laporan resmi kolesterol

50
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol merupakan salah satu manifestasi dari masalah gizi lebih , yang perlu mendapatkan perhatian karena prevalensi kolesterol meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang (Satoto, 1988). Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu problema yang sangat serius karena merupakan salah satu faktor resiko yang paling utama untuk terjadinya penyakit jantung pada seseorang masalah lainya ialah pada seseorang yangtekanan darah tinggi dan perokok (Anwar Bahri,2003:2). Resiko penyakit jantung koroner sesuai dengan peningkatan kadar kolesterol darah, jika ada faktor lain (hipertensi dan perokok) maka resiko akan lebih besar (Kusmana,2006:128). Jantung koroner merupakan jenis penyakit jantung yang paling banyak diderita.Penyakitini menyerang pembuluh darah dan dapat menyebabkan serangan jantung.Serangan jantung disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh arteri yang menghambat penyaluran oksigen dan nutrisi ke jantung penyakit- penyakit dapat mempengaruhi bagian manapun dari jantung.Tetapi, penyakit yang paling umum adalah penyakt kronis pada arteri koroner yang disebut aterosklerosis.Karena itu sakit jantung 1

Upload: bernardete-freitas-barros

Post on 18-Jan-2016

87 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan resmi kolesterol

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolesterol merupakan salah satu manifestasi dari masalah gizi lebih , yang perlu

mendapatkan perhatian karena prevalensi kolesterol meningkat dari tahun ke tahun, baik

di negara maju maupun negara yang sedang berkembang (Satoto, 1988).

Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu problema yang sangat serius karena

merupakan salah satu faktor resiko yang paling utama untuk terjadinya penyakit jantung

pada seseorang masalah lainya ialah pada seseorang yangtekanan darah tinggi dan

perokok (Anwar Bahri,2003:2).

Resiko penyakit jantung koroner sesuai dengan peningkatan kadar kolesterol darah, jika

ada faktor lain (hipertensi dan perokok) maka resiko akan lebih besar

(Kusmana,2006:128).

Jantung koroner merupakan jenis penyakit jantung yang paling banyak

diderita.Penyakitini menyerang pembuluh darah dan dapat menyebabkan serangan

jantung.Serangan jantung disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh arteri yang

menghambat penyaluran oksigen dan nutrisi ke jantung penyakit- penyakit dapat

mempengaruhi bagian manapun dari jantung.Tetapi, penyakit yang paling umum adalah

penyakt kronis pada arteri koroner yang disebut aterosklerosis.Karena itu sakit jantung

yang umum dikenal dan paling banyak diderita adalah penyakit jantung koroner penyakit

ini sering menyebabkan serangan jantung pada seseorang dan bisa menyebabkan

kematian.Penyebabnya adalah penyempitan pada pembuluh darah koroner, di mana

pembuluh ini berfungsi untuk menyediakan darah ke otot jantung. Penyempitan

disebabkan oleh tumpukan kolesterol atau protein lain yang berasal makanan yang masuk

kedalam tubuh penumpukan ini juga menyebabkan pembuluh darah koroner menjadi

kaku (Sutanto,2010:68-69).

Pada umumnya, penyakit kolesterol banyak diderita oleh orang gemuk saja,akan

tetapi tidak menutup kemungkinan kolesterol juga dapat diderita oleh orang kurus juga,

1

Page 2: laporan resmi kolesterol

itu di sebabkan karena faktor makanan yang tidak terkontrol dengan baik sehingga terjadi

hal-hal yang tidak terduga sebelumnya (Sutanto,2010:117).

Pada tahun 1948, flamingham heart study sebuah penelitian ambisius yang di tangani oleh

national heart institute (sekarang dikenal sebagai national heart, lung, and blood institute)

mengkaji penyebab penyakit jantung dinyatakan bahwa kadar kolesterol merupakan faktor

resiko kuat untuk perkembangan penyakit jantung (Lorig Kate,2004:2) dan merupakan

penyebab kematian yang paling sering didapatkan, di Indonesia menduduki peringkat ke-3

(Anwar Bahri,2004:1).

Kolesterol banyak diderita oleh para lansia itu dikarenakan karena faktor usia yang

semakin lama badan akan semakin malas digerakkan, sehingga kolesterol didalam tubuh

akan menumpuk dihati, oleh sebab itu dibutuhkan gerak yang seimbang antara pola makanan

dan olahraga agar para lansia terhindar dari kolesterol berlebih, terutama penyakit yang dapat

membunuh manusia dalam sekejap yaitu penyakit jantung dan lain lain.

Didalam tubuh kita kolesterol sangat diperlukan akan tetapi jika penggunaannya berlebih

maka akan terjadi masalah, meskipun mereka mengubah gaya hidup. Pola makan atau yang

lain lain jika sudah terkena penyakit yang menyangkut dengan kolesterol (Sutanto,2010:116).

Bila berat badan lebih maka penurunan berat badan adalah salah satu cara untuk dapat

menurunkan kadar kolesterol di dalam tubuh seseorang, menurut (Sadoso

sumosardjuno,1991:165).

Salah satu cara agar dapat menurunkan berat badan terhadap penderita

kolesterolterutama pada usia lanjut atau (lansia ) adalah dengan berolahraga. Dengan

melakukan olahraga yang teratur maka peredaran darah kedalam tubuh tidakmengalami

penyumbatan sehingga tidak mengalami kolesterol,salah satu olahraga yang sangat

bermamfaat pada usia lanjut dengan melakukan senam jantung sehat.

Menurunkan kadar kolesterol tidak harus dengan menggunakan obat obatan akan tetapi juga

dapat dilakukan dengan menggunakan metode berolahraga, Olahraga dapat membantun

mengurangi bobot badan, mengendalikan kadar kolesterol dan menurunkan tekanan darah

yang merupakan faktor resiko lain terkena jantung dan stroke (Sutanto,2010:47).

2

Page 3: laporan resmi kolesterol

01.2. Rumusan Masalah

Bagaimana aktivitas antihiperlipemia terhadap ekstrak etanol ketan hitam?

Bagaimana cara memformulasi sediaan emulsi dari ekstrak etanol ketan hitam?

1.3. Tujuan

Mengetahui aktivitas antihiperlipidemia terhadap ekstrak etanol ketan hitam.

Mengetahui cara memformulasi sediaan emulsi dari ekstrak etanol ketan

hitam.

1.4. manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

Pertimbangan untuk memilih obat antihiperlipidemia yang terdapat di

pasaran.

Bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan,

khususnya praktikum herbal.

3

Page 4: laporan resmi kolesterol

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lipid Plasma

Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak

bebas yaitu tidak larut dalam cairan plasma. Oleh karena itu sifat lipid yang susah larut

dalam cairan plasma, maka perlu dibuat bentuk yang terlarut. Untuk itu dibutuhkan suatu

zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan nama apolipoprotein/apoprotein.

Pada saat ini dikenal dengan 9 jenis apoprotein yang diberi nama secara alfabetis (Apo

A, Apo B, Apo C, Apo D, Apo E). Senyawa lipid dan apoprotein ini dikenal dengan

nama Lipoprotein, yang bersifat larut dalam air.

Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju tempat

penggunaannya. Lipoprotein dibagi menjadi 5 golongan besar, yaitu :

a. Kilomikron

- Dibentuk didalam sel epitel usus. Mengandung Apo A, Apo B, Apo C.

- Komponen terbanyak Trigliserida (80%) dan kolesterol ester (5%).

- Fungsi membawa Trigliserida dari makanan dalam usus ke jaringan lemak, dan

membawa kolesterol dari makanan dalam usus ke hati.

b. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)

- Dibentuk dalam sel hati.

- Komponen 60% Trigliserida dan 10-15% kolesterol.

- Mengandung Apo B, Apo C.

- Fungsinya mengangkut Trigliserida ke jaringan perifer.

c. Intermedian Density Lipoprotein (IDL)

- Dibentuk dalam intravaskular.

- Komponen 30% trigliseridadan lebih banyak mengandung kolesterol.

- Mengandung Apo B dan Apo D.

- IDL adalam zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL,

tidak terdapat dalam jumlah besar kecuali terjadi hambatan konversi lebih lanjut.

d. Low Density Lipoprotein (LDL)

4

Page 5: laporan resmi kolesterol

- Dibentuk dalam intravaskuler (sirkuasi darah).

- Komponen paling banyak mengandung kolesterol (50)% dan TG 10%.

- Mengandung Apo B.

- Fungsinya mengandung sebagian besar 70% kolesterol darah dari hati ke jaringan.

Jika LDL tinggi menyebabkan Atherosclorosis.

e. High Density Lipoprotein (HDL)

- Dibentuk dihati dan usus.

- Komponen fosfolipid, kolesterol, sedikit TG.

- Mengandung Apo A dan Apo C.

- Fungsinya mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan periver ke hati.

HDL merupakan lipoprotein protektif yang menurunkan resiko penyakit jantung

koroner (Adam, 2009).

2.2 Definisi Hiperlipida

Hiperlipidemia adalah peningkatan dari salah satu atau lebih dari kolesterol,

kolesterol ester, fosfolipid, atau trigliserida. Kadar lipid yang abnormal dapat

berkontribusi pada penyakit jantung koroner, pheripherd vaskuler disease, stroke, dll.

Pasien dengan hiperlipidemia juga memiliki hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia

atau gabungan keduannya (Braundwald, 2001).

Hiperkolesterolemia adalah suatu peningkatan dari total kolesterol (TC)

dengan kadar Trigliserida yang normal. Hal ini biasanya berhubungan dengan

peningkatan kolesterol LDL karena kolesterol LDL membawa ± 65-75% total

kolesterol plasma (Braundwald, 2001).

Hipertrigliseridemia terjadi bila adanya kenaikan trigliserida (TG), dimana hal

ini merupakan faktor resiko independent untuk penyakit jantung koroner. Walaupun

pengobatan untuk hipertrigliseridemia bergantung pada penyebab kenaikan kenaikan

TG dan tingkat keparahannya, tujuan terapi utama adalah untuk memcapai target

kolesterol-LDL yang optimal (Braundwald, 2001).

2.3 Klasifikasi

5

Page 6: laporan resmi kolesterol

Klasifikasi dislipidemia dapat berdasarkan atas primer yang tidak jelas

penyebabnya dan sekunder yang mempunyai penyakit dasar seperti pada syndrom

nefrotik, DM, hipertioridesme. Selain itu, klasifikasi dislipidemia dapat juga dibagi

berdasarkan profil lipid yang menonjol seperti hiperkolesterolemia,

hipertrigliseridemia, isolated low HDL-cdesterol dan dislipidemia campuran (Adam,

2009).

Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan Trigliserida menurut

NCEP ATP III, 2001 (mg/dl).

Kolesterol total

<200 Optimal

200-239 Diinginkan

≥240 Tinggi

Kolesterol LDL

<100 Optimal

100-129 Mendekati optimal

130-159 Diinginkan

160-189 Tinggi

≥190 Sangat tinggi

Kolesterol HDL

<40 Rendah

≥60 Tinggi

Trigliserida

<150 Optimal

150-199 Diinginkan

200-499 Tinggi

≥500 Sangat tinggi

Tabel 2.1 Kadar Lipid Serum Normal

Melalui tabel 2.1 di atas, pasien hiperlipidemia adalah bila terdapat

peningkatan dari salah satu atau lebih dari kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid, atau

6

Page 7: laporan resmi kolesterol

trigliserid. Kadar lipid yang abnormal dapat berkontribusi pada penyakit jantung

koroner, peripheral vascular disease, stroke, dan problem kesehatan lainnya.

Pasien dengan hiperlipidemia juga memiliki hiperkolesterolemia,

hipertrigliseridemia, atau gabungan dari keduanya (Braundwald, 2001).

2.4 Patofisiologi Hiperlipidemia

Bila adanya defek atau gangguan pada jalur metabolisme (gambar 1) maka

dapat terjadi hiperlipoproteinemia. Defek ini dapat disebabkan karena produksi

berlebihan dari hipoprotein atau adanya penurunan katabolisme lipid. Konsentrasi

lipoprotein bergantung pada keseimbangan antara masukan dan bersihan. Pada

kondisi stabil, masukan dan pengeluaran lipoprotein adalah konstan. Saat terjadi

peningkatan dari masukan hipoprotein, terjadi mekanisme kompensasi untuk

mengatasi kenaikan tersebut. Pada beberapa kasus, kompensasi dapat hamper

sempurna dan peningkatan konsentrasi lipoprotein dapat diminimalkan. Namun, pada

kasus lain yang kompensasinya tidak sempurna bahkan buruk dapat berkembang

menjadi hiperlipodemia. Ketidakseimbangan masukan dan bersihkan itu dapat terjadi

bila adanya penurunan bersihan (clearance LDL), terhambatnya lipolisis adanya

Remmant removel defect dan produksi lipoprotein yang berlebihan (Grundy, 1984).

