bab i pendahuluan 1.1 latar belakang -...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Surabaya berada di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini
merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya
menjadi salah satu kota metropolitan di Indonesia yang memiliki luas wilayah
52.087 Ha, dengan luas daratan 33.048 Ha atau 63,45% dan selebihnya sekitar
19.039 Ha atau 36,55% merupakan wilayah laut yang dikelola Pemerintah Kota
Surabaya. Jumlah penduduk Kota Surabaya hingga Desember 2015 adalah
sejumlah 2.939.421 jiwa.1 Hal ini kemudian yang memicu kepadatan jumlah pusat
perbelanjaan modern. Berdasarkan Informasi Data Pokok Kota Surabaya Tahun
2012, lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran berperan sebesar 44,46%
dari semua total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga
Berlaku (ADHB) Surabaya di tahun 2012, di mana tahun sebelumnya hanya
sebesar 43,90% saja.2
Sektor perdagangan ada 2 yaitu, perdagangan menengah biasanya
dipegang oleh kelompok masyarakat keturunan China dan perdagangan kecil
dipegang oleh penduduk lokal tradisional. Berdasarkan daerah tempat
perdagangan, masyarakat keturunan China menempati daerah pecinan, di sekitar
Jl. Kembang Jepun, Surabaya. Daerah tempat perdagangan masyarakat lokal
mengelompok menjadi satu, kemudian menghilang pada tahun 1900-an.
1 Profil Kota Surabaya Tahun 2015. http://dinkominfo.surabaya.go.id/dki.php?hal=30. Diakses
pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 20.17 WIB. 2 Informasi Data Pokok Kota Surabaya Tahun 2012 Bab 10 Pendapatan Regional. Pdf (online).
http://www.surabaya.go.id%2Ffiles. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 20.32 WIB.
2
Pemerintah pada saat itu melakukan pembangunan fasilitas perdagangan ritel
dalam bentuk pertokoan dan perpasaran secara formal terlihat ditingkatkan pada
saat pemerintahan Gemeente Soerabaia berjalan hingga tahun 1940 dan Kota
Surabaya mulai diperluas ke arah selatan. Fasilitas perdagangan yang tampak
terbangun pada masa Gemeente Soerabaia antara lain, Tunjungan (shopping
street), Pasar Pabean, Pasar Pegirian, Pasar Genteng, Pasar Tunjungan, Pasar
Blauran.3
Urbanisasi yang terus berlangsung dan diikuti dengan peningkatan
kebutuhan masyarakat akan adanya pertumbuhan dan perkembangan dalam segala
sektor, salah satunya adalah berbelanja. Masyarakat sudah terbiasa adanya pusat-
pusat perbelanjaan khususnya mall yang sudah banyak memakan tempat atau
lahan terbuka hijau yang ada di Kota Surabaya, oleh karena itu pembangunan
terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin tahun
mengalami peningkatan. Berdasarkan perkembangan Kota Surabaya salah satu
bentuknya dengan melakukan pembangunan-pembangunan mall atau pusat
perbelanjaan, akan tetapi kota yang mendapat julukan sebagai kota Pahlawan ini
menjadi salah satu tempat urbanisasi dari berbagai kalangan, maka dari itu
terdapat pusat-pusat perbelanjaan seperti mall. Pengunjung mall juga dari
berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Nge-mall begitu
mudah diterima oleh masyarakat perkotaan, salah satunya di Kota Surabaya.
Mall dikenal dengan bangunan yang tertutup dan besar. Tidak hanya itu, di
dalam mall menyiadakan berbagai kelengkapan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
3 Profil Kabupaten / Kota Surabaya Jawa Timur.
http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/surabaya.pdf. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli
2015. Pukul 21.14 WIB.
3
Mall memberikan kenyamanan tersendiri bagi pengunjungnya dengan fasilitas
ruang ac dan tempat yang bersih. Mall di Kota Surabaya sudah tersebar ke
beberapa wilayah, seperti Surabaya bagian Barat, Timur, Utara, dan pusat Kota
Surabaya. Tempat makan maupun tempat rekreasi yang dulunya menjadi pilihan
utama untuk dikunjungi, sekarang semuanya sudah dikemas menjadi satu di
dalam mall. Menjamurnya pembangunan mall, maka masyarakat secara perlahan
mulai terjebak dalam dunia hiperrealitas, di mana realita asli tidak tampak.
