latihan+proposal+uwas+a

Download Latihan+Proposal+Uwas+A

If you can't read please download the document

Upload: ahmad-yani

Post on 24-Jun-2015

288 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

GAMBARAN PENGETAHUAN DUKUN BERSALIN TENTANG KEMITRAAN DUKUN DENGAN BIDAN DI PUSKESMAS PAGERAGEUNG KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2009Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Dosen : Sumarni, SST

Disusun Oleh : Hj. UWAS WIARSIH

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA KENCANA PROGRAM STUDI DIPLOMA III EKSTENSI TASIKMALAYA 2009BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan ibu dan bayi di Indonesia adalah salah satu komitmen Departemen Kesehatan melalui penerapan Rencana Pengurangan Angka Kematian dan Kesakitan Ibu dan Bayi. Pemerintah membuat program yang penting dalam pembangunan prasarana yang mendasar dan sumber daya manusia untuk penghantaran Pelayanan Kesehatan Utama, indikator-indikatornya belum memperlihatkan hasil positif yang diharapkan. Meskipun adanya kemajuan di antara indikator-indikator sosial ekonomi, menurut SDKI (2003) Angka Kematian Ibu masih tinggi dengan perkiraan 307/100.000, Kematian Bayi 35/1000 kelahiran. (Azwar, 2003) Banyaknya upaya-upaya pemerintah dalam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dan yang sedang berjalan di dalam negeri nampaknya tidak berdampak pada kualitas perawatan obstetrik sampai kini dan pastinya tidak memperlihatkan kontribusi menuju penurunan AKI dan AKB (Anwar, 2001). Suatu pelatihan pra-pelayanan yang baik kualitasnya dapat diperoleh hanya dengan mengikuti langkah-langkah yang tepat yang dimulai dengan pengembangan koordinasi yang dekat di antara lintas sektor yang bertanggung jawab akan pendidikan staf Kesehatan Ibu dan Anak. Program ini akan terlaksana bila di dukung dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan ANC minimal 1 kali telah mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994, hanya 43,2% yang persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan. Persalinan oleh tenaga kesehatan menurut SDKI (1997) masih sangat rendah, di mana sebesar 54% persalinan masih ditolong oleh dukun bayi (UNICEF, 2000). Mengenai peranan dukun beranak dalam menurunkan AKI dan AKB Angka

adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif kepada masyarakat setempat; memberikan perawatan bagi ibu-ibu hamil, melahirkan serta ibu dan bayi pasca-melahirkan. Menurut data yang terdapat pada status bulanan laporan Puskesmas (2009) Kecamatan Pagerageung jumlah penolong persalinan terdiri dari 11 orang bidan desa, 2 orang bidan puskesmas 18 orang dukun terlatih dan 4 orang dukun tidak terlatih. Jumlah persalinan yang ditolong oleh non-nakes sebanyak 284 orang, dan oleh tenaga kesehatan sebanyak 1285 orang. Interaksi antara tenaga kesehatan dengan dukun beranak di wilayah kerja Puskesmas Pagerageung selama ini terhambat, karena didalam prakteknya dukun beranak yang telah mendapat pembinaan dan pelatihan masih melakukan praktek pertolongan persalinan tidak memenuhi standar kesehatan serta tidak memberikan laporan kepada pihak Tenaga Kesehatan. Hasil temuan dilapangan menunjukkan bahwa kemitraan bidan dengan dukun beranak sudah berjalan namun masih dalam batas pemaknaan transfer knowledge, masih dalam bentuk pembinaan cara-cara persalinan yang higiens bidan desa kepada Dukun Bayi, berarti belum ada dalam bentuk kesepekatan uraian tugas dan fungsi masing-masing, juga belum mengarah pada alih peran pertolongan persalinan secara optimal. Namun dikhawatirkan di masa mendatang, pembinaan yang dilakukan oleh bidan justru memberikan peran baru Dukun Bayi, menambah prestasenya, dan menaikkan status mereka, bahkan semakin menambah kepercayaan mereka menjalankan profesinya secara sendiri-sendiri. Berdasarkan paparan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai gambaran pengetahuan dukun bersalin tentang kemitraan dukun dengan bidan

Di Puskesmas Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana gambaran pengetahuan dukun bersalin tentang kemitraan dukun dengan bidan di Puskesmas Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009 ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Memperoleh informasi mengenai gambaran gambaran pengetahuan dukun bersalin tentang kemitraan dukun dengan bidan Di Puskesmas Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009.

