laporan sandi

100
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Dilaksanakannya PKL Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No. 20 pasal 15 tahun 2003, menyatakan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sejalan dengan itu, keberadaan SMK Analis Kimia YKPI Bogor yang telah menyelenggarakan pendidikan dan latihan sejak tahun 2000/2001 mempunyai visi yaitu menjadi Institusi Pendidikan yang menghasilkan tenaga analis kimia yang kompeten dan religius dengan salah satu misinya yaitu ”Menyiapkan Siswa Menjadi Tenaga Analis Kimia Tingkat Menengah yang Terampil dan Mandiri”. Dalam mencapai visi dan misi SMK Analis Kimia YKPI Bogor secara khusus dan tujuan pendirian SMK 1

Upload: vany-dwi-cahya

Post on 05-Aug-2015

114 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Dilaksanakannya PKL Berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No. 20 pasal 15 tahun 2003, menyatakan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sejalan dengan itu, keberadaan SMK Analis Kimia YKPI Bogor yang telah menyelenggarakan pendidikan dan latihan sejak tahun 2000/2001 mempunyai visi yaitu menjadi Institusi Pendidikan yang menghasilkan tenaga analis kimia yang kompeten dan religius dengan salah satu misinya yaitu Menyiapkan Siswa Menjadi Tenaga Analis Kimia Tingkat Menengah yang Terampil dan Mandiri. Dalam mencapai visi dan misi SMK Analis Kimia YKPI Bogor secara khusus dan tujuan pendirian SMK secara umum, maka suatu keharusan untuk membangun, membina dan mengembangkan kemitraan antara SMK Analis Kimia YKPI Bogor dengan dunia Industri dan Institusi lain yang terkait yang ada hubungannya dengan pekerjaan seorang analis kimia. Salah satu kemitraan yang perlu dibina antara sekolah dengan institusi terkait yaitu melalui Praktik Kerja Lapang (PKL) atau Praktik Kerja Industri (Prakerin). Melalui PKL atau Prakerin maka siswa dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dalam hal metode analisis dan

2

penggunaan instrumen yang modern untuk analisis kimia juga dapat menumbuhkan dan meningkatkan wawasan siswa dalam hal-hal yang termasuk ruang lingkup dunia kerja antara lain organisasi dan disiplin kerja, sehingga dengan PKL seorang siswa menjadi lebih siap untuk memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

1.1.2 Latar Belakang Pengambilan Judul Kualitas bahan makanan ternak dapat ditentukan secara fisik, kimia dan biologi. Kualitas nutrisi bahan makanan ternak merupakan faktor utama dalam menentukan kebijakan dalam pemilihan dan penggunaan bahan makanan tersebut sebagai sumber zat makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksinya.Kualitas nutrisi bahan pakan terdiri atas komposisi nilai gizi,serat dan energi serta aplikasinya pada nilai palatabilitas dan daya cerna. Penentuan komposisi nilai gizi dapat dilakukan dengan analisis proksimat dimana dapat ditentukan kadar air, kadar abu, kadar protein kasar, kadar serat kasar, kadar lemak kasar dan bahan ekstrak tanpa Nitrogen(Beta-N).

3

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum diadakannya PKL ini adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan siswa untuk bekal kerja sebagai analis kimia. 2. Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap profesional siswa dalam rangka memasuki lapangan kerja. 3. Meningkatkan, menambah dan memperluas wawasan tentang hal-hal yang termasuk ruang lingkup kerja analis. 4. Meningkatkan wawasan siswa pada aspek-aspek yang potensial dalam dunia kerja antara lain ; struktur organisasi, disiplin, lingkungan, sistem kerja, dan keselamatan kerja. 5. Meningkatkan pengetahuan siswa dalam hal penggunaan instrumen kimia yang lebih modern untuk analisis kimia dibandingkan dengan fasilitas yang ada di sekolah. 6. Memperoleh masukan dan umpan balik guna mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan latihan di SMK Analis Kimia YKPI Bogor. 7. Memperkenalkan lulusan SMK Analis Kimia YKPI Bogor Kepada industri-industri yang merupakan konsumen utama tenaga analis.

4

1.2.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus PKL ini adalah : 1. Untuk mengetahui kualitas dan komposisi dari makanan ternak atau pakan khususnya pada ransum ayam petelur. 2. Untuk mempelajari teknik sampling dan analisis pada ransum sebagai pakan ternak khususnya pada ransum ayam petelur.

1.3 Waktu Dan Tempat PKL Praktik Kerja Lapang ini dilaksanakan mulai tanggal 6 Agustus sampai dengan 31 Oktober 2007 mulai pukul 08.00-15.40 WIB di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB, jalan Agatis kampus IPB Dramaga Bogor.

5

BAB II TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL

2.1 Sejarah IPB Institut Pertanian Bogor adalah kelanjutan dari lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian dan kedokteran hewan yang dimulai pada awal abad ke-20 ini di Bogor. Sebelum perang Dunia II lembaga-lembaga pendidikan menengah tersebut dikenal dengan nama Middelbare Landbouw School,Middelbare Bosbouw School dan Nederlandsch Indische Veeartsen School. Pada tahun 1940, pemerintahan Hindia Belanda mandirikan lembaga pendidikan tinggi pertanian dengan nama Landbouw Hogeschool pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) ditutup. Nederlandsch Indische Veeartsen School namanya diubah menjadi Bogor Zui Gakku ( Sekolah Dokter Hewan) yang pada tahun 1946 ditingkatkan menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH). Pada tahun 1947 Landbouw Hogeschool dibuka kembali dengan nama Faculteit Voor Landbouw-wetenschappen sebagai kelanjutan

kehutanan.Bersama dengan itu dibentuk Faculteit Derdiergeneskunde yang sebelumnya adalah Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan(PTKH).Secara organik kedua Faculteit yang ada di Bogor tersebut bernaung di bawah Universiteit Van Indonesia yang kemudian berubah nama menjadi Universitas Indonesia.

6

Pada tahun 1950 Faculteit Voor Landbouw-Wetenschappen berubah nama menjadi Fakultas Pertanian Universitas Indonesia dengan tiga jurusan yaitu Sosial Ekonomi, Pengetahuan Alam dan Kehutanan. Pada tahun 1962 manjadi Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Peternakan Universitas Indonesia. Pada tanggal 1 september 1963, Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) Nomor 91 tahun 1963, Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan,Peternakan Universitas Indonesia melepaskan diri menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB) dan disahkan oleh Presiden RI dengan Keputusan Nomor 2791 Tahun 1965. Pada awalnya Institut Pertanian Bogor terdiri dari lima Fakultas yaitu: Fakultas Pertanian dan Fakultas Kehutanan yang berasal dari jurusan Pertanian dan jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Peternakan Berasal dari Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan dan Perikanan laut Universitas Indonesia sedangkan Fakultas Perikanan merupakan gabungan jurusan Perikanan Darat Fakultas Pertanian Universitas Indonesia dan jurusan Perikanan Laut Fakultas

Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia. Pada tahun 1964, Institut Pertanian Bogor berkembang menjadi 6 (enam) Fakultas dan didirikannya Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian (FATEMETA), yang pada tahun 1968 berubah menjadi Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. Pada tahun 1981 berubah menjadi Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA).

7

Pada tahun 1975, Pascasarjana pertama di Indonesia dibuka di IPB yang diresmikan tahun 1980 menjadi Fakultas Pascasarjana IPB. Dengan terbitnya PP 30/1990, Fakultas Pascasarjana IPB beralih status menjadi program Pascasarjana yang dipimpin oleh Direktur program Pascasarjana. Pada tahun 1981 IPB membuka Fakultas Sains dan Matematika yang pada tahun 1983 berubah nama menjadi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam.Fakultas ini merupakan gabungan dari Departemen Ilmu Pengetahuan Alam, Departemen Botani dan Departemen Statistika dan Komputasi, Departemen Biokimia dan Departemen Zoologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Pada tahun 1979 IPB mulai menyelenggarakan program Diploma, yang berubah menjadi Fakultas Non-gelar tahu 1980 kemudian dikenal sebagai Politeknik Pertanian. Berdasarkan PP 30 Tahun 1990 Pendidikan Diploma dikelola oleh jurusan/Fakultas di lingkungan IPB. Pada tahun 1992 IPB membuka Pendidikan Program Pascasarjana Profesional setingkat S2 dalam bidang Manajemen Agribisnis (MMA). Hasil Pemikiran IPB ditingkat Nasional adalah kebijakan BIMAS yang telah membawa Indonesia menjadi Negara Swasembada beras. Dalam menghadapi era globalisasi IPB telah mencanangkan konsep Pembangunan Pertanian Berkebudayaan Industri (PPBI) yang dapat menjadikan Indonesia sebagai Negara Industri yang berbasiskan Pertanian yang tangguh. Pada tahun 2000 IPB membuka Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan 2(dua) jurusan yaitu jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan dan Manajemen.

