laprak-pikel
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buah dan sayuran merupakan komoditas hortikultura yang mudah rusak
(perishable) dan mudah busuk baik secara fisik, kimiawi, biologis maupun
mikrobiologis. Salah satu cara penanganan buah-buahan dan sayuran pada saat
produksi melimpah adalah dengan mengolahnya menjadi berbagai macam produk
olahan buah dan sayur sehingga memiliki daya simpan yang lebih panjang dan
jangkauan pemasarannya akan lebih luas.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengubah suatu hasil
pertanian agar lebih bervariasi dengan tetap mengutamakan keamanan pangan itu
sendiri. Pengolahan produk makanan ini juga harus memperhatikan umur
simpannya dan bagaimana cara untuk mempertahankan umur simpan. Salah satu
cara yang biasanya dilakukan untuk menambah umur simpan suatu produk pangan
adalah dengan cara pengawetan.
Fermentasi merupakan salah satu teknologi pengolahan pengawetan yang
umum dilakukan pada buah dan sayuran untuk memperpanjang umur simpan dan
menghasilkan produk dengan cita rasa dan aroma khas. Fermentasi buah dan
sayuran berlangsung secara selektif dan spontan.Tujuan dari fermentasi sayuran
adalah pertama-tama adalah mengawetkan bahan pangan tersebut, dan kedua
adalah menghasilkan produk dengan sifat inderawi yang khas, khususnya aroma
dan cita rasanya. Dalam fermentasi spontan perlu diperhatikan kondisi lingkungan
yang memungkinkan pertumbuhan mikroba pada bahan organik yang sesuai.
Salah satu jenis produk buah dan sayuran fermentasi adalah pikel. Pikel
merupakan bahan makanan yang diawetkan, dengan cara fermentasi asam laktat
secara spontan atau dengan penambahan bakteri asam laktat. Pengolahan bahan
nabati (sayur, buah dan umbi) menjadi produk pikel dapat memberikan nilai
tambah ekonomi pada bahan nabati tersebut. Selain itu, daya tahan simpan bahan
nabati menjadi lebih lama, dapat menghasilkan cita rasa yang lebih disukai dan
pengangkutannya lebih mudah (Yuliana,2009). Tujuan utama pembuatan pikel
adalah untuk mencegah pembusukan, sehingga bahan makanan akan tahan lebih
lama, dan akan menghasilkan cita rasa yang lebih disukai (Rahasti, 2008). Pangan
yang difermentasi dengan bakteri asam laktat akan mencapai titik akhir fermentasi
dan akan mengalami kerusakan jika tidak dilakukan proses pengawetan (Joshi dan
Sharma, 2009).
B. Tujuan
1. Mengetahui cara pembuatan pikel dan sauerkraut
2. Mengetahui pengaruh konsentrasi larutangaram terhadap sifat fisik
sensoris pikel yang dihasilkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pikel didefinisikan sebagai sebuah produk makanan yang telah dibumbui
dan diawetkan dalam air asin, tergolong dalam makanan yang berasa asam, serta
merupakan makanan tambahan yang berfungsi sebagai pembangkit selera dan
nafsu makan. Sejarah mengenai pengawetan sayuran belum bisa dipastikan kapan
dan dimana asal usulnya, tetapi anggapannya bahwa pengolahan dan pengawetan
sayuran diawali di daerah Asia Timur seperti Cina, Korea dan jepang (Zubaidah,
1998).
Pikel adalah sayur-sayuran yang diawetkan dari campuran asam, garam dan
gula serta berbagai jenis rempah-rempah. Keterampilan dalam mencampur gula,
garam, vinegar dan berbagai jenis rempah-rempah dengan sayur-sayuran
menghasilkan tekstur yang padat dan renyah serta citarasa yang tajam. Meskipun
pada dasarnya semua jenis sayur-sayuran dapat diolah menjadi pikel, pikel yang
dibuat dari mentimun adalah jenis pikel yang paling popular saat ini (Daulay dan
Ansori, 1992).
Berdasarkan pembuatannya, pikel dibedakan atas “fermented pickle” dan
“unfermented fresh pasteurized pickle”. “Fermentedpickle” adalah pikel yang
dalam proses pembuatannya mengalami proses fermentasi. Asam hasil fermentasi
inilah yang dipergunakan sebagai pengawet. Sedangkan “unfermented fresh
pasteurized pickle” adalah pikel yang tidak mengalami fermentasi. Asam yang
diperlukan sebagai pengawet ditambahkan dari luar.“Fermented pickle” secara
lebih luas dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu “overnight dill pickle”, “genuine
dill pickle” dan “salt stock pickle”. “Overnight dill pickle” adalah pikel yang
dibuat dengan cara fermentasi alami di alam larutan garam 5.3%. “Genunie dill
pickle” hampir sama dengan “overnight dill pickle”, akan tetapi konsentrasi
garamnya lebih tinggi yakni 8.4-8.5%. pada “salt stock pickle” digunakan
konsentrasi garam yang lebih tnggi, sehingga mencapa 15.9%. Pikel yang
mengalami fermentasi dengan metode “salt stock pickle” baisanya dimasamkan
lagi untuk dibuat “sour pickle”, “sweet pickle” ataupun “mixed pickle” (Jacob,
1951 dalam Yuniarti, 1986).
Pada proses fermentasi selalu diawali dengan perendaman bahan baku
dalam larutan garam sebagai media fermentasi yang akan ditumbuhi oleh berbagai
macam bakteri asam laktat selama proses fermentasi berlangsung. Jenis bakteri
yang tumbuh berbeda-beda tergantung jumlah dan jenis mikroba yang terdapat
pada bahan baku, konsentrasi larutan dan suhu inkubasi. Makanan terfermentasi
mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi daripada bahan asalnya, karena mikroba
dapat mensintesis beberapa vitamin yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih
sederhana, sehingga lebih mudah dicerna (Sinaga dan Marpaung, 1995).
Pikel biasanya dibuat dari timun yang belum masak yang sudah dicuci dan
dimasukkan dalam tangki berisi larutan garam. Kadang-kadang ditambahkan 1%
glukosa untuk membantu fermentasi jika mentimun hanya berkadar gula rendah.
Larutan garam yang ditambahkan dapat berkisar dari 8% NaCl sampai 10,5%
NaCl tergantung dari pembuatan dan kebutuhan untuk menekan pertumbuhan
bakteri pembusuk yang mungkin ada pada mentimun. Mentimun-mentimun
tersebut diletakkan di bawah permukaan larutan dan fermentasi dapat mulai
berlangsung. Garam ditambahkan dengan interval satu minggu untuk mancapai
kadar garam larutan akhir 16%. Fermentasi pada dasarnya adalah laktat dan
memakan waktu antara 6 – 9 minggu tergantung pada penambahan garam dan
suhu. Bakteri berbentuk batang, gram negatif yang tidak diinginkan biasanya
tumbuh lebih dulu (Pseudomonas) tetapi mikroorganisme ini segra dikalahkan
oleh Leuconostoc mesenteroides, Streptococcus faecalis, dan Pediococcus
cereviae. Selanjutnya jenis Lactobacillus plantarum yang lebih tahan terhadap
asam dan garam akan tumbuh dan berperan menyelesaikan proses fermentasi
(jumlah total asam tertitrasi adalah 0,60 – 0,80%). Khamir kadang-kadang tumbuh
baik pada permukaan atau di dalam larutan yang mengakibatkan pembusukan
dengan merusak asam laktat yang dihasilkan bakteri. Variasi dari bagian produksi
dasar ini termasuk peambahan bumbu-bumbu dan campuran rempah-rempah ke
dalam larutan garam untuk member pikel yang renyah (Bukle, 1985).
