tapak-tapak wisata alam sulteng

23
Judul : Tapak-tapak Wisata Alam Sulteng Penulis : Adha Nadjemuddin Editor : Belum ada Isi : 42 halaman Ukuran luar : 14 x 19 cm Ukuran isi : 11x 16 cm Desain Sampul : Mohammad Fitrah Foto : Dari Internet Penerbit : Dibuat Sendiri Tahun Pembuatan Palu, Maret 2011 @Hak cipta dilindungi undang-undang

Upload: adhanet

Post on 30-Jun-2015

239 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

Judul :Tapak-tapak Wisata Alam SultengPenulis :Adha NadjemuddinEditor :Belum adaIsi : 42 halamanUkuran luar : 14 x 19 cmUkuran isi :11x 16 cmDesain Sampul :Mohammad FitrahFoto :Dari InternetPenerbit :Dibuat SendiriTahun PembuatanPalu, Maret 2011@Hak cipta dilindungi undang-undang

Page 2: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

DaftarIsi

Halaman Sampul …………………………………………Pengantar Penulis ……………………………………….

Surga yang Tenang di Lingayan ………………………………………………...

Loli Indah, Inspirasi dari Taman Selecta ………………………………

ke Bambahano, Singgah di Danau Dampelas ……………………………..

Sentuhan Tangan Cengyang Mencengangkan …………………………………...

Lain Sabang,Lain Pula Keindahannya ……………………………….

Referensi …………………………………………………Tentang Penulis ………………………………………….

PengantarPenulis

Sungguh melimpah keindahan alam yang

diberikan sang pencipta untuk seluruh mahluk-Nya,

kadang manusialah yang tak pernah bersyukur atas

limpahan itu karena kecongkakannya. Sebagian dari

keindahan alam itu sudah saya jelajahi, sehingga

menambah dan mempekuat keyakinan saya betapa

kita harus bersyukur kepada-Nya.

Buku berjudul “Tapak-tapak Wisata alam

Sulteng” ini berisi potret terkecil dari seluruh

keindahan alam di Sulawesi Tengah, tetapi karena

keterbatasan penulis jualah sehingga atmosfir

keindahan alam itu belum mampu dihadirkan secara

utuh di hadapan pembaca. Penyajian tulisan ini lebih

pada hasil reportase di lapangan tentang apa yang

dilihat, diamati, dirasakan, dan didengar oleh penulis.

Sebagian pembaca kemungkinan sudah pernah

menjenguk beberapa objek wisata dalam tulisan ini,

tetapi tidak menutup kemungkinan cara atau sudut

I II

Page 3: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

pandang kita yang berbeda dalam melihat objek

wisata itu. Jika pembaca memiliki sudut pandang

yang lain, bisa jadi jauh lebih menarik dari apa yang

saya amati.

Bagi pembaca yang belum pernah sama sekali

ke sana, semoga melalui buku ini Anda bisa

merasakan atmosfir keindahannya sehingga pembaca

pun tertarik untuk mengunjunginya. Idealnya buku

ini juga didukung dengan foto panorama alam yang

pernah saya amati.

Saya tertarik menuangkan cerita dalam tulisan

dari apa yang saya rekam karena tidak ada yang bisa

memastikan apakah objek wisata itu masih akan

bertahan pada puluhan tahun mendatang atau justru

jauh lebih memesona dari hari ini.

Bangkai kapal yang mendarat di tengah

pemukiman penduduk Aceh akibat dorongan dahsyat

Tsunami 26 Desember 2004 kini menjadi objek alam

yang mengagumkan. Dia terbentuk tanpa didesain

lebih awal oleh manusia. Demikian salah satu rahasia

dari keajaiban alam ini sehingga manusiapun perlu

mengakrabkan diri dan merawatnya sebelum alam itu

bosan bersahabat dengan manusia.

Selain dipersembahkan kepada pembaca, buku

ini juga saya persembahkan kepada dua putra/putri

saya Mohammad Fitrah dan Shavira Nurullita.

Keduanya sering saya tinggal bersama ibunya,

Widyawati, demi tugas sebagai pewarta yang setiap

saat memberi kabar dan berbagi kepada publik.

Wassalam….

II III

Page 4: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

Surga yang Tenangdi Lingayan

ulan malam itu baru saja

menampakkan cahayanya, bertengger

di sela-sela pegunungan. Cahayanya

menyinari seantero Pulau Lingayan, sebuah pulau

yang eksotis seluas 210 hektare di belahan selatan

Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah. Cahaya dewi

malam itu ikut menerangi lautan yang teduh di

sekeliling pulau. Pantulan cahaya itu juga

menampakkan gerakan dayung dan laju sampan

nelayan dari kejauhan. Sampan berderet itu segera

mendarat di bibir pantai.

Pulau-pulau kecil yang mengitari Lingayan dan

dermaga pendaratan ikan yang menjulur ke laut lepas

juga ikut terang. Pemandangan ini kian melengkapi

keeksotisan pulau Lingayan di malam hari. Mungkin

suasana itu bisa menjadi surga bagi mereka yang

ingin menyepi di sana, tetapi periuk bagi masyarakat

Lingayan karena di pulau itulah tumpuan hidup

mereka yang sebagian besar menyandarkan

kelangsungan hidupnya dari melaut. Itulah sebabnya

pemerintah daerah membangun dermaga pendaratan

ikan sepanjang kurang lebih 100 meter menjulur ke

laut.

Bagi warga Lingayan, dermaga itu memiliki

dua fungsi. Sebagai pendaratan ikan dan tempat

santai di malam hari. Sesaat sebelum warga

merebahkan badan di rumah, mereka menyempatkan

diri ke dermaga. Sekadar mengepulkan asap rokok,

sambil memantau suasana laut, atau sekadar mengisi

malam sambil bersenda gurau Ada pula nelayan yang

baru datang mengail.

