laporan tutorial dokter gigi keluarga

32
SKENARIO II MANAJEMEN PRAKTEK Seorang dokter gigi praktek sore telah bekerja selama 15 tahun mempunyai pasien yang banyak. Tiap hari rata-rata jumlah pasien yang berkunjung sekitar 15 orang. Semua kegiatan perawatan gigi pasien dia tangani sendiri. Beberapa hari yang lalu dokter gigi tersebut mengeluhkan adanya kelainan di daerah punggung, leher dan pergelangan tangannya. Dia merasakan sakit yang luar biasa, bahkan dia tidak bisa beraktifitas secara normal seperti biasa. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa dia mengalami musculoskeletal disorders karena dokter gigi bekerja tidak secara ergonomi. Saran dari dokter yang merawatnya agar dalam bekerja merawat pasien dibantu oleh asisten sehingga bekerja secara four handed dentistry. STEP 1 (Identifikasi Kata Sulit) 1. Four handed dentistry adalah : Posisi kerja operator dan asisten berdasarkan arah jarum jam. Teknik atau istilah dimana dokter gigi dan perawat gigi bekerja sama agar lebih efisien untuk 1 | Page

Upload: ayoek-susilo-mardzuki

Post on 18-Jan-2016

448 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

Laporan tutorial DOKTER GIGI KELUARGA

TRANSCRIPT

SKENARIO II

MANAJEMEN PRAKTEK

Seorang dokter gigi praktek sore telah bekerja selama 15 tahun

mempunyai pasien yang banyak. Tiap hari rata-rata jumlah pasien yang

berkunjung sekitar 15 orang. Semua kegiatan perawatan gigi pasien dia tangani

sendiri. Beberapa hari yang lalu dokter gigi tersebut mengeluhkan adanya

kelainan di daerah punggung, leher dan pergelangan tangannya. Dia merasakan

sakit yang luar biasa, bahkan dia tidak bisa beraktifitas secara normal seperti

biasa. Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa dia mengalami

musculoskeletal disorders karena dokter gigi bekerja tidak secara ergonomi. Saran

dari dokter yang merawatnya agar dalam bekerja merawat pasien dibantu oleh

asisten sehingga bekerja secara four handed dentistry.

STEP 1

(Identifikasi Kata Sulit)

1. Four handed dentistry adalah :

Posisi kerja operator dan asisten berdasarkan arah jarum jam.

Teknik atau istilah dimana dokter gigi dan perawat gigi bekerja sama agar

lebih efisien untuk mengurangi kelelahan pada pasien maupun operator atau

tenaga kerjanya.

2. Manajemen praktek adalah :

Bagaimana dokter gigi mengatur atau tatacara dalam menangani pasien.

3. Ergonomi adalah :

Suatu pengetahuan yang mempelajari interaksi manusia dengan lingkungan

kerjanya.

1 | P a g e

Ergonomi berasal dari kata ergon dan nomos, dimana ergon memiliki arti

kerja sedangkan nomos artinya aturan. Sehingga makna dari ergonomi itu

sendiri yaitu suatu hubungan manusia dengan lingkungan kerja agar tidak

ada gangguan.

Aturan yang mengatur hubungan tatacara kerja agar tercipta suatu pelayanan

yang baik.

4. Musculoskeletal disorders (MSDs) adalah :

Gangguan atau cedera pada otot rangka (musculoskeletal) karena tubuh

melakukan posisi yang berulangkali dan terlalu lama. Sehingga tubuh

kontraksi tanpa diimbangi kontraksi di anggota tubuh yang lain. Dimana

gangguan ini biasanya tergantung dari pekerjaannya.

Gangguan otot rangka akibat gangguan dari organ sendi tubuh karena

adanya gerakan statis yang berjalan lama.

Akibat dari gerakan cepat.

STEP II

(Permasalahan)

1. Kenapa dokter gigi mengalami musculoskeletal disorders setelah 15 tahun

praktek?

2. Seperti apa prinsip kerja ergonomi itu?

3. Apa hubungan ergonomi dengan masalah musculoskeletal disorder?

4. Bagaimana konsep four handed dentistry?

2 | P a g e

STEP III

(Analisis Permasalahan)

1. Karena faktor usia, dimana dokter gigi setelah lulus kira-kira usianya 23-24

tahun. Jika lama praktek 10 tahun, umur dokter gigi tersebut masih 33-34 tahun

dimana masih muda, sedangkan jika lama praktek 15 tahun, maka umur dokter

gigi tersebut 38-39 sudah akan menginjak ke usia 40 tahun. Dimana usia 40

tahun lebih rentan dengan masalah persendian.

