laporan tahunan pattiro (pusat telaah dan informasi regional) 2005

28
PATTIRO Annual Report 2005

Upload: amin-sudarsono

Post on 08-Aug-2015

77 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tahun 2004 adalah periode di mana PATTIRO bergerak dari “advokasi di luar sistem” menjadi “advokasi merubah sistem”. Pada tahun ini, PATTIRO berusaha menguatkan pengaruhnya bagi perubahan sistem pengambilan keputusan publik di daerah. Usaha yang dilakukan dalam rangka itu adalah mencari dan menyediakan alternatif-alternatif baru sistem pengambilan keputusan publik yang dapat membuka ruang partisipasi publik. Alternatif-alternatif tersebut ditawarkan pada pihak pengambil kebijakan publik untuk diterapkan. PATTIRO bergerak dari upaya pendidikan dan fasilitasi forum-forum warga menjadi upaya penggalangan kerjasama antar stakeholder dan advokasi politik.

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

PATTIRO Annual Report 2005

Page 2: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO)

Ketua YayasanSyahrir Wahab

Direktur EksekutifIlham Cendekia

Divisi RisetSad Dian Utomo

Divisi PengembanganSosialMuhammad Subhan

Divisi Keuangan dan AdministrasiYusriani Manurung

Divisi AdvokasiDanardono Siradjudin

Divisi PerempuanMaya Rostanty

Divisi MediaDini Mentari

PATTIRO TANGERANGMuslih M. Amin

PATTIRO SERANGUjon Sujono

PATTIRO MALANGMuch. Fahazza

PATTIRO GRESIKM. Saifullah

PATTIRO PEKALONGANAminuddin Aziz

PATTIRO SEMARANGSusana Dewi Rohimah

PATTIRO SOLOSetyo Dwi Herwanto

Page 3: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

Bergerak dari Pinggiran, Menuju Perubahan

Pada awal milenium ini harapan terhadap lahirnya tatanan masyarakatyang demokratis mekar berkembang di Indonesia. Seiring denganterjadinya banyak perubahan situasi sosial dan politik yang dibawaoleh Reformsi 1998 dan penerapan otonomi daerah tahun 1999,bangkit pula harapan orang Indonesia untuk mencapai kehidupanyang lebih baik. Istilah “kehidupan yang lebih baik” tidak sekedardalam arti tercukupinya kebutuhan fisik primer semata, tetapi jugadiakuinya martabat semua orang untuk turut serta dalam menentukanarah perjalanan bangsa ini.

Banyak orang dari kalangan rakyat biasa ingin berperan aktif dalammembangun negeri ini. Bukan hanya karena euforia atau keinginanyang secara impulsif muncul di tengah situasi krisis berkepanjangansejak 1997. Tetapi karena mereka melihat bahwa pendekatanpembangunan telah dijalankan terbukti gagal. Terjadinyapemerintahan yang lemah tapi korup, serta rapuhnya fondasi ekonomidan kultur sosial masyarakat pada waktu itu, memberi bukti kegagalantersebut. Banyak orang yang kemudian berharap segera terbukanyapintu-pintu partisipasi publik. Yaitu pintu-pintu yang memungkinkansemua orang untuk berdiri sejajar menentukan arah perjalananbangsa ini.

Pada masa-masa di mana harapan terhadap partisipasi publik itubegitu kuat, Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO) memulai

Executive Summary

3

Page 4: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

4

perjalanannya. PATTIRO ingin terlibat aktif memberi kontribusi untuktercapainya harapan itu. PATTIRO memandang bahwa untuktercapainya harapan itu, ada dua pendekatan yang dapat dilakukan.Pendekatan pertama adalah dengan masuk pada warga untukmelakukan pemberdayaan dan pendidikan kritis pada warga. Denganitu diharapkan potensi partisipasi yang ada di dalam diri warga akantumbuh berkembang. Pendekatan kedua adalah masuk mempengaruhisistem. Dan menawarkan alternatif-alternatif untuk pembaharuansistem pengambilan keputusan publik. PATTIRO memulai denganpendekatan pertama pada awal kegiatannya, yaitu pada tahun 2000-an. Kemudian dua tahun berikutnya, PATTIRO mulai melakukan jugapendekatan kedua, dengan tanpa meninggalkan pendekatan pertama.Sampai saat ini upaya penguatan kapasitas partisipasi wargadilakukan bebarengan dengan advokasi untuk perubahan sistempengambilan keputusan publik.

Tahun 2004 adalah periode di mana PATTIRO bergerak dari “advokasidi luar sistem” menjadi “advokasi merubah sistem”. Pada tahun ini,PATTIRO berusaha menguatkan pengaruhnya bagi perubahan sistempengambilan keputusan publik di daerah. Usaha yang dilakukan dalamrangka itu adalah mencari dan menyediakan alternatif-alternatif barusistem pengambilan keputusan publik yang dapat membuka ruangpartisipasi publik. Alternatif-alternatif tersebut ditawarkan pada pihakpengambil kebijakan publik untuk diterapkan. PATTIRO bergerak dariupaya pendidikan dan fasilitasi forum-forum warga menjadi upayapenggalangan kerjasama antar stakeholder dan advokasi politik.

Dasar pemikiran yang mendasari perubahan model advokasi tersebutadalah keinginan untuk mengusung suara warga masuk sebagaibagian penting dari keputusan publik. Tidak sekedar berteriak-teriak diluar, tanpa dapat memberi pengaruh apa-apa. From noise to voice,demikian harapan yang dibawa dalam upaya-upaya yang kini tengahdijalankan. Kegalauan, keresahan, dan energi yang lahir dari wargayang tersisihkan dari prioritas pembangunan tidak cukup disalurkanmenjadi energi kemarahan semata. Noise (kegaduhan) dalam bentukprotes warga, aksi massa dan sebagainya ternyata tidaklah cukupuntuk mendorong perubahan di Indonesia. Pengalaman yangdiperoleh PATTIRO pada tahun-tahun sebelum ini membuktikan halitu. Para penguasa sumberdaya di negeri ini telah paham bagaimanacaranya memanfaatkan kemarahan massa untuk kepentingankelompok mereka sendiri. PATTIRO berusaha melakukan harmonisasienergi kemarahan tersebut agar menjadi suatu energi positif baru,sesuatu yang disebut sebagai: solusi. Suatu voice! Suara yangmengandung penyelesaian dari masalah.

