laporan transpirasi
DESCRIPTION
TranspirasiTRANSCRIPT
LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN
“Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi”
Oleh:
Nama : Hiya Beny Mahmudain
Nim : 130210103045
Kelas/Kelompok : A/6
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
I. Judul
Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi
II. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui
proses transpirasi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
III. Dasar Teori
Transpirasi merupakan proses penguapan air dari sel-sel yang hidup
pada jaringan tumbuh-tumbuhan. Sel hidup tumbuh-tumbuhan berhubungan
langsung dengan atmosfer melalui stomata dengan lentisel sehingga
transpirasi terjadi melalui kutikula pada daun tumbuh-tumbuhan. Temperatur
yang tinggi akan mempengaruhi kandungan air pada jaringan tumbuhan.
Strategi tumbuhan dalam menghadapi temperatur yang tinggi adalah dengan
meningkatkan proses transpirasi (Wanggai, 2009: 91).
Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor
dalam dan faktor luar. Faktor dalam diantaranya adalah besar – kecilnya
daun, tebal – tipisnya daun, berlapis lilin tidaknya daun, banyak sedikitnya
bulu dan banyak sedikitnya stomata. Sedangkan yang termasuk faktor luar
adalah radiasi, temperatur, kelembaban udara, tekanan udara, angin dan
keadaan air dalam tanah (Tim Dosen Pembina, 2015: 8)
Cahaya matahari memegang peranan yang vital untuk kelangsungan
fisiologis tanaman, terutama transpirasi. Transpirasi cukup penting karena
berkaitan dengan penyerapan unsur hara dan menjaga suhu tubuh tanaman.
Jika intensitas cahaya meningkat jumlah stomata pun cenderung meningkat,
tapi peningkatan tersebut lebih dikarenakan semakin kecilnya ukuran sel
epidermis sehingga jarak antar stomata menjadi lebih dekat (Wahyudi, 2008:
51).
Penurunan total luas daun pada tanaman yang mengalami cekaman
kekeringan dapat dilihat sebagai sebuah strategi untuk menunda cekaman
kekeringan dengan menurunkan total transpirasi tanaman dengan pengaruh
minor terhadap keseimbangan air. Semakin banyak jumlah daun dan
semakin besar indeks luas daun, semakin banyak sinar yang diserap
sehingga serapan cahayanya semakin besar (Parwata, 2014: 62).
Air berperan secara langsung dalam beberapa proses metabolik,
meningkatkan laju transpirasi, sumber hidrogen pada reduksi CO2 dalam
reaksi fotosintesis, pelarut dan pembawa berbagai senyawa,
mempertahankan turgiditas vakuola sel, dan mengatur suhu tubuh tanaman
(Parwata, 2010: 158).
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan
laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan
dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah. Hal
tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi
kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah.
Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar,
gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat
(Tjitrosoepomo, 1998:203).
Perubahan indeks stomata akibat naungan perlu dikaji, karena
stomata berperan penting dalam proses fotosintesis dan transpirasi,
terutama dalam pertukaran gas CO2 dan O2 dalam fotosintesis serta proses
hilangnya air melalui transpirasi. Naungan memperbesar ukuran sel
epidermis dan sel tetangga stoma. Ukuran sel epidermis yang bertambah
menyebabkan stoma satu dengan yang lain tampak berjauhan, sehingga
pada perlakuan naungan stomata terlihat renggang. Pertambahan ukuran
sel epidermis dan sel tetangga stoma menyebabkan jumlah sel epidermis
dan stomata dalam satu bidang pandang mikroskop berkurang. Pencapaian
luas daun per tanaman akan mempengaruhi jumlah sel epidermis dan
stomata per tanaman (Sundari, 2011: 68).
Intensitas cahaya yang tinggi cenderung menurunkan tinggi
tanaman, luas daun dan berat kering total tanaman. Semakin tinggi
intensitas cahaya maka luas daun tanaman cenderung lebih sempit.
Apabila intensitas cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya yang
diterima oleh setiap luasan permukaan daun dalam jangka waktu tertentu
rendah (Nurkhasanah, 2013: 38).