Tetapi dalam hal ini, jangka waktu tidak menentukan, tergantung dari beban,

posisi dan intensitas yang terus menerus. Dimana pekerjaan sebagai dokter gigi

mungkin bebannya tidak sebesar kuli bangunan, sehingga tidak langsung

terkena dan butuh beberapa kali. Selain itu, harus ada gangguan atau beberapa

faktor yang mendukung dokter gigi tersebut terkena musculoskeletal disorders

dan juga tergantung manajemen prakteknya.

2. Prinsip-prinsip ergonomi :

Bekerja dalam posisi netral.

Mengurangi tekanan yang berlebihan pada otot.

Membuat semua alat atau instrumen mudah dijangkau. Dimana untuk

mengurangi gerakan yang berlebihan sehingga mengurangi kemungkinan

terkena MSDs.

Bekerja dalam ketinggian yang sesuai.

Letak instrumen dibawah siku.

Mengurangi alat-alat yang tidak dibutuhkan.

Tidak bekerja dalam posisi statis.

Mempersiapkan alat dan prosedur.

Posisi duduk pasien dan dokter gigi harus benar.

Menyediakan tempat yang sesuai.

Tidak bekerja terus-menerus dan harus meregangkan otot.

Memelihara lingkungan kerja yang nyaman.

3 | P a g e

3. Ergonomi itu sendiri merupakan bekerja dalam posisi yang benar. Dimana saat

dokter gigi membungkuk terus-menerus dalam jangka waktu yang lama atau

bekerja secara tidak ergonomi atau dalam posisi yang tidak benar maka dokter

gigi tersebut akan lebih rentan terkena musculoskeletal disorders (MSDs).

Tetapi saat prinsip kerja yang ergonomi itu diterapkan oleh dokter gigi

tersebut, maka dokter gigi tersebut tidak akan rentan terkena MSDs. Dimana

posisi kerja dan gerakan merupakan penentu ataupun berpengaruh terhadap

seseorang tersebut mudah atau tidaknya terkena musculoskeletal disorders.

Selain bekerja secara ergonomi, peralatan yang ergonomi juga perlu dimana

agar dokter gigi lebih nyaman. Dimana peralatan dapat diletakkan atau

menempatkan peralatan yang lebih efisien dan efektif agar mempersingkat

waktu yang dibutuhkan untuk pengambilan alat-alat tersebut saat dokter gigi

menangani pasien.

4. Four handed dentistry yaitu pembagian posisi kerja. Ada 4 zona yang

penerapannya disesuaikan seperti posisi angka pada jam, dimana 4 zona

tersebut yaitu :

Zona statis ( untuk meletakkan instrumen dan bahan) berada pada posisi

arah jarum jam 11 – 2.

Zona transfer ( wilayah untuk mentransfer alat-alat dari asisten ke

dokter gigi ) berada pada posisi arah jarum jam 4 – 8.

Zona operator ( wilayah kerja dokter gigi ) berada pada posisi arah

jarum jam 8 – 11.

Zona asisten ( wilayah kerja perawat gigi atau asisten dari dokter gigi )

berada pada posisi arah jarum jam 2 – 4.

Four handed dentistry merupakan cara kerja antara dokter gigi dan asistennya

dalam keadaan yang normal atau paling nyaman. Dimana dokter gigi tidak

kidal. Tetapi saat dokter gigi tersebut kidal atau biasa bekerja dengan tangan

kiri, maka zona atau wilayahnya akan terbalik dari posisi atau keadaan normal

4 | P a g e

yang telah disebutkan di atas dengan menggunakan dental chair yang telah

dimodifikasi.

Selain zona-zona tersebut, posisi kerja yang nyaman saat perawatan yaitu :

a. Untuk perawatan rahang atas kanan, posisi yang nyaman untuk dokter gigi

yaitu pada jam 10, sedangkan untuk asisten pada jam 3, dan untuk posisi

kepala pasien yaitu menghadap ke arah kiri.

b. Untuk perawatan rahang atas kiri, posisi yang nyaman untuk dokter gigi

yaitu pada jam 9 atau 10, dan kepala pasien menoleh menghadap operator.

c. Untuk perawatan rahang bawah kiri, posisi yang nyaman untuk dokter gigi

yaitu pada jam 9 dan pasien menghadap ke arah operator.

d. Untuk perawatan rahang bawah kanan, posisi yang nyaman untuk dokter

gigi yaitu pada jam 9 dan pasien sebaiknya tidak dalam posisi supine tetapi

membentuk sudut 450, kepala pasien menghadap operator, rahang pasien

sejajar siku operator.

e. Untuk perawatan pada gigi anterior baik rahang atas maupun rahang bawah,

yaitu posisi yang nyaman bagi dokter gigi pada jam 8.