8

Pada tanggal 26 Desember 2001, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 154 IPB ditetapkan sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) dengan penetapan ini maka IPB dapat menyelenggarakan kegiatan otonomi.

2.2 Visi, Misi Dan Motto IPB 2.2.1 Visi IPB mempunyai visi : Menjadi Perguruan Tinggi Bertaraf Internasional dalam

Pengembangan IPTEK dan Sumberdaya Manusia dengan Kompetensi Utama Pertanian Tropika.

2.2.2

Misi

Adapun misi IPB : 1. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat kini dan mendatang. 2. Pengembangan IPTEK ramah lingkungan melalui penelitian mutakhir. 3. Meningkatkan kesejahteraan umat manusia melalui penerapan dan pendayagunaan IPTEK. 4. Terbentuknya masyarakat madani berdasarkan kebenaran dan hak azasi manusia.

9

2.2.3

Motto

Mencari dan Memberi Yang Terbaik.

2.3

Tujuan IPB Adapun tujuan IPB yaitu : 1. Menjadikan lulusan yang berkualitas, yang mampu mengembangkan dan menerapkan IPTEK. 2. Inovasi IPTEK ramah lingkungan untuk mendukung Pembangunan Nasional dan memperbaiki kesehjahteraan umat manusia. 3. Menjadikan IPB sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi yang siap menghadapi tuntutan masyarakat dan tantangan pembangunan yang berubah dengan cepat dan baik secara Nasional maupun Global. 4. Menjadikan IPB sebagai kekuatan moral dalam masyarakat madani Indonesia.

2.4 Kode Etik IPB Kode etik IPB adalah aturan tata susila yang berlaku bagi seluruh warga IPB dan mengharuskan warga IPB untuk berprilaku sebagai berikut: 1. Jujur dalam melaksanakan tugas dan kegiatan, baik sebagai dosen, Mahasiswa, maupun sebagai tenaga penunjang akademik dan tenaga kerja administrasi. 2. Sopan dalam berpakaian, bertingkah laku dan bertutur kata . 3. Berdisiplin dalam melaksanakan tugas-tugas IPB.

10

4. Patuh dan taat terhadap segala peraturan Perundang-undangan yang berlaku, baik didalam maupun diluar kampus. 5. Menjaga nama baik dan integritas IPB.

2.5 Pola Ilmiah Pokok Sebagai pedoman umum dalam menyelenggarakan kegiatan Tridarma. Isi pola ilmiah pokok Ilmiah Pertanian Bogor adalah sistem pertanian berkelanjutan.

2.6 Lambang IPB Lambang Institut Pertanian Bogor mencerminkan pertumbuhan Institut Pertanian Bogor sebagai lembaga pendidikan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi dan akan selalu maju, tumbuh terus dan mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi yang berlandaskan Pancasila. Lambang IPB terdiri atas tulisan INSTITUT PERTANIAN BOGOR dengan gambar pohon berdaun lima helai dan buku terbuka dibawahnya, dibatasi lingkaran yang semuanya berwarna putih dengan dasar berwarna biru. Warna dasar biru melambangkan bahwa IPB termasuk kelompok Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Gambar buku terbuka menggambarkan bahwa IPB sebagai sumber Ilmu

Pengetahuan.Bentuk bundar menggambarkan bahwa ilmu tersebut tidak ada batasnya, selalu berkembang dan bertambah. Cabang dari tiga yang timbul dari buku melambangkan Tridarma Perguruan Tinggi. Kelima ujung helai daun

11

melambangkan lima Fakultas pada waktu IPB berdiri dan menggambarkan bahwa Tridarma dilaksanakan berdasarkan Pancasila.

2.7 Bendera IPB 1. Bendera IPB berwarna kuning dengan lambang IPB berwarna

dasar biru ditengah. 2. Bendera Fakultas Pertanian berwarna hijau, Fakultas

Kedokteran berwarna ungu, Fakultas Peternakan berwarna coklat, Fakultas Perikanan berwarna biru, Fakultas Kehutanan berwarna abuabu, Fakultas Teknologi Pertanian berwarna merah, masing-masing dengan lambang IPB berwarna putih ditengah dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam berwarna putih dengan lambang IPB berwarna biru ditengah dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen berwarna orange.

12

2.8 Struktur Organisasi Struktur organisasi di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB sebagai berikut: Kepala Laboratorium Koordinator Pendidikan dan Kemahasiswaan Koordinator Pengabdian Masyarakat Koordinator bidang kerjasama Koordinator Analis Analis : Ir.Abdul Djamil Hasjmy,M.S. : Dr.Ir.Erika Budiarti laconi,M.S. : Sofyan,S.Si. : Eneh Maesaroh Endar Permana Laboran : Adang M.Taufik Dadang Administrasi : Welly Sudarsih : Dr.Ir.Nahrowi,M.Sc. : Dr.Ir.Ridla,M.Agr.

2.9 Fungsi dan Tugas Laboratorium 1. Menerima jasa analisis Laboratorium dan perusahaan, pribadi,

mahasiswa, ataupun dosen. 2. 3. Melaksanakan praktikum mahasiswa atau dosen dilaboratorium. Membantu penelitian mahasiswa dan dosen.

13

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Bahan Makanan Dan Ransum Ransum adalah sekumpulan bahan-bahan makanan ternak yang memenuhi persyaratan nutrisi dan komposisinya dibuat dengan cara tertentu untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak tersebut. Tujuan utama memberikan ransum adalah sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak. Hal ini sangat penting, karena kebanyakan hewan umumnya tidak mampu untuk membuat makanannya sendiri di dalam tubuhnya.Oleh karena itu untuk mempertahankan hidupnya hewan harus makan dengan mengambil makanan dari luar tubuhnya. Hal ini sangat berbeda dengan tumbuhan yang mempunyai butir-butir hijau daun, dengan bantuan sinar matahari dan unsur hara lain, tumbuhan mampu membuat makanan nya sendiri di dalam tubuhnya. Sehingga tumbuh-tumbuhan inilah yang menjadi makanan utama dari banyak hewan di darat dan di laut. Ransum tersususun dari beberapa bahan makanan. Pengertian bahan makanan tidak sama dengan ransum. Kebanyakan bangsa unggas dan burungburung hias umumnya, tidak mengkonsumsi satu jenis bahan makanan saja. Kombinasi beberapa bahan makanan kerap kali diberikan untuk bangsa unggas ini. Tanpa kombinasi makanan, sulit bagi unggas untuk berprestasi dengan baik, tidak terkecuali bagi burung-burung hias.

14

Untuk ayam petelur ini khususnya digunakan bahan makanan sisa olahan bahan asal, seperti ; dedak atau bekatul yang merupakan olahan padi menjadi beras, bungkil kelapa yang merupakan ampas dari pembuatan minyak kelapa, bungkil kacang tanah yang merupakan ampas pembuatan minyak kacang dan bungkil-bungkilan yang merupakan sisa olahan produk utama. Disamping itu ayam juga mengkonsumsi bahan makanan lain seperti gaplek, ampas tahu, minyak makan murah, dan lain-lain. Tetapi bahan makanan tertentu harus digunkan,walaupun bersaing dengan kebutuhan manusia, seperti jagung kuning, kacang kedelai, dan jagung putih. Dimana jagung kuning merupakan komponen terbesar yang terkandung dalam ransum. Bahan makanan asal tumbuhan harus dipadukan dengan bahan makanan asal hewani . Karena makanan yang berasal dari tumbuhan itu tidak mengandung asam amino yang proporsional dan lengkap untuk kebutuhan ayam, juga defisien terhadap unsur gizi lainnya. Bahan makanan yang berasal dari tumbuhan diproduksi cukup banyak disepanjang waktu. Sehingga harganya pun relatif murah dan mudah diperoleh. Bahan-bahan makanan yang biasa digunakan untuk menyususun ransum di Indonesia adalah : 1. Asal tumbuh-tumbuhan ; jagung kuning, jagung putih, kedelai, rumput muda, daun turi muda, dan ubi kayu. 2. Sisa proses produksi pertanian ; bungkil kelapa, dedak, bekatul, bungkil kacang tanah, bungkil kacang kedelai, gaplek, bungkil inti sawit, ampas tahu dan beberapa bahan eksperimenter lainnya.

