laporan tutorial blok metabolisme skenarion 2
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
Blok IV Metabolisme Nutrisi dan Obat
Skenario 2
Perlemakan Hati, Obesitas, Asam Urat,
dan Hubungannya dengan Gangguan Metabolisme Tubuh
Disusun oleh:
Kelompok 13
Citra Aristasari (G0007188)Andrio Palayukan (G0011022)Annisa Susilowati (G0011030)Bima Kusuma Jati (G0011054)Cakradenta Yudha Poetera (G0011056)Arwindya Galih Desvitarini (G0011040)Astridia Maharani P.D. (G0011042)Azizah Amalia N. (G0011048)I Kadek Rusjaya (G0011110)Chantika Bunga Nugraha (G0011058)Dewi Khoirun Nafsiyah (G0011070)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, di mana telah terjadi peningkatan kesejahteraan hidup
masyarakat secara luas, penyakit obesitas yang pada zaman dahulu hanya menyerang
orang-orang dengan perekonomian golongan atas, kini juga telah menjamah masyarakat
dengan perekonomian golongan menengah ke bawah. Hal ini berkaitan erat dengan
gaya hidup yang tidak sehat seperti asupan makanan yang berlebihan dan kurangnya
aktivitas fisik (Hadi, 2005).
Penyakit obesitas ini menjadi prevalensi terjadinya penyakit-penyakit lain
seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, stroke dan sebagainya yang
dianggap berbahaya dan mematikan. Oleh karena itu, penting bagi para calon dokter
untuk mengetahui penyakit ini, etiologi, komplikasi dan penanganan yang tepat agar
kelak dapat membantu pasien dengan penyakit ini untuk mengontrol penyakitnya.
B. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Penulis dan rekan-rekan membuat laporan ini dengan tujuan agar Penulis dan
rekan-rekan memahami metabolisme karbohidrat, lemak dan purin, juga mengetahui
etiologi terjadinya obesitas, komplikasi dan tatalaksananya serta hubungannya dengan
terjadinya fatty liver dan gout.
Laporan ini bermanfaat secara teoretikal agar orang lain yang membaca laporan
ini dapat menambah ilmu pengetahuan.
C. Definisi Kasus
1. Wanita, 40 th, keluhan: kegemukan dan semakin berat, sang anak juga gemuk.
2. Pemeriksaan fisik: tinggi badan 150 cm, berat badan 80 kg. Lingkar pinggang
100 cm, terdapat benjolan di ruas ibu jari kaki kanan.
3. Pemeriksaan laboratorium: GDP 120 mg/dL, Trigliserid 350 mg/dL, LDL 250
mg/dL, HDL 35 mg/dL, asam urat 10 mg/dL.
4. Pemeriksaan USG: fatty liver.
D. Hipotesis
Dari uraian kasus di atas, Penulis dan rekan-rekan memilikihi hipotesis awal
pasien mengalami obesitas dengan komplikasi fatty liver, gout arthritis stadium awal
dan pre-diabetes.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fungsi dan Metabolisme Purin, Karbohidrat, dan Lipid
1. Purin
Dalam kehidupannya, manusia pasti mengkonsumsi berbagai jenis
makanan, dan berbagai kandungan zat makanan yang terkandung di dalamnya
mengalami metabolisme dalam tubuh, salah satunya adalah makanan yang
mengandung nukleoprotein. Meskipun manusia mengkonsumsi makanan yang
mengandung nukleoprotein, purin dan pirimidin dari makanan tidak
diinkorporasikan secara langsung ke dalam asam nukleat jaringan tubuh. Purin
terdiri dari purin utama yaitu adenin, dan guanin, hipoxantin dan xantin.
Nukloprotein diubah oleh enzim proteolitik di dalam usus menjadi asam
nukleat. Kemudian asam nukleat diubah oleh getah pancreas menjadi nukleotida.
Nuklease pancreas dibantu enzim-enzim usus polinukleotidase atau fosfoesterase.
