laprak gene 3
DESCRIPTION
nahlo, anak itb ngga boleh nyontekTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA (BI-2105)
KROMATOGRAFI PIGMEN MATA PADA LALAT BUAH
(Drosophila melanogaster)
Tanggal Praktikum : 2 Oktober 2015
Tanggal Pengumpulan : 9 Oktober2015
disusun oleh :
Rizky Budi Saputro
10614052
Kelompok 13
Asisten:
Netty Paramita Pulungan (10613034)
PROGRAM STUDI BIOLOGI
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
George Beadle dan Edward Tatum merupakan dua ilmuwan genetika yang
melakukan eksperimen yang menunjukkan pengaruh gen terhadap proses
metabolisme seperti halnya enzim. Mereka melakukan percobaan pada jamur roti
Neurospora crassa yang membuktikan hubungan langsung antara gen dan enzim
yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu dan mereka menyimpulkan bahwa
satu gen menyintesis satu enzim (one gene - one enzyme theory). Gen dapat
ditranskripsi dan ditranslasi menjadi suatu protein, di dalam sel protein dapat
berfungsi sebagai enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi yang terjadi ataupun
sebagai protein struktural yang membentuk sel. Apabila suatu protein tidak
berfungsi, maka akan terjadi mutasi (Hartl, 2014).
Adapun aplikasi dan manfaat dari hasil eksperimen George Beadle dan
Edward Tatum pada tahun 1940 adalah pada praktikum kali ini dimana mutasi
pada Drosophila melanogaster di bagian mata menjadi pusat perhatian
praktikum. Mata Drosophila melanogaster white, claret, sephia dan normal yang
menunjukkan bahwa mutasi yang terjadi disebabkan karena ketidakhadiran suatu
enzim yang dipengaruhi oleh gen yang membuat pigmen pada mata Drosophila
melanogaster berbeda (Strickberger, 1962)
1.2 Tujuan
1. Menentukan kelompok pigmen mata pada mutan berdasarkan hasil
pemberian sinar UV
2. Menentukan nilai Rf dari hasil kromatografi pigmen mata Drosophila
melanogaster
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hubungan Gen, DNA, Protein dan Enzim
Bagian utama sebuah sel adalah nukleus, di dalam nukleus terdapat
benang-benang halus yang disebut kromatin. Pada saat sel akan mulai membelah
diri, benang-benang halus tersebut menebal, memendek dan mudah menyerap
warna membentuk kromosom. Kromosom adalah struktur padat yang terdiri dari
dua komponen molekul, yaitu DNA dan protein. Secara struktural perubahan
DNA dan protein menjadi kromosom di awali pada saat profase. Molekul DNA
akan berikatan dengan protein histon dan nonhiston membentuk sejumlah
nukleosom. Unit-unit nukleosom bergabung memadat membentuk benang yang
lebih padat dan terpilin menjadi lipatan-lipatan solenoid. Lipatan solenoid
tersusun padat menjadi benang-benang kromatin. Benang-benang kromatin akan
tersusun memadat membentuk lengan kromatin. Selanjutnya kromatin akan
mengganda membentuk kromosom. Sedangkan untuk secara fungsional, istilah
gen lebih tepat untuk digunakan (Hartl, 2014).
Percobaan George Beadle dan Edward Tatum yang mengemukakan teori
satu gen menyintesis satu enzim bermasalah pada suatu kasus seperti halnya pada
hemoglobin. Hemoglobin pada sel darah merah merupakan penggabungan dari
empat polipeptida gen yang berbeda sehingga teori satu gen menyintesis satu
enzim. Dengan adanya permasalahan tersebut, teori satu gen menyintesis satu
enzim lebih baik diubah menjadi teori satu gen menyintesis satu polipeptida
(Hartl, 2014).
2.2 Hubungan kerja Protein Dengan Pigmen Mata
Pigmen mata pada D. melanogaster dipengaruhi oleh aktivitas gen dalam
kromosom. Gen mengkode protein sebagai enzim katalisator reaksi dalam sel.
