lap.praktikum 8 besi
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM LINGKUNGAN
PERCOBAAN VIII
BESI
OLEH :
NAMA : MUHAMMAD SADIQUL IMAN
NIM : H1E108059
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : HAFIZH AS’AD ASAD A.
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
NOVEMBER, 2010
PERCOBAAN VIII
BESI
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar besi pada
suatu sampel air.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak
digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari dari yang bermanfaat sampai dengan
yang merusakkan. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom
26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi (Wikipedia, 2010).
Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam
penggunaannya. Hal itu karena beberapa hal, diantaranya: kelimpahan besi di
kulit bumi cukup besar, pengolahannya relatif mudah dan murah, dan besi
mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi
(Wikipedia, 2010).
Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi
menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai
barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi
dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless
steel), akan tetapi proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi.
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Berbagai jenis logam contohnya
Zink dan Magnesium dapat melindungi besi dari korosi (Wikipedia, 2010).
Reaksi oksidasi ion ferro menjadi ion ferri ditunjukkan dalam
persamaan di bawah ini :
Fe2+ → Fe3+ + e-
Pada pH sekitar 7,5 – 7,7 ion ferri mengalami oksidasi dan berikatan
dengan hidroksida membentuk Fe(OH)3 yang bersifat tidak larut dan
mengendap di dasar perairan, membentuk warna kemerahan pada substrat
dasar. Oleh karena itu, besi hanya ditemukan pada perairan yang berada dalam
kondisi anaerob dan suasana asam (Effendi, 2003).
Fenomena serupa terjadi pada badan sungai yang menerima aliran air
pertambangan. Sebagai tanda terjadinya pemulihan (recovery) kualitas air,
pada bagian hilir sungai, dasar perairan berwarna kemerahan karena terjadinya
Fe(OH)3 sebagai konsekuensi dari meningkatnya pH dan terjadinya proses
oksidasi besi (Effendi, 2003).
Pada perairan alami, besi berikatan dengan anion membentuk senyawa
FeCl2, Fe(HCO3) dan Fe(SO4). Pada perairan yang diperuntukkan bagi
keperluan domestik, pengendapan ion ferri dapat mengakibatkan warna
kemerahan pada porselin, bak mandi, pipa air dan pakaian. Kelarutan besi
meningkat dengan menurunnya pH (Effendi, 2003).
Sumber besi di alam adalah pyrite (FeS2), hematite (Fe2O3), magnetic
(Fe3O4), limonite [FeO(OH)], geothite (HFeO2) dan ochre [Fe(OH)3]. Senyawa
besi pada umumnya bersifat sukar larut dan cukup banyak terdapat di dalam
tanah. Kadang-kadang besi juga terdapat sebagai senyawa siderite (FeCO3)
yang bersifat mudah larut dalam air (Effendi, 2003).
Air tanah dalam biasanya memiliki karbondioksida dengan jumlah
yang relatif banyak, dicirikan dengan rendahnya pH, dan biasanya disertai
dengan kadar oksigen terlarut yang rendah atau bahkan terbentuk suasana
anaerob. Pada kondisi ini, sejumlah ferri karbonat akan larut sehingga terjadi
peningkatan kadar besi ferro (Fe2+) di perairan (Effendi, 2003).
Rasa pada air sumur dapat disebabkan oleh derajat keasaman (pH)
yang rendah sehingga dapat melarutkan besi, sedangkan bau disebabkan oleh
kadar sulfida yang tinggi. Bau dan warna pada air minum dapat mengurangi
selera konsumen, sedangkan warna yang mungkin disebabkan oleh tingginya
kadar besi dapat meninggalkan noda pada pakaian, wadah penampungan air
dan dinding kamar mandi (Sutapa, 2000).
Adanya unsur-unsur besi dalam air diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tubuh akan unsur tersebut. Zat besi merupakan suatu unsur yang
penting dan berguna untuk metabolisme tubuh. Untuk keperluan ini, tubuh
membutuhkan 7 – 35 mg unsur tersebut perhari, yang tidak hanya diperoleh
dari air. Konsentrasi unsur ini dalam air yang melebihi ± 2 mg/l akan
menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan yang berwarna
putih. Adanya unsur ini dapat pula menimbulkan bau dan warna pada air
minum, dan warna koloid pada air (Sutrisno, 2006).
