lapres p2 akhmad firdaus hilmi 2414100011

54
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM AKUSTIK– P2 NOISE BARRIER AND DIRECTIVITY FACTOR Disusun Oleh : WAHYU ANGGORO NRP. 2414 100 093 Asisten : IBNU TAUFAN NRP. 2413 100 113 PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA vi

Upload: akhmad-firdaus-hilmi

Post on 03-Dec-2015

350 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

lapres

TRANSCRIPT

Page 1: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM AKUSTIK– P2

NOISE BARRIER AND DIRECTIVITY FACTOR

Disusun Oleh :

WAHYU ANGGORO NRP. 2414 100 093

Asisten :

IBNU TAUFAN NRP. 2413 100 113

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA

JURUSAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

vi

Page 2: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

2015

2015

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM AKUSTIK– P2

NOISE BARRIER AND DIRECTIVITY FACTOR

Disusun Oleh :

AKHMAD FIRDAUS HILMI NRP. 2414 100 093

Asisten :

IBNU TAUFAN NRP. 2413 100 113

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA

JURUSAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Page 3: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

SURABAYA

2015

ABSTRAK

Kenyamanan lingkungan atau ruang sangat bergantung pada tingkat kebisingan dari ruang atau lingkungan tersebut. Untuk mengurangi tingkat kebisingat yang diterima sebuah lingkungan yang dekat dengan sumber bising digunakan sebuah penghalang bising atau noise barrier. Pada laporan ini akan dibahas analisa noise barrier dengan menggunkan metode maekawa, sehingga didapatkan kesimpulan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atenuasi pada noise barrier metode maekawa antara lain, jarak serta ketinggian sumber dan penerima bunyi dengan barrier serta frekuensi sumber.

Kata Kunci: Bising, Noise Barrier, Metode Maekawa

vi

Page 4: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

ABSTRACT

The comfort of aneighborhood or aspace so one of them depends on the noise level of the room or the environment. To reduce the noises level treceive and environment that is close to the noise source used noise barriers. In this report the analysis of noise barriers will be addressed by using the method of Maekawa, to obtain conclusions about the factors that affect the noise attenuation barrier methods Maekawa, among others, the distance and height of the source and recipient of the barrier and the frequency of the sound source

Keywords: Noise, Noise Barriers, Maekawa Methods

Page 5: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga Laporan Resmi Praktikum Akustik ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1.      Bapak wiratno selaku dosen pengajar mata kuliah Akustik.

2.      Saudara asisten yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktikum Akustik.

3.      Rekan-rekan yang telah membantu terlaksananya kegiatan praktikum Akustik.

Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dalam pembuatan laporan ini baik dari segi materi maupun penyajian. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surabaya, 15 Oktober 2015

Penulis

vi

Page 6: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................iiABSTRAK.........................................................................iiiABSTRACT.......................................................................ivKATA PENGANTAR......................................................vDAFTAR ISI.....................................................................viDAFTAR GAMBAR........................................................viiDAFTAR TABEL.............................................................viiiBAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................11.2 Perumusan Masalah.....................................................11.3 Tujuan..........................................................................21.4 Sistematika Laporan....................................................2BAB II DASAR TEORI2.1 Noise Barrier...............................................................42.2 Insertion Loss...............................................................72.3 Metode Maekawa..........................................................72.4 Directivity Factor..........................................................10BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM3.1 Alat dan Bahan.............................................................113.2 Prosedur Percobaan......................................................11BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN4.1 Analisis Data.................................................................134.2 Pembahasan (Akhmad Firdaus Hilmi)..........................19BAB V PENUTUP5.1 Simpulan.......................................................................135.2 Saran.............................................................................13DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Page 7: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

Gambar 2.1 Ilustrasi Penghalang Bising TampakSamping....................................................................................4

