rpbk klasikal a proposal x

33
PADA SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 2 SINGARAJA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 OLEH: I MADE SUMADIYASA 1011011103 RPBK RENCANA PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING LAYANAN KLASIKAL BIDANG BELAJAR

Upload: sumadiyasa

Post on 19-Jan-2016

96 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

RPBK

TRANSCRIPT

PADA SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 2 SINGARAJASEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

OLEH:

I MADE SUMADIYASA

1011011103

JURUSAN BIMBINGAN KONSELINGFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDKAN GANESHA2014

LEMBAR PENGESAHAN

RPBKRENCANA PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING

LAYANAN KLASIKAL

BIDANG BELAJAR

RPBK UNTUK PENELITIAN

Judul : Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Autonomy Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 2 Singaraja.

Nama Mahasiswa : I Made SumadiyasaNIM : 1011011103Semester/Kelas : VIII AJurusan : Bimbingan KonselingFakultas : Ilmu PendidikanKelas : XI IPA 2 Sekolah : SMA Negeri 2 Singaraja

Singaraja, Juni 2014Peneliti,

I Made SumadiyasaNIM 1011011103

Mengetahui/Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

________________________ ___________________________NIP. NIP.

RENCANA PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING(RPBK)

SIKLUS IPERTEMUAN ke-1

Nama Sekolah : SMA Negeri 2 SingarajaKelas/Semester : XI IPA 2 /GanjilPertemuan Ke : 1 ( ....... / ..... Juni 2014)Alokasi Waktu : 1 x pertemuan (1 x 45 menit)Jenis Layanan : KlasikalBidang Bimbingan : BelajarStandar Kompetensi : Meningkatkan otonomi (autonomy)

siswa.Kompetensi Dasar : Memiliki sikap yang mantap untuk

mengarahkan diri bagi terwujudnya keyakinan diri, evaluasi diri, pemahaman pada kemampuan diri, dan prestasi optimal dalam belajar.

Indikator :1. Siswa dapat memahami pengertian autonomy.2. Siswa dapat bepergian sebagaimana diinginkan.3. Siswa dapat menyampaikan pemikiran seseorang dan

pemikirannya.4. Siswa dapat membuat keputusan tanpa bergantung pada orang

lain.A. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah:1. Membimbing siswa asuh untuk dapat memahami pengertian

autonomy.2. Membimbing siswa asuh untuk dapat datang dan pergi sebagaimana

diinginkan.3. Membantu siswa asuh untuk dapat mengungkapkan apa yang

dipikirkan seseorang dan pemikirannya.4. Membantu siswa asuh untuk dapat membuat keputusan sendiri

tanpa bergantung pada orang lain.B. Materi

1. Pengertian Autonomy.Kata autonomy, dalam kamus psikologi (otonomi) diartikan

sebagai keadaan pengaturan diri, atau kebebasan individu manusia untuk memilih, menguasai dan menentukan dirinya sendiri (Chaplin, 2001). Selanjutnya, bila kita menilik kata mandiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai keadaan dapat berdiri

sendiri, tidak bergantung kepada orang lain, dan kata kemandirian sebagai kata benda dari mandiri diartikan sebagai hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain.

Lebih lanjut Hanna Widjaja (dalam Aspin, 2007) memberikan penjelasan bahwa kemandirian menunjuk pada adanya kepercayaan akan kemampuan diri untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tanpa bantuan khusus dari orang lain, keengganan untuk dikontrol orang lain, dapat melakukan sendiri kegiatan-kegiatan dan menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi. Kemandirian merupakan salah satu ciri kematangan yang memungkinkan anak berfungsi otonom dan berusaha ke arah prestasi pribadi dan tercapainya suatu tujuan. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diambil suatu benang merah bahwa secara substansial arti mandiri/kemandirian dan otonom/autonomy mempunyai kata kunci yang sama yakni terlepas dari ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tanggung jawab pribadi, serta mampu melaksanakan sesuatunya dengan dirinya sendiri.

Walgito (1993) menyatakan bahwa perkembangan sifat mandiri adalah satu hal penting dalam perkembangan anak remaja yang dipengaruhi oleh pembentukan kepercayaan diri. Kepercayaan diri ini selanjutnya merupakan dasar bagi perkembangan sikap yang lain seperti halnya sikap kreatif dan tanggung jawab. Sejalan dengan pernyataan ini adalah pendapat Misiak dan Sexton (Hadipranata dkk., 2000) bahwa hal-hal yang ikut mendukung seseorang disebut mandiri adalah mereka yang mempunyai kepercayaan diri, yakin akan kemampuannya dan tidak suka meminta bantuan pada pihak lain.

Siswoyo (Zakiyah, 2000) mendefinisikan kemandirian sebagai suatu karakteristik individu yang mengaktualisasikan dirinya, menjadi dirinya seoptimal mungkin, dan ketergantungan pada tingkat yang relatif kecil. Orang-orang yang demikian relatif bebas dari lingkungan fisik dan sosialnya. Meskipun mereka tergantung pada lingkungan untuk memuaskan kebutuhan dasar, sekali kebutuhan terpenuhi mereka bebas untuk melakukan caranya sendiri dan mengembangkan potensinya.