Gambar 2.1 Tahap utama dalam metabolisme lipid yang mengandung apo B-100

7

Page 8: laporan resmi kolesterol

2.5 Farmakoterapi Hiperlipidemia

1) Tujuan terapi : penurunan kolestrol total dan LDL untuk mengurangi resiko pertama,

berulang dari infark miokardiak, angia, gagal jantung, stroke iskemia atau kejadian

lain pada penyakit arterial perifer seperti carotid stenosis atau aneurisme aortic

abdominal.

2) Terapi Non-Farmakologis : terapi diet (menurunkan konsumsi lemak total, lemak

jenuh dan kolestrol), pengurangan berat badan dan peningkatan aktifitas fisik.

3) Terapi Farmakologi :

a. Resin asam empedu

Mekanisme : resin menurunkan kadar kolestrol dengan cara mengikat asam

empedu dalam usus, sehingga pada akhirnya akan menghambat absorbs

kolestrol yang akan di buang bersama tinja serta menurunkan LDL.

Contoh : Kolestiramin, kolestipol

b. Inhibitor Hmg CoA Reduktase

Mekanisme : statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolestrol dalam

hati dengan mengambat enzim reduktase. Serta peningkatan jumlah reseptor

LDL pada membrane sel hepatosid akan menurunkan kadar kolestrol lebih

besar lagi. Selain LDL, VLDL dan IDL juga menurunkan, tapi HDL

meningkat.

Statin merupakan agen penurunan kolestrol total dan LDL yang paling poten

toleransi paling baik.

Contoh : Atoruastatin, Fluvastatin, Lovastatin, Simvastatin.

c. Niasin

Mekanisme : mengurangi sintetis hepatic VLDL yang akan mengarah pada

pengurangi sintesis LDL.

d. Asam Fibrat

Mekanisme : efektif dalam penurunan VLDL, tetapi akibatnya terjadi

peningkatan LDL dan kadar kolestrol cenderung berubah.

Contoh obat: Gemfibrosil, Fenofibrat, Klofibrat

e. Ezetimebe

Mekanisme : menggangu absobsi kolestrol dari membrane fili saluran cerna.

8

Page 9: laporan resmi kolesterol

Contoh obat : Ezetrol

f. Suplemen Minyak Ikan

Makanan tinggi omega 3 asam lemak rantai panjang tidak jenuh (dari minyak

ikan atau lebih dikenal dengan nama asam ecosapentanoat(EPA)), mengurangi

kolestrol, TG, LDL VLDL, serta meningkatkan kolestrol.

2.6 Ketan Hitam

Gambar Ketab Hitam

Gambar 2.2 Tanaman ketan hitam

Klasifikasi tanaman

Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta

Class : Monocotyledonae

Ordo : poales

Familia : poacea

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa glutinosa

9

Page 10: laporan resmi kolesterol

Kandungan Ketan Hitam

Aminopektin 12,0 gram

Kalori 346 gram

Protein 7,0 gram

Lemak 0,7 gram

Serat 3,1 gram

Vitamin B1 0,2 gram

Vitamin C 1,0 gram

Table 2.2 kandungan ketan hitam

Ketan hitam merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial sebagai sumber

karbohidrat, antioksidan, senyawa bioaktif dan serat yang penting bagi kesehatan

(Yanuar, 2009)

Pati merupakan karbohidrat utama pada ketan, pati adalah homopolimer glukosa

dengan ikatan alfa glukosida. Pati terdri dari 2 fraksi yang dapat dipisahkan dengan

air panas dimana fraksi terlarut adalah aminopektin. Perbandingan komposisi kedua

golongan pati ini sangat menentukan warna (transparan/tidak) dan tekstur nasi

(lengket, lunak, keras). Menurut Winarni (1991), didalam beras biasa sekitar 7-38%.

Pati ketan didominasi oleh amilopektin, sehingga ditanah sangat lengket.

Soemartono (1980) melaporkan bahwa dalam beras ketan hitam terdapat zat warna

yang dapat digunakan sebagai pewarna alami pada makanan. Warna beras ketan

hitam disebabkan oleh sel-sel pada kulit air yang mengadung antosianin.

2.7 Anthosianin

Anthosianin adalah salah satu grup pigmen yang pewarna merah muda sampai

biru/ungu, tersebar luar dalam tanaman dan larut dalam air. Anthosianin ditemui pada

bunga, buah –buahan dan sayur-sayuran (Harborn, 1967).

Molekul anthosianin disusun oleh sebuah aglikon (Antosianidin) yang tereksterifikasi

dengan satu atau lebih glikon (gula). Seluruh senyawa antosianin merupakan senyawa

turunan dari kation flavillium (Efendi W, 1991)

10

Page 11: laporan resmi kolesterol

Antosianin memiliki manfaat bagi kesehatan dalam mencegah kerusakan akibat

oksidasi, detoksifikasi, meningkatkan sistem imunitas tubuh, menangkap radikal

bebas dan meningkatkan logam berat seperti besi, seng, dan tembaga (Prior RI, Wux,

2006).

Struktur dasar antosianin

Gambar 2.3 Struktur dasar antosianin

Mekanisme Kerja Antosianin Sebagai Antikolesterol :

Antosianin diduga bekerja dengan cara penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase

dan meningkatkan aktivitas Lechitis Cholesterol Acyl Transferase (LCAT). LCAT

adalah enzim yang dapat mengkonversi kolesterol bebas menjadi ester kolesterol

yang lebih hidrofobik sehingga ester kolesterol dapat berikatan dengan partikel inti

lipoprotein untuk membentuk HDL baru. Hal ini dapat meningkatkan kadar HDL

serum. Efek protektif HDL terhadap progresi aterosklerosis yang disebabkan oleh

produk oksidasi dari LDL diduga karena mengangkut kolesterol dari perifer (jaringan

tubuh untuk dimetabolisme dihati dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui

paraoksonase, suatu protein antioksidan yang berasosiasi dengan HDL (Suyatna FD,

2007).

2.8 Estraksi Maserasi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut

cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam

golongan minyak atsiri, alkaloida, flavonoida dan lain-lain. Dengan diketahuinya

senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dengan

cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).

11

Page 12: laporan resmi kolesterol

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya

matahari langsung (Ditjen POM,1979).