15

3. Asal hewani ; tepung ikan, tepung darah, sisa-sisa rumah potong, tepung tulang, tepung katak. 4. Bahan makanan non konvensional ; protein, peragian ubi, kayu, tepung dan kacang tanah, dan banyak lagi yang lainnya. Didalam tubuh , ransum akan dicerna dengan bantuan enzim. Pada proses pencernaan ransum, akan diurai menjadi asam amino, energi, vitamin, dan mineral untuk diserap oleh bagian tubuh yang membutuhkan dan disimpan untuk energi bila berlebih. Tetapi tidak semua ransum yang dicerna untuk tubuh itu digunakan untuk produksi dan hidup pokok, ada pula yang terbuang . Bahkan ada bagian yang memang tidak sempat dicerna atau sulit dicerna, seperti lignin, serat kasar, dan yang lain, akan dibuang melalui tinja. Ransum yang baik adalah ransum yang dapat tercerna dan dimanfaatkan tubuh. Bila banyak bagian yang terbuang, ransum itu dikategorikan jelek, misalnya ransum yang mempunyai kadar serat kasar yang tinggi. 3.1.2 Bungkil kelapa Menurut SNI (1996) bungkil kelapa adalah hasil ikutan yang didapat dari hasil ekstraksi buah kelapa segar/kering. Mutu bungkil kelapa digolongkan dalam 2 tingkat. Kopra merupakan buah kelapa yang dikeringkan dan digunakan sebagai sumber minyak. Pengeringan kelapa tersebut biasanya dilakukan dibawah sinar matahari atau dengan menggunakan pengering buatan (Woodrof, 1979). Menurut Child (1964) bahwa bungkil kopra masih mengandung protein, karbohidrat, mineral dan sisa-sisa minyak yang masih tertinggal.

16

Karena kandungan protein yang cukup tinggi, maka bungkil kelapa cukup baik apabila digunakan sebagai maknan ternak. Proses pembuatan bungkil ini dapat dilihat pada gambar 1. Kelapa

Pengeringan dengan sinar matahari

Penghancuran

Pemanasan pada suhu 115,50C

Minyak

Bungkil

Gambar 1. Proses pembuatan bungkil kelapa (Child, 1964) Bungkil kelapa mengan dung lemak yang tinggi maka ketengikan mudah terjadi, sehingga disarankan untuk tidak terlalulama dalam

penyimpanan bungkil ini. Kadar air yang baik untuk menyimpan bungkil ini adalah kurang dari 13% (Suryahadi et al., 1997). Persyaratan mutu bungkil kelapa meliputi kandungan nutrisi dan toleransi aflatoksin. Persyaratan mutu bungkil kelapa menurut SNI dapat dilihat pada tabel.

17

3.1.3 Analisa Proksimat Definisi Analisa Proksimat Analisa ini dikembangkan pertama kali oleh Hanneberg dan stohmann dari Weende Experiment Station di Jerman. Analisa proksimat dibagi menjadi 6 (enam) fraksi yaitu: Kadar Air, Abu, Protein Kasar, Lemak, Serat Kasar, dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (Beta-N). Untuk melakukan analisa proksimat harus dalam bentuk tepung dengan ukuran maksimum 1mm. Bahan berkadar air tinggi misalnya rumput segar perlu diketahui dahulu berat awal (segar), berat setelah

penjemuran/pengeringan oven 700C agar dapat dihitung komposisi zat makanan dari rumput dalam keadaan segar dan kering matahari. Zat-zat makanan tersebut dibutuhkan oleh ternak dalam jumlah sesuai dengan fungsinya, yakni sebagai berikut: 1. Air Pengatur suhu tubuh (termogilator). Pelarut pada proses pencernaan dan metabolisme. Medi transportasi. Pembentuk sel-sel tubuh. Media pada proses fisiologi.

2. Mineral Pembentuk tulang dan kerabang. Bagian dari enzim dan hormon. Pengatur tekanan osmosa darah.

18

3. Protein 4. Lemak

Pengatur produksi ternak. Transportasi.

Pertumbuhan. Pembentuk cairan tubuh dan system enzim. Produksi. Cadangan energi.

Penghasil energi (2,25 x boot karbohidrat). Penambah citarasa. Mengandung lemak esensial yang berperan dalam pertumbuhan

dan produksi. Mengandung vitamin A, D, E, dan K.

5. Serat Kasar Merangsang gerak peristaltik saluran pencernaan. Sebagai media mikroba pada usus buntu yang akan

menghasilkan vitamin K dan B12. Memberi rasa kenyang.

Didalam tubuh, zat-zat pakan/nutrisi yang diperlukan tersebut mengalami proses penguraian agar mudah diserap dan digunakan tubuh untuk mencukupi kebutuhan terhadap hidup pokok dan bereproduksi. Oleh karena itu, organ-organ pencernaan berbeda dengn fungsinya.

19

3.2 Tinjauan Umum Tentang Metode Yang Dipilih 3.2.1 Penetapan Kadar Air Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan fungsinya tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita. Bahkan dalam bahan makanan yang kering sekalipun, seperti buah kering, tepung , serta biji-bijian, terkandung air dalam jumlah tertentu. Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda, baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Air berperan sebagai pembawa zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan bio polimer, dan sebagainya. . Semua bahan pakan ternak mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu berupa bahan makanan hewani maupun bahan makanan nabati (Smith dan Meir,1979). Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110 oC selama 3 (tiga) jam atau sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi , minyak, daging, kecap, pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah.

20

Kadang-kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukan kedalam eksikator dengan H2SO4 sebagai pengering, hingga mencapai berat yang konstan. Chatterjee at al (1990) menyatakan bahwa panas metabolisme dan uap air hasil respirasi kapang dapat meningkatkan kelembaban udara dan kadar air ransum. Selain itu juga metabolisme dari kapang yang terdapat pada ransum menghasilkan air yang dapat menambah kadar air ransum. Disamping faktor tersebut diatas, meningkatnya kadar air ransum disebabkan karena ransum yang disimpan selalu berusaha untuk menyesuaikan keseimbangan kadar air dengan kondisi ruang penyimpanan. Beberapa metode dapat digunakan dalam penentuan kadar air secara kuantitatif, seperti menggunakan oven, toluen, kalsium karbida, titrasi fisher, densimeter dan lain-lain(Triebold dan Aurand, 1963). Kadar air yang terdapat dalam bahan pakan akan mempengaruhi perkembangan reaksi pembusukan secara kimia dan mikrobiologi selama penyimpanan (Man, 1997).

3.2.2 Penetapan Kadar Abu Abu adalah elemen-elemen mineral yang dimasukan dalam pakan ternak melalui penambahan bahan organik. Abu mengandung unsur C dari bahan organik sebagai ion karbonat. Penentuan kadar abu sering dilakukan pada analisis pakan komersial, yang memberikan gambaran bahwa abu didapat pada ekstraksi Nitrogen bebas.

21

Abu didapat dari perubahan bentuk bahan organik menjadi bahan anorganik saat oksidasi bahan organik. Komponen abu fetus merupakan komponen yang berupa bahan organik. Komponen ini merupakan komponen yang relatif lebih kecil deposisinya dibandingkan komponen lain seperti , air, lemak, dan protein. Komponen abu itu sendiri terdiri dari banyak unsur organik yang terdapat pada bagian tubuh yang berlainan sesuai dengan fungsinya (Tillman, dkk). Pada penetapan kadar abu diperlukan pembakaran dengan suhu yang cukup tinggi antara 400-600oC. Pada pemanasan dengan tanur maka semua zat organik akan menguap, yang tinggal adalah zat anorganik yang biasa disebut abu. Metode yang dipakai untuk analisis kadar abu yaitu metode analisis proksimat. Semakin tinggi kadar abu maka bahan organik yang terkandung dalam suatu bahan pakan akan semakin rendah, dan semakin rendah kadar abu pada suatu bahan pakan menyebabkan kandungan bahan organiknya meningkat.