Executive Summary

Page 5: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

5

PATTIRO Annual Report 2005

Dalam rangka itu, pada tahun 2004 ini, PATTIROmelakukan beberapa agenda untuk memfasilitasiwarga dampingan menemukan solusi atasmasalah yang mereka alami. Ada beberapa isuyang menjadi perhatian, yaitu: partisipasi dalampembuatan kebijakan publik daerah (peraturandaerah), partisipasi perempuan dalampenganggaran daerah, isu pelayanan publik untukkonsumen miskin, isu ruang partisipasi dalamproses legislasi, dan isu penguatan hak politikperempuan dalam Pemilu 2004.Agenda partisipasi warga dalam pembuatankebijakan publik ini merupakan kelanjutan dariprogram penguatan kapasitas forum warga yangtelah dilakukan PATTIRO sejak tahun 2000.Sebelumnya PATTIRO lebih menekankan padaproses. Yaitu proses pendampingan forum warga,peningkatan kapasitas partisipasi warga sertapenggalian masalah dan inisiatif warga. Sedangkan pada tahun iniPATTIRO mencoba lebih mengejar hasil. Yaitu disahkannya inisiatifusulan dari warga menjadi peraturan daerah. Karena berbagaihambatan, seperti adanya Pemilu, hasil yang diharapkan tersebutmemang belum dapat tercapai tahun ini. Tetapi isu yang dibawadalam advokasi ini, pada banyak daerah, berhasil menjadi isu publikdan muncul kebijakan-kebijakan lain dari pemerintah untukpenyelesaian masalah terkait isu tersebut (walau tidak dalam bentukperaturan daerah).

Agenda partisipasi perempuan dalam penganggaran daerah yangdilakukan tahun ini, merupakan kelanjutan dari agenda penguatanpartisipasi perempuan dalam kebijakan publik yang telah dilakukansejak tahu 2001. Pada awalnya agenda tersebut bertujuanmemfasilitasi dan memperkuat keterlibataan perempuan / forumwarga perempuan di setiap ruang partisipasi publik. Sepertiketerlibatan perempuan dalam forum-forum musyawarah kelurahan.Pada saat ini arah program ditingkatkan pada advokasi gender budgetbersama kelompok-kelompok perempuan di daerah.

Pada isu pelayanan publik, PATTIRO melakukan program untukmencari model mekanisme komplain atas pelayanan publik yang dapatdijangkau oleh konsumen miskin, khususnya konsumen perempuan.PATTIRO ingin memperkuat voice mechanism bagi keonsumen miskinyang tidak puas terrhadap pelayanan publik dan tidak mempunyaipilihan untuk beralih pada pelayanan publik yang lain. Pada programini, pendekatan kerjasama antara warga dengan pemerintah

Page 6: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

mendapat perhatian penting.

Sementara dalam mendorong terbukanya ruang partisipasi publikdalam legislasi, PATTIRO melakukan penelitian mengenai fungsilegislasi pada DPR / DPRD. PATTIRO melakukan ini bersama KoalisiPembaharuan Legislasi Daerah dan Nasional. Penelitian ini adalahuntuk mengetahui apakah struktur, fungsi dan kapasitas dari DPR /DPRD mampu mendukung terjadinya partisipasi publik dalam proseslegislasi (proses pengusulan peraturan perundangan). Dalam hal ini,selain sekedar melakukan penelitian, PATTIRO juga mendorongdibentuknya / difungsikannya Badan Legislasi / Panitia Legislasimenjadi suatu pintu masuk untuk pengusulan peraturan .perundangan dari publik.

Selain itu, menjelang pelaksanaan Pemilu 2004 yang telah lalu,PATTIRO melakukan pendidikan politik khusus pada kelompokperempuan. Secara khusus tujuan dari pendidikan politik ini adalahagar pemilih perempuan memiliki latar belakang yang rasional dalammenentukan pilihannya. Pada kesempatan itu PATTIRO juga telahmelakukan kontrak politik dengan banyak politisi perempuan, yangisinya agar mereka setelah terpilih nanti benar-benarmemperjuangkan kepentingan perempuan.

Dalam seluruh kegiatan yang telah dilakukannya, selain menjadifasilitator dari proses-proses demokratisasi yang dilakukan warga,PATTIRO juga seringkali harus turun sebagai pemain. Keterlibatandalam berbagai proses politik, baik dalam bentuk negosiasi,kerjasama, maupun penentangan, tidak dapat dihindarkan dalammembangun keberdayaan publik. Kekuatan politik baru dari kelompokmuda terdidik yang muncul pada Pemilu 2004 kemarin, memberiruang lebih luas bagi PATTIRO untuk mengembangkan pendekatankerjasama dalam advokasinya tersebut. Bersama kelompok tersebutPATTIRO mencoba menawarkan berbagai alternatif partisipasi publikuntuk memperbaiki kondisi masyarakat.

Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya, PATTIRO mendapatdukungan dari banyak pihak, baik dari organisasi rakyat, organisasimassa, organisasi mahasiswa, akademisi, tokoh masyarakat, pers,partai politik, DPRD dan pemerintah daerah. Pada kesempatan inikami ingin mengucapkan terimakasih atas hal itu. Kami juga inginberterimakasih pada Ford Foundation, The Asia Foundation, TifaFoundation, Australia Agency for Innternatonal Development danUnited Nations development Programme (UNDP) untuk kerjasamayang diberikan dalam penguatan masyarakat warga di Indonesia.

Executive Summary

Page 7: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

Ketua Yayasan PATTIRO

Assalamu’alaikum Wrh Wbr,

Kami mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkatrahmat-Nyalah kami dapat turut serta dalam prosesdemokratisasi khususnya dengan mendorong terjadinya tatapemerintahan yang baik di tingkat lokal. Hal tersebut sesuaidengan visi kami. Kami dari Pusat Telaah dan Informasi Re-gional (PATTIRO) yang kini telah berkembang menjadiorganisasi non-pemerintah yang telah memberikan kontribusidalam pengembangan partisipasi masyarakat warga di Indone-sia.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada kawan-kawanorganisasi masyarakat warga, pers, mahasiswa, akademisi dantokoh lokal di daerah-daerah dimana PATTIRO bekerja yakniSerang, Tangerang, Pekalongan, Semarang, Solo, Gresik danMalang. Kawan-kawan di Jakarta NGO, lembaga donor,akademisi serta international agencies yang telah memberikankontribusi terhadap kerja-kerja PATTIRO selama ini. Atasdukungan tersebut kami akhirnya dapat mengembangkanresource center, pusat pengembangan advokasi , pusatpelatihan maupun kerja-kerja di tingkat lokal.

Sebagai wujud rasa syukur dan terimakasih, kami menerbitkanuntuk pertama kalinya laporan tahunan 2004 yang merupakanpekerjaan yang dilakukan oleh PATTIRO sepanjang tahun 2004.Laporan Tahunan ini merupakan bentuk akuntabilitas kerja-kerjaPATTIRO terhadap publik. Semoga laporan singkat ini jugadapat menjadi bahan belajar bagi organisasi non pemerintahlainnya . Kami berharap, laporan ini akan memberikankesempatan bagi semua pihak untuk menjalin kerjasamadengan lembaga lainnya yang memiliki tujuan yang sama yaknimemperkuat Local Good Governance.

PATTIRO memandang bahwa penguatan partisipasi masyarakatwarga harus dilakukan dengan menjalin kerjasama dengansemua pihak. Karena itu ke depan, PATTIRO akan

Kata Pengantar Ketua Yayasan PATTIRO

7

Page 8: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

mengembangkan warga saja, namun akan mengembangkan kemitraandengan stakeholder penting lainnya seperti DPR/DPRD, eksekutif, partaipolitik dan lain-lain.

Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih untuk semuanya. Semoga hal inidapat membangun Indonesia yang lebih baik.

Salam,

PATTIRO Annual Report 2005

Page 9: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

Kata Pengantar Laporan Tahunan

Tahun 2004 adalah tahun kelima dari perjalanan kami. Bagiorganisasi yang baru belajar seperti PATTIRO, lima tahunperjalanan untuk membangun demokrasi adalah waktu yangpendek. Bahkan lima tahun juga waktu yang tidak terlalu lamauntuk membangun kesadaran politik dari suatu komunitas kecil.

Tahun 2004 juga merupakan tahun pesta politik bagi bangsaIndonesia. Karena ada tiga perhelatan besar politik digelar ditahun ini. Mulai dari pemilu legislatif pada bulan April 2005,berlanjut pada pemilihan presiden tahap pertama pada bulanJuli 2005 dan pemilihan presiden kedua pada bulan September2005. Media massa penuh dengan wacana demokrasi. Warga dikampung dan desa juga banyak sibuk untuk urusan pesta ini.Terlepas dari beberapa seruan untuk golput, para calon, baikcalon legislatif maupun calon presiden, selama bulan-bulan itumenjadi bahan pemberitaan dan pembicaraan di mana-mana.Tidak terkecuali aktivis NGO, terlepas antusias atau sinis, semuakonsentrasi pikiran terpusat pada pesta ini. Pesta yangsempurna!

Catatan ini adalah perjalanan PATTIRO pada tahun pesta politik.Seperti juga banyak NGO lain, konsentrasi kami banyaak yangtercurah pada pemilihan umum. Pada waktu itu kami termasukyang cukup optimis bahwa perubahan sosial akan terbantudengan demokrasi yang tumbuh berkembang bebarengandengan pesta demokrasi di Indonesia.

Setelah semua pemilihan itu terlaksana, setelah semua orangmelihat ke bumi lagi, kami harus bersikap lebih realistis.Demokrasi yang telah mekar di Indonesia saat ini barudemokrasi prosedural atau demokrasi simbolik. Bangunannyaberbentuk demokrasi, tetapi penghuninya belum benar-benar“publik”. Tidak seluruhnya salah dengan perkembangandemokrasi seperti itu. Setidaknya sudah banyak kemajuandalam demokratisasi. Tetapi kini kami berpikir: ada sesuatu yangkurang dengan demokrasi semacam ini.

Kami makin yakin bahwa yang diperlukan oleh negara iniadalah: berbicara pada rakyat. Berbicara pada rakyat untuk

Kata Pengantar Laporan Tahunan

9

Page 10: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

semua urusan yang diputuskan. Bukan hanya ketika memilihpresiden atau DPR saja rakyat diajak berbicara. Tetapi dalamsemua urusan di mana itu dibiayai dengan uang rakyat atau ituakan menjadikan rakyat sebagai penerima akibat. Kami makinyakin bahwa sistem demokrasi yang perlu dikembangkan, bukanpesta demokrasi. Sistem demokrasi dikembangkan berartisistem tersebut harus juga dapat masuk pada masalah-masalahkeseharian yang dialami rakyat Indonesia.Dalam suara lirih,kami juga berharap pemilihan kepala daerah langsung yangakan dilaksanakan di banyak tempat nanti, tidak menjadi pesta-pesta baru lagi.

Pengembangan model demokrasi dalam berbagai bentukkebutuhan kini menjadi konsentrasi kami. Pada sektorpelayanan publik kami mengembangkan mekanisme komplainagar konsumen miskin dapat mengajukan keluhannya denganmudah dan murah. Pada proses penganggaran daerah kamimengembangkan model partisipasi penganggaran yangberperspektif gender. Pada proses pembuatan kebijakan publikkami memfasilitasi komunitas warga untuk memformulasikaninisiatifnya untuk diusulkan menjadi peraturan daerah. Dalamhal ini juga kami mendorong adanya mekanisme legislasi yangpartisipatif di DPRD. Berbagai model tersebut kami harapkanmenjadi benih dari munculnya demokrasi yang lebih substantif.

Kami persembahkan catatan perjalanan ini buat semua orangyang ingin belajar. Termasuk belajar dari kegagalan yang kamilakukan. Kami bukakan lembaran perjalan kami pada Anda,dengan harapan kami memperoleh kritik dari Anda. Karena dariAnda kami belajar.

Perjalanan yang telah kami tempuh hingga saat ini, bukan hasilkerja kami sendiri. Ada banyak orang yang telah mengorbankanbanyak waktunya untuk bekerja nyata menghidupkan cita-citakami. Peran dari kawan-kawan NGO yang memberi iklimkonstruktif banyak membantu pertumbuhan kami. Dukungandari berbagai lembaga donor memungkinkan kamimelaksanakan rencana-rencana kami. Setulusnya kami ucapkanterimakasih untuk semua itu.

Salam,

Ilham Cendekia

PATTIRO Annual Report 2005

Page 11: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

Pada tahun 2004, PATTIRO melakukanadvokasi penguatan partisipasi wargadalam pengusulan peraturan daerah.Advokasi ini memiliki dua tujuan.Pertama, mendorong terjadinya prosespartisipasi warga dalam pembentukanperaturan-peraturan daerah. Kedua,menyelesaikan masalah-masalah terkaitkebijakan publik yang dialamimasyarakat melalui peraturan daerahyang substansinya berasal darimasyarakat warga. Advokasi inidilakukan dengan suatu program yangdilaksanakan di Serang, Tangerang,Bandung, Pekalongan, Semarang, Solo,Gresik dan Malang. Ford Foundationmerupakan lembaga yang mendukungberlangsungnya advokasi ini.

Advokasi ini memiliki kaitan erat denganprogram-program yang telahdilaksanakan PATTIRO sebelumnya,yaitu Penelitian Kesiapan Institusi Lokaldalam Pengawasan Kebijakan PublikDaerah (2000-2001) dan AdvokasiPenguatan Partisipasi Masyarakat dalamPenyelenggaraan Tata PemerintahanDaerah (2001-2003). Pada program-program tersebut, PATTIRO melakukanidentifikasi atas permasalahan wargadan memfasilitasi warga untukmenemukan inisiatif penyelesaianmasalah. Advokasi penguatanpartisipasi warga dalam pengusulanperaturan daerah ini dilakukan untuk

meneruskan inisiatif warga menjadisuatu solusi kebijakan, dalam bentukperaturan daerah.

Terdapat beberapa tahapan yangdilakukan PATTIRO untuk mencapaitujuan di atas. Beberapa tahapantersebut terdiri dari pengorganisasiankomunitas, penyusunan usulanperaturan daerah secara partisipatif,dan pengorganisasian politik.

