lapsus asma bronkial

26
BAB I PENDAHULUAN Asma adalah penyakit obstruksi saluran pernapasan akibat penyempitan saluran napas yang sifatnya reversibel yang ditandai dengan episode obstruksi pernapasan di antara interval asimptomatik. 1 Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik. 2 Pengamatan di 5 propinsi di Indonesia (Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan) yang dilaksanakan oleh Subdit Penyakit Kronik dan Degeneratif Lain pada bulan April tahun 2007, menunjukkan bahwa pada umumnya upaya 1

Upload: ian-ahmad

Post on 06-Nov-2015

42 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

nfdss

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Asma adalah penyakit obstruksi saluran pernapasan akibat penyempitan saluran napas yang sifatnya reversibel yang ditandai dengan episode obstruksi pernapasan di antara interval asimptomatik.1Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik.2Pengamatan di 5 propinsi di Indonesia (Sumatra Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan) yang dilaksanakan oleh Subdit Penyakit Kronik dan Degeneratif Lain pada bulan April tahun 2007, menunjukkan bahwa pada umumnya upaya pengendalian asma belum terlaksana dengan baik dan masih sangat minimnya ketersediaan peralatan yang diperlukan untuk diagnosis dan tatalaksana pasien asma difasilitas kesehatan.3

BAB IILAPORAN KASUSA. IDENTITAS PASIENNama: An. M. TNo Register RS: 39 26 26Tanggal Lahir: 08-03-2006Umur: 9 tahunJenis Kelamin: Laki-lakiTanggal MRS: 13 Maret 2015Ruangan : Perawatan II Kelas III C

B. IDENTITAS ORANG TUAAyah Nama: Hayyong Dg. BaniUmur: 51 tahunPekerjaan: WiraswastaKesehatan: Sehat

IbuNama: SuttariahUmur: 47 tahunPekerjaan : IRTKesehatan: Sehat

C. ANAMNESISTipe Anamnesis: Alloanamnesis dan AutoanamnesisKeluhan Utama: SesakRiwayat Penyakit Sekarang: Pasien laki-laki 9 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas di alami sejak tadi subuh. Sesak napas memberat saat pasien berangkat ke sekolah sehingga orang tua pasien segera membawa pasien ke rumah sakit. Pasien telah mengalami asma sejak usia 2 tahun dan rajin mengontrol keadaan pasien di Rumah Sakit. Keluhan selalu disertai dengan batuk dan nyeri kepala.Riwayat asma (+)Riwayat penyakit dalam keluarga: nenek pasien mengalami penyakit serupa Riwayat Kehamilan, Kelahiran, serta Tumbuh Kembang : pasien di kandung cukup bulan. Pasien lahir di rumah sakit secara spontan, di tolong oleh dokter. Berat badan lahir 3 kg, panjang badan tidak ingat. Pasien mendapat asi sampai usia 2 tahun.Riwayat imunisasiStatus imunisasiBelum pernah123Tidak tahu

Polio

Difteri

Pertusis

Tetanus

Bcg

Riwayat SaudaraPasien anak ke 2 dar 4 anak, keguguran (-)NoSexUmurSakit/sakit apakarena

1Laki-Laki24 thSehat

2Laki-Laki9 thSakitAsma bronkial

3Laki-Laki4 thSehat

4Laki-Laki1 thSehat

D. PEMERIKSAAN FISISKeadaan Umum: Sadar, Sakit SedangBerat badan: 31 Kg Tinggi Badan: 128 cmStatus Gizi: Gemuk (-1 SD sampai dengan 2 SD)

Tanda VitalTD: 100/60Nadi: 120x/mPernafasan: 40x/mSuhu: 36C

Kepala: NormocephalRambut: Hitam, lurus, tidak mudah di cabutUbun-ubun besar: menutupTelinga: Otorea (-)Mata: cekung (-)Hidung: Pernapasan cuping hidung (+)Bibir: Kering (-)Lidah: Kotor (-)Sel Mulut: Stomatitis (-)

Leher: Kaku kuduk (-)Deviasi Trakea: (-)Pembesaran KGB: (-)