Tamu-tamu dari luar yang sedikit bermodal,

biasanya menyempatkan diri membakar ikan segar di

tengah malam. Mereka membeli ikan dari nelayan

yang baru saja menyandarkan sampannya di pantai.

Sungguh nyaman rasanya. “Ada yang datang ke sini

B

1 2

Page 5: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

hanya untuk makan ikan segar. Biasanya mereka

bakar di pinggir pantai,” kata Bakhtiar, penduduk

Lingayan.

Dermaga yang panjangnya lebih dari 100

meter, awalnya dibangun untuk pendaratan ikan bagi

para nelayan, tetapi jarang difungsikan karena airnya

dangkal. Di malam hari terutama saat bulan terang,

dermaga itu berubah fungsi menjadi tempat

nongkrong penduduk setempat. Ada juga yang datang

memancing dari dermaga, ditemani secangkir kopi.

Jika tamunya dari luar pulau, kadang membawa

minuman kaleng kesukaannya.

Pulau Lingayan adalah satu dari tiga pulau

terluar di Tolitoli. Tahun 2009, pulau ini didiami 64

kepala keluarga dari berbagai suku. Hampir seluruh

penduduknya bekerja sebagai nelayan. Pulau ini juga

terkenal dengan ikan batunya yang segar.

Pulau terluar Indonesia di Kabupaten Tolitoli

ini, memiliki keindahan alam yang eksotis. Butiran

pasir pantainya kecil mengkilap. Terasa halus

disentuh jemari. Pantainya juga belum tercemar

limbah rumah tangga atau limbah pabrik. Jika ada

limbah plastik seperti botol air mineral yang

berserakan, tidak akan bertahan lama. Limbah itu

dipungut nelayan setempat untuk dijadikan

pelampung pukat atau alat pancing lainnya.

Di sekitar pulau Lingayan, terdapat belasan

pulau-pulau kecil. Sebelum sampai ke Lingayan,

pengunjung akan melihat lebih dulu dua pulau kecil

seluas lapangan tenis yang diapit daratan Tolitoli dan

Lingayan. Lekukan tebing pulau itu tampak jelas.

Batunya cadas. Di atasnya ditumbuhi pepohonan

keras dan pohon kelapa yang rindang. Di pulau itu

juga terdapat gua, tetapi sangat jarang orang yang

berani masuk ke dalamnya. Entah kenapa.

Selain pulau-pulau kecil dan butiran pasirnya

yang khas, alam bawah laut Lingayan juga

menyimpan keindahan. Aneka ragam karang dan

ikan hias laut bisa dijumpai di sini. Bisa dijadikan

tempat diving bagi para petualang bawah laut.

3 4

Page 6: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

Berdasarkan administrasi pemerintahan, Pulau

Lingayan masih bagian dari Desa Ogotua, Kecamatan

Dampal Utara. Letaknya di sebelah selatan Tolitoli

dan bagian utara Kota Palu. Menuju ke pulau ini,

dapat ditempuh dalam waktu 1,5 jam dari Tolitoli

melalui darat. Bisa juga ditempuh melalui laut. Dari

Palu, memakan waktu kurang lebih lima jam melalui

darat. Sebelum menyeberang ke Lingayan, Anda akan

tiba di Desa Ogotua, desa induk dari Lingayan. Untuk

menyeberang ke Lingayan cukup dengan

menggunakan perahu ketinting dari daratan Ogotua.

Tidak ada perahu sewa, tetapi bisa ikut nelayan

jika kebetulan ada yang menyeberang. Waktu

tempuhnya kurang dari 30 menit. Jaraknya pun

cukup dekat, kurang dari dua kilometer.

“Biasanya ada nelayan dari Lingayan ke Ogotua

beli beras atau datang mengambil air bersih. Bisa

menumpang dengan mereka,” kata Bahtiar.

Jika tidak ada yang kebetulan menyeberang,

Anda bisa meminta jasa kepada masyarakat di

daratan Ogotua. Biaya pengantaran tergantung

kesepakatan. Di sana banyak perahu yang berjejer,

umumnya menggunakan mesin ketinting.

Pulau Lingayan bisa dikelilingi dengan berjalan

kaki menyusuri bibir pantainya. Beberapa titik

tertentu berbatu. Namun lebih banyak yang berpasir.

Deru ombak kecil berkejaran yang memecah

sepanjang pantai menambah keindahan suasana

perjalanan mengelilingi pulau itu.

Dalam kondisi dan waktu tertentu, ombak laut

lepas yang memecah Lingayan kerap menggunung

sehingga cocok untuk kegiatan berselancar. “Kalau

ada yang senang main selancar bisa juga datang ke

sini,” kata Usman, tokoh masyarakat Lingayan.

Saya, Pak Usman dan Bahtiar menyempatkan

diri mengelilingi pulau ini. Sepanjang perjalanan

banyak yang menarik perhatian saya salah satunya

bisa pula mengintip aktivitas burung Molong

(sebutan masyarakat lokal) pada species burung

sejenis Maleo yang bertelur di semak-semak. Badan

5 6

Page 7: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

dan ukuran telur Molong kurang lebih sama dengan

burung Maleo. Maleo adalah satu species burung

yang dilindungi pemerintah. “Burung Molong ini

berprilaku aneh. Setiap bertelur suaranya seperti bayi

menangis,” kata Usman menceritakan keanehan

burung species sejenis Maleo itu.

Molong biasanya bertelur pada pagi, sore dan

siang hari. Burung ini bertelur di pasir di bawah

semak-semak yang jauh dari gangguan manusia atau

binatang buas lain. Molong kini menjadi binatang

langka karena speciesnya semakin berkurang.