2. a.

Tujuan Khusus Mengetahui gambaran pengetahuan dukun bersalin tentang pengertian

kemitraan dengan bidan. b. Mengetahui gambaran pengetahuan dukun bersalin tentang batasan

kemitraan dengan bidan. c. Mengetahui gambaran pengetahuan dukun bersalin tentang pelatihan dan

pembinaan dukun beranak. d. Mengetahui gambaran pengetahuan dukun bersalin tentang bentuk

kemitraan dengan bidan.

D. Manfaat Penelitian

1.

Manfaat Teoritis

Untuk mengembangkan wawasan dan pengembangan Ilmu Kebidanan bidang kebidanan komunitas dan dititik beratkan pada kajian pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di Wilayah Kerja Puskesmas Pagerageung. 2. a. Manfaat Praktis Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta meningkatkan pengalaman dalam menganalisa pembinaan dukun beranak yang dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan profesi.

b.

Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan masukan/informasi kepustakaan di STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya untuk penelitian selanjutnya. c. Bagi Institusi Kesehatan

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan masukan bagi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program Kesehatan Ibu dan Anak, khususnya pada masalah pertolongan persalinan. d. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan suatu pelaksanaan kegiatan di bidang kesehatan khususnya KIA, dan memberikan sumbang saran yang bersifat konstruktif dalam peningkatan kesehatan ibu hamil, dan ibu bersalin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan adalah suatu hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan perabaan. Dan sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran, hanya sedikit yang diperoleh melalui penciuman, perasaan dan perabaan (Notoatmodjo, 2003 ). Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Menurut Benyamin Bloom (1908) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan informasi, ide yang sudah diperoleh sebelumnya. 2. Tingkatan pengetahuan

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :

a.

Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini kemampuan mengingat kembali (recall) terhadap proses asuhan yang telah dipelajari.

b.

Memahami (comprehenshif)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari situasi atau kondisi real (sebenarnya). Pada tahap ini diharapkan dapat

menginterprestasikan, menerapkan dan melaksanakan proses asuhan. d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponennya, atau kemampuan dalam memisahkan suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya. e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f.

Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Bila seseorang sudah bisa mengambil keputusan atau menyatakan tentang pelaksanaan (proses) asuhan, mengetahui tujuan pelaksanaan asuhan, memahami masalah-masalah yang ada pada pelaksanaan asuhan dan pemecahannya diharapkan sudah mampu dan mahir dalam melaksanakan asuhannya.

B. Dukun Bersalin

1.

Pengertian

Menurut Sutomo (2003) yang dimaksud dengan dukun adalah suatu profesi atau keterampilan yang diperoleh dan dipelajari secara tradisional tanpa pendidikan formal. Dukun beranak adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional, dan memperoleh keterampilan tersebut dengan cara turun temurun, belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus ke arah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan (Dinkes Prop Jabar, 1999). Dukun beranak adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan pengobatan secara turun-temurun terutama yang mempunyai pendidikan menolong persalinan, sebagian besar wanita yang dibedakan dari dukun secara umum (bahasa Indonesia) dan sanro (bahasa Bugis) dengan istilah dukun beranak atau sanro memana. Sekarang ini,

sebagian besar dukun beranak

telah tercatat di Puskesmas dan telah mendapat

pendidikan/pelatihan persalinan (Sutomo, 2003). Kriteria dukun beranak ini terbagi menjadi dua yaitu dukun terlatih dan dukun tidak terlatih. Dukun beranak terlatih adalah dukun beranak yang telah mendapatkan latihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus. Sedangkan yang dimaksud dengan dukun tidak terlatih ialah dukun yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus (Depkes RI, 1993). Menurut penulis yang dimaksud dengan dukun beranak adalah seorang wanita yang mempunyai kemampuan dalam melaksanakan pertolongan persalinan yang diperoleh dengan cara tradisional. 2. Peranan Dukun beranak

