laporan praktikum pbp telur.docx
DESCRIPTION
LAPORAN PRAKTIKUM PBP TELURTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMPENGETAHUAN BAHAN PANGAN
TELUR
Oleh :Nama : Annisa Nidya NathaniaNRP : 123020160Kelompok : GNo.Meja : 5 (Lima)Asisten : Sefty MuliawatyTanggal Percobaan : 19 November 2014
LABORATORIUM PENGETAHUAN BAHAN PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG2014
I. PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan
Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan.
1.1 Latar Belakang Percobaan
Dalam mempertahankan kelanggengan hidupnya, hewan tertentu berkembang
biak dengan menghasilkan telur, seperti ikan, unggas, binatang melata dan
sebagainya. Sebagai bahan pangan telur mempunyai nilai yang penting karena
merupakan sumber protein dan lemak.Untuk menangani dan memanfaatkan telur
seoptimal mungkin perlu diketahui sifatnya baik sifat fisik maupun kimia serta
perubahan-perubahan selama penyimpanan (Ilyas, 1983).
Sifat fisik, sifat kimia dan perubahan yang terjadi selama penyimpanan telur,
merupakan faktor yang mempengaruhi mutu dan kualitas telur. Mutu telur dapat
dinilai dengan cara candling atau peneropong yaitu dengan telur dalam jalur sorotan
sinar yang kuat sehingga memungkinkan pemeriksaan bagaian dalam dan telur
(Ilyas, 1983).
Banyak sekali jenis hewan yang dapat menghasilkan telur, tetapi dari sekian
banyak, hanya beberapa telur yang biasa diperdagangkan dan dikonsumsi oleh
manusia diantaranya adalah telur bebek, telur ayam dan telur ikan. Tetapi yang paling
popular dalam klehidupan sehari-hari adalah telur ayam, oleh karena itu telur sering
kali diansumsikan sebagai telur ayam (Ilyas, 1983).
Telur biasanya mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali
vitamin C. Vitamin larut lemak (A,D, E, dan K), vitamin yang larut air (thiamin,
riboflavin, asam pantotenat, niacin, asam folat, dan vitamin B12) dan faktor yang lain
juga ditemukan dalam telur (Ilyas, 1983).
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan pengamatan mutu telur adalah untuk mengetahui
kualitas dari telur secara objektif atau subjektif.
Tujuan dari percobaan ketebalan kulit telur adalah untuk mengetahui
ketebalan kulit telur.
Tujuan dari percobaan spesifikasi gravity telur adalah untuk mengetahui
kualitas kulit telur.
Tujuan dari percobaan porositas kulit telur adalah untuk mengetahui porositas
kulit telur, sehingga dapat diketahui apakah kulit telur tersebut sudah lama disimpan
atau tidak.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan pengamatan mutu telur adalah berdasarkan kondisi
kulit telur (keretakan, kebersihan, bentuk dan tekstur) kantung udara (ke dalam,
volume dan posisi) serta isi telur.
Prinsip dari percobaan ketebalan kulit telur adalah berdasarkan pada
pengukuran ketebalan kulit telur dengan menggunakan micrometer, dimana kulit telur
yang memiliki ketebalan ≤ 0,33 mm dianggap terlalu tipis.
Prinsip dari percobaan spesifikasi gravity telur adalah berdasarkan perbedaan
gravitasi antara berat jenis telur dengan berat jenis larutan garam serta perbedaan
kantung udara dan kuning telurnya.
Prinsip dari percobaan porositas kulit telur adalah berdasarkan adanya pori-
pori pada kulit telur, sehingga ketika ditambahkan metilen blue, larutan tersebut akan
masuk ke dalam kulit telur. Semakin banyak jumlah bintik warnanya, maka semakin
poros kulit-kulit tersebut.
II. METODOLOGI PERCOBAAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Bahan-bahan yang digunakan, (2)
Alat yang digunakan, dan (3) Metode Percobaan.
2.1 Bahan-bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan pada percobaan pengamatan telur adalah telur ras,
larutan garam, air ledeng dan methylene blue.
