice, Cantumkanlah :

(-). Jenis L/C yang diinginkan :

Sebaiknya minatalah On Sight Commercial Letter of Credit, Back To Back L/C samasekali tidak baik, terlalu berbahaya, jadi jangan pernah mau menerimanya. Selalu minta On Sight Commercial Letter of Credit.

(-). Term and Condition :

Sebaiknya mintalah irrevocable L/C, transferable and available at any bank in Indonesia.

Selain kedua hal tersebut diatas, ikutilah apa yang telah disepakati di dalam contract. Jangan lupa meminta agar buyer mengirimkan copy L/C yang dibuka. Hal ini penting, karena menunggu L/C tersebut tiba di Advising Bank mungkin memakan waktu. Semakin segera menerima copy letter of credit semakin bagus, sehingga jika ditemukan ketidak sesuaian di dalam kondisi L/C, bisa meminta amendment (perubahan L/C) kepada pihak buyer dengan lebih cepat.

Tips bagi buyer/importer :

Begitu permintaan pembukaan L/C (Proforma Invoice) diterima, periksalah secara seksama isinya, apakah jenis L/C dan Term & Condition yang diminta oleh pihak seller bisa dipenuhi atau tidak, apakah isinya sam adengan draft order / contract yang telah ditandatangani. Jika tidak ada masalah, segeralah meminta pembukaan L/C kepada bank devisa (yang nantinya akan beryindak sebagai Issuing Bank). Pastikan anda memiliki Flapond Credit yang cukup untuk menutup nilai transaksi yang akan dibayar dengan Letter of Credit. Jangan lupa sertakan draft order atau contract yang telah ditandatangani oleh pihak seller.

Page 5: letter of credit

Tentu saja pihak bank akan melakukan analisa, survey atau pemeriksaan terhadap buyer, untuk mem-verifikasi mengenai kemampuan dan kesanggupan buyer untuk membayar. Jika permintaan pembukaan L/C telah disetujui dan telah dibuka oleh bank, kirimkanlah copy L/C tersebut kepada pihak seller.

3). Setelah Pembukaan L/C

Tips bagi seller/exporter :

(a). Saat L/C Diterima

Begitu copy L/C diterima, periksalah isinya dan perhatikanlah hal-hal berikut ini ::

(-). Jenis L/C yang telah dibuka

(-). Term and Condition yang dicantumkan di dalam L/C

(-). Karakteristik L/C yang dibuka

(-). Latest Delivery Time

(-). Jenis penyerahan

(-). Nilai (amount) minimal dan maksimal yang dapat ditoleransi

(-). Batas akhir penyerahan dokumen (dari advising Bank ke Issuing Bank).

(-). Packing Instruction

(-). Shipping Instruction

(-). Shipping Document required

Jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati, maka segeralah minta amendment kepada pihak buyer.

(b). Meminta Letter of Credit Amendment

(-). Sampaikanlah permintaan amendment dengan jelas dan tegas langsung kepada pihak buyer.

(-). Mintalah agar copy amendment dikirimkan lewat faximile atau by e-mail. Hal ini penting, karena jika menunggu amendment diterima oleh advising bank akan memakan waktu dan sangat mungkin akan mengganggu waktu penyelesaian barang.

(-). Jika copy amendment telah diterima, sampaikanlah copy tersebut kepada pihak advising bank, agar bank bisa men-trace-nya langsung ke issuing bank.

Page 6: letter of credit

(-). Selama amendment belum diterima, janganlah melakukan pembelian bahan baku. Jika amendment tidak difollow up oleh buyer lebih dari 2 hari, mintalah agar Latest Delivery Time di amend sekalian.

(-). Melakukan persiapan-persiapan produksi (production set-up) tidak ada salahnya sambil menunggu L/C amendment. (mengenai amendment juga telah dibahas di Letter of Credit -serie 2).

(c). Penanganan Proses Produksi

(-). Selama proses produksi berlangsung, selalu berpatokan pada kontrak yang telah ditandatangani (mengenai bahan baku, warna, ukuran dan spesifikasi lainnya).

(-). Selalu mengawasi update status proses produksi, dan selalu bandingkan dengan latest delivery time yang tercantum di dalam L/C.

(-). Pada saat proses produksi telah mencapai 70%, lakukanlah evaluasi terperinci mengenai, kwalitas barang dan waktu penyelesaian barang dibandingkan dengan kontrak dan L/C. Jika hasil evaluasi menunjukkan kemungkinan delayed dalam penyelesaian barang, segeralah bernegosiasi dengan pihak buyer, untuk membicarakan kemungkinan second amendment on L/C. Jika disetujui, maka mintalah amendment untuk kedua kalinya.

(d). Penanganan Pengemasan (Packing)

(-). Dalam proses packing, hendaknya selalu berpatokan pada packing instruction yang terlampir di dalam contract.

(-). Jika ada instruksi yang tidak jelas, mintalah pnejelsan kepada buyer.

(-). Jika ada instruksi yang tidak bisa dilaksanakan, konsultasikanlah dengan buyer, sampaikan alas an mengapa tidak bisa diikuti, sampai memperoleh persetujuan.

(e). Inspection

(-). Dalam hal L/C mensyaratkan adanya “Certificate of Inspection”, maka proses inspection akan menjadi crucial, tidak boleh disepelekan. Bagaimanapun juga barang tersebut boleh dikirimkan atau tidak, tergantung dari hasil inspeksi.

(-). Jika inspector menemukan kwalitas barang dibawah standar mutu yang telah disepakati, sehingga inspector tidak mengeluarkan certificate of inspection, pertimbangkanlah kemungkinan melakukan repair atau re-placement, pertimbangkan cost and time yang akan dikonsumsi.