Maserasi adalah proses pengekstraksikan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan

(kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian

konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang

kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan

pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya (Ditjen POM,

2000).

2.9 Emulsi

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi

dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (FI III.

Halaman 9).Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam

cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (FI IV. Halaman 6). Dari beberapa defini yang

tertera dapat disimpulkan bahwa emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya

terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan

dengan zat pengemulsi (emulgator)/surfaktan yang cocok.

Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat membuat

suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang tidak saling bercampur.

Dalam hal ini obat diberikan dalam bentuk bola – bola kecil bukan dalam bulk. Untuk emulsi

yang diberikan secara oral , tipe emulsi minyak dalam air memungkinkan pemberian obat

yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih enak dengan penambahan pemanis

dan pemberi rasa pada pembawa airnya , sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke

lambung (mengontrol flavour). Selain itu, alasan pemilihan bentuk emulsi karena dapat

mengatur kondisi fisik produk, seperti tekstur dan tingkat kekentalannya, dapat menekan

biaya produksi, dapat mengurangi resiko penggunaan bahan beracun, misalnya sebagai bahan

pencampur insektisida digunakan air.

Kriteria emulsi yang baik adalah:

Stabil baik secara fisik maupun khemis dalam penyimpanan

12

Page 13: laporan resmi kolesterol

Merupakan disperse homogen antara minyak dengan air

Fase dalam mempunyai ukuran partikel yang kecil dan sama besar mendekati ukuran

partikel koloid

Tidak terjadi creaming atau craking

Memiliki viskositas yang optimal, sehingga mampu menjaga stabilitas dalam

penyimpanan, serta dapat dituangkan dengan mudah

Dikemas dalam kemasan yang mendukung penggunaan dan stabilitas obat

Pada umumnya dikenal dua tipe emulsi yaitu :

a) Tipe A/M (Air/Minyak) atau W/O (Water/Oil)

Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak

merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang kurang

dari 10 - 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini dapat

diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit bercampur/dicuci

dengan air.

Pada fase ini bersifat non polar maka molekul – molekul emulsifier tersebut akan

teradsorbsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan oleh air. Akibatnya tegangan

permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase

kontinyu.

b) Tipe M/A (Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water)

Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang

terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinyu yang berupa air.

Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31 - 41% sehingga

emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat mudah dicuci.

Pada fase ini bersifat polar maka molekul – molekul emulsifier tersebut akan

teradsorbsi lebih kuat oleh air dibandingkan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air

menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase kontinyu.

13

Page 14: laporan resmi kolesterol

2.10 Evaluasi Sediaan Emulsi

Evaluasi sediaan emulsi dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari suatu sediaan emulsi

pada penyimpanan. Evaluasi ini dapat dilakukan melalui pengamatan secara organoleptis

(rasa, bau, warna, konsistensi), pengamatan secara fisika (rasio pemisahan fase, viskositas,

redispersibilitas, uji tipe emulsi, ukuran globul fase dalam, sifat aliran), pengamatan secara

kimia (pengukuran pH), secara biologi (angka cemaran mikroba).

Pengamatan sediaan meliputi:

1. Pengamatan Organoleptis

Pengamatan organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan rasa dari

sediaan emulsi pada penyimpanan pada suhu endah 5oC dan tinggi 35oC pada

penyimpanan masing-masing 12 jam.

2. Penentuan viskositas

Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran viskositas dilakukan dengna viskometer

brookfield pada 50 putaran permenit (Rpm).

Cara Menghitung Viskositas dengan menggunakan Viscometer Brookfield (DV.E

viscometer) :

a. Tekan tombol on/of yang terdapat dibagiam belakang hingga viscometer dalam

keadaan on,

b. Periksa dahulu kedudukan “mata ikan” penunjuk apakah viscometer sudah dalam

keadaan datar,

c. Tombol pengunci berfungsi agar kotakan tidak dapat turun dan naik saat kita

pakai maka tombol pengunci harus diputar hingga benar – benar terkunci rapat,

d. Tombol putaran berfungsi untuk menurunkan dan menaikkan spindle ke dalam

cairan

e. Spindle yang besar digunakan pada larutan yang cair/encer dan sebaliknya

f. Sebelum spindle di masukkan dalam cairan, maka harus dipasang dulu dengan

memegang bagian atas kemudian dipasangkan pada viscometer bagian bawah

diputar searah jarum jam. (spindle tidak boleh jatuh, cara memegangnya pada

bagian atas karena bagian bawah sangat sensitif)

14

Page 15: laporan resmi kolesterol

g. Setelah cairan dimasukkan dalam beker, spindle yang sudah terpasang dicelupkan

dalam cairan dengan tombol putaran sampai ujung bagian bawah tenggelam dan

penyangga mencapai dasar beker.

h. Tekan tombol on pada bagian belakang, kemudian nomor spindle yang

digunakan disesuaikan dengan kekentalan cairan serta kecepatannya di atur

sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.

i. Selanjutnya, tekan tombol on pada bagian depan dan baca angka yang paling

lama muncul, catatlah.

j. Jika spindle yang digunakan tidak sesuai dengan kekentalan zat cair maka data

tidak akan dapat terbaca pada layar.

3. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan dengan mencelupkan elektroda dari pH-meter digital ke

dalam sampel, yang sebelumnya telah dikalibrasi pada larutan buffer, kemudian pH-

meter dinyalakan dan ditunggu sampai layar pada pH-meter menunjukkan angka yang

stabil.

4. Pengamatan Rasio Pemisahan Fase

Pengamatan rasio pemisahan fase dilakukan dengan membandingkan tinggi fase air

(H1) dengan tinggi emulsi mula -mula (H0) dari sediaan pembanding dan sediaan uji

pada hari ke-1, 3, 7, dst.

5. Uji Redispersibilitas

Uji redispersibilitas dilakukan dengan cara mengocok masing-masing sediaan

pembanding dan sediaan uji , kemudian dihitung jumlah pengocokan yang diperlukan

sam pai sediaan emulsi terdispersi kembali. Pengujian dilakukan hari ke-1, 3, 7, dst.

6. Uji Tipe Emulsi

Uji tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan salah satu metode yaitu metode

pengenceran, caranya dengan menambahkan sejumlah air dan minyak pada sediaan dan

diamati apakah sediaan dapat tercampur dengan air atau dengan minyak, sehingga dapat

diketahui apakah terjadi perubahan tipe emulsi dari m/a menjadi a/m selama

penyimpanan. Pengujian dilakukan pada hari ke-1 dan hari terakhir.