Pengorganisasian komunitas adalahkegiatan pendampingan, peningkatankapasitas forum warga danpenggalangan jaringan antar forumwarga. Kemudian dilanjutkan denganfasilitasi penggalian masalah daninisiatif warga. Masalah tersebut

Advokasi Penguatan Partisipasi Warga dalam PengusulanPeraturan Daerah

Laporan Program FORD FOUNDATION

11

Page 12: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

12 selanjutnya dikelompokan menjadimasalah yang penyelesaiannya terkaitkebijakan publik dan yang tidak terkaitkebijakan publik. PATTIRO selanjutnyamemfasilitasi secara partisipatifpemecahan permasalahan yang terkaitkebijakan publik. Sementara untukmasalah yang tak terkait kebijakanpublik warga dapat lebih mudahmenyelesaikannya sendiri. Fasilitasitersebut dilakukan PATTIRO denganmenggali inisiatif solusi dari wargauntuk diusulkan menjadi suatukebijakan daerah. Pengorganisasiankomunitas ini telah dilakukan sejaktahun 2000 dan tetap dilakukan hinggasekarang, dengan penekanan padapeningkatan kapasitas warga dalammemanfaatkan ruang-ruang partisipasi.

Penyusunan usulan peraturan daerahsecara partisipatif merupakan tahaplanjut dari pengorganisasian komunitas.Inisiatif kebijakan dari warga yang telah

diperoleh dari pengorganisasiankomunitas diformulasikan menjadi suatuusulan peraturan daerah. Usulantersebut terdiri dari rancanganperaturan daerah dan naskah akademik.Sebelum diusulkan pada DPRD,PATTIRO mengadakan konsultasi publikdan uji materi atas usulan peraturandaerah tersebut. Setelah itu, baruusulan peraturan daerah tersebutdiajukan pada legislatif. Sampai akhirtahun 2004, PATTIRO telahmemfasilitasi secara partisipatif lahirnyarancangan peraturan daerah dannaskah akademik di seluruh daerahprogram.

Pada tahap selanjutnya PATTIROmelakukan pengorganisasian politik.Pengorganisasian politik ini dilakukanuntuk menggalang dukungan stake-holder terhadap usulan peraturandaerah yang dihasilkan warga. Bentukdari penggalangan dukungan tersebut

Laporan Program Ford Foundation

Page 13: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

13

PATTIRO Annual Report 2005

bermacam-macam. Mulai dari lobipersonal, aksi massa, kerjasama sampaikontrak politik. Sebelum itu, PATTIROmemfasilitasi warga untuk melakukanpemetaan politik (pemetaan stake-holder). Secara keseluruhanpengorganisaian politik ini telahmengangkat nilai tawar dari usulanperaturan daerah dari warga tersebut.Bersamaan dengan pengorganisasianpolitik tersebut, warga memasukanusulan kebijakan publik ke DPRD danminta DPRD menggunakan hakinisiatifnya untuk memperjuangkanusulan tersebut. Hingga saat iniPATTIRO terus memfokuskan diri dipengorganisasian politik.

Isu yang menjadi substansi advokasibervariasi. Sebagian besar peraturandaerah yang diusulkan adalah untukperlindungan pada profesi marjinal(profesi dengan penghasilan sangatrendah dan penuh ketidak-pastian),seperti : perlindungan profesipengemudi Becak (Solo), perlindunganguru honorer (Serang), kesejahteraanguru madrasah (Gresik) danperlindungan status tenaga kerja bagiprofesi buruh transportasi (Bandung).Pada dua kota PATTIRO mengambil isuperbaikan sektor pendidikan, yaitu isusubsidi pendidikan untuk kelompokmiskin (Semarang) dan isu perbaikansistem pendidikan (Malang). Selain itu,isu yang diambil PATTIRO di beberapakota lain adalah isu tanggung-jawabsosial perusahaan pengelola BandaraSoekarno-Hatta terhadap masyarakatsekitar (Tangerang) dan isu pengelolaanasset eks-desa oleh warga(Pekalongan).

Pada tahun 2004 ini, advokasipengusulan peraturan daerah yang

dilakukan PATTIRO telah mencapaiperkembangan yang cukupmenggembirakan. Setelah seluruh draftrancangan peraturan daerah bersamanaskah akademiknya selesai padakuartal awal tahun ini, PATTIRObersama warga mulai mengajukanusulan tersebut kepada DPRD. PATTIROmengusulkan DPRD menggunakanhaknya untuk membuat peraturandaerah inisiatif. Mekanisme pembuatanperaturan daerah berdasar inisiatifDPRD ini sebenarnya masih merupakanhal baru di daerah. Tetapi karena kamimemandang bahwa mekanismetersebut lebih membuka ruangpartisipasi warga dalam pembuatanperaturan daerah, maka kamimenempuh jalan tersebut.

Pengorganisasian politik yang dilakukan,telah menjadikan PATTIRO dapatmengakses kerjasama dengan stake-holder-stakeholder penting di daerah.Mereka di antaranya adalah tokoh partaipolitik, anggota dewan, pemimpininformal masyarakat dan pejabatpemerintah daerah. Proses pengusulanperaturan daerah sangat terbantudengan terbinanya kerjasama ini. Padahampir seluruh daerah, usulanperaturan daerah yang diusulkan telahditerima oleh DPRD untuk dibahas.

Pelaksanaan Pemilihan Umum danPemilihan Presiden pada tahun 2004 inicukup mempengaruhi pelaksanaanadvokasi yang dilakukan PATTIRO.Keadaan tersebut menimbulkankeuntungan dan kerugian.Keuntungannya adalah meningkatnyakompetisi politik di daerah menjelangPemilu, menyebabkan tokoh-tokohpolitik di daerah berebut mencarisekutu. Dalam keadaan tersebut,

Page 14: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

PATTIRO memanfaatkan untukmenggalang komitmen dan kontrakpolitik baik dengan tokoh politikmaupun partai politik. Dukunganterhadap isu yang diperjuangkanPATTIRO meningkat dengan itu.

Tetapi di sisi lain, penyelenggaraanPemilu menyebabkan tidak aktifnyakegiatan di legislatif daerah. Sehinggaoptimalisasi advokasi tidak dapatdilakukan. Usulan peraturan daerahyang seharusnya dapat dibahas cepatoleh dewan, ternyata tidak dapatdilakukan, karena para anggota dewansedang sibuk dengan agenda Pemilu.Pada saat Pemilu 2004 tersebut seluruhusulan peraturan daerah yang diajukan,tertahan di sekreatriat DPRD.Pembahasannya baru dilakukan padamasa jabatan DPRD baru, setelahselesai Pemilu.

Pada saat susunan anggota DPRD barutelah terbentuk dan mulai bekerja,sekitar bulan Oktober 2004, fungsilegislasi DPRD belum benar-benarberjalan. Sebagian besar anggotadewan masih sibuk denganpembentukan struktur dewan danpembahasan tata-tertib. Advokasipengusulan peraturan daerah belumdapat dilakukan pada waktu itu.