(-). Jika kwalitas barang masih below tolerance (below AQL), maka pertimbangkanlah tawaran letter of guarantee, agar inspector bersedia mengeluarkan certificate of inspection.

Page 7: letter of credit

4). Penanganan Dokumen

Proses pembuatan dokumen adalah kunci penting berikutnya. Kesalahan dalam proses dokumen maupun kesalahan pada elemen dokumen yang disiapkan akan langsung berakibat discrepancies terhadap L/C.

Adapun dokumen yang biasa diminta dalam sebuah L/C adalah :

(-). Commercial Invoice

(-). Packing List

(-). Export License (untuk export yang memerlukan quota)

(-). Country of Origin

(-). GSP Form A (untuk negara-negara EEC). GSP form G (untuk negara-negara tertentu)

(-). Full Set of Air Way Bill (untuk air shipment) atau Full set of B/L (untuk sea shipment). Dikatakan full set, karena terkadang AWB maupun B/L dikeluarkan dalam pasangan, yaitu : Master AWB/BL yang biasanya dikeluarkan oleh pihak airline/Shipping line + haus AWB/BL yang dikeluarkan oleh Broker (Shipping agent).

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

(-).Peroses dokumen harus selalu memperhatikan instruksi yang ada pada Letter of Credit dan Shipping Instruction.

(-). Shipper Name, Port Of Departure, Port of Destination, Notify Party dan Consignee Name, harus dicantumkan persis seperti yang diminta di dalam L/C.

(-). Jenis dan nama document harus persis sama seperti yang tercantum di dalam L/C.

(-). Pada dokumen manapun, pencantuman : nama barang, deskripsi barang, bahan baku yang dipakai, unit price, measurement unit, quantity, serta total amount, termasuk Harmonized System Code yang dipakai, HARUS PERSIS SEPERTI YANG TERCANTUM DI DALAM L/C. Perbedaan satu hurup saja, adalah merupakan discrepancies.

5). Pengiriman Dokumen

Dokumen yang benar dan persis saja belumlah selesai, proses yang tidak kalah pentingnya adalah proses pengiriman dokumen. Di dalam sebuag L/C biasanya diatur mengenai pengiriman dokumen tersebut, antara lain :

(-). Kapan dokumen tersebut harus diterima paling lambat oleh Issuing Bank

(-). Dokumen Harus dikirimkan memakai courier tertentu.

Memang pengiriman dokumen ini adalah tugas pihak Advising Bank, akan tetapi mengawasi (meminta up-date) status dokumen adalah penting. Keterlambatan penerimaan dokumen oleh

Page 8: letter of credit

Issuing Bank, dapat berakibat pada ditolaknya pencairan L/C. Proses selanjunya, tinggal menunggu pembayaran L/C dari Issuing Bank melalui Advising Bank.

2. Apa yang harus dilakukan jika terlanjur terjadi discrepancies ?

Penyimpangan (discrepancies) bisa terjadi disemua bagian L/C, akan tetapi secara garis besar, berada di 2 (dua) area berikut :

1). Penyimpangan Dalam Dokumen (Document Discrepancies)

Perbedaan antara dokumen dengan L/C merupakan jenis discrepancies yang paling sering dan mudah terjadi, hal ini disebabkan oleh sifat L/C yang begitu strictly terhadap kesesuaian. Samasekali tidak boleh ada perbedaan antara yang dinyatakan di dalam dokumen dengan yang dinyatakan di dalam L/C. Terlebih-lebih dokumen export yang blankonya disediakan oleh Institusi pemerintah maupun bank yang masih harus diketik secara manual (misalnya PEB, Export Licence, Commercial Invoice, GSP Form A). Untungnya, jenis discrepancy ini termasuk yang bisa direvisi. Berikut adalah hal-hal yang biasa membuat suatu dokumen ditolak oleh bank dan cara mengatasinya :

a). Pencantuman nama dokumen tidak sesuai dengan L/C. Ketidak sesuaian bisa karena kurang lengkap disebutkan, salah eja, bahkan hanya karena salah ketik satu huruf saja.

Misalnya : Di dalam L/C disebut “Commercial Invoice”, tetapi dalam dokumen export disebut “Invoice” saja, atau diketik “Invoice Comercial” (kurang huruf m), atau diketik “Commercial Invoices” (lebih huruf s).

b). Perbedaan : kode, nama, deskripsi, warna, ukuran barang antara yang disebutkan di dalam dokumen dengan yang disebutkan di dalam L/C.

c). Perbedaan : nama bahan baku barang

d). Perbedaan : jumlah barang dan satuan ukuran

e). Perbedaan : unit price dan total amount

f). Perbedaan : HS code

g). Pencanutuman keterangan beneficiary (name & full address), bank account (name & full address), dan account number

h). Salah menyebutkan quota category number

i). Tulisan atau angka yang diperbaiki (di type-x)

j). Tulisan atau angka yang dicoret

k). Salah mencantumkan : Nama Shipper dan atau Port of Departure, dan atau Port of Destination, dan atau Notify Party, dan atau Consignee Name.

Page 9: letter of credit

Jika discrepancies terjadi di wilayah ini, maka segeralah tarik dokumen dari bank untuk direvisi.

Untuk menyingkat waktu, dokumen-dokumen yang dikeluarkan, ditandatangani atau dilegalisir oleh institusi luar (Kantor Deperindag, Bea Cukai atau Bank) sebaiknya jangan dibuat ulang, tetapi lakukanlah koreksi. Koreksi atas dokumen-dokumen tersebut dapat diterima oleh bank sepanjang koreksi tersebut dilegalisir (di stempel dan ditandatangan oleh pejabat yang berwenang di institusi tersebut.

Jika revisi dokumen telah selesai dikerjakan, kirimkan (serahkan) kembali kepada pihak advising bank. Melihat keterbatasan waktu, lakukanlah dalam hari yang sama untuk menarik dokumen, melakukan revisi dan pengiriman kembali.