2.2 Alat yang digunakan
Alat yang digunakan pada percobaan pengamatan telur adalah lampu untuk uji
candling, pisau, timbangan digital, jangka sorong, penggaris, dan gelas kimia.
2.3 Metode Percobaan
1. Pengamatan Telur Utuh (Candling)
Gambar 1. Pengamatan Telur Utuh (Candling)
Telur
Cangkang
Keadaan kulit Kantong udara Kuning dan putih telur
Volume Posisi
Prosedur percobaan pengamatan telur utuh adalah telur ras dicandling dengan
seksama lalu diamati keadaan kulit (kebersihan dan keretakan), posisi serta volume
kantung udara dan amati kuning dan putih telurnya.
2. Pengamatan Isi Telur
Gambar 2. Pengamatan Isi Telur
Prosedur percobaan pengamatan isi telur adalah ditimbang telur utuh lalu
dipecahkan untuk dikeluarkan isinya dan diamati di atas kaca. Amati secara subjektif
yaitu kondisi kuning dan putih telur (kebersihan, kejernihan, warna dan ketegaran)
dan secara objektif dengan cara diukur diameter, panjang, lebar serta tinggi dari
kuning dan putih telur dengan menggunakan jangka sorong, lalu hitung indeks kuning
dan putih telur, nilai Z dan Unit Haugh
Telur
Penimbangan
Pemecahan
Pemeriksaan
Objektif Subjektif
Indeks kuning telurIndeks putih telurNilai zUnit haugt
Kondisi kuning dan putih telurKebersihanKejernihanWarna Kesegaran
3. Pengamatan Ketebalan Kulit Telur
Gambar 3. Pengamatan Ketebalan Kulit Telur
Prosedur percobaan pengamatan ketebalan kulit telur adalah dilakukan dengan
cara mengukur kulit telur ras menggunakan jangka sorong mulai dari dalam
permukaan hingga luar permukaan dan catat hasilnya.
4. Spesifikasi Gravity Telur
Gambar 4. Spesifikasi Gravity Telur
Telur
Kulit Telur
Pengukuran
Pencelupan dengan larutan garam dengan nilai spesifik garvity
1,060 0,065 1,070 1,075 1,080 1,085 1,090 1,095 1,100
*amati telur jika mengapung pada nilai spesifik gravity kurang dari 1,075 = kualitas telur kurang baik
*amati telur jika mengapung pada nilai spesifik gravity lebih dari 1,075 = kualitas telur baik
Prosedur percobaan pengamatan spesifikasi gravity telur adalah dengan cara
mencelupkan telur ayam ras utuh ke dalam larutan garam (NaCI) yang berbeda-beda
konsentrasi. Diamati telur mengapung pada konsentrasi larutan berapa.
5. Porositas Kulit Telur
Telur Ayam Ras
Pecahkan Kulitnya
Hitung Bintik Biru
Gambar 5. Prosedur Pengamatan Porositas Telur
Prosedur percobaan pengamatan porositas kulit telur adalah dimasukan air
ledeng secukupnya ke dalam gelas kimia lalu tetesi Methylen Blue sebanyak 10-12
tetes untuk telur besar dan 5-6 tetes untuk telur kecil. Kemudian dicelupkan telur
bebek utuh ke dalam larutan Methylen Blue tadi lalu diamkan selama 60 menit.
Setelah 60 menit, telur dipecahkan dan diamati ada tidaknya bintik biru.
Metilen Blue
Telur besar 10-12 tetes
t = 60 menit
Telur kecil 5-6 tetes Air Ledeng
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan, dan (2) Pembahasan.
3.1 Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pengetahuan bahan pangan telur dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 1.Hasil Pengamatan Keadaan TelurKeterangan Hasil
Sampel Telur rasKeadaan kulit Utuh
Kebersihan BersihKeretakan Tidak terlihat
Kantung udara Tidak TerlihatVolume kantung udara -
Putih telur -Kuning telur -Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan keadaan
telur dapat disimpulkan bahwa keadaan sampel telur ras baik.