Setelah itu nukleotida dihidrolisa oleh enzim nukleotidase den fosfatase menjadi
nukleosida. Nukleosida ini bisa langsung diserap oleh tubuh. Nukleosida diubah
menjadi purin atau pirimidin bebas oleh enzim fosforilase di dalam usus.
Kemudian masing-masing purin yang terbentuk dioksidasi. Guanin diubah
menjadi xantin, xantin dibah menjadi asam urat oleh enzim xantin oxidase.
Sedangkan adenosine diubah menjadi inosin, inosin diubah menjadi hipoxantin,
hipoxantin diubah menjadi xantin, kemudian xantin diubah menjadi asam urat
oleh xantin oxidase.
Manusia mengubah nukleosida purin menjadi asam urat yang terutama
terjadi di hati. Kadar normal asam urat dalam tubuh adalah 3-9 mg/dl (Murray et
al, 2003).
2. Karbohidrat
Karbohidrat diklasifikasikan menjadi monosakarida, disakarida,
oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak bisa
disederhanakan lagi, contohnya glukosa, galakstosa, fruktosa. Disakarida bila
dihidrolisis akan menghasilkan dua molekul monosakarida yang sama atau
berbeda. Sebagai contoh laktosa yang menghasilkan satu molekul glukosa dan
satu molekul galaktosa. Oligosakarida menghasilkan dua hingga sepuluh unit
monosakarida pada hidrolisis. Sedangkan, polisakarida menghasilkan lebih dari
sepuluh molekul monosakarida. Gula glukosa merupakan karbohidrat terpenting
dan bahan bakar utama yang bisa diubah menjadi jenis lain dengan fungsi lebih
spesifik. Dalam bentuk glukosalah karbohidrat dikonversi di dalam tubuh (Murray
et al, 2003).
Untuk mengubah glukosa menjadi sumber energi yang dapat digunakan,
maka glukosa akan melewati tahap-tahap respirasi seluler yang meliputi
Glikolisis, DO asam piruvat, siklus krebs, dan transpor elektron. Glikolisis terjadi
di sitosol, mengawali perombakan dengan pemecahan glukosa menjadi dua
molekul piruvat. Piruvat akan melalui tahap DO asam piruvat menjadi acetyl ko-A
dan selanjutnya masuk dalam siklus krebs dengan hasil akhir berupa ATP,
NADH, dan FADH2. setelah melalui transfer elektron, total ATP yang dihasilkan
oleh satu molekul glukosa adalah 36ATP (Campbell et al, 2002).
Kelebihan kadar glukosa dalam darah akan disimpan di hati dan otot dalam
bentuk glikogen dengan bantuan hormon insulin. Bila dalam keadaan tertentu
kadar glukosa dalam darah menurun, glikogen diubah lagi menjadi glukosa oleh
hormon adrenalin (Guyton dan Hall, 2007).
3. Lipid
Beberapa senyawa kimia di dalam makanan dan tubuh diklasifikasikan
sebagai lipid. Lipid ini meliputi lemak netral yang disebut juga sebagai trigliserida
(terbentuk dari tiga asam lemak dan gliserol), fosfolipid, kolesterol , dan beberapa
lipid lain. Trigliserida terutama dipakai tubuh untuk menyediakan energi bagi
berbagai proses metabolik. Akan tetapi beberapa lipid dipakai untuk membentuk
semua membran sel dan untuk melakukan fungsi-fungsi sel yang lain
Selama pencernaan trigliserid dipecah menjadi monogliserida dan asam
lemak, ketika melewati sel epitel usus, akan diubah lagi menjadi trigliserid dan
masuk ke pembuluh limfe dalam bentuk droplet kecil yang disebut kilomikron.
Kilomikron lalu ditrasnpor melalui duktus torasikus dan masuk ke dalam vena
yang bersirkulasi. Pengeluaran kilomikron dari darah terjadi ketika melewati
kapiler jaringan adiposa atau hati yang banyak mengandung enzim lipoprotein
lipase. Enzim tersebut aktif di endotel tempat anzim menghidrolisis triliserid dari
kilomikron menjadi asam lemak saat mereka melekat pada dinding endotel.