3.2.3 Penetapan Kadar Protein Kasar Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh manusia maupun hewan ternak, karena zat ini selain berfungsi untuk bahan dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Sebagai zat pembangun, protein merupakan pembentuk jaringan-jaringan baru yang sering terjadi dalam tubuh ternak. Dalam masa pertumbuhan proses pembentukan

22

jaringan terjadi secara besar-besaran. Protein juga mengganti jaringan tubuh yang rusak yang perlu dirombak. Fungsi utama dari protein adalah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein dalam zat makanan mengandung : Karbon Hidrogen Nitrogen Oksigen Sulfur Fosfor : 51,0-55,0% : 6,5-7,3% : 15,5-18,0% : 21,5-23,5% : 0,5-2,0% : 0,5-1,5%

Menurut Berchillius, protein berasal dari bahasa Yunani yaitu Greek. Proteios yang artinya yang pertama, yang paling penting. Fungsi protein dalam tubuh adalah sebagai berikut : 1. Memperbaiki jaringan. 2. Pertumbuhan dari jaringan yang baru. 3. Metabolisme (deanisasi) untuk energi 4. Metabolisme kedalam zat-zat vital dalam fungsi tubuh (termasuk zat anti darah yang mengandung infeksi). 5. Biokatalisator seperti enzim . 6. Mengatur aktifitas seluler dan fisiologis contohnya hormon. . Protein dapat digolongkan kedalam :

23

1. Protein sederhana yaitu pada hidrolisa hanya menghasilkan asam amino atau derivat-derivatnya, yang meliputi albumin, globulin, glutelin, protein yang larut dalam lemak, alkohol, albuminoid, dan protamin. 2. Protein gabungan yaitu protein sederhana bergabung dengan radikal non protein meliputi : Nukleo protein yaitu gabungan dari satu atau lebih molekulmolekul dengan asam nukleat. Glycoprotein yaitu gabungan dari molekul-molekul protein dan zat yang mengandung gugusan karbohidrat selain asam nukleat misalnya mucin. Phosphoprotein yaitu gabungan dari molekul protein dan zat yang mengandung Phospor selain asam Nukleat atau lecithin. Hemoglobin yaitu gabungan dari molekul protein dengan hematin atau zat-zat yang sejenis misalnya hemoglobin. Lechithoprotein yaitu gabungan dari molekul-molekul protein dengan lecithin misalnya jaringan fibrinogen. 3. Protein asal yaitu protein tersebut berasal dari protein bermolekul tinggi yang mengalami degradasi karena pengaruh panas enzim atau zat-zat kimia. Golongan ini terdiri atas : Protein primer misalnya, protea. Protein sekunder, misalnya proteosa, pepton, peptida, peptida ini terdiri dari dua atau lebih asam amino yang merupakan hasil hidrolisa terakhir protein.

24

Asam amino terdiri dari gugusan amino yang mengandung alumonia dan gugusan Karbon-Hidrogen (karboksil) yang dibangun dengan kombinasi asam lemak. Asam amino merupakan hasil akhir dari pencernaan protein yang merupakan zat pembangun bagi tubuh. Determinasi kimia dari protein Protein dalam bahan makanan termasuk semua zat-zat yang mengandung Nitrogen. Untuk mengetahui kadar protein harus ditentukan secara kimiawi, kemudian angka tersebut dikalikan dengan faktor 6,25. Cara yang umum digunakan penetapan kadar Nitrogen dalam bahan makanan adalah: 1. Oksidasi bahan makanan yang akan diselidiki dan perubahan N-protein kedalam ammonium sulfat. 2. Pemecahan ammonium sulfat oleh alkali yang kuat dan penyulingan dari ammonia yang timbul kedalam asam standar. 3. Titrasi dari asam standar dengan basa standar. 4. Perhitungan kadar protein yang terdapat dalam bahan beratnya atau volume asam standar yang dinetralisir oleh ammonia. Proses pada penetapan protein kasar terdiri dari tiga tahap antara lain tahap destruksi, tahap destilasi, dan tahap titrasi.

3.2.4 Penetapan Kadar Lemak Kasar Tiap gram lemak memberikan 9 kilo kalori yaitu lebih kurang 2,25 kali lebih banyak dibanding energi karbohidrat bila mengalami metabolisme. Hal

25

ini disebabkan karena lemak mengandung atom Karbon (C) dan Hidrogen (H) yang lebih tinggi daripada Oksigen (O) sehingga lemak mempunyai nilai energi yang jauh lebih tinggi per unit berat dibandingkan dengan nilai-nilai energi glukosa atau karbohidrat lainnya. Lemak berfungsi untuk penyerapan vitamin-vitamin yang larut didalamnya, mengurangi sifat berdebu dan memperbaiki palatabilitas ransum. Metode analisis Wendee menyatakan lemak merupakan zat organik yang mudah larut dalam eter. Secara kimia lemak merupakan suatu ester dari asam atau zat yang dapat membentuk lemak. Lemak dalam bentuk cair pada suhu kamar disebut minyak ( Bagian Kimia Makanan dan Pengawasan Bahan Makanan Ternak, 1974). Lemak mempunyai sifat dapat meningkatkan penggunaan ransum. Lemak berfungsi sebagai sumber energi cadangan, menyediakan asam lemak essensial, dan kolin, menambah palatabilitas, membawa vitamin yang larut dalam lemak, mempengaruhi penyerapan karoten dan vitamin A, menambah efisiensi penggunaan ransum (parakkasi, 1983). Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau, dan rasa tengik yang disebut ketengikan. Kataren (1986) menyatakan ketengikan dan kerusakan dalam lemak dapat disebabkan oleh empat faktor yaitu : 1. Absorbsi bau oleh lemak. 2. Aksi oleh enzim dalam jaringan bahan yang mengandung lemak. 3. Aksi mikroba.

26

4. Oksidasi oleh oksigen udara atau kombinasi dari dua atau lebih dari penyebab kerusakan tersebut di atas, selain itu juga kerusakan lemak disebabkan oleh penyerapan bau (tainting), hidrolisis dan oksidasi lemak (Winarno, 1991). Oksidasi lebih lanjut akan menghasilkan senyawa golongan aldehid atau keton yang menyebabkan bau dan rasa tengik ( Kataren, 1986). Pomernz (1974) menyatakan temperatur ruangan penyimpanan juga mempengaruhi tingkat oksidasi lemak, tingkat oksidasi tertinggi pada saat suhu ruangan 25 oC. Proses ketengikan oksidatif dapat terjadi karena kerja enzimatik (Hattab, 1977). Dalam analisis bahan makanan secara rutin, lipida ditetapkan dengan ekstrak eter. Bahan makanan dikeringkan sampai bebas air, kemudian diekstrak dengan etil eter. Setelah lemaknya larut didalam eter maka kadar lemak dapat dihitung dengan menguapkan eter tadi diatas penangas air. Lemak yang didapat bukanlah lemak murni tetapi campuran dari berbagai zat yang terdiri dari klorofil, xantofil, karoten, dan lain-lain. Oleh sebab itu hasil penyarian tadi tidak disebut lemak tapi disebut ekstrak eter atau lemak kasar.

3.2.5 Penetapan Kadar Serat Kasar Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak dapat larut dalam H2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N dengan pemanasan berturut-turut selama 30 menit.

27

Menurut Fard (1975), semakin tinggi temperatur maka kandungan serat kasar makin tinggi dan kandungan polisakarida semakin rendah. Maynard (1956) berpendapat bahwa bahan makanan yang mengandung serat kasar mudah untuk dicerna, sebab dinding sel dari bahan makanan tersebut tipis sehingga dapat lebih mudah ditembus oleh getah pencernaan. Peningkatan sumber gizi serat dapat dilakukan dengan pengolahan secara kimia seperti pengolahan alkali dengan NaOH dan Ca(OH)2 serta amoniasi dengan amoniak dan prekusor amonia atau urea (Davisi, 1983). Amonia dari urea dapat menyebabkan perubahan komposisi dan struktur dinding sel yang berperan dalam pembebasan ikatan antara lignin dan selulosa dan hemiselulosa (Kamar, 1984). Analisis bahan makanan terhadap bahan serat kasarnya dilakukan sebagai berikut ; bahan makanan dimasak dengan asam kuat hingga mendidih untuk menghidrolisis karbohidrat dan protein yang terdapat didalamnya. Pemasakan lebih lanjut dengan alkali menyebabkan terjadinya penyabunan zatzat lemak yang ada didalam bahan makanan. Zat-zat makanan yang tidak larut selama pemasakan tadi terutama terdiri dari serat kasar dan zat-zat mineral yang kemudian disaring, dikeringkan dan ditimbang dan dipijarkan lalu didinginkan dan ditimbang kembali. Perbedaan kedua berat tadi menunjukan berat serat kasar yang ada dalam bahan makanan. 3.2.6 Analisa Gross Energi Kata energi berasal dari bahasa yunani yaitu:En=in artinya dalam dan Ergon artinya kerja. Sehingga kata energi diartikan dalam bentuk kerja.