Pada musim panas, transpirasi meningkat dengan cepat pada pagi
hari, puncak laju transpirasi terjadi pada siang hari. Semakin sore laju
transpirasi semakin menurun. Pada malam hari laju transpirasi dapat
dikatakan nol (Putra, 2013: 147).
Sel-sel yang menguapkan airnya kerongga antar sel, tentu akan
mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun.
Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal dari xilem tulang daun,
yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari batang dan batang
menerima dari akar dan seterusnya. Uap air yang terkumpul dalam ronga
antara sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut, selama
stomata pada epidermis daun tidak membuka. Apabila stomata membuka,
maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer kalau
tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel maka uap air
dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut
transpirasi. Jadi syarat utama untuk berlangsungnya transpirasi adalah
adanya penguapan air didalam daun dan terbukanya stomata
(Dwijoseputro, 1980:156).
Suhu udara merupakan faktor lingkungan yang mempunyai
kontribusi yang cukup besar terhadap laju transpirasi dan evaporasi,
semakin tinggi suhu udara maka laju transpirasi dan laju evaporasi
semakin tinggi juga. Mekanisme proses transpirasi dan evaporasi
berfungsi untuk menjaga keseimbangan suhu di dalam tubuh tanaman
sehingga aktifitas enzimatis pada proses biokimia dalam rang-kaian
fotosintesis dapat berjalan normal (Nurkhasanah, 2013: 39).
IV. Metodologi Penelitian
4.1 Alat dan Bahan
a) Alat:
1. Tabung reaksi
2. Stopwatch
3. Ember
4. Silet
5. Mikroskop
6. Pipet tetes
7. Gelas objek
8. Gelas penutup
9. Milimeter block
b) Bahan:
1. Batang/ranting pacar air (Impatiens balsamina)
2. Batang/ranting Bauhinia sp.
3. Minyak kelapa
4. Akuades
5. Kuteks bening
4.2 Cara Kerja
Memasukkan segera 2 potongan ranting/batang tumbuhan tersebut
kedalam 2 gelas ukur
Mengisi 2 gelas ukur dengan air masing-masing 7 ml. Lalu menetesi
dengan minyak kelapa sampai menutupi permukaan air
Memotong batang atau ranting pacar air dan Bauhinia sp. di bawah
permukaan air dan menyisakan 5 helai daun
Mengamati setiap 5 menit selama 30 menit perubahan volume air pada
gelas ukur masing-masing tempat
Mengoleskan kuteks bening pada seluruh permukaan daun dan
menunggu hingga kuteks kering
Mengelupas kuteks yang telah kering pada daun bagian atas maupun bawah lalu menaruhnya pada kaca benda
Mengamati dibawah mikroskop dan menghitung diameter kupasan kuteks serta menghitung stomata
Mengkonversikan jumlah stomata per satuan mm2 luas daun
Mengamati berapa volume air setelah ranting/batang tumbuhan
dimasukkan serta menyiapkan stopwatch
Menaruh 1 gelas ukur pada tempat terbuka dengan terik matahari,
sedangkan gelas ukur yang lain diletakkan pada tempat tertutup tanpa
sinar matahari
Mencatat hasil pengamatan pada tabel data pengamatan
Menghitung nilai rata-rata air yang menguap
Mengukur luas daun dengan cara menggambar daun pada kertas
milimeter block
V. Hasil Pengamatan
Kel.
