laporan virus
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroba telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Ukuran tubuhnya yang
mikoskopis terkadang membuat manusia tidak menyadari bahwa mikroba ini telah
menyebar di berbagai tempat, bahkan di sekitar manusia itu sendiri. Salah satu mikroba
yang dikenal kerana memiliki dampak negatif bagi keberlangsungan hidup manusia saat
ini adalah virus. Menurut Ibrahim (2007), virus merupakan suatu unit tidak bersel yang
sangat kecil dan merupakan garis batas antara yang hidup dan yang tidak hidup, serta
berperilaku seperti organisme-organisme hidup ketika menginfeksi sel-sel.
Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai
agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang
membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan
kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel
dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen. Berdasarkan sifat hidupnya maka
virus dimasukan sebagai parasit obligat karena keberlangsungan hidupnya sangat
tergantung pada materi genetik inang (Kusnadi, 2010).
Salah satu virus yang memberikan dampak negatif bagi keberlangsungan hidup
makhluk hidup di bumi adalah Spodoptera litura multiple nuclear polyhedrosis
virus (SpltMNPV). Virus SpltMNP merupakan virus yang mampu menginfeksi Insecta.
Kemampuannya dalam mengubah struktur DNA insecta menyebabkan kematian pada
serangga tersebut. Salah satu insecta yang dapat terinfeksi oleh virus SpltMNPV adalah
ulat grayak (Spodoptera litura). Ulat grayak merupakan salah satu serangga yang dapat
disebut sebagai hama dalam bidang pertanian karena dapat menyababkan kematian
bagi tanaman pertanian, seperti kentang, kubis, kacang tanah, dan lain-lain.
Patogenesitas virus laten hasil isolasi dari kultur sel midgut larva S. litura dapat
ditingkatkan melalui penginfeksian berulang. Peningkatan patogenesitas virus laten tidak
langsung terjadi pada saat pertama kali diinfeksikan secar in vivo pada larva S. litura,
namun peningkatan patogenesitas terjadi ketika diinfeksikan secara berulang sebanyak
tiga kali penginfeksian. Penginfeksian pertama didapatkan prosentase mortalitas larva
S. litura sebesar 14%. Penginfeksian kedua didapatkan persentase mortalitas larva S.
litura sebesar 60%. Penginfeksian ketiga didapatkan persentase mortalitas larva S. litura
sebesar 90% (Filayani, 2013).
Berdasarkan kematian ulat grayak (Spodoptera litura) yang dikarenakan telah
terinfeksi oleh virus SpltMNPV di atas, maka dilakukan percobaan ini mengenai
1
perbanyakan dan pemurnian virus SpltMNP yang diinfeksikan pada sel ulat grayak
(Spodoptera litura).
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan masalah
dalam percobaan ini, yaitu:
1. Bagaimana ciri-ciri ulat grayak yang mati karena terinfeksi virus SpltMNP?
2. Bagaimana morfologi virus SpltMNPV yang ditemukan dalam tubuh ulat grayak yang
mati karena terinfeksi virus?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan percobaan ini, yaitu:
1. Mengetahui ciri-ciri ulat grayak yang mati karena terinfeksi virus SpltMNP
2. Mengetahui morfologi virus SpltMNPV yang ditemukan dalam tubuh ulat grayak yang
mati karena terinfeksi virus
D. Manfaat
1. Menambah wawasan menganai ciri-ciri ulat grayak yang mati karena terinfeksi virus
SpltMNP
2. Menambah wawasan mengenai morfologi virus SpltMNPV yang ditemukan dalam
tubuh ulat grayak yang mati karena terinfeksi virus.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Karakteristik Umum Virus
Virus merupakan organisme nonmolekuler yang mengandung DNA atau RNA. Virus
hanya bisa berkembang biak pada sel/jaringan yang hidup, oleh karena itu, virus bersifat
parasit interseluler obligat (Kusnadi, 2010). Menurut Kusnadi (2010), secara umum virus
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Ukuran dan Bentuk
Virus memiliki ukuran sangat renik yaitu antara 25-300 nm. Virus memiliki
bermacam-macam bentuk tergantung pada jenisnya. Ada yang berbentuk bulat,
batang, oval, silindris, kubus, tidak beraturan dan terdapat yang berbentuk huruf T.