Sumber : Kelompok G, Meja 3, (2014)
Tabel 2. Hasil Pengamatan Pemeriksaan Isi Telur Secara SubjektifSampel Telur ras
KebersihanPutih telur Bersih
Kuning telur Bersih
KejernihanPutih telur Jernih
Kuning telur Jernih
WarnaPutih telur Bening
Kuning telur Kuning Muda
KetegaranPutih telur Tidak Tegar
Kuning telur Tegar Sumber : Kelompok G, Meja 3, (2014)
Tabel 3. Hasil Pengamatan Pemeriksaan Isi Telur Secara ObjektifSampel Telur ras
Berat telur 57,4 gram
Tinggi kuning telur 142 mm
Diameter kuning telur 482 mm
Indeks kunng telur 0,29
Nilai Z 0,82
Tinggi putih telur 22 mm
Diameter putih telur 178 mm
Indeks putih telur 0,12
Unit haugh 106,89
Sumber : Kelompok G, Meja 3, (2014)
Tabel 4. Hasil Pengamatan Ketebalan Kulit TelurSampel Telur ras
Ketebalan kulit 0,09 mmKesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan ketebalan
telur pada telur ras didapat ketebalan telur 0,19 mm.
Sumber : Kelompok G, Meja 3, (2014)
Tabel 5. Hasil Pengamatan Spesifik GravitySampel Telur ayam burasHasil Telur mengapung pada larutan garam
1,060Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan spesifik
gravity terhadap telur ayam ras, didapat hasil bahwa telur mengapung pada larutan garam 1,060 sehingga telur memiliki kualitas yang kurang baik.
Sumber : Kelompok G, Meja 3, (2014)
Tabel 6. Hasil Pengamatan Porositas Kulit TelurSampel Telur rasHasil Telur terdapat bintik biru
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan porositas pada kulit telur bebek, tidak terdapat bintik biru pada kulit telur bagian dalam, sehingga dapat dikatakan bahwa telur bebek tersebut berkualitas baik.
Sumber : Kelompok G, Meja 3, (2014)
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan parameter mutu telur dengan menggunakan
sampel telur buras, didapatkan hasil keadaan kulit mulus, bersih, tidak terlihat
keretakan, kantung udara terlihat, volume kantung udara terlihat, putih telur tidak
terlihat dan kuning telur terlihat, sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan sampel
telur buras baik
Peneropongan atau biasa disebut dengan candling merupakan cara yang biasa
dilakukan peternak atau konsumen untuk mengetahui kualitas isi telur. Pada
prinsipnya, peneropongan merupakan pemeriksaan telur dengan cahaya. Di
peternakan-peternakan biasanya digunakan alat teropong khusus, sedangkan secara
sederhana dapat digunakan baterai dan gulungan karton atau kertas tebal lainnya.Bagi
pembeli, peneropongan ini berguna untuk menghindari agar tidak tertipu membeli
telur yang telah dierami (Sudaryani, 1999).
Proses candling (peneropongan atau pencahayaan) juga perlu dilakukan dalam
melakukan pengamatan terhadap sifat fisik dalam telur. Peneropongan dilakukan
dengan menggunakan sinar terang (berasal dari lampu) yang dilewatkan pada lubang
kecil kira-kira sebesar penampang melintang sebutir telu. Pekerjaan ini biasanya
dilakukan di ruangan gelap agar bayangan telur nampak jelas (Sudaryani, 1999).
Faktor yang mempengaruhi kualitas mutu telur adalah sebagai berikut:
a. kualitas bagian dalam (kekentalan putih dan kuning telur, posisi kuning telur dan
ada tidaknya noda atau bintik darah pada putih atau kuning telur) dan
b. kualitas bagian luar (bentuk dan warna kulit, permukaan telur, keutuhan, dan
kebersihan kulit telur) (Margono, 2000).
Beberapa cara untuk memperpanjang daya simpan telur segar adalah sebagai
berikut :
a. Dilakukan pembersihan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran dari
permukaan kulit telur.
b. Dilakukan dengan cara pendinginan dengan tujuan agar telur dapat disimpan
dalam waktu yang lebih lama. Dalam penyimpanan ini harus diperhatikan faktor suhu
dan kelembabannya. Pada suhu yang rendah kegiatan mikroba dan peristiwa fisika
maupun kimia akan berjalan lebih lambat.
c. Pelapisan kulit telur dengan minyak dengan tujuan untuk menutupi pori-pori
kulit sehingga penguapan air dan karbon dioksida terhambat. Dengan demikian telur
menjadi tahan lama.
d. Pemanasan telur pada suhu 60oC selama 10 menit dapat digunakan
untukpengawetan telur (Muchtadi, 1992).
