laporan wisata alam pangjugjugan psa

14
WISATA ALAM PANGJUJUGJUGAN TELAAH OBJEKTF DARI PERSPEKTIF PENGGELOLAAN SUMBERDAYA LAHAN Oleh: Muh. Isa Ramadhan A. Pengantar Sumber daya alam merupakan faktor dominan dalam aktifitas kehidupan manusia, ketergantungan manusia terhadap sumber daya alam seringkali menjadikan manusia berhadapan dengan problematika ketersediaan sumber-sumber kehidupannya yang disediakan oleh alam. Fakta ini yang oleh Geograf dikategorikan sebagai kesadaran fisis determinis, dimana keseluruhan moda kehidupan disandarkan kepada alam. Pada keadaan seperti ini, hendaknya manusia yang dalam kelompok sosial dikategorikan sebagai masyarakat, melakukan perubahan terobosan terkait bagaiamana mengatasi problem dari ketergantungan sepenuhnya pada alam, benar kiranya jika alam memberikan seluruh sumberdaya bagi kehidupan manusia, akan tetapi tanpa kesadaran mengenai pengelolaan yang baik, tentu hal itu kedepannya menjadi masalah yang rumit untuk diselesaikan. Saat ini tentunya tidak sedikit permasalahan yang tengah mengemuka terkait semakin berkurangnya kemampuan sumberdaya alam, dan semakin diperparah dengan kesadaran masyarakat yang enggan untuk bersikap bijak terhadap keadaan tersebut. Kiat positif tentunya menjadi tindakan utama dalam hal menjaga keberlangsungan sumberdaya alam, terutama masyarakat yang bersandar sepenuhnya pada lahan. Seperti diketahui,

Upload: iezha-dminahasa

Post on 13-Aug-2015

127 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pengelolaan sumberdaya lahan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Wisata Alam Pangjugjugan PSA

WISATA ALAM PANGJUJUGJUGANTELAAH OBJEKTF DARI PERSPEKTIF PENGGELOLAAN SUMBERDAYA LAHAN

Oleh: Muh. Isa Ramadhan

A. Pengantar

Sumber daya alam merupakan faktor dominan dalam aktifitas kehidupan manusia,

ketergantungan manusia terhadap sumber daya alam seringkali menjadikan manusia

berhadapan dengan problematika ketersediaan sumber-sumber kehidupannya yang

disediakan oleh alam. Fakta ini yang oleh Geograf dikategorikan sebagai kesadaran fisis

determinis, dimana keseluruhan moda kehidupan disandarkan kepada alam. Pada

keadaan seperti ini, hendaknya manusia yang dalam kelompok sosial dikategorikan

sebagai masyarakat, melakukan perubahan terobosan terkait bagaiamana mengatasi

problem dari ketergantungan sepenuhnya pada alam, benar kiranya jika alam

memberikan seluruh sumberdaya bagi kehidupan manusia, akan tetapi tanpa kesadaran

mengenai pengelolaan yang baik, tentu hal itu kedepannya menjadi masalah yang rumit

untuk diselesaikan.

Saat ini tentunya tidak sedikit permasalahan yang tengah mengemuka terkait

semakin berkurangnya kemampuan sumberdaya alam, dan semakin diperparah dengan

kesadaran masyarakat yang enggan untuk bersikap bijak terhadap keadaan tersebut.

Kiat positif tentunya menjadi tindakan utama dalam hal menjaga keberlangsungan

sumberdaya alam, terutama masyarakat yang bersandar sepenuhnya pada lahan.

Seperti diketahui, lahan adalah suatu objek atau daerah yang merupakan satu kesatuan

Topografis, Batuan, Vegetasi, Iklim, Organisme dan lain sebagainya yang tidak bisa

dipindah-pindah. Dapat diartikan, lahan pada suatu wilayah mempunyai karakteristik.

Karaktersitik tersebut yang menjadi bagian dari kecenderungan lahan itu dapat

dimanfaatkan.

Lahan bagi sebagain besar masyarakat merupakan sarana vital dalam penunjang

kebutuhan, lahan yang dimanfaatkan masyarakat mencirikan pada pemanfaatan pada

sektor pertanian dan perkebunan. Dalam perkembangannya, lahan terus menerus

Page 2: Laporan Wisata Alam Pangjugjugan PSA

mengalamai penurunan fungsi dan jenis penggunaan semakin homogen yang

dikarenakan pengelolaan yang baik oleh masyarakat. Lahan pada dasarnya merupakan

unit yang membuka kemungkinan pemanfaatan yang tidak bertumpu pada jenis

pengeolaan pada sektor pertanian dan perkebunan semata, dalam hal ini terdapat

banyak kemungkinan pemanfaatan yang tersedia, semisal pengembangan dalam hal

pariwisata. Sektor pengembangan pariwisata berbasis pertanian dan perkebunan dapat

kita lihat beberapa contoh jenis pengelolaan yang diuraikan diatas yhang dikembangan

oleh Wisata Alam Pangjugjugan yang berada di desa Cilembu.