2). Batas Waktu (Latest Delivery Time, L/C Expiration Date & Latest Presentation Date)

a). Latest Delivery Date

Adalah tanggal batas akhir penyerahan barang. Apabila kondisi penyerahan barang Free on Board (FOB) maka yang dijadikan patokan adalah tanggal yang tercantum pada Air Way Bill (AWB) untuk air shipment, atau Bill of Lading (BL) untuk sea shipment. Sedangkan jika kondisi penyerahan barang adalah C&F atau CIF, yang dijadikan patokan tanggal adalah tanggal tibanya barang di pelabuhan tujuan.

Dikatakan menyimpang (discrep) apabila tanggal yang tercantum di AWB/BL atau tanggal tibanya barang di pelabuhan tujuan, sesudah Latest Delivery Time yang tercantum di dalam L/C.

b). L/C Expiration Date

Adalah tanggal masa berlaku nya L/C, meliputi dari L/C dikeluarkan hingga batas akhir penerimaan dokumen oleh Issuing Bank.

c). Latest Presentation Date

Adalah tanggal batas akhir penerimaan dokumen pencairan L/C oleh Issuing Bank.

Dikatakan menyimpang apabila, dokumen yang dikirim oleh advising bank diterima setelah Latest Presentation Date yang tercantum di dalam L/C.

Penyimpangan jenis manapun yang terjadi diantara ketiga batas waktu di atas, adalah merupakan discrepancies yang tidak bisa direvisi. Artinya L/C sudah pasti gagal. Proses pencairan L/C sudah tidak mungkin dapat diselamatkan.

Ini adalah skenario terburuk yang mungkin terjadi atas transaksi yang menggunakan Letter of Credit sebagai instrument pembayaran.

Apakah pembayaran masih mungkin bisa diperoleh ?...Apa yang harus dilakukan ?

Ada beberapa jalan yang mungkin bisa dilakukan :

Page 10: letter of credit

1). Discrepancies terhadap Latest Delivery Time

Keterlambatan beberapa hari dari Latest Delivery Time, masih mungkin dimintakan “back date” atas Air Way Bill atau Bill of Lading kepada Airline atau shipping Line. Yang dimaksud dengan “back date” disini adalah, mencantumkan tanggal Air Way Bill atau Bill of Lading maju beberapa hari dibandingkan tanggal yang sebenarnya.

Pertanyaannya adalah : apakah Shipping Lines/Airlines akan bersedia melakukannya ?.

Biasanya (tidak bisa dijadikan pedoman pasti) :

(-) Jika pengiriman lewat udara dengan “direct flight” (tanpa connecting), biasanya airline tidak akan bersedia melakukan back date walaupun cuma untuk satu haripun.

(-) Jika pengiriman lewat udara dengan connecting flight (berganti pesawat di negara tertentu), mungkin airlines mau melakukan back date untuk 1(satu) hari saja.

(-) Jika pengiriman lewat laut, biasanya shipping line bersedia melakukan back date untuk 1 (satu) hari sampai dengan 7 hari.

Sekali lagi yang di atas tidak bisa dijadikan pedoman pasti, tetapi peluang sekecil apapun sebaiknya dicoba saja, kita tidak akan pernah tahu jika tidak mencobanya bukan ?.

2). Discrepancies terhadap L/C Expiration Date atau Latest Presentation Date.

Discrepancies jenis ini samasekali tidak bisa diselamatkan. Harus terima kenyataan bahwa L/C telah gagal.

Apakah berarti pembayaran atas transaksi ini sudah TIDAK mungkin bisa diperoleh ?.

Jangan putus asa dahulu, masih ada beberapa jalan lagi yang mungkin bisa menyelamatkan perusahaan dari kerugian, yaitu :

Cobalah bernegosiasi dengan pihak buyer, jika hanya keterlambatan beberapa hari sangat mungkin buyer masih bisa menerima pengiriman barang tersebut, dan tentu saja juga masih bersedia melakukan pembayaran.

Bukankah L/C sudah gagal ?.

Jika buyer masih bersedia menerima keterlambatan tersebut, mintalah buyer supaya memerintahkan Issuing Bank untuk meng-“accept”, dokumen tersebut dan mencairkan pembayaran. Tentu saja mekanisme pembayaran sudah tidak menggunakan letter of credit lagi, tetapi melalui Telex Transfer. Agar buyer bisa melakukan perintah accept kepada Issuing Bank, mintalah swift code kepada Advising Bank. Lalu sampaikan swift code tersebut kepada pihak buyer, untuk kemudian buyer menginformasikan swift code tersebut kepada Issuing Bank, bersamaan dengan perintah accept.

Page 11: letter of credit

3. Resiko L/C At Sight dengan Usance

Tanya:

Saya ingin menanyakan perbedaan (risiko) antara L/C at sight dengan Usance (baik 30, 60, 90 hari dst). Banyak rekan sesama eksportir yang menolak order dari importir di luar negeri hanya dikarenakan payment terms-nya rata-rata dengan L/C usance 90-180 days after B/L date. Yang dikuatirkan bukan mengenai perputaran cash yang terhambat, tetapi lebih kepada risikonya. Benarkah sedemikian berat risiko dari suatu L/C usance terhadap L/C at sight sehingga banyak peluang bisnis yang ditolak hanya karena takut gagal bayar dari L/C usance tersebut? Apa saja risiko yang mungkin timbul dari usance L/C yang tidak terdapat dalam sight L/C? dan bagaimana kiat-kiat menyiasatinya?

Jawab:

Adalah jamak bila bagi penjual, dalam hal ini eksportir, pembayaran tunai akan lebih kecil risikonya ketimbang pembayaran berjangka, yang semakin panjang periodenya akan semakin besar risikonya seirama dengan semakin besar unsur ketidakpastiannya. Itu adalah perbedaan klise antara sight L/C dan usance L/C.