Gambar 2.2 Posisi Barrier.......................................................5Gambar 2.3 Noise Barrier dengan memperhitungkan estetika………………………………………………………..6Gambar 2.4 Perbedaan TTB di Ruang Penerima tanpa (a)dan dengan Partisi (b) …………………..................................7Gambar 2.5 Penghalang akustik di antara sumber bunyi (S) dan penerima (P) ……………………………………….…….8Gambar 2.6 Grafik Maekawa………………………….…….9Gambar 2.7 Plot pola keterarahan berdasarkan nilai Q

yang didapat……………………………………………………………………….11Gambar 4. 1 Grafik Maekawa dari hasil percobaan………..16Gambar 4. 2 Grafik Directivity Factor pada frekuensi1000 Hz……………………………………………………...17Gambar 4. 3 Grafik Directivity Factor pada frekuensi4000 Hz……………………………………………………...18

vi

Page 8: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

DAFTAR TABELTabel 4. 1 Pengukuran TTB Pada Frekuensi 250 Hz Tanpa Noise Barrier………………………………………..………13Tabel 4. 2 Pengukuran TTB Pada Frekuensi 500 Hz Tanpa Noise Barrier …………………………………………….....13Tabel 4. 3 Pengukuran TTB Pada Frekuensi 4000 Hz Tanpa Noise Barrier…………………………………………….….14Tabel 4. 4 Pengukuran TTB Pada Frekuensi 250 Hz Menggunakan Noise Barrier………………………………..14Tabel 4. 5 Pengukuran TTB Pada Frekuensi 500 Hz Menggunakan Noise Barrier………………………………..14Tabel 4. 6 Pengukuran TTB Pada Frekuensi 4000 Hz Menggunakan Noise Barrier………………………………...15Tabel 4. 7 Nilai Insertion Loss, Nilai Fresnel Number,Nilai Atenuasi Bunyi………………………………………...15Tabel 4. 8 Pengukuran TTB pada frekuensi 1000Hz……….16Tabel 4. 9 Pengukuran TTB pada frekuensi 4000Hz……….17

Page 9: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

ii

Page 10: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangFisika merupakan salah satu dasar dari ilmu pasti yang lain. Sehingga ilmu fisika sering digunakan untuk landasan dalam penggunaan teknologi. Salah satunya adalah pada teknologi perekayasaan tingkat kenyamanan suatu ruangan atau lingkungan. Tingkat kenyamanan suatu lingkungan atau ruangan dapat dilihat dari intensitas tekanan bunyi yang ada. Sehingga dapat diketahui sebuah lingkungan atau ruangan tersebut layak atau tidak. Untuk mengurangi tingkat kebisingan atau intensitas bunyi yang berlebih dapat menggunakan penghalang bunyi atau yang biasa disebut noise barrier. Fungsi noise barrier adalah untuk mengurangi tingkat kebisingan pada ruangan atau lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang nyaman. Selain itu, bunyi juga memiliki factor keterarahan yang berbeda. Tergantung dengan intensitas bunyi dari sumber dan intensitas bunyi dari sumber pada titik-titik tertentu. Semakin terarah bunyinya, maka semakin baik tingkat keterarahannya. Oleh karena itu pada praktikum kali ini, praktikan ingin mengetahui fungsi dari noise barrier dan juga tentang faktor keterarahan bunyi.

1.2 Perumusan MasalahSesuai dengan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada praktikum akustik tentang noise barrier and directivity factor kali ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana cara menganalisa pengaruh noise barrier terhadap pengukuran tingkat tekanan bunyi?

Page 11: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

2) Bagaimana cara membandingkan besar atenuasi bunyi pada grafik maekawa dengan hasil pengukuran?

3) Bagaimana cara mengetahui pola keterarahan dari sumber bunyi speaker.

1.3. TujuanBerdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari praktikum akustik tentang noise barrier and directivity factor kali ini adalah sebagai berikut.

1) Mampu menganalisis pengaruh noise barrier terhadap pengukuran tingkat tekanan bunyi.

2) Mampu membandingkan besar atenuasi bunyi pada grafik maekawa dengan hasil pengukuran.

3) Mahasiswa mampu mengetahui pola keterarahan dari sumber bunyi speaker.

1.4. Sistematika LaporanLaporan resmi praktikum akustik tentang noise barrier and directivity factor, ini terdiri dari 5 bab, yaitu pertama bab 1, adalah pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan praktikum serta sistematika laporan. Bab 2 yaitu dasar teori yang berisi tentang teori dasar yang menunjang praktikum ini. Bab 3 yaitu metodologi dimana berisi tentang, alat alat yang dugunkan dalam praktikum serta langkah langkah dalam praktikum.Bab 4 yaitu analisa data dan pembahasan, dimana berisi tentang analisa data-data yang didapatkan dalam percobaan serta pembahasan terhadap analisa data tersebut.Bab 5 yaitu penutup berisi tantang kesimpulan dan saran.Sedangkan yang terakhir yaitu lampiran yang berisi tugas khusus yang diberikan.

