laporan resmi kolesterol

56
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia angka kejadian penyakit kardiovaskular menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Penyakit kardiovaskular mengalami kenaikan yang cukup pesat dan merupakan penyebab kematian nomor satu di kawasan Asia Pasifik. Salah satu penyebab terjadinya penyakit kardiovaskular adalah adanya perubahan pola makan, dimana kecenderungan masyarakat modern mengkonsumsi makanan yang cepat saji. Makanan cepat saji ini biasanya kita jumpai dalam bentuk gorengan. Salah satu penyebab bahaya dari makanan gorengan adalah jika minyak goreng digunakan berkali-kali untuk menggoreng. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudarmanto, 2006 menyatakan bahwa konsumsi minyak goreng 27 kali dapat mempengaruhi fungsi hati, kadar enzim serum transaminase hati, kadar bilirubin serum dan kadar kolesterol total. Minyak yang dipanaskan berkali-kali, akan mengalami proses kerusakan dan merupakan toksikan bagi hati, diantaranya adalah asam lemak siklik, aldehid trigliserida, trigliserida 1

Upload: riyas-luphh-iteemm-poreper

Post on 05-Feb-2016

54 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kolesterol

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Resmi kolesterol

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia angka kejadian penyakit kardiovaskular menunjukkan

peningkatan dari tahun ke tahun. Penyakit kardiovaskular mengalami

kenaikan yang cukup pesat dan merupakan penyebab kematian nomor

satu di kawasan Asia Pasifik. Salah satu penyebab terjadinya penyakit

kardiovaskular adalah adanya perubahan pola makan, dimana

kecenderungan masyarakat modern mengkonsumsi makanan yang cepat

saji. Makanan cepat saji ini biasanya kita jumpai dalam bentuk

gorengan. Salah satu penyebab bahaya dari makanan gorengan adalah jika

minyak goreng digunakan berkali-kali untuk menggoreng.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudarmanto, 2006

menyatakan bahwa konsumsi minyak goreng 27 kali dapat

mempengaruhi fungsi hati, kadar enzim serum transaminase hati, kadar

bilirubin serum dan kadar kolesterol total. Minyak yang dipanaskan

berkali-kali, akan mengalami proses kerusakan dan merupakan toksikan

bagi hati, diantaranya adalah asam lemak siklik, aldehid trigliserida,

trigliserida hidroperoksida, aldehid, keton, akrilamid, heterosiklik

aromatik amin, dan polisiklik aromatik hidrokarbon.

Minyak goreng yang dipanaskan menghasilkan radikal bebas berupa

asam lemak bebas yang terbentuk melalui proses oksidasi dari

pemecahan ikatan rangkap (Ketaren, 1986). Peningkatan jumlah radikal

bebas dapat menyebabkan kerusakan asam nukleat, protein dan membran

lipid sehingga dapat menimbulkan kanker dan kerusakan hati (Usoh,

2005). Hati memegang peranan penting dalam pengangkutan dan

metabolisme lemak, diantaranya produksi getah empedu untuk ekskresi

kolesterol, mempunyai sistem enzim yang dapat mensintesis dan oksidasi

asam lemak, mengubah asam lemak menjadi asam empedu dan

berperan dalam metabolisme lipoprotein (Murray, 1996). Sehingga

1

Page 2: Laporan Resmi kolesterol

kerusakan dan toksikan pada hati dapat mengganggu metabolisme dan

ekskresi kolesterol dari dalam tubuh.

Saat ini telah diteliti begitu banyak tanaman yang dapat bermanfaat

sebagai obat. Salah satu tanaman yang belum banyak diteliti khasiatnya

adalah ketan hitam (Oryza sativa Linn. varglutinosa). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Xia, et al (Xia, 2006), beras merah dan

beras hitam mengandung antioksidan jenis antosianin yang dapat

digunakan dalam terapi hipolipidemik, menstabilkan pembentukan plak

atherosklerosis dan meningkatkan level antioksidan pada kelinci yang

diberi diet tinggi kolesterol.

Beras dan ketan merupakan tanaman yang berada pada famili yang

sama, sehingga diduga memiliki kandungan senyawa kimia yang hampir

sama. Oleh sebab itu akan dilakukan penelitian mengenai : “Aktivitas

ekstrak etanol ketan hitam untuk menurunkan kadar kolesterol total

serum pada mencit”. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan nilai manfaat dari ketan hitam serta dapat digunakan

sebagai sumber baru untuk terapi antikolesterol.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana aktivitas ekstrak etanol ketan hitam sebagai

anthihiperlipidemia?

Bagaimana cara memformulasikan ekstrak ketan hitam dalam

sediaan emulsi?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui aktivitas ekstrak etanol ketan hitam sebagai

anthihiperlipidemia.

Mengetahui cara memformulasikan ekstrak ketan hitam dalam

sediaan emulsi.

2

Page 3: Laporan Resmi kolesterol

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang pembuatan ekstrak

etanol ketan hitam dalam sediaan emulsi.

2. Bagi mahasiswa

Menambah wawasan tentang manfaat ketan hitam sebagai

antihiperlipidemia dan menambah wawasan tentang cara pembuatan

sediaan emulsi.

3. Bagi kesehatan

Menambah pengetahuan dan informasi baggi mahasiswa yang akan

melakukan penelitian lebih lanjut.

4. Bagi masyarakat

Memberi gambaran dan informasi tentang potensi kulit buah manggis

sebagai antihiperlipidemia dalam sediaan emulsi.

3

Page 4: Laporan Resmi kolesterol

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lipid Plasma

Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam

lemak bebas yaitu tidak larut dalam cairan plasma. Oleh karena itu sifat lipid yang

susah larut dalam cairan plasma, maka perlu dibuat bentuk yang terlarut. Untuk itu

dibutuhkan suatu zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan nama

apolipoprotein/apoprotein. Pada saat ini dikenal dengan 9 jenis apoprotein yang

diberi nama secara alfabetis (Apo A, Apo B, Apo C, Apo D, Apo E). Senyawa lipid

dan apoprotein ini dikenal dengan nama Lipoprotein, yang bersifat larut dalam air.

Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju

tempat penggunaannya. Lipoprotein dibagi menjadi 5 golongan besar, yaitu :

a. Kilomikron

- Dibentuk didalam sel epitel usus. Mengandung Apo A, Apo B, Apo C.

- Komponen terbanyak Trigliserida (80%) dan kolesterol ester (5%).

- Fungsi membawa Trigliserida dari makanan dalam usus ke jaringan lemak, dan

membawa kolesterol dari makanan dalam usus ke hati.

b. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)

- Dibentuk dalam sel hati.

- Komponen 60% Trigliserida dan 10-15% kolesterol.

- Mengandung Apo B, Apo C.

- Fungsinya mengangkut Trigliserida ke jaringan perifer.

c. Intermedian Density Lipoprotein (IDL)

- Dibentuk dalam intravaskular.

- Komponen 30% trigliseridadan lebih banyak mengandung kolesterol.