Masyarakat yang tinggal di perkotaan lebih mengikuti trend yang semula adalah
budaya Barat yang kini dijadikan kiblat oleh masyarakat di negara berkembang
seperti di Indonesia dalam berperilaku.
Jangkauan pelayanan pada masing-masing pusat perbelanjaan ini
didasarkan pada luasan masing-masing pusat perbelanjaan yang ada. Berdasarkan
luasannya jangkauan pelayanan ini dibedakan menjadi dua yaitu pusat
perbelanjaan skala distrik (17,72 km2 atau radius 2,37 km), dan regional (42,27
km2 atau radius 3,9 km). Hasil identifikasi dari total luas pusat perbelanjaan
diketahui ada 3 pusat perbelanjaan skala distrik dan 19 pusat perbelanjaan skala
regional.4 Skala distrik dimana skalanya mulai dari kelas menengah ke atas,
berbeda halnya dengan skala regional yang skalanya mulai dari menengah ke
bawah. Jumlah pusat perbelanjaan atau mall di Kota Surabaya yang mencapai 22
unit dinilai berlebihan. Banyaknya jumlah mal itu dikhawatirkan mengganggu
perekonomian di pasar tradisional setempat. "Jumlah mal di Kota Surabaya perlu
4 Achmad Miftahur Rozak dan Putu Gde Ariastita. 2013. Pola Spatial Persebaran Pusat
Perbelanjaan Modern di Surabaya Berdasarkan Probabilitas Kunjungan. Jurnal Teknik Pomits
Vol 2 No 2. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. ITS. Surabaya
4
pembatasan, meski tidak ada larangan membangun mall," ujar Anggota Komisi C
DPRD Kota Surabaya, Agus Santoso, Jumat (16/9).5
Tabel 1. Data 22 mall yang ada di Surabaya
Nama Mall Alamat Nama Mall Alamat
BG Junction
Utara Surabaya di
daerah Blauran,
arah ke Tanjung
Perak, sebelum
Tugu Pahlawan
World Trade
Center Surabaya
(WTC Surabaya)
Jl. Pemuda No.
27-31, Surabaya.
Tepatnya terletak
pada Surabaya
bagian pusat
City of Tomorrow
(CITO)
Jl. Jend. Ahmad
Yani No. 288
(Bundaran Waru),
Surabaya, Jawa
Timur 60234,
Indonesia
JS Plaza
Jl. Jemur
Andayani No. 7,
Kota Surabaya
Hi-Tech Mall
Jl. Kusuma Bangsa
No. 116, Surabaya,
Kec. Sidoarjo.
Tepatnya terletak di
Surabaya bagian
utara
Grand City
Surabaya
Jl. Kusuma
Bangsa, Surabaya
Jembatan Merah
Surabaya
daerah Surabaya
utara, dekat dengan
Tanjung Perak.
Sebelum
Polrestabes
Surabaya
Ciputra World
Surabaya
Jl. Mayjen
Sungkono No.87
Dukuh Pakis, Kota
Surabaya
Pakuwon Trade
Centre (PTC)
Satu kompleks
dengan Supermall
Pakuwon.
Kompleks mall
yang terbesar di
Surabaya bagian
barat.
Lenmarc Jl. Bukit Darmo
Golf, Surabaya
Royal Plaza Jl. Ahmad Yani
No. 16-18,
Surabaya
Plaza Surabaya
(Delta Surabaya)
Jl. Pemuda No.
33-37, Surabaya
5 Jumlah Mal di Surabaya Berlebihan.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/09/16/lrm9gm-jumlah-mal-di-surabaya-
berlebihan. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 22.05 WIB.
5
Surabaya Town
Square (SUTOS)
Jl. Adityawarman
No. 55, Surabaya
Golden City
Mall
Jl. Abdul Wahib
Siamin No. 2-8,
Surabaya
Pusat Grosir
Surabaya (PGS)
Jl. Dupak No. 1 (Jl.
Stasiun Pasar Turi),
Surabaya.