Virus yang berbentuk bulat misalnya virus penyebab influenza dan AIDS. Virus yang
berbentuk batang, misalnya virus TMV. Virus berbentuk oval, misalnya virus rabies
dan virus yang berbentuk T misalnya virus yang menyerang bakteri (bakteriofage)
(Kusnadi, 2010).
2. Struktur Virus
Partikel virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk maupun komposisi
kimiawinya. Struktur utama virus adalah asam nukleat yang berupa RNA atau DNA.
Asam nukleat dikelilingi oleh mantel protein (protein sub unit) yang disebut kapsomer.
Susunan kapsomer-kapsomer disebut kapsid. Lapisan terluar virus disebut sebagai
mantel, kulit atau kapsid. Virus telanjang hanya terdiri dari asam nukleat dan
kapsomer atau disebut virus nukleokapsid. Beberapa virus memiliki struktur yang
lebih kompleks, misalnya membran (Kusnadi , 2010).
Virus yang memiliki struktur paling rumit yaitu virus bakteriofage. Misalnya, virus
bakteriofage T4 yang menyerang Escherchia coli memiliki ekor yang merupakan
struktur kompleks. Ekor T4 disusun oleh 20 macam protein dan kepalanya disusun
oleh beberapa protein yang lain (Kusnadi , 2010).
B. Morfologi Umum Virus
Virus diklasifikasikan dalam beberapa jenis morfologi berdasarkan bentuk
kapsidnya. Beberapa jenis morfologi virus terdiri dari :
1. Virus Heliks (Batang)
Virus heliks menyerupai batang panjang yang mungkin kaku/fleksibel. Asam
nukleat virus ditemukan dalam rongga/lubang. Kapsid virus heliks biasanya silindris.
3
Contoh, virus helikal yang berbentuk batang kaku adalah virus mozaik tembakau dan
bacteriophage M.13 (Zurnidas, 2009).
2. Virus Polihedral
Beberapa virus hewan, tanaman dan bakteri berbentuk polihedral. Virus ini
mempunyai beberapa sisi. Kebanyakan kapsidnya berbentuk ikosahedron. Polihedra
yang teratur mempunyai 20 permukaan segitiga samasisi (triangular) dan 12 sudut.
Setiap permukaan kapsomer membentuk segitiga samasisi. Contoh pada Adenovirus
dan Poliovirus (Zurnidas, 2009).
3. Virus Bersampul
Kapsid beberapa virus diselimuti lagi oleh sampul/selubung. Sampul virus
berbentuk sperikal kasar. Apabila virus helikal atau polihedral diselimuti oleh sampul,
virus tersebut disebut virus helik bersampul. Contoh, influenza virus. Contoh virus
polihedral bersampul herpes simplex virus (Zurnidas, 2009).
4. Virus Komplek
Beberapa virus, sebagian virus bakteri, berstruktur sangat kompleks. Salah
satu contohnya adalah bakteriophage. Bakteriophage seringkali mempunyai kapsid
sebagai struktur tambahan yang berbentuk polihedral dan mempunyai lempengan
ekor yang berbentuk helik. Kepala mengandung asam nukleat. Contoh lainnya adalah
Poxvirus yang tidak berkapsid sebagai pengenal yang jelas, tetapi mempunyai
beberapa selubung (coat) di sekitar asam nukleat (Zurnidas, 2009).
Gambar 1. Morfologi Virus A. Komplek, B dan C .Polihedral, dan D. helik/batang
(Ahmad, 2008)
4
C. Reproduksi Virus
Reproduksi virus terdiri atas daur litik dan daur lisogenik
1. Daur litik
Bila fage yang litik menginfeksi sel, sel tersebut memberikan tanggapan
dengan cara menghasilkan copi virus-virus baru dalam jumlah yang besar, yaitu
pada akhir masa inkubasi, sel inang pecah atau mengalami lisis dan melepaskan
fage-fage baru untuk menginfeksi sel-sel bakteri yang lain.
2. Daur lisogenik
Bila fage tenang (lisogenik) menginfeksi bakteri. Asam nukleat virus tersebut
dibawa dan direplikasi di dalam sel-sel bakteri dari satu generasi ke generasi
berikutnya tanpa terjadi lisis pada sel-selnya. Namun fage dapat secara mendadak
menjadi virulen pada suatu generasi berikutnya dan menyebabkan lisis pada sel
inangnya (apabila ada induksi). Fage lisogenik dapat mengubah sifat suatu
bakteri.