Di Amerika, ada 4 pelaku dimana bukan four handed dentistry. Dimana

pelaku-pelaku tersebut yaitu :

1. Dentist (dokter gigi).

2. Dental higient (mengisi RM dan juga melakukan preventif).

3. Dental assistent (mengambil alat dan mengatur cahaya).

4. Dental technition (bekerja di laboratorium).

Sedangkan di Indonesia ada 2 pelaku saat menangani pasien sehingga disebut

dengan sebutan four handed dentistry. Dimana pelaku-pelaku tersebut yaitu :

1. Dokter gigi.

Dokter gigi yang melakukan perawatan pada pasien. Selain tuganya

merawat pasien, dokter gigi juga bertugas melatih asistennya.

2. Asisten.

5 | P a g e

Dimana biasanya perawat gigi, tugasnya yaitu membantu dokter gigi

dalam melakukan perawatan seperti menangani alat (saliva ejektor,

suction). Sehingga asisten harus terampil dan tahu langkah-langkah yang

akan dilakukan oleh dokter gigi yang didampinginya dalam perawatan

yang dilakukan pada pasien.

Tetapi, sebenarnya ada pelaku ke tiga meskipun tidak secara langsung saat

penanganan pada pasien, yaitu tekniker gigi yang biasa bertugas membuat gigi

palsu (denture), alat lepasan, klamer, dan lain sebagainya.

STEP IV

(Mapping)

6 | P a g e

Musculoskeletal Disorders

(MSDs)

Manajemen Praktek

Four Handed Dentistry Waktu

Komponen Tata Ruang Sistem Tujuan

Ergonomi

Tujuan

Prinsip

STEP V

(Learning Objectives)

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan etiologi, faktor resiko, gejala,

dan jenis dari musculoskeletal disorders (MSDs).

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tujuan, prinsip, dan tata ruang

yang ergonomi dalam manajemen praktek.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan komponen, sistem, dan tujuan

dalam four handed dentistry.

STEP VII

(PEMBAHASAN)

LO 1. Etiologi, faktor resiko, gejala, dan jenis dari musculoskeletal disorders

(MSDs).

Etiologi MSDs.

Pada dasarnya etiologi dari musculoskeletal disorder sulit ditentukan, namun

ada beberapa faktor penyebab yang dapat menyebabkan terjadinya

musculoskeletal disorder :

1. Pengulangan gerakan yang terus menerus

2. Kekuatan yang berlebihan sehingga menyebabkan kelelahan dan

menimbulkan rasa nyeri otot.

3. Sikap kerja selama melakukan pekerjaan

Adanya faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri dan secara langsung

menyebabkan musuloskeletal disorder melainkan saling berkaitan, serta lamanya

waktu dan besar kecilnya derajat faktor resiko tersebut juga sangat mempengaruhi

terjadinya musculoskeletal disorder.

Faktor-faktor sekunder penyebab terjadinya keluhan MSDs, yaitu :

1. Tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak.

7 | P a g e

2. Getaran dengan frekuensi tinggi yang akan menyebabkan kontraksi otot

bertambah sehingga menyebabkan peredaran darah tidak lancar,

penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.

3. Suhu yang dingin.

4. Kenyamanan dokter gigi

Salah satu penyebab sindroma musculoskeletal disorder pada dokter gigi

dikarenakan dokter gigi hanya memperhatikan kenyamanan bagi pasien

yang dirawat, tapi kurang memperhatikan kenyamanan bagi diri mereka

sendiri saat merawat pasiennya. Dokter gigi menganggap bahwa mereka

yang harus bergerak menghampiri pasien, dari pada mengatur posisi duduk

pasien di atas dental chair. Kebanyakan gangguan musculoskeletal terjadi

karena dokter gigi secara tanpa sadar berada pada posisi tubuh yang

kurang mendukung saat merawat pasien. Saat melakukan preparasi gigi

atau pencabutan gigi misalnya, kadang-kadang dokter gigi membungkuk

ke arah pasien, bergerak secara mendadak, memutar tubuh dari satu sisi ke

yang lain. Seluruh gerakan tersebut dilakukan berkali-kali dalam jangka

waktu yang panjang. Hal inilah yang dapat menyebabkan sindroma

musculoskeletal

Faktor resiko:

