lembaran daerah kota tarakan tahun 2010 nomor …

31
LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG IJIN PENYELENGGARAAN PRAKTIK TENAGA KESEHATAN DAN PENGOBAT TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa tenaga kesehatan dan pengobat tradisional sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan perlu ditata guna peningkatan mutu pelayanannya; b. bahwa sebagai upaya untuk penertiban dan pengawasan serta pembinaan dalam pelayanan kesehatannya dan peningkatannya dipandang perlu mengatur tata cara pemberian izinnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, maka dipandang perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1997 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3711); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4431); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5038); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5059);

Upload: others

Post on 19-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 5

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN

NOMOR 5 TAHUN 2010

TENTANG

IJIN PENYELENGGARAAN PRAKTIK TENAGA KESEHATAN DAN

PENGOBAT TRADISIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TARAKAN,

Menimbang : a. bahwa tenaga kesehatan dan pengobat tradisional sebagai salah satu

bentuk pelayanan kesehatan perlu ditata guna peningkatan mutu

pelayanannya;

b. bahwa sebagai upaya untuk penertiban dan pengawasan serta

pembinaan dalam pelayanan kesehatannya dan peningkatannya

dipandang perlu mengatur tata cara pemberian izinnya;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan

huruf b, maka dipandang perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pembentukan

Kotamadya Daerah Tingkat II Tarakan (Lembaran Negara Republik

lndonesia Tahun 1997 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik lndonesia Nomor 3711);

2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik lndonesia

Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik

lndonesia Nomor 4389);

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 116,

Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4431);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah beberapa terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

Republik lndonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 112,

Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5038);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik lndonesia

Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik

lndonesia Nomor 5059);

Page 2: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

2

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran

Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan

Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5063);

8. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2009 Nomor 153,

Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 5072);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1996 Nomor

40, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3637); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman

Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran

Negara Republik lndonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan

Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4585);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara

Republik lndonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran

Negara Republik lndonesia Nomor 4737);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2008

Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor

4816);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5044);

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007 tentang

Pengawasan Peraturan Daerah Dan Peraturan Kepala Daerah;

16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 920 Tahun 1986 tentang Upaya

Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik;

17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor16/Menkes/PER/VIII/1997 tentang

Izin Bagi Tenaga Medis;

18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 540/Menkes/SK/XII/2002

tentang Penempatan Tenaga Medis melalui Masa Bakti dan Cara Lain;

19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19/MENKES/PER/X/2005

tentang Penyelenggaraan Dokter dan Dokter Gigi;

20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 Tentang

Izin dan Pelaksanaan Kedokteran;

21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 548/MENKES/PER/V/2007

tentang Registrasi dan Izin Okupasi Terapis;

22. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 378/MENKES/SK/III/2007

tentang Standar Profesi Perawat Gigi;

23. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 571/MENKES/SK/VI/2008

tentang Standar Profesi Okupasi Terapis;

24. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 572/MENKES/SK/VI/2008

tentang Standar Profesi Refraktionis Optisien;

25. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 573/MENKES/SK/VI/2008

tentang Standar Profesi Asisten Apoteker;

26. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010

Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat;

27. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/149/I/2010

Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan;

Page 3: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

3

28. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 17 Tahun 1999 tentang

Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun

1999 Nomor 11 Seri C-01) sebagaimana diubah terakhir dengan

Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 26 Tahun 2001 tentang

Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 17 Tahun

1999 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Kota

Tarakan Tahun 2001 Nomor 26 Seri D-09);

29. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan

Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Tarakan

(Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2008 Nomor 06 Seri D-01);

30. Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kota Tarakan

(Lembaran Daerah Kota Tarakan Tahun 2008 Nomor 08 Seri D- 03);

Dengan persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TARAKAN

Dan

WALIKOTA TARAKAN

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IJIN

PENYELENGGARAAN PRAKTIK TENAGA KESEHATAN

DAN PENGOBAT TRADISIONAL.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kota Tarakan.

2. Pemerintahan Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga

Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

4. Kepala Daerah adalah Walikota Tarakan.

5. Perangkat Daerah adalah organisasi/lembaga pada Pemerintah Daerah yang

bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam rangka penyelenggaraan

Pemerintahan yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah,

Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan kelurahan.

6. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kota Tarakan.

7. Kepala Dinas Kesehatan, yang selanjutnya disebut Kepala Dinas Kesehatan adalah

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tarakan

8. Peraturan Kepala Daerah adalah PeraturanWalikota Tarakan.

9. Praktik Tenaga Kesehatan adalah jenis usaha yang memberikan jasa dan pelayanan

umum serta dapat dinikmati oleh masyarakat secara aman.

10. Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seseorang

dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi atau pelayanan kesehatan

lainnya.

11. Surat Izin Praktik adalah bukti tertulis yang diberikan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota kepada pemohon yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan

praktik bidang kesehatan.

Page 4: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

4

12. Surat Tugas adalah bukti tertulis yang diberikan Dinas Kesehatan Propinsi kepada

dokter atau dokter gigi dalam rangka pelaksanaan praktik kedokteran pada sarana

pelayanan kesehatan tertentu.

13. Surat Tanda Registrasi Dokter dan Dokter Gigi, yang selanjutnya disebut STR adalah

bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter dan

dokter gigi yang telah diregistrasi.

14. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang

diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan (bidan dan perawat) yang memiliki

sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

15. Surat Penugasan/Izin kerja adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Departemen

Kesehatan kepada tenaga medis yang telah mendaftarkan diri (registrasi) sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

16. Masa Bhakti adalah masa pengabdian profesi tenaga medis kepada masyarakat dalam

rangka menjalankan tugas profesi pada suatu sarana pelayanan kesehatan atau sarana

lain yang ditentukan oleh Pemerintah dalam kedudukan sebagai tidak tetap.

17. Sarana Pelayanan Kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

kesehatan yang dapat digunakan untuk kedokteran atau kedokteran gigi.

18. Pelayanan Medis adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter dan dokter

gigi sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya yang dapat berupa pelayanan

promotif, preventif, diagnostik, konsultatif, kuratif, atau rehabilitative.

19. Standar Pelayanan adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi

dalam menyelenggarakan kedokteran.

20. Standar Prosedur Operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang

dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu, dimana standar

prosedur operasional memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan

kesepakatan bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan.

21. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak

langsung kepada dokter, dokter gigi,dokter/dokter gigi spesialis, bidan, perawat,

apoteker, pengobat tradisional, dan atau berkunjung ke unit-unit pelayanan kesehatan.

22. Organisasi Profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia Untuk Dokter, Persatuan Dokter

Gigi Indonesia, Untuk Dokter Gigi Dan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) Untuk

Apoteker, Perhimpunan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI),

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan organisasi profesi kesehatan lainnya

yang ada di Kota Tarakan.

23. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya

kesehatan.

24. Praktik Kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter

gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.

25. Dokter dan Dokter gigi adalah dokter, dokter gigi, lulusan pendidikan kedokteran atau

kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemekrintah

Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

26. Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus

ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

27. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di

luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

28. Perawat gigi adalah setiap orang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

perawat gigi yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan

yang berlaku.

29. Terapis wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan terapis wicara baik di

dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

30. Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri

atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

31. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah

mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

Page 5: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

5

32. Asisten Apoteker adalah tenaga kesehatan yang berijazah Sekolah Asisten

Apoteker/Sekolah Menengah Farmasi, Politeknik Kesehatan Jurusan Farmasi dan

Makanan, Akademi Analisa Farmasi dan Makanan yang telah melakukan sumpah

sebagai Asisten Apoteker dan mendapat surat ijin sebagai tenaga kesehatan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

33. Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan fisioterapi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

34. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau

kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh

sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,

peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi

dan komunikasi.

35. Tenaga akupunktur adalah setiap orang yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan Diploma III Akupunktur yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai

dengan persyaratan yang berlaku.

36. Nutrisionist (Ahli Gizi) adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan akademik dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas,

tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan fungsional

dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetic baik di masyarakat, individu atau

rumah sakit.

37. Radiolografer adalah tenaga medis dengan pendidikan minimal DIII penata radiologi

yang memberikan pelayanan medik yang menggunakan semua modalitas energi radiasi

untuk diagnosis dan terapi, termasuk teknik pencitraan dan penggunaan emisi radiasi

dengan sinar-X, radioaktif, ultrasonografi dan radiasi frekuensi elektromagnetik.

38. Psikolog Klinis adalah suatu profesi yang dilakukan oleh seorang ahli dalam bidang

terapan psikologi klinis yang menangani tentang tingkah laku dan proses mental.

39. Okupasi terapis adalah profesi kesehatan yang menangani pasien/klien dengan

gangguan fisik dan atau mental yang bersifat sementara atau menetap. Dalam

praktiknya, okupasi terapi menggunakan okupasi atau aktivitas terapeutik dengan

tujuan mempertahankan atau meningkatkan komponen kinerja okupasional (senso-

motorik, persepsi, kognitif, sosial, dan spiritual) dan area kinerja okupasional

(perawatan diri, produktivitas dan pemanfaatan waktu luang) sehingga pasien/klien

mampu meningkatkan kemandirian fungsional, meningkatkan derajat kesehatan dan

partisipasi di masyarakat sesuai perannya.

40. Refraksionis optisien/optometris adalah tenaga kesehatan yang telah lulus pendidikan

berdasarkan perundang-undangan yang berlaku yang berwenang melakukan

pemeriksaan mata dasar, pemeriksaan refraksi, menetapkan hasil pemeriksaan,

menyiapkan dan membuat lensa kacamata atau lensa kontak, termasuk pelatihan

ortoptik.

41. Pengobat Tradisional adalah orang yang melakukan pengobatan tradisional.

42. Pengobatan Tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat dan

pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan atau

pendidikan/pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam

masyarakat.

43. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang

melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan

terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN),

atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma,

kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,

organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya

termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

Page 6: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

6

(1) Maksud dibentuknya peraturan daerah ini sebagai landasan hukum bagi pemerintah

daerah dalam melaksanakan pemberian izin praktik tenaga kesehatan dan pengobat

tradisional;

(2) Tujuan diterbitkannya peraturan daerah ini dalam rangka pembinaan, pengendalian dan

pengawasan penyelenggaraan usaha di bidang kesehatan kepada masyarakat

BAB III

JENIS-JENIS PRAKTIK TENAGA KESEHATAN DAN PENGOBAT

TRADISIONAL

Pasal 3

(1) Di wilayah Kota Tarakan dapat diselenggarakan praktik tenaga kesehatan dan pengobat

tradisional dengan persetujuan Walikota;

(2) Jenis-jenis praktik tenaga kesehatan dan pengobat tradisional sebagaimana yang

dimaksud ayat (1) adalah:

1) Pelayanan Medik Dasar;

2) Pelayanan Medik Spesialistik;

3) Pelayanan Medik Penunjang;

4) Pelayanan Pengobat Tradisional;

5) Pelayanan tenaga kesehatan lainnya.

