lapsus kista ovarium
DESCRIPTION
mantabbTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Ovarium merupakan sepasang organ pada sistem reproduktif wanita.
Berlokasi di pelvis, di samping uterus, yang mana adalah cekungan, berbentuk
seperti buah peer pada bayi yang sedang tumbuh. Masing-masing ovarium ukuran
dan bentuknya seperti buah kenari. Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon
wanita. Hormon merupakan bahan kimia yang mengontrol jalannya fungsi dari sel
dan organ tertentu.Setiap bulan, selama siklus menstruasi, sebuah sel telur
dikeluarkan dari satu ovarium dalam proses yang disebut ovulasi. Perjalanan sel
telur dari ovarium melalui tuba falopii menuju ke uterus.
Ovarium juga merupakan sumber utama dari hormon wanita yaitu estrogen
dan progesteron. Hormon-hormon ini mempengaruhi perkembangan dari
payudara wanita, bentuk tubuh, dan rambut tubuh. Hormon-hormon ini juga
mengatur siklus menstruasi dan kehamilan.
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang
banyak menyerang wanita.kista mempengaruhi siklus haid perempuan karena
sistem hormonal yang terganggu. Secara alami, hormon akan meregulasi
pertumbuhan sel telur di ovarium. Namumn medis belum mampu menjelaskan
secara gamblang bagaimana siklus hormonal perempuan penderita terganggu.
Namun dari berbagai penelitian yang terus dilakukan untuk memecahkan kasus ini
agar jumlah penderita kista dapat di tekan.
Angka kematian akibat kista ovarium cukup tinggi karena penyakit ini
awalnya tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan. Perjalanan penyakit yang
dianggap silent killer atau secara diam-diam menyebabkan banyak wanita yang
tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya
mengetahui pada saat kista sudah teraba dari luar atau membesar. Mekanisme
terjadinya kanker masih belum jelas, sehingga dianjurkan pada wanita yang
berusia di atas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap
kemungkinan terjadinya kanker ovarium (Susanto 2009).
1
Pemeriksaan USG transvaginal ditemukan kista ovarium pada hampir
semua wanita premenopouse dan terjadi peningkatan 14,8% pada wanita post
menopouse. Kebanyakan dari kista tersebut bersifat jinak. Kista ovarium
fungsional terjadi pada semua umur, tetapi kebanyakan pada wanita masa
reproduksi. Dan kista ovarium jarang setelah masa menopouse.
Insidensi keganasan ovarium, tertinggi terdapat di Negara Skandinavia
(14,5-15,3 per 100.000 populasi). Di Amerika insidensi keganasan ovarium semua
ras adalah 12,5 kasus per 100.000 populasi pada tahun 1988 sampai 1991.
I.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya kista ovarium serta
mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan pada pasien kista ovarium
2. Tujuan Khusus
a. mengetahui tetntang kista ovarium pada kasus
b. mengetahui terapi pada kasus kista ovarium
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
KASUS
III.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. s
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Jawa
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Tegalrejo
Masuk : 30/10/12
III.2 Anamnesis
Tanggal 24 Oktober 2012
Pasien baru membawa surat pengantar dari Puskesmas Salaman dengan
diagnosa prolapsus uterus
Keluhan utama : rahimnya terasa turun
Riwayat Penyakit Sekarang : merasakan rahimnya turun sejak beberapa
bulan yang lalu, sudah sebulan terakhir turun
sampai keluar dari vagina tapi masih bisa
masuk sendiri. Seminggu terakhir rahimnya yg
keluar vagina jika ingin dimasukkan harus
dibantu manual (menggunakan tangan
Keluhan tambahan : nyeri ketika berhubungan seksual
Riwayat Menstruasi : sudah menopouse sejak usia 50 tahun, riwayat
menstruasi teratur sat masih menstruasi
3
Riwayat Penyakit Dahulu : - Kencing manis : tidak ada
- Tekanan darah tinggi : tidak ada
- Penyakit jantung : tidak ada
- Sesak nafas : tidak ada
III.3 Pemeriksaan Fisik
Tanggal 30 oktober 2012
KU : tampak sakit ringan, kesadaran Compos mentis
TV : TD: 120/80 mmHg N : 96 x/mnt
S : 36,1°C RR: 20 x/mnt
Status Generalis :
Mata : Conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-
Hidung : Discharge tidak ada
Mulut/Gigi : Sianosis tidak ada/tidak berlubang,tidak ada karies
Thiroid : Tidak teraba besar
Thorax : Paru : Vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak
….ada
Jantung : SI – SII reguler, murmur tidak ada, gallop
tidak ada.