Walaupun faktor penyebab kasus MSDs sangat sulit untuk ditentukan akan

tetapi faktor resiko memberikan ciri yang khas dan dapat dilihat dalam bidang

studi ergonomik. Faktor resiko tersebut meliputi:

Umur

Menurut Guo et al pada umumnya keluhan MSDS mulai dirasakan pada

umur 35-65 tahun. Hal ini teerjadi karena kekuatan otot dan ketahanan otot

mulai menurun sehingga resiko terjadinya kelelahan otot meningkat

Jenis kelamin

Menurut Astrand (1996) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya

sekitar 2/3 dari kekuatan otot laki-laki. Sehingga perbandingan keluhan

otot antara pria : wanita =1:3

8 | P a g e

Kebiasaan merokok

Hal ini berkaitan erat dengan kesegaran tubuh, bila seseorang merokok

akan dapat menurunkan kesegaran tubuh seseorang. Sehingga akan mudah

lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran

karbohidrat terhambat, terjadi tumpukan asam laktat dan akhirnya timbu;

rasa nyeri.

Ukuran Tubuh

Berat badan dan tinggi badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan

terjadinya keluhan MSDS meskipun pengaruhnya relatif kecil. Seseorang

yang gemuk mempunyai risiko 2.5 lebih tinggi daripada orang yang kurus.

Kebiasaan tubuh yang salah

Kebiasaan tubuh yang salah seperti mengangkat siku lengan, memutar atau

menengokkan kepala dan menaikkan posisi bahu tanpa sebab akan

meningkatkan resiko terjadinya muskuloskeletal disorder (MSDs).

Pengulangan gerakan yang terus menerus

Kekuatan (Force)

Mechanical stresses

Postur tubuh

Getaran

Temperatur

Tekanan yang disebabkan oleh keadaan luar

Hal ini adalah penting untuk memahami apakah suatu faktor resiko

menjadi penyebab atau bukan. Suatu faktor resiko tidaklah selalu menjadi suatu

factor penyebab dari MSDs. Karena lamanya waktu tidaklah mudah untuk

memperlihatkan suatu faktor resiko menjadi penyebab MSDs akan tetapi derajat

faktor resiko tersebutlah yang dapat menunjukkan MSDs. Dengan cara yang

sama, suatu kasus MSDs bisa dihubungkan dengan suatu faktor resiko yang

merupakan suatu kombinasi dari berbagai faktor resiko ataupun faktor tunggal.

Evaluasi menjadi hal utama dari berbagai kasus MSDs karena

kemungkinan terjadinya faktor resiko tersebut dapat terjadi diluar pekerjaan.

Lebih lanjut, tidak setiap orang yang terkena faktor resiko dapat berkembang

9 | P a g e

menjadi MSDs. Maupun orang-orang yang sama-sama terkena faktor resiko

memiliki kombinasi dan derajat keparahan sama, belum tentu memiliki respon

reaksi yang sama. Meskipun demikian, posisi tersebut. Terkadang dengan

bermacam-macam tugas, kelompok otot mempunyai periode aktivitas dengan

periode istirahat tertentu, hal seperti ini yang mungkin memberikan keuntungan

untuk mengurangi terjadinya kemungkinan cedera.

Gejala Muskulosskeletal disorders

Gejala Musculoskeletal disorders dapat menyerang secara cepat maupun

lambat, menurut Kromer 1989, ada 3 tahap terjadinya MSDs yaitu :

Tahap 1 : sakit atau pegal – pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala ini

biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam) sehingga tidak

mengurangi kapasitas pekerjaan.

Tahap 2 : gejala ini tetap ada setelah melewati satu malam setelah bekerja.

Kadang – kadang mengurangi pekerjaan.

Tahap 3 : gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi ketika

bergerak secara terus – menerus. Dapat mengganggu tidur dan pekerjaan sehingga

kadang – kadang tidak sesuai kapasitas kerja.

Macam-Macam Musculoskeletal Disorders

Lokasi timbulnya gejala menjadi salah satu ciri adanya MSDs, seperti

pada tulang punggung, tangan dan pergelangan.

Sakit pada Tulang Belakang Bagian Bawah

Low back pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal

yaitu L4 dan L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh

membungkuk ke depan maka akan terjadi penekanan pada discus.Hal ini

berhubungan dengan posisi duduk yang janggal, kursi yang tidak

ergonomis, dan peralatan lainnya yang tidak sesuai dengan antopometri

pekerja.