- Mengandung Apo B dan Apo D.

- IDL adalam zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi

LDL, tidak terdapat dalam jumlah besar kecuali terjadi hambatan konversi lebih

lanjut.

d. Low Density Lipoprotein (LDL)

4

Page 5: Laporan Resmi kolesterol

- Dibentuk dalam intravaskuler (sirkuasi darah).

- Komponen paling banyak mengandung kolesterol (50)% dan TG 10%.

- Mengandung Apo B.

- Fungsinya mengandung sebagian besar 70% kolesterol darah dari hati ke

jaringan. Jika LDL tinggi menyebabkan Atherosclorosis.

e. High Density Lipoprotein (HDL)

- Dibentuk dihati dan usus.

- Komponen fosfolipid, kolesterol, sedikit TG.

- Mengandung Apo A dan Apo C.

- Fungsinya mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan periver ke hati.

HDL merupakan lipoprotein protektif yang menurunkan resiko penyakit jantung

koroner (Adam, 2009).

2.2 Definisi Hiperlipida

Hiperlipidemia adalah peningkatan dari salah satu atau lebih dari

kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid, atau trigliserida. Kadar lipid yang

abnormal dapat berkontribusi pada penyakit jantung koroner, pheripherd

vaskuler disease, stroke, dll. Pasien dengan hiperlipidemia juga memiliki

hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia atau gabungan keduannya

(Braundwald, 2001).

Hiperkolesterolemia adalah suatu peningkatan dari total kolesterol (TC)

dengan kadar Trigliserida yang normal. Hal ini biasanya berhubungan dengan

peningkatan kolesterol LDL karena kolesterol LDL membawa ± 65-75% total

kolesterol plasma (Braundwald, 2001).

Hipertrigliseridemia terjadi bila adanya kenaikan trigliserida (TG),

dimana hal ini merupakan faktor resiko independent untuk penyakit jantung

koroner. Walaupun pengobatan untuk hipertrigliseridemia bergantung pada

penyebab kenaikan kenaikan TG dan tingkat keparahannya, tujuan terapi utama

adalah untuk memcapai target kolesterol-LDL yang optimal (Braundwald,

2001).

2.3 Klasifikasi

5

Page 6: Laporan Resmi kolesterol

Klasifikasi dislipidemia dapat berdasarkan atas primer yang tidak jelas

penyebabnya dan sekunder yang mempunyai penyakit dasar seperti pada

syndrom nefrotik, DM, hipertioridesme. Selain itu, klasifikasi dislipidemia dapat

juga dibagi berdasarkan profil lipid yang menonjol seperti hiperkolesterolemia,

hipertrigliseridemia, isolated low HDL-cdesterol dan dislipidemia campuran

(Adam, 2009).

Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan Trigliserida

menurut NCEP ATP III, 2001 (mg/dl).

Kolesterol total

<200 Optimal

200-239 Diinginkan

≥240 Tinggi

Kolesterol LDL

<100 Optimal

100-129 Mendekati optimal

130-159 Diinginkan

160-189 Tinggi

≥190 Sangat tinggi

Kolesterol HDL

<40 Rendah

≥60 Tinggi

Trigliserida

<150 Optimal

150-199 Diinginkan

200-499 Tinggi

≥500 Sangat tinggi

Tabel 2.1 Kadar Lipid Serum Normal

Melalui tabel 2.1 di atas, pasien hiperlipidemia adalah bila terdapat

peningkatan dari salah satu atau lebih dari kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid,

atau trigliserid. Kadar lipid yang abnormal dapat berkontribusi pada

6

Page 7: Laporan Resmi kolesterol

penyakit jantung koroner, peripheral vascular disease, stroke, dan problem

kesehatan lainnya. Pasien dengan hiperlipidemia juga memiliki

hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, atau gabungan dari keduanya

(Braundwald, 2001).

2.4 Patofisiologi Hiperlipidemia

Bila adanya defek atau gangguan pada jalur metabolisme (gambar 2.1)

maka dapat terjadi hiperlipoproteinemia. Defek ini dapat disebabkan karena

produksi berlebihan dari hipoprotein atau adanya penurunan katabolisme lipid.

Konsentrasi lipoprotein bergantung pada keseimbangan antara masukan dan

bersihan. Pada kondisi stabil, masukan dan pengeluaran lipoprotein adalah

konstan. Saat terjadi peningkatan dari masukan hipoprotein, terjadi mekanisme

kompensasi untuk mengatasi kenaikan tersebut. Pada beberapa kasus,

kompensasi dapat hamper sempurna dan peningkatan konsentrasi lipoprotein

dapat diminimalkan. Namun, pada kasus lain yang kompensasinya tidak

sempurna bahkan buruk dapat berkembang menjadi hiperlipodemia.

Ketidakseimbangan masukan dan bersihkan itu dapat terjadi bila adanya

penurunan bersihan (clearance LDL), terhambatnya lipolisis adanya Remmant

removel defect dan produksi lipoprotein yang berlebihan (Grundy, 1984).

Gambar 2.1 Tahap utama dalam metabolisme lipid yang mengandung apo B-100

7

Page 8: Laporan Resmi kolesterol

2.5 Farmakoterapi Hiperlipidemia

1) Tujuan terapi : penurunan kolestrol total dan LDL untuk mengurangi resiko

pertama, berulang dari infark miokardiak, angia, gagal jantung, stroke iskemia

atau kejadian lain pada penyakit arterial perifer seperti carotid stenosis atau

aneurisme aortic abdominal.

2) Terapi Non-Farmakologis : terapi diet (menurunkan konsumsi lemak total,

lemak jenuh dan kolestrol), pengurangan berat badan dan peningkatan aktifitas

fisik.

3) Terapi Farmakologi :

a. Resin asam empedu

Mekanisme : resin menurunkan kadar kolestrol dengan cara mengikat

asam empedu dalam usus, sehingga pada akhirnya akan menghambat

absorbs kolestrol yang akan di buang bersama tinja serta menurunkan

LDL.

Contoh : Kolestiramin, kolestipol

b. Inhibitor Hmg CoA Reduktase

Mekanisme : statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolestrol

dalam hati dengan mengambat enzim reduktase. Serta peningkatan

jumlah reseptor LDL pada membrane sel hepatosid akan menurunkan

kadar kolestrol lebih besar lagi. Selain LDL, VLDL dan IDL juga

menurunkan, tapi HDL meningkat.

Statin merupakan agen penurunan kolestrol total dan LDL yang paling

poten toleransi paling baik.

Contoh : Atoruastatin, Fluvastatin, Lovastatin, Simvastatin.

c. Niasin

Mekanisme : mengurangi sintetis hepatic VLDL yang akan mengarah

pada pengurangi sintesis LDL.

d. Asam Fibrat

Mekanisme : efektif dalam penurunan VLDL, tetapi akibatnya terjadi

peningkatan LDL dan kadar kolestrol cenderung berubah.