28

Energi ada beberpa macam di antaranya: 1. Energi mekanik. 2. Energi cahaya. 3. Energi panas. 4. Energi nuklir. 5. Energi aliran panas dan 6. Energi molekuler atau energi kimia yang sangat berperan sekali dalam bidang ilmu makanan ternak dan nutrisi. Prinsip dasar, adanya perubahan energi kimia dalam molekul bahan makanan ke dalam bentuk energi kinetik dari suatu reaksi metabolik yang dapat menimbulkan kerja atau panas. Menurut La voiser dan La place tahun 1780 dari prancis bahwa panas yang diproduksi hewan berasal dari oksidasi zat organik bahan makanan yang disuplai, dapat dijadikan sumber energi akibatnya nilai energi yang dihasilkan dapat disajikan kriteria nilai gizi pakan atau ransum yang dikonsumsi hewan tersebut. Pembakaran bahan makanan berlangsung sebagai beriut: CHO + O2 CO2 + H2O + gas + panas

Pembakaran bahan makanan tersebut menggunakan (O2), dan menghasilkan energi bruto atau gross energi (GE). Pegukuran energi bruto ini menggunakan alat Bomb Calorimeter atau dikenal juga dengan nama Oksigen Bomb Calorimeter (perubahan suhu akibat pembakaran pakan dengan oksigen). Pengukuran dengan energi bahan makanan ternak atau ransum mengunakan

29

satuan-satuan atau indikator angka sebagai jumlah energi yang dinyatakan dalam satuan: 1. Kalori yaitu jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan temperatur 1g air dari 14,50C. 2. Satu Them adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikan suhu 1 ton air 10C. 3. atu British Unit = BTU adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikan suhu 1 liter air 10F. 4. Satu Joule = 107 Erg adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk memindahkan 1 liter air/barang sejauh 0,7375 kaki. Setiap kandungan nutrien mempunyai nilai setara kalor (energi) yang berbeda yaitu: 1. Protein setara 5,65 kkal/g. 2. Karbohidrat setara 4,10 kkal/g. 3. Lemak setara 9,45 kkal/g. Sehingga rasio sumbangan energi kandungan nutrien tersebut

(protein:KH:Lemak) adalah 1:1:2,5. Kalorimeter ada 2 macam yaitu: 1. Animal Calorimeter untuk mengukur Bomb Calorimeter terdiri dari: Adiabatic Calorimeter dan Isotermic Calorimeter. 2. energi metabolik. Karakteristik Adiabatic Bomb Calorimeter. Panas tidak langsung, tidak ada panas yang menyebrang.

30

Mempunyai 2 suhu, sehingga perlu menyamankan suhu

dan disetarakan sehingga tidak saling mempengaruhi. Sedangkan karakteristik Isotermic Bomb Calorimeter adalah panas bersambung, dan hanya ada 1 suhu. Komponen Bomb Calorimeter: Jacket. Bucket untuk tempat air (suhu konstan). Bomb berisi cawan, kawat platina dan sampel dalam bentuk pellet, kemudian dialirkan oksigen untuk pembakarannya. Pengukuran energi bahan makanan ternak atau ransum menggunakan Bomb Calorimeter yang dikoreksi dengan beberapa faktor koreksi yaitu: a. b. c. Koreksi penggunaan asam, 1 ml Na2CO3 = 1 kalori. Koreksi terbakar, 1 cm kawat = 2,3 kalori. Koreksi sulfur, bila kandungan makanan ternak l;ebih besar

dari 0,1% dimana 1 gram S = 1,4 kkal.

31

BAB IV KEGIATAN DI LABORATORIUM

4.1 Bahan-bahan yang digunakan bahan-bahan yang digunakan untuk menganalisis bungkil kelapa adalah: Tiga bahan bungkil kelapa Campuran selen Larutan H2SO4 0,3N; 25% Larutan NaOH 0,1N; 0,2N; 1,5N ;33% Indikator MM + BM Air suling Petroleum Eter Aseton Larutan AgNO3 0,1N Larutan KCNS 0,1N 4.2 Alat (instrumen) yang digunakan Alat-alat yang digunakanuntuk analisa bungkil kelapa adalah: Cawan Aluminium Oven Neraca Analitik Sudip(p)

Larutan HNO3 (p); 4N Larutan HCL (p); 0,1N; 40% Larutan Chapman Larutan KNO3 1% Larutan NH3 (p) Larutan KMNO4 0,02N Indikator PP Hablur Amonium Nitrat Amonium Hepta Molibdat Air panas

; 0,1N;

32

Eksikator Labu Erlenmeyer 250 mL; 500mL Labu Destruksi Pipet Volumetri 5mL; 10 mL; 25 mL Gelas Ukur 25 mL; 50 mL; 100 mL Kapas Perangkat Destilasi Selongsong Kertas Saring Labu Penyari Alat Sokslet Caan Porselen Tanur Bunsen

Buret 50 mL Labu Kjeldahl Pendingin Tegak Batu didih Gelas Piala Corong Buchner Kertas Saring Labu Ukur 100 mL; 250 mL; 500 mL; 1 L Pinset Gegep Botol Semprot Bomb Calorimeter Kawat Platina Alat FATEKS

Kegiatan di laboratorium meliputi analisis Proksimat dan Gross Energi pada bungkil kelapa dengan parameter uji seperti terlihat pada tabel 2. Tabel 2. parameter dan metode yang digunakan dalam analisis Proksimat, dan Gross Energi pada bungkil kelapa. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Parameter Analisis Kadar Air Analisis Kadar Abu Analisis Kadar Protein Analisis Kadar Lemak Analisis Kadar Serat kasar Analisis Gross Energi Metode Penguapan (oven 1050C) Pembakaran (tanur 400-6000C) Kjeldahl Sokslet AOAC (Association of Official Analitycal Chemists) Bomb Calorimetri

33

4.3 Metode dan Cara Kerja 4.3.1 Analisis Kadar Air Metode dan Prinsip Analisis ini menggunakan metode penguapan, dimana contoh dipanaskan pada suhu sedikit di atas titik didih air yaitu 105 oC selama waktu tertentu sehingga air akan menguap seluruhnya. Cara Kerja

1. Terlebih dahulu cawan aluminium dikeringkan selama 1 jam dalam oven pada suhu 105 oC, kemudian didinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan ditimbang (X gram). 2. Ditimbang dengan teliti 3-5 gram contoh (Y) dan dimasukkan kedalam cawan aluminium. 3. Kemudian cawan aluminium ditimbang dan sampel yang ada didalamnya dimasukkan ke dalam alat pengering atau oven pada suhu 105 oC untuk dikeringkan 4-6 jam.

34

4. Kemudian didinginkan dalam eksikator selama 15 menit, lalu ditimbang misal beratnya (Z) pengeringan ini dilakukan 3 kali 1 jam atau lebih sampai bobot konstan.(selisih maksimal 0,20 mg). 5. Penentuan kadar air dengan menggunakan rumus berikut : Perhitungan Kadar air (%) = (X+Y-Z) x 100% Y Keterangan : X = Bobot cawan aluminium kosong (gram) Y = Bobot contoh (gram) Z = Cawan aluminium beserta contoh setelah dipanaskan dalam oven 105 oC. 4.3.2 Analisis Kadar Abu Metode dan Prinsip Analisis ini menggunakan metode pembakaran, dimana abu dapat ditetapkan berdasarkan pembakaran contoh dalam tanur pada suhu 400-600 oC maka semua zat organik akan menguap. Contoh yang tersisa dapat dihitung sebagai kadar abu yang terdiri dari mineral-mineral. Cara Kerja 1. Terlebih dahulu cawan porselen dicuci bersih dengan air, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan ditimbang misal berat (X) gram.