B. Deskripsi Wisata Alam Pangjugjugan

Wisata Alam Pangjugjugan, terletak di Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan,

Kabupaten Sumedang, areal wisata alam ini menempati lahan seluas 12 hektar akan

tetapi lahan yang digunakan untuk wisata hanya sekitar 5 hektar. Desa cilembu sendiri

sudah sangat dikenal sebagai desa penghasil ubi madu dan susu sapi. Tempat wisata ini

dikembangkan oleh H. Jajat Suharja bermula dari kegemaran beliau dalam menanam

pohon dan kemudian berkembang dan dikemas dalam bentuk wisata alam. Wilayah ini

dulunya merupakan areal perkebunan masyarakat kampung babakan anjun desa

cilembu, separuh dari areal tersebut merupakan tanah adat warga setempat. Areal

Wisata Pangjugjugan dalam pengembangan konsep wisatanya, turut mengemas

komoditi andalan desa untuk ditarkan kepada para pengunjung.

Kawasan wisata ini merupakan kawasan yang mengintegrasikan unsur Pertanian,

perkebunan, peternakan dan pendidikan dalam satu kemasan wisata alam. Selain

menggalakkan penanaman berbagai jenis pohon-pohon, dalam unsur pertanian,

kawasan wisata ini membudidayakan tanaman buah yang bibitnya sengaja didatangkan

dari berbagai daerah di indonesia, yang kesemuanya merupakan buah-buahan khas,

diantaran Markisa dan jenis2 tanaman buah lainnya. Untuk jenis tanaman obat-obatan,

komoditi yang dikembangkan antara lain teh Rosella dan jenis-jenis tanaman Herbal

lainnya, ada juga tanaman lain yang coba ditanam di kawasan ini, diantaranya jenis

jamur budidaya, tembakau dan strawberry. Maksud dari semua jenis tanaman ini adalah

Page 3: Laporan Wisata Alam Pangjugjugan PSA

untuk memperkenalkan kepada wisatawan jenis-jenis tanaman yang sangat banyak

ragamnya di indonesia yang bisa dilihat langsung di kawasan wisata alam pangjujugan.

Hal yang sama juga dikembangkan untuk peternakan, jenis hewan ternak yang

dibudidayakan disini diantaranya kerbau, sapi perah dan jenis-jenis ikan. Sapi perah

selain dimanfaatkan untuk penghasil susu, juga dimaksudkan untuk paket pendidikan

peternakan bagi para wisatawan. Untuk perikanan, ditawarkan kepada penduduk paket

pemancingan ikan dan terapi ikan, terapi ikan ini ditawarkan secara gratis karena

menurut pemilikya, ia sendiri tidak benar-benar tahu manfaat dari terapi ikan tersebut.

yang menjadi nilai positif adalah, keseluruhan dari upaya budidaya tersebut, sebisa

mungkin ditawarkan kepada wisatawan agar mereka mengenal secara lebih dekat dan

bahkan ikut untuk terlibat secara langsung dalam setiap prosesnya.

Dalam hal saran dan prasarana, akses menuju kawasan ini terbilang cukup baik,

meskipun lebar jalan masih belum cukup dan jalan yang agak menanjak, justru hal itulah

yang memberi daya eksotika bagi para wisatawan. kawasan wisata ini menawarkan

berbagai jenis tempat penginapan, permainan dan ragam hiburan alam dari tradisional

hingga modern. Penginapan/cottage yang ditawarkan berupa pondokan dengan desain

yang tradisional dan modern, pemondokan tersebut sengaja ditempatkan terpisah dan

dengan jenis-jenis yang bervariasi. Beberapa jenis pemondokan yang cukup besar

dinamakan Aula, secara keseluruhan jenis penginapan dan aula yang ditawarkan adalah,

4 buah aula Cottage dengan total 15 kamar, masing-masing kamarnya dilengkapi dengan

2 buah tempat tidur dan Fasilitas ruang pertemuan yang menawarkan

view/pemandangan alam pedesaan yang asri. tersedia juga penginapan atau yang

disebut graha, graha ini menyediakan 22 kamar tidur dengan 2 tempat tidur disetiap

kamarnya, graha ini memadukan konsep banguan modern dan tradisional. Terdapat juga

Home Stay, yang menawarkan konsep dengan nuansa seperti istirahat dirumah sendiri,

dengan fasilitas kamar yang lebih luas dan privasi, untuk jenis home stay ini ditawarkan

dalam dua pilihan, yaitu home stay yang berjenis bangunan permanen dan tradisional.