Fermentasi adalah suatu rekasi oksidasi reduksi di dalam sistem biologi
yang menghasilkan energi, dimana sebgai donor dan aseptor elektron digunakan
senyawa organik.Senyawa organik yang digunakan adalah karbohidrat dalam
bentuk glukosa. Senyawa tersebut akan diubah oleh reaksi reduksi dengan kualitas
enzim menjadi suatu bentuk lain misalnya aldehida dan oksidasi menjadi asam
(Winarno dan Fardiaz, 1979).
Menurut Veldhuis (1941) yang dikutip oleh Prescott dan Dun (1982) dalam
Yuniarti (1986) selama proses perendaman dalam larutan garam ada tiga jenis
fermenrasi yang dapat terjadi secara alami yaitu:
1. Fermentasi yang disebabkan oleh bakteri pembentuk asam, yang memproduksi
asam laktat,
2. Fermentasi oleh bakteri genus Aerobacter yang memproduksi gas CO2 dan
Hidrogen,
3. Fermentasi khamir, memproduksi CO2 dan etil alkohol
Menurut Jacob (1951)dalam Yuniarti, (1986), dalam fermentasi dengan
metode dengan “Salt stock”, fermentasi asam laktat mutlak terjadi. Sedangkan
fermentasi khamir dan fermentasi hydrogen mungkin terjadi, tergantung dari
adanya mikroflora tanah, suhu, organisma yang dominan, jumlah garam dan
keasaman.Dalam fermentasi asam laktat, glukosa dioksidasi menjadi asam piruvat
yang selanjutnya diubah kembali menjadi asam laktat melaluiproses oksidasi
reduksi. Dalam hal ini DPNH + H+ sebagai donor elektron (Winarno dan Fardiaz,
1979).
Mikroba yang melakukan fermentasi asam laktat terutama adalah bakteri
asam laktat. Bakteri asam laktat pada umumnya dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu bakteri asam lakatat homofermentatif yang menghasilkan 90
persen asam laktat dan golongan bakteri asam laktat heterofermentatif yang
menghasilkan asam laktat yang jumlahnya kira-kira seimbang dengan hasil-hasil
lainnya seperti asam asetat, etanol, CO2 dan sebagainya.Bakteri asam laktat yang
termasuk homofermentatif misalnya Strepcoccuc faecalis dan S. liqufaciens,
sedangkan yang termasuk heterofermentatif misalnya Leuconostoc mesenteroides,
Lactobacillus brevis dan L. pentoaceticum (Winarno dan Fardiaz, 1979).
Bakteri asam laktat seperti Streptococcus faecalis merupakan organisma
yang tahan garam yang memegang peranan penting selama
fermentasi.Pediococcus cerevisiae dapat memproduksi asam dalam jumlah besar
dan meruppakan bakteri berbentuk bulat tahan garam yang juga penting
peranannya dalam fermentasi.Sedangkan lactobacillus plantarum ditemukan
selama tahap akhir fermentasi (Prescott dan Dunn, 1982dalam Yuniarti, 1986).
Fermentasi asam laktat terjadi pada keadaan anaerob. Kondisi anaerob
dicapai dengan cara menutup bagian mulut wadah dengan rapat. Oksigen yang
terdapat pada ruangan yang tersisa akan segera habis oleh proses respirasi sel
dengan bantuan bakteri (Frazier dan westhoff, 1981).
Garam memegang peranan penting dalam fermentasi pikel.Garam menarik
keluarnya air dari buah yang mengandung padatan terlarut seperti protein,
karbohidrat, mineral dan vitamin.Garam menghambat bakteri proteolitik dan
pektolitik, dan menstrimulir tumbuhnya bakteri asam laktat.Jumlah dan jenis
bakteri yang tumbuh tergantung dari konsentrasi garam (Jacob, 1951dalam
Yuniarti, 1986).
Penambahan garam dalam fermentasi bertujuan untuk menekan
pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan untuk merangsang pertumbuhan
bakteri asam laktat (Jacob, 1951dalam Yuniarti, 1986).Kadar garam dalam larutan
harus selalu dikontrol untuk menghindari tingkat produksi asam yang tidak
diinginkan. Konsentrasi garam yang terlalu tinggi akan menurunkan produksi
asam. Tingginya konsentrasi garam menyebabkan bakteri asam laktat kurang
dapat mengkonversi gula dan menyebabkan pertumbuhan khamir (Etchells et al.,
1975dalam Yuniarti, 1986).
Konsentrasi garam yang kurang dari semestinya akan mengakibatkan
pelunakan, terutama pada kondisi fermentasi yang menggunakan suhu tinggi
(Prescott dan Dunn, 1982dalam Yuniarti, 1986). Jika konsentrasi garam tidak
cukup untuk menghambat pertumbuhan bakteri sporogenik dan aerobik, maka
bakteri ini tumbuh dan dapat menekan pertumbuhan lactobacillus khususnya
lactobacillus plantarum, karenanya asam sedikit diproduksi.Biasanya jenis bakteri
ini juga dapat memproduksi antibiotika dan dapat melunakkan pikel (Jacob,
1951dalam Yuniarti, 1986).
Ada dua metode penggaraman yang umum digunakan dalam fermentasi
pikel dengan cara “salt stock”. Metode pertama menggunakan konsentrasi garam
rendah dan yang kedua menggukan konsentrasi garam yang tinggi.Pada metode
garam rendah, garam yang mula-mula ditambahkan sedikit, kemudian secara
bertahap dinaikkan hingga dicapai konsentrasi garam yang dapat mencegah
pertumbuahan mikroba.Misalnya, sebanyak 8 persen larutan garam diatambahkan
kepada ketimun.Kemudian ditambahkan garam bubuk sebanyak 9 persen dari
berat bahan.Selanjutnya setiap minggu ditambahkan kira-kira 2o salometer garam
hingga dicapai 50o salometer.Pada akhir fermentasi penambahan garam
dilanjutkan tetapi dengan jumlah lebih sedikit yakni 1o salometer per minggu
sampai dicapai 60o salometer (Fraizer dan Westhoof, 1981).Pada metode garam
tinggi, konsentrasi garam yang mula-mula ditambahkan sebesar 10.5 persen.