Laporan Program Ford Foundation

Di sisi lain, PATTIRO melihat bahwapembahasan tata-tertib DPRDmerupakan suatu arena penting untukmembuka ruang partisipasi publik.Secara khusus PATTIRO mendorongdibukanya ruang pengusulan peraturandaerah bagi publik. Sebuah alatkelengkapan di DPRD diusulkan olehPATTIRO. Yaitu Panitia Legislasi. Sebuahpanitia yang secara khusus menanganisetiap proses pembentukan peraturandaerah. Panitia seperti ini sebenarnyabukan sesuatu yang baru, tetapi dalamusulan ini fungsi panitia ditingkatkanmenjadi semacam pintu masuk bagipublik untuk pengusulan peraturandaerah. Ide mengenai keberadaanpanita legislasi ini diterima oleh DPRD dikota-kota Malang, Solo dan Pekalongan.Tata-tertib yang diusulkan DPRD punmencantumkan keberadaan panitiatersebut. Tetapi setelah DPRDmelakukan konsultasi dengan gubernur(sesuai PP 25/2004), ternyata pihakeksekutif keberatan dengan keberadaanpanitia tersebut, karena alasananggaran.

Advokasi pengusulan peraturan daerahbaru muilai dilanjutkan lagi pada akhirtahun 2004. Saat ini PATTIRO tengahmeneruskan pengorganisasian politikuntuk memperoleh dukungan yang lebihluas lagi. ●

Page 15: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

Pemilu 2004 memiliki arti khusus bagiperempuan Indonesia. Banyakperempuan dari berbagai profesi terjunke dunia politik. Hal ini terjadi sebagaitindak lanjut dari adanya ketentuanketerwakilan perempuan 30% dalam UUPemilu, yaitu Pasal 65 ayat (1).Akibatnya jumlah perempuan yangmenjadi caleg meningkat di semuaparpol peserta Pemilu.

Di sisi lain, PATTIRO melihat bahwapemerdayaan terhadap perempuanpemilih, (perempuan yang telahmemiliki hak pilih) juga harusdilakukan. Hal ini penting karena Pemilu2004 mempunyai sistem baru yangberbeda dengan pemilu sebelumnya.PATTIRO memandang bahwaperempuan pemilih perlu mendapatinformasi yang benar mengenai sistemPemilu yang baru ini.

Kondisi-kondisi inilah yangmenggerakkan PATTIRO untukmelakukan Program Penguatan PeranPerempuan Pemilih MenyongsongPemilu 2004 yang dilakukan di 4 kota,yaitu Jakarta, Semarang, Bandung, danSurabaya. Kegiatan-kegiatan yang adameliputi pendidikan pemilih di tingkatbasis melalui FGD basis, Diskusi Serial,Konferensi Perempuan Pemilih. Programini dilaksanakan pada November 2003 –Maret 2004 atas dukungan dari UnitedNations Development Programme(UNDP)

FGD dilakukan di 20 kelompokperempuan di masing-masing daerah(kecuali Jakarta). Beberapa kelompokperempuan yang menjadi peserta FGDadalah ibu rumah tangga dari keluargamiskin, kelompok perempuan yang aktifdi PKK, basis Aisyiyah, basis Muslimat,basis Fatayat, basis IPPNU, basisSalimah, mahasiswi, perempuan lanjutusia, PSK, kelompok perempuan korbankekerasan dalam rumah tangga, buruh,jemaat gereja, basis wanita Persis,pemulung, guru, pemilih pemula, basispondok pesantren, penyandang cacattuna netra, Pendidikan pemilihdilakukan dari dua sisi, yaitupendidikan kritis dan pendidikan teknis.Pendidikan kritis bertujuan agar pemilihmengetahui urgensi pemilu, peran danfungsi partai politik, dan cara memilihpartai dan caleg yang baik. Melaluimetode partisipatif fasilitatormemancing peserta untukmengemukakan pendapat-pendapatnya

Konferensi Perempuan Pemilih :Upaya Pemberdayaan Perempuan Pemilih

Laporan Program GENDER dan PEMILU

Page 16: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

16

tentang kondisi masyarakat, perilakuanggota dewan, dan penilaian merekaatas kinerja anggota dewan. Dari prosesini akan tergali masalah-masalah yangdihadapi oleh perempuan basis dan gapkinerja anggota dewan, yaitu realitabahwa mayoritas anggota dewan tidakmemainkan perannya untukmemperjuangkan aspirasi perempuanbasis. Pada akhirnya peserta dimintamengemukakan harapan-harapannyaagar anggota dewan yang baru maudan mampu memperjuangkan aspirasimereka. Harapan ini diformulasikan daripeta masalah perempuan basis yangdirumuskan menjadi isu-isu yang harusdiperjuangkan oleh anggota dewan.Selain pendidikan kritis, aspek teknisjuga dibahas dalam FGD dengan fokusperempuan pemilih memilikiketrampilan cara mencoblos kertassuara yang benar agar suara dinyatakansah. Proses ini ingin memberikanpembelajaran kepada perempuanpemilih untuk menjadi pemilih yangindependen dan rasional, bergerak dari

obyek menjadi subyek karena merekabisa menyuarakan apa yang harusdiperjuangkan oleh anggota dewanselama lima tahun ke depan.

Diskusi Serial di adakan di Jakarta.Diskusi serial diadakan sebanyak 5 kalipada bulan Januari-Februari 2004.Tujuan dari kegiatan ini adalah untukmenggali konsep dan pandangan partaipolitik peserta pemilu terhadapbeberapa isu, antara lain isuketerwakilan perempuan,pemberantasan korupsi, buruh migran,hak asasi anak, dan partisipasi publik.Pada kenyataannya, proses inimenyadarkan kepada publik bahwapartai politik di Indonesia banyak yangtidak memiliki konsep sama sekalitentang bagaimana cara membangunIndonesia yang dibuktikan denganketiadaan konsep yang jelas untukmengatasi beberapa masalah yangterkait dengan isu di atas.

Puncak kegiatan dari program ini adalah

Laporan Program GENDER dan PEMILU

Page 17: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

17

PATTIRO Annual Report 2005

Konferensi Perempuan Pemilih (akhirFebruari – awal Maret 2004) , yaitukegiatan yang didesain untukmempertemukan perempuan pemilihdengan caleg perempuan. Di tingkatdaerah, perempuan pemilihdipertemukan dengan caleg untukDPRD I dan II, sedangkan di Jakartamereka dipertemukan denga caleguntuk DPR Pusat. Di forum inilahperempuan pemilih akan mendesakkanisu-isu perempuan yang harusdiperjuangkan oleh anggota dewan.Setiap partai politik peserta pemiludiundang untuk mengirimka, masing-masing diminta untuk memaparkanupaya kongkrit yang akan dilakukanuntuk memajukan perempuan. Setelah

itu terjadi dialog yang cukup hangatdengan peserta dan terjadi prosesbargaining. Hal ini terjadi ada beberapatarget harapan perempuan pemilih yangperlu direvisi karena caleg menganggaptarget tersebut terlalu berat. Suatuproses menarik karena mulai adahubungan langsung antara calon legisla-tor dengan konstituen, suatu hal yangtidak terjadi di sistem pemilu lamakarena partai politik membungkus rapicaleg-calegnya sehingga pemilih tidakdiberi kesempatan untuk mengetahuidan mengenal siapa orang yang akanmewakilinya.