Darmo Trade
Centre (DTC)
daerah Darmo
sebelum/setelah
flyover
Wonokromo
Tunjungan Plaza
(TP)
Pusat kota
Surabaya,
berbatasan dengan
Surabaya Utara,
sebelum daerah
Blauran
Central Point
Mall
Jl. Raya Ngagel
No. 137-141,
Surabaya
Pakuwon Indah
Supermall (SPI)
Terletak di
Surabaya kota
bagian barat
Plaza Marina
Jl. Margorejo
Indah No. 97-99
Margorejo,
Wonocolo,
Surabaya
Galaxy Mall
Terletak di
Surabaya kota
bagian Timur
Tunjungan
Electronic center
Jl. Tunjungan,
Surabaya
Sumber: http://www.infosby.asia6
Berdasarkan tabel di atas memaparkan mall yang ada di Kota Surabaya
sudah mencapai 22 mall yeng tersebar di seluruh wilayah Kota Surabaya. Mall
tersebut terbagi dalam wilayah Surabaya bagian Utara, Timur, Barat, Selatan, dan
Surabaya bagian Pusat.
6 33 Mall dan Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya. http://www.infosby.asia/2014/06/33-mall-
pusat-perbelanjaan-surabaya.html. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 22.38 WIB.
6
Gambar 1. Peta Persebaran Mall di Kota Surabaya
Sumber : Profil Keaneragaman Hayati Kota Surabaya Tahun 20127
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat dengan mudah mall yang berada
di kawasan Pusat ke arah Utara lebih mendominasi dibandingkan mall yang
berada di kawasan bagian Barat, Timur, Selatan. Jumlah mall sebanyak 22 mall
tersebut tidak menutup kemungkinan adanya mall-mall baru yang akan berdiri di
Kota Surabaya. Ada 4 (Empat) pusat tempat belanja baru yang beroperasi di Kota
Surabaya, hingga 2016 mendatang. Keempat pusat belanja tersebut adalah
Tunjungan Plaza V, Marvel City (E Square), Lippo Mall Gubeng, dan Supermal
Pakuwon 2. Sementara yang masih dalam tahap perencanaan final sebanyak
sembilan pusat belanja. Masing-masing akan direalisasikan mulai tahun 2015
hingga 2017 mendatang, yakni Hampton Square, Praxis, The Frontage, Maspion
Square 2, Tunjungan Plaza VI, Mal Pasar Atum 2, One Galaxy Mall, Ciputra
World Surabaya 2, dan Puncak Central Business District (CBD) Jajar.8
7 Profil Keaneragaman Hayati Kota Surabaya Tahun 2012.
lh.surabaya.go.id/.../2012/3.%20BAB%20II%20KEHATI%202012.pdf. Diakses pada Rabu,
tanggal 1 Juli 2015. Pukul 23.32 WIB. 8http://properti.kompas.com/read/2014/08/26/172007121/Hingga.2016.Surabaya.Tambah.Empat.P
usat.Belanja.Baru. Diakses pada Rabu, tanggal 1 Juli 2015. Pukul 23.49 WIB.
7
Realitanya kini banyak dijumpai pusat perbelanjaan yang ada di kota
Surabaya salah satunya adalah mall yang terkenal di Indonesia yaitu Tunjungan
Plaza yang terletak di Jl. Basuki Rachmat No. 8-12 Surabaya. Nge-mall
merupakan kegiatan yang dilakukan sebagian besar masyarakat belakangan ini.
Tampilan-tampilan yang ditawarkan oleh Mall semakin beragam mulai dari segi
bangunan hingga produk yang ada di dalam mall sendiri, selain itu mall yang ada
di Surabaya juga mempunyai kelas-kelas mulai dari masyarakat kelas menengah
hingga menengah ke atas. Mall memiliki beberapa fasilitas antara lain, yaitu pusat
perbelanjaan, tempat makan, tempat hiburan, tempat bermain, tempat olah raga.
