laporan tahunan 2011_final.compressed.pdf

57
1 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-NYA, sehingga buku Laporan Tahunan Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Tahun 2011 dapat diselesaikan dengan baik. Mengingat negara Indonesia sebagai negara dengan potensi ekonomi yang sangat besar, memilki kepentingan secara strategis untuk berpartisipasi dalam perundingan internasional untuk memperjuangkan kepentingan nasional terkait akses pasar. Dengan di dukung oleh kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang besar, Indonesia telah diakui oleh dunia sebagai salah satu kunci penting keberhasilan perundingan perdagangan pada berbagai fora. Buku ini merupakan rangkuman dari kegiatan perundingan dan kesepakatan Ditjen Kerja sama Perdagangan Internasional yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2011 di ketiga fora perundingan yakni multilateral regional, dan bilateral. Selain itu buku ini juga menguraikan hal- hal yang akan dilaksanakan dan dicapai pada tahun 2012, serta masalah-masalah yang masih perlu penanganan tindak lanjut secara intensif sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari Ditjen Kerja sama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan. Akhir kata, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penerbitan buku Laporan Tahunan ini. Harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Jakarta, Maret 2012, DIREKTUR JENDERAL KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL GUSMARDI BUSTAMI

Upload: nguyennhi

Post on 12-Jan-2017

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

1Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-NYA,

sehingga buku Laporan Tahunan Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Tahun 2011

dapat diselesaikan dengan baik.

Mengingat negara Indonesia sebagai negara dengan potensi ekonomi yang sangat besar,

memilki kepentingan secara strategis untuk berpartisipasi dalam perundingan internasional

untuk memperjuangkan kepentingan nasional terkait akses pasar. Dengan di dukung oleh

kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang besar, Indonesia telah

diakui oleh dunia sebagai salah satu kunci penting keberhasilan perundingan perdagangan pada

berbagai fora.

Buku ini merupakan rangkuman dari kegiatan perundingan dan kesepakatan Ditjen Kerja sama

Perdagangan Internasional yang telah dilaksanakan sepanjang tahun 2011 di ketiga fora

perundingan yakni multilateral regional, dan bilateral. Selain itu buku ini juga menguraikan hal-

hal yang akan dilaksanakan dan dicapai pada tahun 2012, serta masalah-masalah yang masih

perlu penanganan tindak lanjut secara intensif sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari Ditjen

Kerja sama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan.

Akhir kata, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan dan penerbitan buku Laporan Tahunan ini. Harapan kami, semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Maret 2012,DIREKTUR JENDERALKERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

GUSMARDI BUSTAMI

Page 2: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

3Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

DAFTAR ISI

HALKATA PENGANTAR ............................................................................ iDAFTAR ISI ........................................................................................ iiiRINGKASAN EKSEKUTIF .....................................................................I. PROFIL DITJEN. KPI .................................................................

v1

II. PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL .................................................................... 5

III. KEGIATAN PENUNJANG ......................................................... 39IV. STRATEGI TAHUN 2012 .......................................................... 49KALEDIOSKOP DITJEN. KPI TAHUN 2011 ............................................ 50

Page 3: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

4 Laporan Tahunan 2011

Page 4: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

5Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

RINGKASAN EKSEKUTIFEkonomi dunia mulai pulih di awal tahun 2011, namun ternyata pada pertengahan tahun 2011 ekonomi dunia kembali dihantam badai krisis. Badai krisis ekonomi kali ini bermula dari krisis keuangan yang terjadi di Yunani dan berimbas pada kestabilan keuangan Uni Eropa. Di satu sisi krisis ekonomi di Amerika Serikat masih belum pulih sejak tahun 2008. Hal ini tercermin dari revisi pertumbuhan ekonomi dunia yang dikeluarkan International Monetary Fund (IMF), dari 4% di tahun 2011 menjadi 3,3% di tahun 2012. Namun demikian proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih diproyeksikan pada kisaran angka 6%.

Dengan demikian Indonesia masih harus tetap melanjutkan strategi peningkatan diversifikasi pasar ekspor untuk menstimulasikan tingkat pertumbuhan ekonomi.

Strategi ini telah terbukti berhasil pada tahun 2011, dengan indikatornya adalah nilai ekspor Indonesia yang mencapai USD 203 miliar. Nilai ekspor ini telah melampaui target yang telah ditetapkan diawal tahun yakni sebesar USD 200 miliar.

Untuk tahun 2012 target ekspor Indonesia telah ditetapkan sebesar USD 230 Miliar oleh Menteri Perdagangan. Untuk mencapai target ekspor tersebut Direktorat Jenderal Kerja Sama Internasional mengemban tugas untuk membuka akses pasar non tradisional seluas-luasnya seperti kawasan Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika. Mengingat pasar tradisional saat ini seperti Amerika Serikat, Uni Erop, RRT, Jepang, dan India diperkirakan akan mengalami perlambatan ekonomi.

Upaya lain yang dilakukan oleh Ditjen Kerja sama Perdagangan Internasional adalah dengan cara terus menerus mendorong perundingan di semua fora perundingan melalui 3 (tiga) fora kerjasama, yaitu: (i) fora multilateral; (ii) fora regional; dan (iii) fora bilateral.

Dari ketiga fora kerja sama tersebut, beberapa pencapaian yang telah dicapai oleh Ditjen KPI pada tahun 2011, antara lain:

1. Pencapaian hasil kerja sama perdagangan internasional di forum multilateral adalah keberhasilan Negosiasi isu pertanian di World Trade Organization (WTO) pada awal Januari 2011 terkait tentang Special Safeguard Mechanism (SSM) pada Committee on Agriculture Special Session/COA-SS) yang membahas masalah Draf Teks ke-5 Pertanian. Pada tahun 2011 Indonesia dapat menyelesaikan dan mengamankan kepentingan Indonesia dalam beberapa isu diantaranya adalah:a. Penyusunan database level OTDS Indonesia, yang bermanfaat bagi Indonesia dalam hal

Domestic Support atau subsidi domestik.b. Penyusunan HS 9 Digit Produk Tropis yang akan diajukan untuk dihapuskan tarif bea

masuknya di negara maju.c. Penentuan kisaran angka trigger SSM yang berpedoman pada prinsip posisi defensif dan

ofensif.d. Penentuan Sensitive Product (SPs) apabila hanya ditetapkan zero cut hanya 5% dari total

SP Indonesia.e. Simulasi produk-produk sensitif yang akan terpotong tarif bea masuknya berdasarkan

pemotongan tarif general tier formula.

2. Tahun 2011 ASEAN menggarisbawahi 4 (empat) hal penting yang perlu dipastikan pelaksanaannya dalam rangka mewujudkan AEC 2015 yakni: (i) percepatan implementasi

Page 5: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

6 Laporan Tahunan 2011

AEC Blueprint; (ii) ASEAN Centrality sebagai prinsip ASEAN dalam membangun regional architecture; (iii) pengembangan ekonomi yang merata di ASEAN; dan (iv) penguatan ASEAN Secretariat dalam melaksanakan peran dan tugasnya dalam mengawal perkembangan integrasi ekonomi ASEAN. Khusus tahun 2011 Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan 2 sidang ASEAN Summit dan 1 sidang tingkat Menteri Ekonomi. Dengan terselenggaranya sidang tersebut maka implementasi ASEAN Economic Community 2015 diharapkan dapat segera terwujud. Untuk Ketua ASEAN di tahun 2012 adalah Cambodia, diharapkan ketua selanjutnya dapat meneruskan semua komitmen yang telah disepakati di tahun 2011.

3. Para Menteri APEC menyadari belum adanya kemajuan substantif pasca pertemuan para Pemimpin APEC di Yokohama, dan belum adanya solusi dalam mengatasi perbedaan yang ada sehingga Doha Development Agenda(DDA) sulit terselesaikan pada tahun 2011. Para Menteri sepakat untuk menjembatani perbedaan yang ada pada proses penyelesaian DDA secara konkret. Selain itu juga mereka sepakat untuk memanfaatkan momentum ini sehingga dapat memberikan dorongan politik yang diperlukan. Dalam kaitan ini para Menteri menyepakati Statement on the WTO Doha Development Agenda Negotiations and Resisting Protectionism.Dengan APEC Supply-Chain Connectivity Action Plan yang disepakati para Leaders di Yokohama tahun 2010, diharapkan dapat membantu pencapaian APEC wide target dalam peningkatan kinerja supply-chain, yaitu penurunan waktu, biaya, dan ketidakpastian pergerakan barang dan jasa di kawasan Asia-Pasifik sebesar 10% pada tahun 2015. Para Menteri sepakat untuk melaksanakan kegiatan konkret pada tahun 2011 guna mendukung pencapaian target tahun 2015 di antaranya melalui:

a. Pengembangan rencana dan langkah untuk simplifikasi prosedur pabean, dan pengembangan best practices guna implementasi de minimis values yang lebih luas terkait dengan batas minimal imports value yang dikenakan bea masuk pabean;

b. Peningkatan dan pengembangan penggunaan advance rulings dan pre-arrival processing for shipment;

c. Penyelesaian APEC Authorized Economic Operator (AEO) Best Practices Guidelines dan pengembangan rencana capacity building guna mendukung pelaksanaan guidelines;

d. Meningkatkan kapasitas sub-provider logistik lokal dan regional melalui peningkatan daya saing; dan

e. Pengembangan guidelines yang dapat digunakan oleh otoritas pabean dalam penanganan penyalahgunaan hak atas kekayaan intelektual melalui identifikasi langkah efektif yang dapat digunakan sebagai penegakkan atas hukum hak atas kekayaan intelektual di perbatasan.

4. Developing-8 (D-8) didirikan melalui Deklarasi Istanbul pada Konferensi Tingkat Tinggi Pertama D-8 (KTT D-8 ke-1) pada tanggal 15 Juni 1997 di Istanbul, Turki. Salah satu kerja sama D-8 terdapat forum kerja sama di bidang pertanian dan dalam pertemuan The Second D-8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security terdapat lima Working Group, diantaranya: (i) Working Group on Seed Bank; (ii) Working Group on Animal Feed; (iii) Working Group on Fertilizer; (iv) Working Group on Standards and Trade Issues; dan (v) Working Group on Marine and Fisheries. The Second D-8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security dilaksanakan pada tanggal 16-18 Mei 2011 di Tehran, Iran.

5. Pada pertemuan Bilateral Indonesia – Korea Selatan yang ditandai dengan penandatanganan MoU Governing Mutual Administrative Assistance and Cooperation on the Implementation of Origin Certification and Verification of the Agreement on Trade in Goods under AKFTA antara

Page 6: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

7Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

RI-Korea Selatan telah dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2011. MoU tersebut bertujuan untuk mencegah dan mengatasi pemalsuan certificate of origin (CoO)/Surat Keterangan Asal (SKA) dan pelanggaran lainnya yang mengganggu pelaksanaan perjanjian barang dalam kerangka AKFTA. Penandatanganan MoU tersebut dilakukan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan; Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan; dan Commissioner of the Korea Customs Service (KCS

6. Pertemuan Komisi Bersama Indonesia – China atau Joint Commission Meeting (JCM) merupakan wadah formal bilateral tahunan di bidang ekonomi perdagangan dan investasi yang menindaklanjuti Kemitraan Strategis (Strategic Partnership) yang telah ditandatangani oleh kedua Kepala Negara pada tahun 2005.

Pada pertemuan Presiden RI dan PM China di Jakarta bulan April 2011, kedua Kepala Pemerintahan telah menyaksikan penandatanganan Agreement on Expanding and Deepening Bilateral Economic and Trade antara Menteri Perdagangan RI dan China, di mana salah satu isi pentingnya adalah pembentukan Working Group on Trade Resolution dan Working Group on Economic Cooperation.

Agreement tersebut bertujuan untuk lebih meningkatkan kerja sama dan mempromosikan perkembangan sosial dan ekonomi masing-masing sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku pada masing-masing negara.

7. Pertemuan ketiga Joint Study Group (JSG) Indonesia-Turki, dilaksanakan pada tanggal 24-26 Februari 2011 di Ankara, Turki. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas Final Joint Report kedua pihak serta menyusun kesimpulan dan rekomendasi dari JSG Indonesia-Turki dimaksud.

8. Sepanjang tahun 2011, perundingan perdagangan jasa WTO telah menyelenggarakan beberapa sidang dengan membahas isu Implementation of the Modalities for the Special Treatment for Least-Developed Country Members in the Trade in Services Negotiations (LDCs Modalities) dan Review of Progress in Negotiations, Including Pursuant to Paragraph 15 of the Guidelines for Negotiations serta Organization of Future Work.

9. Pada perundingan Jasa Apec Isu-isu yang dibahas dalam Group on Services (GOS) 3 ini dikelompokkan ke dalam 3 topik utama, yakni: (i) Completed Projects; (ii) Updates on current Group on Services Activities; dan (iii) New work Group on Services program.

Strategi kedepan Kerja sama Perdagangan Internasional, antara lain:

1. Dalam fora multilateral, setiap negara terikat oleh aturan dan ketentuan yang dalam hal ini diatur oleh WTO. Selama tahun 2011, Indonesia beberapa kali mengalami tuduhan dari negara lain atas kebijakan perdagangannya. Salah satunya adalah tuduhan atas kebijakan Indonesia terhadap rokok kretek dari Amerika Serikat. Ditjen KPI melalui Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di Jenewa untuk WTO dan Direktorat Multilateral berhasil menangani tuduhan dengan baik dan memenangkan dispute tersebut. Ditjen KPI juga akan meningkatkan peran KADI dan KPPI sebagai instrumen pengamanan perdagangan dalam fora multilateral. Selain itu Direktorat Multilateral akan memanfaatkan secara optimal forum Trade Policy Review (TPR) sebagai sarana untuk mengevaluasi kebijakan multilateral RI dan sekaligus sebagai ajang public relations terkait bidang perdagangan.

2. Serah terima Keketuaan ASEAN dari Indonesia kepada Cambodia

Setelah sukses menjadi tuan rumah dan ketua ASEAN di tahun 2011, Indonesia menyerahkan tongkat estafet keketuaan pada Cambodja. Di tahun 2012 Ditjen KPI akan terus aktif dalam

Page 7: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

8 Laporan Tahunan 2011

perundingan ASEAN, terutama dalam mengemban misi untuk membantu terwujudnya ASEAN Economic Community 2015. Selain itu, ASEAN juga akan terus memperkuat hubungan regional dengan Rusia dan Amerika Serikat dalam forum East Asia Summit, sehingga akses pasar bagi para pengusaha Indonesia akan menjadi lebih besar. Ditjen KPI juga akan terus mensosialisakan lingkup kerja sama ekonomi ASEAN kepada para pengusaha lokal, agar tercipta mindset bahwa ASEAN adalah pasar Indonesia.

3. Trans Pacific Partnership (TPP) dan Persiapan Menjadi Tuan Rumah APEC 2013

Seperti halnya kerja sama ekonomi dalam kerangka ASEAN, kerja sama ekonomi dalam kerangka APEC pun tidak kalah penting, khususnya dalam pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP). Dengan bergabungnya Jepang dalam forum TPP akan mempengaruhi pola kerja sama ekonomi Indonesia di forum tersebut. Ditjen KPI akan terus berupaya membawa misi dagang dan ekonomi yang menjadi national interest dalam forum APEC.

Momentum Indonesia sebagai tuan rumah APEC pada tahun 2013 akan dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan posisi runding dan citra Indonesia. Dengan menjadi tuan rumah APEC, Indonesia akan berpartisipasi aktif dalam mewujudkan liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasn Asia Pasifik sebagaimana yang tercantum dalam bogor goals dengan tetap memelihara kepentingan nasional. Selain itu, sosialisasi terhadap persiapan menjadi tuan rumah APEC 2013 dan TPP juga diperlukan mengingat masih rendahnya social awareness masyarakat dan pengusaha Indonesia.

4. Pembukaan Kerja Sama yang lebih aktif dengan negara pasar non tradisional

Pada tahun 2012, Ditjen KPI berencana melakukan kunjungan kerja dan misi dagang ke beberapa negara pasar non tradisional, diantaranya : Brazil, Argentina, Afrika Selatan dan Nigeria. Pemilihan mitra negara pasar non tradisional tersebut diperkuat oleh fakta bahwa negara-negara dari Amerika Selatan dan Afrika memiliki potensi perekonomian yang besar dan akan terus berkembang.

5. Mempererat hubungan dagang dengan negara mitra pasar tradisional.

Selain menjalin hubungan dagang dan perekonomian baru dengan negara pasar non tradisional, Ditjen KPI juga terus berusaha mempererat hubungan dagang dan ekonomi yang sudah terjalin dengan negara mitra dari pasar tradisional. Sebagai contoh, hubungan dagang dan ekonomi dengan Republik Korea akan dipererat dengan join announcement RI-Korea CEPA yang rencananya akan dilaksanakan di Seoul, Korea Selatan oleh Pemimpin kedua negara pada Maret 2012.

6. Perdagangan Jasa menjadi terasa lebih penting dalam model kerja sama dagang dan ekonomi komprehensif dimasa mendatang, tidak terlepas pada fora multilateral, regional, dan bilateral. Dalam organisasi ASEAN contohnya, terdapat perundingan AFAS yang mengurusi bidang perdagangan jasa. Sejauh ini AFAS sudah dilaksanakan sebanyak 8 kali. AFAS ke-9 akan dilaksanakan pada rangkaian perundingan ASEAN di tahun 2012. Di dalam fora bilateral, pentingnya keterlibatan perdagangan jasa dapat dilihat dari contoh kerja sama dagang dan ekonomi antara Indonesia dan Republik Korea dalam model Comprehensive Economic Partnership Agreement ( CEPA ) yang baru disepakati akhir-akhir ini. Selain itu, perundingan perdagangan jasa di fora multilateral, diatur dalam Generel Agreement on Trade and Services ( GATS ) yang terus disempurnakan sampai sekarang.

