‘legalisasi’ perusahaan sawit melalui holding zone · berdasarkan rekomendasi ombudsman ri no...

26
1 ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone dalam Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau (RTRWP) 2017-2037 Area tak dibebankan izin di 17 kebun sawit bukanlah lahan peruntukan rakyat Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan Maret 2018 Eyes on The Forest (EoF) merupakan koalisi LSM di Riau, Sumatra: WALHI Riau, Jikalahari “Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau” dan WWF-Indonesia Program Sumatra Tengah. EoF juga membentuk jaringan kelompok anggota di Sumatra (KKI Warsi) dan Kalimantan : Environmental Law Clinic, Lembaga Gemawan, JARI Indonesia Borneo Barat, Kontak Rakyat Borneo, POINT, Swandiri Institute, Yayasan Titian, Gapeta Borneo dan WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat. EoF memonitor deforestasi dan status dari hutan alam yang tersisa di Sumatra dan Kalimantan dan mendiseminasi informasi secara luas. Untuk lebih banyak informasi tentang Eyes on the Forest, sila kunjungi: Website EoF: EoF website: http://www.eyesontheforest.or.id Email: editor(at)eyesontheforest.or.id

Upload: ngodien

Post on 19-Aug-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

1

‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone

dalam Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi Riau (RTRWP) 2017-2037 Area tak dibebankan izin di 17 kebun sawit bukanlah lahan peruntukan rakyat

Laporan Investigatif

Eyes on the Forest

Diterbitkan Maret 2018

Eyes on The Forest (EoF) merupakan koalisi LSM di Riau, Sumatra: WALHI Riau, Jikalahari “Jaringan Kerja Penyelamat Hutan

Riau” dan WWF-Indonesia Program Sumatra Tengah.

EoF juga membentuk jaringan kelompok anggota di Sumatra (KKI Warsi) dan Kalimantan : Environmental Law Clinic, Lembaga

Gemawan, JARI Indonesia Borneo Barat, Kontak Rakyat Borneo, POINT, Swandiri Institute, Yayasan Titian, Gapeta Borneo dan

WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat.

EoF memonitor deforestasi dan status dari hutan alam yang tersisa di Sumatra dan Kalimantan dan mendiseminasi informasi

secara luas.

Untuk lebih banyak informasi tentang Eyes on the Forest, sila kunjungi:

Website EoF: EoF website: http://www.eyesontheforest.or.id

Email: editor(at)eyesontheforest.or.id

Page 2: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

2

Sampul depan Peta hasil investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest pada usulan Holding Zone pada Ranperda RTRWP Riau 2017-2037,

ditemukan kebun sawit yang berumur lebih kurang 20 tahun milik PT Torganda kebun Rantau Kasai. Ini hasil analisis citra

landsat 2015 dan pemantauan di lapangan diperkirakan luasnya mencapai 12.190 ha, dimana 9.979 ha termasuk Holding

Zone (kawasan belum dibebankan izin) yang diusulkan melalui Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 sebagai peruntukan

perkebunan rakyat di Desa Desa Rantau Kasai Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu.

Page 3: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

3

RINGKASAN EKSEKUTIF

Koalisi Eyes on the Forest dan Jikalahari melakukan analisa terhadap lahan yang dipertanyakan

legalitasnya seluas 405.847 hektar dari total 1.045.390 hektar yang diusulkan sebagai Holding Zone

berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan

dengan Intruksi Presiden Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Penyelesaian Penyusunan

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dari 405.847 hektar, DPRD Riau

mengusulkan Holding Zone peruntukan kawasan perkebunan rakyat seluas 321.717 ha.

Tim Jikalahari dan Eyes on the Forest (EoF) melakukan kajian dan pemantauan lapangan di 17 lokasi

Holding Zone yang diusulkan sebagai perkebunan rakyat, dengan mengumpulkan data dan bukti

apakah pada areal usulan Holding Zone tersebut telah dikuasai oleh masyarakat atau pihak

perusahaan / cukong sawit. Holding Zone merupakan kawasan dalam tata ruang wilayah yang belum

dibebankan izin.

Indikasi adanya “motif” di balik sikap pansus yang bersikukuh mengusulkan Holding Zone seluas

405.847 ha sebagai alternatif penyelesaian RTRWP Riau 2017-2037 kemudian terjawab. Hasil

investigasi EoF dan Jikalahari menunjukkan bahwa dari 40.109 ha Holding Zone yang diinvestigasi

seharusnya diperuntukkan bagi perkebunan rakyat, ternyata dimiliki oleh 4 perusahaan, 10

pemodal dan 3 kerjasama perusahaan kebun kelapa sawit dengan KUD dalam bentuk Kredit

Koperasi Primer Anggota (KKPA).

Atas berbagai kejanggalan dan ilegalitas di lapangan, maka Jikalahari dan EoF meminta Mendagri

menolak Ranperda RTRWP Riau 2017 – 2037 dan memerintahkan Gubernur Riau membahas ulang

proses penyusunan, pembahasan, pengesahan dan penetapan RTRWP Riau dengan melibatkan

publik.

EoF juga meminta Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan secara substansial tidak menyetujui

Holding Zone seluas 405.874 ha karena bertentangan dengan PP 104/2015 Tentang Tata Cara

Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan.

Page 4: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

4

PENDAHULUAN

Pada September 2017, Gubernur Riau menyerahkan laporan Hasil Kerja Panitia Khusus Pembahasan

Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Riau Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Riau 2017-2037.

Dalam dokumen tersebut disampaikan bahwa salah satu permasalahan besar yang dialami oleh

Pansus terkait RANPERDA RTRWP adalah tidak diakomodirnya rekomendasi dari Tim Terpadu

RTRWP untuk perubahan menjadi Kawasan Bukan Hutan seluas 2,7 juta hektar. Sementara

berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014 dan

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 903/MENLHK/SETJEN/PLA.2/12/2016,

07 Desember 2016 tentang Kawasan Hutan di Propinsi Riau hanya mengakomodir perubahan

peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan sekitar 1,7 juta hektar.