ThoraksInspeksi : Simetris Kanan dan KiriDeformitas thoraks (-)Retraksi dinding dada (+)PalpasiMassa(-), krepitasi (-)PerkusiSonor kanan dan kiriAuskultasiBunyi pernapasan : BronkialBunyi tambahan : Rh -/- Wh +/+

CardiovaskularInspeksi : Ictus cordis tidak tampakPalpasi: Ictus Cordis teraba Perkusi: Batas jantung kiri : linea midclavikularis sinistraBatas jantung kanan : linea parasternalis dextraAuskultasi :Bunyi jantung I dan II murni regularBising (-)

AbdomenInspeksiPerut Cembung, mengikuti gerak napasAsites (-)PalpasiHepar dan lien tidak terabaMassa Tumor (-)Nyeri tekan (-)PerkusiTympani (+)AuskultasiPeristaltik (+) kesan normal

Ekstremitas : Udem (-)

Refleks KPR +/+ kesan normalAPR +/+ kesan normalRefleks Patologis (-)

E. Diagnosis KerjaAsma Bronkial Persisten Sedang

F. Diagnosis Banding Aspirasi Benda AsingPneumonia

G. PenatalaksanaanR/ IVFD RL d\Dexametason 1 amp/8 j Nebulizer combivent 2x1Nacl Ventolin Nebulizer NaclR/ Salbutamol 3 mgmf. Pulv. dtd No XS 3dd1 Ambroxol tab Methyl Prednisolon tab 4 mg 3x1

H. RESUME

Pasien laki-laki 9 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas di alami sejak tadi subuh. Sesak napas memberat saat pasien berangkat ke sekolah sehingga orang tua pasien segera membawa pasien ke rumah sakit. Pasien telah mengalami asma sejak usia 2 tahun dan rajin mengontrol keadaan pasien di Rumah Sakit. Keluhan selalu disertai dengan batuk dan nyeri kepala. Riwayat asma (+), Riwayat penyakit dalam keluarga: nenek pasien mengalami penyakit serupa Tanda Vital TD : 100/60, Nadi:120x/m Pernafasan: 40x/m, Suhu : 36C, pernapasan cuping hidung (+), Wheezing +/+, Retraksi dinding dada (+).

I. HASIL FOLLOW UPTanggalPerjalanan PenyakitInstruksi Dokter

13/03/2015

SubjektifRiwayat Penyakit Sekarang: Pasien laki-laki 9 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas di alami sejak tadi subuh. Sesak memberat saat pasien batuk. Nyeri kepala (+).

Riwayat asma (+)

Nafsu Makan : BaikNafsu Minum : BaikBAB : BaikBAK : Lancar

ObjektifTD : 100/40N : 120x/mP : 40x/mS : 36CParu BP : VesikulerBT : Rh-/- Wh +/+CV : BJ I/II murni, regular, bising (-)Abd : Peristaltik (+), kesan normalR/ IVFD RL d\Dexametason 1 amp/8 j Nebulizer combivent 2x1Nacl Ventolin Nebulizer NaclR/ Salbutamol 3 mgS mf. Pulv. dtd No X3dd1 Ambroxol tab Methyl Prednisolon tab 4 mg 3x1

14/03/2015SubjektifSesak(-), Demam (-), batuk (+), Lendir (-), Muntah (-), Nyeri Kepala(-) Nafsu makan : BaikNafsu minum : baikBAB : blm hr iniBAK : lancar

ObjektifTD : 110/70N : 112x/mP : 38x/mS : 36.2CParu : BP : VesikulerBT : Rh-/- Wh +/+CV : BJ I/II murni, regular, bising (-)Abd : Peristaltik (+), kesan normalPulang