Kemudian dilakukam penambahan secara bertahap sebesar 0.8 persen hingga
dicapai kadar garam 15.9 persen (Prescott dan Dunn, 1982dalam Yuniarti, 1986).
Disamping kedua metode diatas, sering pula dilakukan metode-metode lain.
Seperti halnya di Jepang, proses fermentasi pikel dibagi menjadi dua tahap yaitu
tahap “rough salting” dan “final salting”.Pada tahap “rough salting” digunakan
serbuk garam sebanyak sepuluh persen dari berat bahan dan digunakan pula
larutan garam dengan konsentrasi 10 persen.Bahan dan serbuk garam dalam
wadah disusun secara berlapis dengan bagian atas memiliki lapisan garam yang
lebih banyak daripada bagian bawahnya.Tahap “rough salting” berlangsung
selama 4-5 hari yang kemudian dilanjutkan dengan “final salting”.Cara “final
salting” sama, hanya dalam hal ini serbuk garam dikurangi banyaknya menjadi 6
persen daripada berat bahan yang telah mengalami “rough salting”.Fermentasi
dihentikan setelah didapat aroma yang diinginkan (Ogawa, 1978dalam Yuniarti,
1986).
Pikel yang diragami dengan larutan garam 15 persen dapat mencegah
pertumbuhan :film yeast”, tetapi terlaru asin untuk dimakan dan harus disegarkan
dengan cara merendamnya dalam air hangat sebelum dibuat menjadi pikel asam,
pikel manis ataupun pikel asam manis. Pikel yang difermentasi dalam larutan
garam 15 persen tahan selama beberapa tahun (Jacob, 1951dalam Yuniarti, 1986).
Pada pembuatan pikel, asam yang digunakan bisa berasal dari proses
fermentasi cairan buah atau sayuran itu sendiri dan bisa pula ditambahkan dalam
bentuk cuka (Vail et al., 1973dalam Yuniarti, 1986). Cuka dapat digunakan untuk
menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan (Prescott dan dunn,
1982dalam Yuniarti, 1986).Pada proses fermentasi beberapa atau keseluruhan
spesies bakteri tahan garam akan tumbuh secara alami dalam larutan garam serta
buah segar dan memproduksi asam. Jenis bakteri yang tumbuh berbeda,
tergantung jumlah dan jenis mikroba yang dibawa buah, konsentrasi awal larutan
garam serta suhu inkubasi (Frazier dan Westhoff, 1981).
Adanya garam dan terbentuknya asam oleh golongan bakteri asam laktat
mengakibatkan bakteri proteolitik dan mikroba pembusuk lainnya dapat dihambat
pertumbuhannya (Potter, 1973dalam Yuniarti, 1986). Secara umum, pada
konsentrasi garam rendah, lebih banyak jenis bakteri yang akan mulai tumbuh,
produksi asam lebih cepat dan total keasaman menjadi lebih tinggi (Frazier dan
Westhoff, 1981).
Pada awal fermentasi yang mula-mula berkembang adalah bakteri dari
spesies campuran yang termasuk dalam genus Pseudomonas, Flavobakterium, dan
Achromobacter.Jenis bakteri ini tidak dikehendaki karena dapat merusak pikel.
Perendaman pikel dengan kadar garam rendah menumbuhkan bakteri-bakteri
seperti Leucodonostoc mesenteroides, Streptococcus faecalis dan Pediococcus
cerevisiae yang dapat membentuk asam. Baru kemudian tumbuh Lactobacillus
brevisyang membantu penambahan asam apabila kadar garam dalam proses
penggaraman terlalu rendah.Secara normal, asam kebanyakan dibentuk oleh L.
mesenteroides, L. brevis, P. cerevisiaedan jenis bakteri koliform.Asam ini dapat
dirusak oleh khamir yang tumbuh dipermukaan (film yeast), khamir tipe
fermentatif, adanya gas yang dibentuk oleh bakteri Mesnteroides dan bakteri
koliform (Fraizer dan Westhoff, 1981).
Bakteri pembentuk asam dominan sepanjang fermentasi.Bakteri ini
mencapai maksimum pada 8-10 hari setelah fermentasi dimulai, kemudian scara
berangsur-angsur mati akibat pH yang semakin rendah (Jacob, 1951dalam
Yuniarti, 1986).Setelah asam dibentuk olek bakteri asam laktat, maka khamir
pembentuk filem di permukaan dan khamir tipe fermentatif tumbuh. Khamir
pembentuk filem di permukaan merusak asam laktat dengan cara
mengoksidasinya karena itu khamir golongan ini disebut pula khamir oksidatif.
Sedangkan khamir tipe fermentatif tumbuh di bagian bawah larutan garam dan
memfermentasi gula menjadi alkohol dan CO2.Debaryomyces, Endomycopsis, dan
Candida adalah jenis khamir oksidatif yang sering ditemukan dalam pikel.
Torulopsis, Bretanomyces, Zygosacharomyces, Hansenula, Tarolasporadan
Kloeckera merupakan khamir fermentatif yang sering menyebabkan pikel menjadi
bengkak akibat gas yang diproduksinya.
Pikel juga dapat mengalami kerusakan karena penagaruh lingkungan, baik
pengaruh dari fisik, kimia dan biologi. Berikut jenis-jenis kerusakan yang biasa
terjadi pada produk pikel:
a. Pikel berwarna hitam
Perubahan warna pikel menjadi hitam disebabkan oleh adanya gas hidrogen
sulfida yang dihasilkan oleh bakteri yang bereaksi dengan besi yang mungkin
berasal dari air sehingga membentuk ferosulfat.Diasmping itu warna hitam
disebabakan pula oleh tumbuhnya bakteri yang membentuk warna hitam yaitu
Bacillus nigrificans (Frazier dan Westhoff, 1981).
b. Pengkertutan
Pengkerutan disebabkan pengaruh fisik akibat kandungan garam, gula atau
cuka yang terlalu tinggi.
c. Bengkak (bloater)
Bengkaknya pikel disebabkan oleh gas yang dibentuk oleh khamir uang
terperangkap dalam buah
d. Licin
Licinnya pikel disebabakan oleh adanya bakteri pembentuk kapsul pada pikel
(Frazier dan Westhoff, 1981).
e. Lunak
Pelunakan pikel selama fermentasi disebabkan oleh larutnya pectin oleh enzim
poligalakturonase dan enzim pektinesterase (Sitrunk dan Kuzup, 1982; Prescott
dan dunn, 1982dalam Yuniarti, 1986).
Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu jenis sayur yang
cukup populer di hampir semua negara. Mentimun berasal dari dataran tinggi
Himalaya dan pada saat ini budidayanya sudah meluas ke seluruh wilayah
tropis dan subtropis. Di Indonesia mentimun banyak di-tanam di Jawa dan
Sumatra (Elsya, 2003). Buah mentimun mengandung mineral seperti kalsium,
fosfor, kalium, dan besi, serta vitamin A, B, dan C (Julisaniah, dkk,2007).