Tim Kerja Panitia Khusus Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Riau Tentang RTRWP

Riau 2017-2037 kemudian merumuskan tiga opsi penyelesaian RTRWP Riau, antara lain;

1. Status kawasan dituntaskan terlebih dahulu baru Rancangan Peraturan Daerah (RANPERDA)

RTRWP Riau 2017-2037 dibahas, kalau jalur penyelesaian ini yang ditempuh, Panitia Khusus

(Pansus) menilai membutuhkan waktu panjang dalam penyelesaian RTRWP Riau, karena harus

menunggu keputusan MenLHK terkait dengan perubahan peruntukan kawasan hutan,

mengingat hal tersebut merupakan kewenangan Menteri LHK, bersumber dari ketentuan Pasal

1 Ayat 3 UU 41/ 1999 yang menyatakan: “Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang

ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap”, frasa

pemerintah dalam norma pasal 1 ayat 3 UU 41/1999 tersebut diatribusikan pada Menteri

Kehutanan melalui instrumen keputusan (beschikking).

2. Berdasarkan hasil pertemuan yang dilakukan Pansus bersama Pemerintah Daerah Riau dengan

Menteri Agraria/ATR, Kepala BPN, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Komisi

Ombudsman RI, disimpulkan bahwa persoalan RTRWP Riau akan dibahas dalam rapat kabinet

Pemerintahan Joko Widodo. Namun Pansus menilai upaya tersebut juga akan memerlukan

waktu yang cukup panjang.

3. Penyelesaian RTRWP Riau dilakukan berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No

0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 tentang Permasalahan Pelayanan Publik di Provinsi Riau

pasca terbitnya Keputusan MenLHK SK.673/Menhut-II/2014 dan Keputusan Menteri Kehutanan

Nomor SK.878/Menhut-II/2014. Rekomendasi Ombudsman RI adalah meminta MenLHK, dan

Pemerintah Prov Riau agar melakukan percepatan pembentukan RTRWP Riau, dengan

menetapkan selisih/gap luas areal antara luas yang direkomendasikan Tim Terpadu dengan

jumlah luas yang ditetapkan dalam Keputusan SK.673/Menhut-II/2014 dan Keputusan 878/2014

sebagai HOLDING ZONE dalam Perda RTRWP Riau, sebelum terbitnya keputusan pengganti

kawasan hutan Prov Riau.

Dalam laporan tersebut juga dijelaskan bahwa rekomendasi Ombudsman ini sejalan dengan poin ke

empat Instruksi Presiden Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Penyelesaian Penyusunan

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota, dimana MenLHK memberikan fasilitasi

dalam pengintegrasian dan pengharmonisasian kawasan hutan pada rencana tata ruang wilayah

provinsi ke dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yang belum ditetapkan peruntukan

ruangnya (Holding Zone) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan alternatif penyelesaian sebagaimana yang diuraikan di atas, maka Tim Kerja Panitia

Khusus Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Riau Tentang RTRWP Riau 2017-2037

Page 5: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

5

menilai alternatif penyelesaian yang dapat ditempuh adalah rekomendasi Ombudsman RI No

0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016.

Menjadi pertanyaan besar ketika pansus bersikukuh untuk memilih Holding Zone sebagai alternatif

penyelesaian RTRWP Riau. Apa indikasi motif Pansus RANPERDA RTRWP Riau tetap ngotot

mengusulkan areal sisa atau selisih (gap) luas areal antara luas hasil kajian dan rekomendasi Tim

Terpadu (2,7 juta hektar) dengan jumlah luas yang ditetapkan dalam Keputusan SK.673/Menhut-

II/2014 dan Keputusan 878/2014 (± 1.6 juta hektar) sebagai Holding Zone?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Jikalahari dan Eyes on the Forest melakukan investigasi dan

menelusuri fakta apa yang terjadi di balik usulan Holding Zone pada areal sisa/gap seluas lebih

kurang 405.874 hektar dalam RANPERDA RTRWP Riau.

Page 6: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

6

Temuan Hasil Investigasi Pada Oktober-Desember 2017, Jikalahari dan Eyes on the Forest secara terpisah melakukan pengamatan di lapangan pada areal Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat sekitar total 321.717 hektar. Dari pengamatan lapangan, Jikalahari dan Eyes on the Forest menemukan fakta bahwa kebun sawit tersebut berada di dalam kawasan hutan. Ironisnya lagi, kebun sawit dalam Holding Zone yang seharusnya diperuntukan bagi perkebunan rakyat malah bukan dimiliki oleh rakyat atau masyarakat pada umumnya melainkan dimiliki oleh perusahaan, pemodal dan kerjasama perusahaan kebun kelapa sawit dengan KUD dalam bentuk Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA). Tim Jikalahari dan Eyes on the Forest (EoF) melakukan kajian dan pemantauan lapangan di 17 lokasi

Holding Zone yang diusulkan sebagai perkebunan rakyat, mengumpulkan data dan bukti apakah

pada areal usulan Holding Zone tersebut telah dikuasai oleh masyarakat atau pihak perusahaan atau

cukong sawit.

Peta 1. Target lokasi investigasi EoF dan Jikalahari pada Holding Zone usulan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 peruntukan perkebunan rakyat sekitar 321.717 hektar.

Temuan ini mengindikasikan bahwa DPRD dan Pemerintah Provinsi Riau memberikan kesempatan dan ruang melegalkan sawit yang sudah dikembangkan dalam kawasan hutan melalui Holding Zone. Hal ini jelas melanggar beberapa peraturan di Indonesia yang melarang pengembangan kebun sawit di dalam kawasan hutan, yakni :

• Undang-undang No. 18/2013 “Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan” Pasal 17, (2) Setiap orang dilarang: b. melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di dalam kawasan hutan;

Page 7: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

7

• Undang-undang No 41/1999 “Kehutanan” Pasal 50, (3) Setiap orang dilarang: a. mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah; dimana yang dimaksud dengan mengerjakan kawasan hutan adalah mengolah tanah dalam kawasan hutan tanpa mendapat izin dari pejabat yang berwenang, antara lain untuk perladangan, untuk pertanian, atau untuk usaha lainnya.