Page 8: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

1 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

I. PROFIL DITJEN KPI

VISI

“Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi serta

Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan”

MISI

1. Meningkatkan akses pasar ekspor melalui diplomasi perdagangan;

2. Mengamankan kebijakan perdagangan nasional di forum internasional.

Multilateral

Regional

Bilateral

Page 9: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

2 Laporan Tahunan 2011

DITJEN KPI DARI MASA KE MASA

Sebagai salah satu unit kerja yang menangani bidang kerja sama perdagangan internasional, dalam perjalanannya Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional telah mengalami beberapa kali pergantian nama yang secara kronologis dapat diuraikan sebagai berikut:

Tahun 1962 - 1996 Seiring dengan kehadiran Departemen Perdagangan Republik Indonesia, pada periode ini institusi yang menangani hubungan kerja sama internasional adalah Direktorat Hubungan Perdagangan Luar Negeri yang merupakan salah satu Direktorat dalam lingkungan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri. Tupoksi dari Direktorat Hubungan Perdagangan Luar Negeri antara lain yaitu menyelenggarakan hubungan kerja sama internasional antara Indonesia dengan negara - negara mitra dagang, lembaga perdagangan internasional baik di tingkat regional (ASEAN, APEC), di tingkat multilarteral (GATT/WTO, UNCTAD, QIC/OKI, ESCAP, UNIDO) demikian pula dengan beberapa asosiasi komoditi pada tataran internasional seperti, International Pepper Community (IPC), Asia Pacific Coconut Community (APCC), Association of Natural Rubber Producing Countries (ANPRC), International Textile and Clothing Bureau (ITCB).

Tahun 1996 - 1997 Sebagai konsekuensi penggabungan Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan menjadi Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Keppres nomor 388/M tahun 1995 tanggal 6 Desember 1995) maka melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 92 / MPP / Kep / 4 / 1996, Direktorat Hubungan Perdagangan Luar Negeri di pecah menjadi dua direktorat yaitu Direktorat Hubungan Perdagangan Bilateral dan Direktorat Hubungan perdagangan Multilateral dan Regional. Pemekaran menjadi dua direktorat ini sebagai konsekuensi dari perkembangan di era globalisasi di mana Indonesia harus ikut dalam berbagai perundingan di kancah internasional baik di forum bilateral maupun regional dan multilateral.

Tahun 1997 - 2001 Perkembangan kerja sama di bidang perdagangan internasional terus mengalami perubahan yang pesat yang diikuti dengan perkembangan lingkungan strategis pasca perang dingin yang ditandai dengan pertarungan ideologi (politik internasional) kearah simbiose ekonomi politik (perdagangan internasional). Hal ini menuntut Indonesia untuk turut serta berperan aktif pada fora internasional (bilateral, regional , dan multilateral), maka melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan perdagangan nomor 444 / MPP / Kep / 9 / 1998 maka dibentuk Direktorat Jenderal Kerja sama Lembaga Industri dan Perdagangan Internasional (Ditjen KLIPI) yang terdiri dari 4 Direktorat yaitu Direktorat Kerja sama Bilateral I, Direktorat Kerja sama Bilateral II, Direktorat Kerja sama Regional, Direktorat Kerja sama Multilateral dan 1 Sekretariat.

Tahun 2001 - 2004 Melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 86 / M / Kep / 3 / 2001 Direktorat Jenderal Lembaga Kerja Sama Industri dan Perdagangan Internasional (Ditjen KLIPI) mengalami pergantian nama menjadi Direktorat Jenderal Kerja sama

Page 10: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

3 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

Industri dan Perdagangan Internasional (Ditjen KIPI). Dalam struktur organisasi Ditjen KIPI terdiri dari 5 Direktorat yaitu Direktorat Kerja sama Bilateral 1, Direktorat Kerja sama Bilateral 2, Direktorat Kerja sama Regional, Direktorat kerja sama Multilateral, dan Direktorat Pengamanan Perdagangan serta 1 Sekretariat.

Tahun 2004 - 2005 Kebijakan pemerintah dalam kabinet Indonesia Bersatu telah memisahkan kembali Departemen Perindustrian dan Perdagangan menjadi Departemen Perindustrian dan Departemen perdagangan. Hal ini tertuang dalam Keputusan Presiden nomor 187/M tahun 2004 tanggal 20 Okrober 2004 yang selanjutnya keberadaan Direktorat Jenderal Kerja sama Industri dan Perdagangan Internasional saat ini di bawah Departemen Perdagangan.

Tahun 2005 – Sekarang Berkaitan dengan kebijakan pemerintah tersebut di atas, melalui Peraturan Presiden nomor 10 tahun 2005 terjadi pergantian nama Direktorat Jenderal Kerja sama Industri dan Perdagangan Internasional menjadi Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional.

TUGAS POKOK DITJEN KPI

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Ditjen KPI:

1. Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Perdagangan.

2. Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional dipimpin oleh Direktur Jenderal.

Direktorat Jenderal Kerja sama Perdagangan Internasional mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kerja sama perdagangan internasional.

Dalam melaksanaan tugas pokok, Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan di bidang kerja sama perdagangan internasional;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang kerja sama perdagangan internasional;

3. Penyusunan pedoman, norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang kerja sama perdagangan internasional;

4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang kerja sama perdagangan internasional; dan

5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kerja sama Perdagangan Internasional.

Page 11: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

4 Laporan Tahunan 2011

STRUKTUR ORGANISASI

Page 12: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

5 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

II. PERKEMBANGAN KERJA SAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Ekonomi dunia mulai pulih di awal tahun 2011, namun ternyata pada pertengahan tahun 2011 ekonomi dunia kembali dihantam badai krisis. Badai krisis ekonomi kali ini bermula dari krisis keuangan yang terjadi di Yunani dan berimbas pada kestabilan keuangan Uni Eropa. Di satu sisi krisis ekonomi di Amerika Serikat masih belum pulih sejak tahun 2008. Hal ini tercermin dari revisi pertumbuhan ekonomi dunia yang dikeluarkan oleh International Monetary Fund (IMF), dari 4% di tahun 2011 menjadi 3,3% di tahun 2012. Namun demikian proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih diproyeksikan pada kisaran angka 6%.

Untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, Kementerian Perdagangan melalui Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional menjalankan strategi diversifikasi tujuan ekspor ke negara-negara pasar nontradisional. Selain itu, Ditjen KPI memiliki kegiatan prioritas nasional yaitu dengan peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional dalam rangka mempertahankan laju ekspor Indonesia.

Strategi ini telah terbukti berhasil pada tahun 2011, dengan indikatornya adalah nilai ekspor Indonesia yang mencapai USD 203 miliar. Nilai ekspor ini telah melampaui target yang telah ditetapkan diawal tahun yakni sebesar USD 200 miliar.

Untuk tahun 2012 target ekspor Indonesia telah ditetapkan sebesar USD 230 Miliar oleh Menteri Perdagangan. Untuk mencapai target ekspor tersebut Direktorat Jenderal Kerja Sama Internasional mengemban tugas untuk membuka akses pasar non tradisional seluas-luasnya seperti kawasan Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika. Mengingat pasar tradisional saat ini seperti Amerika Serikat, Uni Erop, RRT, Jepang, dan India diperkirakan akan mengalami perlambatan ekonomi.

Selain membuka akses pasar non tradisional Ditjen KPI juga akan meningkatkan posisi Indonesia pada setiap forum perundingan perdagangan internasional. Dengan meningkatkan posisi dari anggota biasa menjadi koordinator ataupun ketua dalam setiap perundingan secara tidak langsung akan meningkatkan citra Indonesia dalam forum internasional.

Page 13: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

6 Laporan Tahunan 2011

A. Direktorat Kerja Sama Multilateral

1. Pertanian/Agriculture

Negosiasi isu pertanian di World Trade Organization (WTO) pada awal Januari 2011 adalah terkait tentang Special Safeguard Mechanism (SSM) pada Committee on Agriculture Special Session/COA-SS) yang membahas masalah Draf Teks ke-5 Pertanian. Pembahasan hal ini telah memasuki tahap konsultasi informal baik plurilateral maupun bilateral.

Kemajuan yang telah dicapai dalam rangkaian sidang tersebut adalah adanya indikasi yang kuat dari para anggota untuk terus melakukan konsultasi setelah sidang ini berakhir, baik untuk membahas isu outstanding maupun isu teknis lainnya. Arah pendekatan pembahasan isu teknis dan outstanding ke depan akan lebih diserahkan ke negara-negara key players untuk menyelesaikannya, baik dalam format small groups maupun konsultasi bilateral.

Indonesia sendiri masih terlibat aktif melakukan konsultasi bilateral dan plurilateral mengenai isu SSM dengan beberapa negara yang berkepentingan untuk mengamankan ekspor produk pertanian mereka seperti Australia, Selandia Baru, dan Norwegia.

Indonesia dalam perundingan bidang pertanian akan membahas dan menyelesaikan seluruh isu pending pertanian, diantaranya adalah technical issues serta beberapa bracketed issues di ketiga pilar Domestic Support, Market Access, dan Export Competition. Indonesia menyatakan kesiapannya untuk terus berpartisipasi dalam pembahasan problem solving atas isu SSM.

Pada tahun 2011 Indonesia dapat menyelesaikan dan mengamankan kepentingan nasional dalam beberapa isu diantaranya adalah:

a. Penyusunan database level OTDS Indonesia, yang bermanfaat bagi Indonesia dalam hal Domestic Support atau subsidi domestik.

b. Penyusunan HS 9 Digit Produk Tropis yang akan diajukan untuk dihapuskan tarif bea masuknya di negara maju.

c. Penentuan kisaran angka trigger SSM yang berpedoman pada prinsip posisi defensif dan ofensif.

d. Penentuan Sensitive Product (SPs) apabila hanya ditetapkan zero cut hanya sebesar 5% dari total SP Indonesia.

e. Simulasi produk-produk sensitif yang akan terpotong tarif bea masuknya berdasarkan pemotongan tarif general tier formula.

Page 14: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

7 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

2. Non Pertanian/ Non Agriculutural Market Access (NAMA)

Sidang NAMA yang dilaksanakan pada tanggal 14-18 Maret 2011 membahas sejumlah dokumen baru dan pertemuan informal Product Basket Approach dalam rangka inisiatif sektoral. Adapun proposal-proposalnya adalah sebagai berikut: Proposal LDCs terkait Rules of Origin (RoO), Proposal Korea terkait standar internasional dan Conformity Assessment Procedures dalam negosiasi NTB produk elektronik, Proposal Israel terkait Request-offer approach dalam negosiasi NAMA, Proposal sejumlah negara terutama Singapura terkait negosiasi sektoral, dan Proposal ACP Group terkait transparansi. Diharapkan negara-negara pengusul usulan dalam proposal tersebut dapat segera melakukan konsultasi.

3. Fasilitasi dan Aturan

Perdagangan

a. Trade Facilitation

Dalam beberapa sidang Negotiating Group on Trade Facilitation (NGTF), selama tahun 2011 mencatat telah diadakan pertemuan informal, bilateral, dan plurilateral NGTF. Tujuan dari pertemuan informal ini adalah konsolidasi melalui konsultasi intensif di antara anggota WTO untuk men-stream linedraft text. Pertemuan informal ini disebut dengan nama Facilitator Led Informal Consultation yakni anggota WTO yang bertindak sebagai fasilitator mengoordinasikan pertemuan informal ini bertempat di Sekretariat WTO maupun di mission.

Untuk mengantisipasi agar posisi RI atas Draft Consolidated Text Trade Facilitation dapat terakomodir dengan baik, maka RI telah melakukan konsolidasi dan koordinasi dengan instansi-instansi terkait dan akan segera menyusun written comment berisi masukan, tanggapan dan posisi runding RI atas Draft Consolidated Text revisi ke 7 dan Draft proposed text guna mengamankan kepentingan RI pada perundingan dimaksud. Manfaat dari hal tersebut adalah untuk mempermudah masuknya barang ekspor di negara mitra dagang dengan menciptakan sistem transparansi proses administrasi yang dibutuhkan dalam melaksanakan ekspor.

b. Negotiating Group on Rules (NG on Rules)

Sidang NG on Rules sampai saat ini masih membahas beberapa isu utama, antara lain seperti zeroing, circumvention, dan product underconsideration. Untuk isu ini,Indonesia pada dasarnya keberatan dengan penerapan zeroing dalam menentukan dumping margin. Karena dengan metode ini akan meningkatkan dumping margin dan dianggap merugikan bagi negara-negara berkembang.

Sedangkan untuk fisheries subsidies, Indonesia tengah mempersiapkan proposal baru dengan tetap berbasis pada proposal Indonesia yang lama serta mengakomodir perkembangan perundingan.

4. Hak Kekayaan

Intelektual, Investasi Lingkungan dan Isu Baru

a. Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (Trips)

Pada tahun 2011, sebagaimana telah diagendakan secara reguler, TRIPS Council telah menyelenggarakan sidang sebanyak 3 (tiga) kali. Dalam setiap sidang TRIPS Council, Indonesia turut menyuarakan kepentingan mayoritas negara berkembang khususnya terkait isu Geographical

Page 15: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

8 Laporan Tahunan 2011

Indications (GI) dan TRIPS - Convention on Biological Diversity (CBD).

Pada bulan April 2011, Indonesia bersama beberapa negara berkembang lainnya sepakat untuk mengusulkan proposal terkait dengan amandemen Article 29 TRIPS Agreement. Melalui usulan amandemen ini diharapkan nantinya TRIPS Agreement dapat memfasilitasi pencegahan penyalahgunaan Sumber Daya Genetik (SDG) dan pemberian paten yang tidak tepat serta meningkatkan transparansi dalam pemanfaatan SDG. Hal ini merupakan salah satu kepentingan diplomasi Indonesia yang saling melengkapi dengan perjuangan di berbagai fora lain.

b. Trade and Environment

Untuk sidang Committee on Trade and Environment (CTE) membahas mengenai beberapa submission baru,yaitu:

1) Proposal draft text memenuhi mandat perundingan para 31 (i) dan (ii) yang diajukan oleh delegasi US;

2) Simulasi mengenai penurunan tarif terhadap environmental goods yang disampaikan oleh delegasi China; dan

3) Proposal outcome on Paragraph 31 (iii) yang diajukan oleh delegasi Singapura dan Meksiko.

Selain itu pada tanggal 22 Maret 2011, Indonesia dan Amerika Serikat telah melakukan bilateral meeting untuk membahas proposal Amerika Serikat mengenai Paragraf 31 (i) dan 31 (ii) terkait dengan dimasukkannya Sanitary and Phytosanitary Agreement dalam preambul.

Selain itu juga mengenai concern Indonesia terhadap AS yang menginginkan perlunya share domestic experience. Diharapkan pembahasan tidak hanya pada trade data and technical data saja tetapi diperluas juga terhadap Non Tariff Barriers (NTBs) serta cross cutting issue seperti Technical Assistance and Capacity Building misalnya issue technology transfer.

c. Trade and

Development

Regional Review Meeting on Aid for Trade Asia Pacific berlangsung pada tanggal 14 Juni 2011 di Jakarta. Pertemuan ini bertujuan untuk mengambil pelajaran dan membagi pengalaman positif dari skema aid for trade sebagai complementary Doha Development Agenda terhadap liberalisasi perdagangan dan pertumbuhan ekonomi khususnya negara-negara Asia Pasifik, efektivitasnya saat ini, dan tantangannya di masa yang akan datang.

Dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-8 WTO pada tanggal 16-17 Desember 2011 dilaksanakan Working Sessions untuk membahasTrade and Development. Pentingnya pembangunan baik dalam konteks perundingan DDA dan perdagangan maupun kegiatan WTO secara umum. Sebagai contoh, pentingnya Aid for Trade dan perannya dalam perdagangan ke dalam strategi pembangunan nasional, serta kebutuhan pendanaan perdagangan dan peningkatan Committe on Trade and Development.

Dalam hal ini para menteri juga menekankan bahwa untuk mencapai tingkat pembangunan yang ideal, hambatan non-tarif seperti standar teknis dan keamanan perlu dihapuskan untuk meningkatkan ekspor Least Developed Countries (LDCs). Akses pasar duty free quota free telah diberikan oleh sebagian negara maju dan dalam hal ini perlu diikuti oleh negara berkembang yang lebih mampu.

Page 16: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

9 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

5. Ketentuan Perdagangan dan Notifikasi

Terkait Dispute Settlement Body (DSB) Indonesia - AS (Tobacco Act) Proses terakhir yang telah dilaksanakan oleh Indonesia dan Amerika Serikat adalah dengan menyampaikan jawaban atas 2nd Set of Question from Panel yang dikeluarkan panel pada saat Second Substantive Meeting Panel DSB-WTO terkait sengketa Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act antar Indonesia dan Amerika Serikat pada tanggal 10 Maret 2011. Kemudian Panel memberikan beberapa additional question yang harus dijawab oleh kedua belah pihak.

Diharapkan dengan terselesaikannya sengketa ini, akses rokok kretek Indonesia ke Amerika Serikat akan tetap terbuka sehingga menghidupkan kembali industri rokok kretek dan petani tembakau Indonesia.

B. Direktorat Kerja Sama ASEAN

1. Internal ASEAN

a. ASEAN Economic Community 2015

Tahun 2011 ASEAN menggarisbawahi 4 (empat) hal penting yang perlu dipastikan pelaksanaannya dalam rangka mewujudkan AEC 2015 yakni: (i) percepatan implementasi AEC Blueprint; (ii) ASEAN Centrality sebagai prinsip ASEAN dalam membangun regional architecture; (iii) pengembangan ekonomi yang merata di ASEAN; dan (iv) penguatan ASEAN Secretariat dalam melaksanakan peran dan tugasnya dalam mengawal perkembangan integrasi ekonomi ASEAN.