BAB IV

BENTUK PRAKTIK TENAGA KESEHATAN DAN PENGOBAT TRADISIONAL

Pasal 4

(1) Pelayanan Medik Dasar meliputi :

a. Praktik Dokter Umum;

b. Praktik Dokter Gigi;

c. Praktik Perawat (Akademi Perawat);

d. Praktik Perawat Gigi;

e. Praktik Bidan (Akademi Bidan);

f. Praktik Berkelompok Dokter Umum;

g. Praktik Berkelompok Dokter Gigi;

(2) Pelayanan Medik Spesialistik meliputi :

a. Praktik Perorangan Dokter Spesialis;

b. Praktik Perorangan Dokter Gigi Spesialis;

c. Praktik Berkelompok Dokter Spesialis;

d. Praktik Berkelompok Dokter Gigi Spesialis;

(3) Pelayanan Medik Penunjang meliputi:

a. Praktik Apoteker;

b. Praktik Asisten Apoteker;

c. Praktik Psikolog Klinis;

d. Praktik Radiografer;

e. Praktik Okupasi Therapis;

f. Praktik Refraktionist Optisien;

g. Praktik fisioterapis;

h. Praktik Nutritionist;

i. Praktik Terapis Wicara.

(4) Bidang Pengobatan Tradisional atau Surat Terdaftar Pengobat Tradisonal adalah :

a. Pengobat Tradisional atau surat terdaftar pengobat Tradisional Keterampilan;

b. Pengobat Tradisional atau Surat Terdaftar Pengobat Tradisional Ramuan;

(5) Bidang pelayanan tenaga kesehatan lainnya yang belum termasuk pada 4 (empat)

kategori di atas yang akan bekerja dan atau berpraktik wajib memenuhi persyaratan dan

tatacara pengajuan perizinan yang diatur sesuai dengan peraturan perundangan-

undangan yang berlaku.

Page 7: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

7

BAB V

PERIZINAN

Pasal 5

(1) Setiap penyelenggaraan praktik tenaga kesehatan dan pengobat tradisional wajib

mendapat izin dari Walikota yang dalam pelaksanaannya dilakukan dan menjadi

tanggungjawab Kepala Dinas Kesehatan;

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dipindahtangankan;

(3) Izin untuk menyelenggarakan praktik tenaga kesehatan dan pengobat tradisional dapat

berlaku dan diperbaharui dengan mengajukan permohonan baru serta wajib didaftar

ulang setiap tahun;

(4) Permohonan pembaharuan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk praktik perorangan permohonan pembaharuan izin praktik dilakukan paling

lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum masa berlaku izin berakhir;

b. Untuk praktik berkelompok permohonan pembaharuan izin dilakukan 3 (tiga)

bulan sebelum masa berlaku izin berakhir.

(5) Izin penyelenggaraan praktik tenaga kesehatan dan pengobat tradisional tidak berlaku

apabila :

a. Habis masa berlakunya;

b. Berakhirnya kegiatan;

c. Izin dicabut.

(6) Izin sebagaimana dimaksud ayat (1) dinyatakan batal jika kegiatan usaha belum dimulai

dalam jangka 6 (enam bulan) sejak diterbitkan izin;

(7) Permohonan izin penyelenggaraan diajukan secara tertulis dengan menggunakan

formulir permohonan yang disediakan dengan melampirkan persyaratan sebagaimana

tercantum pada pasal-pasal persyaratan di bawah ini;

(8) Terhadap berkas permohonan yang lengkap maka kepada pemohon diberikan tanda

terima permohonan;

(9) Terhadap berkas permohonan yang tidak lengkap maka tidak akan diterima dan/atau

untuk dikembalikan kepada pemohon;

(10) Terhadap permohonan yang diterima, Kepala Dinas Kesehatan menerbitkan izin paling

lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak berkas permohonan diterima secara lengkap;

(11) Terhadap permohonan yang ditolak, Kepala Dinas Kesehatan memberikan jawaban

tertulis disertai alasan yang jelas paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak berkas

permohonan diterima secara lengkap;

(12) Setiap tenaga kesehatan dan pengobat tradisional yang melaksanakan praktik harus

selalu mematuhi standar profesi dan membantu program pemerintah dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB VI

PERSYARATAN PENYELENGGARAAN IZIN

Bagian Pertama

PELAYANAN MEDIK DASAR

Praktik Perorangan Dokter Umum / Dokter Keluarga

Pasal 6

(1) Praktik perorangan dokter umum/dokter keluarga dilaksanakan oleh seorang dokter

umum dengan persyaratan sebagai berikut :

a. Setiap dokter yang melakukan praktik kedokteran wajib memiliki Surat Izin

praktik(SIP);

b. Untuk memperoleh SIP, dokter yang bersangkutan harus mengajukan permohonan

kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan melampirkan:

Page 8: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

8

1) Fotokopi Surat Tanda Registrasi (STR) dokter yang diterbitkan dan telah

dilegalisir oleh Konsil Kedokteran Indonesia, yang masih berlaku dan

menunjukkan STR yang asli;

2) Surat pernyataan mempunyai tempat praktik, atau surat keterangan dari sarana

pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya;

3) Surat keterangan masih aktif bekerja di instansi bagi dokter yang bekerja pada

sebuah sarana pelayanan/intansi;

4) Surat Rekomendasi dari instansi untuk melakukan praktik di luar jam kerja;

5) Surat rekomendasi dari organisasi profesi sesuai tempat praktik;

6) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 3 (tiga) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2

(dua) lembar;

c. Dalam pengajuan SIP sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas harus dinyatakan

secara tegas permintaan SIP untuk tempat praktik Pertama, Kedua, atau Ketiga;

d. Untuk memperoleh SIP kedua dan ketiga pada jam kerja, dokter yang bekerja pada

sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk oleh pemerintah harus melampirkan surat

izin dari pimpinan instansi/sarana pelayanan kesehatan dimana dokter dimaksud

bekerja;

e. SIP sebagaimana dimaksud pada hutuf a hanya diberikan paling banyak 3 (tiga) SIP

untuk setiap dokter, baik pada sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah, swasta

maupun perorangan dan 1 (satu) SIP hanya berlaku untuk satu tempat praktik;

f. SIP 3 (tiga) tempat praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berada dalam

Kota Tarakan atau kabupaten/kota lain baik dari propinsi yang sama atau propinsi

lainnya;

g. SIP sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas berlaku sepanjang STR masih

berlaku dan tempat masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP;

(2) Selain persyaratan yang dimaksud ayat (1) praktik perorangan dokter umum juga wajib

memenuhi ketentuan :

a. Memiliki ruang pemeriksaan yang memadai, secara fisik meliputi ruang bangunan,

penanganan sampah dan limbah, sterilisasi alat-alat dan perlengkapan medis;

b. Memiliki ruang tunggu;

c. Tidak berbaur atau satu atap dengan pusat perbelanjaan, tempat hiburan, pasar

tradisional atau sejenisnya dan bila terpaksa harus menunjukkan upaya-upaya

pencegahan infeksi nosokomial;

d. Memiliki peralatan standar minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku;

(3) SIP bagi dokter yang melakukan praktik kedokteran pada suatu sarana pelayanan

kesehatan Pemerintah berlaku juga bagi sarana pelayanan kesehatan pemerintah dalam

wilayah binaannya;

(4) Dokter yang sedang mengikuti program pendidikan dokter spesialis di Rumah Sakit

Pendidikan secara otomatis diberikan SIP secara kolektif oleh Kepala Dinas Kesehatan

untuk menjalankan praktik kedokteran melalui Dekan Fakultas Kedokteran dan SIP

tersebut berlaku pula pada seluruh jejaring Rumah Sakit Pendidikan serta pelayanan

kesehatan yang ditunjuk;

(5) Kepala Dinas Kesehatan dalam memberikan SIP harus mempertimbangkan

keseimbangan antara jumlah dokter dengan kebutuhan pelayanan kesehatan;

(6) Dokter yang telah memiliki SIP yang memberikan pelayanan medis atau memberikan

konsultasi keahlian dalam hal sebagai berikut :

a. Diminta oleh suatu sarana pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan pelayanan

medis yang bersifat khusus, yang tidak terus menerus atau tidak berjadwal tetap;

b. Dalam rangka melakukan bakti sosial/kemanusiaan;

c. Dalam rangka tugas kenegaraan;

d. Dalam rangka melakukan penanganan bencana atau pertolongan darurat lainnya;

e. Dalam rangka memberikan pertolongan pelayanan medis kepada keluarga, tetangga,

teman, pelayanan kunjungan rumah dan pertolongan masyarakat tidak mampu yang

sifatnya insidentil tidak memerlukan SIP di tempat tersebut.

(7) Pemberian pelayanan medis sebagimana dimaksud pada ayat (6) huruf a, b, c dan d

harus diberitahukan kepada Kepala Dinas Kesehatan oleh institusi penyelenggaranya.

Page 9: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

9

(8) Dokter yang akan menghentikan kegiatan praktik kedokteran di suatu tempat, wajib

memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan disertai pengembalian

SIP;

(9) Kepala Dinas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) di atas akan

mengembalikan fotokopi STR yang dilegalisir, STR asli oleh Konsil Kedokteran

Indonesia milik dokter tersebut setelah SIP dikembalikan;

(10) Apabila dalam keadaan tertentu fotokopi STR yang dilegalisir, STR asli oleh Konsil

Kedokteran Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (9) hilang maka Kepala Dinas

Kesehatan tersebut harus membuat pernyataan mengenai hilangnya STR dimaksud

untuk permintaan fotokopi STR legalisir, STR asli kepada Konsil Kedokteran

Indonesia.

(11) Dokter warga negara asing dapat diberikan SIP sepanjang memenuhi persyaratan

dimaksud pada ayat (1) huruf b, c, d, e, f , g dan ayat (2).

(12) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (11) diatas juga harus :

a. Telah melakukan evaluasi di perguruan tinggi di Indonesia berdasar permintaan

tertulis Konsil Kedokteran Indonesia;

b. Memiliki surat izin kerja dan izin tinggal sesuai ketentuan perundang-undangan ;

c. Mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang dibuktikan dengan bukti lulus

bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa Indonesia.