7. Pengamatan Mikroskopik

15

Page 16: laporan resmi kolesterol

Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan cara mengukur diameter dan

distribusi frekuensi globul minyak. Pengukuran dilakukan di bawah mikroskop dengan

menggunakan mikrometer yang telah ditentukan ukuran tiap kotaknya (dikalibrasi)

dengan menggunakan hemositometer.

Diameter globul diukur dengan menggunakan rumus yang diturunkan dari

persamaan Edmunson berikut:

dimana d adalah garis tengah ekivalen, n adalah jumlah partikel dalam satu rentang

ukuran, p adalah indeks ukuran dan f adalah indeks frekuensi.

Oleh karena parameter yang dipakai adalah jumlah globul dan diameter globul,

maka rumus di atas menjadi:

dimana n adalah jumlah globul yang diamati dan d adalah interval dari rentang ukuran

globul.

8. Uji Mikrobiologi

Uji mikrobiologi dilakukan untuk mengetahui angka cemaran mikroba yang

mungkin mengkontaminasi sediaan selama penyimpanan. Uji ini dilakukan dengan

menentukan Angka Lempeng Total (ALT) yaitu penentuan jumlah koloni dari

pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah sampel diinkubasikan dalam media

pembenihan yang cocok selama 24-48 jam pada suhu 35±1ºC.

Prosedur pengujian :

a. Penyiapan alat-alat dan bahan yang telah disterilkan.

b. Homogenisasi sampel, yaitu dengan memipet 1 mL sampel yang dimasukkan ke

dalam wadah lain, yang telah berisi 9 mL larutan pengencer sehingga diperoleh

pengenceran 1:10. Sampel hasil pengenceran ini kemudian digunakan untuk

pengenceran lain apabila diperlukan.

16

Page 17: laporan resmi kolesterol

c. Sampel hasil pengenceran dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam

cawan petri steril. Dilakukan sebanyak dua kali (duplo).

d. Sebanyak 12-15 mL nutrient agar yang telah dicairkan dituang ke dalam masing-

masing cawan kemudian cawan digoyangkan perlahan-lahan sampai sampel

tercampur rata dengan nutrient agar, lalu dibiarkan sampai menjadi padat.

e. Blanko dibuat dengan mencampur air pengencer dengan nutrient agar untuk

masing-masing sampel yang diperiksa.

f. Cawan berisi sampel dimasukkan ke dalam inkubator dalam posisi terbalik dan

diinkubasikan selama 24-48 jam pada suhu 35±1ºC.

g. Pertumbuhan koloni dicatat pada setiap cawan yang mengandung 25-250 koloni

setelah 48 jam.

h. Angka lempeng total dihitung dalam 1 gram atau 1 mL sampel dengan

mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang

sesuai (SNI 19-2897-1992; Anonim, 1979).

17

Page 18: laporan resmi kolesterol

BAB III

BAHAN DAN METODELOGI

3.1. Alat dan Bahan

1. Proses pembuatan ekstrak dan uji aktivitas antihiperglikemia

Alat yang digunakan pada proses pembuatan ekstrak dan uji aktivitas

antihiperlipidemia meliputi alat-alat gelas laboratorium, pisau, blender, waterbath, desicator,

neraca hewan, neraca kasar, neraca analitik, oral sonde.

Bahan yang digunakan meliputi ketan hitam, etanol 96%, lemak sapi.

2. Proses formulasi emulsi ekstrak etanol ketan hitam

Alat yang digunakan pada proses ini adalah timbangan analitik, gelas arloji,

sendok tanduk, pengaduk, alat-alat gelas laboratorium, botol, ayakan, corong, pH

meter, viscometer.

Bahan yang digunakan adalah ekstrak etanol ketan hitam, gliserin, gom arab,

nipagin, nipasol, oleum menthae piperitae, aquadest.

3.2. Metode Praktikum

1. Proses Penginduksian lemak Gajih

18

Lemak Gajih

Diblender / Dihaluskan

Diinduksikan pada mencit 3 kali sehari selama 4-5 hari sebanyak ± 1 ml

Direbus

Page 19: laporan resmi kolesterol

Mencit dipuasakan selama 12-18 jam pada hari ke-5

Pada hari ke-5 tikus dikorbankan dengan larutan eter

Lakukan pengambilan darah sebanyak 1-2 mL dari jantung (ventrikel kanan)

Dihitung kadar kolesterol total serumnya

2. Proses Pembuatan Ekstrak Ketan Hitam

3. Prosedur pengujian efek ekstrak ketan hitam dalam menurunkan Kolesterol total

4. Perhitungan Dosis Esktrak Etanol Ketan Hitam

Dosis ekstrak ketan hitam = 1200mg/kg BB tikus

Konversi dosis ke mencit:

19

Ketan hitam yang telah dikeringkan

Diblender dan didapatkan serbuknya

Simplisia ketan hitam dimaserasi dengsn etanol 96% (1:5) selama 3 hari

Disaring, dan maserat diupkan dengan waterbath dengan suhu 50°C

Ekstrak kental yang didapatkan ditimbang dan dihitung % rendemennya

Page 20: laporan resmi kolesterol

1200 mg1000 gBB tikus

= 240 mg200 gBBtikus

Dosis untuk mencit = dosis x faktor konversi

= 240 mg

200 gBB x 0,14

= 33,6 mg/20g BB mencit

Konversi dosis mencit ke dosis untuk manusia

Dosis untuk manusia = dosis x faktor konversi

= 33,6 mg

20 g x 387,9

= 13033,44 mg/70 kg BB manusia

= 13,0334 g/70 kgBB manusia

5. Formulasi

Nama Bahan Fungsi Σ bahan II

R/ Eks. Ketan hitam Bahan aktif 7,818 g

Gliserin Pemanis 2,2107 ml

Gam arab Emulgator 8,34 g

Nipagin Pengawet 0,078 g

Nipasol Pengawet 0,042 g

Oil menthal pip Currgen 1-2 tetes

Aquadest ad 2at pembawa Ad 60 ml

Mf emulsi S 2 dd 30 ml

Air untuk gamarab = 1,5 x berat gam arab = 1,5 x 8,34 = 12,51 ml

20

Page 21: laporan resmi kolesterol

6. Prosedur pembuatan Emulsi ekstrak ketan hitam

3.3 Evaluasi

1. Pengamatan Organoleptis

21

Ekstrak ketan hitam 7,818 g dituang dimortir

Gom arab 8,34 g didisasikan merata ke dalam minyak dari ekstrak ketan hitam

Ditambahkan air sebanyak 12,51 ml ke dalam mortir 5 secara sekaligus

Digerus sampai terbentuk corpus emulsi

Ditambahkan gliserin 2,2 ml sambil gerus

Masukkan larutan nipagin ke dalam mortir

Masukkan larutan nipasol ke dalam mortir

Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit hingga mencapai volume kira-kira 55ml

Pindahkan ke dalam botol 60 ml

Ditambahkan oil menth pip 1-2 tetes

Terbentuk Emulsi ketan hitam

Page 22: laporan resmi kolesterol

Cara : Emulsi dituang ke dalam BG dan diamati warna, bau dan rasa.