Selain bisa dikonsumsi dalam bentuk mentah, rasa mentimun yang segar
juga enak diolah sebagai campuran sayuran. Mentimun memiliki kandungan
getah dalam enzim, 0,65 % protein, 0,1 % lemak dan karbohidrat sebanyak 2,2
%. Juga mengandung kalsium, zat besi, magnesium, fosforus, vitamin A,
vitamin B1, vitamin B2 dan vitaminC. Mentimun mengandung 35.100 –
486.700 ppm asam linoleat sebagai suku cucurbitaceae yang biasanya
mengandung kukurbitasin, mentimun kemungkinan juga mengandung senyawa
tersebut (Jaelani, 2011).
Bengkuang atau bengkoang (Pachyrhizus erosus) berasal dari Amerika
tropis yang termasuk dalam suku polong-polongan atau Fabaceae. Di tempat
asalnya, tumbuhan ini dikenal sebagai xicama atau jícama. Orang Jawa
menyebutnya sebagai besusu.
Bengkuang merupakan tanaman tahunan yang dapat mencapai panjang 4-5
meter, sedangkan akarnya dapat mencapai 2 meter. Tumbuhan ini membentuk
umbi akar (cormus) berbentuk bulat atau membulat seperti gasing dengan berat
dapat mencapai 5kg. Kulit umbinya tipis berwarna kuning pucat dan bagian
dalamnya berwarna putih dengan cairan segar agak manis. Umbinya
mengandung gula dan pati serta forfor dan kalsium. Umbi ini memiliki efek
pendingin karena mengandung kadar air 86-90% (Damayanti, 2010).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gelas Jar
b. Pisau
c. Kompor
d. Panci
e. Pengaduk
f. Baskom
g. Wadah plastik
h. Penutup
i. Autoklaf
2. Bahan
a. Mentimun
b. Bengkuang
c. Garam
d. Air
e. CaCl21%
B. Cara Kerja
Buah mentimun dan bengkuang disortasi
Bahan dikupas, dicuci dan dipotong atau diiris kecil-kecil
Bahan direndam dalam CaCl2 1% selama 10 menit, ditiriskan
Dibuat larutan garam dengan konsentrasi tertentu (5, 10 dan 15 %), disaring, dipasteurisasi pada suhu 70oC
selama 15 menit dan didinginkan
Bahan 90 gram dimasukkan dalam gelas jar yang sudah steril dan diisi dengan larutan garam, ditutup
Dilakukan fermentasidan pengamatan pada hari ke 1, 3 dan 5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pelakuan yang dilakukan:
Kelompok 1 : Buah Mentimun, Larutan garam 5%
Kelompok 2 : Buah Mentimun, Larutan garam 10%
Kelompok 3 : Buah Mentimun, Larutan garam 15%
Kelompok 4 : Buah Bengkuang, Larutan garam 5%
Kelompok 5 : Buah Bengkuang, Larutan garam 10%
a. Warna Larutan
No.
Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-5I II III IV V I II III IV V I II III IV V
1 2 2 4 4 3 2 3 4 2 3 2 2 3 1 12 4 4 4 3 3 2 3 4 2 3 2 3 3 1 13 2 3 3 2 3 1 3 3 1 3 2 3 3 2 24 2 4 3 2 3 2 2 4 1 2 2 2 2 1 15 5 3 3 2 3 1 2 4 2 2 2 2 3 2 16 2 3 4 3 3 3 2 4 3 4 2 3 2 2 17 3 4 4 3 3 2 3 4 1 3 1 2 1 1 18 4 2 4 2 3 1 2 3 1 2 2 2 3 1 19 3 3 3 2 3 2 3 4 2 2 2 3 1 1 110 4 4 4 3 3 2 3 4 2 2 2 2 1 1 111 4 3 4 3 4 2 2 3 1 2 2 3 2 2 212 3 4 3 2 4 1 2 4 1 2 2 2 2 1 113 4 3 4 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 1 214 5 3 4 3 4 1 2 4 2 2 2 2 2 2 115 3 3 3 3 3 2 2 4 2 2 1 2 2 1 1
∑ 5045
54 40 48 26 17 56 25 37 29 36 44 20 18
x3,33
33,6
2,66
3,2
1,73
1,13
3,73
1,66
2,46
1,93
2,4
3,06
1,33
1,2
b. Tekstur
No.
Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-5I II III IV V I II III IV V I II III IV V
1 4 4 4 4 4 2 2 2 1 2 3 3 3 4 32 3 3 3 3 3 3 2 1 4 4 2 2 3 4 43 3 3 3 4 3 2 1 2 4 3 2 3 3 4 34 3 3 3 4 4 1 1 2 3 3 2 2 2 4 35 3 3 4 5 4 2 2 3 4 4 3 3 3 3 26 4 4 3 4 4 2 3 2 2 2 2 3 2 4 47 2 2 3 4 3 3 2 3 3 3 2 2 1 3 38 2 3 3 3 3 2 2 3 4 4 3 3 3 4 49 2 3 2 4 4 2 2 3 4 4 1 2 1 4 410 3 3 4 5 4 2 2 2 4 4 3 1 1 3 411 3 2 2 4 4 2 2 2 3 4 2 2 2 4 412 2 2 1 4 4 1 2 3 2 3 2 2 2 4 313 3 2 1 3 4 2 2 3 4 4 3 3 3 2 414 2 3 3 4 3 2 3 2 4 4 3 2 2 3 215 1 2 2 4 4 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3
∑ 40 42 41 59 5430
31 35 34 51 35 36 33 53 50
x2,66
2,8
2,73
3,93
3,6
22,06
2,33
2,26
3,4
2,33
2,4
2,2
3,53
3,33
c. Warna Buah
No.
Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-5I II III IV V I II III IV V I II III IV V
1 2 3 4 4 4 2 2 3 3 2 2 3 3 4 42 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 43 2 3 4 2 3 3 3 3 2 2 3 4 4 4 44 3 2 3 4 4 3 1 4 4 4 2 3 2 3 35 2 3 3 4 4 2 2 1 1 1 2 2 4 3 26 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 3 2 2 3 37 4 3 4 4 3 3 1 2 2 3 4 4 3 4 48 2 3 4 3 3 3 2 2 3 4 2 2 3 2 39 3 4 3 4 4 3 2 3 2 3 2 4 3 2 310 1 3 4 4 4 3 2 3 3 4 3 3 4 4 411 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 412 3 2 3 2 4 2 3 4 3 4 3 3 2 4 413 4 3 4 5 4 3 2 3 3 3 2 2 2 3 314 3 2 4 3 3 3 2 3 3 4 2 3 4 2 315 2 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 2 4 4∑ 41 42 54 55 55 42 37 44 40 49 39 43 46 46 50x 2,7 2, 3, 3,6 3,6 2, 2,4 2,9 2,6 3,2 2, 2,8 3,0 3,0 3,3
3 8 6 6 6 8 6 3 6 6 6 6 6 6 3
d. Aroma
No.
Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-5
I II III IV V I II III IV V I IIIII
IV V
1 2 1 2 1 1 2 3 2 2 2 3 3 3 3 32 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 23 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 1 3 24 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 35 3 2 4 4 2 1 2 2 3 4 1 2 3 3 36 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 3 2 2 3 27 2 2 1 2 1 2 2 3 2 3 3 1 3 3 28 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 29 4 4 4 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 4 410 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 1 3 311 4 4 2 2 2 1 3 1 1 2 3 2 2 3 212 4 4 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 213 2 2 1 3 3 2 3 2 2 2 2 1 3 3 114 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 2 1 2 315 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 1 2 3
∑ 40 38 35 39 31 31 37 32 3336
41 3130
43 33
x2,66
2,53
2,33
2,6
2,06
2,06
2,46
2,13
2,2
24
2,73
2,06
22,86
2,2
e. Flavor
No.
Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-5
I II III IV V I II III IV V I IIIII
IV
V
1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 13 2 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 2 2 4 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 16 2 1 3 3 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 17 2 1 1 3 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 18 2 1 2 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 19 2 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 110 4 3 3 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 111 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 112 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 2 2 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 114 3 2 1 2 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 115 3 2 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
∑ 33 22 35 34 27 17 16 16 19 1715
15
15
15
15
x2,2
1,46
2,33
2,86
1,8
1,13
1,06
1,06
1,27
1,13
1 1 1 1 1
Keterangan parameter:
Warna Buah:
1. Tidak cerah
2. Sedikit cerah
3. Agak cerah
4. Cerah
5. Sangat cerah
Warna Larutan:
1. Tidak cerah
2. Sedikit cerah
3. Agak cerah
4. Cerah
5. Sangat cerah
Tekstur:
1. Tidak keras
2. Sedikit keras
3. Agak keras
4. Keras
5. Sangat keras
Aroma:
1. Tidak kuat
2. Sedikit kuat
3. Agak kuat
4. Kuat
5. Sangat kuat
Flavor:
1. Tidak enak
2. Sedikit enak
3. Agak enak
4. Enak
5. Sangat enak
B. Pembahasan
Perubahan-perubahan yang kompleks yang terjadi pada fermentasi sayur-
sayuran dihasilkan oleh pertumbuhan beberapa species bakteri asam laktat secara
berurutan. Pada proses fermentasi yang menggunakan baketri asam laktat, garam
memegang peranan yang sangat penting. Praktikum dilakukan dengan
menggunakan 2 jenis buah yaitu buah mentimun dan buah bengkuang. Buah
dilakukan 5 perlakuan yaitu mentimun dengan larutan garam 5%, mentimun
dengan larutan garam 10%, mentimun dengan larutan garam 15%, bengkuang
dengan larutan garam 5%, dan bengkuang dengan larutan garam 10%.
Pembuatan pikel dilakukan dengan sortasi buah terlebih dahulu. Buah segar
yang akan diolah menjadi pikel harus melalui proses seleksi terlebih dahulu.
Tujuan dilakukannya sortasi adalah untuk mengelompokkan buah berdasarkan
kualitasnya. Parameter yang digunakan dalam proses seleksi ini adalah ukuran,
dan kenampakkan. Buah yang diklasifikasikan mempunyai kualitas bagus dan
lolos seleksi adalah buah yang mempunyai ukuran normal dan kenampakkan
bagus yaitu buah yang masih segar, tidak busuk dan tidak terdapat luka. Setelah
disortasi buah dikupas yang bertujuan untuk menghilangkan kulit buah, kemudian
buah dicuci untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel pada bahan.
Selanjutnya buah dipotong atau diiris kecil untuk memperkecil ukuran sehingga
bahan bisa masuk ke dalam pengemas.
Setelah dipotong kecil-kecil bahan direndam dalam larutan CaCl2 1% selama
10 menit. penambahan bahan CaCl2 (Kalsium Khlorida) yang berfungsi untuk
penggeras bahan sehingga produk olahan mempunyai tekstur yang lebih keras,
daya patah rendah/ mudah patah. Selain itu perendaman CaCl2 juga akan
mempertahankan tekstur terhadap suhu pemanasan bahkan dapat mengurangi
kandungan minyak produk dan dapat memperbaiki kerenyahan produk akhir
(Aeny, 2012). Kemudian dibuat larutan garam dengan konsentrasi 5%,10%, dan
15%, dan disaring untuk menghilangkan ampas sehingga dihasilkan larutan garam
yang jernih dan larutan garam dipasteurisasi 70oC selama 10 menit untuk
membunuh bakteri pathogen dalam larutan garam. Selanjutnya larutan garam
didinginkan.
Bahan sebesar 90 gram dimasukkan daam gelas jar yang sudah dilakukan
sterilisasi sehingga gelas jar steril. Setelah bahan dimasukkan kemudian
ditambahakan larutan garam sebagai medium dan gelas jar ditutup rapat.
Selanjutnya dilakukan pengamatan pada hari ke 1, 3 dan 5 teradap parameter
warna larutan, warna buah, tekstur, aroma, flavor.
Berdasarkan praktikum dapat diperoleh hasil untuk setiap parameter
pengamatan yaitu:
1. Warna Larutan
Dari hasil organoleptik warna larutan buah yang direndam pada larutan
garam pada hari ke 1 pada buah mentimun larutan garam 5%, 10%, 15% adalah
agak jernih, sedangkan pada buah bengkuan larutan garam 5% sedikit jernih. Pada
hari ke 3, pada hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada mentimun larutan
garam 5%, 10% dan bengkuang larutan garam 5% dan 10% warna larutanya
adalah sedikit jernih sedangkan pada mentimun larutan garam 15% warna larutan
jernih. Pada hari ke 5 pada buah mentimun larutan garam 5% adalah sedikit cerah,
sedangkan pada buah mentimun larutan garam 10%, 15% dan pada bengkuang
larutan garam 5% dan 10% warna larutan adalah agak cerah.
Pada semua perlakuan pada hari ke 1, 3 dan 5 mengalami perubahan pada
warna larutanya. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin tinggi
larutan garamnya warna larutan yang dihasilkan adalah semakin cerah.Menurut
literatur, pikel semakin lama disimpan maka larutannya akan semakin keruh.
Kejernihan larutan menurun dapat dikarenakan dua hal, yaitu meningkatnya total
padatan terlarut akibat larutnya pektin menjadi pektinat oleh kegiatan enzim dan
keluarnya nutrien-nutrien dalam jaringan oleh peristiwa difusi osmosis (Rahayu
dan Nurwitri, 1993). Jika pektin berubah menjadi pektinat yang bersifat larut
dalam air akan menyebabkan selulosa-selulosa kehilangan ikatannya sehingga
terurai ke dalam larutan. Adanya nutrien ini dapat meningkatkan total padatan
terlarut dalam cairan, sehingga cairan semakin tidak jernih.
Hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan bahwa adanya
penyimpangan terhadap literatur. Hal ini dapat disebabkan oleh terjadinya
pengendapan padatan-padatan yang terdapat dalam larutan, dimana padatan-
padatan secara visual tidak terlihat jelas. Dalam pembuatan larutan tidak
ditambahkan stabilizer sehingga pengendapan mugkin saja terjadi sehingga
menyebabkan terjadinya kejernihan larutan. Hal ini juga disebabkan oleh adanya
mikroba yang tumbuh. Kapang yang tumbuh dalam acar akan menyebabkan
kerusakan bahan acar, misalnya mentimun menjadi lembek, berlendir dan
warnanya cenderung menjadi gelap (Frazier et al., 1956).
2. Tekstur
Untuk parameter tekstur, pada penyimpanan hari ke 1, tekstur pada
mentimun dengan larutan garam 5%, 10% dan 15% adalah sdikit lunak, pada
bengkuang dengan larutan garam 5% dan 10% memiliki tekstur agak lunak. Pada
hari ke 3 tekstur masih sama hanya pada bengkuang dengan garam 5% menjadi
agak lunak. Pada hari ke 5 tekstur mentimun dengan larutan garam 5%, 10% dan
15% adalah sdikit lunak, pada bengkuang dengan larutan garam 5% dan 10%
memiliki tekstur agak lunak.
Tekstur pikel pada semua perlakuan pada hari ke 1, 3 dan 5 mengalami
perubahan. Dari hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan
garam pada mentimun menunjukkan bahwa tekstur semakin keras kecuali pada
hari ke 5. Menurut Haditjaroko et al. (1982), bahwa tekstur berubah disebabkan
pemutusan rantai panjang karbohidrat menjadi senyawa gula yang bersifat larut.
Kadar gula ini selama penyimpanan akan mengalami peningkatan dan kemudian
turun kembali. Hal lain yang menyebabkan peningkatan nilai kekerasan pikel
mungkin juga dapat disebabkan oleh kandungan garam yang tinggi. Menurut
Buckle et al . (1985), garam menarik air dan zat-zat gizi dari jaringan bahan
pangan. Zat-zat gizi tersebut melengkapi substrat untuk pertumbuhan bakteri asam
laktat yang telah terdapat dalam permukaan bahan. Garam dan asam yang
dihasilkan dari proses fermentasi menghambat pertumbuhan organisme yang tidak
diinginkan dan menunda pelunakan jaringan yang diseba bkan oleh kerja enzim.
Pada hari ke 5 yang mengalami pelunakan pada konsentrasi larutan garam
yang lebih tinggi dapat disebabkan oleh penyimpanan yang mengakibatkan
terjadinya fermentasi. Pada waktu fermentasi, pelunakan umumnya disebabkan
oleh larutnya pektin oleh enzim poligalakturonase selama penyimpanan (Sitrunk
dan kuzup, 1982). Pelunakan ini mungkin disebabkan kadar gula yang menurun.
Turunnya kadar gula disebabkan gula dikonversi menjadi asam laktat melalui
proses fermentasi. Menurut Pederson (1982) bahwa kerusakan pelunakan buah
dan sayuran bisa merupakan akibat dari perubahan kimia yang terjadi secara
lambat dari bahan pangan yang diolah. Menurut Apriyantono (1985), faktor
utama pembentukan tekstur pada awetan buah adalah kadar gula. Molekul-
molekul gula dapat membentuk ikatan hidrogen dengan dinding sel buah. Gula
dapat meningkatkan kekerasan pikel karena kemampuannya menarik molekul air
dari dalam bahan pangan. Apabila kadar gula berkurang maka akan menyebabkan
kekerasan pikel menurun.
Cara perusakan mikroba adalah dengan cara menghidrolisis atau
mendegradasi makromolekul-makromolekul yang menyusun bahan tersebut
menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil. Misalnya karbohidrat menjadi gula
sederhana atau pemecah lebih lanjut dari gula menjadi asam-asam yang
mempunyai atom karbon yang rendah. Protein dapat dipecahkan menjadi gugusan
peptida dan senyawa amida serta gas amoniak, sedangkan lemak dapat pecah
menjadi gliserol dan asam-asam lemak. Dengan terpecahnya karbohidrat (pati,
pektin, atau selu losa), maka bahan dapat mengalami pelunakan (Muchtadi, 1988).
Menurut Winarno (1988), senyawa pektin dapat diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu asam pektat dan asam pektinat yang bersifat larut dan protopektin yang
bersifat tidak larut. Pektin terdapat pada dinding sel primer tanaman, khususnya di
sela-sela antara selulosa dan hemiselulosa. Senyawa pektin berfungsi sebagai
bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan yang lainnya. Senyawa pektin
merupakan po limer dari asam D-galakturonat yang dihubungkan dengan ikatan
β-1,4-glukosida. Asam galakturonat merupakan turunan dari galaktosa. Dengan
demikian apabila ikatan antara dinding-dinding sel terlepas maka komponen
penyusun tekstur bahan menjadi kurang kokoh sehingga akan ada komponen
dinding sel yang terlepas dan menyebabkan tekstur jahe menjadi lunak. Enzim
pektinolitik diantaranya enzim polimetilgalakturonase dan poligalakturonase
memotong ikatan glukosida dengan pertolongan air. (Winarno, 1986).Garam
bersama-sama dengan asam hasil fermentasi menghambat pertumbuhan bakteri
yang tidak diinginkan dan merusak enzim yang dapat melunakkan tekstur
sayuran.
Sedangkan pada bengkuang konsentrasi larutan garam 5% dan 10%
memiliki tekstur yang lebih keras dibanding pada tekstur pikel yang dari
mentimun. Hal ini dapat disebabkan oleh bahan dasar yang digunakan yakni pada
kandungan total padatan pada bahan yang digunakan. Menurut Food and Nutrition
Research Center, Manila (1964) dalam Rukmana (1994) kandungan air pada buah
mentimun adalah 96,10 gram sedangkan pada buah bengkuang menurut
Direktorat Gizi Depkes (1992) kandungan airnya adalah 85, 1 gram. Perbedaan
kadar air pada mentimun dan bengkuang menentukan total padatanya. Semakin
tinggi kadar airnya semakin rendah total padatanya. Selain itu menurut Pederson
(1971 dalam Rahasti, 2008) garam yang ditambahkan akan membantu
pengeluaran beberapa subtansi atau senyawa dari jaringan tanaman diantaranya
gula dan beberapa nutrien lain yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri asam
laktat (Pederson, 1971 dalam Rahasti, 2008). Hal ini jika mentimun banyak
mengandung air dan substrat sedikit, maka air akan bercampur dengan larutan
garam karena terjadi plasmolisis dan jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan
bengkuang. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Rahasti (2008) bahwa efek
dari garam sebagai pengawet adalah dapat memecahkan (plasmolisa) membran sel
mikroba karena sifat osmotiknya yang tinggi dan bersifat higroskopis yaitu dapat
menyerap air.