Khusus tahun 2011 Indonesia mendapat kehormatan untuk menyelenggarakan 2 sidang ASEAN Summit dan 1 sidang tingkat Menteri Ekonomi. Dengan terselenggaranya sidang tersebut maka implementasi ASEAN Economic Community 2015 diharapkan dapat segera terwujud. Untuk Ketua ASEAN di tahun 2012 adalah Cambodia, diharapkan ketua selanjutnya dapat meneruskan semua komitmen yang telah disepakati di tahun 2011.

Page 17: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

10 Laporan Tahunan 2011

b. ASEAN Economic Community (AEC) Scorecard

AEC Scorecard merupakan alat yang digunakan oleh ASEAN Secretariat untuk mengukur tingkat implementasi AEC Blueprint pada setiap periode implementasi.

Pada tahun 2011 Indonesia ditargetkan oleh ASEAN untuk memenuhi 178 measures pada AEC Scorecard, namun melihat kondisi yang ada maka target yang dapat dipenuhi oleh Indonesia sebanyak 154 measures.

Berdasarkan pemenuhan measures tersebut maka terlihat bahwa capaian Ditjen KPI untuk Pemenuhan Asean Economic Community (AEC) Scorecard adalah 64,61% atau 115 measures (as of Desember 2011) dari target yang telah di tetapkan yaitu 87% atau 154 measures, dengan kata lain telah Indonesia telah mencapai 74,24% dari target yang telah di tetapkan sebelumnya. Pemenuhan pelaksanaan AEC Blueprint sesuai target waktu masih menjadi tantangan tersendiri bagi anggota ASEAN, terutama adanya keterlambatan ratifikasi, penyesuaian ketentuan domestik dengan kesepakatan yang dicapai dan hambatan lainnya.

ASEAN menegaskan kembali komitmennya untuk melaksanakan AEC Blueprint secara konsisten dan mendorong masing-masing anggota untuk membentuk sistem pemantauan implementasi AEC Blueprint di tingkat nasional, yang nantinya bersinergi dengan mekanisme pemantauan di tingkat regional melalui ASEAN Integration Monitoring Office (AIMO) yang berada di Sekretariat ASEAN.

ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA)

Berkaitan dengan ratifikasi ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA), Indonesia telah meratifikasi ACIA melalui Perpres No. 49/2011 pada tanggal 8 Agustus 2011 dan telah menyampaikan notifikasinya ke ASEAN Secretariat. Sampai saat ini ACIA belum dapat berlaku efektif (enter into force/EIF), oleh karena ACIA Reservation List belum disahkan oleh ASEAN Investment Area (AIA) Council. Sekretaris Jenderal ASEAN akan segera menyampaikan surat kepada para Menteri AIA Council untuk mendapatkan persetujuan secara ad-referendum atas ACIA Reservation List.

Diharapkan final endorsement dapat dilakukan pada saat AEM Retreat bulan Februari 2012 sehingga ACIA dapat berlaku efektif sebelum KTT ASEAN ke-20 pada bulan April 2012. Dewan AIA juga mensahkan Modalitas Penghapusan/Perbaikan Hambatan Investasi (“Modality for the Elimination/Improvement of Investment Restrictions and Impediments”) pada pertemuan CCI ke 52 bulan Februari 2011.

AIA Council juga mencatat perkembangan yang telah dicapai dalam

Page 18: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

11 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

meliberalisasikan investasi yang diatur dalam AIA Agreement yakni sektor maupun sub-sektor yang berada di dalam Temporary Exclusion List (TEL). Semua negara ASEAN telah menghapuskan sektor dan subsektor TEL sesuai dengan jadwal yang disepakati, yaitu tahun 2010.

2. ASEAN Mitra a. ASEAN-China Free

Trade Area (ACFTA) ACFTA merupakan kesepakatan antara negara-negara anggota ASEAN dengan China bertujuan untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif, peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerja sama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para Pihak ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China.

Dalam perdagangan Indonesia - China, pemanfaatan preferensi tarif oleh kedua pihak cukup tinggi dan perdagangan antara kedua pihak terus ditingkatkan.

b. ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP),

Indonesia dan Jepang saat ini sedang melakukan proses penyelesaian transposisi HS, sehingga Indonesia dapat segera mengimplementasikan Persetujuan AJCEP. Persetujuan Perdagangan Jasa dan Investasi masih dalam tahap perundingan, dan dijadwalkan akan diselesaikan pada pertemuan AEM – Minister for Economy, Trade and Industry (METI) ke-17 bulan Agustus 2011.

Negosiasi persetujuan di bidang jasa dan investasi praktis belum dapat diselesaikan karena kedua pihak melakukan pendekatan negosiasi yang berbeda, namun kedua pihak sepakat untuk tetap menyelesaikan negosiasi di kedua bidang ini pada tahun 2012.

c. ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA),

Di sela-sela KTT ASEAN ke-19 telah dilakukan penandatanganan the Second Protocol to Amend the Agreement on Trade in Goods under the Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation among the Governments of the Member Countries of the Association of Southeast Asian Nations and the Republic of Korea pada tanggal 16 November 2011 oleh para Menteri Ekonomi ASEAN. Penandatanganan protoko tersebut dilakukan oleh Menteri Perdagangan Korea yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri Korea pada tanggal 17 November 2011 di Nusa Dua-Bali, Indonesia. Protokol tersebut dimaksudkan untuk memfasilitasi pemindahan komitmen produk jalur sensitif ke jalur normal dan perubahan Operational Certification Procedures (OCP).

d. ASEAN-India Free Trade Agreement (AIFTA)

Pada KTT ASEAN ke- 19, ASEAN – India, pada tanggal 16-17 November 2011 di Nusa Dua-Bali, Indonesia, Senior Economic Official Meeting (SEOM) mendapatkan updates dari Malaysia sebagai ASEAN Country Coordinator untuk perundingan ASEAN - India FTA. Updates tersebut antara lain mengenai perkembangan negosiasi antara ASEAN dan India di tiga bidang, yaitu: (i) Products Specific Rules (PSR); (ii) Services; dan (iii) Investment.

Terkait isu PSRs, ASEAN belum mencapai kesepakatan terkait dengan 40 PSR dan 10 PSR tambahan yang diusulkan oleh India pada pertemuan ASEAN - India Trade Negotiating Committee (AITNC) ke-29. Saat ini, Indonesia baru dapat menyetujui 28 dari 40 daftar PSR tersebut, dan mengusulkan 10 PSR tambahan tapi di luar usulan India.

Page 19: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

12 Laporan Tahunan 2011

Perundingan di bidang investasi ASEAN – India FTA juga belum dapat difinalisasi, oleh karena sikap India yang selalu bersyarat terhadap posisi ASEAN terkait pendekatan negative list, serta kecenderungan backtracking terhadap isu yang sudah dibahas dan disepakati.

e. ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZ-FTA)

Semua anggota ASEAN beserta Australia dan Selandia Baru telah meratifikasi dan mengimplementasikan Trade in Goods ASEAN-Australia and New Zealand. Indonesia telah mengimplemtasikan ANNZFTA sejak tanggal 10 Januari 2012 melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK No. 166/PMK.011/2011).

Australia dan Selandia Baru sangat concern terhadap isu Economic Cooperation. Kerja sama ekonomi tersebut dilaksanakan dengan Economic Cooperation Support Programme (AECSP) untuk jangka waktu 5 tahun (2010-2014) dengan estimasi biaya AUD 20 - 25 Juta.

Proyek-proyek kerja sama ekonomi yang didanai selama ini antara lain adalah: (i) in-country training on ROO for Cambodia and Laos; (ii) ASEAN Regional Diagnostics Network on Sanitary and Phytosanitary Measures; (iii) Forum on ASEAN Regional Qualifications Framework to support education services; dan (iv) Workshop on Accession to the WIPO Madrid Protocol.

Peluncuran CER-ASEAN Integration Partnership Forum (IPF) telah dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2011 di Kuala Lumpur, Malaysia. Forum tersebut menginformasikan pengalaman Australian dan Selandia Baru dalam membangun CER dan “Single Economic Market” kedua negara. Forum ini diharapkan dapat mendorong dilakukannya dialog antara ASEAN dan CER berkaitan dengan isu integrasi ekonomi dan connectivity.

f. ASEAN - US Trade and Investment Framework Arrangement (ASEAN-US TIFA)

ASEAN - US Trade and Investment Framework Arrangement (ASEAN-US TIFA) telah ditandatangani oleh para Menteri Ekonomi ASEAN dan United State Trade Representatif (USTR) pada tanggal 25 Agustus 2006 di Kuala Lumpur Malaysia. ASEAN-US TIFA didirikan untuk meningkatkan perdagangan dan investasi.

Program/ Kegiatan

1) ASEAN-US Work Plan 2010 telah disetujui oleh AEM pada bulan Oktober 2009 di Hua Hin – Thailand yang terdiri dari 6 inisiatif dan sudah dilaksanakan.

2) Dua inisiatif baru ASEAN-US Work Plan 2012 yaitu digital connectivity and the health care services sector telah disetujui oleh AEM tanggal 11 Agustus 2011 di Manado dan diadopsi oleh para Pemimpin ASEAN tanggal 18 November 2012 di Bali.

3) Pertemuan the 1st Senior Economic Official Meeting for the Forty-Third ASEAN Economic Ministers Meeting (SEOM 1/43) tanggal 16 - 19 Januari 2012 di Siem Reap, Cambodia, telah menghasilkan beberapa kesepakatan antara lain, yaitu:

a) Terkait dengan implementasi ASEAN-US Work Plan 2012. Singapura telah ditunjuk menjadi country shepherd dari 2 (dua) inisiatif baru dalam ASEAN - US Work Plan atas rekomendasi Indonesia,. Prioritas akan diberikan pada pelaksanaan program kerja sama yang telah ada dan pada pelaksanaan Digital Dialogue.

b) SEOM menyambut baik usulan US untuk menyelenggarakan

Page 20: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

13 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

ASEAN - US Trade and Environment Forum dan mengusulkan agar perwakilan pejabat dari sektor terkait lingkungan seperti pertanian dan kehutanan turut dilibatkan dalam forum tersebut. SEOM sepakat untuk memberikan masukan bagi penyempurnaan konsep usulan penyelenggaraan trade and environment forum tersebut.

c) Mengingat jadwal kegiatan beberapa ASEAN Economic Minister (AEM) yang sudah padat, dan menimbang bahwa pada bulan April 2012 sudah terjadwal beberapa kegiatan yang melibatkan AEM (KTT dan road show ke Jepang), maka SEOM mengusulkan agar ASEAN Road Show to the US dapat dijadwalkan pada Kuartal III tahun ini.

g. ASEAN – Canada

Joint Declaration between ASEAN and Canada on Trade and Investment telah diadopsi oleh Menteri Perdagangan RI selaku Chair of ASEAN Economic Minister, dan Minister of International Trade and Minister for the Asia-Pacific Gateway of Canada pada tanggal 2 Oktober 2011 di Jakarta, Indonesia.

Tujuan dari deklarasi tersebut adalah untuk meningkatkan hubungan ekonomi antara ASEAN dan Canada, terutama dibidang perdagangan barang dan jasa, kerja sama industri dan investasi.

Pertemuan the 1st Senior Economic Official Meeting for the Forty-Third ASEAN Economic Ministers Meeting (SEOM 1/43) pada tanggal 16-19 Januari 2012 di Siem Reap, Cambodia, telah menghasilkan beberapa kesepakatan yaitu: (i) Indonesia, selaku Country Coordinator ASEAN-Canada, menyampaikan komitmennya untuk menindaklanjuti “Joint Declaration between ASEAN and Canada on Trade and Investment” dengan menyusun Work Plan 2012-2013 dengan focus pada trade in goods, services, industrial cooperation and investment. Philippines mengusulkan adanya kegiatan ASEAN Roadshow to Canada dalam work plan yang difokuskan pada sektor pertambangan, sedangkan Thailand mengusulkan kegiatan ASEAN - Canada Business Summit.

h. ASEAN – EU

Pada pertemuan the 1st Senior Economic Official Meeting for the Forty-Third ASEAN Economic Ministers Meeting (SEOM 1/43) tanggal 16-19 Januari 2012 di Siem Reap, Cambodia, telah menghasilkan kesepakatan yaitu: selaku Country Coordinator ASEAN-EU dan Cambodia sebagai tuan rumah, melaporkan rencana penyelenggaraan the 2nd ASEAN-EU Business Summit, dan the 11th AEM-EU Consultations yang akan dilaksanakan mendahului KTT ASEAN ke-20 pada bulan April 2012.

Dalam rangka menindaklanjuti rekomendasi ASEAN-EU Business Summit (AEBS) yakni “promoting bilateral partnership framework towards an ASEAN-EU framework”, pertemuan sepakat agar masing-masing Negara menyampaikan perkembangan pembicaraan bilateralnya dengan EU pada pertemuan SEOM yang akan akan datang. Paralel dengan Pertemuan SEOM 1/43 berlangsung pula “1st Workshop of the ASEAN-EU FTA Negotiating Capacity Programme” tanggal 16 - 19 Januari 2012 yang merupakan bantuan capacity building dari EU.

i. ASEAN – Russia

Pada pertemuan the 1st Senior Economic Official Meeting for the Forty-Third ASEAN Economic Ministers Meeting (SEOM 1/43) tanggal 16-19

Page 21: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

14 Laporan Tahunan 2011

Januari 2012 di Siem Reap, Cambodia, telah menghasilkan kesepakatan yaitu: selaku Country Coordinator ASEAN-Russia melaporkan bahwa ASEAN - Russia Trade and Investment Cooperation Roadmap belum dapat difinalisasi karena Russia tidak dapat melanjutkan pembahasan bila tidak melibatkan Negara anggota Common Economic Space (CES) lainnya selain Russia, yakni Belarus dan Kazakstan.

SEOM sepakat untuk melakukan konsultasi internal, dan agar Sekretariat ASEAN mengecek apakah Belarus dan Kazakstan termasuk di dalam Treaty of Amity yang ditandatangani Russia dan ASEAN.

3. Intra dan Inter Regional

IMT GT dan BIMP EAGA adalah Kerja sama Ekonomi Sub-Regional (KESR) yang melibatkan negara-negara di kawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Philipina, Thailand, dan Brunnei Darussalam.

Kerja sama IMTGT melibatkan provinsi di Indonesia (Aceh, Bangka-Belitung, Bengkulu, Jambi, Lampung, Sumut, Riau, Sumsel, dan Sumbar. Sedangkan BIMP EAGA melibatkan propinsi Kalbar, Kalteng, Kaltim, Sulut dan Papua.

Kerja sama sub regional merupakan kerja sama untuk menindaklanjuti kesepakatan yang sudah dicapai pada tingkat ASEAN. IMTGT memiliki 6 (enam) working group (WG) dan BIMP EAGA memiliki 4 (empat) cluster dan 1 (satu) task force.

Prinsip dari kerja sama sub regional adalah private sector driven, dimana private sector merupakan ujung tombak dalam kerja sama sub regional untuk mengimplementasikan perjanjian yang sudah disepakati. Progres sampai saat ini masing-masing WG dan cluster sedang melakukan kegiatan sesuai dengan road map masing IMTGT dan BIMP EAGA.

4. Kerja Sama Bilateral Anggota ASEAN

Pertemuan Bilateral to Review the Border Trade Agreement (BTA) 1970 between Indonesia and Malaysia telah berlangsung pada tanggal 8-9 Desember 2011 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Pertemuan masih berfokus pada pembahasan antara lain: (i) penyamaan persepsi atas prinsip-prinsip dasar pengaturan Perdagangan Lintas Batas (PLB) dan elemen BTA yang pernah dibahas oleh kedua negara pada pertemuan bulan Juli 2009 di Bandung, Indonesia; dan (ii) pembahasan text BTA berdasarkan draft text BTA usulan Indonesia (per 29 November 2011). Hal mendasar yang akan mempengaruhi proses penyelesaian review atas BTA ini adalah status dari Border Crossing Agreement (BCA) 2006 yang belum diratifikasi oleh kedua negara dan berdasarkan ketentuan Pasal XIV ayat 2 dari BCA 2006 telah berakhir sejak Januari 2011.

C. Direktorat Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya

1. Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC)

Para Menteri APEC menyadari belum adanya kemajuan substantif pasca pertemuan para Pemimpin APEC di Yokohama, dan belum adanya solusi dalam mengatasi perbedaan yang ada sehingga Doha Development Agenda(DDA) sulit terselesaikan pada tahun 2011.

Para Menteri sepakat untuk menjembatani perbedaan yang ada pada proses penyelesaian DDA secara konkret. Selain itu juga mereka sepakat

Page 22: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

15 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

untuk memanfaatkan momentum ini sehingga dapat memberikan dorongan politik yang diperlukan. Dalam kaitan ini para Menteri menyepakati Statement on the WTO Doha Development Agenda Negotiations and Resisting Protectionism.

Para Menteri pun menyepakati the list of next generation trade and investment issues to be addressed in 2011, yang meliputi: (i) Facilitating global supply chains; (ii) Enhancing SMEs participation in global production chains; dan (iii )Promoting Effective, Non-Discriminatory, Market-Driven Innovation Policy.

APEC berperan penting sebagai inkubator bagi Free Trade Area of Asia-Pasific (FTAAP) antara lain melalui penentuan, penajaman dan penanganan isu-isu masa depan perdagangan dan investasi yang akan dihadapi.

Dengan APEC Supply-Chain Connectivity Action Plan yang disepakati para Leaders di Yokohama tahun 2010, diharapkan dapat membantu pencapaian APEC wide target dalam peningkatan kinerja supply-chain, yaitu penurunan waktu, biaya, dan ketidakpastian pergerakan barang dan jasa di kawasan Asia-Pasifik sebesar 10% pada tahun 2015.