Reproduksi virus baik yang bermaterial genetik DNA atau RNA terdiri dari
beberapa langkah yaitu:
1. Pelekatan pada sel inang yang cocok dan Absorbsi
Gambar 2. Pelekatan sel inang dan absorbs ( Soni, 2010 )
2. Penetrasi dan pelepasan selubung
Gambar 3. Penetrasi dan pelepasan selubung ( Soni, 2010 )
5
3. Replikasi dan biosintesis komponen virus
Gambar 4. Replikasi dan biosintesis virus ( Soni, 2010 )
D. Split MNPV (Spodoptera litura-multiple nucleopolyhedrovirus)
Splt MNPV (Spodoptera litura-multiplenucleopolyhedrovirus) adalah salah satu
jenis virus patogen yang berperan sebagai agensia hayati dalam mengendalikan ulat
grayak (Spodoptera litura), karena bersifat spesifik, selektif, efektif untuk hama-hama
yang telah resisten terhadap insektisida dan aman terhadap lingkungan. Spodoptera
litura (ulat grayak) merupakan hama yang bersifat merusak berbagai komoditas
pertanian di Indonesia. Ulat grayak banyak menyerang tembakau dan tanaman
pertanian lain, seperti kedelai, kacang tanah, kentang, cabai, bawang merah, kubis dan
lain-lain.
Splt MNPV (Spodoptera litura-multiplenucleopolyhedrovirus) memiliki sifat yang
menguntungkan menurut Samsudin (2008), yaitu diantaranya
1. Virus memiliki inang spesifik sehingga aman terhadap organisme bukan sasaran
2. Virus tidak bersifat mempengaruhi parasitoid, predator dan serangga berguna
lainnya
3. Virus dapat mengatasi masalah resistensi ulat grayak terhadap insektisida kimia
4. Virus bersifat kompatibel dengan insektisida kimiawi yang tidak bersifat basa kuat
E. Mekanisme Penginfeksi Virus
Peningkatan patogenesitas virus laten melalui penginfeksian berulang bisa dilihat
dari mekanisme infeksi virus laten. Mekanisme infeksi terbagi menjadi dua yaitu infeksi
primer dan infeksi sekunder (Samsudin, 2011). Infeksi primer diawali dengan tertelannya
Occlusion Bodies (OBs) yang masuk bersama makanan ke dalam tubuh serangga
sampai menembus membran peritrofik dan menginfeksi sel kolumnar dan sel goblet
sedangkan infeksi sekunder oleh Budded Virus yang menyerang seluruh sel dalam
tubuh larva misalnya sel-sel trakea, sel-sel hemolimfa, badan lemak, epidermis
(Samsudin, 2011).
6
Mekanisme infeksi primer terjadi jika larva memakan pakan alami yang sudah
diberi virus laten dan dicerna sampai pada midgut larva. Calyx (polyhedron envelope)
yang mengelilingi polyhedra (OBs) akan didegradasi oleh enzim proteinase, setelah itu
membran pembungkus Occlusion Bodies (OBs) yang berupa protein polyhedrin akan
didegradasi di dalam midgut serangga dalam suasana alkali sebelum mengeluarkan
Occlussion Derivat Viruses (ODVs) (D’Amico dan Slavicek, 2012). Suasana alkali yang
bagus untuk mendegradasi OBs berada di midgut larva (Rohrmann, 2011).
Enzim proteinase banyak ditemukan pada saluran pencernaan larva dan pada
polyhedra itu sendiri, sedangkan polyhedra yang diperbanyak pada kultur sel kurang
akan enzim proteinase (Rohrmann, 2011). Tahap selanjutnya, ODVs menembus
membran peritrofik, ODVs membutuhkan enzim-enzim seperti enzim chitinase dan
metalloprotease untuk menembus membran peritrofik karena dalam membran peritrofik
tersusun atas lapisan khitin dan muchin. Occlusion Derivat Viruses (ODVs) melakukan
fusi dengan membran plasma dan sel-sel epitel midgut yang merupakan target primer
infeksi NPV, ketika sampai pada sel midgut ODVs akan mengeluarkan virion atau BVs
(Rohrmann, 2011).
Ciri-ciri larva S. litura yang terinfeksi virus laten pada tiap infeksi antara lain larva
malas untuk makan dan bergerak, cenderung naik ke atas botol vial, larva mati dengan
tubuh hitam mengkilap dan mengeluarkan cairan putih keruh.