Pada keadaan setelah penyerapan, setelah semua kilomikron keluar dari
darah, 95% lipid dalam plasma darah berbentuk lipoprotein, yaitu partikel yang
lebih kecil dari kilomikron. Ada empat jenis lipoprotein berdasarkan densitasnya,
very low density lipoproteins (VLDL), intermediate densuty lipoproteins (IDL),
low density lipoproteins (LDL), dan high density lipoprotein(HDL) . VLDL
berfungsi untuk mengangkut trigliserida yang disintesis di hati terutama ke
jaringan adiposa, sedangkan lipoprotein lainnya terutama penting dalam berbagai
tahap transpor fosfolipid dan kolestrerol dari hati ke jaringan perifer kembali ke
sel hati. LDL adalah bentuk dalam tahap akhir metabolisme VLDL yang
mengeluarkan sebagian trigliseridanya sehingga konsentrasi kolesterolnya sangat
tinggi. Selama transport kolesterol ia menimbulkan banyak sisa-sisa atau kotoran
dalam darah, oleh kerananya ia disebut “lemak jahat”. Sedangkan HDL
mengandung protein berkonsentrasi tinggi dengan konsentrasi kolesterol dan
fosfolipid yang jauh lebih kecil. Fungsinya adalah mengambil kolesterol yang
dilepaskan ke dalam plasma darah sehingga disebut “lamak baik” (Guyton dan
Hall, 2007)
Sejumlah besar lamak disimpan dalam jaringan adiposa dan hati. Fungsi
utama jaringan adiposa adalah untuk menyimpan trigliserida sampai diperlukan
untuk membentuk energi dalam tubuh, fungsi tambahannya adalah untuk
menyediakan penyekat panas untuk tubuh. Adiposit (sel lemak)menyimpan
trigliserida sebesar 80-95% volume sel dan dapat bertambah besar sekitar 50 kali
lipat (Guyton dan Hall, 2007).
Ketika lipid akan digunakan sebagai sumber energi, akan terjadi lipolisis,
yaitu hidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol yang akan ditransfer
ke jaringan yang aktif tempak oksidasi untuk menghasilkan energi. Asam lemak
akan mengalami oksidasi beta menjadi acetyl ko-A agar dapat masuk dalam siklus
kreb dan menghasilkan ATP. Ketika jumlah Acetyl Ko-A berlebih, maka akan
terjadi proses lipogenesis yaitu perubahan Acetyl Ko-A menjadi asam lemak.
Lipolisis dan lipogenesis dirangsang oleh insulin, dihambat oleh Growth Hormone
dan leptin. Dan distimulasi oleh ASP (IPD FK UI, 2006).
B. Fatty Liver
Perlemakan hati (fatty liver) merupakan sejenis penyakit hati kronis.
Fatty liver adalah suatu keadaan di mana terjadi penimbunan lemak yang
berlebihan di sel-sel liver. Sebenarnya liver mengandung lemak bukan keadaan
abnormal. Tetapi apabila berat lemaknya sudah lebih dari 10% dari berat liver itu
sendiri, sehingga sebagian sel-sel liver yang sehat sudah diganti dengan sel lemak,
hal tersebut sudah tidak normal.
Liver sudah berubah warnanya menjadi kuning mengkilat karena
berlemak, membesar dan lebih berat dari keadaan normal. Inilah yang disebut
dengan fatty liver/perlemakan hati. Biasanya fatty liver tidak berbahaya, karena
fungsi liver juga tidak terganggu, tetapi untuk jangka panjang fatty liver sering
berpotensi menjadi penyebab kerusakan hati dan sirosis hati. Jenis penyakit fatty
liver dapat dimulai dari steatosis (hanya perlemakan hati) dan steatohepatitis
(perlemakan hati disertai dengan inflamasi). Keadaan ini dapat terjadi karena
beberapa hal, yaitu:
1. konsumsi alkohol yang berlebihan yang disebut dengan ASH (Alcoholic
Steatohepatitis)
2. bukan karena alkohol yang disebut NASH (Nonalcoholic Steatohepatitis).