Para Menteri sepakat untuk melaksanakan kegiatan konkret pada tahun 2011 guna mendukung pencapaian target tahun 2015 di antaranya melalui:

1) Pengembangan rencana dan langkah untuk simplifikasi prosedur pabean, dan pengembangan best practices guna implementasi de minimis values yang lebih luas terkait dengan batas minimal imports value yang dikenakan bea masuk pabean;

2) Peningkatan dan pengembangan penggunaan advance rulings dan pre-arrival processing for shipment;

3) Penyelesaian APEC Authorized Economic Operator (AEO) Best Practices Guidelines dan pengembangan rencana capacity building guna mendukung pelaksanaan guidelines;

4) Meningkatkan kapasitas sub-provider logistik lokal dan regional melalui peningkatan daya saing; dan

5) Pengembangan guidelines yang dapat digunakan oleh otoritas pabean dalam penanganan penyalahgunaan hak atas kekayaan intelektual melalui identifikasi langkah efektif yang dapat digunakan sebagai penegakkan atas hukum hak atas kekayaan intelektual di perbatasan.

a. APEC Ministerial Meeting

Pertemuan ini diselenggarakan pada tanggal 11 November 2011 di Honolulu, Hawai, Amerika Serikat, dan dihadiri oleh Menteri Perdagangan dan Menteri Luar Negeri. Format pertemuan terbagi atas dua sesi, yakni Trade Ministers’ Session dan Non - Trade Ministers’ Session,di mana masing-masing sesi diselenggarakan secara bersamaan.

Pertemuan membahas agenda Support for the Multilateral Trade System dan agenda yang menjadi prioritas APEC tahun 2011, yaitu: Strengthening Regional Economic Integration and Expanding Trade, Promoting Green Growth, dan Advancing Regulatory Convergence

Page 23: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

16 Laporan Tahunan 2011

andCooperation.

Ekonomi APEC sepakat mendukung dipercepatnya penyelesaian DDA. Para Menteri menyatakan agar KTM ke-8 tersebut dapat diarahkan pada isu-isu yang dapat disepakati penyelesaiannya. Indonesia menyampaikan beberapa kriteria, yaitu: (i) “do-ability”; (ii) elemen pembangunan; (iii) berdampak pada kegiatanperdagangan; dan (iv) menjawab tantangan global. Ditambahkan juga bahwa pembahasan isu-isu tersebut harus dilakukan dalam kerangka penyelesaian perundingan Putaran Doha secara keseluruhan dan seimbang.

Agenda ini membahas tiga hal yang merupakan tindak lanjut hasil pertemuan Para Menteri Perdagangan di BigSky, Montana yaitu: Next Generation on Trade and Investment (NGTI), Supply Chains Connectivity Action Plan, dan Addressing Barriers to SMEs Trade. Agenda NGTI membahas bagaimana memajukan kebijakan inovatif yang berorientasi pasar, efektif dan tidak diskriminatif, serta bagaimana meningkatan partisipasi UKM dalam rantai produksi global.

Hal yang mendasar yang menjadi perbedaan pandangan antar ekonomi pada bahasan kebijakan inovatif adalah terkait kewajiban menghilangkan regulasi domestik yang melarang menjadikan lokasi pengembangan atau kepemilikan atas hak atas kekayaan intelektual sebagai preferensi untuk pengadaanbarang/jasa pemerintah.

b. APEC Committee on Trade and Investment

Committee on Trade and Investment (CTI) telah menyepakati seperangkat guidelines atau pedoman untuk memberikan arah bagi pelaksanaan langkah-langkah menuju pencapaian Bogor Goals pada 2020. CTI juga sepakat agar ekonomi APEC menyerahkan Bogor Goals Progress Report pada Individual Action Plans (IAPs) template sederhana yang disepakati saat Senior Officials' Meeting-I yakni pada bulan Februari 2012, dalam rangka mendukung kerja Policy Support Unit guna mempersiapkan laporan singkat untuk di diskusikan pada Senior Officials' Meeting-II pada bulan Juni/Juli 2012.

c. Market Access Group

Ekonomi APEC didorong untuk terus mengeksplorasi ide-ide lebih lanjut tentang bagaimana Market Access Group dapat berkontribusi untuk mendukung sistem perdagangan multilateral, termasuk Information Technology Agreement.

APEC Website on Tariff and Rules of Origin telah diluncurkan pada

Page 24: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

17 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

bulan Juni 2010 yang sekarang ini telah terhubung ke semua web portal masing-masing individu terkait informasi mengenai tarif dan Rules of Origin. Indonesia telah mengadopsi serta telah menyediakan portal yang telah terhubung dengan APEC Website on Tariff and Rules of Origin.

2. Organisasi

Internasional

a. United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UN-ESCAP)

Sidang ke-67 UN-ESCAP dilaksanakan pada tanggal 19 - 25 Mei 2011 di Bangkok, Thailand. Sidang tersebut terdiri atas Senior Official Meeting (SOM) yang terbagi menjadi dua, yaitu Committee of the whole dan Working Group on Draft Resolution serta Pertemuan Tingkat Tinggi (PTM) dengan tema “Beyond the crises: long term perspectives on social protection and development in Asia and the Pacific”.

Manfaatnya bagi Indonesia adalah setiap negara anggota dapat melihat perkembangan, menyampaikan perubahan kebijakan nasional dan membantu mempertajam isu yang dibahas dalam setiap agenda pertemuan dan mengkaji ulang serta memberikan masukan mengenai berbagai kegiatan UN-ESCAP terutama dalam hal kualitas ketepatan waktu dan kelayakan informasi serta rekomendasi mengenai berbagai isu terkait. Dukungannya terhadap akses pasar non tradisional adalah dengan membuka akses pasar baru di negara non tradisional di 62 negara anggota UN-ESCAP.

b. the Organization of the Islamic Cooperation

Pertemuan 27th Session of the Standing Committee for Economic and Commercial Cooperation (COMCEC) of the Organization of the Islamic Cooperation/ Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dilaksanakan pada tanggal 17-20 Oktober 2011 di Istanbul, Turki. Terkait upaya peningkatan perdagangan intra-OKI, Negara-negara anggota OKI diminta untuk segera menandatangani dan meratifikasi semua agreements kerja sama ekonomi-perdagangan. Terkait dengan upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara OKI melalui investasi, Negara-negara anggota OKI diharapkan dapat membuat regulasi penanaman modal yang dapat memperbaiki iklim investasi dan men-share peraturan-peraturan terkait, data dan statistik kepada negara anggota lainnya.

Ratifikasi Persetujuan dimaksud, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Indonesia antara lain berupa:

1. terciptanya iklim yang lebih kondusif demi terciptanya transparansi dalam liberalisasi perdagangan dan penanaman modal antar negara-negara anggota OKI;

2. meningkatnya daya saing pelaku usaha nasional dengan negara-negara anggota OKI;

3. meningkatnya kerja sama ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dengan Negara-negara Anggota OKI lainnya yang berpartisipasi dengan adanya fasilitas pengurangan dan penghapusan tarif, para tarif, dan hambatan non-tarif secara bertahap untuk produk ekspor Indonesia di wilayah negara-negara anggota OKI lainnya;

4. pelaksanaan Persetujuan akan memungkinkan eksportir Indonesia untuk mendapatkan perlakuan tarif khusus untuk produk terpilih di

Page 25: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

18 Laporan Tahunan 2011

pasar negara-negara yang berpartisipasi dan memungkinkan eksportir untuk mendapatkan keunggulan kompetitif atas produk sejenis yang berasal dari negara yang tidak berpartisipasi.

Dukungan terhadapa akses pasar non tradisional adalah dengan membuka akses pasar baru di wilayah Asia, Afrika, dan Arab.

c. Development 8 (D – 8)

Developing-8 (D-8) didirikan melalui Deklarasi Istanbul pada Konferensi Tingkat Tinggi Pertama D-8 (KTT D-8 ke-1) pada tanggal 15 Juni 1997 di Istanbul, Turki. Salah satu kerja sama D-8 terdapat forum kerja sama di bidang pertanian dan dalam pertemuan The Second D-8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security terdapat lima Working Group, diantaranya: (i) Working Group on Seed Bank; (ii) Working Group on Animal Feed; (iii) Working Group on Fertilizer; (iv) Working Group on Standards and Trade Issues; dan (v) Working Group on Marine and Fisheries. The Second D-8 Agricultural Ministerial Meeting on Food Security dilaksanakan pada tanggal 16-18 Mei 2011 di Tehran, Iran.

Manfaatnya bagi Indonesia adalah meningkatkan posisi negara berkembang dalam perekonomian dunia, memperluas dan menciptakan peluang baru dalam hubungan perdagangan.

Dukungannya terhadap akses pasar non tradisional adalah dengan membuka akses pasar baru di negara non tradisional seperti Iran,Turki, Nigeria, Bangladesh, Mesir.Pada WG Animal Feed, atas usul Indonesia, sidang menyepakati bahwa perdagangan antar anggota bukan pada pakan ternak (animal feed) saja namun kepada feedstuff.

3. Organisasi Komoditi

a. International Pepper Community (IPC)

The 39th Session and Other Meetings of IPC secara resmi dibuka oleh Wakil Menteri Perdagangan pada tanggal 22 November 2010 di Mataram, Lombok, Indonesia. Sidang dihadiri oleh delegasi dari negara-negara anggota yakni: Brasil, India, Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, dan Vietnam sebagai anggota serta Kamboja, dan negara konsumen.

Dalam pertemuan tersebut semua negara anggota diminta untuk menyampaikan informasi yang terkait Good Manufacturing Practice (GMP) kepada Sekretariat IPC paling lambat bulan Februari 2012, dan meminta kepada negara-negara pengkonsumsi lada agar menyerahkan daftar bahan kimia dan batas penggunaan residu yang diizinkan.

Indonesia menyampaikan telah memiliki data recovery Aflatoxin dengan menggunakan metoda ASTA dan AOAC dan akan disampaikan pada Expert Meeting bulan Maret 2012.

Selain itu para peserta menyetujui partisipasi laboratorium negara pengimpor harus memenuhi ISO/IECI 17025 yang merupakan persyaratan umum dari kompetensi laboratorium pengujian dan kalibrasi dan mengaktifkan kembali IPC Committee on Marketing, Common Sales Contract and Arbitration Board, IPC Committee on Research and Development untuk pengembangan industri lada.

Manfaatnya bagi Indonesia adalah dapat memahami masalah praktek perdagangan yang akan menguntungkan petani serta masalah yang dihadapi petani lokal seperti harga rendah di tingkat petani dan internasional, penyakit tanaman lada, diseminasi harga lada kepada

Page 26: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

19 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

petani melalui short messaging service.

Pasar tradisional lada adalah Vietnam dan Malaysia. Taiwan merupakan pasar non tradisional yang telah menempati tujuan ekspor lada. Lada menyumbang devisa negara terbesar keempat untuk komoditas perkebunan setelah minyak sawit, karet, dan kopi.

b. Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC)

Sidang ke-34 Assembly ANRPC dan sidang terkait lainnya dilaksanakan pada tanggal 31 Oktober – 5 November 2011 di Maikou City, Hainan, China. Sidang tersebut menyepakati untuk melaksanakan workshop mengenai model supply karet alam dengan memberdayakan resources dan expertise yang tersedia dinegara anggota. Workshop dimaksud bertujuan untuk membangun consolidated supply model bagi negara produsen karet alam dan rencananya akan dilaksanakan pada bulan Maret 2012 di Thailand.

Manfaat yang dapat diambil bagi Indonesia adalah pertukaran informasi secara bulanan dengan adanya ANRPC Monthly Bulletin, pemahaman terhadap supply demand karet melalui workshop supply demand, dan berdialog dengan konsumen utama karet alam. Karet dan produk karet termasuk dalam produk utama dan Indonesia merupakan negara eksportir terbesar kedua di dunia setelah Thailand.

Selain itu akan dibuat video terkait karet alam yang berisikan data-data berupa angka yang menunjukkan pentingnya perkebunan karet alam dalam melindungi lingkungan (green crubber cultivation) dan tayangan mengenai kepemilikan perkebunan karet yang didominasi oleh petani kecil yang akan menyadari masyarakat betapa pentingnya komoditi karet alam sebagai sarana pengentasan kemiskinan dan peran perkebunan karet alam dalam konservasi tanah.

c. Asian and Pacific Coconut Community (APCC)

The 47th Asian and Pacific Coconut Community Session/Ministerial Meetingtelah dilaksanakan pada tanggal 25 – 28 Januari 2011 di Bangkok, Thailand. Kesepakatan kerja sama komoditi yang disetujui oleh 14 negara anggota APCC, antara lain menyetujui multi country clinical trials di beberapa negara anggota untuk membuktikan keandalan dan manfaat kesehatan produk-produk olahan kelapa, standar APCC untuk 15 jenis produk kelapa hanya digunakan sebagai referensi, melalui pemilihan secara tertulis.

Manfaatnya bagi Indonesia adalah pertukaran informasi dan technology know-how melalui study tour ke Filipina, pelaksanaan training mengenai value-added products dan phytoplasma/wilt disease. Implementasi terhadap proyek untuk mengembangkan produk kelapa yang paling dibutuhkan masyarakat.Transfer teknologi melalui workshop dan study tour.

Pasar tradisional kelapa adalah negara Malaysia dan Korea Selatan. China merupakan pasar non tradisional yang telah menempati posisi ketiga sebagai tujuan ekspor kelapa.

Komoditi Kelapa berada di peringkat kelima sebagai produk ekspor pertanian setelah kelapa sawit, karet, kakao dan kopi. Walaupun produk kelapa belum masuk dalam produk 10+10+3 namun memiliki potensi yang besar nantinya.

Page 27: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

20 Laporan Tahunan 2011

d. International Tripartite Rubber Council (ITRC)

Special Meeting ITRC yang diinisiasi oleh Thailand dan didukung oleh Malaysia telah dilaksanakan pada tanggal 19 November2011 di Bangkok, Thailand. Special Meeting dimaksud bertujuan untuk membahas faktor-faktor penyebab penurunan harga karet alam yang cukup tajam dan usaha-usaha untuk mengantisipasi agar tidak terjadi penurunan harga karet alam lebih dalam.

Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan harga karet alam, berdasarkan pengamatan yang dilakukan anggota Committee on Strategic Market Operation (CSMO), International Rubber Consortium Limited (IRCo), faktor utama yang mempengaruhi adalah krisis utang yang terjadi di Eurozone dan stok karet alam di Qingdao, China yang tercatat sebanyak 200,000 ton.

Anggota Board of Director IRCo menambahkan bahwa isu contract default yang banyak dilakukan pengusaha China berperan pula dalam menurunkan harga karet alam.

Mempertimbangkan supply-demand karet alam dunia, dapat disimpulkan bahwa fundamental karet alam masih kuat bahkan pasokan cenderung ketat sehingga penurunan cukup signifikan harga karet alam sebesar 26% dalam beberapa bulan terakhir dipandang abnormal dan tidak beralasan mengingat suplai karet alam ketat, tetapi harga semakin turun. Faktor spekulator di pasar berjangka juga menjadi salah satu penyebabnya.

e. International Coffee Organization (ICO)

Perkembangan isu-isu yang dibahas dalam perundingan organisasi ini antara lain adalah: (i) Total expenditure ICO untuk tahun anggaran 2011/2012 diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 7,4% sebagai akibat dari tingkat inflasi rata-rata di Inggris yang mencapai 5%. (ii) Pemerintah Jepang telah mencabut beberapa Mandatory Inspection Order namun Mandatory Inspection Order terhadap Indonesia dan Ethiopia masih diberlakukan. (iii) Indonesia ditawarkan dana sebesar US$ 120.000 untuk melaksanakan Good Agricultural Practices (GAP) yang salah satu kegiatannya adalah training kepada petani dalam rangka upaya meningkatkan produktivitas kopi di Indonesia. (iv) Tingkat compliance negara produsen lebih rendah dibanding dengan negara konsumen yaitu hanya 68% untuk negara produsen dan 98% untuk negara konsumen. (v) Tarif dan pungutan (tax) di negara eksportir lebih tinggi dimana hal ini dapat menghambat kerja sama Selatan – Selatan

Page 28: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

21 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

antara negara produsen kopi dan mengurangi ketersediaan pasar bagi kopi.

Penurunan tarif dapat meningkatkan konsumsi domestik di negara eksportir dan memajukan industri kopi domestik melalui meningkatnya variasi campuran kopi (blend).

Manfaatnya bagi Indonesia adalah petani akan memperoleh pelatihan mengenai GAP apabila dana dari CFC disetujui. Pihak swasta dapat melakukan dialog dengan pihak swasta negara ICO lainnya untuk melobi mengenai non tariff barriers.

Pasar tradisional kopi adalah Brazil dan Vietnam. India merupakan pasar non tradisional yang telah menempati posisi ketiga sebagai tujuan ekspor kopi.

Kopi dan kopi olahan termasuk dalam produk utama 10+10+3. Indonesia merupakan negara eksportir terbesar ke tiga di dunia setelah Vietnam.

D. Direktorat Kerja Sama Bilateral

1. Indonesia – Amerika Serikat

Indonesia dan Amerika Serikat telah melakukan pertemuan Mid Term Joint Commission (JCM) II RI-AS pada tanggal 9 Mei 2011. Pertemuan tersebut membahas perkembangan isu kebijakan perdagangan dan investasi pada kedua negara seperti kerja sama Trans Pacific, industri film, labelisasi untuk berbagai produk, impor daging sapi AS ke Indonesia, dan pemutakhiran daftar negatif investasi.

Agenda sidang Working Group on Trade and Investment (WGTI) pada Joint Commission Meeting (JCM) II RI-AS, mencakup: (i) Format Next Trade and Investment Council (TIC) Meeting; (ii) Update on Film Issue; (iii) Update on Negative List Changes in Pharmaceutical Sector; (iv) Product Labeling on Food and Beverages; (v) Update on GSP; (vi) Acknowledgement of Commercial Dialogue, OPIC Conference, and ASEAN Regional Entrepreneurship Summit; (vii) Report on Locomotive Bidding; dan (viii) Task Force on Agriculture Science and Technology Cooperation.