7
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Percobaan “Memperbanyak Virus” dilakukan pada tanggal 11 April 2013, dan
percobaan “Pemurnian Virus” dilakukan pada tanggal 18 April 2013. Percobaan ini
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Gedung C9 lantai 2 Jurusan Biologi FMIPA.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Memperbanyak Virus
1) Botol kapsul R30 15 buah
2) Pinset 2 buah
3) Nampan 1 buah
4) Pisau 1 buah
5) Bunsen 1 buah
6) Spet 1 ml 3 buah
7) Blender 1 buah
8) Panci 1 buah
9) Tabung reaksi 2 buah
10) Kuas 1 buah
11) LAF 1 buah
12) Cawan petri 1 buah
Pemurnian Virus
1) Mortal dan alu 1 buah
2) Corong 1 buah
3) Tabung sentrifuse 1 buah
4) Sentrifuse 1 buah
5) Kertas saring 1 lembar
6) Plastik tahan panas 2 buah
7) Tabung reaksi 2 buah
8) Rak tabung reaksi 1 buah
9) Masker 5 buah
10) Vortex 1 buah
11) Spet 1 ml 2 buah
12) Bunsen 1 buah
2. Bahan
Memperbanyak Virus
1) Ulat Grayak 15 ekor
2) Agar batangan 1 buah
3) Air 1 liter
4) Formalin 4% 1 ml
5) Larutan virus SINPV 0,15 ml
6) Alkohol 70% 30 ml
7) Spirtus 20 ml
8) Cotton bud 1 bungkus
Pemurnian Virus
1) Akuades 1 liter
2) Alkohol 70% 30 ml
8
3) Spirtus 20 ml
C. Metode
1. Memperbanyak Virus
a. Bersihkan botol kapsul, pinset, dan cawan petri dengan merendamnya dalam
10% clorox selama 1 malam, kemudian cuci dengan sabun, lalu sterilkan
dengan menggunakan LAF selama 2 jam.
b. Buatlah pakan buatan dengan cara: memasak agar dengan 1 liter air, lalu
masukkan ke dalam blender dengan formula pakan dan tambahkan dengan 1ml
formalin 4%. Blender selama 2 menit, lalu tuang pakan ke dalam nampan.
Tunggu hingga pakan memadat. Potong pakan buatan dengan ukuran 1cm2,
lalu masukkan pakan ke dalam botol kapsul secara aseptik.
c. Teteskan 0,1 ml larutan virus SINPV tepat di atas pakan secara aseptik,
kemudian masukkan ulat ke dalam botol kapsul menggunakan kuas, dan tutup
botol kapsul dengan penutup
d. Pelihara dan amati ulat yang terlah terkontaminasi virus dalam botol kapsul.
Ulat yang mati karena terinfeksi virus akan menggantung di atas dengan kaki
abdomen sebagai tumpuan seperti huruf “V”, atau diam terlentang dkengan
tubuh lunak berwarna pucat atau hitam kecoklatan.
e. Panenlah ulat yang mati karena terinfeksi virus secara hati-hati dengan
membersihkan kotoran menggunakan cotton bud, kemudian angkat tubuh ulat
menggunakan ose secara aseptik. Masukkan tubuh ulat ke dalam tabung reaksi
steril yang berisi 1 ml akuades dan simpan di dalam lemari es. Apabila telah
terkumpul banyak, ulat siap dimurnikan.
2. Pemurnian Virus
a. Haluskan ulat yang mati karena terinfeksi virus dengan menggunakan mortal
dan alu, kemudian tambahkan akuades steril bila terlalu pekat.
b. Saringlah dengan kertas penyaring dan masukkan ke dalam tabung sentrifuse
hingga volumenya mencapai 0,6 ml, kemudian murnikan dengan memutarnya
pada kecepatan 3500 rpm selama 15 menit.
c. Buang supernatan dan tambahkan akuades steril serta aduk sampai homogen.
Putar kembali dengan sentrifuse pada kecepatan dan waktu yang sama sampai
warna supernatan menjadi jernih. Jika supernatan telah jernih, homogenkan
dengan menggunakan vortex
9
d. Amati morfologi virus menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x, virus
akan terlihat bulat bercahaya. Sesungguhnya yang terlihat adalah polyhedra
dari virus tersebut yang berbentuk seperti kristal tidak beraturan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan percobaan mengenai virus diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Perbanyakan Virus SpltMNPV (Spodoptera litura Multicapsid Nucleo
Polyhedro Virus) padaulat grayak.