Binatang berwarna hitam itu diburuh masyarakat

karena daging dan telurnya enak dikonsumsi. “Untuk

menangkap burung ini pemburu biasanya memasang

perangkap,” kata Usman.

Mengelilingi pulau Lingayan juga bisa menikmati

pemandangan laut lepas yang berhadapan dengan

Kalimantan. Jika air surut, kesempatan bermain di atas

gurun pasir yang halus nan berkilau. Jika terasa haus,

bisa meminta air kelapa muda kepada petani.

Perjalanan Anda bisa juga dilengkapi dengan

memandang budi daya rumput. Laut Lingayan yang

teduh dan bersih dari limbah, dimanfaatkan

masyarakat untuk budi daya rumput laut. Kadar dan

kelembaban airnya cocok untuk rumput laut jenis

cottonii. Rumput laut di pulau Lingayan terbilang

berkualitas. Batangnya besar dan bersih. Tetapi

karena dikelola secara konvensional, hasilnya kurang

memuaskan. Rumput laut hasil panen nelayan

setempat hanya dijemur di atas pasir beralas daun

kelapa.

Keindahan Lingayan hingga kini belum

tersentuh sebagai wisata bahari alternatif. Pulau itu

masih tetap manja dengan kondisi alamnya sendiri.

Tidak ada kasebo di sana. Tak ada kapal hias apalagi

kapal cepat. Yang banyak sampan nelayan tradisional.

Padahal pulau ini bisa menjadi "surga" persinggahan

bagi mereka yang suka bermain dengan alam.***

7 8

Page 8: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

Loli Indah,Inspirasi dari Taman Selecta

aman rekreasi Loli Indah tidak asing lagi

bagi masyarakat Kota Palu dan

Donggala. Taman rekreasi ini sudah

tersohor sejak era tahun 1980-an. Belum lengkap

rasanya hari libur ketika itu jika belum mengunjungi

tempat ini. Oleh pendirinya, lokasi rekreasi di bahu

gunung Loli ini dibangun dari inspirasi taman

rekreasi Selecta, Kota Baru, Malang.

Sepasang suami istri, Haji Radi (69) dan Cabo

(67) adalah keluarga saudagar kaya dari Donggala

pada era 1970 hingga 1980-an. Haji Radi saudagar

kopra, sementara Cabo memegang bisnis angkutan.

Sepasang suami istri ini sering bolak-balik Surabaya-

Donggala untuk kepentingan bisnis kopra. Dulu

Donggala sangat terkenal sebagai pusat bisnis kopra.

Hampir seluruh perdagangan kopra di Sulawesi

Tengah terpusat di Donggala. Gudang-gudang

bersejarah rangka baja peninggalan penjajahpun

menjadi gudang kopra. Hampir sekampung Banawa,

pusat ibu kota Donggala menyeruak bau kopra.

Setiap ke Surabaya, Haji Radi selalu berkunjung

ke Selecta. Ia memperhatikan arus pengunjung dan

fasilitas yang tersedia di sana. Dia juga

memperhatikan letak Selecta yang dikelilingi Gunung

Arjuno, Welirang dan Anjasmoro. Struktur gunung

sekitarnya ikut menambah keindahan Selecta yang

berdiri tahun 1930-an itu. Haji Radi ternyata terpikat.

Naluri bisnisnya pun ikut menggetarkan pikirannya.

Tahun 1981, Haji Radi mewujudkan impiannya

membangun Loli menjadi sebuah taman rekreasi yang

memikat.

Taman rekreasi seluas tiga hektare itu diberi

nama Loli Indah. Loli adalah nama sebuah desa

berbatasan Kota Palu dan Kabupaten Donggala. Loli

Indah Kini masih bertahan di tengah tumbuhnya

T

9 10

Page 9: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

pusat-pusat wisata alternatif dengan fasilitas modern

di dalam Kota Palu dan sekitarnya.

Taman rekreasi Loli Indah pernah mencapai

kejayaannya tahun 1980-an hingga akhir 1990-an.

Tahun itu, Loli Indah adalah satu-satunya taman

rekreasi pertama yang menyediakan kolam renang di

Palu. Era tahun 2000-an belasan kolam renang telah

hadir, tetapi Loli Indah masih tetap menjadi

primadona dengan dukungan alamnya yang khas.

"Sejak saya bangun tahun 1981, alhamdulillah

sampai sekarang masih dikunjungi orang walaupun

tidak seramai tahun 80-an dan 90-an," kata Haji Radi

mengawali percakapannya.

Kiri-kanan dan belakang Loli Indah dikelilingi

bukit. Di depannya terdapat pemandangan hamparan

laut. Namun kini mulai terhalang oleh bangunan

rumah penduduk yang kian padat. Anda bisa

menikmati keindahan laut, jika sedikit mengambil

posisi bagian barat dari lokasi ini.

Suara jengkrik melengking bak di hutan

belantara menjadi satu ciri khas dari sekian banyak

keindahan Loli Indah. Pepohonan yang rimbun masih

memberi kesejukan bagi pengunjung. Ada pohon

kamboja, akasia, mangga, dan ketapang sebagai

tempat bernaung dan parkiran kendaraan tanpa

pungutan retribusi.

Pepohonan itu sekaligus penyejuk belasan

rumah panggung ukuran 2 x 2 meter. Rumah-rumah

berdinding setengah dada itu disewa hanya Rp5.000

sekali pakai. Cocok untuk keluarga menikmati hari-

hari libur. Di sana tersedia aliran listrik, bisa

membawa alat elektronik seperti laptop atau radio.

Capek berbaring Anda bisa menyeburkan diri ke

dalam kolam renang.