2. Uji pH

Cara : Emulsi dituang ke dalam BG secukupnya dan diukur pHnya dengan pH

universalindikator.

3. Pengamatan Rasio Pemisahan Fase

Cara :

- emulsi dituang ke pada sebuah gelas ukur 10 ml

- catat tinggi air (H1) dan tinggi emulsi (Hu)

- bandingkan tinggi fase air dengan tinggi emulsi

4. Uji Redispersibilitas

Cara :

- Dituang ke pada sebuah gelas ukur 10 ml

- dikocok sampai sediaan emulsi terdispersi kembali

- jumlah pengocokan yang dilakukan dihitung

5. Uji Tipe Emulsi

Metode pengenceran

Cara :

- Sejumlah air ditambahkan ke dalam emulsi

- sejumlah minyak ditambahkan ke dalam emulsi

- dilihat apakah sediaan bercampur dengan air atau minyak

Metode dengan kertas saring

Cara :

- Emulsi diteteskan pada kertas saring

- jika kertas saring basah → tipe O/W

22

Page 23: laporan resmi kolesterol

- jika kertas saring timbul noda minyak → tipe W/O

6. Uji Viskositas dengan Viskometer Cup & Bub

Cara :

- Rangkai alat viskometer sesuai dengan petunjuk

- pasang rotor pada cup & bahan yang dimasukkan di dalamnya hingga seluruh

permukaan rotor terendam

- gunakan rotor yang paling besar atau dengan skala terkecil

- pastikan viskometer terhubung dengan aliran listrik

- tekan tombol on, rotor akan berputar (rotor tidak boleh terlalu dekat dengan dinding

permukaan cup)

- baca skala yang ditunjuk oleh jarum

- apabila tidak terbaca (jarum keluar di skala) maka rotor diganti dengan skala yang

lebih besar

7. Uji Berat Jenis dengan Piknometer

Cara :

- Timbang piknometer 25 cc kosong (W1 g)

- isi piknometer dengan solvent & bersihkan kelebihan pada ujungnya dan timbang

piknometer + solvent (W1’ g)

- hitung bobot solvent (W1’ g – W1 g) = W2 g

- tuang sebagian solvent 2 – 3 cc ke dalam tabung bersih

- timbang teliti 1 – 1,5 g bahan (W3 g)

- masukkan secara kuantitatif bahan tersebut ke dalam piknometer yang berisi solvent

sebagian

- tambahkan solven ke dalam piknometer sampai tanda batas & timbang (W4 g)

- hitung bobot jenis benar dengan rumus sbb :

ρ = W 2 . W 3

[2S {(W 2 + W3) - (W 4 − W1)}]

23

Page 24: laporan resmi kolesterol

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

4.1 Pembuatan Simplisia Ketan Hitam

a. Proses penyangraian ketan hitam

Gambar 4.1 Hasil Sangrai ketan hitam

b. Penggilingan ketan hitam

Organoleptis:

Warna : abu-abu

Bentuk : serbuk

Rasa : tidak berasa

Gambar 4.2 Hasil giling ketan hitam

24

Page 25: laporan resmi kolesterol

c. Ekstraksi ketan hitam

Serbuk ketan hitam yang sudah di maserasi dengan etanol 96 % di panaskan diatas

waterbath sampai menghasilkan ekstrak kental minyaknya.

Gambar 4.3 Hasil ekstak ketan hitam

Jumlah serbuk ketan hitam : 560 gram

Jumlah ekstrak ketan hitam : 12,99 gram

% rendemen = Berat ekstrak

Berat simplisia x 100 %

= 12,99 gram560 gram

x 100 %

= 2,31 %

d. Hasil formulasi emulsi

Gambar 4.4 Emulsi dari ketan hitam

25

Page 26: laporan resmi kolesterol

4.2 Evaluasi Emulsi Ketan Hitam

1. Pengamatan Organoleptis

warna : coklat susu

bau : khas ketan

rasa : masih terasa seperti minyak

2. Uji pH

Uji pH ini menggunakan pH kertas universalindikator dan diperoleh pH emulsi ketan

hitam yaitu pH 6.

Gambar 4.5 Hasil PH emulsi

3. Pengamatan Rasio Pemisahan Fase

Rasio pemisahan fase =

H1

H0

= 44 = 1 cm

Tidak terjadi pemisahan

26

Page 27: laporan resmi kolesterol

Gambar 4.6 hasil rasio pemisahan emulsi

4. Uji Redispersibilitas

Jumlah pengocokan = 0 kali → karena emulsi yang terbentuk sudah homogen

(tidak pecah)

Gamba 4.7 uji redispersibilitas

1.8 Uji Tipe Emulsi

Uji tipe emulsi ini dilakukan dengan metode pengenceran dan metode dengan kertas

saring.

Hasil yang didapatkan dengan menggunakan metode pengenceran yaitu emulsi

bercampur dengan air.