Lesson learned menarik dari programini, perempuan basis ternyata tidakapolitis. Artinya, mereka cukup memilikiantusiasme ketika membahas tema-tema seputar politik. Mereka jugamampu mengemukakan apamasalahnya, apa kebutuhannya, danapa yang seharusnya dilakukan olehanggota dewan. Yang diperlukan olehmereka adalah akses karena selama inimereka tidak bersuara karena tidakmemiliki informasi dan tidak tahubagaimana caranya. Ke depan, upaya-upaya untuk mendengar dan melibatkansuara perempuan basis dalam berbagaihal perlu di tingkatkan lagi. Oleh karenaitu PATTIRO dengan senang hatimengajak semua pihak untuk bekerjasama melakukannya. ●

Page 18: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

18

Pada dasarnya program ini didesainuntuk menggali alternatif solusi bagiperbaikan kinerja pelayanan publik didaerah, dengan cara mendorongpenyedia layanan publik di daerahmembuka ruang bagi umpan balik darimasyarakat berupa keluhan/komplain.Sebab tidak ada parameter yang bisadipertanggungjawabkan terhadapkinerja birokrasi yang efektiv, efisienserta ramah publik tanpa membukaruang bagi umpan balik dari masyarakatsebagai pengguna jasa.

Program yang dijalankan di tiga kota;Semarang, Malang dan Tangerang inisecara umum bertujuan:Melakukanidentifikasi permasalahan mekanismekomplain dalam pelayanan publik(pendidikan, kesehatan dan pengelolaansampah) menurut kelompok konsumenmiskin di daerah program. Menggalipreferensi mekanisme komplain ataspelayanan publik yang berperspektifkesetaraan gender dari kelompokkonsumen miskin.

Disamping itu, program juga bertujuanmenyusun model mekanisme komplainatas pelayanan publik yang cocok bagikelompok konsumen miskin danberperspektif kesetaraan gender. Sertamendorong gerakan konsumen untukmelakukan advokasi pengusulanmekanisme komplain tersebut kepadapemerintah dan legislatif.

Selama rentang waktu Agustus 2004

sampai Januari 2005, program telahmenyelesaikan rangkaian kegiatansebagai berikut :

Riset Kuantitatif, riset ini dilakukanselama satu bulan dengan mengambilsampel 500 responden di masing-masing kota untuk tiga sektor(pendidikan dasar, kesehatan sertapengelolaan sampah). Riset inibertujuan menggali persepsimasyarakat terhadap kualitas layananyang diterima serta memotret kebiasaanmasyarakat jika mengelamiketidakpuasaan terhadap layanan yangditerima.

Riset Kualitatif, riset ini dilakukanpada dua wilayah. Yang pertama, padawilayah basis. Pada level ini tujuan risetkualitatif adalah memperdalamperolehan data dari hasil risetsebelumnya, terutama pada hal

Laporan Program MEKANISME KOMPLAIN

Model Mekanisme Komplain Pelayanan Publik di Daerah

Page 19: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

19

PATTIRO Annual Report 2005

kebiasaan masyarakat dalammengajukan keluhan serta menggalipreferensi masyarakat mengenaimekanisme penanganan keluhan yangterjangkau oleh mereka. Metodepenggalian data yang digunakan adalahfocus group discussion (FGD), yangdilakukan sebanyak 5 kali.

Sedangkan yang kedua, wilayahpenyedia jasa layanan atau dinas.Metode Riset menggunakan wawancaraterstruktur untuk mendapatkangambaran kebijakan yang ada tentanglayanan yang diberikan, standartpelayanan minimum, mekanismepenanganan keluhan masyarakat.

Workshop Pembangunan Model.Worskhop ini dilakukan denganmelibatkan pihak yang lebih luas yaitu,akademisi, tokoh masyarakat, anggotalegislatif, NGO. Tujuan dari workshop iniadalah menggagas model mekanismepenanganan keluhan yang telah diusulkan oleh masyarakat pada level

basis.

Di sisi yang lain, workshop jugamenghasilkan komitmen bersama untukmengusung isu mekanisme penanganankeluhan sebagai kerja advokasi.Sehingga di masing-masing kota, isumekanisme penanganan keluhan bukanlagi milik PATTIRO, tetapi menjadi isubersama. Sementara itu, pihak-pihakyang terlibat dalam workshop jugamenjadi panitia pengarah untuk eventberikutnya, yaitu seminar di daerah.

Seminar, dilakukan untukmendapatkan masukan dari berbagaipihak tentang model mekanisme yangberhasil dirumuskan. Seminar inidilakukan di tingkat kota di daerahprogram serta di Jakarta.

Penerbitan Buku, rekaman prosesserta hasil yang bisa dicapai dalamprogram selanjutnya akandipublikasikan dalam bentuk buku,dengan harapan bisa berbagi

Page 20: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

pengalaman dengan berbagai pihaktentang isu mekanisme penanganankeluhan dalam pelayanan publik.

Dari rangkaian proses tersebut diatas,beberapa hal yang bisa disebutkansebagai hasil capaian program adalah:

Terbentuknya tim (semacam koalisiterbatas di tingkat kota) yang terdiridari NGO, Akademisi, Tokoh Masyarakatyang mempunyai komitmen untuksecara terus menerus melakukanadvokasi untuk mendesakkanmekanisme penanganan keluhan bisaditerapkan Pemerintah Kota.

Tercapainya kesepakatan awal, meskisecara lisan dengan pemerintah kota(Pjs walikota di Semarang dan walikkotadi Tangerang) untuk melakukan revisiStandart Pelayanan Minimal (SPM) yangakan melibatkan masyarakat serta revisiSOTK jika perlukan sebagai akibatperubahan SPM. Dalam revisi SPM inidiharapkan mekanisme penanganankeluhan dapat diterapkan.

Dengan capaian program diatas,rekomendasi bagi advokasi lanjutanyaadalah :

Merealisasikan kesepakatan lisandengan pemerintah kota yang berhasildiperoleh dengan jalan melakukan revisiSPM dengan memasukkan mekanismepenanganan keluhan didalamnya.

Tahap selanjutnya, melakukan proyekpercontohan penerapan mekanismepenanganan keluhan. Dalam upayamengujicoba mekanisme penanganankeluhan ini, akan dibutuhkan jugacapacity building bagi pejabat dinasyang diserahi tanggung jawabmenangani keluhan serta mengelolakeluhan masyarakat.

Secara paralel harus juga dilakukandesakan ke parlemen daerah agarmembuat lembaga independen sebagaimediator jika terjadi sengketa antaramasyarakat dengan lembaga penyediajasa. Lembaga ini juga diharapkanmampu melakukan pengawasanterhadap penanganan keluhan sertausulan perbaikan dalam jajaranbirokrasi baik aspek kebijakannyamaupun struktur organisasinya,sehingga birokrasi menjadi akuntabel,responsif serta citizen friendly. ●

Laporan Program MEKANISME KOMPLAIN

Page 21: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

APBD. Satu istilah yang mulai populerdan hangat di bicarakan di masyarakatsejak era desentralisasi. APBDmerupakan satu isu penting yang perludireformasi. Ketertutupan prosespenganggaran dan ketidaktepatandalam mengalokasikan anggaran adalahdua masalah besar dalam APBD. APBDbelum memberikan manfaat yangsebesar-besarnya bagi kemakmuranmasyarakat. Masyarakat masih menjadipenonton dan bukan bukan pemainmeskipun ada proses yang dinamakanpenjaringan aspirasi masyarakat.