5

Page 12: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

6

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

Page 13: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Noise BarrierNoise Barrier (Penghalang Dinding) merupakan suatu dinding atau partisi penghalang yang digunakan untuk mengendalikan transmisi bising yang dirambatkan melalui udara (air-bone noise), dimana dinding ini letaknya diantara sumber dan penerima. Fungsi dari Penghalang Bising ini yaitu untuk memberikan zona bayangan (shadow zone) atau daerah dimana mempunyai bising yang lebih senyap pada penerima.

faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penghalang buatan diantaranya adalah,

a. Posisi/peletakanPosisi yang dimaksud adalah jarak penghalang dengan

bangunan. Pada tempat yang lapang, jarak bisa dengan

Gambar 2.1 Ilustrasi Penghalang Bising Tampak Samping

Page 14: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

6

mudah diatur. Namun ketika dihadapkan dengan lahan yang sempit, harus dipikirkan secara lebih matang.

Misalkan, perlunya pagar keliling depan bangunan yang menghadap jalan raya. Kemudian peletakan posisi pintu gerbang sebaiknya menghadap bagian bangunan yang kosong, atau lapang, dan tidak memerlukan ketenangan yang leih dari ruangan lain.

b. Dimensi

Dimensi yang dimaksud disini mempunyai dua unsur, yakni ketebalan dan ketinggian. Pada kondisi dimana bangunan sejajar dengan ketinggian jalan, maka jarak antara bangunan dan penghalang buatan lebih gampang diatur. Namun ketika bangunan lebih tinggi konturnya daripada jalan, maka ketinggian penghalang menjadi faktor yang utama. Perlu diketahui, gelombang bunyi bisa berdefraksi ketika melewati penghalang. Jadi untuk mendapatkan barrier yang maksimal, barrier sebaiknya

Gambar 2.2 Posisi Barrier

Page 15: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

7

lebih tinggi daripada dinding bangunan terdekat. Selain itu bisa diakali dengan memberikan ruang lapang dibelakang barrier, sehingga defraksi bunyi jatuh ke ruang lapang tersebut, tidak langsung menabrak dinding bangunan.

c. Estetika

Faktor estetika dalam analisis barrier tidak begitu diperhatikan. Namun secara arsitektural menjadi sangat penting, karena biasanya posisi barrier ada di bagian depan bangunan. Untuk itu, meskipun sudah terpenuhi antara posisi, dimensi dan materialnya, namun ketika berbentuk kurang bagus, akan sangat menurunkan nilai komersial bangunan. Saat ini beragamkrea tifitas untuk mempercantik barrier/penghalang bising sudah banyak dikembangkan.

d. MaterialPeletakan dan dimensi saja tidak cukup untuk

mendapatkan barrier yang maksimal. Kita tahu bunyi akan memantul atau terserap tergantung permukaan penghalang yang ditabrak. Bunyi dapat menembus celah-celah yang sangat kecil sekalipun, sehingga, penggunaan penghalang yang kokoh, rigid, dan permanen sangatlah disarankan.

7

Gambar 2.3 Noise Barrier dengan memperhitungkan estetika

Page 16: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

8

Kinerja Akustik dari Penghalang dapat dinyatakan dalam NR (Noise Reduction) atau IL (Insertion Loss)

2.2. Insertion LossInsertion Loss merupakan perbedaan antara tekanan

bunyi (SPL) pada suatu titik tertentu dalam kondisi sebelum dan setelah barrier (atau enclosure) terpasang.

Dapat dinyatakan dengan persamaan berikut

dengan,

SPLbefore : Selisih tingkat tekanan bunyi sebelum ada barrier (dB)

SPLafter : Selisih tingkat tekanan bunyi sesudah ada barrier (dB)

IL memberikan petunjuk langsung dari perbaikan yang diberikan oleh “penyisipan”barrier antara sumber bising dan penerima.