(13) Dokter yang telah memiliki SIP dan menyelenggarakan praktik perorangan wajib

memasang papan nama praktik kedokteran yang memuat nama dokter dan nomor SIP

yang diberikan, dengan tulisan warna hitam pada dasar putih, ukuran maksimal 60 x 90

cm;

(14) Dalam hal dokter sebagaimana dimaksud ayat (13) berhalangan melaksanakan praktik

dapat menunjuk dokter pengganti;

(15) Dokter pengganti sebagaimana dimaksud ayat (14) harus dokter yang memiliki SIP

yang setara dan tidak harus SIP di tempat tersebut;

(16) Dalam keadaan tertentu (dokter spesialis tidak berada di tempat) untuk kepentingan

pemenuhan kebutuhan pelayanan, dokter yang memiliki SIP dapat menggantikan

dokter spesialis, dengan memberitahukan penggantian tersebut kepada pasien;

(17) Dokter yang behalangan melaksanakan atau telah menunjuk dokter pengganti

sebagimana dimaksud pada ayat (15) dan (16) wajib membuat pemberitahuan harus

ditempelkan atau ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat;

(18) Dokter dalam rangka memberikan pertolongan pada keadaan gawat darurat guna

penyelematan jiwa atau pencegahan kecacatan, dapat melakukan tindakan kedokteran

diluar kewenangannya sesuai kebutuhan medis dan sesuai standar profesi;

(19) Dokter dapat memberikan pelimpahan suatu tindakan kedokteran kepada perawat,

bidan atau tenaga kesehatan tertentu lainnya secara tertulis dalam melaksanakan

tindakan kedokteran;

(20) Tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (19) harus sesuai dengan

kemampuan dan kompetensi yang dimiliki dan dilaksanakan sesuai ketentuan

perundang-undangan;

(21) Pelimpahan wewenang kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatan lainnya dalam

keadaan tertentu dimana pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan dan tidak terdapat

dokter di tempat tersebut diatur lebih lanjut dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Praktik Perorangan Dokter Gigi

Pasal 7

(1) Praktik perorangan dokter gigi dilaksanakan oleh seorang dokter gigi dengan

persyaratan sebagai berikut :

a. Setiap dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran wajib memiliki surat izin

praktik (SIP);

b. Untuk memperoleh SIP, dokter gigi yang bersangkutan harus mengajukan

permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan melampirkan:

Page 10: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

10

1) Fotokopi surat tanda registrasi (STR) dokter gigi yang diterbitkan dan telah

dilegalisir oleh Konsil Kedokteran Indonesia, yang masih berlaku dan

menunjukkan STR yang asli;

2) Surat pernyataan mempunyai tempat praktik atau surat keterangan dari sarana

pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya;

3) Surat keterangan masih aktif bekerja di instansi bagi dokter yang bekerja pada

sebuah sarana pelayanan/intansi;

4) Surat rekomendasi dari instansi untuk melakukan praktik di luar jam kerja;

5) Surat rekomendasi dari organisasi profesi sesuai tempat praktik;

6) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 3 (tiga) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2

(dua) lembar;

c. Dalam pengajuan SIP sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas harus dinyatakan

secara tegas permintaan SIP untuk tempat praktik Pertama, Kedua, atau Ketiga;

d. Untuk memperoleh SIP kedua dan ketiga pada jam kerja, dokter gigi yang bekerja

pada sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk oleh pemerintah harus melampirkan

surat izin dari pimpinan instansi/sarana pelayanan kesehatan dimana dokter

dimaksud bekerja;

e. SIP sebagaimana dimaksud pada huruf a hanya diberikan paling banyak 3 (tiga) SIP

untuk setiap dokter gigi, baik pada sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah,

swasta maupun praktik perorangan dan 1 (satu) SIP hanya berlaku untuk satu tempat

praktik;

f. SIP 3 (tiga) tempat praktik sebagimana dimaksud pada ayat (1) dapat berada dalam

Kota Tarakan atau kabupaten/kota lain baik dari propinsi yang sama atau propinsi

lainnya;

g. SIP sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas berlaku sepanjang STR masih

berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP;

(2) Selain persyaratan yang dimaksud pada ayat (1) praktik perorangan dokter gigi juga

wajib memenuhi ketentuan :

a. Memiliki ruang pemeriksaan yang memadai, secara fisik meliputi ruang bangunan,

penanganan sampah dan limbah, sterilisasi alat-alat dan perlengkapan medis;

b. Memiliki ruang tunggu;

c. Tidak berbaur atau satu atap dengan pusat perbelanjaan, tempat hiburan, pasar

tradisional atau sejenisnya dan bila terpaksa harus menunjukkan upaya-upaya

pencegahan infeksi nosokomial;

d. Memiliki peralatan standar minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku;

(3) SIP bagi dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran pada suatu sarana pelayanan

kesehatan Pemerintah berlaku juga bagi sarana pelayanan kesehatan pemerintah dalam

wilayah binaannya;

(4) Dokter gigi yang sedang mengikuti program pendidikan dokter spesialis di Rumah

Sakit Pendidikan secara otomatis diberikan SIP secara kolektif oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kota Tarakan Kota untuk menjalankan kedokteran melalui Dekan Fakultas

Kedokteran dan SIP tersebut berlaku pula pada seluruh jejaring Rumah Sakit

Pendidikan serta pelayanan kesehatan yang ditunjuk;

(5) Kepala Dinas Kesehatan dalam memberikan SIP harus mempertimbangkan

keseimbangan antara jumlah dokter gigi dengan kebutuhan pelayanan kesehatan;

(6) Dokter gigi yang telah memiliki SIP yang memberikan pelayanan medis atau

memberikan konsultasi keahlian dalam hal sebagai berikut :

a. diminta oleh suatu sarana pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan pelayanan

medis yang bersifat khusus, yang tidak terus menerus atau tidak berjadwal tetap;

b. dalam rangka melakukan bakti sosial/kemanusiaan;

c. dalam rangka tugas kenegaraan;

d. dalam rangka melakukan penanganan bencana atau pertolongan darurat lainnya;

e. dalam rangka memberikan pertolongan pelayanan medis kepada keluarga,

tetangga,teman,pelayanan kunjungan rumah dan pertolongan masyarakat tidak

mampu yang sifatnya insidentil tidak memerlukan SIP di tempat tersebut.

(7) Pemberian pelayanan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a, b, c, dan d

harus diberitahukan kepada Kepala Dinas Kesehatan oleh institusi penyelenggaranya;

Page 11: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

11

(8) Dokter gigi yang akan menghentikan kegiatan praktik kedokteran di suatu tempat,

wajib memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan disertai

pengembalian SIP;

(9) Kepala Dinas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) di atas akan

mengembalikan fotokopi STR yang dilegalisir, STR asli oleh Konsil Kedokteran

Indonesia milik dokter gigi tersebut setelah SIP dikembalikan.

(10) Apabila dalam keadaan tertentu fotokopi STR yang dilegalisir, STR asli oleh Konsil

Kedokteran Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (9) hilang maka Kepala Dinas

Kesehatan Kota Tarakan Kota tersebut harus membuat pernyataan mengenai hilangnya

STR dimaksud untuk permintaan fotokopi STR legalisir STR asli kepada Konsil

Kedokteran Indonesia;

(11) Dokter gigi warga negara asing dapat diberikan SIP sepenjang memenuhi persyaratan

dimaksud pada ayat (1) huruf b, c, d, e, f , g dan ayat (2).

(12) Selain persyaratan sebagimana dimaksud pada ayat (11) diatas juga harus :

a. telah melakukan evaluasi di perguruan tinggi di Indonesia berdasar permintaan

tertulis Konsil Kedokteran Indonesia;

b. memiliki surat izin kerja dan izin tinggal sesuai ketentuan perundang-undangan ;

c. mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang dibuktikan dengan bukti lulus

bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa Indonesia.

(13) Dokter gigi yang telah memiliki SIP dan menyelenggarakan perorangan wajib

memasang papan nama kedokteran yang memuat nama dokter dan nomor SIP yang

diberikan, dengan tulisan berwarna hitam pada dasar putih ukuran maksimal 60 x 90

cm.

(14) Dalam hal dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (13) berhalangan

melaksanakan dapat menunjuk dokter pengganti.

(15) Dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (14) harus dokter yang

memiliki SIP yang setara dan tidak harus SIP di tempat tersebut.

(16) Dalam keadaan tertentu (dokter spesialis tidak berada di tempat) untuk kepentingan

pemenuhan kebutuhan pelayanan, dokter gigi yang memiliki SIP dapat menggantikan

dokter gigi spesialis, dengan memberitahukan penggantian tersebut kepada pasien.

(17) Dokter gigi yang behalangan melaksanakan atau telah menunjuk dokter gigi pengganti

sebagimana dimaksud pada ayat (16) wajib membuat pemberitahuan dan harus

ditempelkan atau ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat.

(18) Dokter gigi dalam rangka memberikan pertolongan pada keadaan gawat darurat guna

penyelematan jiwa atau pencegahan kecacatan, dapat melakukan tindakan kedokteran

gigi diluar kewenangannya sesuai kebutuhan medis dan sesuai standar profesi.

(19) Dokter gigi dapat memberikan pelimpahan suatu tindakan kedokteran gigi kepada

perawat, bidan atau tenaga kesehatan tertentu lainnya secara tertulis dalam

melaksanakan tindakan kedokteran gigi.

(20) Tindakan kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (19) harus sesuai dengan

kemampuan dan kompetensi yang dimiliki dan dilaksanakan sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku;

(21) Pelimpahan wewenang kepada perawat, bidan atau tenaga lainnya dalam keadaan

tertentu dimana pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan dan tidak terdapat dokter gigi

di tempat tersebut diatur lebih lanjut dengan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Praktik Berkelompok Dokter Umum

Pasal 8

(1) Penyelenggaraan praktik berkelompok dokter umum menyesuaikan dengan

penyelenggaraan dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

(2) Selain itu Praktik Berkelompok Dokter Umum dilaksanakan dengan persyaratan

sebagai berikut :

a. Ada pernyataan penunjukan dokter pimpinan oleh anggota kelompoknya bagi

pemohon perorangan;

b. Dilaksanakan minimal 3 (tiga) orang dokter umum;

c. Memiliki akte pendirian badan bagi yang berbentuk badan;

Page 12: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

12

d. Izin Gangguan;

e. Memilik tenaga perawat atau tenaga administrasi;

f. Daftar tenaga profesi kesehatan dan Struktur Organisasi Pelayanan yang diuraikan

dalam pembagian tugas dan fungsi dalam penyelengaraan pelayanan;

g. Masing-masing dokter memiliki Surat Registrasi dan SIP;

h. Mempunyai peralatan diagnostik dan therapi peralatan gawat darurat sederhana

sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku;

(3) Selain persyaratan yang dimaksud pada ayat (1) praktik berkelompok dokter umum

juga wajib memenuhi ketentuan :

a. Memasang papan nama pada tempat yang mudah dan jelas terbaca oleh

masyarakat;

b. Nama-nama dokter dan jadwalnya dipasang di ruang tunggu pasien;

c. Setiap ruang periksa mempunyai luas yang memadai;

d. Setiap bangunan pelayanan minimal mempunyai 1 (satu) ruang periksa, 1 (satu)

ruang administrasi atau kegiatan lain sesuai kebutuhan, 1 (satu) ruang tunggu, dan

1 (satu) kamar mandi/WC;

e. Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan yang cukup;

f. Tidak berbaur atau satu atap dengan pusat perbelanjaan, tempat hiburan, pasar

tradisional atau sejenisnya dan bila terpaksa harus menunjukkan upaya-upaya

pencegahan infeksi nosokomial.

