latar belakang (2)

3
Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit epidemik global dengan penderita saat ini sekitar 347 juta penduduk dunia 1 . Dari total penderita DM tersebut, 80% diantaranya tinggal di negara dengan pendapatan per kapita rendah dan sedang 1 . Prevalensi DM di Indonesia sendiri diperkirakan dapat mencapai 21,3 juta orang pada tahun 2030 2 . Meskipun prevalensi DM tipe 1 dan 2 sama-sama naik, namun prevalensi DM tipe 2 yang meningkat lebih cepat diakibatkan gaya hidup yang tidak sehat dan meningkatnya kejadian obesitas terutama di negara-negara yang mengalami industrialisasi 3 . Terdapat dua dasar patofisiologi dari DM tipe 2 yakni resistensi insulin dan sekresi abnormal insulin 3 . Walaupun pasien DM tipe 2 masih dapat mempertahankan kemampuan sekresi insulin dalam tubuh namun produksi insulin relatif lebih rendah dibandingkan dengan glukosa yang dikonsumsi serta diperparah dengan terjadinya resistensi insulin 4 . Tingginya kadar gula darah pada penderita tipe 2 mengakibatkan timbulnya berbagai kompilikasi akibat berbagai kerusakan organ dan pembuluh darah. Salah satu komplikasi tersebut adalah sindrom nefrotik yang akhirnya akan bermuara pada penurunan fungsi ginjal kronik. Sekitar 20-40% pasien pasien DM tipe II akan mengalami penyakit ginjal akibat diabetes 5 . Nefropati diabetik menjadi penyebab utama gagal ginjal kronik di Amerika Serikat 5 . Keadaan yang sama juga sudah mulai kelihatan di Indonesia namun belum banyak studi yang mempelajari penurunan fungsi ginjal pada penderita diabetes. Patogenesis nefropati diabetik berhubungan dengan hiperglikemia yang terjadi lama (kronik). Mekanisme pastinya belum sepenuhnya diketahui, namun dipercaya melibatkan efek faktor terlarut (faktor pertumbuhan, angiotensin II, AGE, endotelin), perubahan hemodinamika di mikrosirkulasi ginjal, dan perubahan struktur glomerulus (peningkatan matriks selular dan penebalan membran basal) 3 . Berbagai faktor diyakini dapat mempengaruhi progresivitas kejadian penurunan fungsi ginjal pada penderita DM tipe 2. Misalnya pengontrolan gula darah intensif dengan sulfonylurea atau insulin yang dilakukan pada penderita DM tipe 2 dapat mengurangi risiko mikroalbuminuria hingga 33% 6 . Hipertensi juga merupakan salah satu komorbiditas yang harus diperhatikan pada penderita DM. Hipertensi tidak terkontrol dapat secara signifikan meningkatkan perkembangan komplikasi mikrovaskular 7 . DM bahkan dapat memperberat hipertensi akibat terjadinya resistensi insulin yang dapat meningkatkan retensi natrium 8 . Faktor lainnya yang tidak kalah penting dalam menentukan perkembangan komplikasi mikrovaskular adalah obesitas. Obesitas dapat

Upload: muhammad-luthfi-taufik

Post on 29-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Latar Belakang (2)

Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit epidemik global dengan penderita saat ini sekitar 347 juta penduduk dunia1. Dari total penderita DM tersebut, 80% diantaranya tinggal di negara dengan pendapatan per kapita rendah dan sedang1. Prevalensi DM di Indonesia sendiri diperkirakan dapat mencapai 21,3 juta orang pada tahun 20302. Meskipun prevalensi DM tipe 1 dan 2 sama-sama naik, namun prevalensi DM tipe 2 yang meningkat lebih cepat diakibatkan gaya hidup yang tidak sehat dan meningkatnya kejadian obesitas terutama di negara-negara yang mengalami industrialisasi3.

Terdapat dua dasar patofisiologi dari DM tipe 2 yakni resistensi insulin dan sekresi abnormal insulin3. Walaupun pasien DM tipe 2 masih dapat mempertahankan kemampuan sekresi insulin dalam tubuh namun produksi insulin relatif lebih rendah dibandingkan dengan glukosa yang dikonsumsi serta diperparah dengan terjadinya resistensi insulin4. Tingginya kadar gula darah pada penderita tipe 2 mengakibatkan timbulnya berbagai kompilikasi akibat berbagai kerusakan organ dan pembuluh darah. Salah satu komplikasi tersebut adalah sindrom nefrotik yang akhirnya akan bermuara pada penurunan fungsi ginjal kronik.