27

Page 28: laporan resmi kolesterol

Gambar 4.8 uji tipe emulsi dengan metode pengenceran

Hasil yang didapatkan dengan menggunakan metode dengan kertas saring yaitu

kertas saring basah jadi emulsi tersebut adalah emulsi tipe O/w

Gambar 4.9 uji emulsi dengan metode kertas saring

8. Uji Viskositas dengan Viskometer Cup & Bub

Cara :

- rangkai alat viskometer sesuai dengan petunjuk

- pasang rotor pada cup & bahan yang dimasukkan di dalamnya hingga seluruh

permukaan rotor terendam

- gunakan rotor yang paling besar atau dengan skala terkecil

- pastikan viskometer terhubung dengan aliran listrik

28

Page 29: laporan resmi kolesterol

- tekan tombol on, rotor akan berputar (rotor tidak boleh terlalu dekat dengan dinding

permukaan cup)

- baca skala yang ditunjuk oleh jarum

- apabila tidak terbaca (jarum keluar di skala) maka rotor diganti dengan skala yang

lebih besar

9. Uji Berat Jenis dengan Piknometer

Setelah selesai uji berat jenis maka dihitung bobot jenis benar dengan rumus sbb :

ρ = W 2 . W 3

[2S {(W 2 + W3) - (W 4 − W1)}]

→ Hasil Pengamatan :

- bobot piknometer kosong(W1 g) = 20,86 g

- bobot piknometer + solvent (W1’ g) = 70,62 g

- bobot solvent (W1’ g – W1 g) = W2 g = 49,76 g

- bobot bahan (W3 g) = 1,5 g

- bobot piknometer + solvent + bahan (W4 g) = 70,92 g

ρ = 49,75 . 1,5

( 25 (49,76 + 1,5 ) - (70,92 - 20,86 ) )

=

74,6425 (51,26 - 50,06 )

=

74,6430

= 2,488

29

Page 30: laporan resmi kolesterol

Gambar 4.10 uji Berat jenis dengan piknometer

30

Page 31: laporan resmi kolesterol

BAB V

PEMBAHASAN

Ketan merupakan salah satu varietas dari padi yang merupakan tumbuhan semusim.

Helaian daun berbentuk garis dengan panjang 15 sampai 50 cm. Pada waktu masak, buahnya

yang berwarna ada yang rontok dan ada yang tidak. Buah yang dihasilkan dari tanaman ini

berbeda ada yang kaya pati dan ini disebut beras, sedangkan buah kaya perekat disebut ketan

(Hasanah, 2008).

Salah satu kandungan dari ketan hitam yang dapat menurukan kolesterol adalah

antosianin. Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas

dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab hampir

semua warna merah jambu, merah, ungu, dan biru dalam bunga, daun, dan buah pada

tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik

tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan

atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilisasi atau glikosilasi.

Praktikum kali ini kami menguji aktivitas hiperlipidemia dengan menggunakan ekstrak

etanol serbuk ketan hitam yang diujikan pada mencit. Ekstrak ketan hitam yang digunakan

tersebut dihasilkan dari metode maserasi dengan pelarut etanol 96%.

Pemilihan pelarut dalam prosedur ekstraksi menentukan keberhasilan penentuan aktivitas

bioaktif dari material yang diteliti. Sifat pelarut yang ideal diantaranya memiliki toksisitas

yang rendah, mudah diuapkan dengan panas yang rendah, mengabsorpsi fisiologis cepat

ekstrak, memiliki aktivitas menjaga zat aktif dalam ekstraksi, tidak menyebabkan ektrak

untuk mengadakan kompleksiasi maupun disasosiasi dan tidak menggangu bioassay (Das et

al., 2009).

Tetapi dari segi keamanan maupun toksisitas, etanol lebih dipilih sebagai pelarut dibanding

bahan lainya (Dai and Mumper, 2010).

Organoleptis simplisia ketan hitam yang didapatkan :

Warna = abu-abu

Bentuk = serbuk

Rasa = tidak berasa

31

Page 32: laporan resmi kolesterol

Maserasi adalah suatu metode ekstraksi dengan cara merendam sampel menggunakan

pelarut dengan atau tanpa pengadukan. Metode maserasi digunakan untuk mengekstrak

sampel yang relatif mudah rusak oleh panas. Metode ini dilakukan dengan merendam contoh

dalam suatu pelarut baik tunggal ataupun campuran dengan lama waktu tertentu (umumnya

1-2 hari perendaman) tanpa pemanasan (Houghton dan Rahman, 1998).

Perendaman bahan yang dilakukan pada proses maserasi akan dapat menaikkan

permeabilitas dinding sel melalui tiga tahapan:

masuknya pelarut ke dalam dinding sel dan membengkakannya.

Senyawa yang terdapat pada dinding sel akan lepas dan masuk ke dalam

pelarut.

Difusi senyawa yang terekstraksi oleh pelarut keluar dari dinding sel. Proses ekstraksi

padat-cair dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu lama ekstraksi, suhu yang digunakan,

pengadukan, dan banyaknya pelarut yang digunakan (Harborne, 1996).

Pengujian efek ekstrak ketan hitam dalam menurunkan Kolesterol total dalam praktikum kali

ini kita tidak melakukan karena tidak tersedianya alat yang digunakan untuk mengukur kadar

kolesterol total serum mencit tersebut.

Praktikum kali ini sediaan yang dibuat adalah emulsi, bahan aktif yang digunakan

yaitu dari ektrak etanol ketan hitam. Dosis ekstrak ketan hitam yang digunakan dihasilkan

dari konversi mencit ke manusia yaitu mendapatkan 7,818 g untuk sediaan emulsi 60 ml.

Formulasi emulsi ketan hitam yang dbuat oleh kami yaitu terdiri dari bahan aktif

ektrak etanol, CMC Na sebagai suspending agen, gliserin sebagai humectan, sorbitol 70%

sebagai pemanis, Na Benzoat sebagai pengawet, aquadest sebagai zat pembawa.

Emulsi yang dibuat adalah emulsi tipe O/w dan organoleptis yang didapat yaitu :

warna : coklat susu

bau : khas ketan

rasa : masih terasa seperti minyak

32

Page 33: laporan resmi kolesterol

PH emulsi ketan hitam diukur dengan menggunakan kertas universalindikator dan

diperoleh pH emulsi ketan hitam yaitu pH 6. Pengamatan rasio pemisahan fase yang

dilakukan tidak terjadi pemisahan dan uji redispersibilitas yang dilakukan emulsi tersebut

tidak terpecah karena emulsi yang terbentuk sudah homogen.

Uji tipe emulsi ini dilakukan dengan metode pengenceran dan metode dengan kertas saring.

Hasil yang didapatkan dengan menggunakan metode pengenceran yaitu emulsi bercampur

dengan air dan yang menggunakan metode kertas saring yaitu kertas saring basah jadi

emulsi tersebut adalah emulsi tipe O/w. Setelah uji berat jenis dengan piknometer dihitung

bobot jenisnya yaitu mendapatkan 2,488.