Pada hakikatnya pembayaran dengan usance L/C adalah suatu pembiayaan yang diberikan oleh eksportir kepada importir, yaitu atas penyerahan barang importir diberi waktu untuk melakukan pembayarannya di kemudian hari sesuai yang disepakati bersama.

Issung bank memiliki waktu selama 5 hari kerja bank untuk memeriksa dokumen yang diterimanya, dan apabila memang ada penyimpangan terhadap syarat L/c maka issuing bank dapat menolak untuk membayar. Tetapi bila batas waktu 5 hari itu telah terlampaui maka issuing bank tetap terikat untuk membayar baik terhadap dokumen yang memang sudah memenuhi syarat L/C ataupun terhadap dokumen yang tidak memenuhi syarat L/C (discrepancy).

Hal ini berlaku baik bagi sight L/C maupun usance L/C. Hanya pada sight L/C tidak adanya penolakan pembayaran dari issuing bank terhadap dokumen yang diterimanya akan diikuti dengan pelaksanaan pembayaran itu sendiri (transfer). Sedangkan pada usance L/C biasanya berupa “akseptasi” yaitu suatu pernyataan formal dari issuing bank bahwa pada saat jatuh tempo nanti issuing bank akan membayar kewajibannya tersebut.

Pada sight L/C importir baru akan dapat melihat barang setelah issuing bank menyerahkan dokumen kepadanya yang tentu saja berarti bahwa issuing bank telah membayar L/C itu kepada eksportir melalui negotiating bank. Sedangkan pada usance L/C importir dapat melihat barang sebelum issuing bank melakukan pembayaran karena pembayaran baru dilakukan pada waktu jatuh tempo nanti, walaupun memang akseptasi (janji membayar) telah dikirimkan.

Jadi walaupun eksportir telah menerima “akseptasi” dari issuing bank, ia masih harus menunggu pembayaran yang efektif pada saat jatuh tempo. Memang tagihan eksportir

Page 12: letter of credit

terhadap issuing bank ini dapat saja di-diskonto untuk mendapat dana segar dengan potongan diskonto.

Tetapi hal itu tidak membebaskan eksportir terhadap kemungkinan tidak dibayarnya tagihan itu oleh issuing bank pada saat jatuh tempo nanti yang dapat disebabkan berbagai hal seperti issuing bank dilikuidasi, adanya perintah pengadilan untuk tidak membayar, dsb. Dalam hal itu terjadi, maka bank yang men-diskonto tagihan eksportir tadi memiliki hak regres untuk menagih kembali uang yang pernah dibayarkan kepada eksportir itu.

Beberapa langkah yang dapat anda lakukan untuk menghadapi hal itu antara lain adalah:

1. Tagihan yang didukung oleh adanya akseptasi itu didiskonto (dijual) tanpa hak regres (without regres)

2. Minta usance L/C itu di-confirm oleh bank setempat, kalau bisa bank yang merupakan cabang dari issuing bank yang ada di Indonesia, karena settlement terhadap anda oleh confirming bank itu adalah tanpa hak regres (without regres)

3. Senantiasa melibatkan dokumen transport yang memiliki fungsi document of title (bukti kepemilikan barang) seperti B/L (bill of lading) dengan penyerahan secara “full set”. Jangan sekali-kali mengirimkan 1 lembar original B/L langsung kepada importir dan jangan menggunakan AWB (airway bill)

4. Last but not least, sebaiknya “know your counter party” (kenalilah mitra dagang anda) sebelum melakukan deal.

4. Penolakan Pembayaran oleh Issuing Bank

Tanya:

Perusahaan kami adalah importir alat elektronik berikut komponennya. Selama ini kami mengimpor barang elektronik dari beberapa negara ASEAN dan Asia Timur. Kami memiliki cukup banyak mitra dagang yang menjadi supplier barang elektronik yang kami impor itu. Biasanya dalam kontrak jual beli (sales contract) dengan mitra dagang kami, cara pembayaran yang ditetapkan adalah menggunakan letter of credit (L/C). Dan kami biasanya menerbitkan L/C impor tersebut melalui bank kami, yaitu suatu bank devisa di Jakarta.

Persyaratan L/C adalah dokumen yang sudah biasa dalam perdagangan ekspor impor yaitu invoice, packing list, dan bill of lading (B/L), atau terkadang airway bill (AWB) bila pengangkutannya menggunakan pesawat terbang. Selama ini kami jarang menemui masalah dalam menjalankan usaha kami tersebut, baik dari segi kualitas dan spesifikasi barang dari pihak kami dan bank kami

Page 13: letter of credit

Tetapi baru-baru ini terjadi suatu masalah dengan salah satu supplier kami di Singapore menyangkut dokumen yang ternyata (menurut bank kami) menyimpang dari syarat L/C. Penyimpangan tersebut berupa perbedaan nama kapal yang tercantum pada invoice dan packing list tercantum katakanlah kapal “A”. Sedangkan nama kapal pada invoice dan packing list jelas-jelas berbeda dengan nama kapal yang tercantum pada B/L.

Kemudian, setelah penyimpangan itu dibicarakan oleh bank kami dengan kami, maka kami sepakat untuk menolak pembayaran kepada negotiating bank di Singapore. Sebenarnya, yang melatarbelakangi hal itu karena barang tersebut stoknya masih banyak pada kami sehingga kami berusaha untuk paling tidak dapat menunda pembayaran kepada supplier kami tersebut, dan kebetulan ada masalah penyimpangan dokumen atas L/C yang dapat kami pergunakan untuk menjadi alasan menunda pembayaran.