Contoh obat: Gemfibrosil, Fenofibrat, Klofibrat

8

Page 9: Laporan Resmi kolesterol

e. Ezetimebe

Mekanisme : menggangu absobsi kolestrol dari membrane fili saluran

cerna.

Contoh obat : Ezetrol

f. Suplemen Minyak Ikan

Makanan tinggi omega 3 asam lemak rantai panjang tidak jenuh (dari

minyak ikan atau lebih dikenal dengan nama asam

ecosapentanoat(EPA)), mengurangi kolestrol, TG, LDL VLDL, serta

meningkatkan kolestrol.

2.6 Ketan Hitam

Gambar Ketab Hitam

Gambar 2.2 Ketan Hitam

Klasifikasi tanaman

Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta

Class : Monocotyledonae

Ordo : poales

Familia : poacea

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa glutinosa

9

Page 10: Laporan Resmi kolesterol

Kandungan Ketan Hitam

No Kandungan Jumlah gram

1 Aminopektin 12,0 gram

2 Kalori 346 gram

3 Protein 7,0 gram

4 Lemak 0,7 gram

5 Serat 3,1 gram

6 Vitamin B1 0,2 gram

7 Vitamin C 1,0 gram

Tabel 2.2 Kandungan Ketan Hitam (Soeharto, Iman 2004:28).

Ketan hitam merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial sebagai

sumber karbohidrat, antioksidan, senyawa bioaktif dan serat yang penting bagi

kesehatan (Yanuar, 2009).

Pati merupakan karbohidrat utama pada ketan, pati adalah homopolimer glukosa

dengan ikatan alfa glukosida. Pati terdri dari 2 fraksi yang dapat dipisahkan

dengan air panas dimana fraksi terlarut adalah aminopektin. Perbandingan

komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna (transparan/tidak)

dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras). Menurut Winarni (1991), didalam beras

biasa sekitar 7-38%. Pati ketan didominasi oleh amilopektin, sehingga ditanah

sangat lengket.

Soemartono (1980) melaporkan bahwa dalam beras ketan hitam terdapat zat

warna yang dapat digunakan sebagai pewarna alami pada makanan. Warna beras

ketan hitam disebabkan oleh sel-sel pada kulit air yang mengadung antosianin.

2.7 Anthosianin

Anthosianin adalah salah satu grup pigmen yang pewarna merah muda sampai

biru/ungu, tersebar luar dalam tanaman dan larut dalam air. Anthosianin ditemui

pada bunga, buah –buahan dan sayur-sayuran (Harborn, 1967).

Molekul anthosianin disusun oleh sebuah aglikon (Antosianidin) yang

tereksterifikasi dengan satu atau lebih glikon (gula). Seluruh senyawa antosianin

merupakan senyawa turunan dari kation flavillium (Efendi W, 1991)

10

Page 11: Laporan Resmi kolesterol

Antosianin memiliki manfaat bagi kesehatan dalam mencegah kerusakan akibat

oksidasi, detoksifikasi, meningkatkan sistem imunitas tubuh, menangkap radikal

bebas dan meningkatkan logam berat seperti besi, seng, dan tembaga (Prior RI,

Wux, 2006).

Struktur dasar antosianin

Gambar 2.3 Struktur dasar antosianin

Mekanisme Kerja Antosianin Sebagai Antikolesterol :

Antosianin diduga bekerja dengan cara penghambatan terhadap HMG-CoA

reduktase dan meningkatkan aktivitas Lechitis Cholesterol Acyl Transferase

(LCAT). LCAT adalah enzim yang dapat mengkonversi kolesterol bebas

menjadi ester kolesterol yang lebih hidrofobik sehingga ester kolesterol dapat

berikatan dengan partikel inti lipoprotein untuk membentuk HDL baru. Hal ini

dapat meningkatkan kadar HDL serum. Efek protektif HDL terhadap progresi

aterosklerosis yang disebabkan oleh produk oksidasi dari LDL diduga karena

mengangkut kolesterol dari perifer (jaringan tubuh untuk dimetabolisme dihati

dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui paraoksonase, suatu protein

antioksidan yang berasosiasi dengan HDL (Suyatna FD, 2007).

2.8 Estraksi Maserasi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu

pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat

digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, flavonoida dan lain-lain.

Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan

mempermudah pemilihan pelarut dengan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM,

2000).

11

Page 12: Laporan Resmi kolesterol

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya

matahari langsung (Ditjen POM,1979).

Maserasi adalah proses pengekstraksikan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan

pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan

pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama

dan seterusnya (Ditjen POM, 2000).

2.9 Emulsi

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,

terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan

yang cocok (FI III, Halaman 9). Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu

cairannya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (FI IV, Halaman

6). Dari beberapa definisi yang tertera dapat disimpulkan bahwa emulsi adalah sistem

dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk

butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi (emulgator)/surfaktan yang

cocok.

Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat

membuat suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang tidak saling

bercampur. Dalam hal ini obat diberikan dalam bentuk bola – bola kecil bukan dalam

bulk. Untuk emulsi yang diberikan secara oral , tipe emulsi minyak dalam air

memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang

lebih enak dengan penambahan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya ,

sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke lambung (mengontrol flavour). Selain

itu, alasan pemilihan bentuk emulsi karena dapat mengatur kondisi fisik produk, seperti

tekstur dan tingkat kekentalannya, dapat menekan biaya produksi, dapat mengurangi

resiko penggunaan bahan beracun, misalnya sebagai bahan pencampur insektisida

digunakan air.

12

Page 13: Laporan Resmi kolesterol

Kriteria emulsi yang baik adalah:

Stabil baik secara fisik maupun khemis dalam penyimpanan

Merupakan disperse homogen antara minyak dengan air

Fase dalam mempunyai ukuran partikel yang kecil dan sama besar mendekati

ukuran partikel koloid

Tidak terjadi creaming atau craking

Memiliki viskositas yang optimal, sehingga mampu menjaga stabilitas dalam

penyimpanan, serta dapat dituangkan dengan mudah

Dikemas dalam kemasan yang mendukung penggunaan dan stabilitas obat.

Pada umumnya dikenal dua tipe emulsi yaitu :

a) Tipe A/M (Air/Minyak) atau W/O (Water/Oil)

Emulsi ini mengandung air yang merupakan fase internalnya dan minyak

merupakan fase luarnya. Emulsi tipe A/M umumnya mengandung kadar air yang

kurang dari 10 - 25% dan mengandung sebagian besar fase minyak. Emulsi jenis ini

dapat diencerkan atau bercampur dengan minyak, akan tetapi sangat sulit

bercampur/dicuci dengan air.