Kemudian pada tanggal 14 Juli 2011 telah diselenggarakan preliminary meeting Commercial Dialogue (CD) yang diselenggarakan di Washington D.C. Rapat preliminary.

CD dipimpin oleh Under Secretary of Commerce for International Trade. Sedangkan Delri dipimpin oleh Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembiayaan Internasional, Kemenko Perekonomian. Adapun tujuan dari preliminary meeting tersebut adalah rencana pembentukan Commercial Dialogue (CD) sebagai pelengkap mekanisme kerja sama yang telah ada seperti TIFA dan WG on Trade and Investment. CD merupakan kerja sama saling menguntungkan yang mengedepankan peran sektor swasta dalam memanfaatkan peluang investasi dan perdagangan antara kedua negara.

Format dialog disepakati dalam dua jalur, yaitu pembahasan cross-cutting issues dan issue per sektor. Dialog diusulkan untuk berfokus pada beberapa area kerja sama yaitu investment climate, trade expansion, small and medium enterprises, entrepreneurship, clean energy, dan industrial cooperation.

Selain itu adapula pertemuan Working Group on Trade and Investment

Page 29: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

22 Laporan Tahunan 2011

(WGTI) pada Joint Commission Meeting II (JCM) RI-AS telah dilaksanakan di Nusa Dua, Bali pada tanggal 23 Juli 2011 dengan dipimpin bersama oleh Staf Ahli Mendag Bidang Kebijakan Perdagangan dan Kawasan Ekonomi Khusus dan Assistant USTR for Southeast Asia and the Pacific. Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia terdiri dari perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertanian, BPOM dan BKPM. Sedangkan pihak AS diwakili oleh Economic Counselor, Commercial Counselor dan Internal Economic Affairs officer dari US Embassy.

Pada pertemuan tersebut, kedua pihak sepakat untuk intensif bekerja sama dengan tujuan memperdalam hubungan perdagangan dan investasi kedua negara. Kedua pihak mencatatkan peningkatan perdagangan Indonesia dan AS dalam setahun terakhir namun sepakat bahwa masih ada ruang gerak dan masih dapat diupayakan terkait peningkatan ekspor dan impor serta kerja sama antara kedua negara. WGTI membahas perkembangan dari berbagai isu terkait perdagangan dan investasi yang menjadi perhatian Indonesia dan Amerika Serikat. Diskusi positif dilaksanakan kedua pihak dengan membahas isu-isu terkait perdagangan dan investasi yang menjadi perhatian, termasuk akses pasar film, Daftar Negatif Investasi (DNI) Indonesia, ketentuan labeling makanan dan minuman, Program General System of Preferences (GSP), proses bidding lokomotif, dan Task Force on Agriculture Science and Technology Cooperation.

Kemudian terakhir pada tanggal 19 September 2011 telah dilaksanakan pertemuan Trade and Investment (TIC) XI RI-AS di Washington, D.C. Pertemuan tersebut di pimpin oleh Staf Khusus Bidang Kerja Sama Internasional bersama dengan Assistant USTR for Southeast Asia and The Pacific, dan dihadiri oleh pejabat terkait dari kedua negara. Pertemuan ini membahas isu-isu yang menjadi kepentingan kedua negara sebagaimana tertuang dalam agenda pertemuan. Beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan tersebut antara lain: (i) Kunjungan Presiden AS; dan (ii) Dialog terkait isu perfilman, isu pharmaceuticals, isu alokasi impor daging, isu on-shore data center.

2. Indonesia – Australia

Sebagai tindak lanjut peluncuran Indonesia - Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) oleh Presiden RI dan Perdana Menteri Australia, pada tanggal 2 November 2010 di Jakarta maka pada tanggal 8 Maret 2011 di Sydney, Australia telah dilaksanakan konsultasi pra-negosiasi IA-CEPA. Hal tersebut dilakukan atas dasar kesepakatan kedua negara bahwa sebelum dimulainya putaran perundingan, kedua negara akan melakukan konsultasi pra-negosiasi IA-CEPA untuk bertukar pikiran mengenai rencana pelaksanaan negosiasi IA-CEPA dan mencari pemahaman bersama tentang dimensi kerja sama ekonomi dalam rangka IA-CEPA.

Pada konsultasi pra-negosiasi IA-CEPA pertama, secara khusus, Wamendag RI menyampaikan ada 4 (empat) clusters sebagai pendekatan dalam economic cooperation yang dapat dilakukan oleh kedua negara yaitu:

a. Cluster Pertanian/Agriculture (seperti sektor beef dan dairyproducts) yang meliputi: perdagangan langsung (direct trade), peningkatan

Page 30: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

23 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

kapasitas dengan tujuan untuk memberikan kontribusi bagi terwujudnya kebijakan pertanian Indonesia, pembangunan Indonesia sebagai basis produksi untuk pasar negara ketiga termasuk fasilitasi perdagangan dan investasi sebagai basis produksi;

b. Cluster Barang Pertambangan/Extractive Mineral (seperti tembaga dan batu bara) yang mencakup kegiatan perdagangan langsung, praktik pengelolaan sumber daya yang baik (best practice) termasuk tata pemerintahan yang baik, peningkatan kapasitas regulator termasuk pemerintah lokal, mendukung investasi bersama dan inisiatif pengolahan serta penciptaan nilai tambah produk untuk pasar negara ketiga;

c. Cluster Green Economy atau Sustanaible Trade (seperti Crude Palm Oil), meliputi kegiatan pengembangan standar dan proses sertifikasi, penelitian untuk mempromosikan clean sectors dan perdagangan ramah lingkungan melalui aktivitas perdagangan dan investasi; dan

d. Cluster Jasa (seperti jasa pendidikan, kesehatan, dan perhotelan/pariwisata) yang akan mendukung pengembangan industri-industri jasa kompetitif.

Pada tanggal 18 April 2011, telah dilaksanakan konsultasi pra-negosiasi IA-CEPA tahap ke II di Jakarta, Indonesia. Pada kesempatan ini telah disepakati isi Guiding Principles and Modalities of IA-CEPA. Namun, masih terdapat 2 (dua) squarebrackets yang menjadi pending matters. Selain itu, kedua negara sepakat untuk melaksanakan joint outreach untuk mendapatkan masukan/input dari stakeholders. Pada pertemuan ini, pemerintah Australia telah menyatakan persetujuannya terhadap usulan Wamendag RI atas keempat konsep clustering dalam economic cooperation.

Hal lain yang patut dicatat dari pertemuan dimaksud ialah kesepakatan kedua negara untuk melibatkan peran serta aktif stakeholders pada proses negosiasi, salah satunya melalui sosialisasi atas perkembangan negosiasi kepada stakeholders.

Konsultasi pra-negosiasi IA-CEPA tahap ke-2 dilanjutkan dengan pertemuan bilateral antara Menteri Perdagangan Indonesia dan Australia yang dilaksanakan rutin setiap tahun yakni Trade Ministers’ Meeting.The 9th Indonesia – Australia Trade Ministers’ Meeting (TMM) telah dilaksanakan di Jakarta, Indonesia pada tanggal 20 April 2011. TMM ke-9 ini merupakan tindak lanjut dari TMM ke-8 yang telah diadakan pada tanggal 19 Februari 2009 di Sydney, Australia.

Tujuan pelaksanaan TMM adalah sebagai forum bilateral bagi kedua negara untuk membahas langkah-langkah yang perlu diambil guna memperkuat kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi kedua negara. Beberapa isu-isu penting yang dibahas, yaitu: (i) Akses pasar buah-buah tropis yang sulit menembus pasar Australia, terkait aturan Sanitary dan Phytosanitary (SPS) Australia; (ii) Holding Order yang dikenakan kepada beberapa produk-produk makanan Indonesia; (iii) Akses pasar Australia ke Indonesia terkait Live Cattle, Boxed Beef dan Offal; dan (iv) Ketentuan mengenai labeling di Indonesia.

Page 31: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

24 Laporan Tahunan 2011

3. Indonesia – Brazil

Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-2 Indonesia-Brazil telah dilaksanakan pada tanggal 3-4 Oktober 2011 di Jakarta dengan 3 (tiga) Working Group, yaitu: (i) Working Group on Trade and Investment, (ii) Working Group on Agriculture, dan (iii) Working Group on Energy.

Ditjen KPI tergabung dalam Working Group on Trade and Investment, hasil-hasil yang dicapai dalam pertemuan dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Indonesia menawarkan perdagangan produk-produk potensial di luar komoditas yang selama ini telah diekspor ke Brazil, dan saling bekerja sama dan saling bertukar informasi mengenai value-added products kedua negara.

b. Indonesia menyampaikan berbagai isu terkait hambatan perdagangan yang selama ini dihadapi Indonesia, diantaranya tuduhan dumping oleh Brazil terhadap beberapa produk Indonesia dan rencana pelarangan penjualan rokok kretek di Brazil. Indonesia mengharapkan agar Brazil dapat meminimalisir dan mengurangi pemberlakuan tuduhan dumping terhadap Indonesia, mengingat bahwa hal tersebut dapat mengganggu keharmonisan hubungan perdagangan kedua negara. Kemudian Brazil berjanji untuk menyampaikan isu terkait kepada Department of Trade Defence (DECOM) yaitu badan yang berwenang menangani urusan pengamanan perdagangan di Brazil dan mencoba menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Indonesia tersebut.

c. Memanfaatkan kerja sama antara KADIN dan sektor swasta kedua negara dalam rangka meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara serta bertukar informasi mengenai event-event perdagangan yang berlangsung di kedua negara.

d. Perusahaan VALE dari Brazil akan kembali berinvestasi di Indonesia. Terkait hal tersebut, instansi terkait akan berkoordinasi dengan VALE untuk menginformasikan Kebijakan dan Peraturan investasi di Indonesia.

e. Indonesia berniat untuk berpartisipasi dalam menyediakan suplai kebutuhan World Cup 2014 dan Olimpiade 2016 yang akan berlangsung di Brazil dan mengundang Indonesia untuk meninjau ke Brazil.

Page 32: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

25 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

Sebagai tindak lanjut dari SKB ke-2, maka pada tanggal 16 November 2011 di Bali, telah dilakukan penandatanganan MoU between the Ministry of Trade of the Republic of Indonesia and the Ministry of External Relations of the Federative Republic of Brazil on Enhancing the Promotion of Trade and Investment.

Penandatanganan MoU tersebut dalah bentuk komitmen kedua negara untuk lebih mempererat hubungan kerja sama di bidang perdagangan dan investasi. MoU ini secara umum menegaskan tentang pentingnya peranan Working Group untuk menyukseskan terwujudnya peningkatan promosi perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Brasil.

Lebih dari pada itu, penandatanganan MoU ini adalah salah satu upaya Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke negara-negara pasar nontradisional, termasukd engan Brasil yang menjadi mitra dagang utama Indonesia di kawasan Amerika Latin.

Di antara yang menjadi program utama Working Group untuk mewujudkan tujuan itu adalah dengan meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi kedua Negara pada tingkat bilateral dan multilateral. Di samping itu adalah memfasilitasi pertukaran informasi dan upaya lainnya yangdibutuhkan oleh sektor publik dan kalangan pengusaha dengan menciptakan iklim bisnis yang kondusif,mengembangkan dan meningkatkan potensi perdagangan dan investasi di masing-masing negara, memfasilitasi diskusi dan pembahasan isu perdagangan dan investasi yang diperlukan oleh stake holder terkait dari kedua negara.

4. Indonesia – Canada

Negosiasi Foreign Investment Promotion and Protection Agreement (FIPA) IX Indonesia-Kanada diselenggarakan pada tanggal 14-15 April 2011 di Bandung. Dalam negosiasi tersebut, dilakukan pembahasan to do list dari pertemuan FIPA VIII dan draft agreement sebagai berikut:

a. To review the issue of Portfolio Investment. Canada will provide some suggested wording for Indonesia’s consideration intersessionally that the FIPA Agreement does not cover Portfolio Investment;

b. Indonesia to provide an updated Annex II. Canada will re-submit its Annex II. Both Parties to provide their input intersessionally;

c. Canada will provide its competition law; d. Canada will provide comments on Indonesia’s tax proposal; e. Canada to give further consideration to the Definition of Central

Government; f. Both Parties to review the relationship of the FIPA to the GATS; g. Both Parties to look at the possibility of teleconference or email to

discuss the Balance of Payments/Temporary Safeguard Measures.

Pada tanggal 2 Oktober 2011, Minister for International Trade and Minister for the Asia Pacific Gateway berkunjung ke Indonesia dalam rangka exchange of letters untuk joint declaration/deklarasi bersama perjanjian kerja sama ASEAN – Kanada.

Deklarasi bersama ini pada intinya memuat kesepakatan antara ASEAN dan Kanada untuk mendorong hubungan perdagangan dan investasi

Page 33: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

26 Laporan Tahunan 2011

kedua pihak dengan cara menyusun program kerja pada waktu yang akan datang. Deklarasi ini bertujuan juga untuk meningkatkan kerja sama perdagangan barang dan jasa, kerja sama industri, investasi, dan peningkatan UKM, koordinasi dalam forum WTO dan APEC, serta pertukaran informasi peluang perdagangan dan investasi.

5. Indonesia – Ecuador

Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-2 Indonesia-Ekuador telah dilaksanakan pada tanggal 6 Oktober 2011 di Jakarta, dengan hasil pertemuan sebagai berikut:

a. Bidang Perdagangan dan Investasi Kedua negara sepakat untuk lebih meningkatkan upaya kerja sama untuk meningkatkan perdagangan antara kedua negara. Indonesia optimis atas prospek perdagangan bilateral kedua negara di masa yang akan datang.

Dengan adanya FTA antara Indonesia dan Ekuador diharapkan para pengusaha kedua negara dapat memanfaatkannya. Selain itu akan terdapat kemungkinan pembentukan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang kiranya dapat lebih fokus dan terarah. Selain itu Indonesia juga mengundang Ekuador untuk menghadiri dan mengikuti Trade Expo Indonesia (TEI) yang diadakan setiap tahun di Indonesia.

b. Bidang Energi Saat ini Indonesia sedang mengembangkan panas bumi sebagai sumber listrik, yang potensinya mencapai 12 gigawatt listrik. Untuk itu Indonesia mengundang pihak Ekuador untuk berinvestasi di sektor tersebut, mengingat sudah adanya MoU di bidang energi antara Indonesia-Ekuador.

c. Bidang Manajemen Bencana

Indonesia menawarkan kepada Ekuador kerja sama di bidang teknologi early warning system bencana tsunami, konsep rumah tahan gempa, dan information and technology di bidang manajemen bencana.

d. Bidang Komunikasi dan Informatika Oleh karen beberapa tahun lalu telah dijajagi kerja sama antara PT. Telkom dengan Perusahan Telekomunikasi Ekuador, Fondo de Solidaridad dan sempat terhenti. Untuk itu delegasi Indonesia meminta kepastian apakah ada pengganti dari perusahaan tersebut terkait dengan kerja sama dengan PT. Telkom.

e. Bidang Budaya dan Pariwisata Diinformasikan bahwa pada tahun 2007 telah ditandatangani MoU kerja sama di bidang budaya dan terdapat juga MoU kerja sama di bidang pariwisata. Sementara MoU mengenai perlindungan cagar budaya yang diajukan Ekuador sedang dalam pembahasan internal oleh instansi terkait di Indonesia.

Page 34: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

27 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

6. Indonesia – EFTA

Perundingan pertama IE-CEPA berlangsung pada tanggal 31 Januari - 2 Februari 2011 di Jakarta. Perundingan pertama ini merupakan tindak lanjut dari pengumuman bersama pada tanggal 7 Juli 2010 antara Presiden Indonesia dengan

Presiden Swiss yang memberikan mandat kepada kedua ketua tim perunding untuk memulai perundingan Indonesia-EFTA Comprehensive Partnership Agreement (IE-CEPA).

Kedua belah pihak telah membahas framework dan menyepakati dasar-dasar negosiasi, yaitu: (i) prinsip single undertaking, (ii) struktur negosiasi, (iii) waktu dan tempat, (iv) focal point dan contact person, serta (v) hasil negosiasi.

Pada perundingan pertama hal yang telah disepakati adalah membentuk 4 (empat) kelompok kerja/Working Group(WG), yaitu: trade in goods, trade in service, investment, rules of origin, dan ditambah 1 (satu) discussion group on other issue (intelectual property rights/IPR, cooperation and capacity building, government procurement, dan general provisions).

Kemudian pertemuan The 2nd Round of Negotiation Indonesia-EFTA Comprehensive Partnership Agreement (IE-CEPA) dilaksanakan pada tanggal 6-8 Juni 2011 di Jenewa, Swiss.

Dalam kelanjutan perundingan ini, isu-isu yang dibahas mencakup 4 WG pada pertemuan pertama dan ditambah 4 WG baru, yaitu: WG on trade in goods, WG on trade in service, WG on rules of origin and customs procedures, WG on investment, WG on intellectual property rights, WG on cooperation for capacity building, WG on government procurement dan WG on general provision. Pada perundingan ini juga telah dilaksanakan konsultasi dengan pihak EFTA untuk membahas isu-isu mengenai sustainable development, trade remedies, dan competition.

Kemudian diadakan kembali perundingan ketiga IE-CEPA yang berlangsung pada tanggal 1-4 November 2011 di Bali, Indonesia. Berkenaan dengan trade in goods, hubungan antara chapter trade ingoods dengan agreement on agriculture, Indonesia memandang bahwa agreement on agriculture perlu menjadi bagian integral dari chapter trade in goods, sedangkan EFTA memandang agreement on agriculture dilakukan secara terpisah, namun bersama-sama dengan chapter trade in goods keduanya membentuk kerangka dan instrumen IE-CEPA.