3. Warna Buah
Berdasarkan hasil praktikum, untuk parameter warna buah penyimpanan
pikel pada hari ke 1, pada pikel mentimun dengan larutan garam 5%, 10%
memiliki warna buah kuning kecoklatan sedangkan mentimun dengan larutan
garam 15% dan pada pikel bengkuang dengan larutan garam 5% dan 10% warna
buahnya adalah kuning. Pada pengamatan hari ke 3, warna buah pada seluruh
perlakuan yaitu kuning kecoklatan. Sedangkan pada bengkoang dengan larutan
garam 10% warna buahnya adalah kuning. Pada hari ke 5, warna buah pada
seluruh perlakuan rata-rata memiliki warna kuning kecoklatan yang tidak cerah.
Warna buah pada semua perlakuan pada hari ke 1,3 dan 5 mengalami
perubahan. Menurut Jacob (1951) dalam Yuniarti
(1986), pikel yang digarami dengan larutan garam 15 persen dapat
mencegah pertumbuhan film yeast” akan tetapi pada hasil pengamatan warna
buah cenderung berubah. Pada semua perlakuan dari beberapa pengamatan di hari
penyimpanan yang mengalami penurunan warna. Muchtadi (1988), penurunan
keceraha n jahe ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Pigmen-pigmen alami biasanya mengalami perubahan kimia, sebagimana yang
terjadi pada proses pematangan buah-buahan. Pigmen juga sangat sensitif
terhadap perubahan kimia dan fisika selama pengolahan, terutama panas yang
sangat berpengaruh terhadap pigmen bahan pangan.
b. Warna disebabkan oleh reaksi kimia antara gula dan asam amino dari protein
yang dikenal sebagai reaksi pencoklatan ( browning ) atau reaksi Maillard.
Menurut Winarno (1997), perlakuan pemanasan juga akan mengurangi
warna, karena pigmen tidak stabil pada suhu tinggi. Terjadinya perubahan warna
pada bahan mungkin disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Buckle et al.
(1985), menjelaskan bahwa terdapat beberapa mikroorganisme yang mampu
menghasilkan koloni-koloni yang berwarna atau mempunyai pigmen (zat warna)
yang memberi warna pada bahan pangan tersebut. Menurut Rahasti (2008) Pada
saat proses fe rmentasi berlangsung, pikel dapat mengalami perubahan warna
yang disebabkan oleh adanya gas H2S yang dihasilkan oleh bakteri yang bereaksi
dengan besi yang mungkin berasal dari air sehingga membentuk senyawa
ferosulfat.
4. Aroma
Dari hasil uji organoleptik aroma dari pada pada hari ke 1, pada mentimun
dengan larutan garam 5%, 10%, 15% dan pada bengkuang dengan larutan garam
5% dan 10% memiliki aroma rata-rata sedikit kuat. Aroma pada uji organoleptik
hari ke-3 juga menunjukan aroma yang rata-rata memiliki aroma sedikit kuat pada
pikel. Pada hari ke 5, aroma pada pikel mentimun dengan larutan garam 10%,
15%, dan pikel bengkuang dengan larutan garam 5% dan 10%, mempunyai
aroma sedikit kuat. Sedangkan pada pikel mentimun dengan larutan garam 5%
memiliki aroma agak kuat.
Pada hasil pengamatan, bau yang tidak enak ini disebabkan oleh seringnya
botol tempat pikel dibuka setelah dilakukan pengamatan sehingga pikel
terkontaminasi oleh mikroba lain yang dapat menghasilkan bau busuk. Bau yang
tidak enak dapat disebabkanadanya mikroorganisme yang tidak diinginkan selama
fermentasi (Anonim, 2009 dalam Yuliana, 2009). Bermacam-macam mikroba
seperti kapang, bakteri dan ragi mempunyai daya perusak terhadap bahan hasil
pertanian. Terjadinya asam dapat menurunkan pH, dan terbentuknya gas-gas hasil
pemecahan dapat mempengaruhi bau dan cita rasa bahan (Muchtadi, 1988).
Menurut Winarno (1994) kerusakan pada pikel terutama disebabkan oleh
proses yang kurang baik dan tidak efektifnya pengawet yang digunakan.
Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh tumbuhnya bakteri, kapang atau
khamir yang dapat merubah warna, rasa, tekstur atau bentuk dari pikel. Jenis
kapang yang dapat menyebabkan kerusakan pada pikel yaitu Penicillium sp,
Rhizopus sp, Mucor sp dan Aspergillus sp.
5. Flavor
Untuk parameter flavor, pada penyimpanan hari ke 1, pada pikel mentimun
dengan larutan garam 5% dan bengkuang dengan larutan garam 5% memiliki
flavor yang sedikit enak, sedangkan pada mentimun dengan larutan garam 10%,
5%, dan pikel bengkuang dengan larutan garam 10% memiliki flavor tidak enak.
Pada hari ke 3 dan ke 5 pada semua jenis pikel dengan bahan dasar mentimun
dengan larutan garam 5%, 10%, dan 15% dan bahan dasar bengkuang dengan
larutan garam 5% dan 10% memiliki flavor yang tidak enak. Flavor pikel
mengalami penurunan menjadi tidak enak pada semua perlakuan baik pada
penyimpanan hari ke 1, 3, dan 5. Flavor ini dapat disebabkan oleh terbentuknya
buih dan gas sehingga pikel flavornya tidak enak. Timbulnya gas diakibatkan oleh
khamir tipe fermentatif yang memfermentasi gula menjadi alkohol dan CO2 selain
itu gas tersbut diproduksi pula oleh bakteri gram negatif khususnya genus
Aerobacter. Bakteri ini memproduksi CO2 yang sama banyaknya dengan gas H2
yang dapat membuat pikel menjadi bengkak. Berdasarkan hasil penelitian
Etchless et al., (1975)dalam Yuniarti(1986) bahwa semakin rendah konsentrasi
garam di awal fermentasi semakin cepat pertumbuhan khamir. Di dalam larutan
garam, khamir memiliki pola pertumbuhan yang menaik kemudian
menurun.Semakin tinggi konsentrasi larutan garam, semakin lama khamir baru
tumbuh namun polanya tetap yakni menaik dan kemudian menurun.
Menurut Frazier dan Westhoff (1981) khamir yang tumbuh dipermukaan
akan menyebabkan adanya buih dipermukaan pikel, disamping itu khamir akan
merusak asam laktat, menghidrolisa pektin dan mendekomposisi protein dan
lemak sehingga didapatkan tekstur dan flavor yang tidak diinginkan. Akan tetapi
pada pengamatan pada larutan garam 15% juga mengalami perubahan yaitu flavor
yang tidak enak. Hal ini menandakan bahwa hasil tidak sesuai dengan literatur. Ini
dapat disebabkan oleh perlakuan pasca pengemasan, yaitu setelah pengamatan
pada hari ke 1 kemasan dibuka dan tidak ada perlakuan pengawetan lain sehingga
pikel yang diamati dapat terkontaminasi oleh mikroba dari luar yang
mempengaruhi flavor pikel.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Prinsip pembuatan pikel adalah perendaman buah dan sayuran dalam larutan
gram dengan konsentrasi tertentu. Berdasarkan proses pembuatannya, pikel
pada praktikum kali ini yaitu “Fermented pickle” (pikel yang dalam proses
pembuatannya mengalami proses fermentasi).