Diperkirakan total areal Holding Zone yang teridentifikasi hasil investigasi EoF dan Jikalahari adalah 40.109 hektar yang secara keseluruhan telah ditanami sawit. Fungsi kawasan hutan pada areal yang diusulkan Holding Zone adalah HPT (Hutan Produksi Terbatas), HP (Hutan Produksi Tetap) dan HPK (Hutan Produksi dapat dikonversi). Dari 40.109 ha Holding Zone yang diinvestigasi EoF dan Jikalahari, ditemukan ada 4 perusahaan, 10 pemodal dan 3 koperasi kerjasama perusahaan kebun kelapa sawit dengan KUD dalam bentuk Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA). Tabel 1. Temuan Jikalahari dan Eyes on the Forest terhadap kepemilikan lahan Holding Zone pada Ranperda RTRWP Riau 2017-2023.

Luas berdasarkan analisis citra, wawancara, & pengamatan di lapangan

Dari tabel diatas menjelaskan bahwa Eyes on the Forest dan Jikalajari telah melakukan pemantauan terhadap 40.109 ha Holding Zone yang diusulkan dalam Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, dimana Holding Zone jika dioverlay (tumpang susun) dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, berada pada Hutan Produksi Tetap (HP) sekitar 16.280 ha, Hutan Produksi Terbatas 6.507 ha dan sekitar 17.322 ha pada Hutan Produksi dapat dikonversi (HPK). Dari 40.109 ha Holding Zone yang disurvey, hasil analisis citra 2015, wawancara dan pengamatan di lapangan, luas kebun yang teridentifikasi pada Holding Zone yang diusulkan dalam Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 maupun di luar Holding Zone mencapai 45.071 ha. Artinya ditemukan kebun sawit melebihi areal Holding Zone yang diusulkan. Misalnya PT Torganda Kebun Rantau Kasai, Holding Zone yang diusulkan hanya 9.979 ha, namun berdasarkan hasil analisis citra 2015, wawancara dan pengamatan di lapangan luas PT Torganda kebun Rantau Kasai mencapai 12.190 ha. Jika ditumpang susun (overlay) kebun sawit dalam Holding Zone maupun di luar Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, maka kebun sawit yang teridentifikasi berada pada Hutan Produksi Tetap (HP) sekitar 11.639 ha, Hutan Produksi

HP HPT HPK HL Pemilikan Luas kebun HP HPT HPK HL

1 9,868 9,868 PT Andika Pratama Sawit Lestari 6,455 6,455

KA 614 614

2 9,979 9,979 PT Torganda - Rantau Kasai 12,190 916 9,840

3 1,903 1,903 PT Pedasa Enam Utama 11,183 39 7,416 549

4 575 575 PT Bina Fitri Jaya 3,130 311 581

5 2,353 2,353 PT Tasma Puja 1,757 91 1,642

6 2,940 2,940 MK 481 481

7 2,564 2,564 ANG 1,856 1,856

8 428 428 YD 428 428

9 1,579 677 902 KUD Sahabat Lestari 1,579 677 902

10 485 485 Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri 686 686

11 3,546 3,546 TM 1,461 1,461

12 990 990 HB 882 828

13 1,537 1,142 395 HA 1,537 1,142 395

14 562 562 HS 254 254

15 206 206 AB 206 206

16 194 194 DP 322 322

17 400 400 AR 50 50

40,109 16,280 6,507 17,322 - 45,071 11,639 4,353 21,602 549

NoLuas Holding

Zone

Tumpang susun Kawasan Hutan SK

903/MENLHK/SETJEN/PLA.2/12/2017

pada usulan Holding Zone Ranperda

RTRWP Riau 2017-2037

Temuan

Tumpang susun kebun sawit pada

usulan Holding Zone Ranperda

RTRWP Riau 2017-20137 dengan

Kawasan Hutan SK

903/MENLHK/SETJEN/PLA.2/12/2017

Page 8: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

8

Terbatas 4.353 ha dan sekitar 21.602 ha pada Hutan Produksi dapat dikonversi (HPK) dan Hutan Lindung 549 ha. Berikut penjelasan masing-masing perusahaan dan pengusaha kebun sawit yang arealnya berada dalam usulan Holding Zone pada Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau 2017-2037.

1. PT ANDIKA PRATAMA SAWIT LESTARI DAN LAHAN Inisial Milik KA

Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Riau 2017-

2037, Pemerintah Provinsi Riau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau mengusulkan Holding

Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas 321.717 ha, dimana 9.868 ha diantaranya berada di

wilayah administratif Desa Bonai Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu.

Hasil investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada kawasan usulan Holding Zone

tersebut, ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 7 tahun milik KA

seluas 614 ha dan PT Andika Pratama Sawit Lestari seluas 6.455 ha (total 7.069 ha). Beberapa titik

koordinat lokasi kebun sawit milik KA dan PT Andika Pratama Sawit Lestari adalah; 1°19'47.82" N

100°48'24.39" E, 1°18'46.22" N 100°48'56.85"E, 1°17'19.30"N 100°49'35.74"E.

Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, jika ditumpangsusun

dengan usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 dan perkebunan milik KA serta PT Andika

Pratama Sawit Lestari menunjukkan bahwa Holding Zone dan kebun sawit milik KA serta kebun PT

Andika Pratama Sawit Lestari berada pada Kawasan Hutan Produksi yang berfungsi sebagai Hutan

Produksi Tetap.

Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan indikasi bahwa usulan Holding Zone

oleh Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau dalam Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, Holding Zone

peruntukan perkebunan rakyat ternyata diindikasikan untuk kepentingan atau peruntukan bagi

perusahaan sawit PT Andika Pratama Sawit Lestari dan pemodal KA yang telah mengembangkan

sawit dalam kawasan hutan.

Page 9: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

9

Peta 2. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-5) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 7 tahun milik KA seluas

614 ha dan PT Andika Pratama Sawit Lestari seluas 6.455 ha (total 7.069 ha) dari 9.868 ha yang diusulkan sebagai Holding

Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Bonai Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu.

2. PT TORGANDA - RANTAU KASAI

Berdasarkan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, PT Torganda kebun Rantau Kasai seluas 9.979 hektar

di wilayah administrasi Desa Rantau Kasai, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu

diindikasikan kuat merupakan bagian usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas

321.717 hektar.

Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone di wilayah

administrasi Desa Rantau Kasai, Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, ditemukan kebun

kelapa sawit yang diperkirakan berusia lebih kurang 20 tahun milik PT Torganda Rantau Kasai dan

memiliki luas berdasarkan analisis citra landsat seluas 12.190 ha. Dari total kebun PT Torganda

kebun Rantau Kasai terdapat 9.979 hektar merupakan usulan Holding Zone. Beberapa titik koordinat

lokasi PT Torganda kebun Rantau Kasai yang teridentifikasi adalah; 1°15'32.91"N 100°14'34.18"E,

1°15'34.45"N 100°16'8.01"E, 1°16'6.22"N 100°17'46.18"E, 1°16'41.80"N 100°19'59.30"E,

1°19'16.55"N 100°24'18.01"E, 1°14'35.45"N 100°20'33.93"E.

Analisis tumpang susun kebun sawit PT Torganda kebun Rantau Kasai dan usulan Holding Zone

dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan

bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 dan perkebunan PT Torganda Rantau Kasai

berada pada HPK seluas 9.979 ha dan HPT 916 ha.

Page 10: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

10

Hasil investigasi dan pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa Holding Zone yang dialokasikan

sebagai perkebunan rakyat ternyata diindikasikan untuk kepentingan bagi perusahaan PT Torganda

kebun Rantau Kasai yang telah mengembangkan kebun sawit dalam kawasan hutan.

Peta 3. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 20 tahun milik PT

Torganda Rantau Kasai seluas 12.190 ha dari 9.979 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat

di Desa Desa Rantau Kasai Kecamatan Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu.

3. PT PEDASA ENAM UTAMA

Data BPN yang diterima EoF tahun 2016 PT Pedasa Enam Utama memiliki HGU seluas 7.677 hektar. Berdasarkan analisa citra landsat 2015 diperkirakan total areal PT Pedasa Enam Utama seluas 11.183 hektar. Terdapat tanaman sawit di luar HGU seluas 3.506 ha yang kemudian melalui Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas 1.903 ha yang berada pada areal kebun PT Pedasa Enam Utama di wilayah administrasi Desa Bandur Picak, Gunung Malelo dan Gunung Bungsu Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar.

Berdasarkan investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone tersebut, ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berusia lebih kurang 18 tahun milik PT Pedasa Enam Utama (KOKAR) seluas 1.903 ha. Beberapa titik koordinat lokasi ke PT Pedasa Enam Utama yang berasa pada usulan Hodling Zone antara lain; 0°30'50.04"N 100°33'25.38"E, 0°30'14.54"N 100°33'25.02"E, 0°28'46.27"N 100°33'56.99"E, 0°28'55.67"N 100°34'31.98"E, 0°28'20.28"N 100°34'30.14"E, 0°28'23.27"N 100°35'34.66"E. Analisis tumpang susun usulan Holding Zone dan kebun sawit PT Pedasa Enam Utama yang berada pada usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor

Page 11: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

11

903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 dan perkebunan PT Pedasa Enam Utama (KOKAR) pada Holding Zone berada pada HPK. Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat diindikasikan bukan untuk rakyat namun proses legitimasi bagi PT Pedasa Enam Utama yang telah mengembangkan sawit dalam kawasan hutan.

Peta 4. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-6) menunjukkan terdapat kebun sawit yang berumur lebih kurang 18 tahun milik PT Pedasa Enam Utama (KOKAR) seluas 11.183 ha, diantaranya 1.903 ha termasuk yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat.

4. PT BINA FITRI JAYA

PT Bina Fitri Jaya memiliki HGU seluas 2.384 ha, jika berdasarkan analisis citra landsat 2015, keseluruhan luas kebun PT Bina Fitri Jaya mencapai 3.130 hektar. Berdasarkan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, kebun di luar HGU PT Bina Fitri Jaya termasuk sebagai usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas 575 ha. Kebun PT Bina Fitri Jaya berada di wilayah administratif Desa Koto Garo, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar.

Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone tersebut, ditemukan kebun sawit yang diperkirakan berusia lebih kurang 13-20 tahun milik PT Bina Fitri Jaya. Temuan PT Bina Fitri Jaya berada titik koordinat antara lain 0°46'38.18"N 101°18'25.14"E, 0°46'10.71"N 101°17'59.19"E, 0°45'58.81"N 101°18'2.65"E, 0°45'41.63"N 101°18'14.69E, 0°45'41.72"N 101°18'15.02"E dan 0°45'19.08"N 101°17'42.42"E. Analisis tumpang susun usulan Holding Zone dan kebun sawit PT Bina Fitri Jaya yang berada pada usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-

Page 12: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

12

2037 dan perkebunan PT Bina Fitri Jaya pada Holding Zone berada pada Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT). Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone diindikasikan bukan untuk perkebunan rakyat tetapi untuk proses legitimasi perusahaan PT Bina Fitri Jaya yang telah telanjur mengembangkan sawit dalam kawasan hutan.

Peta 5. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-5) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 13-20 tahun milik PT Bina Fitri Jaya yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat.

5. PT TASMA PUJA

Berdasarkan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau

mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat diantaranya 2.353 ha berada di wilayah

administratif Desa Anak Talang, Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu. Hasil

investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Hoding Zone tersebut,

ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 8 tahun milik PT. Tasma Puja

seluas 1.757 ha. Hal ini menunjukkan dari 2.353 hektar usulan Holding Zone sekitar 1.757 hektar

dikuasai atau telah merupakan kebun sawit PT Tasma Puja. Beberapa titik koordinat lokasi Holding

Zone yang merupakan kebun sawit PT Tasma Puja; 0°48'44.57"S 102°8'24.14"E, 0°48'34.57"S

102°8'35.35"E, 0°48'55.09"S 102°9'11.56"E, 0°49'6.08"S 102°10'31.59"E dan 0°48'52.02"S

102°11'57.19"E.

Jika ditumpangsusun (overlay) usulan Holding Zone yang telah dikuasai atau ditanami sawit oleh PT

Tasma Puja dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016

menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017 – 2037 dan perkebunan PT. Tasma Puja

merupakan HPK seluas 1.642 ha dan HPT lebih kurang 91 ha.