Dalam jumlah kecil, unsur ini diperlukan tubuh untuk pembentukan
sel-sel darah merah. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka ditetapkan
standar konsentrasi maksimum besi dalam air minum oleh DepKes RI sebesar
0,1 – 1,0 mg/l. Dengan dipenuhinya standar tersebut oleh air minum,
diharapkan beberapa hal yang tidak diinginkan tersebut di atas tidak dapat
terjadi (Sutrisno, 2006).
Pengukuran besi pada sampel air dapat menggunakan alat Atomic
Absorption Spectrofotometer (AAS) yang disebut juga Spektroskopi Serapan
Atom (SSA). Absorbsi atom adalah spektroskopi atom yang pertama kali
dapat diandalkan untuk menganalisa adanya logam dalam sampel yang berasal
dari lingkungan (Bagus, 2008).
1. Prinsip dasar AAS
Dalam AAS kita mengukur serapan (absorbsi) yang dialami oleh
seberkas sinar yang melalui kumpulan atom-atom. Serapan akan
bertambah dengan bertambahnya jumlah atom yang menyerap sinar
tersebut. Sinar tersebut bersifat monokromatis dan mempunyai panjang
gelombang (λ) tertentu. Suatu atom unsur X hanya bisa menyerap sinar
yang panjang gelombangnya sesuai dengan unsur X tersebut. Artinya, sifat
menyerap sinar ini merupakan sifat yang khas (spesifik) bagi unsur X
tersebut. Misal : atom Cu menyerap sinar dengan λ = 589,0 nm sedangkan
atom Pb menyerap sinar dengan λ = 217,0 nm. Dengan menyerap sinar
yang khas, atom tersebut tereksitasi (elektron terluar dari atomnya
tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi) (Bagus, 2008).
Hubungan antara serapan yang dialami oleh sinar dengan
konsentrasi analit dalam larutan standar bisa dipergunakan untuk
menganalisa larutan sampel yang tidak diketahui, yaitu dengan mengukur
serapan yang diakibatkan oleh larutan sampel tersebut terhadap sinar yang
sama. Biasanya terdapat hubungan yang linier antara serapan (A) dengan
konsentrasi (c) dalam larutan yang diukur dan koefisien absorbansi (a)
(Bagus, 2008).
A = a . b . c
Dari hukum Lambert-Beer / Bouguer-Beer, ”Bila cahaya
monokromatis dilewatkan pada media transparan maka berkurangnya
intensitas cahaya yang ditransmisikan sebanding dengan ketebalan (b)
dan konsentrasi larutan” (Bagus, 2008).
Cara sederhana untuk menemukan konsentrasi unsur logam dalam
cuplikan adalah dengan dengan membandingkan nilai absorbans (Ax) dari
cuplikan dengan absorbansi zat standar yang dikerahui konsentrasinya.
Ax = CxCx= Ax . Cx
As As = Cs
Dimana :
Ax = absorban sampel
As = absorban standar
Cx = konsentrasi sampel
Cs = konsentrasi standar (Bagus, 2008).
2. Komponen – komponen Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS)
a. Lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp)
Lampu katoda berongga terdiri atas tabung gelas yang diisi dengan
gas argon (Ar) atau neon (Ne) bertekanan rendah (4-10 torr) dan di
dalamnya dipasang sebuah katoda berongga dan anoda. Rongga katoda
berlapis logam murni dari unsur obyek analisis. Misalnya : untuk
pengukuran Fe diperlukan lapisan logam Fe. Batang anoda terbuat dari
logam wolfram / tungsten (W) (Bagus, 2008).
b. Ruang pengkabutan (Spray Chamber)
Merupakan bagian di bawah burner dimana larutan contoh diubah
menjadi aerosol. Dinding dalam dari spray chamber ini dibuat dari plastik /
teflon. Dalam ruangan ini dipasang peralatan yang terdiri atas :
Nebulizer glass bead atau impact bead (untuk memecahkan larutan
menjadi partikel butir yang halus)
Flow spoiler (berupa baling-baling berputar, untuk mengemburkan
butir / partikel larutan yang kasar)
Inlet dari fuel gas dan drain port (lubang pembuangan) (Bagus, 2008).