Di lembaga kesehatan pemerintah, dukun hanya dianggap sebagai pembantu bidan namun sebenarnya perannya tidak terbatas di situ saja. Dukun beranak merawat badan ibu hamil dengan memanfaatkan keahliannya mulai dari memeriksa posisi bayi di dalam perut, dan yang paling penting adalah peranannya dalam upacara syukuran kelahiran. Tidak hanya kepada ibu hamil tetapi juga terhadap keluarga, keberadaan dukun

membawa peran yang berarti dalam mempertahankan kepercayaan dan budaya kehidupan sosial (Cholil, 2003). Sebagian besar masyarakat memilih untuk melakukan persalinanya di rumah, jauh lebih tinggi daripada kelahiran di tempat pelayanan kesehatan. Pada setiap dinas kesehatan, pertolongan saat melahirkan dilakukan oleh paramedis dan dukun terlatih yang dilaporkan untuk menentukan pencapaian setiap tahun. Angka tersebut tidaklah mampu menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Dalam arti, proses mulai dari rasa sakit, persalinan, pemotongan tali pusar. Jika paramedis atau dokter bersama-sama dengan dukun terlibat dalam proses tersebut maka diklasifikasikan sebagai pertolongan persalinan oleh paramedis. Sebaliknya, dapat dikatakan bahwa pengklasifikasian dukun hanya terjadi jika dukun tersebut melakukan seluruh proses sendirian (Cholil, 2003). Mengenai peranan umum, dukun beranak memberikan pelayanan kesehatan yang efektif kepada masyarakat setempat; sekarang dukun beranak memiliki rasa kemitraan di tingkat desa dalam memberikan perawatan bagi ibu-ibu hamil, melahirkan serta ibu dan bayi pasca-melahirkan. Dukun beranak juga berperan sangat penting sebagai penghubung antara masyarakat dengan sistem pelayanan kesehatan formal.

C. Kemitraan Dukun

1.

Pengertian

Istilah kemitraan masih relative baru, namun dalam prakteknya istilah ini sudah lama dikenal oleh masyarakat dengan istilah gotong royong yang sebenarnya esensinya adalah kemitraan , yakni kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Selanjutnya gotong royong sebagai praktek individual ini berkembang menjadi koperasi, koalisi, aliansi, jejaring (net working), dan sebagainya. Istilah-istilah ini sebenarnya sebagai perwujudan dari kerjasama antar individu atau kelompok yang saling membantu, saling menguntungkan dan secara bersama-sama meringankan pencapaian suatu tujuan yang telah mereka sepekati bersama. Pengertian kemitraan menurut Robert Davies, adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masingmasing tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan saling berbagi, baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh. (Notoatmodjo, 2003:105). 2. Batasan-batasan kemitraan

Dari batasan ini ada tiga kata kunci dalam kemitraan yakni: a. b. c. kerjasama antara kelompok, organisasi, dan individu bersamasama mencapai tujuan tertentu (sesuai kesepakatan) saling menanggung resiko dan keuntungan.

Membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut: a. b. kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan saling mempercayai dan saling menghormati,

c. d.

tujuan yang jelas dan terukur kesediaan untuk berkorban baik waktu, tenaga, maupun sumber daya lain.