Pada fase ini bersifat non polar maka molekul – molekul emulsifier tersebut

akan teradsorbsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan oleh air. Akibatnya tegangan

permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase

kontinyu.

b) Tipe M/A (Minyak/Air) atau O/W (Oil/Water)

Merupakan suatu jenis emulsi yang fase terdispersinya berupa minyak yang

terdistribusi dalam bentuk butiran-butiran kecil didalam fase kontinyu yang berupa

air. Emulsi tipe ini umumnya mengandung kadar air yang lebih dari 31 - 41%

sehingga emulsi M/A dapat diencerkan atau bercampur dengan air dan sangat

mudah dicuci.

Pada fase ini bersifat polar maka molekul – molekul emulsifier tersebut

akan teradsorbsi lebih kuat oleh air dibandingkan minyak. Akibatnya tegangan

permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar menjadi fase

kontinyu.

13

Page 14: Laporan Resmi kolesterol

2.10 Evaluasi Sediaan Emulsi

Evaluasi sediaan emulsi dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari suatu sediaan

emulsi pada penyimpanan. Evaluasi ini dapat dilakukan melalui pengamatan secara

organoleptis (rasa, bau, warna, konsistensi), pengamatan secara fisika (rasio pemisahan

fase, viskositas, redispersibilitas, uji tipe emulsi, ukuran globul fase dalam, sifat aliran),

pengamatan secara kimia (pengukuran pH), secara biologi (angka cemaran mikroba).

Pengamatan sediaan meliputi:

1. Pengamatan Organoleptis

Pengamatan organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan rasa dari

sediaan emulsi pada penyimpanan pada suhu endah 5oC dan tinggi 35oC pada

penyimpanan masing-masing 12 jam.

2. Penentuan viskositas

Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran viskositas dilakukan dengna viskometer

brookfield pada 50 putaran permenit (Rpm).

Cara Menghitung Viskositas dengan menggunakan Viscometer Brookfield

(DV.E viscometer) :

a. Tekan tombol on/of yang terdapat dibagiam belakang hingga viscometer

dalam keadaan on,

b. Periksa dahulu kedudukan “mata ikan” penunjuk apakah viscometer sudah

dalam keadaan datar,

c. Tombol pengunci berfungsi agar kotakan tidak dapat turun dan naik saat

kita pakai maka tombol pengunci harus diputar hingga benar – benar

terkunci rapat,

d. Tombol putaran berfungsi untuk menurunkan dan menaikkan spindle ke

dalam cairan

e. Spindle yang besar digunakan pada larutan yang cair/encer dan sebaliknya

f. Sebelum spindle di masukkan dalam cairan, maka harus dipasang dulu

dengan memegang bagian atas kemudian dipasangkan pada viscometer

bagian bawah diputar searah jarum jam. (spindle tidak boleh jatuh, cara

memegangnya pada bagian atas karena bagian bawah sangat sensitif)

14

Page 15: Laporan Resmi kolesterol

g. Setelah cairan dimasukkan dalam beker, spindle yang sudah terpasang

dicelupkan dalam cairan dengan tombol putaran sampai ujung bagian bawah

tenggelam dan penyangga mencapai dasar beker.

h. Tekan tombol on pada bagian belakang, kemudian nomor spindle yang

digunakan disesuaikan dengan kekentalan cairan serta kecepatannya di atur

sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.

i. Selanjutnya, tekan tombol on pada bagian depan dan baca angka yang

paling lama muncul, catatlah.

j. Jika spindle yang digunakan tidak sesuai dengan kekentalan zat cair maka

data tidak akan dapat terbaca pada layar.

3. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan dengan mencelupkan elektroda dari pH-meter digital ke

dalam sampel, yang sebelumnya telah dikalibrasi pada larutan buffer, kemudian

pH-meter dinyalakan dan ditunggu sampai layar pada pH-meter menunjukkan

angka yang stabil.

4. Pengamatan Rasio Pemisahan Fase

Pengamatan rasio pemisahan fase dilakukan dengan membandingkan tinggi fase

air (H1) dengan tinggi emulsi mula -mula (H0) dari sediaan pembanding dan

sediaan uji pada hari ke-1, 3, 7, dst.

5. Uji Redispersibilitas

Uji redispersibilitas dilakukan dengan cara mengocok masing-masing sediaan

pembanding dan sediaan uji , kemudian dihitung jumlah pengocokan yang

diperlukan sam pai sediaan emulsi terdispersi kembali. Pengujian dilakukan hari

ke-1, 3, 7, dst.

6. Uji Tipe Emulsi

Uji tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan salah satu metode yaitu metode

pengenceran, caranya dengan menambahkan sejumlah air dan minyak pada sediaan

dan diamati apakah sediaan dapat tercampur dengan air atau dengan minyak,

sehingga dapat diketahui apakah terjadi perubahan tipe emulsi dari m/a menjadi

a/m selama penyimpanan. Pengujian dilakukan pada hari ke-1 dan hari terakhir.

7. Pengamatan Mikroskopik

15

Page 16: Laporan Resmi kolesterol

Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan cara mengukur diameter dan distribusi

frekuensi globul minyak. Pengukuran dilakukan di bawah mikroskop dengan

menggunakan mikrometer yang telah ditentukan ukuran tiap kotaknya (dikalibrasi)

dengan menggunakan hemositometer.

Diameter globul diukur dengan menggunakan rumus yang diturunkan dari

persamaan Edmunson berikut:

dimana d adalah garis tengah ekivalen, n adalah jumlah partikel dalam satu rentang

ukuran, p adalah indeks ukuran dan f adalah indeks frekuensi.

Oleh karena parameter yang dipakai adalah jumlah globul dan diameter

globul, maka rumus di atas menjadi:

dimana n adalah jumlah globul yang diamati dan d adalah interval dari rentang

ukuran globul.

8. Uji Mikrobiologi

Uji mikrobiologi dilakukan untuk mengetahui angka cemaran mikroba yang

mungkin mengkontaminasi sediaan selama penyimpanan. Uji ini dilakukan dengan

menentukan Angka Lempeng Total (ALT) yaitu penentuan jumlah koloni dari

pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah sampel diinkubasikan dalam media

pembenihan yang cocok selama 24-48 jam pada suhu 35±1ºC.

Prosedur pengujian :

a. Penyiapan alat-alat dan bahan yang telah disterilkan.

b. Homogenisasi sampel, yaitu dengan memipet 1 mL sampel yang

dimasukkan ke dalam wadah lain, yang telah berisi 9 mL larutan pengencer

sehingga diperoleh pengenceran 1:10. Sampel hasil pengenceran ini

kemudian digunakan untuk pengenceran lain apabila diperlukan.

c. Sampel hasil pengenceran dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam

cawan petri steril. Dilakukan sebanyak dua kali (duplo).

16

Page 17: Laporan Resmi kolesterol

d. Sebanyak 12-15 mL nutrient agar yang telah dicairkan dituang ke dalam

masing-masing cawan kemudian cawan digoyangkan perlahan-lahan sampai

sampel tercampur rata dengan nutrient agar, lalu dibiarkan sampai menjadi

padat.

e. Blanko dibuat dengan mencampur air pengencer dengan nutrient agar untuk

masing-masing sampel yang diperiksa.

f. Cawan berisi sampel dimasukkan ke dalam inkubator dalam posisi terbalik

dan diinkubasikan selama 24-48 jam pada suhu 35±1ºC.

g. Pertumbuhan koloni dicatat pada setiap cawan yang mengandung 25-250

koloni setelah 48 jam.

h. Angka lempeng total dihitung dalam 1 gram atau 1 mL sampel dengan

mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran

yang sesuai (SNI 19-2897-1992; Anonim, 1979).