Page 13: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

13

Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone

peruntukan perkebunan rakyat diindikasikan bukan untuk perkebunan rakyat Desa Anak Talang,

Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu , akan tetapi untuk proses legitimasi PT Tasma

Puja yang telah telanjur menanam kelapa sawit pada kawasan hutan.

Peta 6. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-5) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 8 tahun milik PT.

Tasma Puja seluas 1.757 ha dari 2.353 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Anak

Talang Kecamatan Batang Cenaku Kabupaten Indragiri Hulu.

6. MEROKE

Pada Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan

Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas 2.940 ha berada di wilayah administratif Desa

Serosah, Kecamatan Hulu Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi. Investigasi Jikalahari dan Eyes on

the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone tersebut, pada usulan Holding Zone ditemukan

kebun kelapa sawit milik PT Meroke seluas 481 ha yang diperkirakan berumur kurang 1 tahun.

Beberapa titik koordinat usulan Holding Zone yang telah ditanami kelapa sawit oleh PT Meroke;

0°33'29.10"S 101°16'48.97"E, 0°33'33.55"S 101°17'12.77"E, 0°34'49.92"S 101°17'19.26"E dan

0°34'42.04"S 101°18'7.13"E.

Analisis tumpang susun usulan Holding Zone yang telah ditanami oleh PT Meroke dengan Kawasan

Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan

Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 yang telah ditanami kebun sawit oleh PT Maroke merupakan

kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT).

Page 14: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

14

Investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone peruntukan

perkebunan rakyat ternyata diindikasikan untuk pemodal atau perusahaan yang salah satunya PT

Meroke yang telah menanami kebun sawit seluas 481 ha pada kawasan hutan dan bukan untuk

perkebunan rakyat sebagaimana didalam Ranperda RTRWP Riau 2017-2037.

Peta 7. Temuan EoF (foto 1-4) menunjukkan kebun sawit yang berumur kurang 1 tahun milik PT Maroke seluas 481 ha dari

2.940 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone Peruntukan perkebunan rakyat di Desa Serosah Kecamatan Hulu Kuantan

Kabupaten Kuantan Singingi. Berdasarkan hasil analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor

903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, areal Holding Zone merupakan Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT).

7. ANG

Di wilayah administratif Desa Giri Sako, Kecamatan Logas Tanah Darat, Kabupaten Kuantan Singingi

merupakan salah satu lokasi usulan Holding Zone berdasarkan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037

seluas 2.564 ha. Pada Oktober 2017, Eyes on the Forest melakukan investigasi pada usulan Holding

Zone tersebut dan menemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berusia lebih kurang 15 tahun

milik pemodal atau cukong berinisial ANG seluas 1.856 ha. Beberapa lokasi kebun sawit milik ANG

pada usulan Holding Zone yang teridentifikasi; 0°7'34.34"S 101°30'0.26"E, 0°7'15.36"S

101°30'51.79"E, 0°7'42.35"S 101°31'14.15"E, 0°7'44.60"S 101°32'0.71"E, 0°8'27.59"S

101°30'47.63"E, 0°9'6.74"S 101°30'11.94"E, 0°9'47.42"S 101°30'31.29"E dan 0°10'31.52"S

101°30'10.48"E.

Tumpang susun usulan Holding Zone dan kebun sawit milik ANG di usulan Holding Zone dengan

Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa

Page 15: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

15

usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 dan kebun sawit milik ANG berada pada kawasan Hutan

Produksi Terbatas (HPT).

Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF pada usulan Holding Zone peruntukan perkebunan

rakyat di wilayah administratif Desa Giri Sako, Kecamatan Logas Tanah Darat, Kabupaten Kuantan

Singingi, menunjukkan bahwa ternyata Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat bukan untuk

rakyat, akan tetapi peruntukan proses legitimasi kebun sawit pemodal ANG yang telanjur ditanam

dalam kawasan hutan.

Peta 8. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-8) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 15 tahun milik ANG

seluas 1.856 ha dari 2.564 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Giri Sako

Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi. Berdasarkan hasil analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau

sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, areal Holding Zone dan kebun sawit milik ANG berada dalam

kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT).

8. PT YONDRA

Usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat pada Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 salah

satunya areal seluas 428 ha yang terletak di wilayah administrasi Desa Ulo Mudik, Kecamatan Hulu

Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi. Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017

pada usulan Hoding Zone tersebut, ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur antara

3-10 tahun milik PT Yondra seluas 428 ha. Beberapa titik koordinat lokasi kebun sawit pada usulan

Holding Zone yang teridentifikasi adalah; 0°36'0.10"S 101°19'12.81"E, 0°35'29.48"S 101°19'54.60"E,

0°35'59.60"S, 101°20'1.85"E 0°36'16.62"S, 101°20'3.33"E dan 0°36'17.87"S, 101°20'14.03"E.

Jika ditumpangsusun (overlay) usulan Holding Zone dan kebun sawit milik PT Yondra pada usulan

Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016

Page 16: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

16

menunjukkan bahwa kebun sawit temuan investigasi pada usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-

2037 berada kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT). Kuat dugaan dari hasil investigasi dan analisis

pemetaan oleh EoF bahwa usulan Holding Zone pada Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 hanya

proses legitimasi kebun sawit yang telanjur ditanam pada kawasan hutan oleh PT Yondra. Hasil

investigasi Jikalahari dan EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone peruntukan perkebunan

rakyat di wilayah administrasi Desa Ulo Mudik, Kecamatan Hulu Kuantan, Kabupaten Kuantan

Singingi bukan untuk rakyat, namun bagi perusahaan PT Yondra.

Peta 9. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-5) menunjukkan kebun sawit yang berumur antara 3-10 tahun milik PT Yondra

seluas 428 ha dari 428 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Ulo Mudik

Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. Berdasarkan hasil analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau

sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, areal Holding Zone merupakan kawasan Hutan Produksi Terbatas

(HPT).

9. KUD SAHABAT LESTARI

Di wilayah administrasi Desa Koto Garo, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar merupakan

salah satu usulan Holding Zone berdasarkan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 seluas 1.579 ha.

Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat.

Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone tersebut,

ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 15 tahun milik KUD Sahabat

Lestari seluas 1.579 ha. Beberapa titik koordinat lokasi kebun sawit yang teridentifikasi pada usulan

Holding Zone; 0°43'22.00"N 101°12'39.89"E, 0°42'34.26"N 101°13'11.42"E, 0°41'40.44"N

101°13'11.20"E, 0°41'18.77"N 101°13'11.29"E, 0°43'4.47"N 101°14'15.55"E, 0°42'15.84"N

101°14'16.17"E, 0°41'44.84"N 101°14'16.61"E, 0°41'16.87"N 101°14'28.75"E.

Page 17: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

17

Hasil overlay atau tumpang susun kebun sawit milik KUD Sahabat Lestari di usulan Holding Zone

dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan

bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 dan perkebunan KUD Sahabat Lestari berada

pada Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas 677 ha dan Kawasan Hutan Produksi dapat

dikonversi (HPK) seluas 902 ha.

Kuat dugaan dari hasil investigasi dan hasil pemetaan oleh EoF, usulan Holding Zone merupakan

proses legitimasi kebun sawit KUD Sahabat Lestari yang telanjur menanam di kawasan hutan.

Peta 10. Temuan Jikalahari dan EoF (foto 1-8) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 15 tahun milik KUD

Sahabat Lestari seluas 1.579 ha dari 1.579 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa

Koto Garo, Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar.

10. KOPERASI SENTRAL TANI MAKMUR MANDIRI

Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri adalah koperasi yang bekerjasama perusahaan kelapa sawit

PT Agro Mandiri dalam program pola KKPA. Berdasarkan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037,

Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat

seluas 485 hektar di areal KKPA PT Agro Mandiri dan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri atau

sekitar 686 ha di wilayah administrasi Desa Kepau Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

Investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada usulan Holding Zone tersebut,

ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berusia lebih kurang 8 tahun milik PT Agro Abadi

yang bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri. Berdasarkan analisis citra landsat

Page 18: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

18

2015 luas areal PT Agro Abadi yang bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri

adalah 686 ha. Dimana 485 ha berada pada usulan Holding Zone. Beberapa titik koordinat lokasi

kebun yang teridentifikasi berasa pada usulan Holding Zone; 0°15'49.69"N 101°28'29.34"E,

0°16'24.19"N 101°28'22.89"E dan 0°16'8.11"N 101°29'2.19"E.

Analisis tumpang susun usulan Holding Zone dan kebun sawit PT Agro Abadi yang bekerjasama

dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor

903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-

2037 dan PT Agro Abadi yang bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri berada

pada kawasan hutan Produksi Tetap (HP).

Dari hasil investigasi analisis pemetaan oleh EoF mengindikasikan bahwa Holding Zone di dalam

Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 peruntukan perkebunan rakyat di wilayah administrasi Desa

Kepau Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar untuk proses legitimasi PT Agro Abadi yang

bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri.

Peta 11. Temuan EoF (foto 1-3) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 8 tahun milik PT Agro Abadi yang

bekerjasama dengan Koperasi Sentral Tani Makmur Mandiri seluas 686 ha dari 485 yang diusulkan sebagai Holding Zone

Peruntukan Perkebunan Rakyat di Desa Kepau Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Berdasarkan hasil analisis

tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, areal Holding Zone merupakan

kawasan hutan Produksi Tetap (HP).

11. TM

Di wilayah administrasi Desa/Kelurahan Basillam Baru, Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai

terdapat usulan Holding Zone seluas 3.546 ha berdasarkan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037. Hasil

investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest Oktober 2017 pada kawasan yang diusulkan sebagai

Holding Zone tersebut ditemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 20

tahun, milik pengusaha atau cukong berinisial TM seluas 1.461 ha. Beberapa titik koordinat lokasi

kebun sawit tersebut adalah 1°48'47.65"N 101°13'48.52"E, 1°48'48.22"N 101°14'0.20"E,

Page 19: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

19

1°48'14.26"N 101°13'58.51"E, 1°48'48.84"N 101°14'29.56"E, 1°48'45.27"N 101°15'13.24"E dan

1°48'19.43"N 101°15'23.99"E.

Jika ditumpang susun (overlay) kebun sawit milik TM di usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan

Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone

pada RTRWP Riau 2017-2037 dan kebun kelapa sawit milik TM berada di kawasan Hutan Produksi

Tetap (HP). Kebun sawit milik TM sekitar 841 ha berada pada usulan Holding Zone dan 620 ha berada

di luar Holding Zone.

Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone bukanlah

peruntukan perkebunan rakyat namun indikasi kuat untuk kepentingan pemodal atau cukong yang

telah telanjur mengembangkan kebun sawit dalam kawasan hutan.

Peta 12. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 20 tahun milik TM seluas 1.461 ha,

dimana 841 hektar bagian dari usulan Holding Zone seluas 3.546 ha peruntukan perkebunan rakyat di Desa /Kelurahan

Basillam Baru, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai. .

12. HB

Investigasi Jikalahari dan EoF Oktober 2017, teridentifikasi indikasi pemodal atau cukong berinisial

HB yang memiliki atau mengembangkan kebun sawit seluas 882 hektar dan umur kelapa sawit

diperkirakan sekitar 6-15 tahun. Kebun milik HB berada di wilayah administrasi Desa Mumugo,

Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir. Hasil tumpang susun areal kebun milik HB dengan

usulan Holding Zone berdasarkan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, kebun milik HB termasuk bagian

Holding Zone yang diusulkan Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau sebagai Holding Zone

Page 20: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

20

peruntukan perkebunan rakyat seluas 990 ha, yang berada di wilayah administrasi Desa Mumugo,

Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir. Beberapa titik koordinat lokasi kebun milik HB yang

berada pada usulan Holding Zone adalah 1°33'21.09"N 101°8'0.89"E, 1°32'30.31"N 101°8'17.52"E,

1°33'1.23"N 101°9'2.09"E, 1°32'47.37"N 101°9'14.55"E, 1°32'18.17"N 101°9'2.99"E, 1°32'37.54"N

101°9'46.55"E dan 1°32'45.09"N 101°9'54.18"E.