Abdomen :
• Inspeksi : dbn
• Auskultasi : bising usus (+)
• Palpasi : nyeri (-), nyeri tekan (-)
• Perkusi : normal
Hepar/Lien : Tidak teraba besar
Usus : Bising usus + normal
Extrimitas : Extremitas superior dan inferior tidak ada edema.
Akral : dingin
Reflek : Positif dbn
4
Status Lokalis
Pemeriksaan genital
a. Pemeriksaan Luar
Inspeksi : vulva dan vagina dbn, terlihat sebagian bagian serviks
keluar dari vagina
Palpasi : nyeri (-), bisa dimasukan manuak
III.4 Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)
Pemeriksaan Hb = 10,9 gr/dl
Pemeriksaan Leukosit =/ ul
Limfosit 5,1
Monosit 1,7
Granulosit 9,2
HCT = 33 %
Trombosit 220 x 109/
Eritosit 11.6x 106
MCV 71 L
MCH 25,9
MCHC 36,5
III.5 Diagnosis
Prolapsus Uterus derajat II
III.6 Penatalaksanaan
• Observasi vital sign
• Cek lab
• Rencana histerektomi
5
–– –
FOLLOW UP
TGL Subyektif Obyektif Assessment Planning
31/10/1206.00
10.00
!7.50
19/10/12
Perut tidak nyaman
Perut mual
Nyer bekas operasi, mual
KU : baikKes : CM VS : T : 140/90 mmHg
N :84 x/mnt R : 24 x/mnt S : 36,5C
Status Generalis Mata : CA (-/-) SI (-/-)Thorax : c/p dbn
Ekstremitas :
Status LokalisRegio AbdomenI : perut membesarPa : massa di perut bagian
bawah , Nyeri tekan (-)
KU : SedangKes : CM VS : T : 120/80 mmHg
N : 96 x/mnt S : 37C
Prolapsus uterus derajat II
Dilakukan operasi (Salphingoovorokistektomi dekstra)
Post kistektomi hari ke 1
Periksa labObservasi VSRencana operasi
Intruksi pasca operasi - Awasi VS samai
stabil- Infus
RL:NaCl:D5 = 2:1:1
- Inj. Tramadol 1 amp /12 jam
- Inj. Cefotaksim1gr/12 jam
- Infus metronidazol 500 mg/12 jam
- Cek Hb
ranitidin iv dan drip ondansetron 2 amp
- Observasi ku VS
- Lanjutkan terapi post operasi
6
20/10/12
21/10/12
Demam dan mengigil
Status Generalis Mata : CA (-/-) SI (-/-)Thorax : c/p dbnStatus LokalisRegio AbdomenBekas jahitan baik
KU : SedangKes : CM VS : T : 140/80 mmHg
N : 84 x/mnt S : 38C
KU : SedangKes : CM VS : T : 140/90 mmHg
N : 98 x/mnt S : 35,9C
Post kistektomi hari ke 2
Post kistektomi hari ke 3
- Observasi ku VS
- Parasetamol 500 mg
- Selesaikan terapi post operasi
- Observasi VS- Pasien boleh
pulang
BAB III
PEMBAHASAN
7
Kista adalah pertumbuhan abnormal berupa kantong (pocket, pouch) yang
tumbuh abnormal di bagian tubuh tertentu. Kista ada yang berisi udara, cairan,
nanah atau bahan-bahan lain. Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi
cairan atau materi semisolid yang tumbuh pada atau sekitar ovarium
Pada kasus ini gejala dan tanda yang dialami pasien adalah perut terasa
membesar karena pasien mengeluhkan adanya benjolan padat di daerah perut
bagian bawah. Namun belum ada tekanan pada vesika urinaria dan rektum
sehingga tidak terdapat gangguan pada buang air besar dan buang air kecil. Pasien
juga mengeluhkan adanya penurunan berat badan selama mengalami keluhan,
berdasarkan teori hal tersebut termasuk gejala klinis pada kista ovarium pada
stsdium lanut
Usia pasien yang menderita kista pada kasus ini adalah 36 tahun. Hal ini
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa kista ovarium paling sering
terdapat pada wanita berusia antara 20 – 50 tahun dan jarang sekali pada masa
prapubertas.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien untuk menentukan