Konsep kemitraan yang diuraikan di atas, senantiasa diperhadapkan berbagai tangtangan atau hambatan dalam hal ini pelaku medis tradisional yaitu dukun bayi, salah satu penolong persalinan dan warga masyarakat yang banyak berperan dalam pertolongan persalinan (Kalangie, 1987, Foster 1969). Kemitraan atau kerjasama antara dukun beranak dengan bidan perlu dijalin dengan baik, melalui : a. Pendidikan dukun yang berkaitan dengan : 1) Tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta postpartum 2) Teknik pertolongan persalinan sederhan atapi bersih 3) Perawatan dan pemotongan tali pusat 4) Perawatan neonatus 5) Perawatan ibu post partum 6) Meningkatkan kerja sama dalam bentuk rujukan ke bidan atau PKM b. Diikutsertakan dalam gerakan KB 1) Membagikan kondom 2) Membagikan pil KB 3) Melakukan rujukan KB 4) Memberikan kesempatan untuk melakukan perotolongan persalinan dengan risiko rendah 5) Meningkatkan sistem rujukan yang mantap

Pendidikan Pada Dukun Beranak a. Penyaringan hamil dengan risiko tinggi b. Ikut serta membantu pelaksanaan gerakan KB c. Sterilisasi saat pemotongan tali pusat d. Resusitasi neonatus yang baik e. Menetapkan untuk melakukan rujukan f. Membantu masyarakat untuk mengikuti program pemerintah dalam pelaksanaan posyandu. g. Melaporkan kegiatan KIA

D. Pelatihan dan Pembinaan Mengadakan pendampingan, pelatihan dan pendidikan bagi dukun beranak oleh para bidan agar mereka paham aspek-aspek 3 (tiga) bersih yakni bersih alat, bersih tempat, dan bersih orang (Cholil, 2003). 4. Materi Pelatihan a. 1) Melaksanakan perawatan kehamilan Dukun mampu melaksanakan motivasi ibu hamil untuk :

Memeriksakan diri ke bidan desa, bidan atau dokter Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang dekat. Mendapatkan imunisasi TT pada ibu hamil. Meminum tablet zat besi yang diberikan kepada ibu hamil 2) 3) 4) Dukun dapat menyebutkan tanda-tanda hamil muda dan tanda hamil tua. Dukun dapat melaksanakan anamnesa Dukun dapat periksa pandang pada kehamilan

5)

Dukun mampu melaksanakan periksa raba untuk menentukan usia

kehamilan dan lelak janin 6) Dukun dapat melaksanakan perawatan payudara dan motivasi tentang

pemberian ASI sedini mungkin. 7) Dukun dapat menyebutkan tanda-tanda kehamilan dengan resiko inggi

serta mampu merujuk ke Puskesmas. 8) Bahagia. b. 1) 2) bersih 3) 4) Memimpin persalinan normal dengan teknik sederhana Dukun dapat menjelaskan tanda-tanda plasenta lepas dan memeriksa Mempersiapkan pertolongan persalinan Dukun dapat menyebutkan tanda-tanda persalinan normal Dukun dapat mempersiapkan alat-alat persalinan yang sederhana dan Dukun mampu melaksanakan motivasi KB menuju Norma Keluarga Kecil

kelengkapan plasenta. 5) 6) 7) 8) c. 1) 2) 3) Dukun dapat menyebutkan tindakan-tindakan yang dilarang Dukun mampu menyebutkan kelainan persalinan Dukun dapat melaksanakan rujukan Dukun mampu melaksanakan pencatatan persalinan yang baru ditolong. Merawat Bayi Baru Lahir Dukun membersihkan mata, hidung dan mulut bayi Dukun mampu menolong dan merawat tali pusat Dukun dapat memberi nasihat agar ibu menyusui sedini mungkin, yaitu