c. Pembakar (Burner)
Merupakan alat dimana campuran gas (bahan bakar dan oksida)
dinyalakan. Dalam nyala yang bersuhu tinggi itulah terjadi pembentukan
atom-atom analit yang akan diukur. Alat ini terbuat dari logam yang tahan
panas dan tahan korosi. Desain burner harus dapat mencegah masuknya
nyala ke dalam spray chamber. Hal ini disebut ”blow back” dan amat
berbahaya. Burner untuk nyala udara asetilen (suhu 2000 – 22000C)
berlainan dengan untuk nyala nitrous oksida-asetilen (suhu 2900 –
30000C). Burner harus selalu bersih untuk menjamin kepekaan yang tinggi
dan kedapatulangan (repeatability) yang baik (Bagus, 2008).
d. Monokromator & Slit (Peralatan optik)
Fungsi : untuk mengisolir sebuah resonansi dari sekian banyak
spektrum yang dihasilkan oleh lampu katoda berongga (Bagus, 2008).
e. Detektor
Detektor yang biasa digunakan dalam AAS ialah jenis photomultiplier
tube, yang jauh lebih peka daripada phototube biasa dan responnya juga
sangat cepat (10-9 det). Fungsinya untuk mengubah energi radiasi yng
jatuh pada detektor menjadi sinyal elektrik / perubahan panas.
f. Lain-lain
Pembuangan gas dan udara kotor (exhaust dust)
Pipa saluran gas (Bagus, 2008).
3. Cara kerja AAS
Cara kerja AAS adalah suatu teknik analisis unsur yang didasarkan
pada absorbsi sinar oleh atom bebas. Atom menyerap sinar pada panjang
gelombang tertentu yang mempunyai energi untuk mengubah tingkat
elektron suatu atom. Dengan absorbsi berarti atom memperoleh lebih
banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya
ke tingkat eksitasi. Walaupun sampel yang mengandung logam yang akan
dianalisis tidak menghasilkan warna atau kadarnya sangat kecil sekalipun,
masih dapat terbaca oleh AAS. Jadi tingkat ketelitian AAS lebih tinggi
dibandingkan spektrofotometer (Tim Pengajar SMK 3 Kimia Madiun,
2009).
Tabel 1. Perbandingan Antara Spektrofotometer Dengan AAS
No. Parameter AAS Spektrofotometer
1.
Pereaksi /
Reagent yang
digunakan
Lebih sedikit, pereaksi
digunakan hanya pada
preparasi awal saja, yaitu
K2Cr2O7 dan asam kuat
konsentrasi rendah
Lebih banyak, karena
masing-masing
parameter
menggunakan peraksi
yang berbeda
2.Mekanisme
Analisis
Lebih cepat dan mudah
dalam pengerjaan
Jauh lebih lama dan
rumit dalam pengerjaan
3.Harga / cost
Analisis
Lebih murah karena
sedikitnya pereaksi yang
digunakan walaupun
banyak parameter yang
akan dianalisis
Lebih mahal karena
banyaknya pereaksi
yang digunakan untuk
semua paramater
4.Preparasi
awal
Lebih mudah dan hanya
melakukan sekali
preparasi untuk semua
parameter analisis
Lebih rumit dan
preparasi untuk masing-
masing parameter
berbeda
5.
Mekanisme
alat / panjang
gelombang
Tidak mengatur panjang
gelombang, hanya
mengganti lampu katoda
sesuai dengan parameter
analisa
Masing-masing
parameter harus
dilakukan pengesetan
panjang gelombang
terlebih dahulu
6.Volume
sampel
Lebih sedikit karena sekali
preparasi hanya berjumlah
+ 50 mL
Lebih banyak karena
masing-masing
parameter volume
sampelnya berbeda
(Sumber : Tim Pengajar SMK 3 Kimia Madiun, 2009).
III.ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet volumetri,
botol film, atomic absorption spectrofotometri (AAS).
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan Fe 10
ppm, akuades dan sampel air (air gambut, sungai martapura, dan sungai
cempaka).
IV. PROSEDUR KERJA
A. Pengenceran Fe
1. Mengambil larutan Fe 10 ppm sebanyak 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml, dan 10
ml dan memasukkan ke dalam 5 buah botol film.
2. Menambahkan akuades pada masing-masing botol hingga volumenya
20 ml.