Setelah bank kami (issuing bank) mengirimkan berita penolakan pembayaran kepada negotiating bank di Singapore, mereka menerima tanggapan bahwa bank kami (issuing bank) tetap harus membayar walaupun memang benar terjadi discrepancy (penyimpangan) tetapi dikatakan bank kami tidak menginformasikan apakah dokumen tersebut ditahan atau langsung dikembalikan kepada negotiating bank. Sehingga, bank kami (issuing bank) telah melanggar aturan pada UCP. Akhirnya, bank kami tetap membayar dan kami pun diharuskan melunasi pembayaran L/C itu. Mohon penjelasan Bapak apakah memang benar ada aturan yang demikian, karena setahu kami bila ada discrepancy sebetulnya issuing bank berhak untuk menolak membayar, bukan?

Jawab:

Anda benar bahwa bila terjadi discrepancy (penyimpangan) atas syarat L/C maka bank penerbit L/C (issuing bank) berhak untuk menolak pembayaran atas dasar discrepancy tersebut. Namun demikian, dalam melakukan penolakan pembayaran itu diatur pula tata caranya, sehingga bila tata cara itu tidak diikuti dengan cermat maka bank dapat kehilangan haknya untuk menolak pembayaran atas dasar discrepancy dimaksud, atau dengan kata lain bank tetap wajib membayar walaupun terdapat discrepancy.

Pada UCP 600 Pasal 16 tentang Dokumen Discrepancy, Persetujuan, dan Pemberitahuan disebutkan:

Bilamana nominated bank bertindak sesuai nominasinya, confirming bank –jika ada- atau issuing bank memutuskan untuk menolak membayar atau menegosiasi, bank tersebut wajib memberikan satu pemberitahuan kepada presenter.

Pemberitahuan tersebut harus menyatakan:

i. bahwa bank menolak membayar atau menegosiasi; dan

ii. setiap penyimpangan atas dasar mana bank menolak membayar atau menegosiasi; dan

iii.

a) bahwa bank menahan dokumen menunggu instruksi lebih lanjut dari presenter; atau

Page 14: letter of credit

b) bahwa issuing bank menahan dokumen hingga issuing bank menerima persetujuan discrepancy dari applicant dan setuju menerimanya, atau menerima instruksi lebih lanjut dari presenter sebelum menyetujui menerima persetujuan discrepancy.

c) bahwa bank mengembalikan dokumen; atau

d) bahwa bank bertindak sesuai dengan instruksi yang diterima sebelumnya dari presenter.

f. Jika issuing bank atau confirming bank gagal bertindak sesuai dengan ketentuan dalam pasal ini, bank tersebut tidak boleh menegaskan bahwa dokumen mengalami penyimpangan.

Jadi, berdasarkan Pasal 16.c tersebut di atas, diatur tata cara penolakan pembayaran yang harus dilakukan oleh bank antara lain harus menyatakan apakah dokumen ditahan atau dikembalikan, dan bila tidak demikian maka bank terkena sanksi yang tercantum pada 16.f tersebut di atas yaitu kehilangan hak untuk menyatakan bahwa dokumen terdapat discrepancy yang pada gilirannya berkonsekuensi bank harus membayar walaupun ada discrepancy.

5. Seputar Back to Back L/C

Tanya:

Salah satu nasabah kami, sebuah perusahaan di bidang trading company, melakukan ekspor dan impor berbagai komoditas. Dalam melaksanakan aktivitas tersebut nasabah kami itu tidak jarang menggunakan skema back to back L/C.

Jadi L/C diterima dari bank di luar negeri. Kemudian, atas dasar L/C ekspor itu nasabah minta diterbitkan SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam negeri) atau L/C lokal.

Selama ini penerbitan SKBDN atas dasar L/C ekspor dari bank luar negeri itu selalu kami syaratkan penyerahan jaminan tambahan untuk meng-cover nilai SKBDN, karena nasabah tidak menyetor dana jaminan sedikitpun.

Belakangan nasabah meminta penerbitan SKBDN atas dasar L/C ekspor dari bank luar negeri itu, tidak lagi diharuskan menyerahkan jaminan tambahan (tanah dan bangunan) sebagaimana selama ini diterapkan. Menurut mereka L/C ekspor dari bank luar negeri itu sebenarnya adalah jaminan yang telah memadai, mengingat SKBDN itu diterbitkan atas dasar L/C ekspor tersebut.

Menurut nasabah di bank lain, hal itu sudah biasa dilaksanakan. Dengan kata lain, pembayaran SKBDN itu nantinya dapat diperhitungkan dari hasil pembayaran atas negosiasi dokumen ekspor atas dasar L/C ekspor dari bank luar negeri. Mohon komentar Bapak mengenai hal ini.

Di samping itu, bagaimana pula jika nasabah membuka back to back L/C ke negara lain karena pemasok/ suppliernya ada di negara lain. Jadi L/C dibuka oleh bank di Australia kepada bank kami, lalu kami membuka back to back L/C ke Sungapura. Sementara, barang

Page 15: letter of credit

dikirimkan langsung dari Singapura ke Australia, tidak melalui Indonesia. Apakah hal itu mungkin dilaksanakan? Mohon penjelasan Bapak.

Jawab:

Pada prinsipnya, dalam skema back to back L/C antara Master L/C (dalam hal ini L/C ekspor) dan Baby L/C (dalam hal ini SKBDN atau L/C lokal) merupakan dua transaksi yang terpisah satu dengan lainnya.

Maka, kewajiban anda sebagai penerbit SKBDN untuk membayar tidak akan dipengaruhi oleh berhasil atau tidaknya penagihan pembayaran kepada bank penerbit L/C ekspor di luar negeri.

Jadi, sepanjang dokumen yang disyaratkan dalam SKBDN itu sudah memenuhi persyaratan SKBDN, maka bank anda sebagai bank penerbit SKBDN terikat untuk membayar walaupun nantinya penagihan kepada bank penerbit L/C ekspor bisa saja gagal karena adanya discrepancy.