Widjaja (Hadipranata, 2000) menyatakan bahwa ada hubungan negatif dan bermakna antara kepercayaan diri dengan mencari bantuan kepada pihak lain. Jadi, seseorang yang berkepribadian diri kuat berarti tinggi tingkat kemandiriannya dan sebaliknya, seseorang yang berkepribadian diri lemah, berarti tingkat kemandiriannya rendah. Penjelasan lebih lanjut mengenai

pendapat ini adalah uraian dari beberapa tokoh psikologi pertumbuhan, seperti Maslow, Rogers, Allport (1995) dan beberapa tokoh dalam psikologi kepribadian, seperti Murray dan Adler (1993). Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang berkepribadian diri kuat mempunyai beberapa ciri, yaitu : (1) mempunyai keinginan untuk berprestasi, (2) mempunyai keinginan untuk bebas dan mandiri, (3) mempunyai keinginan untuk berafiliasi, (4) mampu berempati dengan baik, dan (5) mempunyai rasa tanggung jawab. Sedangkan seseorang yang berkepribadian diri lemah mempunyai ciri-ciri yang berlawanan atau kualitas yang lebih rendah dari ciri-ciri yang tersebut di atas.

Autonomy juga berarti memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri. Dengan memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada dalam dirinya untuk berdiri sendiri dan menentukan pilihannya dalam berbagai bidang kehidupan menunjukkan bahwa individu tersebut telah bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka yang dimaksud dengan autonomy adalah kemampuan seseorang untuk berdiri sendiri, kepercayaan terhadap diri untuk mengatasi berbagai persoalan tanpa bantuan dari orang lain serta merasa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dapat diidentifikasi terdapat beberapa indikator autonomy yaitu sebagai berikut : (1) Bisa datang dan pergi sebagai mana diinginkan; (2) Mengatakan apa yang dipikirkan seseorang dan pemikirannya; (3) Tidak bergantung dengan orang lain dalam mengambil keputusan.

2. Datang dan Pergi Sebagaimana Diinginkan vs Datang dan Pergi dengan Penuh Keterbatasan.

Datang dan pergi sebagaimana diinginkan berkaitan dengan kebebasan diri seseorang. Kebebasan yang dimaksud adalah bebas yang terbatas. Bebas yang terbatas mengandung arti individu tersebut tidak terikat pada aturan-aturan orang lain atau terlepas dari tanggung jawab seseorang untuk mengatur dirinya namun tetap terbatas pada peraturan yang berlaku dalam artian bebas tapi tetap mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Kebebasan yang dimiliki oleh seorang individu akan memberikannya kesempatan untuk mengembangkan dirinya, mengarahkan dirinya pada aktualisasi diri.

Berbeda dengan individu yang selalu dibatasi terutama dalam bepergian. Pembatasan yang individu ini terima akan menyebabkan individu tersebut tertutup, membatasi dirinya dalam

mengaktualisasikan diri, dan menghambatnya dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya.

3. Mengatakan Apa yang Dipikirkan Seseorang dan Pemikirannya vs Tidak atau Mengatakan Hal yang Menyimpang dari Apa yang Dipikirkan Seseorang atau Pemikirannya.

Berani mengungkapkan apa yang dipikirkan oleh seseorang serta pemikiran sendiri memperlihatkan bahwa individu yang bersangkutan telah memiliki otonomi diri yang ditunjukkan dengan kebebasan individu untuk mengungkapkan isi pikirannya. Berani mengatakan apa yang dipikirkan baik itu berupa masukan, kritikan, opini/pendapat, saran akan memberikan banyak manfaat tidak hanya bagi diri sendiri namun juga orang lain. Karena dengan berbagi pemikiran tersebut akan membuat kita mengoreksi, membandingkan, memperbaiki kekurangan yang ada serta menambah apa yang telah kita miliki.

Berbanding terbalik dengan hal tersebut, siswa atau individu yang tidak mampu mengungkapkan isi pikirannya akan membuat individu tersebut tidak dapat mengembangkan dirinya, menutupi kekurangannya serta mengurangi kesalahan yang ia miliki. Keberanian dalam mengungkapkan apa yang dipikirkan oleh seseorang atau orang lain ini juga berkaitan dengan kemauan untuk menerima berbagai input dari orang lain untuk kebaikan diri sendiri.

4. Tidak Bergantung dengan Orang Lain dalam Mengambil Keputusan vs Selalu Membutuhkan Orang Lain dalam Mengambil Keputusan.

Tidak bergantung dengan orang lain dalam mengambil keputusan adalah suatu bukti konkret kemandirian yang dimiliki oleh individu atau siswa. Dengan tidak bergantung pada orang lain ketika akan mengambil keputusan berarti individu tersebut sudah mampu

menjadi individu yang percaya akan kemampuan dirinya, terlepas dari keterikatan dengan orang lain, mampu menentukan jalan yang akan dipilih, dan bertanggung jawab terhadap dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari seorang individu/siswa harus mampu membuat keputusan sendiri mengurangi ikut-ikutan dengan teman karena tidak selamanya keputusan dengan mengikuti teman tersebut akan menghasilkan output yang sesuai dengan diri sendiri. Selain dari pada itu dengan mampu membuat keputusan sendiri akan membantu individu dalam memenuhi kebutuhan yang ia miliki terutama kebutuhan untuk melakukan aktualisasi diri.

Berbeda dengan individu yang tidak dapat membuat keputusan sendiri akan memiliki kesulitan dalam mengaktualisasikan dirinya, karena apa yang ia butuhkan belum tentu sama dengan apa yang dibutuhkan orang lain. Hal ini dipengaruhi oleh faktor potensi dan dukungan lingkungan sekitar. Kurangi ketergantungan dengan orang lain terutama dalam mengambil keputusan, meminta pendapat orang lain untuk membantu menentukan pilihan bisa saja dilakukan selama kita yang menentukan ke mana kita akan melangkah.