Gambar 2.4 Perbedaan TTB di Ruang Penerima tanpa (a) dan dengan Partisi (b)

Page 17: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

9

2.3. Metode MaekawaSecara teoritis, metoda Maekawa merupakan metoda

yang praktis dan efektif untuk perancangan peredaman kebisingan dengan menggunakan penghalang akustik. Sehingga memberikan kemudahan dan kepastian kepada para perancang untuk mengendalikan kebisingan. Di Indonesia tidak banyak yang menggunakan metoda ini untuk mengurangi kebisingan, kebanyakan para perancang melakukan penghalangan kebisingan tanpa perhitungan yang tepat dan praktis, bahkan seringkali hanya dengan perasaan saja. Sehingga bila telah banyak orang atau perancang peredam akustik dengan menggunakan metoda ini, maka berarti ilmu pengetahuan tentang Metoda Maekawa telah memberikan kontribusi yang nyata dan bermanfaat. Menurut metoda Maekawa, nilai pengurangan tingkat tekanan bunyi (tingkat kebisingan), tergantung pada jarak dari sumber ke penghalang, jarak dari penghalang ke penerima, dimensi penghalang, dan tergantung pada frekuensi bunyi. Hal ini sesuai dengan sifat gelombang bunyi yang dapat dipantulkan, diserap, diteruskan, didifraksikan oleh dinding penghalang. Dengan memperhitungkan jarak antara penghalang akustik dengan sumber bunyi dan penerima, serta dimensi dinding penghalang, maka dapat diestimasikan besar pengurangan tingkat tekanan bunyi yang optimal untuk berbagai frekuensi bunyi.

9

Page 18: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

10

Untuk menentukan besarnya nilai pengurangan bunyi oleh penghalang Maekawa menggunakan hubungan :

dengan B adalah beda tingkat kebisingan di penerima sebelum dan setelah adanya penghalang

selain dengan menggunkan persamaan tersebut, perhitungan pengurangan kebisingan juga dapat digunakan metode grafik. Metode ini efektif bila dimensi dari penghalang sangat lebih besar dari panjang gelombang bunyi. Untuk metode grafik ditentukan dulu Fresnel number dengan persamaan berikut

Setelah itu dimasukkan pada grafik Maekawa seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2.5 Penghalang akustik di antara sumber bunyi (S) dan penerima (P)

Page 19: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

11

11

Page 20: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

12

Dengan menarik garis lurus ke atas dimulai dari harga Fresnel Number, yang diketahui, sampai memotong grafik, kemudian ditarik lurus ke kiri memotong sumbu ordinat, maka diperoleh nilai atenuasi bunyi oleh penghalang.

2.4. Directivity FactorLoudspeaker merupakan transduser yang berfungsi merubah energi listrik menjadi energi bunyi. Di dalam perambatannya, loudspeaker memiliki arah penyebaran tertentu. Hal inilah yang disebut sebagai faktor keterarahan (Q). Faktor keterarahan dari sebuah sumber bunyi didefinisikan sebagai perbandingan antara intensitas bunyi pada suatu titik berjarak r

dari sumber bunyi dengan intensitas bunyi pada titik tersebut yang dipancarkan oleh sumber titik dengan daya yang sama.

Intensitas I di sebuah titik yang berjarak r dari pusat sumber bunyi dalam ruang bebas ditentukan oleh harga kuadrat tekanan bunyi

Di bawah ini merupakan plot dari pola keterarahan setelah ditemukannya nilai Q :

Gambar 2.6 Grafik Maekawa

Page 21: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

13

13

Gambar 2.7 Plot pola keterarahan berdasarkan nilai Q yang didapat

Page 22: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

14

Page 23: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Peralatan dan BahanPeralatan yang digunakan dalam melaksanakan percobaan ini

adalah sebagai berikut.

1. Laptop2. Meteran3. Speaker aktif4. Barrier dengan tinggi 122 cm.5. Software Real Time Analyzer6. Sound level meter 2 buah7. Busur

3.2 Prosedur PercobaanTerdapat dua percobaan yang memiliki prosedur sebagai berikut.a. Percobaan Noise Barrier

1. Ditentukan posisi sumber suara dan penerima, kemudian ukur jaraknya (jarak sumber dan penerima tidak boleh lebih dari panjang barrier).

2. Dibuka aplikasi Real Time Analyzer, ketinggian sumber dan penerima harus sama.

3. Dibangkitkan sinyal suara dengan frekuensi 130 Hz dan ukur SPL di posisi penerima sebanyak 3 kali

4. Dirubah frekuensi sumber bunyi menjadi 250Hz, 500Hz, dan 2000Hz lalu ukur SPL di posisi penerima sebnyak 3 kali pada setiap frekuensi.