diagnosis kista dalam hal ini adalah pemeriksaan abdomen, dimana didapatkan
hasil pada abdomen bagian kanan bawah teraba massa dengan konsistensi padat
pada perut bagian bawah dengan diameter 15 x 8 cm, permukaan irregular,
berbatas tegas dan dapat digerakkan, hasil perkusi juga redup menandakan adanya
massa di bawah perut. Pasien juga mengatakan pada pemeriksaan palpasi dan
perkusi abdomen terasa nyeri didaerah perut bagian bawah. Rasa nyeri ini
kemungkinan terjadi karena adanya torsi dari kista. Rasa nyeri dapat juga terjadi
akibat ruptur dan perdarahan yang terjadi tiba-tiba dalam jumlah yang banyak,
akan terjadi distensi cepat dari kista yang menimbulakan rasa nyeri mendadak.
Kecurigaan kista nonneoplastik dapat disingkirkan dari diagnosis karena
tumor yang diderita pasien semakin lama makin membesar dan tidak dapat
menghilang sendiri. Tidak didapatkan tanda-tanda peradangan pada pasien seperti
suhu badan tinggi dan tumor yang lengket dengan peritoneum. Dari anamnesis
8
dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat dibuat beberapa diferensial diagnosis
yaitu tumor – tumor abdomen yang biasanya terletak di bagian bawah rongga
perut seperti mioma subserosum dan mioma intraligamenter, serta tumor-tumor
bukan dari ovarium yang tertelak di daerah pelvis antara lain ginjal ektopik, limpa
bertangkai dan tumor dari kolon sigmoideum. Namun pemeriksaan ini belum
dapat menegakkan diagnosis pasti tumor ovarium, karena harus menyingirkan
diferensial diagnosis dari kista ovarium sehingga perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang.
Ketika USG menangkap gambaran ganas, seharusnya dibutuhkan
pemeriksaan lanjutan, sebab penentuan definitif sifat kista abnormal, apakah jinak
atau ganas, hanya dapat diketahui dengan mengambil contoh jaringan secara
langsung. Hal ini mesti dikerjakan melalui tindakan operasi. Tindakan yang
dilakukan pada pasien kista di kasus ini adalah eksplorasi laparatomi.dan
dilakukan salpingoovorokistektomi, karena ukuran kista yang sudah besar yang
membuat pasien tidak nyaman.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
9
IV.1 Simpulan
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis kista ovarium berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan yang dilakukan berupa tindakan operatif kistektomi
disertai salpingektomi dekstra.
IV.2 Saran
Dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista
tersebut dapat mengarah ke keganasan atau tidak
Deteksi dapat dilakukan sedini mungin agar penanggulangan dapat
dilakukan secepat mungkin dan mencegah ke proses yang memburuk
DAFTAR PUSTAKA
10
Winknjosastro H. Ilmu Kebidanan Edisi IV,cetakan lima. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2008. 357-8, 732-35.
Cunningham, FG. Williams Obstetrics 21 st Edition. McGraw Hill.USA. 1073-
1078, 1390-94, 1475-77
De Cherney, Alan. Nathan,Lauren. Current. Obstetry & Gynecology.LANGE.
Diagnosis and Treatment. Page 173-4, 201
Scott, James. Disaia, Philip. Hammond, B. charles, Danforth Buku Saku Obstetri
dan Ginekologi. Cetakan pertama, Jakarta ; Widya Medika, 2002.
Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obsteri ; Edisi 1dan 2. Penerbit EGC, Jakarta.
Siswosudarmo R., 1990, Obsteri Fisiologis. Bidang Diklat RSUP DR. Sardjito,
Yogyakarta.
11