Fatty liver yang berhubungan dengan penggunaan alcohol bisa terjadi
dengan hanya meminum sebanyak 10oz (+ 300 ml) alkohol perminggu.
Fatty liver jarang menimbulkan keluhan, karena penimbunan lemak ini
terjadinya secara perlahan-lahan. Gejala klinis yang dikeluhkan penderita
biasanya perut terasa penuh, ini disebabkan karena lemak kebanyakan menumpuk
di hati bagian atas. Lalu, perut daerah ulu hati kadang-kadang terasa keras. Pada
waktu penyakit bertambah parah, mungkin penderita akan mengalami rasa lelah,
sakit di sekitar perut, dan lemah. Biasanya penderita tidak tahu kalau ia menderita
fatty liver, dan mereka baru tahu setelah melakukan check up lengkap karena
penyakit lainnya.
Beberapa hal yang dapat memicu fatty liver antara lain:
1. Alcohol.
2. Obat-obatan.
3. Gangguan maupun perubahan hormonal misalnya kehamilan.
4. Metabolic syndrome.
5. Diabetes.
6. Penurunan berat badan yang drastis dan kekurangan gizi.
7. Gaya hidup modern, banyak makan kalori tinggi. Memakan banyak kalori
dapat menyebabkan lemak bertumpuk di liver. Sumber kalori yang tinggi dari
lemak (selain alcohol). Ditambah tidak berolah raga
8. Kegemukan/Kelebihan berat badan terutama lemak di perut. (liver yang sehat
dapat mengatur metabolisme lemak, bukan itu saja tetapi dapat mengeluarkan
kelebihan lemak melalui empedu.
Penyakit fatty liver kemungkinan besar dialami oleh orang-orang berikut.
1. 80% penderita fatty liver adalah obese untuk NASH (Nonalcoholic
Steatohepatitis). Resiko fatty liver meningkat bagi yang kelebihan berat dan
obese.
2. Penderita Diabetes.
3. Penderita trigliserid yang tinggi.
Penanganan fatty liver disesuaikan dengan penyebabnya. Jika:
1. Kegemukan, turunkan berat badan. Turun berat badan yang aman adalah 1/2
kg per minggu.
2. Tinggi trigliserid, turunkan.
3. Hindari alcohol, jika konsumsi alcohol.
Pola makan yang baik untuk penderita fatty liver antara lain:
1. Hindari makanan hewani terutama yang berlemak, hindari gorengan dan
makanan proses.
2. Kurangi konsumsi karbohidrat yang sudah direfined misalnya gula putih, roti
putih, nasi putih, mie, kue-kue, biscuit, pudding dll.
3. Hindari produk susu seperti susu sapi, cheese, cream atau butter.
4. Hindari semua margarine dan sejenisnya.
5. Hindari semua makanan dan minuman manis-manis.
6. Hindari pemanis buatan.
7. Perbanyak makan buah-buahan dan sayuran mentah.
8. Minumlah paling sedikit 2 liter air sehari.
C. Penyakit yang Menyertai Fatty Liver
1. Obesitas
Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan
rangka dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebih dalam tubuh (Dorland,
2006). Obesitas timbul akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi.
Kelebihan energi akan disimpan dalam adiposit atau sel lemak dan hati. Jumlah
adiposit hanya dapat bertambah hanya selama masa balita dan kanak-kanak, dan
kelebihan masukan energi pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan obesitas
hiperplastik, yang ditandai dengan peningkatan jumlah adiposit dan hanya sedikit
peningkatan ukuran adiposit. Sedangkan, pada orang dewasa obesitas terjadi
karena peningkatan ukuran adiposit yang dapat membesar sampai 50 kali.