Hal lain yang terpisah tetapi terkait dengan sakit tulang belakang

bagian bawah adalah cedera tulang belakang. Ini biasanya terjadi secara

10 | P a g e

akut, peristiwa mendadak sakit tulang belakang atau “penyakit pegal pada

pinggang” berhubungan dengan suatu peristiwa yang spesifik. Cedera

seperti itu pada umumnya tidak dianggap sebagai MSDs yang di

hubungkan daengan gerakan berulang. Meskipun demikian, ada juga

cedera seperti itu yang menyebabkan rasa sakit apabila melakukan gerakan

berulang tertentu.

Perawatan dari sakit tulang belakang bagian bawah ini harus

dibedakan untuk masing-masing pasien. Karena penyebab timbulnya rasa

sakit pada tiap-tiap pasien itu berbeda-beda. Sementara ada bukti ilmiah

yang mendukung intervensi spesifik, seperti koreksi postur tubuh, posisi

tubuh pasien, latihan umum dan teknik-teknik fisioterapi spesifik yang

mungkin akan sangat bermanfaat.

Sakit pada Tulang Belakang Bagian Atas

Tulang thorax (thoracic spine) dirancang untuk mendukung organ

penting didalamnya dan sangat kuat. Jarang sekali mengalami gejala-

gejala degeneratif karena pergerakannya kecil dan sangat stabil. Meski

struktur-struktur dari tulang belakang jarang cedera, tetapi beberapa

kondisi-kondisi seperti osteoporosis dapat mempengaruhi kondisi spesifik

seperti tekanan yang mematahkan. Tulang thorax sering dilibatkan dalam

skoliosis yang idiopatik atau kebongkokan. Hal ini kemudian dapat

berkembang menjadi kondisi yang menyakitkan, meski sumber dan

penyebab yang tepat sering kali belum jelas.

Mungkin hal tersebut merupakan penyebab yang sering timbul

pada bagian pertengahan tulang belakang, tetapi sekali lagi sangatlah sulit

untuk dapat mendiagnosa dengan tepat nyeri otot dari otot-otot postural

dan otot-otot tulang belikat. Kontribusi dari postur yang abnormal, postur

statis, kekuatan dan daya tahan yang lemah dan menyeluruh

mempengaruhi keadaan individu dan perlu untuk diperhitungkan.

Beberapa usaha rehabilitasi harus melibatkan otot-otot yang besar,

11 | P a g e

termasuk peregangan, latihan-latihan penguatan, aktivitas fungsional, dan

perhatian pada postur tubuh.

Sakit pada Tangan dan Pergelangan tangan

MSDs dari tangan dan pergelangan tangan dapat terjadi dalam

bermacam-macam bentuk seperti, kelainan trauma kumulatif, cedera

karena ketegangan, trauma mikro karena pekerjaan berulang, sindrom

penggunaan berlebih, sindrom terowongan karpus (carpal tunnel

syndrome) dan kelainan karena tekanan yang berulang. Hal dominan yang

menjadi penyebab kelainan gerakan berulang adalah gerakan-gerakan

pembelokan dan perluasan dari pergelangan tangan dan jari-jari. Secara

kronis gerakan berulang tersebut terutama pada posisi pinch menjadi

penyebab terbanyak. Hal umum lain yang menyokong faktor-faktor

terjadinya cedera pada tangan dan pergelangan tangan termasuk gerakan-

gerakan di mana pergelangan tangan itu menyimpang dari posisi netral

menjadi posisi yang abnormal ataupun tidak biasa; bekerja untuk periode

waktu yang lama tanpa istirahat atau pertukaran otot-otot tangan dan

lengan bawah; tekanan mekanik pada persarafan dari genggaman pada tepi

tajam dari instrument, pekerjaan yang membutuhkan kekuatan berlebih

dan memperluas penggunaan dari instrument-instrument yang bergetar

seperti dental handpieces.

LO 2. Mengetahui Tujuan, Prinsip , dan Tata ruang Ergonomis Dalam

Praktek Dokter gigi

2.1. Tujuan Penerapan Ergonomi

Tujuan-tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut :

Kesejahteraan Fisik

Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,

mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

Kesejahteraan Sosial

12 | P a g e

Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak

sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial

baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

Keseimbangan Rasional

Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan

antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas

kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

2.1.1. Optimalisasi

Memperbaiki performansi kerja manusia, seperti menambah

ketepatan kerja dan mengurangi energi yang berlebihan serta

mengurangi kelelahan.

Memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia melalui

peningkatan ketrampilan (skill)yang diperlukan.