Tumbuhan
Perlakuan
Waktu (menit) Rata-rata air
menguap (mL)
Laju transpirasi
(mL/s)
∑ Stomata
Luas Daun
0 5 10
15
20
25
30
Atas
Bawah
1 Bauhinia sp.
Terik
8,2
7,4
7 6,8
6,7
6,8
6,5
0,28 15x10-4
- - 3400 mm2
Teduh
7,8
7,6
7,4
7,4
7,2
7,2
7,2
0,1 3,3x10-4
134
10.828
3800 mm2
2 Bauhinia sp.
Terik
7,2
7,1
7 6,8
6,6
6,5
6,4
0,3 7,2x10-5
1672
6967
3500 mm2
Teduh
7 7 6,9
6,8
6,8
6,7
6,7
0,05 2,78x10-5
- - 6100 mm2
3 Bauhinia sp.
Terik
7,8
7,6
7,4
7,2
7 6,8
6,6
0,2 3x10-4 - - 4200 mm2
Teduh
8 7,8
7,4
7,2
7,2
7,2
7,1
0,15 8,3x10-5
5660
7495
8000 mm2
4 Pacar air
Terik
10
9,8
9,6
9,2
9 8,6
8,4
0,27 1,83x10-5
- - 3000 mm2
Teduh
8,4
8,4
8,4
8,3
8,3
8,3
8,2
0,033
1,5x10-4
1506
15477
2700 mm2
5 Pacar air
Terik
10
10
9,8
9,8
9 9 8,5
0,25 1,4x10-4
5849
6407
800 mm2
Teduh
8 7,9
7,8
7,8
7,8
7,8
7,8
0,03 1,9x10-5
- - 1000 mm2
6 Pacar air
Terik
9,2
9 8,8
8,6
8,4
8,2
8,0
0,2 11x10-5
- - 500 mm2
Tedu
9,8
9,8
9,8
9,8
9,8
9,
9,8
0 0 8035
1587
1900 mm2
h 8 8
Pacar air
Terik
7 6,5
6,4
6,3
6 6 5,5
0,25 14x10-3
Bauhinia sp.
Teduh
7 7 7 7 7 7 7 0 0 - - -
VI. Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu mengenai transpirasi atau penguapan air yang
terjadi pada tumbuhan. Dalam praktikum ini digunakan tumbuhan Bauhinia
sp. dan pacar air (Impatiens balsamina). Di praktikum ini digunakan
perlakuan yang berbeda, yakni diletakkan di tempat yang teduh dan terik.
Kemudian juga terdapat kontrol di mana tidak diberi tumbuhan, hanya tabung
reaksi yang berisi air saja.
Adapun hasil yang didapatkan dalam praktikum ini yaitu pada
tumbuhan Bauhinia sp. yag diletakkan di tempat yang terik menunjukkan
adanya laju transpirasi yang lebih cepat. Hal ini dapat diketahui dari
banyaknya selisih berkurangnya volume air yang terdapat di sekitar tumbuhan
tersebut di waktu yang ditentukan. Sedangkan tumbuhan Bauhinia sp. yang
diletakkan di tempat yang teduh laju reaksinyya cenderung agak lambat,
dapat diketahui dari sedikitnya selisih berkurangnya volume air di tiap waktu
yang ditentukan.
Pada tumbuhan pacar air yang diletakkan di tempat yang terik
memperlihatkan banyaknya selisih berkurangnya volume air di waktu yang
ditentukan sehingga dapat diketahui bahwa laju transpirasi pada tumbuhan ini
tergolong cepat ketika diletakkan di tempat terik. Sedangkan apabila
diletakkan di tempat yang gelap memperlihatkan sedikitnya selisih volume air
di tiap waktu yang ditentukan sehingga dapat diketahui bahwa laju transpirasi
pada tumbuhan ini di tempat yang teduh sangatlah lambat.
Apabila dibandingkan antara Bauhinia sp. dengan pacar air, maka
pada tumbuhan yang diletakkan di tempat yang terik, laju transpirasi
tumbuhan pacar air lebih cepat dibandingkan dengan Bauhinia sp. Namun
selisih antara laju transpirasi kedua tumbuhan ini di tempat yang terik
hanyalah sedikit. Kemudian apabila diletakkan ditempat yang teduh, justru
yang lebih cepat laju transpirasinya adalah tumbuhan Bauhinia sp. daripada
pacar air. Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa laju transpirasi dipengaruhi
oleh intensitas cahaya. Semakin tinggi intensitas cahaya maka laju transpirasi
semakin cepat.