C. Teori Konseling Behavioral.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Behavioral. Konsep

Behavioral adalah perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkresi kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya. Pendekatan behavioral modern didasarkan pada pandangan ilmiah tentang tingkah laku. Manusia yang menekankan pentingnya pendekatan sistematis dan struktur pada konseling. Namun pendekatan ini tidak mengesampingkan pentingnya hubungan konseli untuk membuat pilihan-pilihan.

Gerald Corey (dalam terjemahan E. Koswara, 1988: 196) menjelaskan bahwa “behavior adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar dengan menyertakan penerapan sistematis prinsip-prinsip belajar pada perubahan perilaku ke arah cara yang lebih adaptif”. Pendekatan ini banyak memberikan sumbangan dalam bidang klinis ataupun

pendidikan. Dengan dilandaskan pada teori belajar modifikasi perilaku, terapi perilaku adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi yang berurusan dengan pengubahan perilaku.

Menurut Watson (dalam Rosjidan, 1988: 230) “Konseling behavioral adalah konseling yang dilakukan dengan pengkondisian sehingga terbentuk kebiasaan-kebiasaan baru yang berguna bagi hidup individu”.

Sedangkan menurut Winkell (dalam Arintoko, 2011: 35) “Konseling behavioristik merupakan corak konseling yang diharapkan dapat menghasilkan perubahan yang nyata dalam perilaku konseli”.

Dari beberapa uraian definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Konseling behavioral adalah terapi tingkah laku dengan penerapan aneka ragam teknik dan prosedur dalam membantu klien memecahkan masalah interpersonal, emosional dan pengambilan keputusan sehingga terbentuk kebiasaan-kebiasaan baru yang berguna bagi hidup individu.D. Teknik Konseling Modeling.

Istilah modeling merupakan istilah umum untuk menunjukkan terjadinya proses belajar melalui pengamatan dari orang lain dan perubahan yang terjadi karenanya melalui peniruan. Modeling merupakan salah satu teknik konseling yang dikembangkan oleh Albert Bandura yang berakar dari teori belajar sosial (social learning).

Menurut Bandura (dalam Corey (dalam terjemahan E. Koswara, 1988: 221) “teknik modeling merupakan observasi permodelan, mengobservasi seseorang lainnya sehingga seseorang tersebut membentuk ide dan tingkah laku, kemudian dijelaskan sebagai panduan untuk bertindak”. Bandura juga menegaskan bahwa modeling merupakan konsekuensi perilaku meniru orang lain dari pengalaman baik pengalaman langsung maupun tidak langsung, sehingga reaksi-reaksi emosional dan rasa takut seseorang dapat dihapuskan.

Sedangkan Gantina Komalasari dkk (2011:176) mengartikan “modeling merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus, dan melibatkan proses kognitif”.

Menurut Perry dan Furukawa (dalam Sopya, 2013: 29) mendefinisikan “modeling sebagai proses belajar melalui observasi di mana tingkah laku dari seorang individu atau kelompok, sebagai model, berperan sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap, atau tingkah laku sebagai bagian dari individu yang lain yang mengobservasi model yang ditampilkan”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa modeling merupakan salah satu teknik konseling di mana seseorang belajar membuat dan menerapkan perilaku baru melalui proses pengamatan,

mengobservasi, menggeneralisir perilaku orang lain (model), di mana dalam modeling ini juga melibatkan proses kognitif dan kreatif bukan semata-mata meniru/imitasi saja.

E. Langkah-Langkah Bimbingan Konseling1. Tahap Identifikasi

Tahap identifikasi adalah suatu proses tahap awal untuk mengidentifikasi masalah siswa yang berhubungan dengan data pribadi siswa seperti, identitas diri. Tahap identifikasi dilaksanakan di awal siklus. Dari pengamatan yang dilakukan di kelas XI IPA 2 didapatkan data siswa yang menunjukkan gejala datang dan pergi sebagaimana diinginkan vs datang dan pergi penuh keterbatasan; mengatakan apa yang dipikirkan seseorang dan pemikirannya vs tidak atau mengatakan hal yang menyimpang dari apa yang dipikirkan seseorang atau pemikirannya; tidak bergantung dengan orang lain dalam mengambil keputusan vs selalu membutuhkan orang lain dalam mengambil keputusan. Adapun siswa yang menunjukkan gejala tersebut yaitu:

No Nama Siswa Gejala-Gejala yang Ditampilkan1 PAA Aktif dalam mengikuti kegiatan belajar

yang diberikan oleh guru, dan mau menanggapi, selalu mengajak teman jika ingin meninggalkan kelas.

2 GAS Cukup aktif dalam mengikuti kegiatan belajar dan aktif bertanya serta mendengarkan penjelasan dari guru.

3 AWF Mau menyimak materi yang disampaikan guru dan fokus dalam belajar, sering berdiskusi dengan teman di sebelahnya.

4 KAK Menunjukkan sikap ceria saat belajar, dalam mengerjakan tugas kadang sendiri kadang berkelompok, dan mau bertanya dan menanggapi.