Pada seseorang yang obese adanya penumpukan cadangan energi akan
disimpan dalam bentuk lemak di adiposit dan hati. Akibat sedikitnya energi yang
dikeluarkan, asam lemak yang disimpan di dalam hati pun tidak dipecah untuk
dipakai sebagai sumber energi.bila hal ini terjadi, akan mengakibatkan terjadinya
perlemakan hati.
Penyebab obesitas antara lain:
Gaya hidup yang tidak aktif
Perilaku makan yang tidak baik
Faktor lingkungan, sosial, psikologis yang dapat menyebabkan perilaku makan
abnormal. Prevalensi obese diikuti dengan makanan berenegi tinggi. Ketika
seseorang dalam keadaan stres, nafsu makannya cenderung meningkat.
Nutrisi berlebih pada masa kanak-kanak
Kelainan neurogenik. Adanya perubahan susunan fungsional hipotalamus atau
pusat makan neurogenik lainnya.
Faktor genetik. Obesitas menurun dalam keluarga, tetapi peran genetik yang
pasti menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan. Salah satunya adalah
defisiensi leptin kongenital dan mutasi reseptor leptin akibat mutasi gen yang
sangat jarang ditemukan (Guyton dan Hall, 2007).
Perhitungan IMT adalah berat badan dalam kg dibagi dengan kuadrat
dari tinggi badan dalam meter, atau BB (kg)/(TB (m))2. Di bawah ini merupakan
tabel klasifikasi berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan
IMT menurut WHO :
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Berat badan kurang < 18.5
Kisaran normal 18.5 – 24.9
Berat badan lebih >25
Pre-obesitas 25.5 – 29.9
Obesitas tingkat I 30.0 – 34.9
Obesitas tingkat II 35.0 – 39.9
Obesitas tingkat III > 40
2. Gout
Gout adalah penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh
secara berlebihan, karena produksi meningkat sedangkan ekskresi menurun dan
asupan makanan kaya purin meningkat. Penyakit ini ditandai dengan munculnya
gejala seperti serangan berulang dari arthritis akut, kadang disertai pembentukan
kristal natrium urat besar (TOPHI), kerusakan sendi secara kronis, dan cedera
pada ginjal. seringkali juga diikuti dengan munculnya benjolan di bagian sendi.
Pada kasus skenario ini benjolan terdapat padaruas ibu jari kaki kanan. Benjolan
ini diakibatkan karena asam urat yang tinggi (hiperurisemia) sehingga
menimbulkan kristal keras pada sendi kemudian mengakibatkan peradangan
sendi.
Gout dibagi menjadi dua, yaitu gout primer dimana penyebabnya tidak
diketahui atau disebut kelainan proses metabolisme dalam tubuh dan gout
sekunder dimana penyebabnya dapat diketahui.
3. Diabetes Militus
Pada pasien dengan obesitas dan fatty liver memiliki potensi risiko
terkena penyakit diabetes melitus. Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan
pemeriksaan penyaring. Uji diagnostik DM dilakukan pada mereka yang
menunjukkan gejala/tanda DM, sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan
untuk mengidentifikasi mereka yang tidak bergejala, namun memiliki rsiko DM.
(Serangkaian uji dignostik akan dilakukan kemudian pada mereka yang hasil
pemeriksaan penyaringnya positif, untuk memastikan diagnosis definitif.)
Alur diagnosis DM dibagi menjadi dua bagian besar berasarkan ada
tidaknya gejala khas DM, gejala khas DM terdiri dari poliuria, polidipsia,
polifagia, dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala
tidak khas DM diantaranya lemas, kesemutan, luka yang suit sembuh, gatal,
mata kabur, disfungsi ereksi (pria) dan pruritus vulva (wanita). Apabila
ditemukan gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali saja
sudah cukup untuk menegakkan diagnosis, namun apabila tidak ditemukan
gejala khas DM, maka diperlukan dua kali pemeriksaan glukosa darah abnormal.