Terkait penurunan tarif, EFTA menginginkan tarif kedua belah pihak langsung turun seketika IE-CEPA diberlakukan, Indonesia menginginkan penurunan tarif secara bertahap mengingat perbedaan tingkat ekonomi kedua pihak. Terkait trade remedies, Indonesia menginginkan agar klausul trade remedies merujuk kepada WTO, sedangkan EFTA

Page 35: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

28 Laporan Tahunan 2011

menginginkan klausul trade remedies disusun secara khusus mengingat status preferensi IE-CEPA.

7. Indonesia – India

Pada tanggal 25 Januari 2011 di India, Presiden Indonesia dan Perdana Menteri India sepakat meluncurkan negosiasi Indonesia-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement(II-CECA), untuk memperkuat kerja sama ekonomi, perdagangan barang dan jasa termasuk investasi.

Kedua kepala negara berharap bahwa melalui II-CECA kerja sama ekonomi antara Indonesia dengan India akan dapat dibangun pada tingkat yang lebih tinggi dan memberi manfaat yang lebih besar dari ASEAN – India Free Trade Agreement (AIFTA).

Selain itu, pemimpin kedua negara menyepakati Joint Statement: Vision for the India –Indonesia New Strategic Partnership over the coming decade. Joint Statement tersebut memuat kemajuan kerja sama yang telah dicapai dalam kerangka kemitraan strategis dan kerja sama yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat dan yang akan dicapai dalam sepuluh tahun mendatang.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan kedua negara telah menandatangani Memorandum of Understanding between the Ministry of Trade of the Republic of Indonesia and the Ministry of Commerce and Industry of the Republic of India on the Establishment of Biennial Trade Ministers' Forum (BTMF). MoU tersebut bertujuan untuk meningkatkan kerja sama perdagangan barang dan jasa agar tercapai target nilai total perdagangan sebesar US$ 25 miliar pada tahun 2015. BTMF ini merupakan forum bilateral yang akan dilaksanakan setiap dua tahun sekali untuk membicarakan upaya peningkatan hubungan ekonomi dan kerja sama perdagangan kedua negara.

Selain pertemuan bilateral, Menteri Perdagangan RI berkesempatan untuk melakukan serangkaian kegiatan lain, yakni: (i) menghadiri business forum; (ii) melakukanpertemuan dengan pengusaha India; (iii) serta menandatangani nota kesepahaman kerja sama bilateral antara kedua Pemerintah dan business forum.

Menindaklanjuti peluncuran II-CECA oleh Kepala Negara kedua negara, pada tanggal 11 Agustus 2011, tim inti juru runding II-CECA dari kedua negara telah melaksanakan pertemuan informal guna membahas persiapan dimulainya negosiasi II-CECA. Dalam pertemuan ini disepakati akan diadakan pertemuan lanjutan (konsultasi pra-negosiasi) yang rencananya akan diadakan back – to – back dengan the 1st Biennial Trade Ministers’ Forum.

Konsultasi pra-negosiasi telah dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2011 di Jakarta, Indonesia. Pada pertemuan ini, para perunding kedua negara membahas langkah awal yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi perundingan II-CECA. Pertemuan ini telah berhasil menyusun scope and structure of II-CECA dan guiding principles and modalities yang akan digunakan sebagai dasar untuk perundingan II-CECA. Kedua negara juga sepakat untuk mengadakan pertemuan lanjutan untuk menindaklanjuti peluncuran II-CECA pada kesempatan pertama.

Page 36: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

29 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

Setelah pelaksanaan konsultasi pra-negosiasi IA-CEPA yakni pada tanggal 4 Oktober 2011, telah dilaksanakan 1st Indonesia-IndiaBilateral Trade Ministers’ Forum (1st BTMF)di Jakarta, Indonesia. Pertemuan tersebut merupakan implementasi dari kesepakatan kedua Menteri Perdagangan pada bulan January 2011. Pertemuan didahului dengan pertemuan pada tingkat Senior Official Meeting (SOM) yang kemudian dilanjutkan dengan Ministerial Meeting. Pada tingkat SOM, kedua pimpinan pertemuan melakukan exchange of views atas sejumlah isu perdagangan yang menjadi concern utama kedua negara, yakni: (i) larangan impor daging sapi dari India; (ii) hambatan non tarif yang dialami produk farmasi India; (iii) hambatan non tarif untuk ekspor biji pinang dan produk makanan Indonesia ke India; serta (iv) struktur tarif India yang kompleks.

Pada tingkat Ministerial Meeting, Kedua Menteri menyepakati untuk membentuk dua Working Group; yakni (i) Working Group on Trade and Investment yang melibatkan unsur pemerintah serta pengusaha; dan (ii) Working Group on Trade Facilitation and Resolution yang melibatkan unsur pemerintah.

8. Indonesia – Jepang

Pertemuan The First Meeting of Working Group under the Sub-committee on Rules of Origin for Indonesia - Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA) dilaksanakan pada tanggal 11-14 Mei 2011 di Tokyo, Jepang.

Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas transposisi HS 2002 ke HS 2007 pada Product Specific Rules (PSR) di bawah IJ-EPA. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan Sub-committee on Rules of Origin di Jakarta pada tanggal 5-6 Agustus 2010.

Dalam pertemuan tersebut telah didiskusikan transposisi 585 sub-pos tarif, dan terdapat tiga sub-pos tarif yang belum disepakati. Ketiga sub-pos tarif tersebut akan disepakati secara intersession.

9. Indonesia – Korea Selatan

Penandatanganan MoU Governing Mutual Administrative Assistance and Cooperation on the Implementation of Origin Certification and Verification of the Agreement on Trade in Goods under AKFTA antara RI-Korea Selatan telah dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2011.

MoU tersebut bertujuan untuk mencegah dan mengatasi pemalsuan

Page 37: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

30 Laporan Tahunan 2011

certificate of origin (CoO)/Surat Keterangan Asal (SKA) dan pelanggaran lainnya yang mengganggu pelaksanaan perjanjian barang dalam kerangka AKFTA. Penandatanganan MoU tersebut dilakukan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan; Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan; dan Commissioner of the Korea Customs Service (KCS).

Kemudian pada tanggal 17-18 Mei 2011 telah diselenggarakan Pertemuan Joint Task Force (JTF) RI-Republic of Korea (ROK) ke-3 yang dilakukan dalam format working level dan kemudian disebut dengan the First Meeting of Working Level Task Force (WLTF). Pertemuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kerja sama Indonesia - Korea antara lain di bidang perdagangan, investasi, industri, infrastruktur, energi, dan lain-lain.

Working Level Task Force terdiri dari 7 (tujuh) working group, antara lain adalah: trade and investment; forestry, agriculture and fisheries; energy and mineral resources; infrastructure and construction; defense industry; industry cooperation; dan policy support and financing development.

Dalam pertemuan ini, Wakil Menteri Perdagangan menyampaikan bahwa dalam pertemuan kedua Menteri, kedua belah pihak sepakat untuk menetapkan target perdagangan sebesar US$ 40 miliar pada tahun 2014.

Diharapkan WGTI akan lebih dalam mengkaji hal ini dan kerja sama kedua negara tidak hanya fokus kepada cara meningkatkan nilai perdagangan tapi juga kualitas dari perdagangan tersebut. Indonesia mengharapkan dapat lebih banyak mengekspor barang-barang value added ke Korea dan lebih banyak investasi yang masuk ke Indonesia.

Pertemuan pertama Joint Study Group (JSG) telah dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2011 di Jakarta dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 21-22 September 2011 di Seoul, Korea. Pertemuan JSG Indonesia-Korea bertujuan untuk melakukan diskusi dan mempelajari lebih jauh potensi serta hubungan Indonesia dan Korea guna membangun jejaring dan kerja sama di bidang perdagangan dan investasi yang saling menguntungkan serta mengevaluasi kemungkinan dilaksanakannya suatu Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara kedua negara.

Kedua pihak telah berhasil menyepakati sebagian besar substansi Draft JSG Report dan merevisi draft tersebut menjadi lebih ringkas, seimbang, dan konsisten. Draft JSG Report rencananya akan diselesaikan pada pertemuan ketiga pada tanggal 20-21 Oktober 2011 di Jakarta.

Page 38: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

31 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

10. Indonesia – Pakistan

Pertemuan Trade Negotiating Committee (TNC) ke-7 diselenggarakan pada tanggal 10 - 11 Juni 2011 di Islamabad, Pakistan. Pada pertemuan dimaksud Indonesia membawa proposal baru guna memecah kebuntuan pembahasan request list of products dan sekaligus menyelesaikan perundingan Preferential Trade Agreement (PTA) dengan Pakistan.

Menanggapi posisi final dari Indonesia, Pakistan tetap pada prinsip “proportionality and equitable reciprocity” dan belum dapat menerima posisi final Indonesia. Dengan tidak fleksibelnya posisi Pakistan maka perundingan diputuskan untuk ditunda.

Indonesia menyampaikan kembali proposal Indonesia dan kepastian akan diberikannya perlakuan 0% tarif sepanjang tahun untuk jeruk Kinnow dengan syarat CPO Indonesia disamakan perlakuan tarifnya dengan CPO Malaysia dan tidak ada lagi penambahan permintaan produk dari pihak Pakistan.

Sebagai tindak lanjut TNC ke–7, pada tanggal 16 September 2011, pertemuan TNC ke-8 Indonesia - Pakistan telah dilaksanakan di Jakarta. Pada kesempatan tersebut kedua pihak berhasil mencapai kesepakatan terkait dengan product list Preferential Trade Agreement yang tertuang dalam Draft Preferential Trade Agreement Indonesia-Pakistan. Apabila PTA tersebut berhasil ditandatangani kedua belah pihak maka Indonesia dapat meningkatkan akses pasar ekspor ke Pakistan.

11. Indonesia – Papua New Guinea

Joint Border Committee (JBC) RI-PNG ke-28 telah dilaksanakan pada tanggal 21-25 Juni 2011 di Batam, Indonesia. Pertemuan tersebut dibagi ke dalam 2 (dua) sesi pertemuan yakni plennary dan workinggroup/subsidiary organs, yang terdiri atas: Border Liaisons Meeting; Joint Sub Committee on Security Matters relating to Border Areas; Joint Sub Committee on Survey and Demarcation of the Boundary and Mapping of the Border Areas (JTSC-SDM); Sub Committee on Communication; dan Joint Sub Committee on Trade and Investment along the Border Areas.

Back to back dengan pertemuan JBC RI-PNG tersebut, telah dilaksanakan pertemuan Joint Sub Committee on Trade and Investment along the Border Areas di mana Kementerian Perdagangan bertindak sebagai focal point sekaligus ketua Working Group.

Pertemuan Joint Sub Committee on Trade and Investment along the

Page 39: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

32 Laporan Tahunan 2011

Border Areas menghasilkan kesepakatan bagi kedua negara untuk mempertukarkan draft Terms of Reference (TOR) mengenai pembentukan Sub Committee on Trade and Investment.

Sementara itu, hal-hal penting yang dibahas dalam plennary antara lain: (i) Pembukaan Pos Perbatasan Skouw – Wutung; (ii) Pembentukan Joint Sub-Committee on Trade and Investment along the Border Areas; MoU pembentukan Joint Sub-Committee on Environment Along the Border Area; (iii) Review Basic Agreement on Border Arrangements RI – PNG; (iv) Rencana kerja sama ekonomi pembangunan antara BNPP dengan PNG Border Development Authority; (v) Rencana penyusunan MoU mengenai Transnational Crimes; dan Isu over-the-border flight terhadap penerbangan Indonesia.

12. Indonesia – China

Pertemuan Komisi Bersama Indonesia – China atau Joint Commission Meeting (JCM) merupakan wadah formal bilateral tahunan di bidang ekonomi perdagangan dan investasi yang menindaklanjuti Kemitraan Strategis (Strategic Partnership) yang telah ditandatangani oleh kedua Kepala Negara pada tahun 2005.

Pada pertemuan Presiden RI dan PM China di Jakarta bulan April 2011, kedua Kepala Pemerintahan telah menyaksikan penandatanganan Agreement on Expanding and Deepening Bilateral Economic and Trade antara Menteri Perdagangan RI dan China, di mana salah satu isi pentingnya adalah pembentukan Working Group on Trade Resolution dan Working Group on Economic Cooperation.

Agreement tersebut bertujuan untuk lebih meningkatkan kerja sama dan mempromosikan perkembangan sosial dan ekonomi masing-masing sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku pada masing-masing negara.

Pada pertemuan ke-3 Expert Working Group for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation Indonesia - China tanggal 19-20 Juli 2011 di Beijing, China telah dibahas draft MoU on External Merchandise Trade Data Exchange. Namun MoU tersebut masih harus melalui proses di Kementerian Luar Negeri masing-masing negara untuk mendapat persetujuan.

Kedua belah pihak juga membahas berbagai isu terkait dengan implementasi Agreed Minutes for Further Strengthening Economic and Trade Cooperation (agreed minutes).

Page 40: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

33 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

Dalam pertemuan ke-3 EWG tersebut, pihak Indonesia mengharapkan pihak China dapat memenuhi komitmen kedua pejabat tinggi negara baik dalam Joint Communique on Further Strengthening China-Indonesia Strategic Partnership maupun Agreed Minutes untuk menciptakan perdagangan yang berimbang dan berkelanjutan. Komitmen tersebut harus didukung oleh semua pihak termasuk level teknis di masing-masing negara.

13. Indonesia – Turki

Pertemuan ketiga Joint Study Group (JSG) Indonesia-Turki, dilaksanakan pada tanggal 24-26 Februari 2011 di Ankara, Turki. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas Final Joint Report kedua pihak serta menyusun kesimpulan dan rekomendasi dari JSG Indonesia-Turki dimaksud.

Sebelum dilaksanakannya pertemuan, kedua pihak mengadakan pertemuan dengan Directorate General of EU Affairs, Undersecretariat of the PRIME Ministry for For Foreign Trade. Hal-hal penting yang dibahas antara lain:

1) Bahwa JSG dimaksud sesuai dengan komitmen kedua belah pihak akan diselesaikan dalam waktu satu tahun dengan durasi pertemuan sebanyak tiga kali dan dapat menyimpulkan Final Joint Report;

2) Turki telah melakukan Free Trade Agreement (FTA) dengan 17 negara dan beberapa negara seperti Chile dan Yordan akan diimplementasikan pada bulan Maret 2010. FTA dengan Malaysia sudah memasuki tahap lanjut dalam perundingan yang diharapkan akan dirampungkan pada akhir 2011;

Untuk itu pihak Turki mengharapkan Indonesia menyambut niat Turki untuk menaikkan status hubungan bilateral dengan suatu Comprehensive Trade and Economic Partnership (CTEP) yang selanjutnya akan membentuk FTA, dan proses FTA dengan Turki tidak membatasi durasi negosiasi FTA;

3) Pihak Turki menjamin bahwa perundingan FTA bilateral dengan pihak ketiga dapat diluncurkan dengan catatan: (i) tujuan akhir FTA yang bersangkutan adalah sejalan dengan Custom Union Turki – Uni Eropa; (ii) dalam hal hubungan segitiga FTA antara negara ketiga di satu pihak dan Turki serta Uni Eropa di lain pihak, masa peralihan dapat berbeda asalkan tetap mengarah ke tujuan yang sama sesuai dengan butir (i) dimaksud.

Kedua pihak menyepakati untuk membahas laporan versi terakhir JSG yang sesuai dengan agenda yang telah disepakati. Oleh karena itu, kedua pihak telah berhasil menyelesaikan dengan menyusun laporan akhir yang berjudul “Turkey-Indonesia Joint Study Group on The Feasibility of a Comprehensive Trade and Economic Partnership Agreement”.

14. Indonesia – Uni Eropa

Pertemuan Vision Group ke-2 merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama yang telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010 di Jakarta yang bertujuan untuk melakukan kajian peningkatan kerja sama bilateral Indonesia-Uni Eropa ke arah kemitraan ekonomi yang lebih bersifat strategis, komprehensif, dan inovatif.

Page 41: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

34 Laporan Tahunan 2011

Pertemuan kedua ini akan memberikan gambaran atas kerangka rekomendasi yang akan difinalisasi pada pertemuan VG-3 di Jakarta. Agenda pertemuan kali ini adalah membahas dan mendiskusikan beberapa isu utama antara lain pengembangan sektor perikanan, iklim investasi, pembangunan infrastruktur, mekanisme komunikasi yang efektif dengan stakeholder, serta diskusi mengenai sektor-sektor yang akan terkena dampak apabila rekomendasi Vision Group akhirnya menuju ke arah peningkatan hubungan bilateral.

Pembahasan ini sangat penting guna menyusun rekomendasi sebagai hasil dari Vision Group (tim pakar) yang rencananya akan disampaikan kepada Menteri Perdagangan Republik Indonesia, dan Komisioner Eropa untuk Perdagangan, pada bulan Mei 2011.

Di sela-sela pertemuan tersebut Indonesia juga melakukan beberapa kegiatan pendukung sebagai upaya menambah informasi terkait pembentukan kemitraan Indonesia – Uni Eropa seperti melaksanakan dialog dengan asosiasi sektoral di Eropa, yaitu tekstil (Euratex) dan kimia (CEFIC), menghadiri diseminasi hasil kajian Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) tentang iklim investasi di Indonesia yang diselenggarakan oleh Centre of European Policy Studies (CEPS) dengan OECD, dan menghadiri diskusi dengan tema "Putting Indonesia on Your Strategic Map: Investment Opportunities in the Southeast Asia’s Most Promising Star Performer" yang diselenggarakan oleh European Institute for Asian Studies (EIAS).

Melalui Long Term Vision for Trade and Investment Cooperation kedua negara memiliki forum diskusi yang terbuka dan selalu update terhadap hubungan bilateral kedua negara.

Pertemuan Working Group on Trade and Investment (WGTI) Rl - EU ke-4 dilaksanakan pada tanggal 29 Juni 2011 di Brussel. Pertemuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan dan memperkuat hubungan ekonomi bilateral. Selain itu, WGTI juga mengangkat isu-isu spesifik yang terkait dengan akses pasar kedua negara, seperti palm oil, fishery product, cocoa product, daftar negatif investasi, dan peraturan labelling.