Mutasi pada gen pigmen mata menyebabkan terbentuknya pigmen mata yang
beragam. Pada umumnya D. melanogaster memiliki pigmen mata yang berwarna
merah yang disebabkan oleh pteridin. Pteridin itu sendiri terdiri atas drosopterin
yang menyebabkan warna merah dan ommokrom yang menyebabkan warna
cokelat. Ketika bagian dari pteridin mengalami malfungsi, terbentuklah pigmen
baru yang disebut pigmen mutan (Wolpert, 2002).
1.3 Alur Sintesis Pigmen Mata Drosopterin dan Ommokrom
Warna mata pada D. melanogaster normal adalah merah. Warna ini
disebabkan oleh pteridin yang terdiri dari drosopterin yang memberi warna merah
pada mata dan ommokrom yang memberikan warna coklat pada mata. Sintesis
protein yang terjadi pada mata D. melanogaster lah yang menyebabkan
munculnya pigmen pada mata. Pada D. melanogaster mutan warna mata, yang
muncul adalah bukan merah. Hal ini dijelaskan oleh mutasi. Ketika terjadi mutasi,
terjadi perubahan susunan nukleotida yang menyebabkan perubahan pada protein
tertentu sehingga sintesis ommokrom dan drosopterin tidakpada semestinya
(Warianto, 2011).
Tabel 2.1 Biosintesis pigmen mata D. melanogaster (Warianto, 2011)
A. Sintesis Ommokrom B. Sintesis Drosopterin
Triptofan
N- formilkinurenin
Kinurenin
cn
3-hikdroksikinurenin
St
Xanthomatin
Guanosin triposfat
Dihidroneopteri triposfat
dihidropterin
sephiapterin dihidropterin
Xanthopterin Drosopterin
Isoxanthopterin
1.4 Jenis-Jenis Mutan Drosophila melanogaster
Kromatografi adalah metode pemisahan senyawa organik dan
anorganik. Metode ini dapat memisahkan dua atau lebih senyawa maupun ion
dalam dua fasa yang berbeda (padat-cair, cair-gas, dan padat-gas). Pada
kromatografi terdapat dua fasa berupa fasa diam dan bergerak. Kromatografi
yang umum digunakan adalah kromatografi kolom dan lapis tipis.
Kromatografi kolom berdasar pada perbedaan daya serap, sedangkan
kromatografi lapis tipis berdasar pada perbedaan kepolaran antara sampel dan
pelarut (Bird dan Sturtevant, 1992).
Metodologi pada kromatografi yaitu pemisahan campuran ke dalam
komponen-komponennya berdasarkan kecepatan migrasi tiap-tiap
komponennya melalui medium stationer (fasa diam) di bawah pengaruh fasa
gerak. Fasa gerak pada metode kromatografi kertas bergerak melewati fasa
diam karena pengaruh kapilaritas, gravitasi, atau karena pengaruh potensial
listrik (Skoog et all, 1996).
Kromatogram yang dihasilkan dari kromatografi diterjemahkan dalam
zona-zona yang dicirikan oleh nilai-nilai RF. Rf digunakan untuk mengukur
kecepatan bergeraknya suatu zona relatif terhadap garis batas (Heftmann,
2004). Nilai Rf didefinisikan dengan:
Rf =Jarak (cm)dari garis awalke pusat zona
Jarak (cm)dari garis awal ke garis depan pelarut
BAB III
METODE KERJA
Dalam praktikum genetika kali ini, terdapat hal-hal yang harus di
persiapkan seperti alat dan bahan di dalam laboratorium. Pemahaman metode
kerja juga menjadi hal dasar dalam melakukan praktikum genetika.