5 LAA Kurang semangat dan kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar, mudah merasa puas merasa kemampuan akademiknya rendah, merasa kurang mampu membuat keputusan jawaban

6 KAA Menunjukkan gejala kurang aktif dalam kegiatan belajar dan jarang mau menanggapi pertanyaan guru, merasa bodoh jika tidak mampu mengerjakan tugas, selalu menunggu jawaban

teman. 7 PAP Menunjukkan gejala ragu-ragu dalam

menjawab dan kurang inisiatif dalam menjawab pertanyaan guru, kurang berani keluar ruangan kelas sendirian.

8 KBW Suka bercanda dan mengobrol dengan teman duduk di sekitarnya, cepat puas jika mendapatkan nilai yang tinggi, gelisah dalam menghadapi tugas, mudah menyerah, tidak memiliki keyakinan diri dan memiliki keyakinan rendah akan tuntas pada mata pelajaran yang sulit.

9 CSHK Agak pendiam dan cukup serius dalam mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas serta mampu mengerjakan tugas sendirian.

10 MCM Menunjukkan gejala ragu-ragu dalam menjawab dan kurang inisiatif dalam menjawab pertanyaan guru.

11 GDJ Menunjukkan gejala ragu-ragu dalam menjawab dan kurang inisiatif dalam menjawab pertanyaan guru.

12 PDD Menunjukkan gejala pendiam, kurang dalam berkomunikasi dengan teman-temannya, dan jarang mau bekerja sama dengan teman-temannya saat mengerjakan tugas sering ragu-ragu dalam menjawab.

13 PDW Aktif dalam mengikuti pelajaran dan menyimak penjelasan guru, merasa rendah diri dan kurang yakin dengan kemampuan yang dimiliki, gelisah dalam menghadapi tugas yang berat, suka bekerja sama dengan temannya.

14 KD Kurang inisiatif dalam mengikuti pelajaran dan suka mencontek pekerjaan teman, kurang mandiri dalam mengerjakan tugas.

15 DPA Aktif dalam mendengarkan penjelasan guru, aktif dalam menyimak, menanggapi, yakin pada kemampuan diri dalam menjawab, mandiri dalam menjawab soal.

16 FL Cukup aktif dalam mendengarkan, tapi kurang yakin kalau menjawab pertanyaan guru, selalu bersama-sama teman ketika meninggalkan

ruangan.17 IKS Menunjukkan gejala kurang

memperhatikan guru saat kegiatan belajar, suka mengobrol dengan teman sebelahnya, dan suka bercanda. Tidak mampu belajar secara mandiri di kelas.

18 JG Kurang aktif dalam belajar, bekerja sama saat ulangan karena tidak yakin pada kemampuan dan jawaban sendiri, tidak aktif menanggapi pertanyaan guru, suka mencontek, merasa kurang yakin dengan kemampuan diri, gelisah dalam menghadapi tugas yang berat.

19 JSWN Cepat menyerah dan merasa tidak yakin dalam mengerjakan tugas belajar,selalu menunggu jawaban teman.

20 NS Pendiam, ragu dalam mengerjakan tugas dan bekerja sama saat ulangan.

21 NA Pendiam, ragu dalam mengerjakan tugas dan bekerja sama saat ulangan maupun mengejakan tugas, kurang aktif dalam kerja kelompok, tidak yakin dengan jawabannya.

22 PN Kurang aktif dalam mengikuti kegiatan belajar, dan ragu dalam menjawab pertanyaan guru, kurang memiliki rencana belajar, gelisah dalam menghadapi tugas yang cukup berat.

23 OU Ragu-ragu dalam menjawab pertanyaan guru, dan tidak menjawab kalau tidak ditunjuk, tidak memiliki rencana belajar.

24 KLR Suka bercanda, kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru, dan kurang semangat serta inisiatif, suka keluar kelas sendirian.

25 PMD Kurang semangat dalam belajar dan mengerjakan tugas, tidak suka bekerja sendiri.

26 RM Minder dan merasa tidak memiliki kemampuan akademik yang cukup tidak mampu mengungkapkan pendapatnya.

27 SA Suka bercanda dengan teman

sebangku, tetapi kadang serius dalam menyimak penjelasan guru, jarang mau menjawab pertanyaan guru, jarang mau maju ke depan kelas, cepat puas jika mendapat nilai tinggi, gelisah dalam menghadapi tugas yang berat, tidak dapat mengungkapkan pendapatnya sendiri.

28 SS Cepat menyerah dan merasa tidak akan berhasil dalam mengerjakan tugas-tugas akademik yang dibebankan kepadanya, tidak mampu mengatur kegiatan belajar.

29 SMS Mencontek pekerjaan teman dan bekerja sama saat ulangan karena tidak yakin pada jawaban sendiri.

30 SW Semangat dalam belajar, yakin pada jawaban yang diberikan serta aktif bertanya dan menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru dan mampu menyampaikan pemikirannya.

2. Tahap DiagnosaTahap diagnosa adalah suatu proses untuk menganalisis

penyebab suatu masalah yang dihadapi siswa. Setelah di identifikasi siswa yang memiliki autonomy yang rendah, langkah selanjutnya adalah menentukan faktor penyebab siswa mengalami masalah tersebut. Melalui faktor-faktor penyebab inilah dapat ditentukan tindakan yang tepat untuk menangani masalah yang dialami oleh konseli. Ternyata dari hasil identifikasi terdapat 12 orang yang memiliki keterbatasan dalam datang dan pergi dan mengungkapkan pemikirannya yaitu PAA, PAP, MCM, GDJ, PDD, FL, NS, NA, PN, OU, RM, SA. Dan terdapat 10 orang siswa yang membutuhkan orang lain dalam membuat keputusan yaitu LAA, KAA, KBW, KD, IKS, JG, JSWN, PMD, SS, SMS. Sebaliknya 8 orang memiliki kebebasan dalam bepergian, mampu mengungkapkan pemikirannya serta tidak bergantung dengan orang lain yaitu GAS, AWF, KAK, CSHK, PDW, DPA, KLR, SW.