Praktik Berkelompok Dokter Gigi

Pasal 9

(1) Penyelenggaraan praktik berkelompok dokter gigi menyesuaikan dengan

penyelenggaraan praktik berkelompok dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam pasal

11.

(2) Selain itu Praktik Berkelompok Dokter Gigi dilaksanakan dengan persyaratan sebagai

berikut :

a. Ada pernyataan penunjukan dokter pimpinan oleh anggota kelompoknya bagi

pemohon perorangan;

b. Dilaksanakan minimal 3 (tiga) orang dokter gigi;

c. Memiliki akte pendirian badan bagi yang berbentuk badan;

d. Izin Gangguan;

e. Memilik tenaga perawat atau tenaga administrasi;

f. Daftar tenaga profesi kesehatan dan Struktur Organisasi Pelayanan yang diuraikan

dalam pembagian tugas dan fungsi dalam penyelengaraan pelayanan;

g. Masing-masing dokter memiliki Surat Registrasi dan SIP;

h. Mempunyai peralatan diagnostik dan therapi peralatan gawat darurat sederhana

sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

(3) Selain persyaratan yang dimaksud pada ayat (1) praktik berkelompok dokter gigi juga

wajib memenuhi ketentuan :

a. Memasang papan nama pada tempat yang mudah dan jelas terbaca oleh

masyarakat;

b. Nama-nama dokter gigi dan jadwalnya dipasang di ruang tunggu pasien;

c. Setiap ruang periksa mempunyai luas yang memadai;

d. Setiap bangunan pelayanan minimal mempunyai 1 (satu) ruang periksa, 1 (satu)

ruang administrasi atau kegiatan lain sesuai kebutuhan, 1 (satu) ruang tunggu, dan

1 (satu) kamar mandi/WC;

e. Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan yang cukup;

f. Tidak berbaur atau satu atap dengan pusat perbelanjaan, tempat hiburan, pasar

tradisional atau sejenisnya dan bila terpaksa harus menunjukkan upaya-upaya

pencegahan infeksi nosokomial;

Page 13: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

13

Praktik Bidan

Pasal 10

(1) Bidan yang menjalankan praktik mandiri berpendidikan minimal Diploma III (DIII)

Kebidanan. Untuk memperoleh Surat Izin Praktik Bidan (SIPB), Bidan harus

mengajukan permohonan kepada Dinas Kesehatan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Setiap bidan yang menjalankan praktik wajib memiliki Surat Izin Praktik Bidan

(SIPB);

b. Surat izin sebagaimana dimaksud pada hutuf a hanya diberikan untuk 1 (satu)

tempat praktik;

c. Mempunyai Ijazah Bidan;

d. Foto copy Surat Tanda Register (STR) yang masih berlaku dan dilegalisir;

e. Surat pernyataan memiliki tempar praktik;

f. Mempunyai surat rekomendasi dari organisasi profesi di wilayah tempat ;

g. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;

h. Rekomendasi dari atasan, bila dalam masa bakti atau bekerja pada sarana

pelayanan kesehatan pemerintah/swasta;

i. Rekomendasi lokasi praktik dari Kepala Puskesmas setempat;

j. Pas foto 3 x 4 , 2 lembar dan 4x6, sebanyak 3 (tiga) lembar;

k. Mempunyai peralatan diagnostik dan peralatan gawat darurat sederhana;

(2) Selain persyaratan yang dimaksud pada ayat (1) bidan juga wajib memenuhi ketentuan :

a. Memilik ruang pemeriksaaan yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan,

secara fisik meliputi ruang bangunan, penanganan sampah dan limbah, sterilisasi

alat-alat dan perlengkapan medis;

b. Memiliki ruang tunggu yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan;

c. Memiliki WC;

d. Menyediakan tempat tidur untuk 1 (satu), maksimal 5 (lima) tempat tidur;

e. Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan prosedur

tetap yang berlaku;

f. Menyediakan obat-obatan sesuai ketentuan yang berlaku

g. Tidak berbaur atau satu atap dengan pusat perbelanjaan, tempat hiburan, pasar

tradisional atau sejenisnya;

h. Memiliki perlengkapan administrasi.

(3) Dalam menjalankan praktik mandiri bidan wajib memasang plang dengan

mencantumkan nama, nomor SIPB dan jam praktik serta memasang fotocopy SIPB di

ruang praktiknya;

(4) Bidan dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan.

(5) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi fasilitas

pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau praktik mandiri;

(6) SIPB berlaku selama 5 (lima) tahun, dengan ketentuan STR belum habis berlakunya

dan dapat diperbaharui kembali;

(7) Pimpinan sarana kesehatan wajib melaporkan bidan yang melakukan dan yang berhenti

melakukan pada sarana kesehatannya kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan

tembusan kepada organisasi profesi;

(8) Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan kepada

ibu dan anak yang meliputi :

a. pelayanan kebidanan;

b. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan; dan

c. pelayanan kesehatan masyarakat.

d. Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang pada wilayah tersebut, bidan

dapat memberikan pelayanan pengobatan pada penyakit ringan bagi ibu dan anak

sesuai dengan kemampuannya.

(9) Kewajiban bidan dalam menjalankan praktik :

a. Bidan dalam menjalankan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang diberikan,

berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta sesuai standar profesi;

b. Menghormati hak pasien:

c. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani;

d. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Page 14: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

14

e. Memberikan informasi tentang pelayanan yang akan diberikan;

f. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien atau keluarga

pasien sesuai dengan peraturan yang berlaku,

g. Melakukan catatan medik dengan baik;

h. Membuat pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan kepada Kepala

Puskesmas setempat dan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan;

i. Mentaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Praktik Perawat

Pasal 11

(1) Perawat dilaksanakan oleh seorang ahli madya keperawatan atau ijazah pendidikan

dengan kompetensi lebih tinggi. Untuk memperoleh Surat Izin Praktik Perawat (SIPP),

Perawat harus mengajukan permohonan kepada Dinas Kesehatan dengan ketentuan

sebagai berikut dengan persyaratan sebagai berikut :

a. Setiap perawat yang melakukan praktik keperawatan wajib memiliki surat izin

praktik Perawat (SIPP);

b. Surat izin praktik sebagaimana dimaksud pada hutuf a hanya diberikan paling

banyak 1 (satu) SIPP untuk setiap perawat;

c. Mempunyai ijazah ahli madya keperawatan atau ijazah pendidikan dengan

kompetensi lebih tinggi;

d. Foto copy Surat Tanda Registrasi (STR) dan dilegalisir;

e. Mempunyai surat rekomendasi dari organisasi profesi di wilayah tempat ;

f. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;

g. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik;

h. Rekomendasi dari atasan (bila bekerja pada sarana pelayanan kesehatan

pemerintah/swasta);

i. Rekomendasi lokasi praktik dari Kepala Puskesmas setempat;

j. Pas foto 3 x 4 , 2 lembar dan 4x6, sebanyak 3 (tiga) lembar;

k. Mempunyai peralatan asuhan keperawatan dan peralatan gawat darurat sederhana;

(2) Perawat yang melaksanakan praktik klinik keperawatan mandiri baik perseorangan

maupun kelompok selain persyaratan yang dimaksud pada ayat (1) perawat juga wajib

memenuhi ketentuan :

a. Memiliki ruang pemeriksaan yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan,

secara fisik meliputi ruang bangunan, penanganan sampah dan limbah, sterilisasi

alat-alat dan perlengkapan pemeriksaan fisik dan penanganan kegawatdaruratan;

b. Memiliki ruang tunggu yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan;

c. Memiliki WC;

d. Menyediakan tempat tidur untuk pemeriksaan pasien;

e. Memiliki peralatan pemeriksaan fisik dan penanganan kegawatdaruratan sesuai

dengan prosedur;

f. Menyediakan obat-obatan untuk penanganan kegawat daruratan;

g. Tidak berbaur atau satu atap dengan pusat perbelanjaan, tempat hiburan, pasar

tradisional atau sejenisnya;

h. Memiliki perlengkapan administrasi untuk pencatatan rekam medik.

(3) Dalam menjalankan praktik mandiri, Perawat wajib memasang papan nama praktik

keperawatan yang mencantumkan nama, nomor SIPP dan jam praktik serta memasang

foto copy SIPP di ruang praktik;

(4) SIPP berlaku selama STR masih berlaku;

(5) Perawat dalam menjalankan praktiknya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berwenang untuk memberikan asuhan keperawatan (askep) meliputi:

a. Praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat

pertama, tingkat kedua dan tingkat ketiga;

b. Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada point (a) ditujukan kepada

individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat;

c. Praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada point (a) dilaksanakan melalui

kegiatan :

1. Pelaksanaan asuhan keperawatan;

Page 15: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

15

2. Pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan

masyarakat, dan

3. Pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer;

(6) Asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a meliputi pengkajian,

penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi

keperawatan;

(7) Implementasi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi penerapan

perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan;

(8) Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) meliputi pelaksanaan

prosedur keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling keperawatan;

(9) Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

dapat memberikan obat bebas dan/atau obat bebas terbatas;

(10) Perawat dalam melakukan praktik harus sesuai dengan kewenangan yang dimiliki.

Izin Kerja Perawat Gigi

Pasal 12

(1) Untuk memperoleh Surat Izin Kerja, Perawat Gigi harus mengajukan permohonan

kepada Dinas Kesehatan dengan persyaratan sebagai berikut : Izin Kerja Perawat Gigi

dapat diberikan kepada seorang perawat gigi dengan persyaratan sebagai berikut :

a. Setiap perawat yang melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada

sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta wajib memiliki surat

izin kerja (SIK);

b. Surat izin kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a hanya diberikan paling banyak

1 (satu) SIK untuk setiap perawat gigi;

c. Foto copy ijazah pendidikan perawat gigi;

d. Foto copy Surat Izin Perawat Gigi (SIPG);;

e. Mempunyai surat rekomendasi dari organisasi profesi di wilayah tempat ;

f. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;

g. Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan (bila bekerja pada sarana

pelayanan kesehatan pemerintah/swasta) yang menyebutkan tanggal mulai bekerja

sebagai perawat gigi;

h. Pas foto 3 x 4 , 2 lembar dan 4x6, 3 lembar;

i. Mempunyai peralatan asuhan keperawatan dan peralatan gawat darurat sederhana;

(2) SIK Perawat gigi berlaku selama 5 tahun dan diregistrasi ulang setiap tahun, dengan

ketentuan SIPG belum habis berlakunya dan dapat diperbaharui kembali dengan

mengajukan permohonan kembali kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan

melampirkan persyaratan sebagaimana pada ayat (1) huruf c sampai i.