3. Menganalisis dengan AAS.
B. Pengukuran Sampel
1. Mengambil 20 ml sampel air (air gambut, sungai martapura, dan
sungai cempaka).
2. Menganalisis dengan AAS
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Hasil Pengamatan
a. Pengenceran Fe
Tabel 2. Hasil pengamatan pengenceran Fe
No. Percobaan Pengamatan
1.
2.
3.
Diambil larutan Fe 10 ppm sebanyak
2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml, dan 10 ml dan
dimasukkan ke dalam 5 buah botol
film.
Ditambahkan akuades.
Dianalisis dengan AAS.
Hingga V = 20 ml
Nilai Absorbansi (A)
a. 0 ppm
b. 1 ppm
c. 2 ppm
d. 3 ppm
e. 4 ppm
f. 5 ppm
-0,002
0,018667
0,043333
0,072
0,099667
0,119667
b. Pengukuran Sampel
Tabel 3. Hasil pengamatan dari pengukuran sampel
No. Percobaan Pengamatan
1.
2.
20 ml sampel sungai martapura
diambil dan dimasukkan ke dalam
botol film. Begitu juga dengan sampel
air cempaka dan air gambut.
Dianalisis dengan AAS.
Sungai martapura
Air cempaka
Air gambut
Nilai Absorbansi (y)
y = 0,015833 mg/l
y = 0,012667 mg/l
y = 0,052 mg/l
2. Grafik
-0.002
0.018667
0.043333
0.072
0.099667
0.119667
y = 0.025x - 0.004R² = 0.997
-0.020
0.000
0.020
0.040
0.060
0.080
0.100
0.120
0.140
0 1 2 3 4 5 6
Pengukuran Fe Absorbansi
(A)
Persamaan Linier
Konsentrasi (C)
Abso
rban
si (A
)
3. Perhitungan
Perhitungan Kadar Fe dalam Sampel Air
berdasarkan kurva absorbansi yang ditunjukkan pada grafik di atas,
diperoleh persamaan :
y = 0,025x – 0,004
Dimana y = absorbansi besi
x = konsentrasi besi
a. Konsentrasi Fe pada Sampel Air Sungai Martapura
Diketahui : y = 0,015833 mg/l
Ditanya : konsentrasi besi (x) …?
Jawab :
y = 0,025x – 0,004
0, 015833 = 0,025x – 0,004
0,025x = 0, 015833 + 0,004
x = 0,019833 mg/l / 0,025 = 0,79332 mg/l
maka, nilai konsentrasi besi pada sampel sungai martapura adalah
0,79332 mg/l
b. Konsentrasi Fe pada Sampel Air Cempaka
Diketahui : y = 0,012667 mg/l
Ditanya : konsentrasi besi (x) …?
Jawab :
y1 = 0,025x – 0,004
0,012667 = 0,025x – 0,004
0,025x = 0,012667 + 0,004
x = 0,016667 mg/l / 0,025 = 0,66668 mg/l
maka, nilai konsentrasi besi pada sampel sungai martapura adalah
0,66668 mg/l
c. Konsentrasi Fe pada Sampel Air Gambut
Diketahui : y = 0,052 mg/l
Ditanya : konsentrasi besi (x) …?
Jawab :
y = 0,025x – 0,004
0,052 = 0,025x – 0,004
0,025x = 0,052 + 0,004
x = 0,056 mg/l / 0,025 = 2,24 mg/l
maka, nilai konsentrasi besi pada sampel sungai martapura adalah
2,24 mg/l
B. Pembahasan
1. Pengenceran Fe
Sampel yang digunakan pada perhitungan konsentrasi besi ini
berasal dari air sungai martapura, air cempaka dan air gambut. Dimana
perhitungan konsentrasi Fe (besi) pada praktikum ini menggunakan alat
yang disebut atomic absorption spectrofotometri (AAS). AAS menjadi
alat yang tepat untuk menganalisis konsentrasi Fe dalam sampel air.
Diantaranya disebabkan oleh kecepatan analisisnya, ketelitiannya sampai
tingkat runut serta tidak memerlukan pemisahan pendahuluan. Kelebihan
kedua adalah kemungkinannya untuk menentukan konsentrasi semua
unsur pada konsentrasi runut. Ketiga, sebelum pengukuran tidak selalu
memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena kemungkinan
penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan asalkan
katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan sampai
61 macam logam berat.