Berdasarkan uraian tersebut wajarlah bila bank anda akan memerlukan coverage untuk pengamanan bank anda dalam rangka penerbitan SKBDN. Masalahnya adalah bentuk coverage yang bagaimana yang acceptable untuk bank anda akan sangat bergantung pada: tingkat keyakinan bank anda terhadap nasabah, besarnya nilai SKBDN, jenis komoditasnya dalam arti luas (market place fluctuation), country risk dan bank risk dari bank penerbit L/C ekspor di luar negeri, terms and conditions L/C ekspor tersebut, dan sebagainya sebagaimana lazimnya penerbitan suatu SKBDN (L/C lokal).

Oleh karena itu, master L/C (L/C ekspor dari bank luar negeri tersebut) mungkin akan dilihat oleh bank anda lebih sebagai faktor kepastian pemasaran barang yang dibiayai oleh bank anda dan tingkat keterjaminan sumber pelunasan dari fasilitas yang diberikan oleh bank anda kepada nasabah; ketimbang sebagai “jaminan” (collateral) dari fasilitas dimaksud. Sehingga, yang akan diikat oleh bank anda sebagai jaminan adalah “tagihan” yang akan timbul atas realisasi master L/C tersebut yang tentunya masih akan bergantung pada apakah shipment dilakukan sesuai dan apakah dokumen yang diserahkan memenuhi persyaratan master L/C tersebut.

Jadi bukanlah master L/C-nya, karena master L/C pada hakikatnya hanyalah merupakan contractual relationship antara bank penerbit L/C di luar negeri dengan nasabah anda, yang dalam hal ini adalah sebagai beneficiary dari master L/C tersebut.

Untuk skema back to back L/C atas L/C yang diterbitkan oelh bank di Australia kemudian bank anda menerbitkan baby L/C ke Singapura dapat saja dilakukan, dengan catatan baby L/C yang anda terbitkan itu bukanlah merupakan L/C impor karena pengapalan barang dilakukan dari Singapura langsung ke Australia.

Hal itu tentu memiliki risiko yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan barang yang masuk dulu ke Indonesia, sehingga perlakuannya pun tentu harus disesuaikan. Demikianlah jawaban saya, semoga memuaskan.

Page 16: letter of credit

6. SKBDN dan L/C UPAS

Tanya:

Bank kami menerima SKBDN dari Bank X di Jakarta. Dalam SKBDN tersebut disyaratkan dokumen pengangkutan berupa “Surat Jalan”. Setelah nasabah kami menyerahkan dokumen-dokumen yang disyaratkan oleh SKBDN itu, maka menurut penelitian kami terdapat penyimpangan pada Surat Jalan tersebut.

Penyimpangan tersebut adalah atas dasar Peraturan Bank Indonesia No. 5/6/PBI/2003 tanggal 2 Mei 2003 Pasal 19 ayat 4 yang tidak terpenuhi, antara lain butir:

* (c) nama dan alamat perusahaan pengangkut atau agen perusahaan pengangkut

* (d) mencantumkan SIUP perusahaan pengangkut atau agen perusahaan pengangkut

* (j) tanda tangan dan nama jelas penanggung jawab perusahaan pengangkut atau agen yang ditunjuk

Dokumen pengangkut jenis apa yang dimaksud pada peraturan di atas. Apakah pengangkutan yang menggunakan truk juga harus memenuhi persyaratan tersebut di atas?

Kami juga ingin menanyakan mengenai L/C Usance Payable At Sight (UPAS) sebagai tambahan pengetahuan bagi kami, yaitu apabila bank kami menerbitkan L/C UPAS apakah importir (applicant) akan dikenakan biaya akseptasi sebagaimana lazimnya dilakukan pada L/C Usance?

Jawab:

Pada Peraturan Bank Indonesia No. 5/6/PBI/2003 tanggal 2 Mei 2009 Pasal 19 ayat 1, SKBDN dapat mensyaratkan dokumen pengangkutan barang. Kemudian pada ayat 4 dokumen pengangkutan barang sebagaimana dimaksup Pasal 1 sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut:

* (a) Nama dan alamat pengirim barang

* (b) Nama dan alamat penerima barang

* (c) Nama dan alamat perusahaan pengangkut atau agen perusahaan pengangkut

* (d) Nomor surat izin usaha perusahaan pengangkut atau agen perusahaan pengangkut

* (j) Tanda tangan dan nama jelas penanggung jawab perusahaan pengangkut atau agen yang ditunjuk

Jelas terlihat bahwa ketentuan itu tidak secara spesifik menetapkan jenis angkutan barang tertentu, sehingga hal itu berarti bahwa ketentuan tersebut berlaku untuk semua jenis angkutan barang seperti laut, udara, darat, sungai, dan danau.

Page 17: letter of credit

Sementara untuk pengangkutan darat tentunya akan meliputi pengangkutan yang menggunakan sarana kereta api maupun mobil (truk dsb). Namun, disarankan bank anda dapat meminta penegasan mengenai hal itu kepada pihak Bank Indonesia sebagai lembaga pembuat peraturan dimaksud.

Mengenai pengenaan biaya akseptasi pada L/C UPAS, pertama yang perlu diketahui adalah dasar pengenaan biaya oleh bank kepada nasabahnya. Tentunya, karena adanya suatu bentuk ‘jasa’ yang dilakukan oleh bank kepada nasabahnya yang kemudian sesuai kesepakatan antara keduanya maka dikenakan biaya untuk keuntungan bank atas beban nasabahnya.

Kedua, dalam L/C UPAS kita ketahui bahwa pembayaran kepada beneficiary (eksportir) adalah secara sight (atas unjuk) bukan berjangka. Sedangkan pembayaran yang bersifat berjangka adalah pembayaran dari applicant (importir) kepada issuing bank atau kepada financing bank tertentu.