17

Page 18: Laporan Resmi kolesterol

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan pada proses pembuatan ekstrak dan uji

antihiperglikrmik :

Alat : gelas ukur, beaker glass, cawan porselen, erlemeyer, kain flanel, kertas

saring, timbangan analitik, corong gelas, mortir dan stamper, sudip, batang

pengaduk, water bath, sonde, dan kolesterol test.

Bahan : serbuk ketan hitam, lemak sapi, CMC Na, etanol 96%,

3.2 METODE PRAKTIKUM

a. Proses Penginduksian Lemak Gajih

Skema 3.1 Proses Penginduksian Lemak Gajih

b. Proses Pembuatan Ekstrak Ketan Hitam

18

Lemak Gajih

Lemak Direbus

Diblender/dihaluskan

Diinduksi pada mencit 3X sehari selama 4-5 hari sebanyak ± 1ml

Ketan hitam yang telah dikeringkan

Diblender

Serbuk/simplisia ketan hitam

Didapatkan

Page 19: Laporan Resmi kolesterol

Skema 3.2 Proses Pembuatan Ekstrak Ketan Hitam

c. Penghitungan Dosis Ekstrak Etanol Ketan Hitam

Dosis ekstrak ketan hitam : 1200 mg/kg BB tikus

Konversi dosis ke mencit :

1200mg/kgBB = 1200

1000 gBBtikus =

240 mg200 gBBtikus

Dosis untuk mencit = dosis x faktor konversi

= 240 mg

200 gBBtikus x 0,14

= 33,6 mg/20g mencit

Konversi dosis mencit ke dosis untuk manusia

Dosis untuk manusia = dosis x faktor konversi

= 33,6mg20 gram

x 387,9

= 13033,44 mg/70kgBB manusia

Tabel Faktor Konversi Dosis

Mencit 20gTikus

200g

Marmut

400g

Kelinci

1,2 kg

Kera 4

kg

Anjing

12 kg

Manusia

70 kg

Mencit 20g 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,2 387,9

Tikus 200g 0,14 1,0 1,74 3,9 9,2 17,8 56,0

Marmut 400g 0,08 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5

19

Simplisia ketan hitam dimeserasi dengan etanol 96% (1:5) selama 3 hari

Meserat diuapkan dengan waterbath suhu 50°C

Ektrak Kental yang di dapat ditimbang dan dihitung % rendemen

Disaring

Page 20: Laporan Resmi kolesterol

Mencit dipuasakan selama 12-18 jam pada hari ke-5

Pada hari ke-5 tikus dikorbankan dengan larutan eter

Lakukan pengambilan darah sebanyak 1-2 mL dari jantung (ventrikel kanan)

Dihitung kadar kolesterol total serumnya

Kelinci 1,2 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2

Kera 4 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1

Anjing 12 kg 0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1

Manusia 70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1

Tabel 3.1 Konversi Antara Jenis Hewan Dengan Manusia (Laurance dan Bacharach, 1964).

d. Proses Pengujian Efek EEKH dalam Menurunkan Kolesterol

Skema 3.3 Proses Pengujian Efek EEKH dalam Menurunkan Kolesterol

e. Formulasi Sediaan Emulsi

Dosis untuk manusia = 13,0334 g/70kgBB

Bobot satu botol = 60 ml

Tabel Formulasi Sediaan Emulsi

Nama Bahan Fungsi Σ bahan

R/ Eks. Ketan hitam Bahan aktif 7,818 g

Gliserin Pemanis 2,2107 ml

Gom arab Emulgator 8,34 g

Nipagin Pengawet 0,078 g

Nipasol Pengawet 0,042 g

Oil menthal pip Currgen 1-2 tetes

Aquadest ad Zat pembawa Ad 60 ml

Mf. Emulsi S 2 dd 30 ml

Catt : Air untuk gom arab = 1,5 x berat gom arab = 1,5 x 8,34 = 12,51 ml

Tabel 3.2 Formulasi Sediaan Emulsi

20

Page 21: Laporan Resmi kolesterol

f. Cara Pembuatan Emulsi Ketan Hitam

21

Extrak ketan hitam 7,818 g dituang dimortir

Gom arab 8,34 g didispasikan merata ke dalam minyak

Ditambahkan air sebanyak 12,51 ml ke dalam mortir secara sekaligus

Digerus sampai terbentuk corpus emulsi

Ditambahkan gliserin 2,2ml sambil tetap digerus

Masukan larutan nipagin kedalam mortir

Masukan larutan nipasol ke dalam mortir

Tambahkan aquadest sedikit demi sedikit hingga mencapai volume kira-kira 55 ml

Pindahkan kedalam botol 60ml

Ditambah aquadest ad 60ml

Ditambah dengan oil menthae pip 1-2 tetes

Tutup botol kemudian diberi etiket dan kemasan

Skema 3.4 Cara Pembuatan Emulsi Ketan Hitam

Page 22: Laporan Resmi kolesterol

g. Evaluasi Sediaan Emulsi

1. Pengamatan Organoleptis

Cara :

- Emulsi dituang ke dalam BG

- Diamati :

Warna = ..........................

Bau = .........................

Rasa = ........................

2. Uji pH

Cara :

- Emulsi dituang ke dalam BG secukupnya

- Diukur pH nya dengan pH meter

3. Pengamatan Rasio Pemisahan Fase

Cara :

- Emulsi dituang ke pada sebuah gelas ukur 10 ml

- Catat tinggi air (H1)

- Catat tinggi emulsi (H0)

- Bandingkan tinggi fase air dengan tinggi emulsi

Rasio pemisahan fase = H 1Ho

4. Uji Redispersibilitas

Cara :

- Emulsi dituang ke pada sebuah gelas ukur 10 ml

- Dikocok sampai sediaan emulsi terdispersi kembali

- Jumlah pengocokan yang dilakukan dihitung

22

Page 23: Laporan Resmi kolesterol

5. Uji Tipe Emulsi

- Metode pengenceran

Cara :

Sejumlah air ditambahkan ke dalam emulsi

Sejumlah minyak ditambahkan ke dalam emulsi

Dilihat apakah sediaan bercampur dengan air atau minyak

- Metode dengan kertas saring

Cara :

Emulsi diteteskan pada kertas saring

Jika kertas saring basah → tipe O/W

Jika kertas saring timbul noda minyak → tipe W/O

6. Uji Viskositas dengan Viskometer Cup & Bub

Cara :

Rangkai alat viskometer sesuai dengan petunjuk.