Beberapa faktor yang mempengaruhi pewarnaan kulit telur yaitu :
1. Kandungan kalsium dalam ransum
Kadar kalsium dalam ransum harus sesuai dengan kebutuhan ayam, jika kadar
kalsium rendah atau tidak cukup maka sekresi phorpyrin saat pengecatan kerabang
telur akan berkurang akibatnya warna kulit telur menjadi lebih putih.
2. Heat stress
Ketika suhu lingkungan menjadi panas, konsumsi ransum menurun dan
kecukupan energi menjadi faktor pembatas utama bagi ayam petelur.Ketidakcukupan
konsumsi ransum menyebabkan asupan asam amino, kalsium, fosfor, vitamin D dan
nutrien-nutrien lainnya berkurang sehingga menyebabkan produksi telur terhambat
dan mempengaruhi kualitas telur.
3. Pemakaian obat dengan dosis berlebihan
Pemakaian obat dari golongan sulfonamide dan koksidiostat yang
mengandung nicarbazin dengan dosis melebihi aturan pakai pada ayam masa
produksi, dapat berpengaruh terhadap pewarnaan kulit telur
Zat yang mempengaruhi warna kuning telur sebagian besar disebabkan oleh
zat warna pigmen yang disebut kriptoxantin sejenis xantofil yang larut dalam alkohol.
Pigmen ini tidak mempunyai nilai gizi sama sekali. Semakin tinggi kandungan
pigmen ini dalam ransum ayam, semakin kuning yolk-nya. Meskipun zat-zat
provitamin A dan betakaroten juga berwarna kuning, tetapi kontribusinya terhadap
warna kuning telur tidak banyak. Ransum ayam yang “modern” kini diberi tambahan
dalam jumlah besar vitamin sintesis khususnya vitamin A dan D yang tidak berwarna,
tetapi ditambah zat warna xantofil agar kuning telurna berwarna kuning indah
(Winarno, 1997).
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar telur diantaranya adalah jenis hewan,
umur hewan, perubahan musim petelur, sifat turun temurun induk, umur pembuahan,
berat tubuh induk dan zat makanan induk (Zaki, 2012).
Berdasarkan percobaan pengamatan isi telur secara subjektif dengan
menggunakan sampel telur buras, didapatkan hasil kebersihan putih dan kuning telur
bersih, jernih, berwarna bening, dan tegar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kualitas telur buras ini baik. Sedangkan hasil pengamatan isi telur secara objektif
dengan menggunakan sampel telur buras, didapatkan hasil indeks kuning telur 0,225.
Indeks putih telur 0,018. Nilai Z 0,06 dan Unit Haugh 32,80 sehingga telur ini
digolongkan pada kelompok C.
Berdasarkan percobaan pengamatan ketebalan kulit telur dengan
menggunakan sampel telur buras didapatkan hasil ketebalan kulit 0,04 mm.
Telur yang segar jika dipecahkan di piring akan tegar berdiri ini berkaitan
dengan penyimpanan telur. Jika telur sudah lama disimpan, maka ada kemungkinan
telur tersebut sudah terkontaminasi oleh mikroba yang menyebabkan telur menjadi
tidak segar, karena telur sudah tidak segar maka telur tersebut baik kuning maupun
putih telurnya tidak tegar lagi, tetapi telur yang masih segar dapat tegar berdiri
dikarenakan telur tersebut belum terkontaminasi oleh jenis mikroba yang
menyebabkan telur menjadi rusak dan tidak tegar (Yelly, 2011).