Dikawasan ini juga tersedia 2 jenis ruang pertemuan dengan kapasitas daya tampung

maksimal 80 orang yang letaknya berdekatan, salah satu ruang pertemuan dilengkapi

dengan fasilitas infokus/proyektor dan soundsystem. Selain itu terdapat juga Aula

Page 4: Laporan Wisata Alam Pangjugjugan PSA

dengan jenis bangunan panggung berbahan kayu yang mampu menampung hingga 100

orang. Terdapat pula fasilitas penunjang berupa lesehan yang berhadap langsung

dengan areal persawahan, fasilitas penunjang ini dimaksudkan untuk sekedar tempat

makan bersama dan bercengkrama oleh wisatawan. Pada aspek ini, secara keseluruhan

prasarana pada kawasan wisata alam Pangjugjugan sudah sangat representatif baik

kuantitas dari penginapan terebut juga kualitas, berupa jenis bangunan, fasilitas

pendukung dan pelayanan, dan kesemuanya ditawarkan dengna harga yang relatafi

terjangkau atau ekonomis.

Wahana wisata yang tersedia di kawasan wisata alam pangjugjugan berupa Curug,

Kolam renang, Kolam Pancing, “ngagogo” ikan, bermain perahu, berkuda, terapi ikan,

area bermain dengan jenis permainan tradisional hingga Flying Fox. Dalam menikmati

wahana tersebut ditawarkan pula paket kegiatan diantarnya Family/corporate

gathering, cilembu fishing trip, meeting package, cilembu camping package, ecological

education trip. Di kawasan ini tersedia juga berbagai jenis menu makanan khas dengan

harga yang cukup terjangkau. Kawasan wisata alam ini selain berusaha mendekatkan

pengunjungnya dengan alam, turut pula memberi banyak pengetahuan dan

keterampilan baik itu bercocok tanam dan keterampilan dengan latar belakang

masyarakat pedesaan. Berbagai wahana yang ditawarkan semakin memanjakan

pengunjung pada konteks masyarakat pedesaan.

Konsep pengembangan kawasan wisata alam ini, dapat dikatakan masih sebatas

memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan nuansa pedesaan, yang dikemas dalam

bentuk wisata dan pendidikan. Belum ditemukan karakteristik konseptual jenis

pengembangan kawasan ini selain wisata alam. Perkembangan dari kawasan ini dilihat

sangat spontan dan belum dalam kerangka desain konspetual.

Page 5: Laporan Wisata Alam Pangjugjugan PSA

PETA KAWASAN WISATA ALAM PANGJUGJUGAN

Page 6: Laporan Wisata Alam Pangjugjugan PSA

C. Pangjugjugan dari Perspektif Pengelolaan sumberdaya lahan

Dilihat dari perspektif pengelolaan sumberdaya lahan, kawasan wisata alam

pangjugjugan dapat dikatakan merupakan terobosan yang positif, mengingat dalam hal

pengelolaannya, kawasan wisata alam pangjugjugan mengedepankan aspek konservasi

dan pariwisata. Pendekatan lingkungan dan pelestarian yang dikemas dalam bentuk

wisata memberi daya tarik sendiri bagi para wisatawan, terutama dalam kesadaran dan

edukasi yang diperolah pengunjung ketika berwisata di tempat ini. Pengembangan lahan

pada wisata alam pangjugjugan tidak mengabaikan prinsip dasar dari pemanfaatan dan

pengelolaan lahan, lebih khusus pada pemanfaatan lahan secara berkesinambungan

atau berkelanjutan.

Konsep dan arah pengembangan diperlukan dalam berbagai hal, terutama dalam

pengembangan kawasan wisata, hal ini ditujukan untuk menciptakan kesan dan

branding dari kawasan wisata tersebut. sejauh pengamatan dan dialog dengan pemilik

wisata ini, konsep dan arah pengembangan kawasan wisata alam pangjugjugan masih

dalam tahap perumusan dan perancangan. Ada niatan dari pemilik untuk menjadikan

kawasan wisata ini menjadi kawasan kebun raya, tentu hal tersebut perlu

dipertimbangkan dengan seksama.