Kedua pihak sepakat untuk saling memberikan informasi dan menindaklanjuti isu-isu bilateral yang ada dalam tingkat teknis secara regular. Untuk itu, Indonesia menyampaikan perlunya koordinasi dan pertemuan dengan kementerian terkait guna membahas isu-isu yang masih pending dan mencabut isu-isu yang sudah diselesaikan.

Kemudian pada tanggal 11November 2011 di Bogor dilakukan pertemuan ke-10 Senior Officials Meeting (SOM) Indonesia - Uni Eropa (UE). Pertemuan ke-10 SOM Indonesia - UE ini merupakanpertemuan terakhir karena untuk pertemuan berikutnya tingkat perundingan akan dinaikkan menjadi Joint Committee yang diketuai oleh Menteri Luar Negeri kedua belah pihak.

Dalam Joint Commission dimaksud juga terdapat Working Group on Trade and Investment (WGTI) yang membawahi tiga Sectoral Working Group (SWG),yaitu: SWG on Sanitary and Phytosanitary, SWG on Industry and Environment, dan SWG on Pharmaceutical and Cosmetics.

Page 42: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

35 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Indonesia atas kerja sama ini maka Kementerian Perdagangan telah melaksanakan sosialisasi rekomendasi Vision Group di Medan pada tanggal 4 Agustus 2011, dan telah mengirimkan surat permintaan masukan atas scoping paper Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) RI-UE kepada 62 asosiasi pengusaha dan lembaga pemerintah.

Saat ini,Ditjen KPI telah menerima respons dari beberapa instansi pemerintahan dan asosiasi pengusaha yang mayoritas merefleksikan kesadaran akan pentingnya suatu kerja sama kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan UE. Masukan dan respons dari para pemangku kepentingan ini akan tercermin dalam counter draftscoping exercise Indonesia yang diharapkan dapat disampaikan pada pertemuan WGTI RI-UE tahun depan.

E. Direktorat Perundingan Perdagangan Jasa

1. Perundingan Jasa WTO Sepanjang tahun 2011, WTO telah menyelenggarakan beberapa sidang dengan membahas isu Implementation of the Modalities for the Special Treatment for Least-Developed Country Members in the Trade in Services Negotiations (LDCs Modalities) dan Review of Progress in Negotiations, Including Pursuant to Paragraph 15 of the Guidelines for Negotiations serta Organization of Future Work.

Perundingan akses pasar harus berimbang, memperhatikan elemen pembangunan dan kepentingan kepentingan ekspor negara berkembang seperti mode 4, isu rules, dan domestic regulation. Dan juga harus memperhatikan aspek pembangunan seperti yang tertuang dalam Artikel IV, XIX GATS, dan Annex C Deklarasi Hong Kong. Perundingan domestic regulation perlu memperhatikan prinsip-prinsip right to regulate dan special needs of developing countries.

Perkembangan perundingan menunjukkan peningkatan yang pesat pada pertemuan baik plurilateral maupun bilateral, namun beberapa negara menyatakan perundingan plurilateral selain mempunyai manfaat tetapi juga terdapat kelemahan, yaitu tidak diperolehnya penjelasan yang spesifik tentang komitmen yang diberikan oleh negara-negara anggota.

Dukungan yang dapat diberikan dalam kerangka WTO adalah terutama

Page 43: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

36 Laporan Tahunan 2011

terkait akses pasar di berbagai sektor jasa, termasuk ketiga komoditi unggulan Indonesia. Sehingga dapat dijaga kepentingan Indonesia untuk sektor jasa yang memiliki sensitifitas yang tinggi, termasuk jasa telekomunikasi dan tenaga kerja.

2. Perundingan Jasa APEC

Isu-isu yang dibahas dalam Group on Services (GOS) 3 ini dikelompokkan ke dalam 3 topik utama, yakni: (i) Completed Projects; (ii) Updates on current Group on Services Activities; dan (iii) New work Group on Services program.

Melalui kerja sama ini diharapkan adanya share of views/experiences dan capacity buildings yang diharapkan dapat berguna bagi government officials serta stakeholders terkait dan terakomodasinya kepentingan Indonesia di sub fora APEC GOS. Dukungannya terhadap akses pasar non tradisional adalah dengan berpartisipasi dalam berbagai pertemuan dan meningkatkan capacity building. Dukungan sidang ini terhadap ketiga komoditi unggulan bidang jasa tersebut adalah secara umum dapat menjaga dan mengawal kepentingan Indonesia di APEC.

3. Perundingan Jasa ASEAN

Isu utama yang menjadi fokus pembahasan pada pertemuan ASEAN CCS adalah pemenuhan komitmen AFAS 8, penentuan mekanisme penerapan fleksibilitas, dan pembahasan Movement of Natural Persons Agreement. Pertemuan ASEAN Coordinating Committee on Services (CCS) ke-66 telah diselenggarakan pada tanggal 26-29 September 2011 di Singapura. Manfaat dari pertemuan tersebut dapat mengetahui dan mempelajari tingkat liberalisasi jasa pada masing-masing sektor, di negara anggota ASEAN lainnya, terutama mengenai jasa ketenagakerjaan (jasa profesional).

Dukungan terhadap jasa ketenagakerjaan dilakukan melalui pembahasan implementasi MRA di jasa engineering dan arsitek, serta 5 jasa profesional lainnya (land surveying, akuntansi, medical, dental dan nursing) dan setara dengan standar yang disesuaikan oleh ASEAN. Terkait dengan tenaga kerja perlu membuka akses pasar dibidang jasa bagi tenaga kerja profesional Indonesia, tidak hanya low skill tetapi high skill.

MRA bertujuan untuk saling mengakui standar jasa profesional di ASEAN. Kemudian, dukungan atas teknologi informasi dilakukan melalui ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS), dengan road map yang ada, negara anggota ASEAN diminta untuk memberikan offer mereka di sektor jasa yang salah satunya adanya teknologi informasi (computer related services dan telekomunikasi) yaitu dengan membuka akses pasar di sektor tersebut.

ASEAN India Perundingan di bidang services, India masih meminta anggota ASEAN untuk meningkatkan offer-nya setara dengan AANZFTA khususnya di Mode 4 dari sub sektor yang menjadi kepentingan India (CRS, Construction and Related Engineering, Environmental Consultancy Services, Other Business Services, dan Research and Development and Professionals Services), dan sebagai imbalannya India akan memberikan Single MFN Offer kepada seluruh negara anggota ASEAN.

Page 44: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

37 Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

4. Perundingan Jasa Bilateral

a. Forum IE CEPA

Pada perundingan ketiga, Kedua pihak melakukan pertukaran paper

terkait isu Movement of Natural Person. Selain itu kedua pihak juga

saling mempresentasikan kepentingan dan posisi masing-masing di

bidang maritim, turisme, financial dan kesehatan. Terdapat kemungkinan untuk melakukan pertukaran request pada perundingan

selanjutnya.

Tindak Lanjut

Kedua pihak akan meninjau posisi masing-masing dalam definitions of natural and juridical persons dan artikel emergency safeguard measures serta denial of benefits. Hal-hal yang perlu ditindak lanjuti antara lain:

• Indonesia akan mempertimbangan usulan flexibility EFTA dalam

chapter trade in services.

• Indonesia akan menyediakan (1) daftar profesi dan contoh dari

perjanjian MRA, (2) amandemen pada draft annex MNP dengan

mengintegrasikan non- paper usulan Indonesia.

• EFTA akan menyampaikan (1) proposal dalam artikel domestic

regulation, (2) informasi mengenai mekanisme dalam annex tourism

and travel services, dan (3) informasi mengenai kualifikasi dalam

mode 4.

Page 45: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

39Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

III. KEGIATAN PENUNJANGSecara umum Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional melaksanakan sebagian tugas-tugas Ditjen KPI untuk menunjang pelaksanaan urusan perencanaan, hukum dan pelaporan, urusan keuangan, serta pelaksanaan urusan administrasi kepegawaian, perlengkapan, rumah tangga dan tata usaha serta kearsipan sehingga tercipta sinergi antara unit teknis yang ada di lingkungan Direktorat Jenderal dalam melaksanakan program dan kegiatan sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal.

A. Bagian Program dan Kerja Sama

Page 46: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

40 Laporan Tahunan 2011

1. Program Ditjen KPI tahun 2011 - 2012

No Program 2011 (Rp) 2012 (Rp) %

1. Peningkatan kerja sama perdagangan internasional

111.727.859.000 121.447.625.000 9.71%

Total pagu 111.727.859.000 121.447.625.000 9.71%

Tahun 2011 Ditjen KPI memperoleh pagu sebesar Rp.111.727.859.000,- dikarenakan ada penghematan anggaran Kementerian Lembaga sebesar 10% maka anggaran Ditjen KPI Rp 101.794.528.000 dengan realisasi sebesar Rp. 91.311.578.615 atau 89.98%.

2. Dokumen Perencanaan Dokumen perencanaan yang disusun oleh Ditjen KPI pada tahun 2011 adalah sebanyak 3 (tiga) dokumen yaitu Penetapan atau Kontrak Kinerja Tahun 2011, Rencana Kerja/Kinerja Tahun 2012, dan Rencana Kerja dan Anggaran Tahun 2012. Dokumen perencanaan yang disusun telah sesuai dengan target sehingga capaian adalah 100%.

Indikator ini merupakan indikator baru yang dicantumkan pada lampiran 1 Rencana Strategis Ditjen KPI Tahun 2010 – 2014 setelah restrukturisasi organisasi untuk mendukung penerapan penganggaran berbasis kinerja. Tiap kegiatan memerlukan indikator kinerja yang dapat diukur sehingga indikator dan target kinerja kegiatan tersebut dapat digunakan sebagai instrumen untuk mengukur akuntabilitas kinerja suatu unit kerja dalam hal ini Sekretaris Ditjen KPI bertanggung jawab untuk menyusun dokumen perencanaan baik tahunan maupun lima tahunan.

Nilai sementara evaluasi aspek perencanaan pada LAK Ditjen KPI Tahun 2010 yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal adalah 29.15 dari 45 menunjukkan bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki pada dokumen perencanaan tahun berikutnya terutama keselarasan antara Rencana Kerja/Kinerja dengan Penetapan/Kontrak Kinerja dan Dokumentasi bahwa sosialisasi dokumen perencanaan telah dilakukan. Untuk itu, pada tahun 2011 telah dilakukan penyelarasan pada dokumen Rencana Strategis Ditjen KPI Tahun 2010 – 2014 setelah restrukturisasi organisasi, Rencana Kerja/Kinerja, Penetapan/Kontrak Kinerja, dan Rencana Kerja dan Anggaran.

Dokumen perencanaan disusun berdasarkan masukan dari seluruh unit eselon II Ditjen KPI dan dirumuskan kembali untuk kemudian ditetapkan dan diketahui oleh Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional.

Penetapan Kinerja Ditjen KPI Tahun 2011 merupakan komitmen pejabat Ditjen KPI untuk mencapai kinerja yang akan dicapai sesuai dengan yang ditetapkan. Penetapan atau Kontrak Kinerja Tahun 2011 disusun berdasarkan Rencana Strategis Ditjen KPI Tahun 2010 – 2014 setelah Restrukturisasi Organisasi dan

Page 47: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

41Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

mengacu pada Rencana Kerja/Kinerja Tahun 2011. Dokumen Penetapan Kinerja ditanda-tangani oleh pimpinan masing – masing unit dan disosialisasikan kepada pegawai Ditjen KPI. Penetapan kinerja tahun 2011 anggaran belum dipisahkan per indikator kinerja karena ada indikator yang saling mendukung. Namun untuk penetapan/kotrak kinerja tahun 2012 disepakati untuk membagi anggaran per indikator dimana dilakukan pemilihan komponen yang paling mendukung atau dominan mendukung indikator tersebut meskipun komponen tersebut juga mendukung indikator lainnya.

Rencana Kerja/Kinerja Ditjen KPI Tahun 2012 yang disusun menggunakan anggaran tahun 2011 memberikan gambaran mengenai program, kegiatan, indikator kinerja dan target kinerja dari program dan kegiatan yang akan dilakukan oleh Ditjen KPI pada tahun anggaran 2012. Dokumen Rencana Kerja/Kinerja tersebut disusun berdasarkan indikator dan target kinerja yang dicantumkan pada Rencana Strategis Ditjen KPI 2010 – 2014 setelah Restrukturisasi Organisasi.

Rencana Kerja dan Anggaran Ditjen KPI Tahun 2012 yang disusun menggunakan anggaran tahun 2011 dibuat berdasarkan Rencana Kerja/Kinerja Tahun 2012 dan arahan Pimpinan Kementerian Perdagangan. Komponen – komponen pada Rencana Kerja dan Anggaran disesuaikan dengan indikator kinerja kegiatan sehingga dapat terlihat korelasi antara dokumen Rencana Kerja dan Anggaran dengan Rencana Kerja/Kinerja. Penyesuaian anggaran pada Rencana Kerja dan Anggaran dilakukan karena Surat Kementerian Luar Negeri ke Kementerian Perdagangan yang menyatakan bahwa persiapan pertemuan APEC harus dianggarkan oleh masing-masing Kementerian terkait. Persiapan rangkaian pertemuan perdagangan APEC Tahun 2013 tersebut . Oleh sebab itu, Rencana Kerja dan Anggaran Ditjen KPI Tahun 2012 mengalami peningkatan anggaran dibandingkan dengan anggaran pada Rencana Kerja/Kinerja Tahun 2012.

Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional memiliki 4 (empat) kegiatan prioritas bidang yang masuk dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011 yaitu (1) Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional; (2) Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan Bilateral; (3) Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN; dan (4) Peningkatan Kerja Sama di Bidang Perdagangan Jasa.

Pada umumnya capaian kegiatan prioritas bidang tahun 2011 pada Ditjen Kerja Sama Perdagangan Internasional telah memenuhi target dengan rata – rata capaian:

1) Kegiatan Peningkatan Peran dan Kemampuan Diplomasi Perdagangan Internasional adalah 108.87%;

2) Kegiatan capaian Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan

Page 48: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

42 Laporan Tahunan 2011

Bilateral 150.34%;

3) Kegiatan Peningkatan Kerja Sama dan Perundingan ASEAN 102.47%; dan

4) Rata – rata capaian kegiatan Peningkatan Kerja Sama di Bidang Perdagangan Jasa 111.67%.

Pada Tahun 2012, Sekretariat Ditjen KPI telah melakukan persiapan penyusunan dokumen perencanaan yaitu kegiatan penyusunan bahan trilateral meeting antara Kementerian Perdagangan dengan BAPPENAS dan Kementerian Keuangan dan Rancangan Rencana Kerja Ditjen KPI Tahun 2013. Rancangan Rencana Kerja Ditjen KPI Tahun 2013 diharapkan dapat difinalkan pada bulan Maret 2013 sehingga dapat digunakan sebagai bahan trilateral meeting dengan dengan BAPPENAS dan Kementerian Keuangan.

Isu yang perlu mendapat perhatian pada tahun 2013 adalah:

1) Pelaksanaan komitmen Indonesia dalam Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC-Blueprint).

2) Pelaksanaan review komitmen Indonesia dalam IJ-EPA yang akan dilaksanakan pada tahun 2013.

3) Persiapan menghadapi liberalisasi Jasa Logistik dalam Master Plan on ASEAN Connectivity (institutional connectivity) pada tahun 2013.

4) Keketuaan Indonesia dalam APEC 2013.3. Koordinasi Perencanaan

ProgramBagian Program pada tahun 2011 telah melakukan koordinasi Progam dan Koordinasi Implementasi BSC. Koordinasi perencanaan program dengan pemerintah daerah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman dan perhatian daerah terhadap program kerja sama perdagangan internasional serta apakah Provinsi tersebut melakukan perencanaan dengan memperhatikan perkembangan kerja sama perdagangan internasional. Koordinasi pada tahun 2011 dilakukan antara lain dengan Provinsi Bali, Jawa Tengah, dan Banten.