Jadi, kalaupun ada kegiatan akseptasi tentunya yang melakukan akseptasi itu adalah “drawee” (pihak tertarik) dari draft/ wesel (bill of exchange) yang tenornya usance tersebut. Dalam hal issuing bank sendiri yang menjadi financing bank-nya, tentu tidak wajar bila akseptasi dilakukan oleh applicant (importir) tetapi malahan kepada yang bersangkutan dibebankan biaya akseptasi.

Sedangkan bila ada bank lain yang bertindak sebagai financing bank, maka akan tergantung pada bilateral agreement antara issuing bank dan financing bank tersebut apakah diperlukan akseptasi yang harus diterbitkan oleh issuing bank. Bila ada maka hal itu dapat dibebankan kepada applicant (importir).

Page 18: letter of credit

Referensi:

http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/2007/12/export-import-letter-of-credit-lc.html

http://www.sectoredwin.net/2009/05/seputar-back-to-back-lc.html

http://www.sectoredwin.net/2009/04/usance-lc-risiko-bagi-eksportir.html

http://www.sectoredwin.net/2009/04/tata-cara-menolak-pembayaran-karena.html

http://www.sectoredwin.net/2009/06/skbdn-dan-lc-upas.html

Page 19: letter of credit

1. Penipuan kasus yang berhubungan dengan surat perjanjian kredit

Menurut statistik CCB, telah menerima laporan 45 / L C terkait kasus penipuan sejak Januari 1998, yang melibatkan total $ 1,2 milyar.. Kasus-kasus ini melibatkan tagihan digunakan sesuai L / C negosiasi dengan instansi yang berwenang ("AI") di Hong Kong menggunakan dokumen palsu negosiasi. Sementara sebagian besar L / C yang bersangkutan diterbitkan oleh bank di Daratan, jumlah lokal L / C juga cukup signifikan. Selain itu, ada kasus yang melibatkan L / C kiting (lihat di bawah. Rincian skema ini diberikan di bawah ini.

Use of false negotiation documents Penggunaan dokumen palsu negosiasi

1. The culprit lured unwary buyers to open L/Cs (local L/Cs on some occasions) to buy goods from him by offering very attractive terms, eg below market pricing, pelakunya ini memikat pembeli waspada untuk membuka L / C (L lokal / C pada beberapa kesempatan) untuk membeli barang-barang dari dia dengan menawarkan istilah yang sangat menarik, misalnya di bawah harga pasar,

2. or atau

The culprit ('company A') requested another company ("company B") to apply for L/Cs on its behalf from a bank on the Mainland. Pelaku ('perusahaan A') meminta perusahaan lain ("perusahaan B") untuk mengajukan L / C atas nama dari sebuah bank di Daratan. Company B received a certain amount as commission. Perusahaan B menerima jumlah tertentu sebagai komisi. In some cases, A and B were both companies on the Mainland and Company B was actually an associate of Company A. Dalam beberapa kasus, A dan B kedua perusahaan di Daratan dan Perusahaan B sebenarnya perusahaan asosiasi Perusahaan A.

3. The culprit or an associate of the culprit, as the beneficiary of the L/C, then submitted false negotiation documents to an AI in Hong Kong for discounting. Pelaku atau asosiasi pelakunya, sebagai penerima L / C, kemudian diserahkan dokumen negosiasi palsu ke AI di Hong Kong untuk diskon.

4. The culprit and its associates disappeared after obtaining the proceeds from the AI in Hong Kong. Biang keladi dan rekanannya menghilang setelah mendapatkan hasil dari AI di Hong Kong.

Page 20: letter of credit

4. The buyer and the negotiating bank later on discovered that the goods did not exist. Pembeli dan bank negosiasi kemudian menemukan bahwa barang itu tidak ada.

L/C kiting L / C kiting

1. The culprit ('Company A') first obtained a L/C credit line from an AI. Pelaku ('Perusahaan A') pertama memperoleh L / C line kredit dari sebuah AI.

2. Bogus transactions were then created by trading with Company B (an associate of Company A) posing as a supplier and the AI was asked to issue a L/C to Company B as the beneficiary. transaksi palsu itu kemudian diciptakan oleh perdagangan dengan Perusahaan B (perusahaan asosiasi yang dimiliki Perusahaan A) menyamar sebagai pemasok dan AI diminta untuk mengeluarkan L / C untuk Perusahaan B sebagai pewarisnya.

3. Company B then discounted the documents with its bank and used the proceeds to help Company A to settle the L/C when it fell due. Perusahaan B kemudian didiskontokan dokumen dengan bank dan menggunakan dana untuk membantu Perusahaan A untuk melunasi L / C saat jatuh tempo. In some cases, the proceeds from discounting the documents of a subsequent L/C were used to settle the liabilities under a previous L/C. Dalam beberapa kasus, hasil dari mendiskontokan dokumen berikutnya L / C digunakan untuk melunasi kewajiban bawah sebelumnya L / C.

4. Company A used the concocted business volume and the good track record to justify an increase in L/C credit line. Perusahaan A menggunakan volume usaha mengarang dan track record yang baik untuk membenarkan peningkatan L / C batas kredit.

5. More bogus transactions were created and more L/Cs were opened. Lebih banyak transaksi palsu diciptakan dan lebih L / C dibuka.

6. Company B discounted all the documents under the L/Cs with its banks and disappeared suddenly together with Company A. Perusahaan B diskon semua dokumen di bawah L / C dengan bank dan tiba-tiba menghilang bersama dengan Perusahaan A.