35

2. Ditimbang sejumlah contoh sebanyak sebanyak 3-5 gram sebagai (Y), dan dimasukkan ke dalam cawan porselen. 3. Cawan beserta isinya dipijarkan diatas nyala bunsen sampai tidak berasap lagi. 4. Dimasukkan ke dalam tanur listrik untuk dibakar atau diabukan pada suhu 400-600 oC. 5. Diangkat dan didinginkan dengan cara memasukannya ke dalam eksikator, setelah dingin kemudian ditimbang dengan berat (Z). 6. Penentuan kadar abu dengan menggunakan rumus :

Perhitungan Kadar abu (%) = (Z-X) x 100% Y Dengan demikian, kadar bahan organik dapat diketahui sebagai berikut: Bahan Organik (BO) = (BK- Abu) % Keterangan Z = Bobot cawan porselen dan abu setelah dipanaskan dalam tanur (400-600 oC) listrik. Y X BO BK = Bobot contoh (gram). = Bobot cawan porselen kosong (gram). = Bahan Organik. = Bahan Kering.

4.3.3 Analisis Kadar Protein Kasar

36

Metode dan Prinsip

Analisis ini menggunakan metode Kjeldahl. Dimana bahan organik yang mengandung nitrogen (N) dipecahkan oleh H2SO4 pekat panas dengan bantuan selen. Senyawa N yang terdapat dalam contoh akan terikat sebagai amonium sulfat, kemudian N dibebaskan dalam bentuk NH3 oleh NaOH dan ditangkap dengan suatu asam. Kelebihan asam penangkap dititar dengan suatu larutan NaOH standar dengan larutan penunjuk campuran MM dan BM. Dengan titrasi kita dapat mengetahui jumlah N, protein kasar diperoleh dengan jalan mengalikan jumlah N dengan faktor protein 6,25.

Reaksi

I.Tahap destruksi : C, H, O, N, S + H2SO4 2.Tahap destilasi : (NH4)2SO4 + 2NaOH NH4OH 2NH4OH + Na2SO4 NH3 + H2OCamp. Katalis Selen

(NH4)2SO4 + CO2 + H2O + SO 2 Hijau Kekuningan jernih

2NH3 + H2SO4 (berlebihan) 3.Tahap titrasi : H2SO4 + 2NaOH (kelebihan)

(NH4)2SO4

Na2SO4 + 2H2O

37

Cara Kerja

1.Tahap destruksi : 1. Kira-kira 0,15 gram contoh (X) ditimbang dengan teliti,dimasukkan kedalam labu destruksi atau labu kjeldhal. 2. Ditambahkan kira-kira 1gram katalis campuran selen dan 20 mL H2SO4 pekat tekhnis, kemudian campurkan dengan cara menggoyang-goyangkan labu tersebut. 3. Campuran tersebut dipanaskan diatas nyala api pembakar bunsen mulai dengan api yang kecil di dalam ruang asam. 4. Apabila tidak berbuih lagi barulah digunakan nyala api bunsen yang besar 5. Contoh terus dipanaskan (didestruksi) sampai larutan menjadi jernih dan bewarna hijau kekuning-kuningan, dan kemudian didinginkan. 2.Tahap destilasi : 1. Setelah labu destilasi didinginkan larutan dimasukkan kedalam labu destilasi yang telah diisi dengan batu didih (dengan teliti) dan kemudian diencerkan dengan aquades sebanyak kira-kira 300 mL. 2. Setelah dipasangkan pada alat destilasi, ditambahkan lagi 100 ml NaOH 33%, lalu dihubungkan dengan cepat ke pipa destilasi. 3. Hasil destilasi, berupa NH3+ dan air ditangkap dengan erlenmeyer yang telah diisi dengan 10 mL H2SO4 0,1 N (jumlah H2SO4 0,1 Ntidak harus 10 mL tetapi tergantung pada tinggi rendahnya

38

kandungan protein pada suatu bahan) dan dua tetes indikator campuran MM dan BM. 4. Proses destilasi dilakukan hingga semua N yang ada dalam labu destilasi telah tertangkap oleh H2SO4 yang ada dalam erlenmeyer. 5. Proses destilasi ini berakhir setelah terjadi letupan-letupan pada labu destilasi. 6. Erlenmeyer yang berisi hasil destilasi kemudian diturunkan, pembakar bunsen dimatikan dan pipa destilasi dibilas dengan aquadest.

3. Tahap Titrasi : 1. Labu erlenmeyer yang berisi hasil sulingan tadi diambil dan kelebihan H2SO4 0,1 N dititar kembali dengan larutan NaOH 0,1 N. 2. Proses titrasi berhenti setelah perubahan warna dari ungu/lembayung menjadi biru kehijauan yang menandakan titik akhir titrasi. 3. 4. Volume NaOH dicatat sebagai (Z) ml Kemudian dikerjakan blanko dengan prosedur yang sama tetapi tanpa contoh (Y) mL.

Perhitungan Protein Kasar (%) = (Y-Z) x N. NaOH x 14 x 6,25 x 100% (X) gram

39

Keterangan

:Y Z

= volume blanko. = Volume NaOH yang dibutuhkan untuk mentitrasi contoh.

X 6,25 14

= Berat contoh = Tetapan protein = Nomor atom Nitrogen

4.3.4 Analisis Kadar Lemak Kasar Metode dan Prinsip Analisis ini menggunakan metode sokslet petroleum eter dipanaskan dan diuapkan kemudian dikondensasikan dengan dilakukan pada contoh sehingga bahan yang dapat larut dalam eter terbawa. Proses ini terjadi berulang kali sehingga tidak ada lagi bahan yang dapat diekstraksi dari contoh. Eter disuling dan ditampung dalam labu penyari dan lemak kasar yang didapat ditimbang.

Cara Kerja 1. Sebuah labu lemak yang diisi dengan beberapa butir batu didih didalamnya dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105 0C selama 1

40

jam.Didinginkan dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang (a gram). 2. Ditimbang contoh kira-kira 1 gram (X gram), jumlah contoh tergantung pada tinggi rendahnya kadar lemak bahan. 3. Contoh tersebut dimasukkan kedalam selongsong penyari yang terbuat dari kertas saring ditutup dengan kapas bebas lemak. 4. Selongsong penyari dimasukkan kedalam alat sokslet dan diekstraksi dengan 50 mL petroleum benzen diatas penangas air pada water bath, selama 24-48 jam sampai larutan petroleum eter didalam sokslet menjadi jernih. 5. Jika didalam alat FATEX-S penyari berlangsung hanya beberapa jam saja sampai larutan petroleum eter dalam sokslet menjadi jernih. 6. Setelah ekstraksi selesai petroleum eter yang terdapat pada labu lemak disulingkan atau dikeringkan dan dibuka serta ditiup dengan kompresor. Proses ini dimaksudkan untuk mempercepat menguapnya pelarut organik. 7. Labu lemak dikeringkan dalam oven 105 0 C selama 1jam setelah itu didinginkan dalam eksikator selama 1 jam danditimbang (b gram). Perhitungan Lemak Kasar (%) = ( b-a ) X Keterangan : b = Berat labu lemak beserta lemak kering setelah di oven 105 0 C (gram) x 100%

41

a = Berat labu lemak + batu didih (gram) X = Berat contoh (gram)

4.3.5

Analisis Kadar Serat Kasar

Metode dan Prinsip Analisis ini menggunakan metode menurut AOAC (Association of Official Analytical Chemists). Serat kasar adalah semua bahan organik yang tidak larut dalam asam sulfat 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N yang dipanaskan berturutturut selama 30 menit. Serat Kasar akan terbakar dalam tanur sehingga serat kasar diperoleh dari perbedaan berat sebelum dan sesudah terbakar.

Cara Kerja 1. Ditimbang kira-kira 1gram contoh (X gram), dimasukkan ke dalam gelas piala 600 mL. 2. Ditambahkan 50 mL H2SO4 0,3 N dan dipanaskan di atas pemanas listrik selama 30 menit. 3. Ditambahkan 25 mL NaOH 1,5 N dan terus dipanaskan selama 30 menit. 4. Waktu mendidih diperhatikan supaya apinya jangan terlalu besar (jika menggunakan pembakar bunsen) supaya cairan tidak menguap. 5. Disaring cairan tersebut melalui kertas saring (yang beratnya telah diketahui (a gram) yang sudah dikeringkan dalam oven pada suhu 1050

C selama 1 jam), kemudian dimasukkan ke dalam corong buchner.