1.1 Alat dan Bahan
Tabel 1.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
Gunting Drosophila melanogaster normal
Penggaris Drosophila melanogaster mutan
Jarum pentul - whitePenjepit - Mata gelapBejana Kromatografi - Mata terangOven / oengering rambut Kertas saringg no.1Sinar UV Larutan MBAPensil Vaselin
1.2 Cara Kerja
pertama-tama disiakan kertas saring dan digunting seukuran 16 x 20 cm
dan dibuat garis lurus dengan pensil sejajar 16 cm. Lalu digaris pada 2 cm
pertama dan 10 cm pertama. Kemudian diberi tanda “O” dengan pensil di garis
pertama, dengan jarak 2 cm. Ditulis nama dan kelompok pada bagian atas
kertasagar tidak tertukar.
Sebelum kertas dicelupkan, diambil lalat 3 buah dengan fenotip yang
sama. Kemudian kepala lalat dipotong dengan jarum pentul dan diletakkan 1
kepala di atas tanda “O” dan diteken. Diulangi peletakan dan penekanan pada
kepala 2 dan 3. Lalu diulangi dengan fenotip yang berbeda untuk tanda “O”
berikutnya. Digulung kertas dan di jepit dengan menggunakan staples dibagian
atas dan bawah.
Setelah membuat kertas kromatografi dan menyiapkan bahan
kromatografi, diisi bejana dengan larutan NBA setinggi 1cm dan dimasukkan
kertas kromatografi secara tegak ke dalam bejana. Setelah itu dittutup bejana
dengan kaca penutup dan diberi vaseline pada pinggiran penutup. Didiamkan
beberapa saat hingga larutan bergerak melewati garis ke-2. Diambil kertas dan
dikeringkan beberapa saat. Kemudian kertas diamati di bawah sinar UV dan diberi
tandapada bercak yang terlihat. Diukur panjang perjalanan larutan dan bercak dan
ditentukan pigmen-pigmen yang terlihat dari hasil pengamatan dari kromatografi.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Foto Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil pengamatan
Foto Sebelum Foto Sesudah
Gambar 4.1 Kertas kromatografi
(Dokumentasi pribadi, 2015)
Gambar 4.2 Pengamatan di bawah sinar
UV (Dokumentasi pribadi, 2015)
4.1.2 Perhitungan RF
Nilai RF Wild Type : 0,8 cm+2,5 cm
4.8 cm=0.6875
Nilai RF White : 3,2 cm4,8 cm
=0,6
Nilai RF Sephia : 2,7 cm4,8 cm
=0.5625
Nilai RF Claret : 0,7 cm+2,85 cm
4.8 cm=0 ,739
4.2 Pembahasan
Hasil pemendaran cahaya mata dari D. melanogaster beserta mutannya
didapatkan pendaran yang berbeda pada setiap warna mata. Hal ini disebabkan
oleh sebuah peristiwa fluorosensi. Fluorosensi merupakan pemancaran sinar oleh
atom atau molekul setelah terlebih dahulu disinari. Zat warna yang dapat
berfluoresensi disebut fluorokrom. Pendaran yang berbeda pada setiap kolom
(wild type, claret, dan sephia) mengartikan bahwa terdapat pigmen berbeda yang
ada di mata lalat (Heftmann, 2004).
Menurut Ignat dan Bara (2003), nilai Rf pada pigmen mata
keempat jenis Drosophila melanogaster didapatkan dalam data seperti
berikut
Tabel 4.2 Nilai Rf
Jenis Rf Literatur Rf hasil percobaan
Wild type 0,0483 0.6875
White 0 0,67
Claret 0,229 0,739
Sephia 0,385 0.5625
Berdasarkan data yang telah didapat, nilai Rf yang tertinggi didapat pada
pigmen mata claret. Hal ini menunjukkan bahwa pigmen mata sephia paling non-
polar jika dibandingkan dengan pigmen mata white, sephia, serta wildtype.