Preventive measures Tindakan Pencegahan

Page 21: letter of credit

While some of the reported cases are still under investigation, CCB observes that some of the fraud cases mentioned above could have been avoided, or at least the scale of the problem could be significantly reduced, if the following preventive measures were adopted by AIs concerned. Sementara beberapa kasus yang dilaporkan masih dalam penyelidikan, CCB mengamati bahwa beberapa kasus penipuan tersebut di atas bisa dihindari, atau setidaknya skala masalah itu bisa dikurangi secara signifikan, jika langkah-langkah pencegahan berikut ini diadopsi oleh AI yang bersangkutan.

1. In the credit assessment and approval process, AIs should pay particular attention to the nature and history of the customer's business, including any recent change in the ownership and management of the company, major trading partners and its trading pattern. Dalam proses penilaian dan persetujuan kredit, AI harus memberikan perhatian khusus pada alam dan sejarah bisnis pelanggan, termasuk setiap perubahan terbaru dalam kepemilikan dan pengelolaan perusahaan, mitra dagang utama dan pola perdagangannya.

2. Credit lines should be approved having regard to, among other factors, the business need of the borrower, the value of underlying collateral and proven track record of repayment. Garis kredit harus disetujui dengan memperhatikan, antara faktor-faktor lain, kebutuhan bisnis debitur, nilai agunan yang mendasari dan rekam jejak yang terbukti pembayaran. Request for drastic increase in credit facilities within a short period of time should be carefully examined. Permintaan peningkatan drastis di fasilitas kredit dalam waktu singkat harus hati-hati diperiksa.

3. Drastic increase in L/C outstanding balances should be closely monitored. peningkatan drastis dalam L / C saldo terhutang harus dimonitor secara seksama. It would be useful to

visit the borrower's office or factory to ensure that business and production are normal and can cope with the increased volume. Ini akan sangat berguna untuk mengunjungi kantor peminjam atau pabrik untuk memastikan bahwa bisnis dan produksi yang normal dan dapat mengatasi dengan volume meningkat.

4. AIs should avoid entering into L/C transactions with abnormal terms, eg in cases where the nature or volume of goods is unusual, the usance period of bills is unreasonably long, and documents required for payment are exceptionally simple so that false documents could be created easily. AI harus menghindari masuk ke dalam transaksi L / C dengan syarat tidak normal, misalnya dalam kasus di mana sifat atau volume barang yang tidak biasa, periode

Page 22: letter of credit

usance tagihan tanpa alasan yang panjang, dan dokumen yang diperlukan untuk pembayaran yang sangat sederhana sehingga dokumen palsu bisa dibuat mudah.

5. In handling the L/C documentation, negotiating banks should ensure that L/Cs presented have been authenticated by the advising bank. Dalam penanganan L / dokumentasi C, bank negosiasi harus memastikan bahwa L / C yang disajikan telah disahkan oleh bank menasihati. Where necessary, they should confirm the authenticity of the L/C with the issuing bank. Jika diperlukan, mereka harus mengkonfirmasikan keaslian L / C dengan bank penerbit. It should also review carefully the terms of L/Cs and any subsequent amendments and where necessary, follow up with the issuing bank. Hal ini juga harus meninjau dengan seksama syarat L / C dan setiap perubahan berikutnya dan bila perlu, ikuti dengan bank penerbit. For L/Cs of substantial amount or in case of doubt, shipping documents should be authenticated before negotiation. Untuk L / C dari jumlah besar atau dalam hal keraguan, dokumen pengiriman harus disahkan sebelum negosiasi. As far as possible spot checks should be arranged on suppliers and inspection certificates should be obtained from independent surveyors. Sejauh cek spot mungkin harus diatur pada pemasok dan sertifikat inspeksi harus diperoleh dari surveyor independen. These steps could help ensure the authenticity of L/Cs and the shipping documents. Langkah-langkah ini dapat membantu memastikan keaslian dari L / C dan dokumen pengiriman.

6. If the beneficiary of the L/C is not a well-established company or the bank is not familiar with the beneficiary, extreme care should be taken to discount the relevant bills. Jika penerima L / C bukan sebuah perusahaan yang mapan atau bank tidak akrab dengan penerima, sangat hati-hati harus dilakukan untuk diskon tagihan yang relevan. If not sure of the background of the beneficiary, AIs should avoid negotiating the documents but to send them to the L/C issuing bank for collection only. Jika tidak yakin dengan latar belakang penerima, AI harus menghindari negosiasi dokumen tetapi untuk mengirim mereka ke L / C bank penerbit untuk koleksi saja.

The above measures are by no means exhaustive. Tindakan di atas tidak berarti lengkap. Against the above background, the HKMA expects that all AIs should review their own internal procedures and practices in handling L/C transactions. Terhadap latar belakang di atas, HKMA mengharapkan bahwa semua AI harus meninjau prosedur internal mereka sendiri dan praktek dalam menangani transaksi L / C. The aim is to ensure that adequate internal controls are established and enforced rigorously to prevent loss from fraud. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pengendalian internal yang memadai ditetapkan dan diberlakukan ketat untuk mencegah hilangnya dari penipuan.

Co-operation with the CCB Kerjasama dengan CCB

Page 23: letter of credit

The HKMA expects institutions to report any suspicious fraud cases to CCB as soon as possible. The HKMA mengharapkan lembaga untuk melaporkan kasus penipuan yang mencurigakan kepada CCB sesegera mungkin. It also expects institutions to render as much assistance as possible to facilitate CCB's investigation. Hal ini juga mengharapkan lembaga-lembaga untuk memberikan sebagai bantuan sebanyak mungkin untuk memfasilitasi investigasi CCB's. This would help to minimise losses of AIs from frauds and enhance the security of the banking system. Hal ini akan membantu untuk meminimalkan kerugian dari AI dari penipuan dan meningkatkan keamanan sistem perbankan.

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.info.gov.hk/hkma/eng/guide/circu_date/circu_190799b.htm