Di Loli Indah tersedia dua kolam renang. Satu

kolam untuk orang dewasa berukuran 25 x 15 meter

dengan kedalam mencapai dua meter. Satu kolam lagi

untuk anak-anak berukuran 9 x 11 meter kedalaman

kurang satu meter. Airnya dingin, bersumber dari

11 12

Page 10: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

gunung Loli, sekitar 500 meter dari areal taman

rekreasi itu. "Air dari gunung masuk ke kolam

menggunakan pipa. Kolam selalu kami bersihkan

dengan alat khusus sehingga kesehatannya terjamin,"

kata Haji Radi.

Mandi di kolam ini biayanya relatif lebih

murah di banding kolam renang lainnya di Palu.

Sekali masuk hanya Rp5.000 perorang. Pengunjung

sudah bisa mandi sepuasnya. Kolam renang anak-

anak lebih murah lagi, hanya Rp3.000 perorang.

"Mungkin ini sudah kolam renang paling tua dan

paling murah di Palu," kata Haji Radi.

Tiket masuk ke lokasi ini pun cukup murah.

Hanya Rp1.000 perorang. Jika pengunjung membawa

sepeda motor juga hanya dikenakan biaya Rp1.000.

Di puncak taman rekreasi itu, terdapat jejeran

warung. Di sana pengunjung bisa menikmati pisang

goreng, mie, kopi atau teh hangat. Selepas berenang

pengunjung bisa memesan pisang goreng dengan

sambel yang lumayan membuat bibir bergetar karena

pedisnya. "Kalau lapar Bapak bisa pesan kaledo di

desa. Bisa di makan di tempat ini," kata salah seorang

petugas.

Kaledo adalah makanan khas masyarakat Palu

dan Donggala. Makanan ini terbuat dari tulang kaki

sapi. Setelah dimasak hasilnya seperti sup. Makanan

ini biasanya dicampur asam jawa mentah, bumbu

cabe rawit, garam, jeruk nipis. Kalau mau lebih

wangi bisa ditambah dengan bawang goreng khas

Palu. Kaledopun bisa disantap di Loli Indah.

Pendiri taman rekreasi ini melengkapi areal

wisata itu dengan bangunan aula yang bisa

menampung 100 orang. Cocok untuk pertemuan

resmi ataupun kegiatan rapat organisasi atau kantor.

Sewanya murah, hanya Rp350 ribu sekali pakai. Ada

jaringan listrik dan soundsistem. Tak jauh dari sini,

terdapat sebuah mushallah. Kapasitasnya kira-kira 50

orang jamaah. Musallah ini berada di ketinggian

membelakangi dua kolam renang. Tiba waktu shalat,

pengunjung bisa langsung shalat di mushallawah itu.

13 14

Page 11: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

Meski tidak ada koteks, tapi ada juga yang

memilih bermalam di taman rekreasi ini. Haji Radi

bukannya tidak mau membangun koteks. Hanya saja

ia khawatir koteks itu justru menjadi tempat maksiat.

"Saya ini sudah tua. Saya mau memakan makanan

yang halal dan sumbernya jelas. Untuk apa bangun

koteks kalau hanya dijadikan tempat maksiat,"

katanya.

Sang pengembang wisata Loli Indah itu

memang sudah berumur 69 tahun. Sebelum

mengembangkan Loli Indah, tahun 1970-an, Haji

Radi adalah pedagang kopra terkenal di Kabupaten

Donggala. Ia kerap bolak-balik Donggala-Surabaya.

Saat di Surabaya itulah, Haji Radi kerap berkunjung

ke Selecta, sebuah taman rekreasi di Kota Baru, Jawa

Timur yang didirikan oleh seorang warga negara

Belanda, Ruyter de Wildt, tahun 1930. Haji Radi

mengaku menikmati keindahan kolam renang Selecta

yang luas, taman bunga, play ground, dan berkano

ria di kolam beton. Dari sinilah, Haji Raji terinspirasi

membangun Loli Indah. "Awalnya dari sana (Selecta)

sehingga saya membangun Loli Indah," katanya.

Setelah membangun Loli Indah, haji Radi

akhirnya berhenti bisnis kopra. Ia terus merawat dan

mengembangkan Loli Indah hingga menjadi sebuah

pusat wisata eksotis yang terus bertahan hingga saat

ini.

Mengunjungi Loli Indah dapat ditempuh

dengan mobil ataupun roda dua. Dari Kota Palu

jaraknya 15 kilometer atau hanya selisih tiga

kilometer lebih dekat dari Banawa, ibukota

Kabupaten Donggala. Wisata ini luasnya kurang lebih

tiga hektare.

Perjalanan dari Palu ke Loli Indah tak terasa

jauh sebab dalam perjalanan juga tersedia wisata

industri pertambangan batu pecah. Pengunjung dapat

melihat batu pecah yang bergunung dan aktivitas

pemuatan ke tongkang-tongkang besar berkapasitas

ribuan ton. Sesekali Anda juga bisa melihat penduduk

memecah batu dengan kekuatan tangannya.

15 16

Page 12: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

Menurut Haji Radi, Loli Indah akan

dikembangkan lagi sesuai tuntutan zaman. Dia

berharap, Loli Indah itu akan dikembangkan oleh

cucunya yang sedang menyelesaikan pendidikan di

Yogyakarta. Haji Radi hanya punya satu orang putri,

Namanya Haja Lisda. Ia menikah dengan seorang

pegawai Pertamina bernama Haji Bintang. Bintang

pernah bertugas di Luwuk Banggai dan Kalimantan.

Tahun 2009 bertugas di Palembang.

Lisda dan Bintang dikaruniai tiga orang

putra/putri. Anak tertuanya sedang kuliah di

Jogyakarta, anak keduanya kuliah di Makassar di

fakultas kedokteran salah satu universitas. Anak

ketiganya, sedang bersama Haji Radi di Donggala dan

menempuh pendidikan formal di SMA Donggala.