33

Page 34: laporan resmi kolesterol

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kolesterol adalah suatu zat lemak yang terdapat pada seluruh produk binatang

(contoh : daging, produk susu dan telur). Kolesterol sangat dibutuhkan bagi tubuh dan

digunakan untuk membentuk membran sel, memproduksi hormon seks dan membentuk

asam empedu, yang diperlukan untuk mencerna lemak. Kolesterol sangat dibutuhkan

untuk memperoleh kesehataan yang optimal. Bila kadar kolesterol didalam darah terlalu

tinggi akan terjadi pengendapan pada dinding pembuluh darah, dan ini dapat

mengakibatkan resiko tinggi terhadap penyakit jantung (Vella, 2001). Sediaan yang

dibuat untuk kolesterol adalah emulsi, bahan aktif yang digunakan yaitu dari ektrak

etanol ketan hitam. Dosis ekstrak ketan hitam yang digunakan dihasilkan dari

konversi mencit ke manusia yaitu mendapatkan 7,818 g. Emulsi yang dibuat adalah

emulsi tipe O/w dan organoleptis yang didapat yaitu berwarna coklat susu, berbau

khas ketan dan rasa masih terasa seperti minyak. PH emulsi ketan hitam diukur

dengan menggunakan kertas universalindikator dan diperoleh pH emulsi ketan hitam

yaitu pH 6. Pengamatan rasio pemisahan fase yang dilakukan tidak terjadi pemisahan

dan uji redispersibilitas yang dilakukan emulsi tersebut tidak terpecah karena emulsi

yang terbentuk sudah homogen. Uji tipe emulsi ini dilakukan dengan metode

pengenceran dan metode dengan kertas saring. Hasil yang didapatkan dengan

menggunakan metode pengenceran yaitu emulsi bercampur dengan air dan yang

menggunakan metode kertas saring yaitu kertas saring basah jadi emulsi tersebut

adalah emulsi tipe O/w. Setelah uji berat jenis dengan piknometer dihitung bobot

jenisnya yaitu mendapatkan 2,488.

B. Saran

Disarankan kepada praktikum selanjutnya untuk melakukan uji aktivitas

antihiperlipidemia dari ekstrak ketan hitam pada mencit dan untuk uji pembuatan

sediaan emulsi yang lebih baik.

34

Page 35: laporan resmi kolesterol

DAFTAR PUSTAKA

Adam, J. M. F., 2009. Dislipidemia. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata,

M., Setiati, S. (ed.) : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III. Jakarta : Pusat

penerbit IPD FK UI hal: 1984.

Departemen Kesehatan Indonesia. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2000.

Ketaren S. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press; 1986. Pustaka, Jakarta.

Lewis, et al. New Insights Into the Regulation of HDL Metabolism and Reverse Cholesterol

Transpor. 2005

Murray RL, Granner DK, Mayes PS, Rodwell VW. Biokimia Harper Edisi 24. 1996.

Terjemahan oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC;1996.

Satoto, dkk. 1998. Kegemukan, Obesitas dan Penyakit Degeneratif Epidemiologi dan Strategi

Penanggulangan. Widyakarta Nasional Pangan dan Giji VI.LIPI : Jakarta.

Sudarmanto Y. Pengaruh Pemberian Minyak Goreng Bekas Pakai terhadap Perubahan

Sel-Sel Hati dan Kadar Enzim Serum Transaminase Mencit Jantan Galur Swiss

Derived. Skripsi. Jember: Fakultas Kedokteran Universitas Jember; 2006.

Sunaryo, H. dkk. (1985). Pengaruh Pemberian Kurkuminoid Curcuma Domestica val

terhadap Kadar Kolesterol HDL Serum Tikus Putih. Simposium Temulawak.

Sutejo IR. Pengaruh Pemberian Minyak Goreng Bekas Pakai Terhadap Perubahan Sel-Sel

Hati dan Kadar Kolesterol Serum Mencit. [Skripsi]. Jember: Fakultas Kedokteran

Universitas Jember; 2006.

35

Page 36: laporan resmi kolesterol

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kemasan dan Etiket

36

Page 37: laporan resmi kolesterol

Lampiran 2. Brosur

37

GLUTINOLIPID Emulsi ® EMULSI EKSTRAK Oryza Sativa Glutinosa (KETAN HITAM)

PENURUN KOLESTEROL TOTAL

KOMPOSISI :Ekstrak Ketan Hitam …………………………………….………… 7,818 g

FARMAKOLOGI :GLUTENOLIPID Emulsi® merupakan suatu obat herbal terstandar dari Ekstrak Ketan Hitam yang memiliki kemampuan untuk menurunkan Kolesterol Total serum pada penderita hiperkolesterolemia primer. Ekstrak Ketan Hitam dengan dosis 1200mg/kgBB dapat menurunkan kadar kolesterol total serum yang tidak berbeda signifikan dengan Simvastatin sebagai control positif.GLUTENOLIPID Emulsi® dapat menurunkan kadar kolesterol total dan LDL dalam plasma, dapat meningkatkan kadar HDL serum, serta dapat berfungsi sebagai antioksidan untuk meningkatkan metabolisme kolesterol menjadi asam empedu, dan meningkatkan ekskresi asam empedu melalui feses.

MEKANISME KERJA:Ekstrak Ketan Hitam memiliki aktivitas antihiperkolesterolemia karena adanya senyawa Antosianin. Antosianin diduga bekerja dengan cara

penghambatan terhadap HMG- CoA reduktase dan meningkatkan aktivitas Lechitin Cholesterol Acyl Transferase (LCAT).Penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sintesis kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor LDL yang terdapat dalam membran sel hati dan jaringan ekstrahepatik, sehingga kadar kolesterol total dan LDL dalam plasma LCAT merupakan enzim yang dapat mengkonversi kolesterol bebas menjadi ester kolesterol yang lebih hidrofobik, sehingga ester kolesterol dapat berikatan dengan partikel inti lipoprotein untuk membentuk HDL baru. Hal ini akan meningkatkan kadar HDL serum.Aktivitas dari senyawa-senyawa antioksidan dalam ketan hitam dapat mencegah terjadinya oksidasi LDL sehingga dapat meningkatkan metabolisme kolesterol menjadi asam empedu, dan meningkatkan ekskresi asam empedu melalui feses.

INDIKASI :Penurunan kadar kolesterol total pada penderita hiperkolesterolemia primer, jika respon terhadap diet dan tindakan non farmakologis lain tidak memadai.

ATURAN PAKAI:Dewasa : 2 × sehari 30 mL

KOCOK DAHULU SEBELUM DIPAKAI

PENYIMPANAN :