Pasang rotor pada cup & bahan yang dimasukkan di dalamnya

hingga seluruh permukaan rotor terendam.

Gunakan rotor yang paling besar atau dengan skala terkecil.

Pastikan viskometer terhubung dengan aliran listrik.

Tekan tombol on, rotor akan berputar (rotor tidak boleh terlalu

dekat dengan dinding permukaan cup).

Baca skala yang ditunjuk oleh jarum.

Apabila tidak terbaca (jarum keluar di skala) maka rotor diganti

dengan skala yang lebih besar.

7. Uji Berat Jenis dengan Piknometer

Cara :

Timbang piknometer 25 cc kosong (W1 g)

Isi piknometer dengan solvent & bersihkan kelebihan pada

ujungnya

timbang piknometer + solvent (W1’ g)

Hitung bobot solvent (W1’ g – W1 g) = W2 g

Tuang sebagian solvent 2 – 3 cc ke dalam tabung bersih

Timbang teliti 1 – 1,5 g bahan (W3 g)

23

Page 24: Laporan Resmi kolesterol

Masukkan secara kuantitatif bahan tersebut ke dalam

piknometer yang berisi solvent sebagian

Tambahkan solven ke dalam piknometer sampai tanda batas &

timbang (W4 g)

hitung bobot jenis benar dengan rumus sbb :

ρ = W 2 . W 3

[2S {(W 2 + W3) - (W 4 − W1)}]

Catt : bobot piknometer kosong = (W1 g)

bobot piknometer + solvent = (W1’ g)

bobot solvent (W1’ g – W1 g) = W2 g

bobot bahan = (W3 g)

bobot piknometer + solvent + bahan = (W4 g)

8. Uji Homogenitas

Cara :

Ambil sedikit cairan emulsi kemudian diteteskan

didalam objek glass

Ditutup dengan cover glass.

Dilihat homogenitasnya

24

Page 25: Laporan Resmi kolesterol

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

4.1 Pembuatan Simpisia Ketan Hitam

a. Proses Penyangraian Ketan Hitam

Ketan hitam disangrai seperti pada pembuatan kopi.

Gambar 4.1 Hasil Penyangraian Ketan Hitam

b. Proses Penggilingan Ketan Hitam

Organoleptis serbuk ketan

hitam :

Bau = Khas Ketan

Rasa = Tidak Berasa

Warna = Abu-abu

Gambar 4.2 Hasil Penggilingan

Ketan Hitam

25

Page 26: Laporan Resmi kolesterol

4.2 Ekstraksi Serbuk Ketan Hitam

a. Jumlah serbuk ketan hitam = 560 gram

b. Jumlah ekstrak ketan hitam = 12,99 gram

c. % Rendemen = Berat ekstrak

Berat simplisia x 100%

= 12,99gram560 gram

x 100%

= 2,31 %

Gambar 4.3 Hasil Penguapan Ekstrak Ketan Hitam

4.3 Formulasi Emulsi Ketan Hitam

Gambar 4.4 Sediaan Emulsi Ketan Hitam

26

Page 27: Laporan Resmi kolesterol

4.4 Evaluasi Emulsi Ketan Hitam

a. Pengamatan Organoleptis :

Warna = coklat susu

Bau = khas ketan

Rasa = masih terasa seperti minyak (keterangan Gambar 4.4)

b. Uji pH

pH emulsi yang didapat setelah diukur

dengan menggunakan universal

indikator = 6.

Gambar 4.5 Uji pH

c. Pengamatan Rasio Pemisahan Fase

Rasio pemisahan fase =

H1

H0

= 44 = 1 cm

Tidak terjadi pemisahan

27

Page 28: Laporan Resmi kolesterol

Gambar 4.6 Uji Rasio

Pemisahan Fase

d. Uji Redispersibilitas

Jumlah pengocokan = 0 kali → karena emulsi yang terbentuk sudah

homogen (tidak pecah).

Gambar 4.7 Uji Redispersibilitas

e. Uji Tipe Emulsi

Metode pengenceran

Hasil yang didapatkan setelah pengenceran sejumlah air ditambahkan ke

dalam emulsi dan sejumlah minyak ditambahkan ke dalam emulsi

hasilnya bercampur dengan air.

28

Page 29: Laporan Resmi kolesterol

Gambar 4.8 Uji Tipe Emulsi dengan metode Pengenceran

Metode Dengan Kertas Saring

Hasil yang didapatkan setelah Emulsi diteteskan pada kertas saring

hasilnya kertas saring basah jadi emulsi tipe O/W karena kertas saring

basah.

Gambar 4.9 Uji Tipe Emulsi Dengan Kertas Saring

f. Uji Berat Jenis dengan Piknometer

ρ = W 2 . W 3

[2S {(W 2 + W3) - (W 4 − W1)}]

Hasil Pengamatan :

bobot piknometer kosong(W1 g) = 20,86 g

bobot piknometer + solvent (W1’ g) = 70,62 g

bobot solvent (W1’ g – W1 g) = W2 g = 49,76 g

bobot bahan (W3 g) = 1,5 g

29

Page 30: Laporan Resmi kolesterol

bobot piknometer + solvent + bahan (W4 g) = 70,92 g

ρ =

49,75 . 1,5

( 25 (49,76 + 1,5 ) - (70,92 - 20,86 ) )

=

74,6425 (51,26 - 50,06 )

=

74,6430

= 2,488

Gambar 4.10 Uji Berat Jenis dengan Piknometer

g. Uji Homogenitas

Hasil uji homogenitas emulsi ketan hitam adalah emulsi yang homogen.

30

Page 31: Laporan Resmi kolesterol

Gambar 4.11 Uji Homogenitas

BAB V

PEMBAHASAN

Hiperkolesterolemia adalah suatu peningkatan dari total kolesterol (TC)

dengan kadar Trigliserida yang normal. Hal ini biasanya berhubungan dengan

peningkatan kolesterol LDL karena kolesterol LDL membawa ± 65-75% total

kolesterol plasma (Braundwald, 2001).

Praktek sediaan herbal antihiperlipida ini menggunakan biji ketan hitam.

Karena ketan hitam merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial

sebagai sumber karbohidrat, antioksidan, senyawa bioaktif dan serat yang

penting bagi kesehatan (Yanuar, 2009). Soemartono (1980) melaporkan bahwa

dalam beras ketan hitam terdapat zat warna yang dapat digunakan sebagai

pewarna alami pada makanan. Warna beras ketan hitam disebabkan oleh sel-sel

pada kulit air yang mengadung antosianin.

Antosianin diduga bekerja dengan cara penghambatan terhadap HMG-

CoA reduktase dan meningkatkan aktivitas Lechitis Cholesterol Acyl

Transferase (LCAT). LCAT adalah enzim yang dapat mengkonversi kolesterol

bebas menjadi ester kolesterol yang lebih hidrofobik sehingga ester kolesterol

dapat berikatan dengan partikel inti lipoprotein untuk membentuk HDL baru.