"Saya berharap taman rekreasi ini dikembangkan lagi

cucu saya," katanya.

Hampir setiap hari-hari libur, Haji Radi

bersama istrinya, Cabo, datang ke taman wisata ini. Ia

dibantu enam karyawan dengan tugas kerja masing-

masing. Ada yang urus kolam renang, instalasi listrik

dan air, bagian kebersihan, dan penjagaan tiket

masuk. Sang istri kerap masih kerja dibagian

penjagaan pintu masuk kolam renang.

Jika Haji Radi dulu pengusaha kopra, istrinya

berusaha dibidang angkutan umum. Keduanya

berhenti berbisnis setelah membangun Loli Indah,

seiring dengan usia mereka yang kian menua. Meski

kelak mereka telah tiada, karyanya telah terukir

megah di pundak gunung Loli. Mereka kelak akan

bergembira, seperti halnya kegembiraan tamu yang

sedang bertamasya di Loli Indah.***

17 18

Page 13: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

ke Bambahano, Singgah di Danau Dampelas

ktivitas masyarakat di Kecamatan

Dampelas, Kabupaten Donggala,

Minggu pagi, berdenyut lagi. Hari itu

hari ketiga pascalebaran Idul Fitri 1431 Hijriah. Ada

yang masih melanjutkan kunjungan silaturahmi

dalam momen lebaran Idul Fitri, ada pula yang sibuk

mempersiapkan diri bertamasya bersama keluarga,

teman, dan kekasih.

Hari itu muda-mudi, tidak sedikit pula yang

sudah berkeluarga dan anak-anak tumpah-ruah di

pusat-pusat wisata. Mereka melepas lelah setelah

sebulan lamanya berpuasa.

Di Kecamatan Dampelas banyak pilihan tempat

bertamasya. Ada Danau Dampelas dan Bayabi di Desa

Talaga, Pantai Majang di Desa Rerang, Ogo Dampelas,

Tanjung Dampelas dan Bambahano di Desa Sabang.

Masing-masing lokasi wisata itu menawarkan pesona

alam yang berbeda satu sama lainnya.

Batu cadas yang di atasnya ditumbuhi

pepohonan keras, pasir putih mengkilap, ombak

bergulung, tiupan angin, artefak tapak kaki, karang

bawah laut, pohon rindang nan tawaran kuliner

tradisional dapat dijumpai di Bambahano, 150

kilometer arah pantai barat Kota Palu. "Di sini cocok

olahraga air seperti ski terutama saat teduh. Bagus

juga untuk bola pantai karena pasirnya halus dan

bersih," kata Kiki, warga setempat.

Bambahano adalah dua suku kata dari bahasa

Dampelas. "Bamba" artinya muara. "Hano" artinya

danau. Bambahano berarti muara danau.

Saat air laut surut, air danau Dampelas ikut

mengalir ke laut. Itulah sebabnya masyarakat Sabang

menyebutnya sebagai muara danau. Jarak pantai dan

danau kurang dari satu kilometer diantarai hutan dan

semak belukar. Dalam hutan itu terdapat ekosistem

A

19 20

Page 14: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

flora dan fauna seperti burung belibis dan tanaman

pemakan serangga sehingga dapat dijadikan

ekowisata untuk kepentingan penelitian. Keunikan

itulah salah satu alasan orang berkunjung ke

Bambahano. Selain menyebur ke laut, juga bisa

membilas badan dengan air danau. Jika air pasang,

rasa air di sana payau.

Lokasi wisata ini bentuknya seperti tanjung.

Posisinya di tepi pantai. Sekitar 40 meter dari darat,

terdapat dua gumpalan batu besar menyerupai pulau

kecil. Di atasnya ditumbuhi pepohonan keras tahan

air asin. Menyeberang ke batu itu bisa dengan

berjalan kaki jika air dalam posisi surut. Banyak

pengunjung berpose dengan latar tebing batu cadas.

"Kalau air pasang, kelihatan dua batu itu seperti

pulau kecil tidak berpenghuni," kata Kiki.

Menurut Kiki, karang bawah laut di sekitarnya

sebagian masih terawat. Sejak akhir tahun 1980-an,

pemerintah desa di Sabang sudah melarang

mengambil batu karang di sekitarnya. Meski masih

ada aktivitas pengambilan karang untuk material

pembangunan rumah tapi jauh dari lokasi itu.

Wisata Bambahano itu pertama kali dibuka

oleh Pengurus Karang Taruna Desa Sabang sekitar

tahun 2005 lalu. Mereka terdorong membuka akses

ke lokasi itu karena misteri alamnya. Sekelompok

generasi muda yang tergabung dalam Karang Taruna

membuka semak belukar di sana. Pohon-pohon kecil

mereka tebang. Pohon besar nan rindang disisakan

untuk tempak berteduh. "Jadilah dia seperti sekarang

ramai dikunjungi orang terutama musim lebaran,"

kata Kiki. "Beberapa tahun lalu saya lihat ada orang

bule datang ke sini untuk sebuah penelitian," katanya.

Dua tahun setelah dibukanya lokasi itu,

pemerintah Kabupaten Donggala, di bawah

kepemimpinan Bupati Adam Ardjad Lamarauna

mengaspal jalan menuju lokasi itu. Jaraknya sekitar

1,5 kilometer dari jalan trans Sulawesi. Kini

Kendaraan roda dua dan empat bisa didaratkan

langsung ke bibir pantai Bambahano.

21 22

Page 15: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

Jarak tempuh dari Kota Palu ke Bambahano

kurang lebih 150 kilometer arah pantai barat.