Adapun kriteria diagnosis DM antara lain :
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/L).
Glukosa plasma darah sewaktu merupakan hasil pemeiksaan sesaat pada
suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.
2. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L). Puasa
diartikan pasien tiak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO (tes toleransi glukosa oral) ≥ 200 mg/dl
(11,1 mmol/L).
Pada skenario, hasil pemeriksaan lab gula darah puasa wanita tersebut
adalah 120 mg/dl. Hal ini berarti masih di bawah kriteria glukosa plasma puasa
diagnosis DM. Namun angka tersebut sangat mendekati angka kriteria DM.
Kemungkinan wanita tersebut dalam masa pre-diabetes. Pre-diabetes adalah
kondisi abnormalitas metabolisme glukosa yang ditandai dengan peningkatan
gula darah puasa (yang disebut Gula Darah Puasa Terganggu = GDPT) dan/atau
peningkatan gula darah post-pandrial (yang disebut Toleransi Glukosa
Terganggu = TGT). GDPT dan TGT ditegakkan berdaarkan kriteria sebaai
berikut:
Kriteria Glukosa Darah (mg/dl)
Gula Darah Puasa
Terganggu (GDPT)100-125
Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT)140-199
GDPT disebabkan karena peningkatan hepatik glukoneogenesis dan
penurunan fungsi pankreas. Sedangkan TGT lebih banyak disebabkan karena
resistansi insulin. Kurang lebih 30-40% pasien dengan pre diabetes akan menjadi
diabetes tipe 2 dalam kurun waktu 5 tahun pertama. (Sudoyo et al, 2009).
BAB III
PEMBAHASAN
Pada skenario tersebut, terdapat pasien seorang wanita dengan usia 40 tahun
dengan berat badan 80kg, tinggi badan 150cm, lingkar pinggang 100cm, mengalami
keluhan semakin gemuk. Dokter mendiagnosa adanya fatty liver atau perlemakan hati
berdasarkan pemeriksaan USG abnomen. Dari pemeriksaan fisisk terdapat kelainan
seperti benjolan pada ruas ibu jari kanan yang disebabkan penumpukan asam urat yang
berlebihan, yang merupakan gejala dari penyakit gout sebagai penyakit penyerta dari
fatty liver. Pada wanita tersebut kadar asam urat dalam tubuh mencapai 10 mg/dl,
padahal untuk kadar asam urat yang normal hanya 2,4-5,7 mg/dl. Hal tersebut
dikarenakan adanya gangguan metabolisme protein dan kelebihan menkonsumsi
makanan yang mengandung purin. Penyakit yang menyertai fatty liver selain obesitas
dan gout, yaitu diabetes militus. Hal itu dibuktikan pada pemeriksaan lab, gula darah
puasa yang didapatkan 120mg/dl, seharusnya keadaan normal dari gula darah puasa
yaitu 60-100 mg/dl. Hal itu dikarenakan adanya gangguan metabolisme karbohidrat.
Selain itu pada pemeriksaan high density lipoprotein-cholesterol (HDL) didapatkan
kadarnya 25 mg/dl, yang seharusnya pada keadaan normal HDL mencapai lebih dari 40
mg/dl. Pada pemeriksaan low density lipoprotein-cholesterol (LDL) didapatkan hasil
250 mg/dl, yang seharusnya kadar LDL normal kurang dari 100 mg/dl. Selain itu kadar
trigliserid yang didapat 350 mg/dl. Seharusnya kadar trigliserid normal adalah 10-140
mg/dl. Ketiga hasil pemeriksaan lab tersebut menunjukkan adanya gangguan
metabolisme lemak/lipid.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada skenario kali ini, kelompok kami menyimpulkan bahwa pasien dalam
skenario ini mengalami obesitas. Dari perhitungan indeks massa tubuh diketahui pasien
menderita obesitas tingkat dua. Pada pasien juga ditemukan adanya hiperglikemi yang
menunjukkan pre-diabetes. Peningkatan kadar trigliserida, kadar HDL yang rendah,
kadar LDL yang tinggi menunjukkan adanya dislipidemia, dan kadar asam urat yang
tinggi dengan cirri fisik yang khas menunjukkan adanya gout stadium awal. Apabila
obesitas tak segera ditangani, akan menyebabkan keluhan pasien semakin memburuk.