Haugh unit merupakan satuan yang digunakan untuk mengetahui kesegaran isi
telur, terutama bagian putih telur. Untuk mengukurnya, telur harus dipecah lalu
ketebalan putih telur diukur dengan alat micrometer. Telur yang segar biasanya
memiliki putih telur yang tebal. Biasanya haugh unit dapat ditentukan dengan
menggunakan tebal konversi. Semakin tinggi nilai haugh unit suatu telur
menunjukkan bahwa kualitas telur semakin baik (Risma, 2011).
Penentuan kualitas telur berdasarkan haugh unit menurut United State
Departement of Agriculture (USDA) adalah sebagai berikut :
1. Nilai haugh unit >72 digolongkan kualitas AA (sangat baik)
2. Nilai haugh unit antara 60-72 digolongkan kualitas A (baik)
3. Nilai haugh unit antara 31-60 digolongkan kualitas B (cukup baik)
4. Nilai haugh unit <31 digolongkan kualitas C (kurang baik)
Macam-macam kerusakan pada telur yang disebabkan oleh bakteri adalah
sebagai berikut :
1. Red rots
Ditandai dengan warna kemerahan pada kuningtelur dan dapat dideteksi
dengan peneropongan. Pada kerusakan tersebut biasanya albumen mengalami
pengenceran dan berwarna keabuan yang diselimuti warna kemerahan. Kerusakan ini
disebabkan oleh bakteri Pseudomonas.
2. Green rots atau sour rots
Kerusakan ini terlihat pada bagian albumen, kuning telur dan membrane
vitelin.Albumen mengalami pengenceran, berserabut dan biasanya tampak berwarna
hijau. Kuning telur diselimuti bintik-bintik berwarna pink atauputih serta mengeras
seperti telah dimasak. Sedangkan pada membran vitelin akan mengalami penebalan
dan berwarna putih atau kadang-kadang berwarna hitam. Disebabkan oleh bakteri
Pseudomonas yang mengkontaminasi pada saat ditelurkan dan dipercepat oleh
kotoran yang menempel.
3. Black rots
Tanda-tanda kerusakan ini adalah ruang udara besar, albumen berwarna coklat
kehijauan dan encer sertaa kuning telur berwarna hitam.Jika dibuka terjadi perubahan
bau yaitu bau busuk dan kuning telur liat seperti karet. Dalam kerusakan ini
ditemukan bermacam-macam mikroba antara lain Proteus Alkaligenes, Escherichia
coli dan sebagainya. Sumber kontaminan berasal dari debu yang menempel pada kulit
telur dan penggunaan air terkontaminasi oleh mikroba tersebut (Muchtadi, 1992).
Ciri-ciri kualitas telur yang baik itu memiliki berat yang normal dibandingkan
dengan jenisnya (untuk telur ayam kampung beratnya 40 - 45gr/butir), memiliki
bentuk yang normal dibanding dengan dengan jenisnya (untuk telur ayam kampung
ukuran normalnya 3:4), keadaan kulit telurnya bersih dari kotoran, rongga udaranya
terlihat jelas dibagian tumpul dan tidak berpindah-pindah (dapat dilihat dengan
teropong telur), umur telur tidak lebih dari 5 hari dan cara menyimpannya benar (lihat
pada bagian Persiapan Telur), ratio induk jantan dan betinanya 1:8 tidak lebih, umur
induk jantan dan betina tidak kurang dari 12 bulan, tidak terdapat kecacatan pada
telur seperti retak, permukaan telur yang kasar, cangkang yang lembek, penebalan
kulit di satu bagian, bagian kuning telur dobel, tidak berbau busuk atau sudah lama
disimpan, telur harus segera dipisahkan dari telur yang bagus (Tien,1992).
Berdasarkan percobaan spesifikasi gravity telur dengan menggunakan sampel
telur ayam buras, didapatkan hasil bahwa telur mengapung pada larutan garam 1,060
sehingga telur memiliki kualitas yang kurang baik.
Spesific Gravity (Berat Jenis) pertama kali dianjurkan oleh Olsson tahun 1934,
dilakukan dengan mencelupkan telur ke dalam berbagai konsentrasi larutan garam
dengan berat jenis antara 1,066 – 1,102 dengan peningkatan konsentrasi 0,004 sampai
telur mengambang (Abbas, 1989).