Sementara itu, pigmen sephia bersifat paling polar karena nilai Rf yang
dimilikinya paling kecil. Rf white pada hasil percobaan mempunyai hasil yang
bukan 0 kemungkinan besar disebabkan oleh pigmen dari kepala yang ikut
terekspresikan pada percobaan ini (Warianto, 2011).
Pada kromatografi pigmen mata, digunakan larutan NBA yang terdiri atas
N-butanol, asam asetat, dan akuades sebagai eluen. Larutan NBA memiliki tingkat
kepolaran rendah yang mampu memisahkan pigmen-pigmen mata lalat buah yang
memiliki tingkat kepolaran yang sama. Vaselin pada bejana kromatografi
digunakan untuk mencegah terjadinya penguapan dari larutan NBA (Strickberger,
1962).
Sinar UV digunakan karena pigmen mata pada D. melanogaster tidak
dapat diamati apabila menggunakan cahaya putih seperti lampu neon. Pigmen
mata akan mengabsorbsi cahaya UV dengan panjang gelombang tertentu dan
memendarkan warna yang lebih kontras sesuai dengan warna asli senyawa
tersebut (Strickberger, 1962).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
1. Nilai Rf dari masing-masing pigmen mata D. melanogaster yang didapat: wild type
0.6875, white 0.67, sephia 0.5625, dan claret 0.739.
2. Drosophila melanogaster wild type tergolong dalam kelompok pigmen mata
drosopterin dan ommokrom. Mutan white tergolong dalam kelompok pigmen mata
yang tidak memiliki pteridin dan ommokrom. Mutan sephia tergolong dalam
kelompok pigmen mata yang memiliki sephiapterin. Mutan claret tergolong dalam
kelompok pigmen mata yang memiliki drosopterin.
1.2 Saran
1 Dalam praktikum ini, kebersihan dalam pengambilan data seharusnya labih
diperhatikan, karena jika ada zat pengotor sedikit saja akan sangat mempengaruhi
nilai Rf yang dihasilkan.
2 Tahap setelah pengambilan kertas kromatografi dari bejana yaitu pengeringan
seharusnya ditunggu hingga benar benar kering di semua bagian sehingga kapilaritas
pada tiap daerah pigmen sama.
3 Pengambilan pigmen mata seharusnya hanya mengambil bagian frontal dari kepala
agar pigmen hitam lain yang berasal dari mata tidak ikut terambil sehingga pigmen
mata terpengaruhi pigmen lain.
DAFTAR PUSTAKABeadle, G.W., Tatum, E.L. 1941. “Genetic Control of Biochemical Reactions in
Neurospora”. PNAS. 27(11): 499-506.
Bird, E. W., dan Sturtevant, F. 1992. “Extraction of FD&C Dyes from Common
Food Source: The Separation Utilizing Column Chromatography”. J.
Chem. Ed. 69(12): 996.
Campbell, Reece, Urry, Peterson, Wasserman, Minorsky, Jackson. 2008. Biology
Concept and Connection 7th. Pearson International: New York.
Fruton, J.S. 1999. Proteins, Enzymes, Genes: The Interplay of Chemistry and
Biology. Yale University Press : New Haven.
Hartl, Daniel L. 2014. Essential Genetics. USA: Jones & Barlett Learning
Heftmann, E. 2004. Chromatography 6th Edition. San Diego: Elsevier.
Horowitz, N. H., Berg, P., Singer, M. 2004. “A Centennial: George W. Beadle,
1903-1989”. Genetics. 166(1): 1-10.
Skoog, D.A., D.M. West & F.J. Holler. 1996. Fundamental of Analytical
Chemistry 7th ed. Fort Worth: Saunders College Publishing.
Strickberger, M.W. 1962.Experiments in Genetics with Drosophila melanogaster.
New York: John Wiley and Sons
Warianto, Chaidar. 2011. Mutasi. http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-
Indonesia/Mutasi_ChaidarWarianto_17.pdf (diakses pada 8/10/2015).
Wolpert, Lewis. 2002. Principles of Development 2nd Edition. New York: Oxford
University Press.