dalam jam pertama setelah bersalin (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 1999/2000). 5. Tujuan Pelatihan Secara garis besarnya tujuan pelatihan dukun beranak ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sekaligus dedikasi dukun beranak agar timbul kepercayaan diri untuk dapat melaksanakan pertolongan persalinan umumnya dalam melayani dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Agar pelatihan dukun beranak dapat berjalan efektif, maka diperlukan unsur pelatih kader yang mampu dan berdedikasi dalam memberikan materi pelatihan secara efektif dan berkesinambungan, yakni melalui pendampingan dan bimbingan. Selain itu tujuan pelatihan-pelatihan ini adalah untuk meningkatkan jumlah kelahiran yang ditangani oleh orang yang terlatih dengan baik. Penting bagi seorang ibu agar kelahiran bayinya ditangani oleh seorang pekerja kesehatan yang terlatih dengan baik. Namun, penting juga bagi seorang dukun beranak agar dia dilibatkan untuk memberikan dukungan tradisional, budaya, spiritual dan mental yang diinginkan para ibu. Pelatihan dukun beranak sebagai strategi dan teknik untuk menurunkan kesakitan dan kematian ibu telah dilaksanakan secara global. Walaupun dukun beranak tak dapat mencegah kematian ibu jika terjadi komplikasi, namun mereka dapat berperan dalam menyelamatkan ibu. Misalnya di daerah pedesaan yang jauh ke tenaga kesehatan, pertolongan persalinan hanya dilakukan oleh dukun beranak yang jauh dari pengetahuan medis. Sementara pertolongan persalinan yang dilakukan anggota keluarga sendiri pun sangat beresiko apalagi dilakukan di rumah yang tidak menyediakan fasilitas medis apapun jika terjadi sesuatu. Pelatihan dukun beranak dalam persalinan aman dan bersih,

pengelolaan persalinan yang lebih baik, pengenalan komplikasi dini, dan upaya rujukan dapat menyelamatkan jiwa bila pelayanan obstetri esensial tersedia. Mengupayakan agar dukun beranak mengenal dan terbiasa dengan tempat rujukan (serta petugas tingkat rujukan primer memahami peranan dukun beranak) menjadi sangat penting. Secara khusus tujuan diadakannya pelatihan pendidikan bagi para dukun beranak ini adalah : a. Mengkaji kondisi kesehatan reproduksi wanita yang berada dibawah praktek

pelayanan KIA. b. Menganalisis respon dan aksesibilitas ibu yang potensial hamil dan

melahirkan terhadap sistem pelayanan kesehatan reproduksi yang KIA selama ini beserta harapan-harapan yang diinginkan oleh mereka dalam mendapatkan pelayanan optimal dan memuaskan dari KIA. c. Mengkaji fungsi dan peran yang diberikan sistem pelayanan KIA selama ini

kepada para wanita yang mengalami gangguan kesehatan reproduksi (sakit) pada masamasa kehamilan dan persalinan. d. Mengkaji pendekatan yang telah dilakukan sistem pelayanan KIA untuk

menumbuhkan motivasi kalangan masyarakat sekitar agar lebih peduli memperhatikan masa penting dari kehamilan dan persalinan yang lebih terjamin aman dan sehat. e. Menganalisis bentuk-bentuk interaksi yang dibina selama ini dengan Rumah

Sakit tempat rujukan pasien hamil dan melahirkan jika tidak tertolong lagi, dengan para tenaga penolong bersalin tradisional (dukun beranak) dan dengan kader kesehatan desa (non medis). Mempelajari strategi pengembangan profesionalisme sistem pelayanan kesehatan lbu dan

Anak (KIA) yang inovatif dalam upaya menurunkan tingkat kematian maternal berdasarkan persepsi pasangan usia subur di lokasi penelitian (Cholil, 2003).

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

6. Kerangka Konsep Kerangka konsep dari penelitian yang berjudul gambaran pengetahuan dukun bersalin tentang kemitraan dukun dengan bidan di Puskesmas Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2009, adalah sebagai berikut :

Pengetahuan dukun tentang : - pengertian kemitraan dengan bidan - batasan kemitraan dengan bidan - pelatihan dan pembinaan dukun beranak. -bentuk kemitraan dengan bidan.