Selama ini proses penjaringanaspirasi masyarakat terkesan’hanya’formalitas karena rendahnya tingkat

akomodasi usulan masyarakat di APBDdan pesertanya elitis. Tingkat kehadiranperempuan (terutama perempuanmiskin) di pertemuan-pertemuantersebut sangat minim karenaketerbatasan akses dan informasi.Selain itu, kelompok ini dihadapkanpada problem khas perempuan yaitubeban kerja domestik. Maka, PATTIROingin mengupayakan agar suaraperempuan di sudut-sudut kota bisaterdengar oleh para pengambilkebijakan. Untuk itu disusunlah program“Gender Budget Advocacy : PengusulanProgram Responsif Gender di APBD2005”. Program ini terselenggara berkatdukungan dari The Asia Foundation.Program ini diselenggarakan di Jakarta,

Memperjuangkan Anggaran,Langkah Awal Pemberdayaan Perempuan

Laporan Program GENDER BUDGET

21

Page 22: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

22

Semarang, Tangerang dan Surakarta.Kegiatan-kegiatan yang ada meliputineed assessment basis, analisis APBDdan pengorganisasi politik.Proses need asessment melaluiwawancara dan FGD bertujuan untukmenggali permasalah sampai solusiyang diterjemahkan menjadi programyang akan diusulkan untuk diakomodasidalam APBD. Proses ini juga berfungsiuntuk melakukan pengorganisasiankomunitas. Kelompok perempuan diberimotivasi untuk menyuarakankebutuhannya secara bersama-sama. DItiap-tiap kota, di selenggarakan 5 kaliFGD di 5 kelurahan yang berbeda.Lokasi yang dipilih adalah kelurahanmiskin, sedangkan peserta FGD adalahperempuan miskin dan tokohperempuan setempat. Salah satu lokasiFGD adalah kelurahan Panggung Kiduldi Kota Semarang. Beberapa masalahyang muncul adalah masalah kesehatan(banjir dan rob air laut) dan masalahpendidikan (biaya pendidikan mahal).

Pada akhirnya, forum menyepakatibahwa program yang akan diajukanadalah program bantuan BBM untukpompa penyedot rob. Hal ini dipilihkarena semua merasakan masalah inikarena rob sering terjadi. Selain itu,masalah ini memiliki dampakmenambah beban perempuan.Misalnya, setelah air rob surut,pekerjaan perempuan bertambah yaituharus membersihkan rumahnya yangkotor. Selain itu si ibu juga harusmerawat anaknya yang terkenapenyakit kulit. Program bantuan BBMuntuk pompa penyedot air rob akansangat membantu masyarakatPanggung Kidul dan secara spesifikakan mengurangi beban perempuan di

Panggung Kidul. Ini adalah salah satucontoh program responsif gender yangdisusun melalui proses partisipatif.

Pada saat yang bersamaan, dilakukanjuga analisis APBD, baik secara umummaupun secara khusus. Analisisbertujuan untuk mengetahui pola umumalokasi APBD, menemukan sumber-sumber pemborosan anggaran, danmengetahui prosentase yang diterimaoleh masyarakat, perempuan, anakjalanan, lansia, dan kelompok marginallainnya. Hasil analisis ini akan dijadikanargumen ketika memperjuangkanusulan program dari basis. Bahwa tidakboleh lagi ada alasan ketiadaananggaran, hal biasa yang dilakukanpemerintah ketika menolak usulanmasyarakat. Selain itu hasil analisismemunculkan peluang dilakukannyarealokasi anggaran, memotonganggaran yang tidak perlu danmemindahkannya ke anggaran yangbisa dirasakan manfaatnya secaralangsung oleh masyarakat, laki-laki danperempuan.

Posisi PATTIRO yang melaporkanbeberapa dugaan praktek korupsi dieksekutif dan legislatif sejak 2003menjadikan PATTIRO memiliki posisitawar ketika memperjuangkan usulanbasis dan memberikan rekomendasirealokasi APBD. Pengorganisasian politikdilakukan melalui dua cara, kegiatanyang melibatkan komunitas dankegiatan yang dilakukan oleh fasilitator.Komunitas dilibatkan dengan melakukanhearing kepada dinas maupun DPRD.Dengan ini, komunitas diharapkan ikutmerasa memperjuangkan usulan pro-gram. Pengorganisasian yang tidakmelibatkan komunitas adalah kegiatan

Laporan Program GENDER BUDGET

Page 23: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

23

PATTIRO Annual Report 2005

lobby. Lobby dilakukan terutama kepadaanggota Dewan, dengan memberikandata hasil analisis RASK. Pada akhirnyalobby ini berkembang menjadi aktivitastechnical asisstance kepada anggotadewan banyak anggota baru yangbelum memahami seluk beluk APBD.Selain itu yang tak kalah pentingnyaadalah merangkul media. Mediamenjadi kawan dekat untukmenggalang opini publik terkait denganisu advokasi.

Beberapa hasil yang dicapai, sampaiakhir Desember 2004, beberapa usulanprogram dari basis berhasil digolkan.Antara lain, perbaikan jalan diPodhorejo, penambahan anggaranprogram bantuan BBM untuk mengatasibanjir dan rob (Semarang) , pengadaansarana air bersih di Panggung Kidul(Semarang), dan bantuan modalpembentukan koperasi di kelurahanKarang Timur (Tangerang). Beberaparealokasi berhasil di lakukan, misalnyaanggaran pembelian mobil camat

direalokasi menjadi pengadaan becaksampah. Dari sisi proses, pembahasanAPBD di DPRD menjadi lebih terbukadibanding sebelumnya.

Pelajaran penting yang bisa kami petikdari program ini, bahwa learning bydoing bagi perempuan miskin melaluiupaya memperjuangkan anggaranuntuk mereka ternyata cukup efektif .Apa yang diusulkan mereka tidak jauhdari upaya untuk meringankan bebanperempuan. Selama ini perempuanmiskin menghabiskan waktunya untukbekerja, yang yang dibayar maupunyang tak dibayar (un paid work). Kondisiini membuat perempuan miskin tidakmemiliki waktu untuk memikirkandirinya sendiri. Maka, meringankanbeban perempuan merupakan langkahawal pemberdayaan perempuan. Kedepan, PATTIRO mengajak semua pihakuntuk bekerja sama, bahu membahumelakukan upaya ini secara terusmenerus.

Page 24: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

24

Laporan Program BALEGDANAS

Program ini bertujuan untukmengidentifikasi berbagai permasalahanyang berkaitan dengan proses legislasibaik di tingkat nasional maupun daerahsekaligus berusaha memformulasikanberbagai kemungkinan peran publikdalam proses legislasi. Dengan katalain, program ini berusaha mendorongpada terciptanya proses legislasi yangmemberi kesempatan pada partisipasipublik yang lebih luas denganmemperhatikan kapasitas aktor danlembaga yang terlibat di dalamnya.