B. Bagian Hukum dan Pelaporan1. Penyusunan SK dan

Telaahan Dokumena. Penyusunan SK Menteri Perdagangan Nomor:

1001/M-DAG/KEP/10/2011 tentang Pembentukan Kelompok Perunding Perdagangan Internasional dan Sekretariat Tim Nasional untuk Perundingan Perdagangan Internasional (Timnas PPI);

b. Penyusunan SK Menteri Perdagangan Nomor 485/M-DAG/KEP/8/2011 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Bidang Jasa Periode Tahun 2011;

c. Penelaahan Dokumen Kesepakatan Perdagangan

Page 49: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

43Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

Internasional dilakukan untuk mereview kembali kesepakatan kerjasama perdagangan internasional yang betul-betul dirasakan manfaatnya bagi pemangku kepentingan;

2. Laporan-laporan Rutin a. Selama tahun 2011 telah tersusun 12 Laporan Bulanan Ditjen KPI (Januari – Desember 2011). Laporan tersebut berisikan kegiatan rutin yang dilakukan oleh unit teknis.

b. Laporan Triwulanan UKP4 periode tahun 2011 berisikan dari rangkuman hasil-hasil kesepakatan kerja sama perdagangan internasional yang telah di sepakati. Hasil kesepakatan tersebut dapat berbentuk Mutual Recognition Arrangement, Agreed Minutes, Chair Report, dan sebagainya;

c. Laporan Timnas PPI Semester I Tahun 2011 disusun untuk merangkum kembali posisi runding yang telah disusun oleh unit teknis bersama dengan Kementerian atau Lembaga lain, sehingga anggota Tim Perunding lainnya dapat mengetahui sejarah dari suatu posisi runding terhadap suatu isu perundingan internasional;

3. Monitoring dan Evaluasi a. Electronic Monitoring Laporan Ditjen KPI periode tahun 2011 dilakukan sepanjang tahun, dalam rangka membandingkan antara perencanaan dan pelaksanaan program Ditjen KPI;

b. Pada tahun 2011 kegiatan Monitoring dan Evaluasi Kerja Sama Perdagangan Internasional dilakukan di 20 Daerah Tk I/TkII, dan 3 (negara)

4. Workshop dan Pertemuan Teknis

Workshop Penyusunan LAK tahun 2011 dilaksanakan dalam rangka mengarahkan unit teknis untuk membuat laporan akuntabilitas keuangan yang baik dan sesuai dengan arahan Menteri Perdagangan maupun Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Page 50: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

44 Laporan Tahunan 2011

5. Ruang Publik a. Telah membentuk Tim Jejaring Kehumasan di Lingkungan Ditjen KPI sesuai dengan amanat dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, yang mempunyai tugas untuk menjawab kebutuhan informasi para stakeholder terkait kerja sama perdagangan internasional Indonesia;

b. Sosialisasi Hasil-Hasil Kesepakatan Kerja Sama Perdagangan Internasional dilaksanakan di 8 (delapan) daerah, dan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah, serta Kadin Daerah. Kedelapan daerah tersebut adalah Makassar, Manado, Bangka Belitung, Yogyakarta, Padang, Jakarta, Medan, dan Mataram. Sosialisasi ini diselenggarakan untuk mempertemukan stakeholder dengan anggota tim perunding di forum kerja sama perdagangan internasional.

c. Dalam tahun 2011 telah diterbitkan 5 (buletin) Kerja Sama Perdagangan Internasional. Walaupun sebenarnya dalam Rencana Kegiatan Anggaran Kementerian dan Lembaga direncanakan sebanyak 6 edisi, dikarenakan pada tahun 2011 SDM Ditjen KPI banyak difokuskan pada penyelenggaraan Keketuan ASEAN 2011 oleh Indonesia;

d. Selama tahun 2011 telah diterbitkan 10 Judul Leaflet/Brosur Kerja Sama Perdagangan Internasional. Leaflet/Brosur ini adalah salah satu media untuk mendiseminasikan hasil-hasil kesepakatan perdagangan internasional maupun perkembangan perundingan internasional.

C. Bagian Keuangan1. Realisasi Anggaran Pada tahun 2011 Ditjen KPI memperoleh alokasi anggaran sebesar

Rp. 101.794.528.000 atau naik sebesar 50.25% dibandingkan alokasi anggaran tahun 2010 dan anggaran tahun 2011 tersebut

Page 51: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

45Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

terserap sebesar Rp. 91.311.578.615 atau sebesar 89.78% (data dari SISKA 2011). Berikut rincian realisasi belanja s/d bulan Desember 2011:a. Belanja Pegawai s/d Bulan Desember 2011 Rp. 12.679.558.541

atau terserap sebesar 94.13%.b. Belanja barang s/d Bulan Desember 2011 Rp. 77.904.951.424

atau terserap sebesar 89.06%.c. Belanja modal s/d Bulan Desember 2011 Rp. 727.068.650 atau

terserap sebesar 83.61%.

Sedangkan Pada tahun 2012 Ditjen KPI memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp. 121.534.681.000 atau naik sebesar 19.30% dibandingkan alokasi anggaran tahun 2011, dengan alokasi belanja sebagai berikut:a. Belanja pegawai sebesar Rp 13.534.681.000.b. Belanja barang sebesar Rp 107.123.964.000.c. Belanja modal sebesar Rp 788.980.000.

2. Penyusunan laporan keuangan:

a. Telah disusun laporan keuangan Ditjen KPI Semester I dan Semester II Tahun Anggaran 2011;

b. Telah dilakukan rekonsiliasi data barang milik negara Ditjen KPI dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Jakarta III, Ditjen Kekayaan Negara, Kemenkeu;

c. Telah dilakukan rekonsiliasi internal antara Simak-BMN dan SAK guna mendukung laporan Keuangan Semester I dan II Ditjen KPI Tahun 2011.

3. Pertemuan Teknis a. Pertemuan Teknis dalam rangka Konsultasi Pengadaan Barang/Jasa untuk Sidang-Sidang Internasional di Dalam Negeri pada Ditjen KPI pada tanggal 10-11 Mei 2011;

b. Pertemuan teknis dalam rangka persiapan menghadapi akhir Tahun Anggaran 2011;

c. Pertemuan Teknis dalam rangka penyusunan laporan keuangan semester II Ditjen KPI Tahun 2011.

4. Workshop a. Workshop keuangan dengan tema “Peningkatan Pemahaman Pengelolaan Keuangan Negara” pada tanggal 19-20 Mei 2011 di Bogor;

b. Workshop BMN dengan tema “Peningkatan Tata Usaha Barang Persediaan dan Barang Milik Negara” pada tanggal 09-10 November 2011 di Bogor;

c. Workshop Keuangan dengan tema “Mekanisme Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas Berpedoman pada Keppres 38 Tahun 1980 dan Peraturan Menteri Keuangan No. 97/PMK.05/2010 pada tanggal 08 November 2011;

d. Inventarisasi dan penelitian/penilaian Barang Milik/kekayaan Negara pada Ditjen KPI, Kemendag;

e. Penghapusan BMN pada Ditjen KPI melalui serah terima BMN dari Ditjen KPI kepada Direktorat Pengamanan Perdagangan;

f. Penyelenggaraan Pelaporan SIAPP dan SIMAK-BMN tentang Pelatihan aplikasi pelaporan SIAPP pada tanggal 23-24 Agustus 2011 di Bogor.

Page 52: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

46 Laporan Tahunan 2011

D. Bagian Umum dan Organisasi1. Personalia Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

disamping mempunyai 6 orang Pejabat Eselon II juga terdapat Pejabat Eselon III sebanyak 28 orang terdiri dari 4 Kepala Bagian dan 24 Kepala Sub Direktorat serta Pejabat eselon IV sebanyak 63 orang terdiri dari 10 Kepala Sub Bagian, 5 Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan 48 Kepala Seksi, sehingga jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Ditjen KPI saat ini termasuk pelaksana berjumlah 217 orang dan CPNS sebanyak 11 orang.

Dari keseluruhan jumlah PNS Ditjen KPI tersebut, ada beberapa pegawai Ditjen KPI yang diperbantukan di KADI sebanyak 10 orang, dan di KPPI sebanyak 7 orang. Adapun posisi jabatan di lingkungan Ditjen KPI yang masih belum terisi sampai tanggal 6 Februari 2012, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No Unit Eselon Jabatan Jumlah1 Dit. Kerja Sama

MultilateralIII Kasubdit Peningkatan Akses Pasar

Barang Pertanian1

IV Kasi Non tarif Non Pertanian 12 Dit. Kerja Sama ASEAN III Kasubdit masyarakat Ekonomi

ASEAN1

3 Dit. Perundingan Perdagangan Jasa

IV Kasie Jasa Lingkungan dan Jasa Lainnya

1

Adapun Jumlah PNS di lingkungan Ditjen KPI menurut golongan adalah sebagai berikut:

NO GOLONGAN JUMLAH KETERANGAN

1 IV 332 III 1673 II 164 I 1

JUMLAH 217

Pada tahun 2012, terdapat sebanyak 6 (enam) pegawai Ditjen KPI yang akan memasuki masa purna tugasnya, dengan rinciannya adalah sebagai berikut:

NO NAMA JABATAN PENSIUN BULAN

1. Rachmadi Pelaksana pada Setditjen KPI Februari

2. Dra. Utari Kurnianingsih, M.Si

Kasubdit Asia Selatan, Australia dan Pasifik pada Dit. Kerja Sama bilateral

April

3. Watono Kaubdit Jasa Kontruksi Pariwisata Rekreasi Budaya dan Olahraga dan Transportasi pada Dit. Perundingan perdagangan Jasa

April

4. Ir. Haryono Sarpini Kabag Hukum dan Pelaporan pada Setditjen KPI

Mei

Page 53: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

47Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

5. Latifah Muniri, SH, MH Kasubag Hukum pada Setditjen KPI Juli6. Farida Pelaksana pada Dit. Kerja Sama

BilateralNovember

7. Dra. Sundari Pudjiastuti, MM

Kasubdit jasa pendidikan dan kesehatan pada Dit. Perundingan Perdagangan Jasa

Desember

2. PerlengkapanPerlengkapan berupa kendaraan, sarana perkantoran seperti komputer yang ada di lingkungan Ditjen KPI. dapat dilihat pada tabel berikut:

No Jenis barang Satuan Jumlah

1 Mobil Unit 212 Sepeda motor Unit 143 P C unit Buah 4214 Note book Buah 895 Printer Buah 2726 Scanner Buah 118 Lemari Penyimpanan Buah 159 Meja kerja kayu Buah 49510 Kursi besi/metal Buah 642

3. Perpustakaan WTO Sebagai salah satu sarana untuk mempublikasikan berbagai hal yang terkait dengan perdagangan internasional atau Kerja Sama perdagangan internasional, Ditjen KPI juga mempunyai perpustakaan yang dikelola oleh pustakawan.

Adapun jumlah koleksi buku yang ada pada Perpustakaan WTO berjumlah 4.177 eksemplar dengan 2.286 judul buku, dan jumlah pengunjung rata-rata perbulan 25 orang di tahun 2011.

Setiap tahunnya dilakukan pembelian buku agar buku yang ada pada Perpustakaan WTO mengikuti perkembangan terkini.

4. Reformasi Birokrasi Dalam upaya mendukung reformasi birokrasi yang digadang oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi maka Ditjen KPI telah membuat Standard Operating Procedure untuk mendokumentasikan kegiatan inti Ditjen KPI sendIri.

Page 54: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

48Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

IV. STRATEGI TAHUN 2012Perkembangan perekonomian dunia global mengalami perubahan yang cukup signifikan pada tahun 2011. Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang yang telah lama menjadi negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia, mengalami penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi global yang menurun.

Masih terhambatnya kesepakatan perdagangan dalam forum multilateral yang ditandai oleh belum tercapainya kesepakatan Putaran DOHA, membuat Ditjen KPI mengembangkan strategi dan pendekatan baru dalam menyambut tahun 2012. Memasuki awal tahun 2012, Ditjen KPI telah menyiapkan beberapa langkah strategis sebagai upaya untuk menyesuaikan programnya dengan kondisi perekonomian di dunia tersebut. Selain itu, Ditjen KPI juga terus mempertahankan program dan kerja sama yang sudah ada dan berusaha meningkatkannya.

Fora MultilateralDalam fora multilateral, setiap negara terikat oleh aturan dan ketentuan yang dalam hal ini diatur oleh WTO. Selama tahun 2011, Indonesia beberapa kali mengalami tuduhan dari negara lain atas kebijakan perdagangannya. Salah satunya adalah tuduhan atas kebijakan Indonesia terhadap rokok kretek dari Amerika Serikat. Ditjen KPI melalui Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di Jenewa untuk WTO dan Direktorat Multilateral berhasil menangani tuduhan dengan baik dan memenangkan dispute tersebut. Ditjen KPI juga akan meningkatkan peran KADI dan KPPI sebagai instrumen pengamanan perdagangan dalam fora multilateral. Selain itu Direktorat Multilateral akan memanfaatkan secara optimal forum Trade Policy Review (TPR) sebagai sarana untuk mengevaluasi kebijakan multilateral RI dan sekaligus sebagai ajang public relations terkait bidang perdagangan.

Fora Regionalo Serah terima Keketuaan ASEAN dari Indonesia kepada Cambodia

Setelah sukses menjadi tuan rumah dan ketua ASEAN di tahun 2011, Indonesia menyerahkan tongkat estafet keketuaan pada Cambodja. Di tahun 2012 Ditjen KPI akan terus aktif dalam perundingan ASEAN, terutama dalam mengemban misi untuk membantu terwujudnya ASEAN Economic Community 2015. Selain itu, ASEAN juga akan terus memperkuat hubungan regional dengan Rusia dan Amerika Serikat dalam forum East Asia Summit, sehingga akses pasar bagi para pengusaha Indonesia akan menjadi lebih besar. Ditjen KPI juga akan terus mensosialisakan lingkup kerja sama ekonomi ASEAN kepada para pengusaha lokal, agar tercipta mindset bahwa ASEAN adalah pasar Indonesia.

o Trans Pacific Partnership (TPP) dan Persiapan Menjadi Tuan Rumah APEC 2013

Seperti halnya kerja sama ekonomi dalam kerangka ASEAN, kerja sama ekonomi dalam kerangka APEC pun tidak kalah penting, khususnya dalam pembentukan Trans Pacific Partnership (TPP). Dengan bergabungnya Jepang dalam forum TPP akan mempengaruhi pola kerja sama ekonomi Indonesia di forum tersebut. Ditjen KPI akan terus berupaya membawa misi dagang dan ekonomi yang menjadi national interest dalam forum APEC.

Momentum Indonesia sebagai tuan rumah APEC pada tahun 2013 akan dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan posisi runding dan citra Indonesia. Dengan menjadi tuan rumah APEC, Indonesia akan berpartisipasi aktif dalam mewujudkan liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasn Asia Pasifik sebagaimana yang tercantum dalam bogor goals dengan

Page 55: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

49 Laporan Tahunan 2011

tetap memelihara kepentingan nasional. Selain itu, sosialisasi terhadap persiapan menjadi tuan rumah APEC 2013 dan TPP juga diperlukan mengingat masih rendahnya social awareness masyarakat dan pengusaha Indonesia.

Fora Bilateralo Pembukaan Kerja Sama yang lebih aktif dengan negara pasar non tradisional

Pada tahun 2012, Ditjen KPI berencana melakukan kunjungan kerja dan misi dagang ke beberapa negara pasar non tradisional, diantaranya: Brazil, Argentina, Afrika Selatan dan Nigeria. Pemilihan mitra negara pasar non tradisional tersebut diperkuat oleh fakta bahwa negara-negara dari Amerika Selatan dan Afrika memiliki potensi perekonomian yang besar dan akan terus berkembang.

o Mempererat hubungan dagang dengan negara mitra pasar tradisional.

Selain menjalin hubungan dagang dan perekonomian baru dengan negara pasar non tradisional, Ditjen KPI juga terus berusaha mempererat hubungan dagang dan ekonomi yang sudah terjalin dengan negara mitra dari pasar tradisional. Sebagai contoh, hubungan dagang dan ekonomi dengan Republik Korea akan dipererat dengan Joint announcement RI-Korea CEPA yang rencananya akan dilaksanakan di Seoul, Korea Selatan oleh Pemimpin kedua negara pada Maret 2012.

Perundingan Perdagangan JasaDengan adanya pengalihan tanggung jawab terhadap perdagangan jasa dari Kementerian keuangan ke Kementerian Perdagangan pada tahun 2010, Potensi perdagangan jasa sangatlah besar sehingga diperlukan Direktorat tersendiri yang mengurusi perundingan perdagangan jasa.

Perdagangan Jasa menjadi terasa lebih penting dalam model kerja sama dagang dan ekonomi komprehensif dimasa mendatang, tidak terlepas pada fora multilateral, regional, dan bilateral. Dalam organisasi ASEAN contohnya, terdapat perundingan AFAS yang mengurusi bidang perdagangan jasa. Sejauh ini AFAS sudah dilaksanakan sebanyak 8 kali. AFAS ke-9 akan dilaksanakan pada rangkaian perundingan ASEAN di tahun 2012. Di dalam fora bilateral, pentingnya keterlibatan perdagangan jasa dapat dilihat dari contoh kerja sama dagang dan ekonomi antara Indonesia dan Republik Korea dalam model Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang baru disepakati akhir-akhir ini. Selain itu, perundingan perdagangan jasa di fora multilateral, diatur dalam Generel Agreement on Trade and Services (GATS) yang terus disempurnakan sampai sekarang.

Page 56: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional

KALEIDIOSKOP DITJEN KPI TAHUN 2011

Januari 2011 Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011

Sosialisasi Hasil-hasil Kesepakatan KPI, Yogyakarta, 28 Juni 2011

Sosialisasi Hasil-hasil Kesepakatan KPI, Pangkal Pinang, 21 Juni 2011

SEOM 1/42, Jakarta, 20 Januari 2011

The 17th

ASEAN Economic Ministers Retreat, Vientiene 26 Februari 2011

Bilateral Indonesia – Swedia. Jakarta, 8 Februari 2011

Prep SEOM for JPM Yogyakarta, 8 Maret 2011

Sosialisasi Hasil-hasil Kesepakatan KPI. Makassar,18 Maret 2011

The 9th

Indonesia – Australia TMM. Jakarta, 20 April 2011

18 th ASEAN Summit Jakarta,6 Mei 2011

WEF for East Asia Jakarta, 12 Juni 2011

APEC MRT Big Sky, 20 Mei 2011

Page 57: Laporan Tahunan 2011_FINAL.compressed.pdf

Laporan Tahunan 2011

Juli 2011 Agustus 2011 September 2011 Oktober 2011 November 2011 Desember 2011

ITRC Ministerial Meeting. Nusa Dua Bali, 12 Desember 2011

KTM WTO ke 8 Jenewa, 14 Desember 2011

ASEAN Economic Ministerial Meeting. Manado, 19-13 Agustus 2011

39th Session & Meetings of International Pepper Community, Lombok, 22 November 2011

APEC Ministerial Meeting (AMM) ke-23. Honolulu, 11 November 2011

Pertemuan pertama BTMF Indonesia-India. Jakarta, 4 Oktober 2011

The Trade Negotiating Committee (TNC) ke-7 Indonesia – Pakistan. Jakarta, 16 September 2011

Pertemuan Timnas PPI Jakarta, 28 November 2011

Bilateral Indonesia Kanada Jakarta, 2 Oktober 2011

Special Meeting SEOM Jakarta, 20 September 2011

ASEAN Regional Entrepreneurship Summit. Nusa Dua, 22 Juli 2011

Sosialisasi Hasil-hasil Kesepakatan KPI Padang, 11 Juli 2011