Kemitraan dengan Bidan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

7. Definisi Operasional 8. Pengetahuan tentang pengertian Kemampuan dukun beranak dalam menguraikan dan dapat menjelaskan secara benar tentang pengertian dari kemitraan dengan bidan secara luas. 9. Alat ukur 10. Kriteria 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang 11. Skala Data 12. Pengetahuan batasan kemitraan Kemampuan dukun beranak dalam menguraikan dan menjelaskan secara benar tentang batasan-batasan kemitraan dengan bidan. a. Alat ukur b. Kriteria 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang : 5-6 : 3-4 : 0-2 : Kuesioner Skore : 5-6 : 3-4 : 0-2 : Ordinal : Kuesioner Skor

c. Skala Data : Ordinal 13. Pengetahuan tentang Pelatihan dan pembinaan dukun beranak. Kemampuan dukun beranak dalam menguraikan dan menjelaskan secara benar tentang pelatihan dan pembinaan dukun beranak. a. Alat ukur : Kuesioner

b. Kriteria 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang : 5-6

Skore

: 3-4 : 0-2

c. Skala Data : Ordinal 14. Pengetahuan tentang bentuk kemitraan dengan bidan. Kemampuan dukun beranak dalam menguraikan dan menjelaskan secara benar tentang bentuk kemitraan dengan bidan. a. Alat ukur b. Kriteria 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang : 5-6 : 3-4 : 0-2 : Kuesioner Skore

c. Skala Data : Ordinal

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan survey (Notoatmodjo, 2002).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dukun beranak yang berlokasi di wilayah kerja Puskesmas Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya tahun 2009 yang berjumlah 21 orang. 2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau seluruh dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2008). Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling yaitu sampel dalam penelitian seluruh dukun beranak yang berlokasi di wilayah Puskesmas Pagerageung yang berjumlah 21 orang.

C. Variabel Penelitian Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu menggunakan satu variabel (univariat) dengan

sub. variabel pengetahuan tentang pengertian, batasan kemitraan, pembinaan dan pelatihan serta bentuk kemitraan dengan bidan.

D. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret tahun 2010. Penelitian ini akan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya.

E. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang diuat sendiri oleh penulis. Kuisioner ini berisikan hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan dukun beranak mengenai pengertian kemitraan, bentuk kemitraan, batasan kemitraan dan pembinaan pelatihan dukun beranak. Kuesioner (daftar pertanyaan) yang berjumlah 24 pertanyaan dibuat sendiri oleh peneliti. Dari jumlah tersebut peneliti membagi spesifikasi kuesioner dengan tiga bagian yaitu mulai dari nomor 1 sampai dengan nomor 6 kuesioner mengenai pengetahuan kemitraan, dari nomor 7 sampai dengan 12 kuesioner mengenai batasan kemitraan, 12 sampai 18 tentang pembinaan dan pelatihan serta dari 19 sampai 24 bentuk kemitraan Penilaian dengan nilai 1 (satu) pada jawaban yang benar dan memberi nilai 0 (nol) untuk jawaban yang salah. F. Rancangan Pengolahan Data Data yang telah diperoleh kemudian dilanjutkan dengan : 1. Editing

yaitu pemeriksaan kuesioner, apakah masih ada yang kurang lengkap atau ada jawaban yang kurang konsisten 2. Coding

yaitu mengubah jawaban yang berbentuk huruf ke dalam bantuk angka sehingga memudahkan mengentri data 3. Tabulating

yaitu pengorganisasian data agar dapat dengan mudah dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan serta dianalisis. 4. Entri, yaitu memasukan data ke dalam komputer

G. Rancangan Analisa Data Sebelum dilakukan analisa data penulis menyeleksi terlebih dahulu kelengkapan hasil kuesioner kemudian dilakukan tabulasi sehingga frekuensi setiap jawaban dapat diketahui. Teknik pengolahan data yang penulis gunakan ialah dengan cara perhitungan presentase dari sikap, dan tindakan-tindakan yang dilaksanakan (hasil kuesioner ya dan tidak) Caranya yaitu dengan membagi frekuensi (F) dengan jumlah sampel (N) dan dikalikan 100% dengan rumus :

Ket :

P = Presentasi

F = Frekuensi Jawaban N = Jumlah Responden

H. Rancangan Penyajian Data Data dikumpulkan dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisa dalam bentuk narasi.