42

6. Penyaringan dilakukan dalam labu penghisap yang dihubungkan dengan pompa vakum. 7. Selama penyaringan endapan dicuci berturut-turut dengan aquades panas secukupnya, 50 mL H2SO4 0,3 N, aquadest panas secukupnya dan terakhir dengan aseton secukupnya. 8. Kertas saring dan isinya dimasukkan kedalam cawan porselen dan dikeringkan selama 1 jam dalam oven pada suhu 105 0C, kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (b gram). 9. selanjutnya cawan porselen serta isinya dibakar atau diabukan dalam tanur listrik pada suhu 6000C sampai abu merata seluruhnya. Kemudian diangkat, didinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan ditimbang (c gram).

Perhitungan

Serat Kasar (%) = (b c- a) x 100% X

Keterangan

: b = Berat cawan porselen, kertas saring, dan isi setelah dikeringkan dalam oven 105 0C (gram). c = Berat cawan porselen dan isi setelah di tanur 600 0C (gram). a = Berat keras saring (gram).

43

X = Berat sampel (gram).

4.3.6

Analisa Gross Energi Prinsip Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui berapa energi bruto yang

terkandung dalam pakan atau ransum diberikan kepada hewan ternak. Alam analisis ini digunakan alat Bomb Calorimeter. Cara Kerja 1. 2. Contoh dala bentuk pellet ditimbang 0,5-1,0 gram. Contoh dimasukan ke dalam cawan kecil, kemudian dilewatkan

kawat platina sepanjang 10cm dan dimasukan ke dalam Bomb Calorimeter. 3. Sebelum diisi gas oksigen sebanyak 25 atmosfer, Bomb

Calorimeter diisi dengan air aquadest sedikit. 4. Bomb Calorimeter dimasukan ke dalam jacket yang sudah diisi

air kemudian ditutup. Suhu distabilkan dengan memutar tombol atau knop, setelah stabil dicatat sebagai suhu akhir. 5. Cawan dan Bomb Calorimeter dibilas dengan aquadest yang

telah dicampuri dengan indikator metil orange. Air bilasan dititrasi dengan Na2CO3 (Natrium Karbonat). 6. Kawat platina yang terbakar diukur sebagai k cm.

Untuk mendapat jumlah Energi Bruto (GE) suatu bahan makanan ternak ataupun ransum maka dipergunakan rumus sebagai berikut:

44

Perhitungan (b-a) x FK k - ti Energi Bruto (GE) = Berat Sampel Keterangan : a = Suhu awal (0C) b = Suhu akhir (0C)

FK = Faktor koreksi K = Panjang kawat (cm) ti = mL titar Na2CO3

45

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Setelah dilakukan analisis proksimat dan Gross Energi pada bungkil

kelapa maka dapat diketahui komposisi secara kuantitatif, seperti terlihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Analisis Proksimat dan Gross Energi Pada Bungkil KelapaNo. 1 2. 3. 4. Asal Sumber Bungkil Kelapa PT. Petudo Centras Pajar Semesta KPBS Cirebon % Air 8,55 9,46 8,16 9,97 % Abu 5,72 5,12 5,01 6,68 % Pro 19,76 14,37 19,56 18,81 % SK 29,19 38,44 33,16 15,27 % Lem 8,99 5,49 7,33 9,40 GE 4374 4038 4342 3904

Keterangan :

%Abu = Kadar Abu % Pro = Kadar Protein Kasar % SK = Kadar Serat Kasar %Lem = Kadar Lemak kasar GE = Gross Energi

Tabel 4. Nilai Mutu Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 1995 untuk bungkil kelapa.

46

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Jenis Analisis Kadar Air Kadar Abu Kadar Protein Kadar Serat Kasar Kadar Lemak

MI 12 7 18 14 12

M II 12 9 16 16 15

5.2 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis bungkil kelapa asal PT Petudo, Centras, Pajar Semesta, dan KPBS Cirebon masing-masing mengandung kadar air sebesar 8,55%; 9,46%; 8,16%; dan 9,97%. Sedangkan menurut SNI syarat standar bungkil kelapa mutu I, dan mutu II masing-masing mengandung kadar air sebesar 12%. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan kandungan kadar airnya kualitas bungkil kelapa dari sampel-sampel tersebut termasuk ke dalam bungkil kelapa mutu I. Berdasarkan hasil analisis bungkil kelapa asal PT Petudo, Centras, Pajar Semesta, dan KPBS Cirebon masing-masing mengandung kadar protein kasar sebesar 19,76%; 14,37%; 19,56%; dan 18,81%. Sedangkan menurut SNI syarat standar bungkil kelapa mutu I, dan mutu II masing-masing mengandung kadar abu sebesar 18% dan 16%. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan kandungan kadar proteinnya kualitas bungkil kelapa dari PT. Petudo, Seemesta, dan KPBS Cirebon termasuk ke dalam bungkil kelapa mutu I. Sedangkan bungkil kelapa dari Centras tidak termasuk kedalam bungkil kelapa mutu I atau mutu II.

47

Berdasarkan hasil analisis bungkil kelapa asal PT Petudo, Centras, Pajar Semesta, dan KPBS Cirebon masing-masing mengandung kadar abu sebesar 5,72%; 5,12%; 5,01%; dan 6,68%. Sedangkan menurut SNI syarat standar bungkil kelapa mutu I, dan mutu II masing-masing mengandung kadar abu sebesar 7% dan 9%. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan kandungan kadar abunya kualitas bungkil kelapa dari sampel-sampel tersebut termasuk ke dalam bungkil kelapa mutu I. Berdasarkan hasil analisis bungkil kelapa asal PT Petudo, Centras, Pajar Semesta, dan KPBS Cirebon masing-masing mengandung kadar serat kasar sebesar 29,19%; 38,44%; 33,26%; dan 15,27%. Sedangkan menurut SNI syarat standar bungkil kelapa mutu I, dan mutu II masing-masing mengandung kadar abu sebesar 14% dan 16%. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan kandungan kadar serat kasarnya kualitas bungkil kelapa dari PT. Petudo, Centras, dan Semesta tidak termasuk ke dalam bungkil kelapa mutu I atau II. Sedangkan bungkil kelapa dari KPBS Cirebon termasuk kedalam bungkil kelapa mutu II. Berdasarkan hasil analisis bungkil kelapa asal PT Petudo, Centras, Pajar Semesta, dan KPBS Cirebon masing-masing mengandung kadar lemak kasar sebesar 8,99%; 5,49%; 7,33%; dan 9,40%. Sedangkan menurut SNI syarat standar bungkil kelapa mutu I, dan mutu II masing-masing mengandung kadar abu sebesar 12% dan 15%. Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan kandungan kadar lemak kasarnya kualitas bungkil kelapa dari sampel-sampel tersebut termasuk ke dalam bungkil kelapa mutu I.

48

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

49

6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis Proksimat, Kalsium dan Fosfor yang telah dilakukan pada sediaan ransum, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas dari semua jenis ransum yang dianalisis hampir semuanya telah memenuhi syarat nilai Standar Nasional Indonesia (SNI) tahun 1995. Dari beberapa contoh ransum yang dianalisis didapatkan hasil yang bervariasi. Ransum yang tidak memenuhi nilai Standar Nasional Indonesia disebabkan karena varietas dan kualitas ransum yang kurang baik dan penyimpanan yang terlalu lama.

6.2 Saran Untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam penentuan kualitas maupun kuantitas pakan agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Kebersihan laboratorium hendaknya ditingkatkan lagi agar tidak terjadi kontaminasi pada sampel ataupun yang lainnya. 2. Perawatan alat-alat gelas maupun alat-alat yang lainnya perlu diperhatikan lebih intensif agar proses analisis berjalan dengan lancar dan akurat. 3. Hendaknya digunakan instrumen-instrumen dengan ketelitian lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

50

Abidin, et, al., 2003. Analisis Proksimat dan Van Soest Daun Kalindra. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor ; Bogor. Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia ; Jakarta. Departemen Perindustrian. 1990. Penuntun Praktikum Kimia Makanan. AKA Bogor ; Bogor. Kataren. S. 2005. Minyak Dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia ; Jakarta. Kardani, Siti. 2002. Analisis Proksimat. Fakultas peternakan Institut Pertanian Bogor ; Bogor. Lubis, D. 1963. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan ; Jakarta. M. S. Ir. Mohammad Rasyaf. 1989. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya ; Bogor. Maswadi, Raden. 2003. Pengenalan Makanan Ternak Pedaging. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor ; Bogor. Parsum, et .al., 2006. Analisis Proksimat, Van Soest dan Gross Energi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor ; Bogor. Permana, Endar. 2005. Analisis Proksimat Dan Kalsium Dalam Ransum Ayam Petelur. SMK Analis Kimia YKPI Bogor ; Bogor. Sofyan, Amalia, Lily, dkk. 2000. Diklat Pengenalan Bahan Makanan . Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor ; Bogor. Sofyan, et. al., 2000. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor ; Bogor.