2.1.2. Efisiensi

Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan

kerusakan peralatan yang disebabkan human error.

Mengurangi biaya.

2.1.3. Kesehatan

Meningkatkan keselamatan kerja dari bahaya cidera dan

penyakit akibat kerja.

Menurunkan beban kerja fisik dan mental.

2.1.4. Keamanan

Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya

pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, mengupayakan

promosi dan kepuasan kerja.

2.1.5. Kenyamanan

Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan

kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat,

guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu

usia produktif maupun setelah tidak produktif.

Memperbaiki kenyamanan manusia dalam bekerja.

13 | P a g e

2.2. Prinsip Penerapan Ergonomi Dalam Praktek Dokter gigi

2.2.1. Work in Neutral Postures (bekerja dalam posisi netral)

2.2.2. Reduce Excessive Force (mengurangi beban yang

berlebihan)

Tekanan yang berlebihan pada otot akan berpotensi menyebabkan

kelelahan dan cedera.

2.2.3. Keep Everything in Easy Reach (membuat semua mudah

untuk dijangkau)

Benda yang paling sering digunakan harus berada di daerah

jangkauan tangan, susun kembali daerah kerja dan semakin

mudah dalam gerakkan.

2.2.4. Work at Proper Heights (bekerja dengan ketinggian yang

seasuai)

Dari pengalaman baik adalah bahwa kebanyakan pekerjaan harus

dilakukan didekat sekitar tingginya, apakah duduk atau berdiri.

Pekerjaan lebih berat adalah sering terbaik melakukan lebih

rendah dari tingginya siku. Ketepatan bekerja atau pekerjaan

secara visual keras adalah sering terbaik melakukan didekat

kemuliaan di atas.

2.2.5. Reduce Excessive Motions (mengurangi gerakan

berlebihan)

Kurangi jumlah gerakan selama kerja, baik lengan, jari maupun

punggung.

2.2.6. Minimize Fatigue and Static Load (memperkecil kelelahan

dan beban statis)

Berada dalam posisi kerja yang sama untuk beberapa waktu

dikenal sebagai beban statis. Ini menyebabkan kegelisahan dan

kelelahan dan dapat menghambat pekerjaan.

2.2.7. Minimize Pressure Points (memperkecil tekanan)

Pada beberapa pekerjaan kita harus hati-hati terhadap poin-poin

tekanan berlebihan, yang sering disebut ” tekanan kontak.”

14 | P a g e

2.2.8. Provide Clearance (menyediakan tempat yang sesuai/

memeriksa ksesuaian tempat)

Pekerjaan pada Area tertentu perlu untuk disediakan ruang cukup

untuk kepala, lutut dan kaki.

2.2.9. Move, Exercise and Stretch (pindah tempat; bergerak, dan

mereregangkan otot dan sendi)

Agar tidak mudah lelah tubuh perlu digerakkan dan diregangkan.

2.2.10. Maintain a Comfortable Environment (melihara suatu lingkungan

yang nyaman)

Jaga leher tetap lurus,Jaga agar Siku dalam posisi yang benar dan

bahu bersantai. Salah satu jalan yang paling sederhana untuk

mengurangi kelelahan manual adalah untuk menggunakan alat

bantu yang sesuai. Memakai bantalan pada tangan untuk

pekerajaan-pekerjaan tertentu akan mengurangi beban kerja.

Merubah tata letak/ruang untuk meminimalkan gerakan. Ada

Kecenderungan lengan bawah mengalami kontak langsung

terhadap tepi yang keras suatu meja kerja yang akan menciptakan

suatu titik tekanan. Dihilangakan dengan memasang lapisan yang

elastis pada tepi itu dan biasanya ini akan membantu.

2.3. Tata Ruang Dalam Manajemen Praktek Dokter gigi

2.3.1. Tata Ruang

Tata ruang secara ergonomi dalam praktek dokter gigi :

Dalam praktek dokter gigi, ruang periksa merupakan ruang

utama dimana tata letak peralatan dalam ruangan ini berorientasi

dengan memberi kenyamanan dan kemudahan bagi dokter gigi,

perawat gigi maupun pasien ketika proses perwatan tengah

dilakukan. Luas ruang periksa harus cukup, karena didalamnya

terdapat berbagai perlatan dan tentunya minimal satu dental unit

yang wajib terdapat di dalamnya. Untuk satu dental unit, minimal

luas ruang periksa adalah 2,5 x 3,5 meter. Dalam peletakkannya,

15 | P a g e

yang perlu diperhatikan adalah letak dental unit. Dimana dental

unit dapat direbahkan/dipanjangkan hingga 1,8 – 2 meter.