3. Tahap PrognosaTahap prognosa adalah suatu proses dan prosedur untuk

menyiapkan rencana-rencana untuk melatih siswa atau konseli atau sebuah upaya yang dilakukan dalam proses konseling misalnya memberikan cara-cara penurunan. Dalam hal ini, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keyakinan diri akademik siswa adalah melalui konseling behavioral melalui teknik modeling.

Bandura (dalam Syamsu Yusuf, 2009:9) meyakini bahwa modeling melibatkan empat proses, yaitu sebagai berikut :

1. Attentional, yaitu proses di mana observer/individu menaruh perhatian terhadap perilaku atau penampilan model. Dalam hal ini seseorang cenderung memperhatikan model yang menarik, berhasil, atraktif, dan populer. Lebih jauh lagi Jones (2011:435) menyebutkan variabel dari attention adalah, karakteristik stimuli modeling (mencakup, ketersediaan, kekhasan, atraktivitas personal, nilai fungsional) dan karakteristik pengamat (mencakup, kapasitas sensorik, tingkat rangsang, kebiasaan perceptual, dan reinforcement sebelumnya).

2. Retention, yaitu proses yang merujuk pada upaya individu untuk memasukkan informasi tentang model. Baik verbal maupun gambar dan imajinasi.

3. Production, yaitu proses mengontrol tentang bagaimana anak dapat mereproduksi respons atau tingkah laku model. Kemampuan mereproduksi dapat berbentuk keterampilan fisik atau kemampuan mengidentifikasi perilaku model.

4. Motivational, yaitu proses pemilihan tingkah laku model. Dalam proses ini terdapat faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu reinforcement dan punishment.

4. Tahap Konseling/TreatmentTahap konseling/treatment bertujuan untuk membantu siswa

yang memiliki autonomy yang rendah. Treatment/konseling yang diberikan kepada siswa-siswa sesuai dengan prosedur dan langkah-langkah bantuan yang telah ditetapkan dalam program kasus.

5. Tahap EvaluasiEvaluasi atau follow up adalah melakukan tahap penilaian

aspek-aspek atau indikator yang tercantum dalam prognosa yang sudah ditentukan. Evaluasi atau follow up sebagai suatu alat kontrol atau penilaian terhadap tingkah atau kegiatan yang diamati. Melalui evaluasi ini dapat mengetahui bagaimana tingkah laku siswa setelah diberikan tindakan konseling.

F. Prosedur1) Sintak Teori Konseling Behavioral.

1) Mengamati perilaku siswa yang terkait dengan kebebasan dalam bepergian, mengungkapkan pemikiran dan ketidakbergantungan dengan orang lain di kelas XI IPA 2 dari jam 1-8 dilakukan selama 1 bulan.

2) Mewawancarai gejala perilaku siswa untuk mendapatkan data-data mengenai:

(a) Datang dan Pergi Sebagaimana Diinginkan vs Datang dan Pergi dengan Penuh Keterbatasan.

(b) Mengatakan Apa yang Dipikirkan Seseorang dan Pemikirannya vs Tidak atau Mengatakan Hal yang Menyimpang dari Apa yang Dipikirkan Seseorang atau Pemikirannya.

(c) Tidak Bergantung dengan Orang Lain dalam Mengambil Keputusan vs Selalu Membutuhkan Orang Lain dalam Mengambil Keputusan.

3) Kemudian konselor menyimpulkan perilaku (1) datang dan pergi sebagaimana diinginkan, contohnya : saya selalu bepergian kapan pun. (2) mengatakan apa yang dipikirkan seseorang dan pemikirannya, contohnya: saat tanya jawab di kelas saya selalu berpartisipasi aktif. (3) tidak bergantung dengan orang lain dalam mengambil keputusan, contohnya: saya selalu menentukan apa yang harus saya perbuat.

4) Konselor mengajak siswa untuk melakukan perubahan/ peningkatan mengenai kebebasan dalam bepergian, mampu mengatakan yang dipikirkan dan membuat keputusan sendiri dengan mengisi buku harian.

5) Konselor mengajak siswa untuk memindahkan perubahan/ peningkatan mengenai kebebasan dalam bepergian, mampu mengatakan yang dipikirkan dan membuat keputusan sendiri ke dalam grafik.