Hal ini dapat meningkatkan kadar HDL serum. Efek protektif HDL terhadap

progresi aterosklerosis yang disebabkan oleh produk oksidasi dari LDL diduga

31

Page 32: Laporan Resmi kolesterol

karena mengangkut kolesterol dari perifer (jaringan tubuh untuk dimetabolisme

dihati dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui paraoksonase, suatu

protein antioksidan yang berasosiasi dengan HDL (Suyatna FD, 2007).

Proses Pembuatan Ekstrak Ketan Hitam

Kami membuat ekstrak etanol ketan hitam dimulai dari penyangraian

ketan hitam agar serbuk yang dihasilkan kering, pada saat proses pengsangraian

tidak boleh menggunakan suhu yang tinggi dikarenakan apabila suhu tinggi

ketan hitam akan hangus. Setelah disangrai ketan hitam di giling menggunakan

mesin giling. Kemudian kami mengekstraksi ketan hitam ini dengan metode

meserasi menggunakan etanol 96% (1:5) selama 3 hari. Pemilihan metode ini

dikarenakan ekstraksi meserasi memiliki kelebihan sebagai berikut : prosesnya

tanpa pemanasan, alat yang sederhana, dan tidak memakan biaya yang tinggi.

Prinsip kerja ekstraksi meserasi : Penyarian zat aktif yang dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai

selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari

akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya

perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan

yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari

dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai

terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari

setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya diuapkan.

Proses penguapan dilakukan dengan menggunakan waterbath dengan

suhu 50°C. Penguapan ini bertujuan agar ekstrak ketan hitam terbebas dari

etanol. Karena etanol bersifat mudah menguap. Proses penguapan ini dilakukan

sampai ekstrak berubah menjadi kental. Dan dihasilnya ekstrak berubah seperti

minyak.

Penghitungan Dosis Ekstrak Etanol Ketan Hitam

Dosis ekstrak ketan hitam yang paliing efektif untuk tikus adalah

1200mg/kgBB. Jadi setelah dihitung dengan faktor konversi dari tikus ke mencit

didapatkan dosis sebesar 33,6 mg/20g mencit. Sedangkan dosis untuk mencit

32

Page 33: Laporan Resmi kolesterol

adalah 13033,44 mg/70kgBB manusia. Proses penginduksian lemak gajih pada

mencit 3X sehari sebanyak ± 1ml dilakukan sesuai prosedur. Tetapi pada proses

pengujian ekstrak etanol dalam menurunkan kolesterol, kami tidak melakukan

praktek tersebut. Dikarenakan waktu yang terbatas, alat dan bahan yang kurang

memadahi.

Pembuatan Sediaaan Emulsi Ketan Hitam

Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi

dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan

dengan zat pengemulsi (emulgator)/surfaktan yang cocok. Kami membuat

sediaan kami menjadi sediaan emulsi karena setelah ekstrak etanol ketan hitam

diuapkan hasil yang didapat berupa minyak. Jumlah serbuk ketan hitam yang

diekstraksi sebanyak 560 gram. Setelah diupakan didapatkan ekstrak sebanyak

12,99gram, dengan % rendemen 2,31%.

Proses pembuatan sediaan emulsi ketan hitam, langkah pertama yaitu

ekstrak ketan hitam dimasukan kedalam mortir kemudian ditaburi dengan gom

arab secara merata pada fase minyaknya. Fungsi dari gom arab dapat

meningkatkan stabilitas dengan peningkatan viskositas. Kemudian ditambahkan

dengan air senyak 12,51 ml dan digerus hingga terbentuk corpus emulsi.

Ditambahkan gliserin yang berfungsi sebagai pemanis, masukan larutan Nipagil

dan Nipasol kedalam mortir sambil digerus. Nipagin berfungsi sebagai

pengawet, agar sediaan emulsi terbebas dari pertumbuhan mikroba. Sediaan

emulsi adalah sediaan yang mengandung banyak air, dan air adalah media bagus

untuk pertumbuhan mikroba. Digunakan kombinasi pengawet Nipagin dan

Nipasol bertujuan untuk memperpanjang rentan mikroba, Nipagin adalah

pengawet yang larut dalam air sedangkan Nipasol adalah pengawet yang larut

dalam lemak.

Ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit hingga mencapai volume

kira-kira 55 ml. Kemudian dimasukan botol dan di adkan sampai volume 60ml.

Terakhir ditambahkan oil menthaepip 1-2 tetes. Oil menthaepip berfungsi

sebagai Currgen.

Uji Evaluasi Sediaan Emulsi

33

Page 34: Laporan Resmi kolesterol

Pengamatan Organoleptis didapatkan warna coklat susu, bau khas ketan

rasa masih terasa seperti minyak dan bau yang tidak sedap, bau ini disebabkan

karena botol yang digunakan sebelumnya adalah bekas dari larutan yang

mengandung pipermint. Pada uji pH sediaan emulsi ini dengan menggunakan

universal indikator didapatkan pH yang didapatkan 6. pH 6 di maksutkan agar

obat nanti akan terabsorsi diusus (obat terionisasi). Karena emulsi adalah

sediaan yang mengandung fase minyak, minyak didalam lambung apabila

dicerna tidak akan berubah bentuk atau terpecah. minyak atau lemak dapat

terpecah didalam usus.

Pengamatan rasio pemisahan fase dengan cara emulsi dituang ke pada

sebuah gelas ukur 10 ml, dilihat tinggi air (H1), dilihat tinggi emulsi (H0)

kemudian dibandingkan tinggi fase air dengan tinggi emulsi, dengan rumus H 1Ho

= 44

= 1 cm hasilnya tidak terjadi pemisahan (gambar 4.6). Hal ini dikarenakan

sediaan emulsi yang kami buat sudah terdispersi secara merata antara fase

minyak dan airnya (homogen). Pada uji redispersibilitas tidak dilakukan

pengocokan, karena emulsi sudah homogen bisa dilihat pada (gambar 4.7).

Pengamatan tipe emulsi dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara

metode pengenceran dan dengan metode dengan penetesan pada kertas saring.

Hasil yang didapatkan dengan metode pengenceran dengan cara sejumlah air

ditambahkan ke dalam emulsi dan sejumlah minyak ditambahkan ke dalam

emulsi hasilnya bercampur dengan air. Sehingga dapat disimpulkan emulsi yang

kami buat bertipe o/w (oil dalam water) (gambar 4.8). Hasil yang didapatkan

dengan metode penetesan emulsi pada kertas saring hasilnya kertas saring basah

jadi emulsi tipe O/W karena kertas saring basah (gambar 4.9).

Pengamatan uji berat jenis dengan Piknometer didapatkan BJ sebesar

2,488 (gambar 4.10). Dan pada uji homogenitas dengan cara penetesan larutan

emulsi pasa objek glass kemudian ditutup dengan cover glass dapat dilihat hasil

emulsi yang homogen (gambar 4.11).