Jika Kawasan Hutan Riau sesuai dengan SK No 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 tumpang susun

dengan usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 dan kebun kelapa sawit milik HB menunjukkan

bahwa kebun sawit milik HB dan Holding Zone berada pada kawasan Hutan Produksi dapat

dikonversi.

Analisi pemetaan dan investigasi Jikalahari dan EoF ini menunjukkan bahwa usulan Holding Zone

peruntukan perkebunan rakyat sebagaimana Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 bukanlah untuk

rakyat, namun mengakomodir kepemilikan kebun sawit oleh pemilik modal atau cukong yang

telanjur mengembangkan kelapa sawit dalam kawasan hutan.

Peta 13. Temuan EoF (foto 1-7) menunjukkan bahwa kebun sawit milik HB berumur lebih kurang 6-15 tahun seluas 882 ha

dari 990 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Mumugo Kecamatan Tanah Putih

Kabupaten Rokan Hilir.

13. HA

Sebagaimana Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas 1.537 ha di wilayah administrasi Desa Tanjung Jati Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai. Pada Oktober 2017, tim Jikalahari dan EoF melakukan investigasi dan menemukan pada areal usulan Holding Zone tersebut ada kebun

Page 21: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

21

kelapa sawit yang diperkirakan berumur lebih kurang 5 tahun milik HA seluas 1.537 ha. Beberapa titik koordinat lokasi kebun milik HA yang teridentifikasi pada usulan Holding Zone adalah 1°35'55.97"N 101°33'30.06"E, 1°35'35.07"N 101°33'30.06"E, 1°34'48.16"N 101°33'30.74"E, 1°34'26.99"N 101°33'31.03"E, 1°34'15.26"N 101°33'27.65"E dan 1°34'14.75"N 101°32'55.99"E. Hasil tumpang susun kebun milik HA pada usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 dan kebun kelapa sawit milik HA berada di kawasan HP seluas 1.142 hektar dan HPK seluas 395 hektar. Hal ini mengindikasikan bahwa usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat bukanlah untuk rakyat namun untuk pemodal atau cukong HA yang telah telanjur mengembangkan kebun sawit di dalam kawasan hutan.

Peta 14. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 5 tahun milik HA seluas 1.537 hektar, dimana lokasi kebun sawit milik HA ini termasuk sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Tanjung Jati Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai.

14. HS

Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan kawasan hutan sebagai Holding Zone

peruntukan perkebunan rakyat pada Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 seluas 562 ha di wilayah

administrasi Desa Rantau Bais Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir. Investigasi Jikalahari

dan EoF pada Oktober 2017 di areal tersebut menemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan

berumur lebih kurang 10 tahun milik HA seluas 254 ha. Beberapa titik koordinat lokasi kebun HA

pada usulan Holding Zone adalah; 1°37'9.53"N 101°10'14.34"E, 1°37'21.90"N 101°10'16.00"E,

1°37'22.17"N 101°10'26.03"E, 1°37'21.89"N 101°10'33.07"E, 1°37'21.90"N 101°10'38.38"E dan

1°35'22.01"N 101°10'49.23"E.

Page 22: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

22

Tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 dengan

kebun milik HS pada usulan Holding Zone menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau

2017-2037 dan kebun kelapa sawit milik HS berada pada kawasan Hutan Produksi Tetap (HP). Dari

562 hektar yang diusulkan Holding Zone, seluas 254 hektar merupakan kebun sawit milik pemodal

atau cukong HS. Dari hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF menunjukkan bahwa usulan

Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat bukanlah untuk rakyat namun untuk kepentingan

pemodal atau cukong yang mengembangkan sawit luas skala besar yang telanjur pada kawasan

hutan.

Peta 15. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 10 tahun milik HS seluas 254 ha dari

562 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Rantau Bais Kecamatan Tanah Putih

Kabupaten Rokan Hilir. Berdasarkan hasil analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor

903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016, areal Holding Zone dan kebun milik HS merupakan kawasan.

15. AB

Dalam Ranperda RTRWP Riau 2017-2037, Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau mengusulkan

Holding Zone peruntukan kawasan perkebunan rakyat seluas 206 ha di wilayah administrasi Desa

Sintong Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir. Pada Oktober 2017, tim Jikalahari dan EoF

melakukan investigasi lapangan pada lokasi yang diusulkan sebagai Holding Zone di Desa Sintong.

Hasil investigasi menemukan pada usulan Holding Zone ada kebun kelapa sawit yang diperkirakan

berumur lebih kurang 25 tahun milik AB seluas 206 ha. Beberapa titik koordinat lokasi kebun milik

AB antara lain; 1°31'30.42"N 100°57'36.36"E, 1°31'37.47"N 100°57'48.97"E, 1°31'47.35"N

100°58'1.67"E, 1°31'40.54"N 100°58'8.22"E, 1°31'38.30"N 100°58'16.46"E dan 1°31'45.65"N

100°58'25.75"E.

Page 23: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

23

Jika ditumpangsusun (overlay) areal kebun milik AB di dalam usulan Holding Zone dengan Kawasan

Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa kebun sawit

milik AB dan usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 berada pada kawasan Hutan Produksi

dapat dikonversi (HPK). Hasil investigasi dan analisis pemetaan oleh EoF jelas menunjukkan indikasi

bahwa Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat hanya demi kepentingan pemodal atau cukong

AB yang telanjur mengembangkan sawit dalam kawasan hutan dan bukan untuk rakyat.

Peta 16. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 25 tahun milik AB seluas 206 ha dari

206 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Sintong Kecamatan Tanah Putih

Kabupaten Rokan Hilir.