Hari ke- Jumlah ulat yang mati Ciri-ciri kematian
1. 2 ekor Tidak bergerak
Tubuh lembek, berwarna pucat
JIka ditusuk mengeluarkan cairan berwarna putih
kental
Berada di dasar botol
4. 4 ekor Tidak bergerak
Tubuh lembek, berwarna putih kecokelatan, ada
yang berwarna kehitaman
Ada yang berada di dasar botol maupun
menempel di dinding botol
Jika ditusuk mengeluarkan cairan berwarna putih
kental
5. 3 ekor Tidak bergerak
Tubuh lembek, berwarna cokelat kehitaman
Berada di dinding bawah botol, ada yang
menggantung di bawah tutup botol dengan
membentuk huruf V
Jika ditusuk mengeluarkan cairan berwarna putih
kental
10
Berdasarkan percobaan mengenai pemurnian virus diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 4.1 Morfologi virus SpltMNPV
B. Pembahasan
Virus merupakan elemen genetik yang mengandung DNA atau RNA yang dapat
berada di dua kondisi yang berbeda yaitu secara intraseluler dan ekstraseluler. Virus
pertama kali diisolasi oleh Dimiitri Iwanowski yang mengisolasi penyebab penyakit pada
tumbuhan. Metabolisme virus hanya berlangsung di dalam sel hidup (inang) dengan
menggunakan inang untuk menghasilkan genom turunan dan protein virus untuk
kemudian dirakit menjadi virion yang baru.
Virus SpltMNPV (Spodoptera litura Multicapsid Nucleo Polyhedro Virus)yang
digunakan pada praktikum ini adalah sejenis virus yang terdapat pada serangga, terutama
pada ulat Spodoptera litura atau ulat grayak. Hal ini dikarenakan virus ini bersifat spesifik,
hanya menginfeksi spesies tersebut saja. Virus ini memiliki struktur yang hampir sama
dengan Helcoverpa armigeraNukleat Polyhedral Virus, yang membedakan di antaranya
hanya inang dari virus tersebut. Materi genetik yang dikandung dalam virus ini adalah
DNA double helix yang diselubungi oleh nukleokapsid yang tersusun atas protein. Virus
ini juga memiliki selubung terluar yang tersusun atas lipoprotein.
Pada praktikum memperbanyak virus didapatkan dari 15 ulat grayak yang diamati,
1 ekor masih hidup, 5 ekor mati bukan karena virus (jamur dan terjepit di antara
makanan), 9 ekor mati karena virus. Adanya ulat yang masih hidup dimungkinkan saat
ulat memakan pakan yang telah mengandung campuran nutrisi dan virus, ulat tersebut
tidak memakannya secara maksimal. Sehingga pertumbuhan ulat yang semula
diharapkan mati karena memakan virus tersebut, ternyata pertumbuhannya menjadi
normal.
11
Ciri ulat yang mati karena terinfeksi virus yaitu ulat tersebut akan menggantung
dengan kaki abdomen sebagai tumpuan, seperti huruf “V” terbalik, atau diam terlentang
dengan tubuh yang lunak berwarna hitam kecoklatan, atau mengalami lisis (tubuhnya
hancur) pada dasar gelas air mineral. Pada praktikum yang dilakukan, tidak ditemukan
ulat mati karena virus dengan ciri menggantung membentuk huruf “V” terbalik, tetapi
menampakkan ciri ulat mati terinfeksi virus, yaitu diam terlentang dengan tubuh yang
lunak berwarna hitam kecoklatan dan bila tubuhnya ditusuk akan keluar cairan berwarna
putih.
Pada praktikum pemurnian virus yang dilakukan dengan media hidup, berupa ulat
grayak (Spodoptera litura) diperoleh virus berbentuk bulat transparan. Struktur tubuh virus
berbeda dengan stuktur tubuh bakteri. Bila dilihat di bawah mikroskop, virus terlihat lebih
kecil daripada bakteri. Dari proses pemurnian virus pada ulat Spodoptera litura ternyata
ditemukan virus dalam jumlah sedikit Pada lapang pandang mikroskop, hasil dari
pemurnian virus terlihat tidak adanya beberapa bakteri yang terlihat, sehingga ada
beberapa ulat yang mati bukan karena virus melainkan karena bakteri.