Biasanya ditempuh tiga jam paling lama dengan

kecepatan rata-rata 50 kilometer per jam.

Belakangan ini jalan dan jembatan di jalur

pantai barat Donggala tembus ke Kabupaten Tolitoli

sejak tahun 2010 sudah mulus. Lebar bahu jalannya

rata-rata enam meter. Melesat dengan kendaraan

roda duapun tak terasa segera sampai ke Bambahano.

Menuju Bambahano bisa dengan kendaraan

umum atau kendaraan pribadi. Menggunakan

kendaraan pribadi bisa berangkat dari Palu kapan

pun. Pagi-pagi lebih baik sehingga bisa tiba di

Bambahano pagi pula. Sore bisa kembali lagi setelah

seharian bercengkrama dengan keindahan alam di

sana. Bagi yang ingin bermalam, di sana ada tempat

beristirahat meski belum representatif. Tetapi ada

pilihan penginapan di Desa Sabang.

Sebelum masuk ke Bambahano, Anda lebih

dulu bertemu dengan Danau Dampelas atau danau

Talaga yang teduh di bawah kaki gunung Sitangke

sebagai zona penyangga danau itu. Di sana

pengunjung bisa melepaskan lelah sesaat di pinggir

jalan dekat danau. Jika membawa kail, bisa

menumpang mancing ikan tawar, setelah itu

melanjutkan perjalanan. Tidak lebih dari 20 menit

sampai ke Bambahano. Sekali jalan, Anda bisa

menikmati dua pesona alam yang unik, danau

Dampelas dan pesona laut Bambahano.

Keunikan Mitologi

Menurut Budayawan Hapri Ika Poigi,

keberadaan Bambahano tidak terlepas dari mitologi

Sawerigading dan Nahadiya Dampelas. Awalnya

danau dan laut di teluk itu menyatu, tetapi karena

perseteruan Sawerigading dan Nahadiyah Dampelas,

sehingga teluk itu tertutup dan terbentuklah danau

Dampelas. "Makanya di Bambahano itu ada artefak

23 24

Page 16: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

kaki yang besar di atas batu," kata magister Fakultas

Budaya Universitas Gadjah Mada itu.

Jika air laut surut artefak kaki--warga di

Dampelas menyebutnya kaki Sawerigading-- dapat

dilihat jelas. Tapak kaki itu menempel di atas batu

lengkap dengan lima jarinya.

Dampelas kata Hapri adalah salah satu suku

bangsa yang berdiri sendiri. Memiliki ciri tersendiri

sebagai suku bangsa seperti bahasa, budaya dan adat

istiadat. "Dampelas itu bukan sub etnis atau bagian

dari etnis tertentu tetapi Dampelas adalah sebuah

suku bangsa yang keberadaannya tidak terlepas dari

mitologi Nahadiya Dampelas," kata Hapri.

Di Dampelas terdapat beberapa lokasi wisata

yang bisa dijadikan destinasi pariwisata diantaranya

adalah danau Dampelas dan Bambahano. Dua tempat

ini memiliki daya tarik yang dapat membentuk sistem

yang sinergi dalam menciptakan dan memotivasi

kunjungan wisatawan.

Menurut Hapri, danau Dampelas dan

Bambahano dapat dikembangkan sebagai objek

wisata yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan. Selain pesona alam di sana juga terdapat

ekowisata untuk kepentingan penelitian. "Tempat ini

sebetulnya unik karena hanya di sana ada danau yang

bersebelahan dengan laut ditambah lagi ekosistem

flora dan faunanya. Apalagi ditambah dengan budaya

lokal masyarakat Dampelas, lengkap sekali untuk

destinasi pariwisata," kata Hapri.

Dosen pada Universitas Tadulako ini

mengatakan, pemerintah daerah tampaknya belum

fokus mengembangkan daerah tersebut sebagai

potensi wisata yang memiliki keunggulan. Pemerintah

kata Hapri mestinya sudah bisa melakukan gebrakan

iven untuk memperkenalkan wisata danau Dampelas

dan Bambahano salah satunya melalui festival danau

Dampelas.***

25 26

Page 17: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

Sentuhan Tangan Cengyang Mencengangkan

ew England Journal of Medicine,

mempublikasikan temuan penting

manfaat mandi air panas.

Penderita diabetes yang menghabiskan waktu selama

setengah jam berendam dalam air suam dapat

menurunkan tingkat gula darah sebesar 13 persen.

Mungkin ini yang menginspirasi masyarakat di

Tolitoli sehingga rajin mengunjungi pusat

permandian air panas di Buntuna.

Permandian ini dikelola swasta. Setiap hari

libur tempat ini ramai dikunjungi orang, hanya untuk

menikmati air panas atau sekadar melepaskan

kepenatan bersama keluarga.

“Permandian Lorenz” nama pusat permandian

itu. Letaknya hanya sekitar lima kilometer arah

selatan kota Tolitoli, tepatnya di desa Buntuna,

Kecamatan Baolan. Menuju ke tempat ini aksesnya

sangat mudah, bisa dengan angkutan kota ataupun

dengan kendaraan pribadi. Tapi umumnya yang

datang ke tempat ini menggunakan kendaraan

pribadi roda dua ataupun roda empat. Area parkirnya

luas dan terletaknya tak jauh dari jalan trans

Sulawesi.

Dulu tempat ini tidak begitu dikenal, namun

sejak dibukanya permandian itu tahun 2007 lalu

nama Buntuna menjadi dikenal setelah seorang warga

keturunan Tionghoa bernama Ceng, menyulap lokasi

itu menjadi pusat wisata perkotaan. Ceng mengaku

melirik tempat ini karena ada air panas yang keluar

dari perut bumi. Ceng tidak hanya mengandalkan air

panas itu untuk menarik pengunjung, ia juga

membuat dua kolam renang yang cukup luas. Satu

khusus untuk anak-anak, satunya lagi untuk orang

dewasa. “Karena sudah mendesak dan saya tidak tahu

beri nama apa, sehingga saya beri saja nama Lorenz,”

N

27 28

Page 18: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

kata Ceng menjelaskan ihwal berdirinya permandian

Lorenz itu.