(3) Perawat gigi dalam menjalankan pekerjaan sebagai perawat gigi harus sesuai dengan:

a. pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut;

b. melaksanakan tindakan medis terbatas dalam bidang kedokteran gigi sesuai

permintaan tertulis dari dokter gigi..

Bagian Kedua

BIDANG PELAYANAN MEDIK SPESIALISTIK

Praktik Perorangan Dokter Spesialistik / Dokter Gigi Spesialistik

Pasal 13

(1) Penyelenggaraan praktik dokter spesialis perorangan menyesuaikan dengan

penyelenggaraan dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan penyelenggaraan

praktik perorangan dokter gigi spesialistik menyesuaikan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 7.

(2) Berdasarkan kebutuhan masyarakat dan apabila jenis dokter spesialis/dokter gigi

spesialis tertentu yang jumlahnya sangat sedikit maka dapat diberikan surat tugas yang

berlaku selama 1( satu ) tahun bulan dan dapat diperpanjang

(3) Setiap penyelenggaraan praktik dokter spesialis/dokter gigi spesialis wajib memiliki

peralatan kedokteran spesialistik sesuai dengan standar dan peralatan gawat darurat

Page 16: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

16

sederhana sesuai bidang spesilisasinya serta peralatan penunjang medis dan non medis

sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku

(4) Persyaratan sarana dan bangunan tempat pelayanan dokter spesialis/dokter gigi

spesialis adalah sebagai berikut :

a. Papan nama berukuran maksimal 60 cm x 90 cm, tulisan huruf balok berwarna

hitam dengan dasar putih; dan mencantumkan jadwal praktik

b. Memilik paling sedikit 1 (satu) ruang periksa, 1 (satu) ruang administrasi, 1 (satu)

ruang tunggu, 1 (satu) ruang penunjang sesuai kebutuhan, dan 1 (satu) kamar

mandi/WC;

Praktik Berkelompok Dokter Spesialis / Dokter Gigi Spesialistik

Pasal 14

(1) Penyelenggaraan Praktik berkelompok dokter spesialis menyesuaikan dengan

penyelenggaraan dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 13 dan untuk

penyelenggaraan praktik berkelompok dokter gigi spesialistik menyesuaikan pada Pasal

7 dan Pasal 13;

(2) Setiap penyelenggaraan praktik berkelompok dokter spesialis/dokter gigi spesialis

wajib memiliki peralatan kedokteran spesialistik sesuai dengan standar dan peraltan

gawat darurat sederhana sesuai bidang spesilisasinya serta peralatan penunjang medis

dan non medis sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.

(3) Praktik berkelompok dokter spesialis/dokter gigi spesialis harus diberi nama tertentu

yang dapat diambil dari nama orang yang berjasa dalam bidang kesehatan yang telah

meninggal dunia atau nama lain yang sesuai dengan fungsinya.

(4) Persyaratan sarana dan bangunan tempat pelayanan dokter spesialis/dokter gigi

spesialis adalah sebagai berikut :

a. Papan nama berukuran maksimal 60 cm x 90 cm, tulisan huruf balok berwarna

hitam dengan dasar putih;

b. Memilik paling sedikit 2 (dua) ruang periksa, 1 (satu) ruang administrasi, 1 (satu)

ruang tunggu, 1 (satu) ruang penunjang sesuai kebutuhan, dan 1 (satu) kamar

mandi/WC.

Bagian Ketiga

BIDANG PELAYANAN MEDIK PENUNJANG

Praktik Apoteker

Pasal 15

(1) Setiap Tenaga Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib

memiliki surat tanda registrasi;

(2) Surat Tanda Registrasi untuk Apoteker berupa STRA (Surat Tanda Registrasi

Apoteker);

(3) Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan:

a. Memiliki ijazah Apoteker;

b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi;

c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sunpah/janji Apoteker;

d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki

surat izin praktik; dan

e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanaan ketentuan etika profesi;

(4) STRA dikeluarkan oleh Menteri

(5) Setiap tenaga kefarmasian yang melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia

wajib memiliki surat izin sesuai tempat Tenaga Kefarmasian bekerja;

(6) Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

a. SIPA (Surat Izin Praktik Apoteker) bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan

Kefarmasian di Apotek, Puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit;

Page 17: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

17

b. SIPA bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian sebagai Apoteker

Pendamping;

c. SIK bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di fasilitas kefarmasian

di luar Apotek dan instalasi rumah sakit; atau

d. SIK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian

pada Fasilitas Kefarmasian;

(7) Surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dikeluarkan oleh Pejabat Kesehatan

yang berwenang;

(8) Tata cara pemberian surat izin praktik apoteker sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

Izin Kerja Asisten Apoteker

Pasal 16

(1) Setiap asisten apoteker yang menjalankan praktik kefarmasian pada sarana kefarmasian

pemerintah maupun swasta harus memiliki Surat Izin Kerja Asisten Apoteker (SIKAA).

(2) SIKAA dimaksud diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas

Kesehatan dengan melampirkan :

a. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) yang masih

berlaku;

b. Foto copy ijazah Asisten Apoteker yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara

pendidikan Asisten Apoteker;

c. Surat keterangan sehat dan tidak buta warna dari dokter yang memiliki Surat Izin

Praktik.

d. Pas photo ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar;

e. Surat izin dan Surat keterangan dari pimpinan sarana kefarmasian atau apoteker

penanggung jawab yang menyatakan masih bekerja pada sarana yang

bersangkutan.

(3) SIKAA hanya berlaku pada 1(satu) sarana kefarmasian.

(4) Seorang asisten apoteker telah bekerja pada instansi Pemerintah maka maksimal

memiliki 2 (dua) SIKAA yaitu 1 (satu) pada sarana kefarmasian pemerintah dan 1(satu)

pada sarana kefarmasian swasta.

(5) Seorang asisten apoteker tidak bekerja pada instansi Pemerintah maka maksimal

memiliki 1 (satu) SIKAA.

(6) Pekerjaan kefarmsian berupa pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,

pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat atas resep dokter, pelayanan

informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

(7) Pekerjaan kefarmasian dilakukan oleh Asisten Apoteker dilakukan dibawah

pengawasan apoteker, tenaga kesehatan atau dilakukan secara mandiri sesuai perturan

perundang-undangan yang berlaku.

(8) Pimpinan sarana kefarmasian wajib melaporkan Asisten Apoteker yang bekerja atau

berhenti kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Tarakan dengan tembusan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan organisasi profesi

Praktik Psikolog Klinis

Pasal 17

Untuk memperoleh izin praktik Psikolog Klinis yang bersangkutan mengajukan

permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Tarakan dengan melampirkan

persyaratan sebagai berikut:

1. Fotocopy Ijazah sarjana psikologi klinis yang telah dilegalisir oleh institusi pendidikan

yang meluluskan;

2. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP);

3. Surat Keterangan Bekerja dari Instansi tempat bekerja;

4. Surat izin usaha bagi yang berpraktik perorangan;

5. Foto copy Nomor Pungut Wajib Pajak (NPWP);

6. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP);

Page 18: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

18

7. Pas photo ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar;

8. Surat Rekomendasi dari organisasi profesi;

9. Bukti memiliki kualifikasi mampu melakukan praktik psikologi klinis dari organisasi

profesi.

Praktik Nutritionist

Pasal 18

Untuk memperoleh izin praktik Nutrisionist yang bersangkutan mengajukan permohonan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Tarakan dengan melamprikan persyaratan sebagai

berikut:

1. Fotocpoy Ijazah nutritionist yang telah dilegalisir oleh institusi pendidikan yang

meluluskan;

2. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP);

3. Surat Keterangan Bekerja dari Instansi tempat bekerja;

4. Surat izin usaha bagi yang berpraktik perorangan;

5. Foto copy Nomor Pungut Wajib Pajak (NPWP);

6. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik (SIP);

7. Pas photo ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar;

8. Surat Rekomendasi dari organisasi profesi;

9. Bukti memiliki kualifikasi mampu melakukan praktik nutrisionist

Praktik Radiografer

Pasal 19

Persyaratan Pendirian Praktik Radiografer terdiri dari:

(1) Radiografer dapat melaksanakan praktik radiografi diagnostik pada sarana pelayanan

radiografi diagnostik milik Pemerintah maupun swasta, praktik perorangan dan/atau

berkelompok wajib memiliki Surat Ijin Praktik Radiografer (SIPR);

(2) Untuk memperoleh SIPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) radiografer yang

bersangkutan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan

melampirkan :

a. Fotocopy Surat Ijin Radiografer (SIR) yang masih berlaku;

b. Fotocopy ijazah radiografer yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara

radiografer;

c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;

d. Pas photo ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar;

e. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan radiografi yang menyatakan

tanggal mulai bekerja untuk yang bekerja di sarana pelayanan radiografi; dan

f. Surat keterangan telah menyelesaikan adaptasi, bagi lulusan luar negeri.

(3) SIPR hanya berlaku untuk 1 (satu) sarana pelayanan radiografi diagnostik;

(4) Seorang radiografer dapat memilki maksimal 2 (dua) SIPR;

(5) Pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib melaporkan radiografer yang bekerja atau

berhenti kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan tembusan kepada organisasi profesi .

(6) Selain persyaratan diatas, Radiografer dalam menjalankan perorangan sekurang-

kurangnya memenuhi persyaratan:

a. Memilik tempat yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan;

b. Memiliki ruang tunggu yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan;

c. Memiliki WC;

d. Memiliki peralatan okupasi terapi sesuai standar profesi;

e. Memiliki perlengkapan administrasi termasuk catatan tindakan radiografi dan

formulir rujukan

f. Papan nama berukuran maksimal 60 cm x 90 cm, tulisan huruf balok berwarna

hitam dengan dasar putih

(7) Disamping persyaratan di atas, radiografer yang melakukan praktik berkelompok juga

harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Page 19: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

19

a. Ada pernyataan penunjukan radiografer pimpinan oleh anggota kelompoknya bagi

pemohon perorangan

b. Dilaksanakan minimal 3 (tiga) orang radiografer,

c. Memiliki akte pendirian badan bagi yang berbentuk badan;

d. Izin Gangguan;

e. Memilik tenaga pembantu atau tenaga administrasi;

f. Daftar tenaga profesi kesehatan dan Struktur Organisasi Pelayanan yang diuraikan

dalam pembagian tugas dan fungsi dalam penyelengaraan pelayanan;

g. Masing-masing radiografer memiliki SIPR.