5. Diletakan barrier di antara sumber dan pendengar, lalu ukur jarak dari sumber ke barrier dan barrier ke penerima

6. Diulangi langkah 3 dan 4b. Percobaan Dirrectivity Factor

1. Dicari medan bebas untuk pengukuran

Page 24: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

16

2. Dibuat skema pengukuran seperti gambar 5.3. Ditempatkan speaker di tengah – tengah area pengukuran.4. Dibangkitkan sinyal dengan software yoshimasa pada

frekuensi 1000 Hz5. Dicatat tingkat tekanan bunyi pada titik – titik di

sekeliling sumber bunyi pada jarak 3 m dari sumber bunyi. Dipilih titik - titik berjarak sama setiap selisih sudut 10°.

6. Dilakukan langkah-langkah diatas untuk frekuensi suara yang berbeda (4000Hz)

Page 25: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan

Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengukuran sebagai berikut :

4.1.1 Noise Barrier

a. Data Pengukuran TTB Sebelum Ada Barrier

Jarak sumber ke penerima = 2 m

nilai d = 2 m

Nilai jarak pengukuran ke puncak = 1 m

nilai A = nilai B = 1.4

nilai δ=1.4+1.4−2=¿ 0.8 m

Frekuensi (Hz )

TTB ( dB )

1 2 3

130 Hz 68.6 68.9 68.1

500 Hz 89.1 88.3 88.1

2000 Hz 90.9 90 90.4

TTB rata-rata ( dB )

Lamda = c / f

atenuasiFresnel Number

68.533333 4.815175 9.948262756 1.174797206

Page 26: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

18

88.5 3.728814 10.75052998 1.517065458

90.433333 3.649097 10.82088606 1.550206624

Tabel 4.1 Data hasil pengukuran TTB sebelum ada Barrier

b. Data Pengukuran TTB Setelah Diberi Barrier

Jarak sumber ke penerima = 2 m

nilai d = 2 m

Nilai jarak pengukuran ke puncak = 1 m

nilai A = nilai B = 1.4

nilai δ=1.4+1.4−2=¿ 0.8 m

Frekuensi (Hz )

TTB ( dB )

1 2 3

130 Hz 62 63.7 63.6

500 Hz 75.5 75 75

2000 Hz 74.8 79.2 76.5

TTB rata-rata ( dB )

Lamda = c / f

atenuasiFresnel Number

63.1 5.229794 9.701610686 1.0816591

75.166667 4.390244 10.23155482 1.28850569

76.833333 4.295011 10.29992093 1.31707566

Page 27: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

19

1

Tabel 4.2 Data hasil pengukuran TTB setelah diberi Barrier

c. Nilai IL dari selisih TTB sebelum dan sesudah ada Barrier

Frekuensi (Hz ) IL

130 Hz5.43333

3

500 Hz13.3333

3

2000 Hz 13.6

Tabel 4.3 Nilai IL dari selisih TTB sebelum dan sesudah ada Barrier

d. Perbandingan nilai atenuasi perhitungan dengan grafik Maekawa

Frekuensi (Hz )Nilai Atenuasi

PraktikumAtenuasi maekawa

130 Hz 9.701610686 13

500 Hz 10.23155482 13.4

2000 Hz 10.29992093 14.5

Tabel 4.4 Perbandingan nilai atenuasi perhitungan dengan grafik Maekawa

19

Page 28: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

20

130 Hz 500 Hz 2000 Hz0

2

4

6

8

10

12

14

16

Series1Series2

Gambar 4.1 .Plotting Perbandingan nilai atenuasi perhitungan dengan grafik Maekawa