Fungsi larutan standar Fe adalah untuk membuat suatu grafik
kalibrasi. Grafik kalibrasi dibutuhkan oleh ASS untuk membandingkan
absorbansi yang terbaca dalam sampel sehingga didapatkan konsentrasi
suatu unsur yang dianalisa. Pembuatan larutan standar dapat disesuaikan
dengan perkiraan banyaknya kandungan unsur yang dianalisa dalam suatu
sampel. Berdasarkan hasil perbandingan antara nilai absorbansi dengan
konsentrasi larutan Fe pada alat AAS, maka diperoleh grafik perbandingan
antara nilai absorbansi dengan konsentrasi larutan Fe yang di dapat,
menunjukkan garis yang mendekati lurus (linier). Dimana nilai persamaan
garis tersebut adalah y = 0,025x – 0,004 dengan nilai R2 = 0,997. Dari
pengujian menggunakan AAS, di dapat data yang menunjukkan bahwa
larutan standar Fe konsentrasi 0 ppm nilai absorbansinya adalah -0,002,
konsentrasi 1 ppm nilai absorbansinya adalah 0,018667. Larutan standar
Fe dengan konsentrasi 2 ppm nilai absorbansinya adalah 0,043333.
Larutan standar Fe dengan konsentrasi 3 ppm nilai absorbansinya adalah
0,072. Larutan standar Fe dengan konsentrasi 4 ppm nilai absorbansinya
adalah 0,099667 sedangkan larutan standar Fe dengan konsentrasi 5 ppm
nilai absorbansinya adalah 0,119667.
2. Pengukuran Sampel
Hasil pengukuran nilai absorban sampel air dengan menggunakan
AAS di dapat bahwa untuk sampel air sungai martapura nilai
absorbansinya sebesar 0,015833 mg/l, sampel air cempaka sebesar
0,012667 mg/l dan sampel air gambut sebesar 0,052 mg/l. Yang mana data
tersebut merupakan hasil rata-rata dari nilai absorban yang di dapat dari
pengukuran alat AAS. Dengan mengetahui nilai absorbansi dari sampel air
yang digunakan dapat dihitung kandungan kadar Fe dari masing-masing
sampel air dengan menggunakan rumus perhitungan yang di dapat dari
persamaan grafik absorbansi larutan standar Fe, yaitu y = 0,025x – 0,004.
Hasil perhitungan di dapatkan bahwa untuk sampel air sungai
martapura, kandungan besi (Fe) yang terlarut di dalamnya adalah sebesar
0,79332 mg/l. Untuk sampel air cempaka sebesar 0,66668 mg/l. Dan
terakhir untuk sampel air gambut nilai konsentrasi besi pada sampel sungai
martapura adalah 2,24 mg/l. Hasil perhitungan sudah jelas menunjukkan
bahwa kadar besi dalam sampel air melebihi batas aman dari air minum
oleh DepKes RI sebesar 0,1 – 1,0 mg/l. Sehingga sangat tidak cocok untuk
dijadikan bahan baku air minum rumah tangga.
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa sampel air
gambut memiliki kandungan Fe yang paling besar yaitu 2,24 mg/l
dibandingkan dengan sampel air lainnya. Sedangkan air cempaka memiliki
kandungan Fe yang paling sedikit yaitu sebesar 0,66668 mg/l. Terjadinya
perbedaan nilai konsentrasi atau kandungan Fe (besi) pada sampel air yang
digunakan kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
topografi lahan yang berbeda serta aktivitas di lingkungan sekitar yang
dapat menyebabkan tinggi kadar Fe dalam air.
Berdasarkan fakta yang ada, air gambut memiliki nilai konsentrasi
Fe yang tinggi, karena air gambut merupakan air yang berada di daerah
gambut yang tersusun atas kandungan besi yang tinggi, yaitu pyrite (FeS2),
dan jika dilihat dari hasil perhitungan yang di dapat menunjukkan jumlah
kandungan besi yang paling tinggi dibandingkan air sungai martapura
maupun air cempaka. Ditambah lagi aktivitas warga sekitar yang dapat
mengakibatkan tingginya kadar besi pada perairan.