Praktik Okupasi Terapis

Pasal 20

(1) Okupasi terapis dapat melaksanakan Praktik okupasi terapi pada sarana pelayanan

okupasi terapi milik Pemerintah maupun swasta, praktik perorangan dan/atau

berkelompok wajib memiliki Surat Ijin Praktik Okupasi Terapis (SIPOT);

(2) Untuk memperoleh SIPOT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) okupasi terapis yang

bersangkutan mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan

melampirkan :

a. Fotocopy Surat Ijin Okupasi Terapis (SIOT) yang masih berlaku;

b. Fotocopy ijazah pendidikan okupasi terapis yang disahkan oleh pimpinan

penyelenggara okupasi terapis;

c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;

d. Pas photo ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar;

e. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan okupasi terapis yang menyatakan

tanggal mulai bekerja untuk yang bekerja di sarana pelayanan okupasi terapis; dan

f. Surat keterangan telah menyelesaikan adaptasi, bagi lulusan luar negeri.

(3) SIPOT hanya berlaku untuk 1 (satu) sarana pelayanan okupasi terapi;

(4) Seorang okupasi terapis dapat memilki maksimal 2 (dua) SIPOT;

(5) Pimpinan sarana pelayanan okupasi terapi wajib melaporkan okupasi terapis yang

bekerja atau berhenti kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan tembusan kepada

organisasi profesi.

(6) Selain persyaratan diatas, Okupasi terapis dalam menjalankan perorangan sekurang-

kurangnya memenuhi persyaratan:

a. Memilik tempat yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan;

b. Memiliki ruang tunggu yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan;

c. Memiliki WC;

d. Memiliki peralatan okupasi terapi sesuai standar profesi;

e. Memiliki perlengkapan administrasi termasuk catatan tindakan okupasi terapi dan

formulir rujukan;

f. Papan nama berukuran maksimal 60 cm x 90 cm, tulisan huruf balok berwarna

hitam dengan dasar putih

(7) Disamping persyaratan di atas, praktik okupasi terapis yang melakukan berkelompok

juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Ada pernyataan penunjukan okupasi terapis pimpinan oleh anggota kelompoknya

bagi pemohon perorangan

b. Dilaksanakan minimal 3 (tiga) orang okupasi terapis,

c. Memiliki akte pendirian badan bagi yang berbentuk badan;

d. Izin Gangguan;

e. Memilik tenaga pembantu atau tenaga administrasi;

f. Daftar tenaga profesi kesehatan dan Struktur Organisasi Pelayanan yang diuraikan

dalam pembagian tugas dan fungsi dalam penyelengaraan pelayanan;

g. Masing-masing okupasi terapis memiliki SIPOT.

Praktik Refraktionis Optisien

Pasal 21

Page 20: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

20

(1) Setiap praktik refraktionis optisien untuk melakukan pekerjaannya pada sarana

kesehatan wajib memiliki surat ijin kerja (SIK);

(2) SIK sebagimana dimaksud di atas diperoleh dengan mengajukan kepada Kepala Dinas

Kesehatan dengan melampirkan persyaratan meliputi :

a. Fotocopy Surat Izin Refraktionis Optisien (SIRO) yang masih berlaku;

b. Surat Keterangan Sehat dari dokter;

c. Pas photo ukuran 4x6 cm sebanyak 2(dua) lembar;

d. Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyatakan tanggal mulai

bekerja;

e. Rekomendasi dari organisasi profesi.

(3) Permohonan SIK selambat-lambatnya diajukan dalam waktu 1 (satu) bulan setelah

diterima bekerja;

(4) SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana kesehatan;

(5) Refraktionis optisien dalam melaksanakan pekerjaan berwenang untuk :

a. Melakukan pemeriksaan mata dasar;

b. Melakukan pemeriksaan refraksi;

c. Menetapkan, menyiapkan dan membuat kacamata berdasarkan ukuran lensa

kacamata/lensa kontak sesuai kebutuhan;

d. Menerima dan melayani resep kacamata dari dokter spesialis mata;

e. Mengepas (fitting) kacamata/lensa kontak pada pemakai/pasien untuk kenyamanan

dan keserasian.

(6) Dalam hal tidak ada dokter spesialis mata di daerah tertentu refraktionis optisien dapat

melayani resep kacamata dari dokter umum yang berwenang.

(7) Refraktionis optisien yang bekerja sebagai penanggung jawab teknis pada sebuah

optikal, wajib bekerja penuh dan dilarang bekerja di sarana kesehatan lainnya.

(8) Refraktionis optisien yang bekerja sebagai pelaksana hanya diperbolehkan bekerja

maksimum pada 2 (dua) sarana kesehatan.

(9) Pimpinan sarana pelayanan refraktionis optisien wajib melaporkan okupasi terapis yang

bekerja atau berhenti kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Propinsi dan organisasi profesi.

Praktik Fisioterapis

Pasal 22

(1) Fisioterapis dapat melaksanakan praktik fisioterapi pada sarana pelayanan kesehatan,

perorangan dan/atau berkelompok;

(2) Fisioterapis yang melaksanakan fisioterapi sebagimana dimaksud pada ayat (1) harus

memiliki Surat Ijin Praktik Fisioterapis (SIPF);

(3) SIPF sebagaiman dimaksud pada ayat (2) diperoleh dengan mengajukan permohonan

kepada Kepala Dinas Kesehatan :

(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan melampirkan:

a. Fotocopy ijazah pendidikan fisioterapi yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara

okupsi terapis;

b. Fotocopy Surat Izin Fisioterapis (SIF) yang masih berlaku dan dilegalisir oleh

Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Timur;

c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;

d. Pas photo ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar;

e. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan okupasi terapis yang menyatakan

tanggal mulai bekerja untuk yang bekerja di sarana pelayanan okupasi terapis; dan

f. Surat keterangan telah menyelesaikan adaptasi, bagi lulusan luar negeri.

(5) Fisioterapis dalam melaksanakan fisioterapi berwenang untuk melakukan :

a. Assesment fisioterapi yang meliputi pemeriksaan dan evaluasi;

b. Diagnosa fisioterapi;

c. Perencanaan fisioterapi;

d. Intervensi fisioterapi;

e. Evaluasi/re-evaluasi/re-assessment

Page 21: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

21

(6) Fisioterapis dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berkewajiban untuk :

a. Menghormati hak pasien;

b. Merujuk kembali kasus yang tidak dapat ditangani atau belum selesai ditangani,

sesuai sistem rujukan yang berlaku;

c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peratutan perundang-undangan yang berlaku;

d. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;

e. Memberikan informasi dalam lingkup asuhan fisioterapi;

f. Melakukan pencatatan dengan baik.

(7) Fisioterapis dalam melakukan dapat menerima pasien dengan rujukan dan/atau tanpa

rujukan;

(8) Kewenangan untuk menerima pasien/klien tanpa rujukan hanya dilakukan bila

pelayanan yang diberikan berupa :

a. Pelayanan yang bersifat promotif dan preventif;

b. Pelayanan untuk pemeliharaan kebugaran, memperbaiki postur, memelihara sikap

tubuh dan melatih irama pernafasan normal;

c. Pelayanan dengan keadaan aktualisasi rendah dan bertujuan untuk pemeliharaan.

(9) Pemberian pelayanan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (8) termasuk yang

berkaitan dengan pengobatan, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan hanya dapat

dilakukan oleh fisioterapis berdasarkan permintaan tenaga medis.

(10) Selain persyaratan diatas, fisioterapis dalam menjalankan perorangan sekurang-

kurangnya memenuhi persyaratan:

a. Memiliki tempat yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan;

b. Memiliki ruang tunggu yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan;

c. Memiliki WC;

d. Memiliki peralatan fisioterapi sesuai standar profesi;

e. Memiliki perlengkapan administrasi termasuk catatan tindakan fisioterapis dan

formulir rujukan

f. Papan nama berukuran maksimal 60 cm x 90 cm, tulisan huruf balok berwarna

hitam dengan dasar putih, dengan mencantumkan jam praktik.

(11) Disamping persyaratan di atas, fisioterapis yang melakukan berkelompok juga harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Ada pernyataan penunjukan fisioterapis pimpinan oleh anggota kelompoknya bagi

pemohon perorangan;

b. Dilaksanakan minimal 3 (tiga) orang fisioterapisi,

c. Memiliki akte pendirian badan bagi yang berbentuk badan;

d. Izin Gangguan;

e. Memilik tenaga pembantu atau tenaga administrasi;

f. Daftar tenaga profesi kesehatan dan Struktur Organisasi Pelayanan yang diuraikan

dalam pembagian tugas dan fungsi dalam penyelengaraan pelayanan;

g. Masing-masing fisioterapis memiliki SIPF;

(12) Pimpinan sarana pelayanan okupasi terapis wajib melaporkan okupasi terapis yang

bekerja atau berhenti kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Propinsi dan organisasi profesi.

Praktik Terapis Wicara

Pasal 23

(1) Terapis wicara dapat melaksanakan praktik terapis wicara pada sarana pelayanan terapi

wicara, perorangan dan/atau berkelompok.

(2) Terapis wicara yang melakukan pada sarana pelayanan terapi wicara, perorangan

dan/atau berkelompok harus memiliki Surat Izin Praktik Terapis Wicara (SIPTW).

(3) Terapis wicara yang melakukan pada sarana pelayanan terapi wicara, perorangan

dan/atau berkelompok harus mencantumkan Surat Izin Terapis Wicara (SIPTW) di

ruang nya.

Page 22: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

22

(4) SIPTW sebagaimana dimaksud diatas diperoleh dengan mengajukan permohonan

kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan tembusan kepada Ikatan Terapis Wicara yang

terdekat dengan wilayah tersebut dengan melampirkan :

a. Foto copy ijazah yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan terapi

wicara;

b. Foto copy SIPTW yang masih berlaku;

c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP;

d. Surat keterangan dari pimpinan sarana yang menyatakan tanggal mulai bekerja,

untuk yang bekerja di sarana pelayanan terapi wicara;

e. Pas photo ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

(5) Terapis wicara dalam melaksanakan terapi wicara berwenang untuk melakukan

assesmen, diagnostik, prognostik, perencanaan, terapi, evaluasi, rujukan dan advis

dalam permasalahan terapi wicara.

(6) Terapis wicara dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud di atas dapat

menerima pasien/klien dengan rujukan dan/atau tanpa rujukan;

(7) Kewenangan untuk menerima pasien/klien tanpa rujukan hanya dapat dilakukan bila

pelayanan yang diberikan berupa :

a. Pelayanan yang bersifat promotif dan preventif;

b. Pelayanan pada pasien/klien dengan aktualisasi rendah dan bertujuan untuk

pemeliharaan.

c. Pelayanan pada pasien/klien dengan gangguan komunikasi ringan.