Telur dapat mengapung saat percobaan spesifik gravity karena dipengaruhi
oleh ketebalan telur. Telur dengan penyimpanan lama akan mengakibatkan kulit
kutikula membesar sehingga udara keluar dari dalam tersebut. Hal tersebut
mengakibatkan kantung udara membesar sehingga telur dapat mengapung pada
larutan garam dengan konsentrasi tertentu.Kualitas telur dikatakan baik jika dapat
mengapung pada larutan garam dengan konsentrasi lebih dari 1,075. Telur yang
disimpan mengalami penurunan berat jenis.Hal tersebut disebabkan penurunan
beratoleh penguapan air dan gas karbon dioksida sedangkan volume telur tetap.
Semakin lama penurunan berat semakin besar yang dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban ruang penyimpanan. Penurunan berat jenis dari telur normal 1,008-1,095
menjadi 0,825 setelah penyimpanan selama tiga bulan. Penurunan berat jenis ini
dapat dideteksi dengan merendam dalam air biasa, jika tenggelam menandakan
penurunan berat jenis sebelum sampai dibawah 1,000 (Muchtadi, 1992).
Pada spesifik gravity telur hasilnya ada yang mengapung dan tenggelam, ini
berhubungan erat dengan keadaan kulit telur tersebut dimana pada kulit telur yang
awalnya terlapisi oleh kutikul yang semakin lama semakin menipis sehingga pori-pori
kulit telur terbuka dan memudahkan proses penguapan dari telur atau masuknya
mikroorganisme atau cairan dari luar yang dapat membuat berat jenis dari telur akan
turun. Maka dari itu apabila berat jenis telur tersebut berkurang atau lebih kecil dari
berat jenis air garam, maka telur akan mengapung.
Kantung udara terbentuk setelah di telurkan oleh ayam betina karena adanya
perbedaan suhu dalam tubuh ayam (41oC) dengan suhu lingkungan 28oC yang lebih
rendah.Kantung udara semakin bertambah besar karena adanya penguapan atau
penyusustan berat telur.Kantung udara dipengaruhi suhu penyimpanan, kelembaban,
dan perubahan internal telur.Suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah dapat
menyebabkan kantung udara membesar akibat adanya penguapan air dalam telur
(IPB, 2012).
Sesaat setelah ditelurkan, besarnya ruang udara 1/8 inchi dan terus bertambah
besar sebanding dengan bertambahnya waktu yang menyebabkan kehilangan air dan
gas karbon dioksida. Besarnya ruang udara tersebut dipakai sebagai akibat mutu telur
(Muchtadi, 1992).
Berdasarkan percobaan porositas kulit telur dengan menggunakan sampel
telur bebek, didapatkan hasil pada telur bebek tersebut tidak terdapat bintik biru pada
kulit telur bagian dalam, sehingga dapat dikatakan bahwa tersebut berkualitas baik.
Pengujian porositas kuning telur dengan menggunakan metilen blue bertujuan
untuk mengetahui kondisi telur tersebut, baik atau tidak baik dan layak atau tidak
layaknya telur tersebut untuk dikonsumsi. Sebab dengan adanya bercak biru pada
bagian dalam cangkang telur menunjukkan bahwa telah terjadi penyerapan terhadap
air metilen blue tersebut ke dalam telur, yang diakibatkn karena adanya pori-pori
yang besar yang ada pada permukaan cangkang atau kulit luar dan selaput tipis pada
cangkang telur. Dengan membesarnya pori-pori pada cangkang telur, dapat
mengakibatkan terjadinya respirasi pada telur dan kemungkinan besar yang terjadi
adalah masuknya partikel-partikel berbahaya yang tidak diinginkan, termasuk di
dalamnya adalah mikroba yang mengakibatkan cepatnya pembusukan (Tia, 1980).
Mekanisme terbentuknya bintik biru adalah methylene blue yang dimasukan
pada gelas kimia yang dicampur dengan air ledeng berfungsi sebagai indikator yang
akan bereaksi dengan kulit telur dan menembus dinding telur apabila kulit telurnya
sangat poros. Methylene blue tersebut akan menempel pada dinding dalam kulit telur
setelah bereaksi dengan kulit telur bagian luar dan membentuk bintik bintik biru.