Dibelakang dental unit diberi space sebesar 1 meter untuk static

zone. Sehingga jarak ideal antara bagian bawah dental unit

dengan dinding belakang adalah 3 meter. Dimana dapat

diletakkan dental cabinet pada dinding belakang yang menempel

pada dinding. Space sisa 1 meter dapat digunakan untuk

meletakkan mobile cabinet di static zone. Kemudian lebar dental

unit adalah sekitar 0,9m dan apabila tray dalam kondisi terbuka

dapat mencapai 1,5 meter. Jarak masing – masing samping dental

unit minimal 0,8 m un tuk operator’s zone dan assistant’s zone.

2.3.2. Temperatur

Temperatur ideal ruang receptionis sebaiknya 72° F.

Temperatur ideal untuk ruang klinisi lebih rendah yaitu 68°F

sampai 70°F karena ruangb tersebut tertutup dan memiliki

penerangan yang hangat.

Pergantian udara sebaiknya konstan.

2.3.3. Pencahayaan

Pada ruangan reseptionis pencahayaan yang lebih decorative

dipilih, misalnya meja, floor lamps yang cukup untuk

membaca.

Ruang bisnis, laboratorium dan ruang sterilisasi sebaiknya

menggunakan fluorescent lighting yang memilki radiasi yang

sedikit panas.

Pencahayaan tambahan dibutuhkan di ruang klinisi untuk

prosedur dan di laboratorium.

2.3.4. Wall dan floor covering

Penggunaan warna yang menenangkan, relaxing, dan tidak

terkesan terlalu ramai.

Wall covering termasuk cat wallpaper atau keduanya.

16 | P a g e

Pemilihan floor covering dengan karpet yang tahan lama cocok

untuk ruang reseptionis, administrative dan dentist’s private

office.

Material untuk control infeksi seperti vinyl cocok untuk ruang

sterilisasi.

2.3.5. Traffic control

Perabot ruangan sebaiknya ditata sedemikian rupa sehingga

ketika pasien masuk ke dalam klinik akan menimbulkan kesan

yang nyaman.

Ruangan yang trepisah sebaiknya disediakan untuk pasien

yang akan check in dan check out.

Di bagian belakang klinik sebaiknya didesain untuk

kemudahan masuknya dan keluarnya dental team tanpa timbul

kekacauan.

2.3.6. Sound control

Ruang praktik sebaiknya meminimalkan suara dari ruang yang

satu dengan yang lain.

Music sebaiknya diputar untuk mengalihkan perhatian.

2.3.7. Privacy

Ruang khusus membutuhkan privasi.

Ruang administrative sebaiknya didesain dengan privasi yang

baik khususnyua jika pasien akan mendiskusikan masalah

keuangan dengan staff bisnis.

2.3.8. Ruangan

Pada dental office sebaiknya memillih ruangan : reception

area, sterilization area, administrative area, clinical treatment

area, the dentist’s private office, dental laboratory.

2.3.9. Peralatan

Kriteria fisik yang harus dipertimbangkan ketika merancang

peralatan gigi :

17 | P a g e

Peralatan gigi harus sesuai dengan berbagai pasien.

Interval penyesuaian ketinggian.

Peralatan gigi harus memungkinkan penempatan peralatan

lainnya.

Warna, bentuk, tekstur, dan arah gerakan yang diperlukan

untuk beroperasi yang dipilih dalam batas kapasitas manusia.

LO 3. Komponen, Sistem, dan Tujuan dari Konsep Four Handed Dentistry

Komponen

Dalam konsep four handed dentistry ini, suatu praktik dokter gigi terdiri

dari dokter gigi dan asisten. Dokter gigi dan asisten ini memiliki keterampilan

masing-masing sehingga dalam melaksanakan tugasnya dapat mencapai tujuan

tujuan yang diharapkan.

Sistem

Sistem four handed dentistry meliputi posisi komponen (dokter gigi dan

asisten), peran komponen yang dihubungkan dengan tata letak peralatan di dental

unit dan posisi pasien dalam suatu praktik dokter gigi.

Berikut ini pembagian posisi kerja dokter gigi dan perawat gigi, yang

dibagi menjadi 4 zona :

18 | P a g e

A. Static zone arah jam 11 – 2 merupakan zona tanpa pergerakan dokter gigi

maupun perawat gigi. Serta merupakan zona yang tidak terlihat oleh

pasien. Sehingga dapat digunakan untuk meletakkan mobile cabinet dan

alat – alat yang mungkin dapat membuat takut pasien.