BAB IIIPEMBAHASANA. DefinisiAsma adalah penyakit obstruksi saluran pernapasan akibat penyempitan saluran napas yang sifatnya reversibel yang ditandai dengan episode obstruksi pernapasan di antara interval asimptomatik.1 Asma Bronkial Kelainan inflamasi kronik yang kambuhan ini ditandai oleh serangan bronkospasme yang paroksismal tapi reversibel pada saluran napas trakeobronkial serangan ini disebabkan oleh hiper-reaktivitas otot polos.4B. Faktor Predisposisi1. Genetika. Sensitisasi, yaitu seseorang dengan risiko genetik dan lingkungan apabila terpajandengan pemicu (inducer/sensitizer) maka akan timbul sensitisasi pada dirinya.b. Seseorang yang telah mengalami sensitisasi maka belum tentu menjadi asma.Apabila seseorang yang telah mengalami sensitisasi terpajan dengan pemacu(enhancer) maka terjadi proses inflamasi pada saluran napasnya. Proses inflamasi yang berlangsung lama atau proses inflamasinya berat secara klinis berhubungandengan hiperreaktivitas bronkus.c. Setelah mengalami inflamasi, bila seseorang terpajan oleh pencetus (trigger)maka akan terjadi serangan asma.

2. Faktor LingkunganFaktor lingkungan yang memicu terjadinya asma antara lain alergen dalam rumah, tungau debu rumah, binatang berbulu, alergen kecoak, aktifitas fisik, udara dingin, dan lain-lain.

C. PatogenesisGejala asma, yaitu batuk, sesak dengan mengi merupakan akibat dari obstruksi bronkus yang didasari oleh inflamasi kronik dan hiperaktivitas bronkus. Hiperaktivitas bronkus merupakan ciri khas asma, besarnya hipereaktivitas bronkus ini dapat diukur secara tidak langsung. Pengukuran ini merupakan parameter objektif untuk menentukan beratnya hiperaktivitas bronkus yang ada pada seseorang pasien. Berbagai cara digunakan untuk mengukur hipereaktivitas bronkus ini, antara lain dengan uji provokasi beban kerja, inhalasi udara dingin, inhalasi antigen maupun inhalasi zat nonspesifik.Pencetus (trigger) serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respon inflamasi akut yang terdiri atas reaksi asma dini (early asthma reaction = EAR) dan reaksi asma lambat (late asthma reaction = LAR). Setelah reaksi asma awal dan reaksi asma lambat, proses dapat terus berlanjut menjadi reaksi inflamasi sub-akut atau kronik. Pada keadaan ini terjadi inflamasi di bronkus dan sekitarnya, berupa infiltrasi sel-sel inflamasi terutama eosinofil dan monosit dalam jumlah besar ke dinding dan lumen bronkus.3Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut: seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodiIg E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokiolus dan bronkus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus, sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Kalau bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.5

D. KlasifikasiKlasifikasi asma menurut derajat serangan3Parameter klinis, fungsi faal paru, laboratoriumRinganSedangBeratAncaman henti napas

Sesak (breathless)BerjalanBerbicaraIstirahat

Bayi Menangis kerasBayi tangis pendek dan lemah, kesulitan menetek/makanBayi tidak mau makan/minum

PosisiBisa berbaringLebih suka dudukDuduk bertopang lengan

BicaraKalimatPenggal kalimatKata-kata

KesadaranMungkin iritabelBiasanya iritabelBiasanya iritabelKebingungan

SianosisTidak adaTidak adaAdaNyata

WheezingSedang, sering hanya pada akhir ekspirasiNyaring, sepanjang ekspirasi inspirasiSangat nyaring, terdengar tanpa stetoskopSulit/tidak terdengar

Penggunaan otot bantu respiratorikBiasanya tidakBiasanya yaYaGerakan paradok torako-abdominal

RetraksiDangkal, retraksi interkostalSedang, ditambah retraksi suprasternalDalam, ditambah napas cuping hidungDangkal/ hilang

Frekuensi napasTakipnuTakipnuTakipnuBradipnu

Pedoman nilai baku frekuensi napas pada anak sadar: Usia Frekuensi napas normal/menit < 2 bulan < 60 2-12 bulan < 50 1-5 tahun < 40 6-8 tahun < 30

Frekuensi nadiNormalTakikardiTakikardiBradikardi

Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anakUsia Frekuensi nadi normal per menit2-12 bulan < 160 1-2 tahun < 120 6-8 tahun < 110

Pulsus paradoksusTidak ada(< 10 mmHg)Ada(10-20 mmHg)Ada(>20mmHg)Tidak ada, tanda kelelahan otot respiratorik

PEFR atau FEV1(%nilai dugaan/%nilai terbaik)Pra bonkodilator

Pasca bronkodilator

>60%

>80%

40-60%

60-80%