Mall menjadi salah satu bentuk wujud dari adanya hiperrealitas yang
tengah terjadi di masyarakat. Hiperrealitas yang terjadi di mall ditunjukkan
melalui sign, fashion, citra, representasi, simulasi, simulakra. Masyarakat mulai
ditawarkan dengan gedung bagus, bertingkat minimal tiga, kenyamanan dalam
berbelanja, ruang yang disediakan lebih baik, dan kebersihan. Etalase-etalase yang
ditawarkan di dalam sebuah mall menjadikan pola interaksi antar pengunjung dan
pembeli lebih individualis karena di dalam mal tidak terjadi proses tawar menawar
harga. Mall memberikan tampilan luar yang mengundang masyarakat untuk
mengunjunginya. Hal ini diperkuat dengan adanya faktor pendorong berkunjung
ke mall, yaitu menawarkan fasilitas yang lengkap, produk import dan berkualitas,
keamanan, kenyamanan, hiburan dan promosi menarik lainnya.
Tunjungan Plaza (TP) Surabaya sendiri indentik dengan pengunjung kelas
menengah ke atas. Harga barang yang mahal serta pengunjung yang dijumpai
beragam mulai dari pengusaha, remaja, hingga anak-anak yang datang bersama
kedua orantuanya. Tunjungan Plaza (TP) Surabaya merupakan salah satu mall
8
megah di antara beberapa mall yang ada di Kota Surabaya. Gerak operasionalnya
sehari-hari, Tunjungan Plaza (TP) menjadi pusat pembelanjaan yang terdiri dari
beberapa toko, swalayan, dan department store yang menyediakan berbagai aneka
barang dengan berbagai jenis, merk, dan ukuran pada tingkat harga yang
bervariasi. Berada di Tunjungan Plaza (TP) akan menemui pula beberapa merk
internasional yang sudah terkenal seperti Sogo, Zara, Victoria Secret. Masyarakat
dari waktu ke waktu cenderung menggabungkan kegiatan pemasaran dan rumah
tangga dalam berbelanja dengan berbagai kegiatan lainnya seperti rekreasi atau
sekedar jalan-jalan.
Pengunjung sebagian besar orang kelas menengah ke atas dan sebagian
kecil orang kelas menengah ke bawah, karena ingin mendapat suatu pengakuan
atau representasi diri sudah masuk mall. Mereka juga makan-makanan seperti
KFC, Hoka-Hoka Bento, Solaria dan lain-lain dimana itu adalah makanan dengan
tampilan luar negeri. Hiperrealitas yang ditawarkan oleh Tunjungan Plaza (TP)
Surabaya kini semakin mengkhawatirkan. Hal ini membentuk konsep pada diri
individu maupun masyarakat mengenai perkembangan yang ada menjadikan
mereka mengikuti gaya hidup yang semakin modern. Saat ini, masyarakat
perkotaan tidak hanya didorong oleh adanya kebutuhan akan fungsi barang
tersebut, akan tetapi, didasari oleh keinginan yang sifatnya untuk menjaga gengsi.
Membeli tidak lagi dilakukan karena produk tersebut dibutuhkan, namun membeli
dilakukan karena alasan lain seperti sekedar mengikuti mode, hanya ingin
mencoba produk baru, ingin memperoleh pengakuan sosial dan sebagainya.
Kegiatan ini sudah menjadi bersifat „biasa‟, maka semakin lama kegiatan ini akan
9
menjadi sebuah kebutuhan dan membuat realitas antara kegiatan biasa dan „biasa‟
pada kehidupan sehari-hari menjadi tidak jelas lagi.
Gemerlapnya lampu dan besarnya bangunan maupun desain yang ada di
mall, menjadikan masyarakat ingin mengunjunginya. Tampilan luar yang ada
dikemas sedemikian rupa untuk menarik pengunjung dan pada akhirnya
masyarakat yang mengunjungi mall mulai mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Tidak hanya masyarakat yang mengendalikan kebutuhan tetapi masyarakat
dikendalikan akan teknologi yang berkembang dan tawaran-tawaran produk yang
dikemas sedemikian menarik mungkin agar dapat menarik konsumen. Masyarakat
kini menjadi penonton dari kegiatan-kegiatan di dalam mal, karena apa yang ada
di etalase maupun papan reklame yang berada di luar mall hanyalah sebagai
tampilan untuk menarik masyarakat.