2. Proses pembuatan pikel dimulai dari buah disortasi, buah dikupas, dicuci dan
dipotong atau diiris kecil-kecil, kemudian dilakukan perendaman dalam CaCl2
1% dan ditiriskan, kemudian dibuat larutan garam dengan konsentrasi (5, 10%,
15%), disaring, dipasteurisasi pada suhu 70oC selama 10 menit dan
didinginkan, buah dimasukkan dalam gelas jar yang sudah disterilkan dan diisi
dengan larutan garam dan dilakukan fermentasi.
3. Pada semua perlakuan pada hari ke 1, 3 dan 5 mengalami perubahan pada
warna larutanya, semakin tinggi larutan garamnya warna larutan yang
dihasilkan adalah semakin cerah. Tekstur pikel pada semua perlakuan pada hari
ke 1, 3 dan 5 mengalami perubahan, semakin tinggi konsentrasi larutan garam
pada mentimun menunjukkan bahwa tekstur semakin keras kecuali pada hari
ke 5. Sedangkan pada bengkuang konsentrasi larutan garam 5% dan 10%
memiliki tekstur yang lebih keras dibanding pada tekstur pikel yang dari
mentimun. Warna buah pada semua perlakuan pada hari ke 1,3 dan 5
mengalami perubahan. Flavor pikel mengalami penurunan menjadi tidak enak
pada semua perlakuan baik pada penyimpanan hari ke 1, 3, dan 5.
B. Saran
Dalam pembuatan pikel sebaiknya menggunakan konsentrasi garam yang
tepat agar proses fermentasi berlangsung optimum. Pada saat pengamatn
sebaiknya dilakukan perlakuan khusus setelah pengamatan pengamatan
selanjutnya benar-benar valid bukan pengamatan pada produk yang
terkontaminasi dari luar (lingkungan).
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, A. 1985. Pendidikan dan Latihan Tenaga Penyuluh Lapangan Spesialis Industri Kecil Pengolahan Pangan. Dirjen Industri Kecil. Departemen Pertanian kerjasama dengan Fateta-IPB, Bogor.
Buckel, K.A. et al., 1985 . Ilmu pangan .Terj.H ari Purnomo Adiono.UI.Press.,Jakarta.
Damayanti, Keny. 2010. Pembuatan Tepung Bengk Uang Dengan Kajian Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na2S2O5) Dan Lama Perendaman.Skripsi. Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur, Surabaya
Daulay, Djundjung dan Ansori, Rahman. 1992. Teknologi Fermentasi Sayuran dan Buah-buahan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan. 1992. Kandungan Gizi Bengkuang. Depaertemen Kesehatan Indonesia
Elsya, T. 2003. Mentimun, Obat Awet Muda dan Antistres. Artikel. Pikiran Rakyat Cyber Media. Minggu, 06 Juli 2003.
Frazier, W.C., W.B. Sarles, J.B. Wilson and S.G. Knight. 1956. Microbiology General and Applied. New York: Harper and Brothers.
Frazier, W. C. dan D. C. Westhof. 1981. Food Microbiology 3 ed. The AVI Publ. Co., Ltd. Westport, Connecticut.
Gaman. P. M. dan K. B. Sherrington. 1992. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi.Gajah Mada Pr ess. Yogyakarta, Indonesia.
Haditjaroko, L., F. G. Winarno dan M. Marcoes. 1982. Mempelajari Pengaruh Pendinginan dan Pengemasan Terhadap Daya Simpan Jambu Bol. Laporan Penelitian. Jurusan Teknologi Industri, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 1996. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya, Jakarta.
Jaelani, Achmad. 2011. Ekstrak Mentimun (Cucumis sativus) Dan Kulit Nanas (Ananas comosus) Sebagai Alternatif Penghilang Bau Prengus Dan Pelunak Daging Sate Kambing (Kajian Materi IPA Trapan). Skripsi. Widyaiswara Madya Balai Diklat Keagamaan Surabaya
Julisaniah , Nur Indah , Liliek Sulistyowati, Arifin Noor Sugiharto. Analisis Kekerabatan Mentimun (Cucumis sativus L.) menggunakan Metode RAPD-PCR dan Isozim. Jurnal BIODIVERSITAS ISSN: 1412-033X Volume 9, Nomor 2 April 2008 Halaman: 99-102
Muchtadi, T.R. 1988. Petunjuk Laboratorium Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ogawa, T. 1978. Pickles.Di dalam Yuniarti, Farida. 1986. Pengaruh Jenis papaya Cara Penambahan Garam dan Penyimpanan terhadap Mutu Pikel Pepaya (Carica papaya L.).skripsi. IPB. Bogor.
Rahasti, Nur. 2008. Pengaruh Konsentras I Natrium Benzoat Terhadap Perubahan Mutu Pikel Jahe ( Zingiber officinale ) Selama Penyimpanan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Rahayu, W. P. dan Nurwitri, A. 1993.Studi Peningkatan Mutu Dan Daya Simpan Jahe. Laporan Penelitian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sinaga, R. M dan Listeria, Marpaung. 1995. Orientasi perlakauan Garam, Suhu dan Lama Fermentasi terhadap Mutu Acar (“Pikel”) Bawang Putih. Buletin penelitian Hortikultura. Vol XXVII No 3.
Vail, G. E., J. A. Philips, l. O. Rust, R. M. Griswald dan M.M. Justin. 1973. Foods.Di dalam Yuniarti, Farida.1986. Pengaruh Jenis papaya Cara Penambahan Garam dan Penyimpanan terhadap Mutu Pikel Pepaya (Carica papaya L.).skripsi. IPB. Bogor.
Winarno, F.G. dan Fardiaz. 1979. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia, Jakarta.
Winarno, F.G. 1986. Air Untuk Industri Pangan. Gramedia. Jakarta.
Winarno, F.G. 1988. Kimia Pangan. Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Winarno, F.G. 1994. Sterilisasi Komersial Produk Pangan. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Winarno, F.G. et al. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta.
Yuliana, Neti dan Siti Nurdjanah.2009. Sensori Pikel Ubijalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Yang Difermentasi Spontan Pada Berbagai Tingkat Konsentrasi Garam.Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian.Volume 14, No 2, September 2009.
Zubaidah,E. 1998. Teknologi Pangan Fermentasi. UNIBRAW; Malang
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BUAH DAN SAYUR
ACARAPENGOLAHANPIKEL
Penanggung Jawab
Rombongan 2 Kelompok 2
Fitria Dwijayanti A1M011034
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2013
LAMPIRAN
Pengupasan Penirisan
Penirisan Penimbangan
Perendaman pada CaCl2 Penyaringan larutan garam
Pengalengan pikel Pengamatan