B. Assistant’s zone arah jam 2 – 4 merupakan zona pergerakan perawat gigi.

C. Operator’s zone arah jam 8 – 11 merupakan zona pergerakan dokter gigi.

D. Transfer zone arah jam 4 – 8 merupakan zona dimana alat dipertukarkan

antara dokter gigi dan perawat gigi.

Berikut ini adalah peran komponen yang dihubungkan dengan tata letak

peralatan di dental unit dan posisi pasien, diantaranya :

Bidang perawatan (operatory-field)dibentuk sedemikian rupa sehingga

terdapat ruang bebas, baik bagi asisten, dokter gigi dan pasien. Kondisi ini

bertujuan agar pasien tidak merasa terkurung oleh doter gigi maupun

asisten.

Asisten harus lebih sering menangani peralatan misalnya saliva ejector,

suction pump, handpiece dan bor, sehingga dokter gigi tidak perlu

melakukannya sendiri dan lebih berkonsentrasi langsung pada perawatan

pasien.

Letak peralatan yang harus ditangani asisen lebih banyak berada pada sisi

asisten untuk memudahkan pemindahan alat ke dokter gigi. Posisi alat

berada di depan asisten dan jangan di samping asisten, agar tidak perlu

melakukan gerakan tubuh memutar.

Asisten juga harus berada di daerah yang bebas agar mudah memindahkan

alat tanpa melewati dada pasien.

Tujuan

Mempercepat proses perawatan gigi yang diberikan pada pasien dan

mengurangi kelelahan baik untuk pasien dan tenaga pekerjaan Untuk

19 | P a g e

mendapatkan hasil yang optimal pada pekerjaan dokter gigi. hal ini dapat

dicapai dengan mengusai pengetahuan dan teknik kerja.

Untuk bekerja secara efisien. Efisiensi kerja dapat ditingkatkan dengan

cara meletakkan peralatan dan bahan disusun secara berurutan dengan

tahap prosedur kerja yang dilakukan.

Supaya dokter gigi dapat bekerja dengan nyaman. Hal ini dapat dicapai

dengan cara meletakkan dental chair, meja peralata, lampu serta posisi

operator dan asistennya.

Untuk mendapatkan kepercayaan dari pasien. kerja yang efisien dan

kenyamanan pasien akan memberikan rasa kepercayaan pasien kepada

dokter gigi dan membina hubungan yang positif antara pasien dengan

dokter gigi.

Mencegah terjadinya pergerakan yang menegangkan otot serta

perpindahan pandangan dokter gigi dari daerah mulut pasien, sehingga

menghindari kelelahan mata operator. Kelelahan mata tersebut dapat

dihindari jika posisi kerja dokter gigi dan asistennya yang benar, dan

penggunaan dental light yang benar sehingga pencahayaan yang diterima

baik sehingga dalam hal ini peran asisten sangat dibutuhkan agar kerja

dokter gigi lebih efektif dan efisien

20 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Lederas S, Felsenfeld AL, Ergonomic and the Dental Office: an overview and

consideration of regulatory influence. J Calif Dent Assoc (online) 2002.

Available from http://www.cda.org/member/pubs/journal/regulatory.html.

Arief Cahyanto. ―Makalah: Aspek Ergonomik di Bidang Kedokteran Gigi‖.

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran. Bandung. 2003.

Rahmaniyah Dwi Astuti. Analisa Pengaruh Aktivitas Kerja dan beban Angkat

Terhadap Kelelahan Muskuloskeletal. Gema Teknik, No.2. Tahun X, Juli

2007.

Pargali, N. Jowkar, N. Prevalence of Musculoskeletal Pain Among Dentists in

Shiraz, Southern Iran.

www.theijoem.com/ijoem/index.php/ijoem/article/download/26/59. International

Journal of Occupational and Environmental Medicine.Vol. 1 No. 2. 2010.

Andayasari, Lelly. 2012. Media Litbang Kesehatan Volume 22 Artikel: Gangguan

Muskuloskeletal Pada Praktik Dokter Gigi dan Upaya Pencegahannya.

Elyas, Yudi. 2012. Gambaran Tingkat Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs)

pada Perawatan saat Melakukan Aktivitas Kerja di ruang ICU PJT RSCM

Berdasarkan Metode Rapid Entire Body Assesment (REBA). Jakarta : FIK

UI.

Anononim. Ergonomi. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI Design

by Feel Papers. www.designbyfeel.com. Diakses 4 Juli 2006.

21 | P a g e