Dari hasil di atas juga dapat diketahui terdapat faktor lain yang
mempengaruhi laju transpirasi suatu tumbuhan. Terbukti pada perilaku yang
sama, laju transpirasi pada tumbuhan satu dengan yang lain berbeda. Faktor
ini yaitu banyak sedikitnya stomata. Pada pengamatan yang dilakukan,
didapatkan hasil banyaknya stomata pada tumbuhan Bauhinia sp. lebih sedikit
jika dibandingkan dengan pacar air. Pada pengamatan di atas diperoleh hasil
bahwa laju transpirasi di tempat yang terik lebih cepat tumbuhan pacar air.
Sehingga dapat diketahui bahwa semakin banyak jumlah stomata maka laju
transpirasi akan semakin cepat. Hal ini dikarenakan stomata berfungsi sebagai
tempat keluar masuknya zat-zat. Dalam hal ini stomata berperan sebagai
tempat keluarnya uap air pada proses transpirasi sehingga apabila stomatanya
banyak maka akan mempercepat laju transpirasi.
Adapun di tempat yang teduh hasilnya pacar air yang mempunyai
stomata yang lebih banyak ternyata laju reaksinya lebih lambat daripada
Bauhinia sp. yang memiliki stomata lebih sedikit. Hal ini mungkin
dikarenakan oleh menutupnya stomata karena tidak disinari dengan sinar
matahari. Apabila daun disinari oleh sinar matahari maka akan merangsang
daun untuk membuka stomatanya dan apabila tidak terdapat sinar matahari
maka stomata pada daun akan tertutup sehingga laju transpirasi semakin
lambat.
Dengan adanya hasil seperti ini maka dapat diketahui masih ada lagi
faktor yang mempengaruhi laju transpirasi. Faktor tersebut yaitu luas daun.
Dari pengamatan yang dilakukan, semakin luas permukaan daun maka laju
transpirasinya akan semakin cepat, semakin sempit permukaan daun maka
laju transpirasi akan semakin lambat. Hal ini dapat diketahui pada hasil
pengamatan ketika tumbuhan Bauhinia sp. dan pacar air diletakkan di tempat
yang teduh maka laju transpirasi pacar air lebih lambat dibandingkan
Bauhinia sp. padahal ketika diletakkan ditempat terang laju transpirasi pacar
air lebih cepat dibandingkan Bauhinia sp. Ternyata selain dipengaruhi oleh
jumlah stomata laju transpirasi juga dipengaruhi oleh luas permukaan daun.
Apabila permukaan daun luas maka proses transpirasi dapat berlangsung
cepat karena luasnya bidang untuk penguapan. Dengan luasnya bidang
penguapan maka uap air yang keluar akan semakin banyak pula. Sebaliknya,
semakin sempit suatu permukaan daun maka luas bidang untuk penguapan
menjadi lebih sedikit sehingga uap air yang dikeluarkan sedikit pula. Dengan
demikian, seluruh hasil pengamatan kami sesuai dengan teori yang ada.
Dalam praktikum ini, dilakukan pemotongan ranting tumbuhan.
Pemotongan ini harus dilakukan di dalam air dan tidak boleh keluar dari air.
Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya ruang udara pada pembuluh xilem.
Dengan adanya rongga udara pada pembuluh xilem maka akan mempercepat
terjadinya transpirasi pada tumbuhan sehingga yang diamati bukan murni
transpirasi dari tumbuhan pada keadaan tersebut, maksudnya transpirasi yang
terjadi juga disebabkan oleh adanya rongga udara pada pembuluh xilem.
Sementara yang diamati pada praktikum ini hanya transpirasi pada sel-sel
tumbuhan tanpa adanya campuran dari penguapan pada pembuluh xilem
tersebut. Kemudian dalam praktikum ini juga diberi minyak karena untuk
mencegah penguapan air tanpa tumbuhan, maksudnya apabila air tidak diberi
minyak maka air tersebut juga akan mengalami penguapan bersamaan dengan
transpirasi oleh tumbuhan sehingga penguapan yang diamati menjadi tidak
murni dari tumbuhan itu sendiri.