6) Konselor memberikan layanan informasi tentang otonomi secara klasikal pada siklus 1 pertemuan pertama dengan bentuk RPBK informasi dengan materi tentang kebebasan dalam bepergian, mampu mengatakan yang dipikirkan dan membuat keputusan sendiri. Kemudian pada siklus 1 pertemuan kedua, konselor memberikan layanan bimbingan klasikal dengan bentuk RPBK bimbingan klasikal dengan materi kebebasan dalam bepergian, mampu mengatakan yang dipikirkan dan membuat keputusan sendiri. Jika layanan informasi dan bimbingan klasikal belum bisa meningkatkan proaktif siswa, selanjutnya akan di berikan layanan konseling kelompok pada siklus 1 pertemuan ketiga dengan RPBK konseling kelompok dengan materi kebebasan dalam bepergian, mampu mengatakan yang dipikirkan dan membuat keputusan sendiri, dengan menggunakan teknik Modeling (percontohan).

a. Sintak Teknik Konseling Modeling.1. Mempersiapkan model melalui media gambar/ model nyata yang

menunjukkan perilaku seperti datang dan pergi sebagaimana diinginkan vs datang dan pergi dengan penuh keterbatasan,

mengatakan apa yang dipikirkan seseorang dan pemikirannya vs tidak atau mengatakan hal yang menyimpang dari apa yang dipikirkan seseorang atau pemikirannya, tidak bergantung dengan orang lain dalam mengambil keputusan vs selalu membutuhkan orang lain dalam mengambil keputusan.

2. Memperlihatkan/ menunjukkan gambar/ model nyata yang yang menunjukkan perilaku seperti datang dan pergi sebagaimana diinginkan vs datang dan pergi dengan penuh keterbatasan, mengatakan apa yang dipikirkan seseorang dan pemikirannya vs tidak atau mengatakan hal yang menyimpang dari apa yang dipikirkan seseorang atau pemikirannya, tidak bergantung dengan orang lain dalam mengambil keputusan vs selalu membutuhkan orang lain dalam mengambil keputusan.

3. Siswa melihat, mendengar dan mencatat pendapat mereka tentang gambar/ model yang ditampilkan.

4. Meminta pendapat siswa terhadap model yang sudah dilihatnya dan membuat kesimpulannya.

5. Melempar kembali pendapat ke siswa yang lain untuk memberikan pendapatnya masing-masing..

Kemudian siswa menyadari masing-masing gejala perilakunya seperti datang dan pergi sebagaimana diinginkan vs datang dan pergi dengan penuh keterbatasan, mengatakan apa yang dipikirkan seseorang dan pemikirannya vs tidak atau mengatakan hal yang menyimpang dari apa yang dipikirkan seseorang atau pemikirannya, tidak bergantung dengan orang lain dalam mengambil keputusan vs selalu membutuhkan orang lain dalam mengambil keputusan, lalu siswa secara langsung menuliskan perilaku-perilakunya tersebut ke dalam buku harian. Dengan petunjuk pengisian buku harian yaitu isilah buku harian sesuai dengan aspek – aspek yang sudah tertera di bawah ini.

Seperti contoh pada Format Gambar 01.

Hari/Tanggal

Bebas datang dan pergi

Mengungkapkan pemikiran sendiri

Membuat keputusan sendiri

Prediksi Skor(0-90)

Saya selalu bepergian kapan pun yang saya inginkan

Saat tanya jawab di kelas saya selalu berpartisipasi aktif

saya selalu menentukan apa yang harus saya perbuat

b. Kemudian dari hasil pengisian buku harian yang terkait dengan datang dan pergi sebagaimana diinginkan vs datang dan pergi dengan penuh keterbatasan, mengatakan apa yang dipikirkan seseorang dan pemikirannya vs tidak atau mengatakan hal yang menyimpang dari apa yang dipikirkan seseorang atau

pemikirannya, tidak bergantung dengan orang lain dalam mengambil keputusan vs selalu membutuhkan orang lain dalam mengambil keputusan, di analisis ke dalam grafik bersama siswa. Adapun petunjuk pengisian grafik yaitu masukkanlah skor yang ada pada buku harian ke dalam grafik di bawah ini.

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100ANALISIS GRAFIK HARIAN

Kebebasan Bepergian

Mampu Men-gungkapkan Pemiki-ran

Mengambil Kepu-tusan Sendiri

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 40

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100ANALISIS GRAFIK MINGGUAN

Kebebasan Bepergian

Mampu Men-gungkapkan Pemiki-ran

Mengambil Keputusan Sendiri

c. Setelah itu konselor memberikan treatment terhadap perilaku datang dan pergi sebagaimana diinginkan vs datang dan pergi dengan penuh keterbatasan, mengatakan apa yang dipikirkan seseorang dan pemikirannya vs tidak atau mengatakan hal yang menyimpang dari apa yang dipikirkan seseorang atau pemikirannya, tidak bergantung dengan orang lain dalam mengambil keputusan vs selalu membutuhkan orang lain dalam mengambil keputusan yang di alami oleh siswa melalui layanan konseling kelompok dengan RPBK konseling kelompok dengan materi datang dan pergi sebagaimana diinginkan, mengatakan apa yang dipikirkan seseorang dan pemikirannya, tidak bergantung dengan orang lain dalam mengambil dengan menggunakan teknik modeling (percontohan). Kemudian konselor memberikan evaluasi terhadap hasil kegiatan konseling kelompok.

d. Treatment bisa diberhentikan apabila siswa sudah menunjukkan peningkatan pada perilaku tanggung jawab, mandiri, berinisiatif dan berpandangan positif terhadap masa depan.

G.Keterampilan KonselingBerikut ini adalah skill atau keterampilan yang harus dimiliki oleh

seorang konselor dalam melakukan proses konseling :

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100ANALISIS GRAFIK BULANAN

Kebebasan Bepergian

Mampu Men-gungkapkan Pemiki-ran

Mengambil Kepu-tusan Sendiri

Gambar 01. Keterampilan dasar dalam mikro konselingKeterangan:Segitiga diatas merupakan dasar dalam micko konseling yang terdiri dari:

1. Multiculture from clien and culture counselor adalah kemampuan konselor memahami kebudayan –kebudayan konseli dalam proses konseling. Contoh: menanyakan sesuatu yang khas didaerah konseli.