Program ini dilakukan di tingkat nasionaldan di daerah. Di tingkat nasionalpenekanan diberikan pada BadanLegislasi DPR (Baleg). Sementara didaerah, program dilakukan di dua levelyaitu propinsi, yaitu Propinsi Jawa

Tengah dan Sulawesi Selatan,sedangkan di level kabupaten/kotadilakukan di Kota Pekalongan dan KotaMalang. Direncanakan dapatdiselesaikan dalam waktu 6 bulan dariOktober 2004 hingga akhir Maret 2005.Penyelenggaranya adalah konsorsiumtiga lembaga yaitu PATTIRO, ForumKajian Hukum (FKH), Fakultas HukumUniversitas Pakuan Bogor danKonsorsium Reformasi Hukum Nasional(KRHN).

Diawali dengan studi literatur danwawancara terhadap berbagai pihakyang terlibat dalam proses legislasi,pemetaan mengenai masalah legislasidilakukan terutama di dua aktor utamayaitu legislatif (DPR) dan eksekutif

Studi Penguatan Kapasitas Legislasi Yang Partisipatif

Page 25: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

25

PATTIRO Annual Report 2005

(pemerintah) untuk tingkat nasional danDPRD dan Pemerintah Daerah untuktingkat daerah. Hasilnya adalah petamasalah dalam proses legislasi berikutkapasitas berbagai aktor yang terlibat didalamnya. Masalah-masalah ini dikajilebih mendalam dan menghasilkanrekomendasi untuk terciptanya proseslegislasi yang ideal dan partisipatif.Sudah tentu dalam proses ini jugamelibatkan stakeholder lain yaitu wargamasyarakat, NGO dan akademisi.

Hasil rekomendasi ini kemudiandisosialisasikan dalam bentuk seminar,sekaligus untuk memperoleh masukandalam kerangka penyempurnaanrekomendasi mengenai proses legislasi

yang ideal dan partisipatif baik ditingkat nasional maupun daerah.Berbagai masukan itu bersamarekomendasi yang dihasilkandirencanakan akan dipublikasikan dalambentuk buku.

Hingga saat ini rekomendasi mengenaiproses legislasi yang ideal danpartisipatif masih diformulasikan.Meskipun demikian, sambutan dariberbagai stakeholder yang terlibatdalam proses legislasi cukupmenggembirakan. Bahkan di KotaMalang, beberapa anggota DPRDterlibat aktif dalam proses perumusanrekomendasi.●

Page 26: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

26

AKTIVA LANCAR 331,480,695

KAS 310,400,495

Kas 527,500

Bank

Rek. Giro O2 2,235,186

O3 139,146,949

O4 158,958,092

Tabungan 9,532,768

PIUTANG 21,080,200

Piutang Staff 21,080,200

Piutang Program 0

UANG MUKA 0

Uang Muka Program 0

Uang Muka Lainnya 0

AKTIVA TETAP BERWUJUD 10,600,000

HARGA POKOK 41,841,075

Komputer dan Aksesoris 41,041,075

Mebelair 800,000

AKUMULASI PENYUSUTAN (31,241,075)

Komputer dan Aksesoris (31,241,075)

Mebelair 0

AKTIVA TETAP LAIN 0

Buku Perpustakaan 0

TOTAL AKTIVA 342,080,695

*) un-audited

26

LAPORAN POSISI KEUANGAN1 Januari - 31 Desember 2004dalam rupiah

HUTANG LANCAR 0

Hutang Lancar 0

Hutang Program 0

MODAL 54,677,170

Hibah

Tidak Terikat 0

Hibah Organisasi 0

Cadangan

Modal Cadangan 54,677,170

SALDO PENERIMAAN

TAHUN BERJALAN 287,403,525

TOTAL LIABILITIES

AND NET ASSETS 342,080,695

AKTIVA PASIVA

*)

Laporan KEUANGAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN

Page 27: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

27

PATTIRO Annual Report 2005

27

PENERIMAAN

PENERIMAAN PROGRAM 1,469,945,269

Program Ford Foundation 557,678,800

Program UNDP (United Nations Development Programme) 355,191,469

Program TAF (The Asia Foundation) 250,000,000

Program AusAID (Australian AID) 307,075,000

OTHERS 16,127,291

Bunga Bank 5,931,772

Kontribusi Perorangan 8,520,519

Penyewaan LCD 1,000,000

Penjualan Buku 675,000

TOTAL PENERIMAAN 1,486,072,560

PENGELUARAN

PENGELUARAN PROGRAM 1,130,763,804

Program Ford Foundation 508,979,455

Program UNDP (United Nations Development Programme) 356,498,469

Program TAF (The Asia Foundation) 109,262,360

Program AusAID (Australian AID) 156,023,520

PENGELUARAN NON PROGRAM 67,905,231

Biaya Variabel Staff 5,170,000

Biaya Telepon 16,081,807

Biaya Listrik 6,144,818

Biaya Air 1,596,900

Biaya Linknet 8,698,000

Office Boy 5,600,000

Sumbangan Sosial 300,000

Biaya Administrasi Bank dan Pajak 5,419,228

Biaya Penyusutan Aktiva Tetap 18,894,478

TOTAL PENGELUARAN 1,198,669,035

SALDO PENERIMAAN TAHUN BERJALAN 287,403,525

LAPORAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN1 Januari - 31 Desember 2004dalam rupiah

LAPORAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN

PATTIRO Annual Report 2005

*) un-audited

*)

Page 28: Laporan Tahunan PATTIRO (Pusat Telaah dan Informasi Regional) 2005

28

PATTIRO TANGERANGKomp. PengayomanJl. Perdata II No. 9Tangerang – BantenTelepon: (62-21) 55794237

PATTIRO SERANGJl. Sadewa No. 13 AKomp PEMDASerang 42151 – BantenTelepon: (62-254) 206921

PATTIRO MALANGJl. Arief Margono Gg. II No 15Malang - Jawa TimurTelepon: (62-341) 341725

PATTIRO GRESIKJl. Pontianak I/85Gresik - Jawa TimurTelepon: (62-31) 3953304

PATTIRO PEKALONGANJl. Raya HOS Cokroaminoto Gg. 15 No. 24LandungsariPekalongan - Jawa TengahTelepon: (62-285) 7902805

PATTIRO SEMARANGJl. Wonodri Joho II No 1012FRT. 02/RW. 03Semarang – Jawa TengahTelepon: (62-24) 8451650

PATTIRO SOLOSodipan RT 08 RW 05Kel. Panjang. Kec. LaweyanSurakarta 57146Telepon: (62-271) 7023799

Sekretariat PATTIRO Daerah

Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO)Jl. Tebet Utara IIC No. 22, Jakarta Selatan

Jakarta 12820, IndonesiaTelepon: (62-21) 8297954Faks.: (62-21) 8297954

Website: www.pattiro.orgEmail: [email protected]

[email protected]