Sekitar 20-40% pasien pasien DM tipe II akan mengalami penyakit ginjal akibat diabetes5. Nefropati diabetik menjadi penyebab utama gagal ginjal kronik di Amerika Serikat5. Keadaan yang sama juga sudah mulai kelihatan di Indonesia namun belum banyak studi yang mempelajari penurunan fungsi ginjal pada penderita diabetes. Patogenesis nefropati diabetik berhubungan dengan hiperglikemia yang terjadi lama (kronik). Mekanisme pastinya belum sepenuhnya diketahui, namun dipercaya melibatkan efek faktor terlarut (faktor pertumbuhan, angiotensin II, AGE, endotelin), perubahan hemodinamika di mikrosirkulasi ginjal, dan perubahan struktur glomerulus (peningkatan matriks selular dan penebalan membran basal)3.

Berbagai faktor diyakini dapat mempengaruhi progresivitas kejadian penurunan fungsi ginjal pada penderita DM tipe 2. Misalnya pengontrolan gula darah intensif dengan sulfonylurea atau insulin yang dilakukan pada penderita DM tipe 2 dapat mengurangi risiko mikroalbuminuria hingga 33%6. Hipertensi juga merupakan salah satu komorbiditas yang harus diperhatikan pada penderita DM. Hipertensi tidak terkontrol dapat secara signifikan meningkatkan perkembangan komplikasi mikrovaskular7. DM bahkan dapat memperberat hipertensi akibat terjadinya resistensi insulin yang dapat meningkatkan retensi natrium8. Faktor lainnya yang tidak kalah penting dalam menentukan perkembangan komplikasi mikrovaskular adalah obesitas. Obesitas dapat meningkatkan faktor risiko hipertensi dan juga berhubungan erat dengan hiperinsulinemia dan resistensi insulin sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi fungsi ginjal8.

Komplikasi mikrovaskular pada ginjal akan mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara kronik. Pada awalnya jumlah protein/albumin dalam urin sulit dideteksi namun ketika mencapai > 30 mg/24 jam maka dapat dikatakan mikroalbuminuria5. Tingginya ekskresi albumin/protein dalam urin dapat menjadi penanda tingkatan kerusakan ginjal. Fungsi ginjal yang semakin menurun juga ditandai dengan pengingkatan kreatinin darah dan penurunan laju filtrasi glomerulus3.

Begitu eratnya hubungan antara kontrol gula darah dan komorbiditas DM tipe 2 seperti hipertensi dan obesitas terhadap komplikasi mikrovaskular DM misalnya nefropati/penyakit ginjal kronik serta kurangnya studi terkait yang dilakukan di Kalimantan Barat mendorong penulis mengajukan penelitian mengenai hubungan indeks massa tubuh, gula darah puasa dan tekanan darah terhadap penurunan fungsi ginjal pada penderita DM tipe 2. RS Soedarso Pontianak dipilih menjadi tempat penelitian karena merupakan pusat rujukan pasien di Kalimantan Barat sehingga dapat mewakili gambaran kejadian penurunan fungsi ginjal pada penderita DM tipe 2 di Kalimantan Barat.

Page 2: Latar Belakang (2)

Daftar Pustaka

1. World Health Organization. 10 Facts About Diabetes [homepage on internet]. No date [diakses 31 Mei 2013]. Available from: www.who.int/features/factfiles/diabetes/facts/en/index2.html

2. Kemenkes RI. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Mellitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang [homepage on internet]. (diupdate 2012; diakses 31 Mei 2013) . Available from: www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414- tahun-2030-prevalensi-diabetes- mellitus-di-indonesia-mencapai-21,3-juta-orang.html

3. Fauci, Longo, et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th edition. USA: McGraw-Hill; 20084. Goldman L, Ausiello D, editor. Cecil Medicine, 23rd edition. Philadelpia: Saunders; 20075. Lubis HR. Penyakit Ginjal Diabetik. Dalam: Sudoyo AW,editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi

IV. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI; 20066. Skyler JS. Effects of Glycemic Control on Diabetes Complications and on The Prevention of Diabetes.

Clinical Diabetes. 2004; 22(4): 162-1667. Stults B and Jones RE. Management of Hypertension in Diabetes. Diabetes Spectrum. 2006; 19(1):

25-318. Horita S, Seki G, Yamada H, Suzuki M, Koike K, and Fujita T. Insulin Resistance, Obesity,

Hypertension, and Renal Sodium Transport. International Journal of Hypertension. 2011; 11(8): 1-8