2. Atending behavioral adalah kemampuan konselor untuk merperhatikan gerak-gerik konseling dalam proses konseling. Contohnya: anggukan kepala,senyum dimana attending behavioral yang terdiri dari:a. Eye contact adalah kemampuan konselor menatap dan

memandang konseli dalam proses konseling.b. Cultural Appropriate adalah kemampuan konselor alam

memperhatikan budaya-budaya konseling dalam proses konseling.c. Body Language adalah kemanmpuan konselor menerapkan atau

menggunakan bahasa tubuh dalam proses konseling.d. Vocal Quality adalah kemampuan konselor memperhatikan tinggi

rendahnya nada suara dalam proses konseling. e. Verbal Tracking adalah kemampuan konselor memperhatikan

jalurnya pembicaraan dalam proses konseling.3. Clien observation skill adalah kemampuan konselor mengobservasi

konseli dalam proses konseling.4. Open and close Question adalah kemampun konselor dalam membuat

pertanyaan terbuka dan tertutup dalam proses konseling.Contah pertanyaan terbuka mengapa adik cari jurusan IPS coba jelaskan apa alasannya? Contoh pertanyaan tertutup apakah adik mengerti dengan apa yang Bapak sampaikan?

5. Encourage, Paraphrase, Summarationa. Encourage adalah kemampuan konselor mendorong,

membesarkan hati,mengorbankan semangat konseli dalam proses konseling Contuhnya : “ya…. pak yakin kamu pasti bisa.

b. Paraphrase adalah kemampuan konselor menafsirkan dan mengartikan apa yang telah di sampaikan dalam proses konseling

c. Summaration adalah kemampuan konselor memberikan kesempatan kepada konseli untuk menyimpulkan pembicaraan yang telah dilakukan dalam proses konseilng.

6. Reflection of feeling adalah kemampun konselor mereplesikan perasaan konseli dalam proses konseling.

7. Reflection of meaning adalah kemampuan konselor mereplesikan arti kata yang dikatan atau diucapkan konseli dalam proses konseling.

8. Focusing Clien, problemother, ”we” intervienewer, cultural/ environmental adalah kemampuan konselor fokus kepada konseli dalam wawancara,kebudayan atau konteksnya dalam proses konseling.

9. Influencing skills adalah ketrampilan yang mempengaruhi konselor dalam proses konseling, yang terdiri dari:b. Diretif adalah kemampuan konselor mengarahkan dan

menunjukkan konseli ke arah yang lebih baik dalam proses konseling

c. Logical consequences adalah kemampuan konselor memberikan akibat yang baik dalam proses konseling.

d. Interpretastion adalah kemampuan konselor menafsirkan apa yang terjadi dalm proses konseling

e. Self disclosure adalah kemampuan konselor membuka diri dalam proses konseling

f. Advice/information/explanation/intruction adalah kemampuan konselor memberikan nasehat,informasi, penjelasan dan intuksi kepada konseli dalam proses konseling.

g. Feedback adalah kemampuan konselor memberikan motivasi kepada konseli dalam proses konseli contoh: “ya ibu yakin kamu pasti bisa melakukannya”.

h. Influencing summary adalah kemampuan konselor memberiksn ringkasan pada konseli dalam proses konseling.

10.Confrontation adalah kemampuan konselor memperhatikan konseli dalam proses konseling. yang terdiri dari:

a. Disrepancies adalah kemampuan konselor mengutarakan ketidak setujuan kepada klaien dalm proses konseling

b. Incogruit adalah kemampuan konselor untuk memperhatikan ketidak cocokan yang dihadapi konseli dalam proses konseling.

11.Skill sequencing adnstructuring the interview adalah kemampuan konselor mengembangkan dan membuat wawancara yang terstruktur dalam proses konseling.

12.Pesonal dan teory counseling skill integration adalah kemampuan konselor memadukan dan menyatukan konseli dalam proses konseling.

13.Style adalah kemampuan konselor memahami gaya pribadi dalam memakai teori konseling,dalam proses konseling.

Skill Mikro Konseling: Keterampilan Attending seperti :1. Kontak mata ( melihat konseli pada saat di berbicara pada konseli

begitu pula sebaliknya).2. Ekspresi wajah (tenang, ceria dan tersenyum).3. Sapaan.

4. Salam/jabat tangan.5. Kualitas suara (ehem, iya...).6. Anggukan (body language).7. Posisi tubuh (agak condong kea rah konseli, jarak antara konselor

dengan konseli agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan).

8. Mendengarkan ( aktif penuh perhatian, tidak memotong pembicaraan konseli).

H. Alat, Media, dan Sumber Bahan1. Alat : spidol, papan, dan LCD Proyektor.2. Media : PowerPoint, gambar.3. Sumber Bahan :Dharsana. 2010.Teori-Teori Konseling (Diktat). Singaraja: Jurusan

Bimbingan Konseling FIP Undiksha.Ghufron, Nur dan Risnawita, Rini. 2010. Teori-Teori Psikologi.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.I. Evaluasi Bimbingan Konseling

1. Teknik penilaian : Kuesioner, buku harian2. Bentuk Penilaian : Buku harian, grafik harian, grafik mingguan, grafik bulanan

J. Tindak LanjutMemantau dan mengamati hasil prestasi belajar dan perilaku siswa selanjutnya memberikan tindak lanjut layanan sesuai kebutuhan.