4.1.2 Keterarahan Bunyi

a. Frekuensi 1000 Hz

Sudut Percobaan Rata-rata

1 2 3

10 80 79.2 80.2 79.8 0.296529

20 76 77.3 79 77.43333333 0.54992

30 75.5 75.8 76.7 76 0.774442

40 76 75.9 76.9 76.26666667 1.002602

50 73 74 74 73.66666667 1.114776

60 73 74.6 73.4 73.66666667 1.260272

Page 29: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

21

70 71.3 73 72.9 72.4 1.320853

80 64.8 65.4 66.3 65.5 1.132989

90 66.4 66.9 65.6 66.3 1.178742

100 67.5 66.8 68.2 67.5 1.203235

110 67.1 68 67.3 67.46666667 1.14698

120 62.4 63.2 60.5 62.03333333 0.89366

130 60.3 62.8 65.5 62.86666667 0.81187

140 64.9 63.3 62.2 63.46666667 0.694305

150 60.2 61.6 64.5 62.1 0.517065

160 70.2 69.9 70.3 70.13333333 0.45112

170 64.7 65.9 64.2 64.93333333 0.196335

180 63.9 64.5 65.1 64.5 1.37E-16

190 65.9 65.7 65 65.53333333 0.19998

200 61.2 59.1 61.2 60.5 0.335702

210 59.7 58.7 57.7 58.7 0.461996

220 63.5 62.1 62.3 62.63333333 0.676192

230 66.6 66.9 68.2 67.23333333 0.92857

240 67.3 67.7 69.4 68.13333333 1.078056

250 68.9 66.2 67.8 67.63333333 1.152654

21

Page 30: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

22

260 68.5 68.2 65.5 67.4 1.199673

270 63.5 65 62.6 63.7 1.088104

280 61 61.9 62.8 61.9 1.011869

290 65.3 64.9 63.5 64.56666667 1.050495

300 69 66 67.1 67.36666667 1.053931

310 71 73.1 72 72.03333333 1.06589

320 71.4 69.9 68.9 70.06666667 0.846217

330 77.8 79.3 79.6 78.9 0.834671

340 77.7 77.8 78 77.83333333 0.555616

350 77.9 77.4 76 77.1 0.276803

360 80 81.9 81.3 81.06666667 4.32E-16

Jumlah 28.36211

Nilai Q

8.081203

Tabel 4.5. Data Hasil Pengukuran Keterarahan Bunyi pada frekuensi 1000 Hz

Page 31: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

23

1 2 3 45

67

89

10

1112

1314

1516171819202122

2324

2526

27

28

2930

3132

33343536

0

50

100

1000 Hz

Series1

Gambar 4.2 .Plotting Keterarahan Bunyi pada frekuensi 1000 Hz

b. Frekuensi 4000 Hz

Sudut Percobaan Rata-rata

1 2 3

10 82.9 83.1 83.283.0666666

7 0.167147

20 76.1 76 75.475.8333333

3 0.274377

30 71.6 73.3 71.872.2333333

3 0.363932

23

Page 32: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

24

40 78.3 76.8 77.1 77.4 0.537186

50 76.9 79.1 78 78 0.650157

60 76.6 76.4 76.376.4333333

3 0.705783

70 72.2 73.1 73.372.8666666

7 0.696015

80 70.5 70.1 69.7 70.1 0.675091

90 66.2 66 62.664.9333333

3 0.58818

100 64.2 60.3 63.3 62.6 0.538363

110 64 64.6 68.965.8333333

3 0.568136

120 66 68.4 66.266.8666666

7 0.540163

130 72.1 70 70.270.7666666

7 0.535164

140 65.6 66.7 66.266.1666666

7 0.392574

150 70.7 70.1 73.4 71.4 0.355583

160 67.1 64.4 67.1 66.2 0.209095

170 63.9 63.5 62.963.4333333

3 0.097472

180 64.7 64.7 64.2 64.5333333 7.12E-17

Page 33: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

25

3

190 62.7 62.8 62.762.7333333

3 0.095333

200 63.1 66.3 62.563.9666666

7 0.195224

210 67.4 67.4 67.367.3666666

7 0.316545

220 63.9 64.9 64.964.5666666

7 0.373817

230 71.2 69.3 66.168.8666666

7 0.506812

240 60.7 59.9 60.160.2333333

3 0.438308

250 61.5 62.1 65.1 62.9 0.518635

260 63.4 65.5 64.6 64.5 0.571539

270 65.5 65.2 67.6 66.1 0.609506

280 65.2 63.5 6163.2333333

3 0.549311

290 63.5 64.6 63.163.7333333

3 0.532469

300 70.7 72.2 72.671.8333333

3 0.623387

310 76.8 69 70.8 72.2 0.557062

25

Page 34: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

26

320 77 77.5 77.1 77.2 0.534413

330 77.1 77.9 78.1 77.7 0.421102

340 70 69.2 70.469.8666666

7 0.232899

350 80.9 81.3 78.980.3666666

7 0.156458

360 84.3 85.3 84.484.6666666

7 2.45E-16

Jumlah

15.12724

Nilai Q

15.15148

Tabel 4.6. Data Hasil Pengukuran Keterarahan Bunyi pada frekuensi 4000 Hz

Page 35: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