Meskipun pengelolanya memberi nama Lorenz,

tetapi orang lebih mengenal permandian Buntuna.

Pusat permandian air panas di Tolitoli ini grand

openingnya digelar awal tahun 2007 bersamaan

dengan pergantian malam tahun baru 2006 ke 2007.

Sejak itulah nama Permandian Lorenz menjadi

terkenal. Tapi sebagian besar masyarakat

menyebutnya dengan permandian Buntuna. “Saya

juga tidak mengerti kenapa saya harus berikan nama

Lorenz, ini hanya kebetulan saja,” jelas Ceng yang

juga pengusaha angkutan sewa/rental ini.

Untuk masuk ke arena permandian ini setiap

orang dewasa dikenakan tarif Rp10.000,-. Dengan

harga itu, pengunjung sudah bisa menikmati air

panas dan sejuknya air kolam renang. Di sini juga

tersedia pisang goreng yang bisa dipesan kapan saja.

Pisangnya enak, sambelnya pedas. Bisa dicicipi jika

lelah berenang.

Air panas yang bersumber dari perut bumi di

Buntuan sudah dikelola secara modern, sehingga

setiap orang ingin mandi bersama keluarganya sudah

tertutup dari pandangan orang lain. Di atas tanah tak

jauh dari sumber air panas dibuatkan satu gedung

khusus. Bentuk arsitekturnya bulat, lalu disekat

menjadi tiga bagian. Masing-masing bagian memiliki

pintu sendiri, sehingga bisa ditutup rapat saat

pengunjung mandi.

Di dalam ruangan yang luasnya sekitar 3 x 3

meter itu sudah ditegel. Terdapat bak lonjong yang

bisa menampung ratusan liter air. Pengunjung tinggal

memutar kran saja. Jika airnya dirasa sudah cukup,

bisa langsung merendam badan sehingga serasa

mandi di rumah sendiri.

Agar sirkulasi air lancar, pengelola membuat

satu pembuangan. Dengan pembuangan ini air bisa

diganti kapan saja sesuka pengunjung. “Air panas itu

bersumber dari mata air panas, lalu kami sedot

dengan mesin sehingga bisa mengalir dengan lancar,”

29 30

Page 19: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

kata Wayan Suwiyantara, salah seorang mantan

karyawan pengelola air panas Buntuna itu.

Wayan mengaku terlibat sejak awal dalam

pembuatan permandian air panas tersebut. Karena

itulah katanya, dia mengetahui persis teknik dan

desain dari pusat permandian air panas yang kini

makin digemari masyarakat Tolitoli ini.

Menurut dia, suhu air panas Buntuna ini cukup

tinggi sehingga untuk bisa mandi sebagian

pengunjung harus menunggu hingga suhu panasnya

sedikit turun.

Hampir semua lapisan masyarakat, mulai dari

pejabat, pengusaha, pelajar, dan pekerja swasta sudah

pernah merasakan indahnya air panas Buntuna.

Selain sebagai tempat wisata, air panas ini juga

diyakini bisa mengobati sejumlah penyakit seperti

gatal-gatal, kudis, kurap, dan rematik. Konon

kabarnya, air panas ini juga bisa membakar lemak

sehingga tidak sedikit kalangan ibu datang mandi di

tempat ini.

Tamu dari luar daerah yang datang ke Tolitoli

sebagian diantaranya berkunjung ke tempat ini. Salah

satunya adalah Firdaus Dulgani, seorang warga di

Kompleks Sumir, Pondok Gede, Banten. Firdaus yang

kebetulan datang berlibur ke Tolitoli mengaku

tertegun melihat tempat wisata air panas Buntuna ini.

Di Jakarta sendiri katanya, jika ingin mandi air panas

yang mengandung zat blerang ia kerap ke Bogor

dengan perjalanan yang cukup jauh dibanding

permandian air panas Buntuna yang hanya sekitar

lima kilometer dari pusat kota Tolitoli.

Hal yang sama juga diakui Umar Alatas, wakil

ketua DPRD Tolitoli 2004-2009. Dia mengaku

hampir setiap hari libur ia menyempatkan diri

berkunjung ke permandian Buntuna ini. Tujuannya

hanya untuk mandi air panas dan berenang di kolam

permandian.

Agar lokasi ini terjaga dari kotoran dan tetap

steril, pihak pengelola tidak mengizinkan pengunjung

menggunakan alas kaki selama di lokasi permandian

31 32

Page 20: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

yang luasnya hampir setengah dari lapangan sepak

bola ini. Masih banyak “harta karun” wisata di

Tolitoli hingga kini belum tergarap secara maksimal

sehingga kurang dikunjungi wisatawan domestik

apalagi manca negara. Permandian air panas Buntuna

adalah satu dari sekian banyak “harta karun” wisata

yang masih mengendap di bumi ini.***

33 34

Page 21: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

Lain Sabang Lain Pula Keindahannya

ore itu langit di Tolitoli, tampak cerah

setelah sebelumnya angin kencang dan

hujan lebat menyiram bumi Tolitoli.

Meskipun terdapat genangan air di sana-sini, namun

barisan ribuan pohon cengkeh yang berjejer rapi

pada semua bukit di pegunungan Tolitoli tampak

semakin hijau dan menambah indahnya

pemandangan daerah produsen cengkeh terbesar di

Indonesia ini.