Kisi-kisi.

Variabel Definisi IndikatorNomor Butir Jumlah

+ -

Autonomy Kebutuhan untuk bisa berdiri sendiri

Bisa datang dan pergi sebagaimana diinginkan.

1, 8, 11, 16, 23, 26

4, 7, 17 9

Mengatakan apa yang sedang dipikirkan oleh seseorang.

6, 9, 15, 18, 25, 27, 29

2, 5, 12, 20, 21,

12

Tidak bergantung dengan orang lain dalam mengambil keputusan.

3, 14, 24, 28, 30

10, 13, 19, 22 9

Jumlah 18 12 30

Nama : ..............................................................No. Absen : ..............................................................Kelas : ..............................................................Sekolah : ..............................................................

Kuesioner Pengukur Autonomya. Pengantar

1. Untuk mengetahui gambaran tentang otonomi (autonomy) siswa, maka disebarkan kuesioner untuk mendapatkan informasi tersebut.

2. Data yang didapatkan semata-mata untuk kepentingan penelitian, tidak ada sangkut pautnya dengan hal-hal lain. Untuk itu kejujuran Anda dalam menjawab sangat diharapkan.

3. Ini bukanlah soal ujian sehingga skor yang anda peroleh tidak akan mempengaruhi nilai mata pelajaran Anda.

b. Petunjuk Khusus1. Berikut ini disajikan beberapa pernyataan mengenai autonomy

(otonomi) siswa di sekolah. Anda diminta menjawab semua pernyataan yang tersedia dengan memberi tanda centang (√) pada salah satu alternatif jawaban yang menggambarkan kondisi anda sebenarnya. Pilihlah:

SS bila Sangat Sesuai dengan diri andaS bila Sesuai dengan diri andaKS bila Kurang Sesuai dengan diri anda

TS bila Tidak Sesuai dengan diri andaSTS bila Sangat Tidak Sesuai dengan diri anda

2. Contoh cara menjawab pernyataan dalam kuesioner autonomy sebagai berikut:

NO PERNYATAAN SS S KS TS STS

1 Saya selalu berusaha memahami mata pelajaran yang disampaikan guru dengan serius mengikuti proses belajar di kelas.

Penjelasan: Contoh di atas menunjukkan bahwa pernyataan No. 1 Sangat Sesuai dengan keadaan diri responden.

3. Sangat diharapkan Anda menjawab sesuai dengan keadaan diri Anda, karena tidak ada jawaban yang benar ataupun salah dalam kuesioner ini.

4. Kerahasiaan setiap jawaban Anda terjamin.5. Bekerjalah dengan cermat dan teliti. Jika ada hal-hal yang masih

meragukan, tanyakanlah kepada petugas.

SELAMAT BEKERJA ............

NO. PERNYATAAN SS S KS TS STS

1 Saya merasa bebas ketika akan bepergian.

2 Saya tidak mengerti dengan apa yang dikatakan orang lain.

3 Saya selalu membuat keputusan sendiri.

4 Ketika ingin pergi ke suatu tempat, saya harus melapor kepada guru terlebih dahulu.

5 Saya sering merasa ragu dalam menyampaikan pendapat saya.

6 Saya mudah mengerti dan mampu menyampaikan isi pikiran orang lain.

7 Untuk keluar rumah saya harus dijemput oleh salah satu anggota keluarga.

8 Orang tua saya tidak memberikan batasan dalam bepergian keluar rumah.

9 Saya sering memberikan masukan dalam diskusi-diskusi.

10 Saya sangat membutuhkan orang lain dalam membuat keputusan.

11 Tidak ada yang melarang saya ketika ingin pergi melakukan suatu kegiatan di luar rumah.

12 Saya tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan apa yang sedang saya pikirkan.

13 Dalam memilih suatu jurusan, saya selalu mengikuti pendapat teman.

14 Ketika berhadapan dengan berbagai pilihan, saya percaya dengan kemampuan saya untuk memilih salah satu pilihan jawaban.

15 Saya selalu aktif dalam kegiatan tanya jawab di kelas.

16 Saya jarang meminta ijin pada orang tua ketika ingin ke luar rumah.

17 Ketika ingin keluar kelas, saya harus ditemani teman saya.

18 Setiap mendapatkan ide baru, saya selalu menyampaikannya di depan kelas.

19 Saya selalu berkonsultasi kepada guru ketika akan memilih studi lanjut.

20 Saya selalu ragu dengan jawaban yang saya miliki.

21 Saya sulit mengerti dengan apa yang orang lain katakan.

22 Saya selalu meminta pendapat teman saya untuk menentukan jurusan yang tepat untuk saya.

23 Saya biasa memasuki dan meninggalkan ruangan kelas sendirian.

24 Saya tidak peduli dengan pendapat orang lain ketika saya mengambil suatu keputusan.

25 Pendapat seseorang dalam buku mudah saya pahami maksudnya.

26 Orang tua saya memberikan kebebasan dalam mengatur kegiatan saya di luar rumah.

27 Saya tidak mengalami kendala dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan guru kepada saya.

28 Pendapat orang lain saya gunakan sebagai masukan, namun sayalah yang memutuskan pilihan saya,

29 Dalam kegiatan kelompok, saya sering mengkritik pendapat anggota kelompok yang lain.

30 Saya biasa datang dan pergi dari rumah tanpa sepengetahuan orang tua.