12
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan beberapa simpulan
sebagai berikut:
1. Ciri-ciri ulat yang mati karena terinfeksi virus adalah ulat tersebut akan diam
terlentang di dasar botol atau menggantung di dinding botol dan di bawah tutup
botol dengan membentuk huruf “V”, dimana tubuhnya lunak berwarna hitam
kecoklatan atau pucat yang apabila ditusuk akan mengeluarkan cairan berwarna
putih kental.
2. Virus SpltMNPV yang ditemukan dalam tubuh ulat grayak (Spodoptera litura)
berbentuk bulat transparan dan didapatkan dalam jumlah yang sedikit pada lapang
pandang mikroskop, dan hasil dari pemurnian virus juga terlihat adanya
kontaminasi dari bakteri.
B. Saran
1. Semua alat yang digunakan sebaiknya harus dalam keadaan steril, dimana
kebersihan alat dan tempat yang digunakan dalam praktikum harus terkontrol
dengan baik untuk mencegah adanya kontaminasi mikroorganisme lain yang tidak
diharapkan.
2. Penumbukan ulat yang mati karena terinfeksi virus harus dilakukan selembut
mungkin untuk memudahkan dalam proses penyaringan, sehingga bagian tubuh
ulat yang terinfeksi virus dapat ikut tersaring.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2008. Virus. Diakses pada tanggal 21 April 2013 dari
http:// Biologipedia.blogspot.com/201 8 /01/ virus .html .
D’Amico V dan Slavicek J, 2012. Interactions Between Nucleopolyhedroviruses and
Polydnaviruses in larval Lepidoptera. Diakses pada tanggal 21 April 2013 dari
http://www.nrs.fs.fed.us/pubs/jrnl/2012/nrs_2012_damico_001.pdf.
Filayani, MB. 2013. Peningkatan Patogenesitas Virus Laten Hasil Isolasi dari Kultur Sel
Midgut Larva Spodoptera litura terhadap Larva Spodoptera litura melalui Penginfeksian
Berulan. Diakses pada tanggal 21 April 2013 dari
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/lenterabio
Ibrahim, M. 2007. MIKROBIOLOGI: Prinsip dan Aplikasi. Surabaya: Unesa University Press
Kusnadi. 2010. Bab Virus. Diakses pada tanggal 21 April 2013 dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196805091994031KUSD/
BAb_V_I__R_U_S.OK.pdf.
Rohrmann G, 2011. Baculovirus Molecular Biology: Second Edition. Diakses pada tanggal
21 April 2013 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK49506/
Samsudin, 2008. Virus Patogen Serangga: Bio-Insektisida Ramah Lingkungan. Diakses
pada tanggal 21 April 2013 dari http://www.pertaniansehat.or.id/?pilih=news
&mod=yes&aksi=lihat&id=19.
Samsudin, 2011. Uji Patologi dan Perbaikan Kinerja Spodoptera exigua Nuclear
Polyhedrosis Virus (SeNPV). Bogor: Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Soni. 2010. Pokok Bahasan Virus. Diakses pada tanggal 21 April 2013 dari
http://biologicasman1nusa . files.wordpress. com/201 0 /01/ Pokok Bahasan Virus .html .
Zurnidas. 2010. Buku Kerja Virus. Diakses pada tanggal 21 April 2013 dari
http://zurnidas.files.wordpress.com/2010/08 /buku-kerja-virus.pdf.
14
LAMPIRAN
1. Memperbanyak Virus
2. Pemurnian Virus
15
Ulat mati disebabkan terinfeksi oleh virus, dengan ciri-ciri: tidak bergerak, tubuh
lembek, berwarna hitam kecoklatan, jIka ditusuk mengeluarkan cairan berwarna putih
kental, menggantung di bawah tutup botol
Ulat yang mati karena terinfeksi virus dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril yang
telah diisi akuades
Hasil saringan larutan ulat yang mati
karena terinfeksi virus dimasukkan ke
dalam tabung sentrifuse
Hasil saringan larutan ulat yang telah
disentrifuse dan dihilangkan
supernatannya dan terlihat jernih
kemudian divortex
16
Menambahkan akuades pada larutan ulat
yang mati yang telah diambil
supernatannya, sehingga diperoleh
larutan yang lebih jernih
Virus terlihat dengan menggunakan
mikroskop