Yang menarik dari kawasan wisata alam pangjugjugan adalah, keterlibatan

masyarakat dalam pengelolaan kawasan wisata, pendekatan yang dilakukan oleh pihak

pengelola kepada masyarakat menyerupai dengan gagasan terkait Community Based

Tourism secara sederhana dapat diungkapkan sebagai keterlibatan aktif masyarakat

dalam pembanguan berkelanjutan dalam hal pariwisata. Merujuk Dalam pengertian

WTO, pembangunan pariwisata berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi

kebutuhan wisatawan saat ini, sambil melindungi dan mendorong kesempatan untuk

waktu yang akan datang. Konsep pengembangan pariwisata secara jangka panjang turut

memberi andil dalam pembangunan, dimana pembangunan tidak semata-mata

bertumpu pada pembanguan fisik, melainkan turut memeri kontribusi positif bagi

masyarakat sekitar, menurut Yaman dan Mohd (dikutip dari Nurhidayanti dalam

Page 7: Laporan Wisata Alam Pangjugjugan PSA

http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=2147&med=15&bid=8) Pembangunan

Pariwisata berkelanjutan ditandai dengan empat kondisi, yaitu:

1. Anggota masyarakat harus berpartisipasi dalam proses dan perencanaan dan

pembangunan pariwisata,

2. Pendidikan bagi tuan ruam, pelaku industri dan pengunjung,

3. Kualitas habitat kehidupan liar, penggunaan energi dan iklim mikro harus dimengerti

dan didukung,

4. Investasi pada bentuk-bentuk transportasi alternatif.

Dari beberapa point diatas, diantaranya dapat dijumpai implementasinya pada

kawasan wisata pangjugjungan. Lebih jauh mengenai Community Based Tourism,

kawasan wisata pangjugjugan jika ditarik dalam dua pendekatan menurut Garrod

(dikutip dari Nurhidayanti) sangat ideal terutama dalam hal perencanaan, dimana

menurut Garrod, pertama; Perencanaan konsep wisata cenderung dikaitkan dengan

sistem perencanaan formal yang sangat menekankan pada keuntungan potensial dari

ekowisata dan yang kedua; kecenderungan perencanaan konsep pariwisata dikaitkan

dengan perencanaan partisipatif yang lebih concern pada ketentuan dan pengaturan

yang lebih seimbang antara pembangunan dan perencanaan dan terkendali. Konsep

pendekatan ini lebih menekankan pada kepekaan terhadap lingkungan alam dalam

dampak pembanguan ekowisata.

Secara teoritis, pembangunan kawasan wisata alam pangjungjugan sangat ideal,

sehingga jika dimasukkan dalam pendekatan mengenai Community Based Tourism,

kawasan wisata alam pangjugjugan merupakan penerjemahan secara ideal dari

Community based tourism. Community based tourism adalah:

1. Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk

mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembanguan pariwisata,

2. Masyarakat yang tidak terlibat dalam usaha-usaha pariwisata juga mendapat

keuntungan,

3. Menuntut pemberdayaan secara politis dan demokratis, dan distribusi

keuntungan pada komunitas yang kurang beruntung di pedesaan.

Page 8: Laporan Wisata Alam Pangjugjugan PSA

Jika melihat perkembangan dari wisata alam pangjugjugan yang dapat dikatakan

cenderung spontan dan kurang terkonsep, namun hal tersebut justru memberi ruang

bagi masyarakat setempat untuk berpartisipasi dalam perencanaan kawasan tersebut

dimasa yang akan datang. Dalam praktiknya, kawasan alam pangjugjugan telah

melibatkan masyarakat sejak awal pembangunan kawasan ini, dan pemilik maupun

masyarakat tidak mengenal mengenai konsep Community Based Tourism. Keterlibatan

masyarakat dalam pengembangan kawasan ini tidak dikarenakan adanya konsep CBD,

melainkan murni atas dasar partisipasi dan perkembangan masyarakat desa terhadap

potensi desanya. Hal tersebut dapat dilihat dari, tidak adanya pembatasan areal, areal

pemukiman penduduk dan resort yang berdekatan, lalu lintas masyarakat yang hendak

berkebun bisa melintasi kawasan wisata, pekerja di kawasan wisata ini keselurahan

merekrut masyarakat sekitar, kerjasama pengelolaan kawasan secara terpadu antara

pemilik dan masyarakat, pembagian hasil keuntungan dari kawasan ini kepada

masyarakat desa yang diperuntukkan untuk pembangaunan dan lain sebagainya.