Namun jika bisa disimpulkan, semua sampel air tersebut tidak
layak untuk dikonsumsi sebagai bahan baku air minum rumah tangga.
Sebab jika kita lihat dari peraturan yang ada di Indonesia, yaitu
berdasarkan persyaratan kualitas air minum yang dibuat Permenkes
No.416/MENKES/PER/IX/1990, kadar besi maksimum yang
diperbolehkan juga sebesar 1,0 mg/l.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1. Percobaan besi (Fe) ini menggunakan sampel air sungai martapura, air
cempaka dan air gambut.
2. Dalam melakukan pengukuran kadar besi dalam sampel air, digunakan alat
atomic absorption spectrofotometri (AAS).
3. Hasil pengukuran larutan standar Fe, konsentrasi 0 ppm sebesar -0,002,
konsentrasi 1 ppm adalah 0,018667. Larutan standar Fe konsentrasi 2 ppm
sebesar 0,043333. Larutan standar Fe konsentrasi 3 ppm sebesar 0,072.
Larutan standar Fe konsentrasi 4 ppm sebesar 0,099667 sedangkan larutan
standar Fe konsentrasi 5 ppm sebesar 0,119667.
4. Hasil pengukuran nilai absorban sampel air dengan alat AAS di dapat
bahwa sampel air sungai martapura nilai absorbansinya 0,015833 mg/l,
sampel air cempaka 0,012667 mg/l dan sampel air gambut 0,052 mg/l.
5. Nilai konsentrasi besi sampel sungai martapura sebesar 0,79332 mg/l,
sampel air cempaka sebesar 0,66668 mg/l dan sampel air gambut nilai
konsentrasi besi adalah 2,24 mg/l.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Setiawan. 2008. Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).http://webcache.googleusercontent.com/searchDiakses tanggal 28 November 2010.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.
Sutapa, Ignasius D.A. 2000. Uji Korelasi Pengaruh Limbah Tapioka Terhadap Kualitas Air Sumur. Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan & Lingkungan, Vol. 2, No. 1/Feb. 2000; 47-65.
Sutrisno, Totok. 2006. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta.
Tim Pengajar SMK 3 Kimia Madiun. 2009. Perbandingan Analisis menggunakan Spektrofotometer dan Atomic Absorbtion Spectrofotometer (AAS).http://smk3ae.wordpress.com/2009/03/29/perbandingan-analisis-menggunakan-spektrofotometer-dan-atomic-absorbtion-spectrofotometer-aas-2/Diakses tanggal 28 November 2010.
Wikipedia. 2010. Besi. http://id.wikipedia.org/wiki/BesiDiakses tanggal 28 November 2010.
PERTANYAAN
1. Jelaskan bagaimana besi dapat mencemari lingkungan?
2. Jelaskan karakteristik logam besi?
JAWABAN1. Sumber besi di alam adalah pyrite (FeS2), hematite (Fe2O3), magnetic (Fe3O4),
limonite [FeO(OH)], geothite (HFeO2) dan ochre [Fe(OH)3]. Senyawa besi
pada umumnya bersifat sukar larut dan cukup banyak terdapat di dalam tanah.
Kadang-kadang besi juga terdapat sebagai senyawa siderite (FeCO3) yang
bersifat mudah larut dalam air. Fenomena pencemaran besi terjadi pada badan
sungai yang menerima aliran air pertambangan besi yang tidak
mengedepankan aspek lingkungan, sehingga ketika hujan turun, besi akan
mengikuti aliran permukaan (runoff) hingga mencapai badan air penerima.
2. Karakteristik besi dalam berbagai wujud meliputi :
A. Besi Tuang, yaitu besi yang dihasilkan dari suhu tinggi. Sifat besi tuang
antara lain:
Mengandung 3%-6% karbon serta sejumlah kecil silicon, mangan ,
fosfor, dan belerang.
Sangat keras tetapi rapuh.
Tidak dapat ditempa
Titik leleh rendah.
B. Besi Baja
Mengandung 0.02%-1.5% karbon.
Keras tetapi dapat ditempa
Tahan korosi
C. Besi tempa
Sifat besi tempa, antara lain:
mengandung kurang dari 0.5% karbon.
kurang keras dan mudah ditempa.
Jenis besi ini banyak digunakan sebagai bahan baku untuk produk
paku, kawat, besi beton, dan sebagainya.