Baudrillard (1983) melukiskan kehidupan post-modern sebagai
hiperrealitas. Apa yang nyata disubordinasikan dan akhirnya dilarutkan sama
sekali. Kini menjadi mustahil untuk membedakan yang nyata dari yang sekedar
tontonan, sehingga apa yang ditampilkan oleh pengunjung mal dari mulai gaya
hingga gadget yang digunakan itu sama halnya dengan merealialitaskan diri
sendiri agar mendapatkan citra atau representasi diri. Konsumen hidup karena
kebebasan, aspirasi, pilihan-pilihan perilaku pembeda, konsumen tidak hidup
karena paksaan diferensiasi dan ketundukan pada undang-undang. Kebutuhan
bukanlah sebagai buah dari produksi, tetapi sistem kebutuhan adalah produksi dari
sistem produksi. Pada dasarnya adanya kekurangan kemampuan dan kesadaran
masyarakat dalam memilah antara kebutuhan dan keinginan, seperti makanan,
pakaian, rekreasi, dan barang elektronik. Kebutuhan yang akan dicapai mengikuti
10
apa yang sudah disediakan dengan hiperealitas yang sudah ditawarkan melalui
etalase-etalase yang menarik konsumen.
Baudrillard melontarkan argumentasi brilian mengenai kebutuhan. Sesuai
dengan analisis struktural, konsumsi merupakan efek saling ketergantungan tanda-
tanda. Ironi terbesar dari definisi komsumsi menurut Baudrillard adalah bahwa
perbedaan-perbedaan produksi industrial dianggap memungkinkan bagi seseorang
untuk menjadi dirinya sendiri, memiliki gaya dan kepribadian, secara simultan
menghapus perbedaan tunggal antar orang yang menggantinya dengan tanda-
tanda perbedaan, secara terus menerus, menyesuaikan dengan model artifisial dan
abstrak. Baudrillard juga mengemukakanselain heperrealitas juga mengenai
simulasi, simulacra, serta citra.9
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan gambaran tersebut, rumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini adalah bagaimana Hiperrealitas Mall Bagi Pengunjung di Tunjungan
Plaza Surabaya?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini, yakni untuk mendiskripsikan atau menggambarkan Hiperrealitas
Mall Bagi Pengunjung di Tunjungan Plaza Surabaya.
9 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, 2010. Teori Sosiologi Modern, Jakarta. Kencana
Prenada Media Group
11
1.4 Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Dapat memberikan kontribusi pengembangan teori yang menjadi
landasan teori berkaitan dengan teori Jean Baudrillard yang berbicara salah
satu konsepnya yaitu, hiperrealitas serta metode yang digunakan dalam
penelitian Hiperrealitas Mall.
2. Praktis
Dapat menambah referensi bagi peneliti yang akan meneliti dengan
tema yang sama serta menambah wawasan bagi mahasiswa serta dosen, selain
itu berkenaan juga dengan pengambil kebijakan agar lebih memperhatikan
dampak dari adanya pembangunan Mall sehingga mengakibatkan adanya
Hiperrealitas Mall.