16. DP

Pada Oktober 2017, Jikalahari dan EoF melakukan investigasi pada lokasi atau areal yang diusulkan

sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat sebagaimana dalam Ranperda RTRWP Riau

2017-2037. Jikalahari dan EoF menginvestigasi pada salah satu usulan Holding Zone di wilayah

administrasi Desa Sintong, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir dengan luas 194 ha. Tim

Jikalahari dan EoF menemukan pada usulan Holding Zone ini terdapat kebun kelapa sawit yang

diperkirakan berumur sekitar 25 tahun milik DP dan berdasarkan analisis citra landsat 2015 kebun

sawit milik DP mencapai 322 ha. Artinya kebun sawit milik DP ada sebagian di dalam usulan Holding

Zone dan sebagian lainnya ada di luar usulan Holding Zone. Beberapa titik koordinat lokasi kebun DP

antara lain; 1°32'50.64"N 100°58'14.13"E, 1°32'48.46"N 100°58'15.91"E, 1°32'41.09"N

100°58'17.30"E, 1°32'36.44"N 100°58'18.23"E, 1°32'33.30"N 100°58'23.85"E dan 1°32'34.63"N

100°58'26.02"E.

Page 24: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

24

Analisis tumpang susun Kawasan Hutan Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016

menunjukkan bahwa usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 dan kebun kelapa sawit milik DP

merupakan kawasan hutan. Berdasarkan analisis Citra Landsat 2015 dan pemantauan lapangan, luas

kebun milik DP seluas 322 hektar dan 194 hektar berada pada usulan Holding Zone.

Hasil investigasi dan analisis pemetaan Jikalahari dan EoF menunjukkan bahwa usulan Holding Zone

peruntukan rakyat ternyata di lapangan ditemukan peruntukan untuk lahan kebun sawit cukong DP

yang telanjur mengembangkan sawit di dalam kawasan hutan.

Peta 17. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 25 tahun milik DP seluas 322 ha dari

194 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Sintong Kecamatan Tanah Putih

Kabupaten Rokan Hilir.

17. AR

Investigasi Jikalahari dan EoF pada Oktober 2017 di wilayah administrasi Desa Tanah Putih,

Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir adalah untuk mendapat data dan informasi terkait

usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat seluas 400 hektar. Usulan Holding Zone ini

sesuai dengan Ranperda RTRWP Riau 2017-2037 seluas 321.717 ha, dimana 400 ha di antaranya

berada di wilayah administratif Desa Tanah Putih, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir.

Hasil investigasi Jikalahari dan Eyes on the Forest menemukan kebun kelapa sawit yang diperkirakan

berumur lebih kurang 3,5 tahun dan ada yang berumur sekitar 20 tahun. Luasnya diperkirakan

sekitar 50 ha dan teridentifikasi pemilik berinisial AR. Beberapa titik koordinat lokasi kebun milik AR,

yakni 1°40'44.14"N 101°1'2.46"E, 1°40'45.79"N 101°1'4.64"E, 1°40'48.70"N 101°1'8.24"E,

1°40'49.80"N 101°1'9.88"E, 1°40'52.03"N 101°1'13.05"E dan 1°40'59.70"N 101°1'23.09"E.

Page 25: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

25

Jika ditumpangsusun (overlay) kebun sawit milik AR dan usulan Holding Zone dengan Kawasan Hutan

Riau sesuai SK Nomor 903/Menlhk/Setjen/PLA.2/12/2016 menunjukkan bahwa kebun sawit milik AR

dan usulan Holding Zone RTRWP Riau 2017-2037 berada pada kawasan Hutan Produksi yang dapat

dikonversi (HPK). Hasil investigasi dan analisis pemetaan mengindikasikan usulan Holding Zone

memberikan peluang melegalkan sawit oleh pemodal atau cukong AR pada kawasan hutan dan

bukan untuk perkebunan rakyat.

Peta 18. Temuan EoF (foto 1-6) menunjukkan kebun sawit yang berumur lebih kurang 3,5 tahun milik AR seluas 50 ha dari

194 ha yang diusulkan sebagai Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat di Desa Tanah Putih Kecamatan Tanah Putih

Kabupaten Rokan Hilir.

Page 26: ‘Legalisasi’ perusahaan sawit melalui Holding Zone · berdasarkan rekomendasi Ombudsman RI No 0002/REK/0361.2015/PBP-41/II/2016 yang sejalan dengan Intruksi Presiden Indonesia

26

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Eyes on the Forest

• Dari 40.109 ha Holding Zone yang diinvestigasi oleh Jikalahari dan EoF menemukan bahwa

Holding Zone yang seharusnya diperuntukan bagi perkebunan rakyat, ternyata bisa dimiliki

oleh 4 perusahaan, 10 pemodal dan 3 kerjasama perusahaan kebun kelapa sawit dengan

KUD dalam bentuk Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA).

• Diindikasikan bahwa usulan Holding Zone hanya untuk “MELEGALKAN” kebun sawit milik

perusahaan ataupun cukong yang telanjur ditanam dalam kawasan hutan dengan

mengatasnamakan perkebunan rakyat.

• Mekanisme Holding Zone menjadi modus operandi untuk melegalkan sawit dalam kawasan

hutan dengan indikasi adanya permainan sejumlah pihak untuk menguntungkan pemilik

kebun sawit.

Rekomendasi Eyes on the Forest

• Meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan penyelidikan,

penyidikan dan penindakan terhadap perusahaan sawit ataupun cukong yang telah

mengembangkan kebun sawit pada kawasan hutan terutama pada usulan Holding Zone

Ranperda RTRWP Riau 2017-2039.

• Meminta Menteri Dalam Negeri untuk mengkaji ulang dan menolak Ranperda RTRWP Riau

2017 – 2037 dan memerintahkan Gubernur Riau membahas ulang proses penyusunan,

pembahasan, pengesahan dan penetapan RTRWP Riau dengan melibatkan publik.

• Meminta Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan tidak menyetujui Holding Zone seluas

405.874 ha karena secara substansial bertentangan dengan PP 104/2015 Tentang Tata Cara

Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan.

• Meminta Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengusut aliran dana (follow

the money) dan dugaan pencucian uang oleh perusahaan, pemodal atau cukong sawit dan

aparat Pemerintah Provinsi Riau dan DPRD Riau yang disebutkan dalam laporan EoF ini.

• Meminta Komisi Pemberantasan Korupsi untuk melakukan penyelidikan terhadap Aparatur

Negara dan Korporasi atas dugaan terjadinya tindak pidana korupsi dalam proses RTRWP

Riau 2017-2037 terutama terkait usulan Holding Zone peruntukan perkebunan rakyat.

SELESAI

[email protected]