34

Page 35: Laporan Resmi kolesterol

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa

sediaan emulsi yang kami buat sudah rumayan bagus, dapat dilihat untuk hasil

%rendemen 2,31%, hasil secara organoleptis emulsi warna coklat, bau khas ketan, dan

rasa yang seperti minyak. pH emulsi yang kami buat adalah 6, sesuai dengan pH yang

kami inginkan. Untuk uji pengamatan fase emulsi hasilnya emulsi tidak mengalami

pemisahan jadi emulsi homogen. Pada uji redispersibilitas setelah pengocokan hasilnya

sama jadi emulsi homogen. Pada uji tipe emulsi dengan metode pengenceran didapatkan

hasil minyak bercampur dengan air, sedangkan dengan metode penetesan pada kertas

saring didapatkan hasil kertas saring basah sehingga dapat disimpulkan dari kedua uji

tipe emulsi, emulsi bertipe o/w. Bj emulsi yang didapat sebesar 2,488 dan pada uji

Homogenitas dilihat emulsi homogen.

Jadi dengang pembuatan sediaan emulsi ketan hitam dengan kandungan

Antosianin diharapkan bisa memberi efek untuk penurunan kadar lipid dalam darah,

kerena untuk uji efektivitas antihiperlipid pada mencit ini belum bisa di lakukan.

6.2 Saran

35

Page 36: Laporan Resmi kolesterol

Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan ketelitian dalam melakukan semua

proses praktikum.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada pengujian efektifitas

antihiperlidemia dari ekstrak ketan hitam.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, J. M. F., 2009. Dislipidemia. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. (ed.) : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III. Jakarta : Pusat penerbit IPD FK UI hal: 1984.

Braunwald, E., Hauser, S.L., Fauci, A.S., Longo, D.L., Kasper, D.L., Jameson, J.L. 2001 ed. Harrison's Principles of Internal Medicine. 15 ed. McGraw-Hill: New York.

Ditjen POM. (2000). Metode Analisis PPOM. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Iman,

Fajrin, A.F. 2010, Aktivitas Ekstrak Etanol Ketan Hitam Untuk Menemukan Kadar

Kolesterol, Fakultas Farmasi, UNEJ. Jember.

Hermely, F.et al.2011, Efektifitas Bronelain Kasar dari Batang Nenas (Annas

Comosusl.) sebagai Antiplak dalam pasta gigi.

Ketaren S. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press; 1986. Pustaka, Jakarta.

Murray RL, Granner DK, Mayes PS, Rodwell VW. Biokimia Harper Edisi 24.

1996. Terjemahan oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC;1996.

Soeharto, 2004. Serangan Jantung Dan Stroke, Hubungannya Dengan Lemak Dan

Kolesterol. Edisi Kedua. PT Gramedia.

36

Page 37: Laporan Resmi kolesterol

Sudarmanto Y. Pengaruh Pemberian Minyak Goreng Bekas Pakai terhadap

Perubahan Sel-Sel Hati dan Kadar Enzim Serum Transaminase Mencit

Jantan Galur Swiss Derived. Skripsi. Jember: Fakultas Kedokteran

Universitas Jember; 2006.

Usoh, Akpan, Etim, Farombi. Antioxidant Actions of Dried Flower Extracts of

Hibiscus sabdariffa L. On Sodium Arsenite-Induced Oxidative Stress in Rats.

Pakistan Journal of Nutrition 2005; 4 (3): 135-141.

Xia, Xiadong, et al. An AnthocyaninRich Extract from Black Rice Enhances

Atherosclerotic Plaque Stabilization in Apolipoprotein EDeficient Mice.

Journal of Nutrition 2006; 136: 2220-2225.

FORMULASI SUSPENSII DARI EKSTRAK KETAN

HITAM Oryza sativa glutinosa SEBAGAI

ANTIHIPERLIPIDA

DISUSUN OLEH :

RIYAS SANJUNG ANDIKA

37

Page 38: Laporan Resmi kolesterol

NIM : 10111037

KELOMPOK : 8

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2014

Lampiran 1. Kemasan dan Etiket

38

Page 39: Laporan Resmi kolesterol

39

Page 40: Laporan Resmi kolesterol

Lampiran 2 Brosur

40

GLUTINOLIPID Emulsi ® EMULSI EKSTRAK Oryza Sativa Glutinosa (KETAN HITAM)

PENURUN KOLESTEROL TOTAL

KOMPOSISI :Ekstrak Ketan Hitam …………………………………….………… 7,818 g

FARMAKOLOGI :GLUTENOLIPID Emulsi® merupakan suatu obat herbal terstandar dari Ekstrak Ketan Hitam yang memiliki kemampuan untuk menurunkan Kolesterol Total serum pada penderita hiperkolesterolemia primer. Ekstrak Ketan Hitam dengan dosis 1200mg/kgBB dapat menurunkan kadar kolesterol total serum yang tidak berbeda signifikan dengan Simvastatin sebagai control positif.GLUTENOLIPID Emulsi® dapat menurunkan kadar kolesterol total dan LDL dalam plasma, dapat meningkatkan kadar HDL serum, serta dapat berfungsi sebagai antioksidan untuk meningkatkan metabolisme kolesterol menjadi asam empedu, dan meningkatkan ekskresi asam empedu melalui feses.

MEKANISME KERJA:Ekstrak Ketan Hitam memiliki aktivitas antihiperkolesterolemia karena adanya senyawa Antosianin. Antosianin diduga bekerja dengan cara

penghambatan terhadap HMG- CoA reduktase dan meningkatkan aktivitas Lechitin Cholesterol Acyl Transferase (LCAT).Penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase menyebabkan penurunan sintesis kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor LDL yang terdapat dalam membran sel hati dan jaringan ekstrahepatik, sehingga kadar kolesterol total dan LDL dalam plasma LCAT merupakan enzim yang dapat mengkonversi kolesterol bebas menjadi ester kolesterol yang lebih hidrofobik, sehingga ester kolesterol dapat berikatan dengan partikel inti lipoprotein untuk membentuk HDL baru. Hal ini akan meningkatkan kadar HDL serum.Aktivitas dari senyawa-senyawa antioksidan dalam ketan hitam dapat mencegah terjadinya oksidasi LDL sehingga dapat meningkatkan metabolisme kolesterol menjadi asam empedu, dan meningkatkan ekskresi asam empedu melalui feses.

INDIKASI :Penurunan kadar kolesterol total pada penderita hiperkolesterolemia primer, jika respon terhadap diet dan tindakan non farmakologis lain tidak memadai.

ATURAN PAKAI:Dewasa : 2 × sehari 30 mL

KOCOK DAHULU SEBELUM DIPAKAI

PENYIMPANAN :Simpan dalam wadah tertutup rapat dalam ditempat sejuk (15o-25oC) dan kering terlindung dari cahaya.

Kemasan :Dus isi 1 botol @ 60 mL.

Kode Produksi : 05140601No. Reg : TR 141600021MFD. : 05 2014