(8) Pemberian pelayanan selain sebagimana dimaksud di atas termasuk yang berkaitan

dengan pengobatan, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan hanya dapat dilakukan

oleh terapis wicara berdasarkan permintaan tenaga medis.

(9) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/klien, terapis wicara berwenang

untuk melaksanakan pelayanan di luar kewenangan sebagimana dimaksud pada ayat

(6).

(10) Pelayanan dalam keadaan darurat ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

(11) Terapis wicara yang akan menjalankan pelayanan rumah (home care) diwajibkan

melaporkan keberadaannya kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan menyerahkan foto

copy SIPTW dan Perjanjian Kerja.

(12) Selain persyaratan diatas, terapis wicara dalam menjalankan perorangan sekurang-

kurangnya memenuhi persyaratan:

a. Memiliki tempat yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan;

b. Memiliki ruang tunggu yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan;

c. Memiliki WC;

d. Memiliki kelengkapan untuk pelayanan terapis yang meliputi formulir penilaian

bahasa-bicara, formulir penilaian kemampuan menelan, alat tulis, alat permainan

edukatif, cermin, dan gambar-gambar

e. Sarana/prasarana yang meilputi :

1) tempat pelaksanaan terapi yang memadai;

2) tempat peralatan diagnostik dan terapeutik;

3) tempat penyimpanan dokumen/admnistrasi yang memadai

f. Papan nama berukuran maksimal 60 cm x 90 cm, tulisan huruf balok berwarna

hitam dengan dasar putih, dengan mencantumkan jam .

(13) Disamping persyaratan di atas, terapis wicara yang melakukan berkelompok juga harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Ada pernyataan penunjukan terapis wicara pimpinan oleh anggota kelompoknya

bagi pemohon perorangan

b. Dilaksanakan minimal 3 (tiga) orang terapis wicara,

c. Memiliki akte pendirian badan bagi yang berbentuk badan;

d. Izin Gangguan;

e. Memilik tenaga pembantu atau tenaga administrasi;

f. Daftar tenaga profesi kesehatan dan Struktur Organisasi Pelayanan yang diuraikan

dalam pembagian tugas dan fungsi dalam penyelengaraan pelayanan;

g. Masing-masing terapis wiacara memiliki SIPTW;

h. Praktik perorangan terapis wicara meliputi :

1. terapi wicara model individual

Page 23: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

23

2. terapi wicara model pelayanan rumah

3. terapi wicara model kunjungan

i. Praktik berkelompok meliputi :

1. terapi wicara model terpadu

2. terapi wicara model klinik khusus

(14) Pimpinan sarana pelayanan terapi wicara wajib melaporkan terapis wicara yang

bekerja atau berhenti kepada Kepala Dinas Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Propinsi dan organisasi profesi.

Bagian Empat

BIDANG PELAYANAN PENGOBAT TRADISIONAL

KETERAMPILAN DAN RAMUAN

Pasal 24

(1) Pengobat tradisional diklasifikasikan dalam jenis ketrampilan dan ramuan.

(2) Semua pengobat tradisional yang menjalankan pekerjaan pengobatan tradisional wajib

mendaftarkan diri kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Tarakan untuk memperoleh

Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT).

(3) Tatacara memperoleh STPT sebagaimana dimaksud ayat (2) di atas adalah pengobat

tradisional mengajukan permohonan dengan disertai kelengkapan pendaftaran kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tararakan dengan menyertakan :

a. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP);

b. Biodata pengobat tradisional

c. Surat keterangan Kepala Desa/Lurah tempat melakukan pekerjaan

d. Rekomendasi dari asosiasi/organisasi profesi di bidang pengobat tradisional jika

sudah ada.

e. Foto copy sertifikat/ijazah pengobat tradisional

f. Surat keterangan sehat dari Dokter yang memiliki surat izin praktik;

g. Pas foto 4 x 6 ( 2 lembar)

h. Surat rekomendasi Kepala Puskesmas setempat.

i. Surat keterangan dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk

pengobat tradisional yang menggunakan ramuan.

(4) Pengobat tradisional yang metodenya telah memenuhi persyaratan penapisan,

pengkajian, penelitian, dan pengujian serta ternukti aman dan bermanfaat bagi

kesehatan dapat diberikan Surat Izin Pengobat Tradisional (SIPT) oleh Kepala Dinas

Kesehatan Kota Tarakan.

(5) Tatacara memperoleh SIPT sebagaimana dimaksud pada ayat (4) di atas adalah

pengobat tradisional mengajukan permohonan dengan disertai kelengkapan pendaftaran

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Tararakan dengan menyertakan :

a. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP);

b. Biodata pengobat tradisional;

c. Surat keterangan Kepala Desa/Lurah tempat melakukan pekerjaan;

d. Rekomendasi dari asosiasi/organisasi profesi di bidang pengobat tradisional;

e. Foto copy sertifikat/ijazah pengobat tradisional;

f. Pas photo 4 x 6 ( 2 lembar);

g. Surat rekomendasi pengantar Kepala Puskesmas setempat;

h. Peta lokasi dan denah ruangan.

(6) Akupunkturis yang telah lulus uji kompetensi dari asosiasi/organisasi profesi di bidang

pengobatan tradisonal yang bersangkutan dapat diberikan Surat Izin Pengobat

Tradisional (SIPT).

(7) Akupunkturis dimaksud pada ayat (6) diatas dapat melakukan perorangan dan/atau

berkelompok.

(8) Akupunkturis yang telah mendapatkan SIPT dapat diikutsertakan di sarana pelayanan

kesehatan.

Page 24: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

24

(9) Surat Terdaftar Pengobat Tradisional (STPT) atau Surat Izin Pengobat Tradisional

(SIPT) berlaku selama 5 (lima) tahun untuk lokasi yang sama dan wajib melakukan

registrasi ulang setiap tahun.

BAB VII

IZIN KERJA/PRAKTIK TENAGA KESEHATAN LAINNYA

Pasal 25

(1) Setiap tenaga kesehatan lainnya yang belum termasuk pada 4 (empat) kategori pada

pasal 4 yang akan bekerja/berpraktik wajib memiliki izin dari Pemerintah Kota

Tarakan;

(2) Persyaratan dan tatacara pengajuan perizinan selama belum diatur oleh peraturan/

perundangan-undangan yang lainnya akan diatur melalui peraturan perundangan-

undangan yang berlaku.

BAB VIII

LOKASI

Pasal 26

(1) Tempat pelayanan medik harus sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota

Tarakan;

(2) Jumlah dan lokasi disesuaikan pula dari tingkat kebutuhan dan keterjangkauan

masyarakat terhadap pelayanan medik;

(3) Jumlah dan lokasi pelayanan kesehatan bidang medik akan ditetapkan melalui

Peraturan Walikota dan akan ditinjau setiap 2 (dua) tahun sekali.

BAB IX

PENYELENGGARAAN

Pasal 27

(1) Setiap penyelenggara pelayanan kesehatan bidang medik yang akan mengadakan

pengadaan dan atau penyediaan alat canggih harus berdasarkan analisa kebutuhan dan

berkonsultasi dahulu dengan Kepala Dinas Kesehatan untuk mendapatkan

rekomendasi;

(2) Praktik penyelenggaran kesehatan bidang medik diselenggarakan berdasarkan fungsi

sosial dengan memperhatikan prinsip kewajaran.

BAB X

BENTUK USAHA DAN PERMODALAN

Pasal 28

(1) Penyelenggaraan praktik bidang kesehatan yang seluruh modalnya dimiliki oleh warga

negara Indonesia dapat berbentuk badan dan atau perorangan dengan maksud dan

tujuan semata-mata berusaha dalam bidang kesehatan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(2) Modal usaha di bidang kesehatan dapat dimiliki oleh badan usaha atau perorangan

warga negara Indonesia atau kerjasama badan usaha warga negara asing sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Praktik bidang kesehatan yang modalnya patungan antara warga negara indonesia dan

warga negara asing wajib berbadan hukum.

BAB XI

KEWAJIBAN PENYELENGGARA

Page 25: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

25

Pasal 29

(1) Membuat rekam medis yang dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan;

(2) Membuat catatan medik pasien/pelayanan/pembukuan dan membuat laporan setiap

bulan ke Dinas Kesehatan;

(3) Memberikan pelayanan sesuai dengan etika profesi kesehatan tanpa terlebih dahulu

memungut uang muka terhadap kasus kecelakaan terutama dalam keadaan gawat

darurat;

(4) Wajib membantu program pemerintah di bidang pelayanan kesehatan kepada

masyarakat;

(5) Wajib memasang papan nama disertai nomor izin dan jam dengan tulisan warna hitam

diatas dasar putih;

(6) Memberikan penjelasan kepada pasien tentang tindakan medik yang akan dilakukan

dengan terlebih dahulu mndapat persetujuan dari pasien sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan;

(7) Menyimpan segala sesuatu yang diketahui dalam pemeriksaan pasien, interpretasi

penegakan diagnose dalam melakukan pengobatan termasuk segala sesuatu yang

diperoleh dari tenaga kesehatan lainnya sebagai rahasia profesi yang dilaksanakan

sesuai peraturan perundang-undangan;

(8) Praktik tenaga kesehatan yang dilengkapi sarana rawat inap harus menyediakan 25%

(dua puluh lima persen) dari jumlah tempat tidur yang tersedia untuk orang yang

kurang atau tidak mampu membayar;

(9) Setiap tenaga kesehatan wajib menjaga martabat profesi serta mencegah penggunaan

fasilitas yang disediakan untuk kegiatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban

umum serta segala hal yang bertentangan dengan kepribadian, agama, bangsa dan

agama;

(10) Bertanggung jawab atas persyaratan sanitasi dan higiene dalam lingkungan tempat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(11) Mentaati perjanjian kerja, keselamatan kerja, dan jaminan sosial karyawannya sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

(12) Tidak menggunakan tempat nya di luar dari izin /izin kerja yang telah ditentukan;

(13) Memberikan laporan pemakaian fasilitas dan pelayanan setiap akhir tahun kepada

Walikota melalui Dinas Kesehatan dan apabila dianggap perlu walikota dapat meminta

laporan tertentu kepada pimpinan setiap jenis usaha di bidang kesehatan;

(14) Praktik bidang kesehatan wajib bekerja sama dengan upaya pelayanan kesehatan

pemerintah dalam rangka rujukan medis dan pendayagunaan peralatan medik canggih.