Pada pengamatan kontrol didapatkan hasil pada tempat teduh tidak
terjadi pengurangan volume air sementara itu pada tumbuhan Bauhinia sp.
dan pacar air umumnya mengalami pengurangan volume. Hal ini terjadi
karena pada kontrol tidak terdapat tumbuhan sehingga penguapan air tidak
terjadi. Sementara itu pada tumbuhan Bauhinia sp. dan pacar air meskipun
diletakkan di tempat yang teduh maka masih dapat mengalami transpirasi
sehingga dengan adanya proses tersebut maka volume air akan berkurang.
Adapun pada kontrol yang ditempatkan di tempat terik didapatkan
hasil yaitu pengurangan volume air hampir sama dengan tumbuhan Bauhinia
sp. dan pacar air. Hal ini disebabkan oleh terjadinya penguapan air pada
kontrol yang ditempatkan di tempat yang terik. Penguapan air ini terjadi
karena kontrol tidak diberi minyak. Penguapan air yang terjadi tanpa
tumbuhan dinamakan evaporasi. Menurut teori, suhu sangat menentukan laju
evaporasi dan transpirasi sehingga apabila ditempatkan di tempat yang terik
maka otomatis suhu udara juga semakin tinggi. Dengan begitu maka laju
evaporasi menjadi semakin meningkat. Laju evaporasi yang hampir sama
dengan transpirasi menandakan adanya hubungan atau pengaruh dari suhu itu
sendiri dengan laju penguapan air.
VII. Kesimpulan
1. Proses transpirasi merupakan hilangnya air dalam bentuk uap air dari sel-
sel tumbuhan yang masih hidup. Pada konsisi teduh kecepatan transpirasi
tumbuhan semakin lambat, sedangkan pada kondisi yang terik kecepatan
transpirasi meningkat. Dengan begitu, faktor yang mempengaruhi
terjadinya transpirasi adalah intensitas cahaya matahari. Selain itu, faktor
lain yang mempengaruhi yaitu luas permukaan daun dan banyak
sedikitnya stomata.
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Nurkhasanah, Nurul. 2013. Studi Pemberian Air Dan Tingkat Naungan Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Cabe Jamu (Piper retrofractum Vahl.). Jurnal Produksi Tanaman, Vol. 1 No. 4 : 34-41.
Parwata, I Gusti. 2010. Pengelompokan Genotipe Jarak Pagar Berdasarkan Ketahanannya terhadap Kekeringan pada Fase Pembibitan di Lahan Pasir Pantai. J. Agron Indonesia, Vol. 38 No. 2: 156-162.
Parwata, I Gusti. 2014. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) terhadap Cekaman Kekeringan di Lahan Pasir Pantai pada Tahun Pertama Siklus Produksi. J. Agron Indonesia, Vol 42 No. 1: 59 – 65.
Putra, Gustiansyah Perdana. 2013. Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang Terhadap Pemberianpeg 6000 Dalam Peny impanan Pada Dua Masa Pengeringan. Jurnal Online Agroekoteknologi ISSN No. 2337- 6597 Vol. 2 No.1: 145-152.
Sundari, Titik. 2011. Bentuk Sel Epidermis, Tipe dan Indeks Stomata 5 Genotipe Kedelai pada Tingkat Naungan Berbeda. Jurnal Biologi Indonesia, Vol. 7 No. 1: 67-79.
Tim Dosen Pembina. 2015. Buku Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Jember: UNEJ Press.
Tjitrosoepomo.1998. Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa.
Wahyudi, T. 2008. Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
Wanggai, Frans. 2009. Manajemen Hutan. Manokwari: Medio Press.
LAMPIRAN
1. Tumbuhan pacar air pada tempat teduh
a. 0 menit b. 5 menit c. 10 menit
d. 15 menit e. 20 menit f. 25 menit
2. Tumbuhan pacar air pada tempat terik
a. 0 menit b. 5 menit c. 10 menit
d. 15 menit e. 20 menit f. 25 menit