Di Tanjung Sabang, Kecamatan Galang, sore itu

deburan ombak pantai memukul kesunyian sebuah

tempat wisata pantai di desa itu. Tidak ada

kedengaran dentuman musik ataupun bunyi

kendaraan seperti biasanya di sejumlah tempat wisata

lainnya.

Kesunyian di kawasan wisata sedikit terusik

oleh deru suara mobil Avanza yang melesat ke pusat

wisata Tanjung Sabang sekitar 15 kilometer arah

Utara kota Tolitoli yang beberapa orang dan sangkar

burung Elang Laut.

Enam ekor burung Elang Laut milik Iskandar

Dahlan, seorang pecinta satwa di Tolitoli, diangkut ke

pusat wisata itu. Satwa langka yang masuk kategori

dilindungi ini akan segera dilepas dan menghirup

udara bebas di Tanjung Sabang. "Saya memilih tempat

ini karena merupakan objek wisata. Siapa tahu

mereka bisa berkembang biak dengan nyaman di

lokasi ini," kata Iskandar, beberapa saat sebelum

melepas satwa yang sudah dipeliharanya selama

enam bulan.

Tanjung Sabang Tolitoli adalah obyek wisata

yang sudah lama dikenal penduduk lokal. Sebelum

Pemkab setempat menetapkannya sebagai objek

wisata, tempat itu dulunya dipakai sebagai lokasi

camping anak-anak Pramuka dan OSIS. Luas lokasi

S

35 36

Page 22: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

yang sudah tertata kira-kira dua hektar dengan

panjang pantainya yang berpasir bersih beberapa

ratus meter.

Untuk menuju ke tempat itu tidak lebih dari

dua kilometer dari desa Sabang. Jalannya bagus

karena diaspal, meskipun belum semulus jalan dalam

kota.

Menurut H. Abdul Rahman, anggota DPRD

Tolitoli, pada tahun 2006 lalu jalan menuju ke lokasi

itu dianggarkan dalam APBD. Tujuannya agar akses

menuju objek wisata pantai ini semakin mudah.

"Anggarannya memang tidak seberapa, tetapi

sedikitnya telah membantu kelancaran akses masuk-

keluar para wisatawan," kata Rahman tanpa merinci

anggaran yang dimaksud.

Di dalam lokasi ini juga sudah dibangun

sejumlah fasilitas tempat istirahat meskipun tidak

semewah umumnya tempat wisata. Selain itu juga

terdapat rumah adat yang kerap dijadikan tempat

menginap atau sekadar beristirahat bagi wisatawan

domestik.

Agar tertata rapi, di sana juga dibangun jalan-

jalan setapak dengan menggunakan paving block

yang menghubungkan satu tempat dengan tempat

lainnya. Lokasi wisata ini terbilang aman karena jauh

dari jangkauan penduduk desa, sehingga sangat

bagus bagi para wisatawan yang menginginkan

ketenangan.

Di pintu masuk obyek wisata tersebut dibangun

pula sebuah pos penjagaan. Sekelilingnya dipagari

kawat berduri, sehingga setiap orang yang masuk-

keluar bisa dideteksi oleh petugas. Juga, beberapa

meter dari pintu masuk dipasangi portal, sehingga

kendaraan yang masuk, bisa melapor kepada petugas

jaga.

Di bagian barat objek wisata ini, sejauh mata

memandang terhampar lautan bebas yang

berhadapan dengan Pulau Kalimantan di bagian

Timur. Pemandangan hanya sedikit terhalang dengan

37 38

Page 23: Tapak-Tapak Wisata Alam Sulteng

sebuah pulau kecil yang luasnya tidak kurang dari

ukuran lapangan sepak bola. Jarak pulau ini dengan

daratan Pulau Sulawesi hanya sekitar 250 meter,

sehingga bisa dijangkau dengan mendayung sampan.

Pulau kecil tersebut justru menambah keindahan

Tanjung Sabang.

"Kalau lokasi ini ditata dan dikelola secara

profesional, saya yakin tidak kalah dengan objek

wisata pantai lainnya yang ada di Indonesia," kata

Iskandar, sesaat melepas enam ekor burung elang laut

kesayangannya di tempat itu.

Selain pulau kecil, teluk Sabang juga tampak

dengan keindahan pantainya yang bersih. Kebersihan

pantai ini masih terawat. Pengelolanya menyiapkan

tempat sampah khusus. Jika air laut surut, wisatawan

yang berwisata di tempat ini memungkinkan untuk

main bola di hamparan pasir empuk.

Tidak kalah menarik ialah kesegaran ikan laut

di Teluk Sabang. Hambali Mansyur, tokoh pemuda

setempat, mengatakan umumnya ikan yang dipancing

dari teluk ini adalah ikan karang seperti baronang,

katambak, sunu (Napoleon), dan Tongkol. "Biasanya

orang-orang yang datang membeli ikan segar

langsung dari nelayan, membakarnya sendiri di

pesisir pantai," kata Hambali.

Pantai wisata Tanjung Sabang memang masih

asri nan hijau. Selain terdapat hamparan pasir putih

bersih, juga di belakangnya terdapat pegunungan dan

kayu-kayu besar yang rindang sehingga menambah

kesejukan wisatawan untuk menikmati anugerah

besar yang diberikan Sang Pencipta. Tetapi,

sayangnya, keindahan panorama alam Tanjung

Sabang belum dilirik oleh wisatawan mancanegara.

Pantai wisata Tanjung Sabang lebih banyak

dikunjungi wisatawan lokal yang datang setiap hari

Minggu atau pada hari libur lain, sehingga

memerlukan sentuhan pemerintah daerah dan

pengusaha pariwisata untuk mengembangkannya

menjadi salah satu objek wisata handal di Provinsi

Sulawesi Tengah.***

39 40