BAB XII

KETENAGAAN

Pasal 30

(1) Setiap sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan tenaga penuh waktu sesuai

klasifikasi sarana kesehatan;

(2) Jika menggunakan tenaga paruh waktu berasal dari tenaga pemerintah maka tenaga

kesehatan yang bersangkutan harus mendapatkan izin/rekomendasi dari pimpinan

sarana pemerintah dan jam buka sarana kesehatan disesuaikan dengan jam kerja tenaga

pemerintah tersebut;

(3) Tenaga kesehatan hanya dapat menjadi penanggung jawab medis pada maksimal 1

(satu) sarana usaha kesehatan swasta.

BAB XXIII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 31

Page 26: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

26

(1) Pembinaan dan pengawasan atas kegiatan praktik tenaga kesehatan dilakukan oleh

Dinas Kesehatan, instansi terkait, dan organisasi profesi yang membidangi kesehatan;

(2) Dalam upaya pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1), Dinas

Kesehatan bersama-sama dengan instansi terkait dan organisasi profesi yang

membidangi kesehatan memberikan bimbingan dan petunjuk, baik administratif

maupun teknik operasional.

BAB XXIV

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 32

(1) Walikota dapat mengenakan sanksi adminstratif atas pelanggaran pasal 7, pasal 8 s/d

25, pasal 27 ayat (1), pasal 29 dan 30 Peraturan Daerah ini;

(2) Sanksi adminstrasi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah :

a. Peringatan secara lisan;

b. Peringatan secara tertulis;

c. Pencabutan sementara surat atau dokumen izin;

d. Pencabutan seluruh surat atau dokumen izin

e. Penutupan/penyegelan tempat .

PENCABUTAN IZIN

Pasal 33

(1) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf c dan d dilaksanakan apabila :

a. Pemegang izin tidak melakukan kegiatan usaha selama 6 (enam) bulan sejak

dikeluarkannya izin;

b. Melakukan pelanggaran terhadap Peraturan ini dan Peraturan Perundang-Undangan

di bidang kesehatan lainnya;

c. Izin dan atau usaha dipindahtangankan tanpa melalui persetujuan Kepala Dinas

Kesehatan;

d. dan atau kegiatan tidak sesuai dengan izin yang diberikan.

(2) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas terlebih dahulu dilakukan

melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dalam tenggang waktu masing-

masing dalam 7 (tujuh) hari kerja;

(3) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak dilaksanakan, Kepala Dinas

Kesehatan melakukan penutupan sementara untuk jangkja waktu 7 (tujuh) hari kerja;

(4) Apabila pemegang izin tidak melaksanakan peringatan sebagaimana dimaksud ayat (2)

dan tidak melaksanakan kewajiban yang harus dilakukannya dalam waktu 7 (tujuh)

hari kerja sebagaimana dimaksud ayat (3) maka izin dicabut;

(5) Izin dapat dicabut tanpa melalui proses peringatan dalam hal :

a. Perolehan izin dilakukan dengan cara melawan hukum;

b. Memberikan keterangan atau kelengkapan yang tidak benar pada waktu mengajukan

permohonan izin;

c. Melakukan tindak pidana dalam bidang kesehatan atau kefarmasian dan memperoleh

keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap;

d. Membahayakan keselamatan pasien yang ditandai dengan Berita Acara

Pemeriksaan oleh instansi yang berwenang.

BAB XV

KETENTUAN PIDANA

Pasal 34

Page 27: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

27

(1) Pelanggaran terhadap pasal 5 ayat (1) Peraturan Daerah ini diancam pidana kurang

paling lama 3 (tiga) bulan dan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh

juta rupiah);

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XVI

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 35

(1) Selain Penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana pelanggaran dalam Peraturan

Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah

Kota yang pengangkatannya berdasarkan peraturan perundang – perundangan yang

berlaku;

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan

dengan tindak pidana di bidang izin praktik tenaga kesehatan dan pengobat

tradisional agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau

badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak

pidana izin praktik tenaga kesehatan dan pengobat tradisional;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan

dengan tindak pidana di bidang izin praktik tenaga kesehatan dan pengobat

tradisional;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di

bidang izin praktik tenaga kesehatan dan pengobat tradisional;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan,

dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak

pidana di bidang izin praktik tenaga kesehatan dan pengobat tradisional;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat

pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda,

dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana bidang izin praktik tenaga

kesehatan dan pengobat tradisional;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atau

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di

bidang izin praktik tenaga kesehatan dan pengobat tradisional sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan

menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat

Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-

Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XVII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 36

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka semua izin yang telah dikeluarkan

sebelum Peraturan Daerah ini dinyatakan masih tetap berlaku sampai habis masa

berlakunya;

(2) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2002

tentang Pemberian Izin Praktik Tenaga Kesehatan dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku.

Page 28: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

28

BAB XVIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 37

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaanya

akan diatur olehWalikota.

Pasal 38

Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan daerah ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tarakan.

Ditetapkan di : Tarakan

Pada Tanggal : 18 Mei 2010

WALIKOTA TARAKAN,

Ttd

H.UDIN HIANGGIO

Diundangkan di Tarakan

pada tanggal 18 Mei 2010

SEKRETARIS DAERAH KOTA TARAKAN,

Ttd

H.BADRUN

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 5

Page 29: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

29

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN

NOMOR 5 TAHUN 2010

TENTANG

IJIN PENYELENGGARAAN PRAKTIK TENAGA KESEHATAN

DAN PENGOBAT TRADISIONAL

I. PENJELASAN UMUM

Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak terlepas dari kerja samanya yang baik

antara Pemerintah dalam hal ini adalah institusi kesehatan beserta jajarannya sebagai

pemberi pelayanan kesehatan dan masyarakat sebagai pengguna pelayanan kesehatan.

Untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik tak terlepas dari komitmen para

penyelenggara kesehatan termasuk di dalamnya dalam penyelenggaraan perizinan

bidang kesehatan.

Terkait dengan hal tersebut bagi penyelenggara usaha kesehatan serta dalam upaya

melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian maka diperlukan arah dan

pedoman guna keberhasilan pembangunan kesehatan, dalam hal ini regulasi izin praktik

tenaga kesehatan dan pengobat tradisional.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Cukup jelas

Pasal 2 : Cukup jelas

Pasal 3 : Cukup jelas

Pasal 4 :

Ayat (1)

Huruf a : Praktik Dokter Umum adalah suatu profesi di bidang kesehatan

yang menangani pelayanan medik secara umum;

Huruf b : Praktik Dokter Gigi adalah suatu profesi di bidang kesehatan

yang menangani pelayanan pada medik gigi;

Huruf c : Praktik Perawat (Akademi Perawat) adalah suatu profesi di

bidang kesehatan yang menangani pelayanan keperawatan;

Huruf d : Praktik Perawat Gigi adalah suatu profesi dibidang kesehatan

yang menangani pelayanan pada perawatan gigi;

Huruf e : Praktik Bidan adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang

menangani pelayanan kesehatan ibu dan anak serta menolong

persalinan normal;

Huruf f : Praktik Berkelompok Dokter Umum adalah kegiatan prakter

bersama yang dilakukan oleh dokter umum yang menangani

pelayahan medis umum;

Huruf g : Praktik Berkelompok Dokter Gigi adalah kegiatan praktik

bersama yang dilakukan oleh dokter gigi untuk memberikan

pelayanan medik gigi;

(Ayat 2)

Huruf a : Praktik Perorangan Dokter Spesialis adalah suatu profesi di

bidang Kesehatan dengan keahlian yang lebih spesifik secara

perorangan;

Page 30: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

30

Huruf b : Praktik Perorangan Dokter Gigi Spesialis adalah suatu profesi

di bidang Kesehatan dengan keahlian gigi yang lebih spesifik

secara perorangan ;

Huruf c : Praktik Berkelompok Dokter Spesialis adalah praktik yang

dilakukan oleh dokter spesialis dengan keahlian yang lebih

spesifik secara berkelompok;

Huruf d : Praktik Berkelompok Dokter Gigi Spesialis adalah praktik yang

dilakukan oleh dokter spesialis gigi dengan keahlian yang lebih

spesifik secara berkelompok;

( Ayat 3)

Huruf a : Cukup Jelas

Huruf b : Cukup Jelas

Huruf c : Cukup Jelas

Huruf d : Cukup Jelas

Huruf e : Cukup Jelas

Huruf f : Cukup Jelas

Huruf g : Cukup Jelas

Huruf h : Cukup Jelas

Huruf i : Cukup Jelas

( Ayat 4)

Huruf a : Pengobat Tradisional atau surat terdaftar pengobat Trasdisional

Keterampilan adalah seseorang yang melakukan pengobatan

dan atau perawatan tradisional berdasarkan keterampilan fisik

dengan menggunakan anggota gerak / dan atau alat bantu;

Huruf b : Pengobat Tradisional atau Surat Terdaftar Pengobat Tradisional

Ramuan adalah usaha seseorang yang melakukan pengobatan

dan atau perawatan tradisional dengan menggunakan

obat/ramuan tradisional yang berasal dari tanaman (flora),

fauna, bahan mineral, air dan bahan alam lain;

Pasal 5 : Cukup Jelas

Pasal 6 : Cukup Jelas

Pasal 7 : Cukup Jelas

Pasal 8 : Cukup Jelas

Pasal 9 : Cukup Jelas

Pasal 10 : Cukup Jelas

Pasal 11 : Cukup Jelas

Pasal 12 : Cukup Jelas

Pasal 13 : Cukup Jelas

Pasal 14 : Cukup Jelas

Pasal 15 : Cukup Jelas

Pasal 16 : Cukup Jelas

Pasal 17 : Cukup Jelas

Pasal 18 : Cukup Jelas

Pasal 19 : Cukup Jelas

Page 31: LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR …

31

Pasal 20 : Cukup Jelas

Pasal 21 : Cukup Jelas

Pasal 22 : Cukup Jelas

Pasal 23 : Cukup Jelas

Pasal 24 : Cukup Jelas

Ayat (1) : Pengobat Tradisonal Keterampilan terdiri dari pengobat

tradicional pijat urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refelksi,

akupresuir, akupunturis, chiropraktor, tukang gigi dan

pengobat tradisional lainnya dengan metode sejenis.

: Pengobat Tradisional Ramuan terdiri dari pengobat tradicional

ramuan indonesia (jamu), gurah, tabib, sinse, homoephaty,

aromatherapis, pengobat tradisional lainnya dengan metode

sejenis.

Pasal 25 : Cukup Jelas

Pasal 26 : Cukup Jelas

Pasal 27 : Cukup Jelas

Pasal 28 : Cukup Jelas

Pasal 29 : Cukup Jelas

Pasal 30 : Cukup Jelas

Pasal 31 : Cukup Jelas

Pasal 32 : Cukup Jelas

Pasal 33 : Cukup Jelas

Pasal 34 : Cukup Jelas

Pasal 35 : Cukup Jelas

Pasal 36 : Cukup Jelas

Pasal 37 : Cukup Jelas

Pasal 38 : Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 5