1.5 Definisi Konsep
1. Hiperrealitas
Hiperrealitas atau realitas semu adalah realitas yang dihasilkan dan
reproduksi objek dengan referensi objek yang tidak nyata. Baudrillard merasa
bahwa realitas sudah mati. Hiperrealitas adalah dimana tanda-tanda memiliki
kehidupannya sendiri, lepas dari realitas dan mengambang bebas.10
Apa yang
nyata (real) disubordinasikan dan akhirnya dilarutkan sama sekali. Kini
menjadi mustahil untuk membedakan yang nyata dari sekedar tontonan. Di
10
Kevin O‟Donnell. 2014. Postmodernisme. Yogyakarta. PT Kanisius
12
kehidupan nyata, kejadian-kejadian “nyata” semakin mengambil ciri hiperriil
(hyperreal).11
Hiperrealitas menciptakan satu kondisi yang di dalamnya kepalsuan
berbaur dengan keaslian, masa lalu berbaur masa kini, fakta bersimpang siur
dengan rekayasa, tanda melebur dengan realitas, dusta bersenyawa dengan
kebenaran. Kategori-kategori kebenaran, kepalsuan, keaslian, isu-isu, realitas
seakan-akan tidak berlaku lagi. Hiperrealitas membuat masyarakat modern
menjadi berlebihan dalam pola mengkonsumsi sesuatu yang tidak jelas
esensinya. Kebanyakan dari masyarakat ini mengkonsumsi bukan karena
kebutuhan ekonominya melainkan karena pengaruh model-model dari
simulasi yang menyebabkan gaya hidup masyarakat menjadi berbeda. Mereka
jadi lebih konsen dengan gaya hidupnya dan nilai yang mereka junjung
tinggi.12
1.6 Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang peneliti lakukan dengan kualitatif
Pendekatan kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan data diskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang diamati.13
Secara umum penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami
11
George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Kencana
Prenada Media Group 12
Muhammad, Azwar. 2014. Teori Simulakrum Jean Baudrillard dan Upaya Pustakawan
Mengidentifikasi Informasi Realitas. Jurnal Ilmu Perpustakaan & Kearsipan Khizanah Al-Hikmah,
Vol. 2 No. 1 13
Moleong. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
13
(understanding) dunia makna yang disimbolkan dalam perilaku masyarakat
menurut perspektif masyarakat itu sendiri.14
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah diskriptif. Jenis penelitian ini
data yang diperoleh berupa kata-kata atau tindakan, maka penelitian ini hanya
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel.
Penelitian diskriptif kualitatif merupakan penelitian yang datanya
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan berupa angka-angka atau
angket.15
Peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat
perhatian, kemudian menggambarkan sebagaimana adanya, seperti Mall
Tunjungan Plaza yang menjadi pusat perbelanjaan terbesar di Kota Surabaya
dan menjadi salah satu bentuk terjadinya hiperrealitas.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana peneliti melihat keadaan
yang sebenarnya dari objek yang diteliti yaitu, berada di Tunjungan Plaza
(TP) Jl. Basuki Rachmat No. 8-12 Surabaya. Alasan peneliti memilih lokasi
penelitian tersebut karena peneliti melihat bahwa Tunjungan Plaza
merupakan salah satu mall yang sudah terkenal di Indonesia dan menjadi
kontruksi masyarakat sebagai high class mall.
14
Imam Suprayogo dan Tobroni, 2001. Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung. Remaja
Rosdakarya. 15
Ibid. Moleong. 2002. Hlm. 6
14
4. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yang digunakan peneliti adalah pengunjung mall
Tunjungan Plaza (TP) Surabaya Jl. Basuki Rachmat No. 8-12 Surabaya.
Pengunjung yang notabene-nya sebagai penikmat mall, manusia yang
konsumtif akan adanya mall, dan selalu ingin menikmati fasilitas atau
tampilan yang ada di mall.
5. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengambilan Sampel yang digunakan adalah accidental
sampling. Accidental sampling adalah teknik pengambilan sampel secara
tidak sengaja atau secara acak, karena peneliti menentukan sampel secara
acak.16
Pengunjung yang dijadikan informan dalam penelitian adalah
pengunjung yang ditemui peneliti di dalam mall ketika peneliti melakukan
observasi maupun wawancara.
6. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data
dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan
yang diteliti.17
Data primer diperoleh dari sumbernya (subjek penelitian).
Peneliti mengamati, melakukan wawancara dan mecatatnya pada saat
melakukan observasi di Tunjungan Plaza (TP) Surabaya.
16
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta 17 Cooper dan Emory, 1996. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta. Erlangga
15
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung atau melalui media perantara. Data sekunder
berupa foto-foto yang dihasilkan sendiri dengan kamera. Foto yang terkait
dengan hiperrealitas yang ada di Tunjungan Plaza (TP) Surabaya baik dari
Kode, Fashion, Citra, Simulasi, Simulakra dan Representasi hingga foto
pengunjung Tunjungan Plaza Surabaya.
7. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini tentu memerlukan adanya data-data, yakni sebagai
bahan yang akan diteliti dan untuk memperolehnya perlu adanya metode yang
dipakai sebagai bahan pendekatan. Adapun teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini, yakni sebagai berikut:
a. Observasi
Pengamatan dalam metode observasi dapat diklasifikasikan melalui
cara berperanserta dan yang tidak berperan serta. Pada pengamatan tanpa
peranserta pengamat atau peneliti hanya melakukan satu fungsi; yaitu
mengadakan pengamatan. Pengamat atau peneliti berperanserta melakukan
dua peranan sekaligus, yaitu; sebagai pengamat atau peneliti dan sekaligus
menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamati.18
Berdasarkan macam-macam metode pengamatan tersebut, metode
observasi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu dilakukan secara terus
terang. Dengan kata lain, dari beberapa subjek yang diteliti terutama
18
Ibid. Moleong, 2002. Hlm.126
16
pengunjung Tunjungan Plaza mengetahui sejak awal bahwa peneliti
melakukan kegiatan penelitian.
Situasi-situasi yang tidak diinginkan terjadi dalam hal ini tententu
peneliti juga melakukan observasi secara tersamar. Misalnya, meniru perilaku
subjek dengan mengikuti kegiatan menjadi pengunjung mall dan mengamati
tindakan yang dilakukan oleh pengunjung, selain itu peneliti juga ikut duduk
bersebelahan dengan subyek yang akan diteliti, karena berdasarkan studi
pendahuluan oleh peneliti bahwa observasi secara terus terang dan dilakukan
secara berulang-ulang akan membuat subjek menjadi resah, dan ada
kemungkinan subjek akan memberi respon yang tidak baik.
b. Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti wawancara secara terstruktur
dan tidak terstruktur karena peneliti mewawancari pengunjung yang ditemui
ketika melakukan observasi dan pertanyaan yang diajukan adalah turunan dari
6 konsep teori yang digunakan untuk dapat menggambarkan hiperrealitas
mall Tunjungan Plaza Surabaya.
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi dilakukan dengan
memanfaatkan data-data yang telah ada di lokasi penelitian yang digunakan
untuk membantu menganalisa penelitian. Hasil dokumentasi yang dihasilkan
yaitu dengan adanya dokumentasi tempat penelitian, spanduk maupun banner
yang terpasang, sebagian pengunjung, serta denah peta yang tertera di dalam
mall Tunjungan Plaza. Pengambilan dokumentasi yang dilakukan pada saat
melakukan observasi.
17
8. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dalam penelitian dilakukan secara induktif, yaitu
dimulai dari lapangan atau fakta empiris yang diperoleh dengan cara terjun ke
dalam lapangan.
Gambar 2. Model Analisa Interaktif dari Miles dan Huberman
Sumber: Miles dan Huberman19
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh melalui observasi pada Tunjungan Plaza
Surabaya yang menggambarkan hiperrealitas mall. Data ini berupa data
sekunder yang berupa foto-foto serta pengamatan terhadap seluruh bagian
dari Tunjungan Plaza Surabaya serta pengunjung yang mengunjungi mall.
b. Reduksi Data
Reduksi data yaitu memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus
peneliti. Hasil observasi dan dokumentasi di lapangan, data yang peneliti
peroleh masih luas dan banyak akan diolah sehingga peneliti akan
menggolongkan hasil penelitian sesuai sub permasalahan yang sudah
19
Muhammad Idrus. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial:Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif:Edisi Kedua. Jakarta. Erlangga
Pengumpulan
Data
Penarikan
Kesimpulan Penyajian
data
Reduksi Data
18
dijabarkan pada rumusan masalah. Penjabaran mengenai hiperrealitas mall
yang dikelompokkan menurut fokus penelitian masing-masing.
c. Penyajian Data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dengan cara hasil dari reduksi
yang sudah dilakukan tentang hiperrealitas mall.
d. Penarikan Kesimpulan
Pengambilan kesimpulan dilakukan setelah penyajian data selesai,
maka dilakukan tahap reduksi untuk memilah-milah data yang benar-benar
dibutuhkan dalam penelitian, kemudian ditampilkan dalam pembahasan
karena dianggap penting dan relevan. Setelah tahap reduksi selesai dilakukan
penyajian data secara rapi dan sistematis, maka setelah itu diambil suatu
kesimpulan. Kesimpulan yang ada adalah menjawab dari rumusan masalah
dan temuan-temuan baru yang ada di lapangan.