Obesitas juga menyebabkan ketidakteraturan dalam proses metabolisme dan
cenderung mengalami gangguan. Hal ini diperburuk dengan perlemakan hati, sejauh
yang kita tahu bahwa hati memiliki fungsi vital dalam proses metabolisme makanan dan
obat. Pelemakan hati mengakibatkan gangguan pada proses metabolisme dalam tubuh.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, Penulis dan rekan-rekan menyarankan agar pasien diberi
edukasi dan motifasi untuk merubah pola hidupnya ke pola hidup yang lebih sehat.
Pasien disarankan menurunkan berat badan dengan menjalani diet rendah karbohidrat
dan lemak secara bertahap. Karbohidrat yang dimaksudkan ialah golongan
monosakarida khususnya glukosa yang banyak terdapat pada makanan pokok seperti
nasi, sagu, tepung-tepungan dan gula, serta menurunkan asupan yang mengandung
lemak tinggi terutama pada lemak hewani seperti daging berlemak, kulit, jeroan dan
sebagainya. Pasien diharapkan menghindari makanan yang mengandung purin tinggi
seperti bayam, emping, nanas, otak, kacang-kacangan dan sebagainya karena kadar
asam uratnya tinggi. Selain itu, pasien sebaiknya lebih banyak mengonsumsi makanan
yang tinggi serat karena selain serat dapat mengikat lemak dan membuangnya lewat
feses (serat karbohidrat), serat (dari sayuran berdaun) juga sulit dicerna sehingga akan
tinggal di saluran pencernaan lebih lama. Akibatnya pasien akan kenyang dalam waktu
lama sehingga asupan makanan yang masuk dapat berkurang.
Selain diet, aktivitas fisik yang disarankan adalah kegiatan sehari-hari seperti
naik-turun tangga dan berjalan kaki ke tempat kerja harus tetap dilakukan. Tambahan
aktivitas fisik yang bersifat aerobik seperti berenang, bersepeda santai atau berjalan
cepat juga disarankan dengan durasi 30-60 menit dan frekuensi 3-4 kali seminggu
secara teratur. Intensitas dimulai dari yang ringan dan dapat ditambah seiring waktu.
Apabila kombinasi terapi diet sehat dan aktivitas fisik tak juga mampu
menurunkan berat badan, dapat digunakan obat-obatan seperti Acarbose yang dapat
menghambat penyerapan gula dan sebagainya. Seiring dengan pengaturan diet sehat dan
penurunan berat badan, seharusnya kadar-kadar hasil lab yang tidak normal dapat
dinormalkan. Apabila kegemukan ini bersifat genetik, penggunaan obat-obatan untuk
mengontrol kadar kolesterol, LDL, Trigliserid serta HDL dapat digunakan.
Untuk kasus pasien ini, terapi bedah belum disarankan karena indikasi terapi
bedah adalah obesitas tingkat III.
DAFTAR PUSTAKA
Dabhi, AS, Brahmbhatt, KJ, Pandya, TP. 2008. Non-Alcoholic Fatty Liver
Disease (NAFLD). http://medind.nic.in/jac/t08/i1/jact08i1p36.pdf (1
Desember 2011)
Guyton, Arthur C, Hall, John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta:EGC
Hadi, Hamam. 2005. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada. Yogyakarta: FK UGM
Murray, Robert K, et.al. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: EGC
Soegondo, S, Gustaviani, R. 2006. Ilmu Penyakit Dalam : Sindrom Metabolik.
Jakarta : FKUI
Sudoyo, Aru W., et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V.
Jakarta : Interna Publishing.