51

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan Dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama ; Jakarta. Yuniar. D. Gusti. M. G. 2006. Analisis Proksimat Mineral Dan Energi Pada Tepung Ikan Lemuru Dan Tepung Ikan Beloso. SMK Analis Kimia YKPI Bogor ; Bogor.

Lampiran 1. Jurnal Kegiatan selama PKL di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor.

52

No. 1.

Hari/Tgl/Bln/Thn Senin/06/08/2007

Waktu (WIB) 09.00-11.00

Kegiatan/Analisis Pengenalan pembimbing dan staf laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB

2.

Selasa/807/08/2007

08.00-08.30

Pengenalan laboratorium Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak

08.30-12.00

Memanaskan contoh Menyaring contoh

12.00-13.00 13.00-15.40

ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 3. Rabu/08/08/2007 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya Bersiap untuk pulang

53

4.

Kamis/09/08/2007

08.00-08.30

Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak

08.30-12.00

Memanaskan contoh Menyaring contoh

12.00-13.00 13.00-15.40

ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 5. Jumat/10/08/2007 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 6. Senin/13/08/2007 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

54

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 7. Selasa/14/08/2007 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 8. Rabu/15/08/2007 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 9. Kamis/16/08/2007 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar

55

Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 10. Jumat/17/08/2007 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 11. Senin/15/08/2006 08.00-08-30 Bersiap untuk pulang Menimbang contoh untuk menetapkan kadar NaCl 08-30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40 Menetapkan kadar abu ISOMA Melanjutkan analisis kadar NaCl Bersiap untuk pulang

56

12.

Rabu/16/08/2006

08.00-08-30

Menimbang contoh untuk menetapkan kadar NaCl

08-30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Menetapkan kadar abu ISOMA Melanjutkan analisis kadar NaCl Bersiap untuk pulang

13.

Selasa/22/08/2006

08.00-08-30

Menimbang contoh untuk menetapkan kadar NaCl

08-30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Menetapkan kadar abu ISOMA Melanjutkan analisis kadar NaCl Menetapkan/menganalisis kadar protein Bersiap untuk pulang

14.

Rabu/23/08/2006

08.00-08-30

Menimbang contoh untuk menetapkan kadar NaCl

08-30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Menetapkan kadar abu ISOMA Melanjutkan analisis kadar NaCl Bersiap untuk pulang

15.

Kamis/24/08/2006

08.00-08-30

Menimbang contoh untuk menetapkan kadar NaCl

08-30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Menetapkan kadar abu ISOMA Melanjutkan analisis kadar NaCl Bersiap untuk pulang

16.

Jumat/25/08/2006

08.00-08-30

Menimbang contoh untuk menetapkan kadar NaCl

57

08-30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Menetapkan kadar abu ISOMA Melanjutkan analisis kadar NaCl Bersiap untuk pulang

17.

Senin/28/08/2006

08.00-08.30

Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Mengabukan contoh pakan ternak ISOMA Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

18.

Selasa/29/08/2006

08.00-10.00

Bersiap untuk pulang Melanjutkan analisis kalsium dan fosfor mentitrasi contoh yang telah didiamkan selama 1 malam Menghitung kadar kalsium dan fosfor

10.00-12.00

Kembali mengabukan contoh pakan ternak , untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfornya

12.00-13.00 13.00-15.40

ISOMA Melanjutkan analisis kadar kalsium dan fosfor

19.

Rabu/30/08/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Mengabukan contoh pakan ternak ISOMA Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

58

20.

Kamis/31/08/2006

08.00-10.00

Bersiap untuk pulang Melanjutkan analisis kalsium dan fosfor mentitrasi contoh yang telah didiamkan selama 1 malam Menghitung kadar kalsium dan fosfor

10.00-12.00

Kembali mengabukan contoh pakan ternak , untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfornya

12.00-13.00 13.00-15.40

ISOMA Melanjutkan analisis kadar kalsium dan fosfor

21.

Jumat/01/09/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Mengabukan contoh pakan ternak ISOMA Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

22.

Senin/04/09/2006

08.00-10.00

Bersiap untuk pulang Melanjutkan analisis kalsium dan fosfor mentitrasi contoh yang telah didiamkan selama 1 malam Menghitung kadar kalsium dan fosfor

10.00-12.00

Kembali mengabukan contoh pakan ternak , untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfornya

12.00-13.00 13.00-15.40

ISOMA Melanjutkan analisis kadar kalsium dan fosfor Bersiap untuk pulang

59

23.

Rabu/05/09/2006

08.00-08.30

Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Mengabukan contoh pakan ternak ISOMA Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

24.

Kamis/06/09/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00

Mengabukan contoh pakan ternak Menganalisis Gross Energi

12.00-13.00 13.00-15.40

ISOMA Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

25.

Jumat/07/09/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00

Mengabukan contoh pakan ternak Menganalisis Gross Energi

12.00-13.00 13.00-15.40

ISOMA Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

26.

Senin/11/09/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00

Mengabukan contoh pakan ternak Menganalisis Gross Energi

12.00-13.00

ISOMA

60

13.00-15.40

Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

27.

Selasa/12/09/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Mengabukan contoh pakan ternak ISOMA Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

28.

Rabu/13/09/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Mengabukan contoh pakan ternak ISOMA Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

29.

Kamis/14/09/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Mengabukan contoh pakan ternak ISOMA Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

30.

Jumat/15/09/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00 12.00-13.00

Mengabukan contoh pakan ternak ISOMA

61

13.00-15.40

Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

31.

Senin/18/09/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Mengabukan contoh pakan ternak ISOMA Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

32.

Selasa/19/09/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Mengabukan contoh pakan ternak ISOMA Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

33.

Rabu/20/09/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Mengabukan contoh pakan ternak ISOMA Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

34.

Kamis/21/09/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00 12.00-13.00

Mengabukan contoh pakan ternak ISOMA

62

13.00-15.40

Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

35.

Jumat/22/09/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menimbang contoh untuk menganalisis kadar kalsium dan fosfor

08.30-12.00 12.00-13.00 13.00-15.40

Mengabukan contoh pakan ternak ISOMA Mengekstrak contoh yang telah diabukan Menyaring contoh dan mengendapkannya selama 1 malam

36.

Rabu/27/09/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak

08.30-12.00

Memanaskan contoh Menyaring contoh

12.00-13.00 13.00-15.40

ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 37. Kamis/28/09/2006 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

63

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 38. Kamis/28/09/2006 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 39. Jumat/29/09/2006 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh Menganalisis PANSUS 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya

64

40.

Senin/02/10/2006

08.00-08.30

Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak

08.30-12.00

Memanaskan contoh Menyaring contoh Menganalisis PANSUS

12.00-13.00 13.00-15.40

ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 41. Selasa/03/10/2006 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh Menganalisis PANSUS 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 42. Rabu/04/10/2006 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh

65

Menyaring contoh 12.00-13.00 13.00-15.40 Menganalisis PANSUS ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 43. Kamis/05/10/2006 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh Menganalisis PANSUS 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 44. Jumat/06/10/2006 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis PANSUS ISOMA 08.30-12.00

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator 12.00-13.00 13.00-15.40 Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

66

menghitung kadar serat kasarnya 45. Senin/09/10/2006 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 46. Selasa/10/10/2006 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya Bersiap untuk pulang

67

47.

Rabu/11/10/2006

08.00-08.30

Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak

08.30-12.00

Memanaskan contoh Menyaring contoh

12.00-13.00 13.00-15.40

ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 48. Kamis/12/10/2006 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya 49 Jumat/12/10/2006 08.00-08.30 Bersiap untuk pulang Menganalisis kadar serat kasar Menimbang contoh pakan ternak 08.30-12.00 Memanaskan contoh Menyaring contoh 12.00-13.00 13.00-15.40 ISOMA

Memasukan

cawan (berisi contoh+kertas

68

saring) ke dalam oven 1050C Mengangkatnya ke dalam eksikator Membakar cawan+contoh tadi Mendinginkannya dan menimbangnya,

menghitung kadar serat kasarnya Bersiap untuk pulang

69