Fenomena yang sering timbul dari pembangunan kawasan ekowisata adalah,

keselarasan kawasan tersebut dengan masyarakat atau penduduk sekitar, kebanyakan

kawasan wisata berbasis ekowisata menjadi sangat ekslusif dan tidak memberi ruang

partisipasi aktif bagi masyarakat sekitar. Fenomena tersebut nyaris tidak dijumpai di

kawasan wisata alam pangjugjugan, hal ini dikarenakan, sedari awal pembanguan

kawasan ini, peran masyarakat desa menjadi hal yang utama. Jenis pengembang

kawasan wisata seperti wisata alam pengjugjugan ini, turut memberi influens positif bagi

pengembangan masyarakat desa. Situasi demikian memungkinkan terbukanya

kesempatan dan kemungkinan ekonomis yang bisa diolah oleh penduduk dari interaksi

dengan pengunjung pada kawasan tersebut, semisal memasarkan hasil bumi dan

kerajinan masyarakat lokal dan lain sebagainya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kawasan wisata alam pangjugjugan

adalah, tindakan konservasi dan pembudidayaan berupa tanaman keras, harusnya

dibuat lebih variatif dan heterogen, serta lebih mengutamakkan jenis tumbuhan

berdaun lebar. Hal ini dikarenakan, jenis tumbuhan berdaun lebar, kemampuan

meloloskan air hujan lebih tinggi. Pada areal kawasan wisata alam pangjugjugan, banyak

Page 9: Laporan Wisata Alam Pangjugjugan PSA

dijumpai tumbuhan pinus, karena menurut penduduk dan pengelola, tumbuhan pinus

lebih cepat tumbuh dibanding tumbuhan yang lain, seperti diketahui tumbuhan pinus

merupakan tumbuhan berdaun jarum, yang daunnya banyak memiliki rongga/pori, jenis

tersebut memungkinkan untuk menangkap air hujan, sehingga, air hujan yang jatuh ke

permukaan tanah menjadi sedikit. Haterogenitas tumbuhan perlu dalam hal konservasi

dan menjaga ketersediaan air, terutama pada jenis tumbuhan yang kemampuan

meloloskan air tinggi.

Pada kawasan ini, ketersedian air menjadi problemtika tersendiri. Banyaknya

wahana wisata yang mengandalkan air, seperti Curug, Kolam renang, kolam

pemancingan dan beberapa kolam bermain ditambah penginapan yang membutuhkan

air, menjadikan keseluruhan fasilitas tersebut kehilangan kemampuaanya, terutama

pada musim kemarau. Sumber air yang hanya bersandar pada satu curug tentunya

menjadi sangat riskan, ditambah minimnya tumbuhan yang mampu menyimpan air pada

daerah hulu. Sumber air yang menjadi penyuplai bagi kebutuhan kawasan ini, tidak

digunakan sendiri, melainkan digunakan bersama oleh penduduk desa sekitar. Minimnya

ketersediaan air pada musim kemarau terbukti ketika kunjungan yang dilakukan pada

saat musim kemarau, nyaris dari semua wahana, hanya kolam renanglah yang masih

difungsikan, selebihnya wahana lain harus mengalami kekeringan akibat kekurangan

pasokan air. Kawasan ini sepenuhnya bersandar pada ketesediaan air dan hanya

dimungkinkan pada masa musim penghujan.

D. Penutup

Dari keseluruhan uraian diatas, kawasan wisata alam pangjugjugan merupakan

sebuah kontribusi terhadap konservasi dan pemafaatan lahan yang sangat posisif,

dimaMna dalam pembanguannya, bersandara pada kaidah-kaidah pengelolaan yang

baik. keterlibatan masyarakat dalam hal perencanaan dan pemanfaatan merupakan hal

yang sulit dilakukan oleh beberapa kawasan wisata, tetapi di kawasan wisata alam

pangjugjuggan hal itu menjadi keutamaan atau substansi dari keberadaan wisata alam

tersebut. kontribusi dari keberadaan wisata alam pangjunggjugan bagi masyarakat dan

pengnjugn dirasa sangat membantu terutama dalam hal menambah wawasan dan

Page 10: Laporan Wisata Alam Pangjugjugan PSA

pengetahuan mengenai pemanfaatan lahan. Patut kirannya dalam perencanaan

pariwisata berbasis ekologi, mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh para

pengembang di kawasan wisata alam pangjungjugan, sehingga apa yang menjadi cita-

cita pelestarian alam yang menguntungkan dapat dipraktekkan di beberapa wilayah.