27

1 2 3 4 56

789101112

1314

15161718192021222324

25262728293031

3233343536

0

50

100

4000 hz

Series1

Gambar 4.3 .Plotting Keterarahan Bunyi pada frekuensi 4000 Hz

4.2 Pembahasan

Praktikum Akustik P2 ini terdiri dari percobaan Noise Barrier dan Faktor Keterarahan. Hasil percobaan Noise Barrier didapatkan nilai atenuasi yang didapatkan saat hasil percobaan nilainya berbeda dengan hasil dengan metode Maekawa dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi pada saat pengambilan data diantaranya angin dan suara-suara yang berasal dari lingkungan. Berdasarkan data yang didapat, semakin besar frekuensi bunyi maka nilai attenuasinya semakin tinggi. Hal ini disebabkan frekuensi yang tinggi lebih cenderung untuk direfleksikan oleh penghalang, sedangkan frekuensi yang rendah lebih cenderung untuk diteruskan. Sehingga, nilai TTB dibelakang penghalang (penerima) pada frekuensi tinggi lebih kecil nilainya. Jadi perbedaan TTBnya semakin tinggi.

Percobaan yang kedua mengenai keterarahan bunyi. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pola keterarahan sumber bunyi frekuensi 1000Hz dan 4000Hz berbeda. Faktor

27

Page 36: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

28

keterarahan yang didapatkan frekuensi lebih tinggi dari 1000Hz. Karena faktor keterarahan dipengaruhi oleh tekanan bunyi dimana ketika frekuensinya tinggi maka TTBnya semakin kecil dan tekanannya pun semakin kecil. Sedangkan berdasarkan rumus, faktor keterarahan itu berbanding terbalik dengan tekanan. Jadi, frekuensi bunyi berbanding terbalik dengan tekanan dan berbanding lurus dengan faktor keterarahan. Namun pada percobaan kali ini, nilai faktor keterarahannya tidak integer atau bulat, padahal menurut teori nilainya harus bulat. Hal ini dikarenakan, saat melalukan percobaan terdapat sumber bunyi lain yang mengganggu sehingga mempengaruhi nilai TTB, dan juga saat melakukan pembacaan TTB dengan SLM tidak dalam kondisi steady.

BAB V

Page 37: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

29

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Noise

Mapping dan Tingkat Tekanan Bunyi (TTB), antara lain :

1. Pola distribusi kebisingan dapat dilakukan dengan

menggukur Tingkat Tekanan Bunyi dan metode Noise

Mapping kemudian diolah dengan menggunakan

softwareSurfer

2. Daerah yang mempunyai tingkat kebisingan tertinggi dapat

diketahui dengan mencocokan warna yang sesuai dengan

skala yang terdapat di noise mapping

3. Teori Tingkat Tekanan Bunyi mengenai pengurangan

Tingkat Tekanan Bunyi terhadap penambahan jarak ukur

dari titik sumber bunyi berkurang sebesar 6 dB tidak terbukti

pada praktikum kami karena adanya faktor faktor lain,

seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk praktikum P1 ini antara

lain :

1. Sebaiknya praktikan memahami modul P1 ini terlebih

dahulu agar tepat sesuai dengan tujuan praktikum

2. Sebaiknya pengukuran dilakukan di tempat yang sepi atau

memiliki tingkat kebisingan yang kecil, seperti ruang kedap

29

Page 38: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

30

yang terdapat di laboratorium Akustik Teknik Fisika ITS,

agar nilai Tingkat Tekanan Bunyi yang diperoleh maksimal

Page 39: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

31

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

31

Page 40: Lapres p2 Akhmad Firdaus Hilmi 2414100011

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Modul Praktikum Akustik P1, Noise Mapping dan

Tingkat Tekanan Bunyi (TTB). Surabaya.

Lieberika,Hade. dkk. 2013. Penentuan Posisi Sumber Bising Pada

Area Turbine Geared Compressor Set Di PT. Gresik Power

Indonesia (The Linde Group) Dengan Beamforming, diakses

pada tanggal 4 Oktober 2014.