(Fatin, 2011).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan (2) Saran
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan parameter mutu telur dengan menggunakan
sampel telur buras, didapatkan hasil keadaan kulit mulus, bersih, tidak terlihat
keretakan, kantung udara terlihat, volume kantung udara terlihat, putih telur tidak
terlihat dan kuning telur terlihat, sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan sampel
telur buras baik. Berdasarkan percobaan pengamatan isi telur secara subjektif dengan
menggunakan sampel telur buras, didapatkan hasil kebersihan putih dan kuning telur
bersih, jernih, berwarna bening, dan tegar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kualitas telur buras ini baik. Sedangkan hasil pengamatan isi telur secara objektif
dengan menggunakan sampel telur buras, didapatkan hasil indeks kuning telur 0,225.
Indeks putih telur 0,018. Nilai Z 0,06 dan Unit Haugh 32,80 sehingga telur ini
digolongkan pada kelompok C. Berdasarkan percobaan pengamatan ketebalan kulit
telur dengan menggunakan sampel telur buras didapatkan hasil ketebalan kulit 0,04
mm. Berdasarkan percobaan spesifikasi gravity telur dengan menggunakan sampel
telur ayam buras, didapatkan hasil bahwa telur mengapung pada larutan garam 1,060
sehingga telur memiliki kualitas yang kurang baik. Berdasarkan percobaan porositas
kulit telur dengan menggunakan sampel telur bebek, didapatkan hasil pada telur
bebek tersebut tidak terdapat bintik biru pada kulit telur bagian dalam, sehingga dapat
dikatakan bahwa tersebut berkualitas baik.
4.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung praktikan memahami prosedur
dengan benar dan lebih teliti agar mendapatkan hasil pengamatan dan perhitungan
yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M. H. 1989. Pengolahan Produk Unggas. Jilid I. Universitas Andalas,
Padang.
Fatin, RM. 2011. Mekanisme Terbentuknya Bintik Biru. FatinRM.blogspot.com.
Diakses : 20 November 2014
Ilyas, M. 1983. Pengetahuan Bahan Makanan. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
IPB, 2012. Kantung Udara Pada Telur. www.institutpertanianbogor.com. Diakses :
20 November 2014
Margono, T. dan Detty, S. 2000. Telur Pindang. www.ristek.go.id. Diakses : 20
November 2014
Muchtadi, Tien R., Sugiono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Risma, N. 2011. kualitas-dan-kelas-telur. rismanismail2.wordpress.com. Diakses :
19 November 2014
Sudaryani, Titik. 1999. Kualitas Telur. PT Penebar Swadaya, Jakarta.
Tia, S.C. 1980. Dasar-Dasar Gizi Pangan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jakarta.
Tien, Mulyadi. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Universitas Indonesia,
Jakarta.
Winarno, F.G. 1997. Ilmu Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Yelly, Kusuma. 2011. Laporan Praktikum Telur. yellykusuma.blogspot.com.
Diakses : 20 November 2014
Zaki, M. 2002. Faktor yang Mempengaruhi Besar Telur.
zakimuhammad.blogspot.com. Diakses : 20 November 2014
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Pemeriksaan isi telur secara objektif
Berat telur = 58,1 gram
Tinggi kuning telur = 10,5 mm
Diameter kuning telur = 46,6 mm
Indeks kuning telur = 0,225
Nilai Z = 0,06
Tinggi putih telur (h) = 2,2 mm
Diameter putih telur = 119,2 mm
Indeks putih telur = 0,018
Unit Haugh = 32,80
Indeks kuning telur = Tinggi kuningtelur
Diameter kunin g telur
= 405 mm4,66 mm
= 0,225
Indeks putih telur = Tinggi putih telur
Diameter puti h telur
= 0,22 mm11,92mm
= 0,018
Nilai Z = 10 x tinggikuning telur
3 xberat utu h
= 10 x 1,053 x 58,1
= 0,06
Unit Haugh = 100 log (h + 7,57 - 1,7 x w0,37)
= 100 log (2,2 + 7,57 – 1,7 x 58,10,37)
= 32,80