laporan refleksi kasus 2
TRANSCRIPT
LAPORAN REFLEKSI KASUS 2
Diabetes Melitus dengan
Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
Dokter pembimbing : dr. Widhi, Sp. PD
Disusun oleh : Amalia Afiyatun Nazilah
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
LAPORAN REFLEKSI KASUS 2
1. Rangkuman kasus
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas, lemas, berdebar-debar, mual
(+), muntah (+) sejak seminggu yang lalu. Muntah 4-6x/hari isi air dan sedikit
makanan. Pasien juga mengeluh tidak nafsu makan, karena setiap kali makan
terasa mual. BAK 8-10x/hari warna kuning jernih, BAB cair 2-5x/hari warna
kuning agak coklat sejak 1 minggu yang lalu. Pasien post mondok di RS ± 10
hari yang lalu. Pasien tampak pucat. Riwayat DM (+) 1 tahun.
Identitas pasien
Nama : Ny. SR
Umur : 38 th
Alamat : Sapuran
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Vital sign
TD : 96/64 mmHg
HR : 135 x/mnt
RR : 36 x/mnt
t : 37 ºC
GDS : 582
Pemeriksaan fisik
Kesadaran : CM
Pernafasan : Kusmaul (cepat dan dalam)
Kepala : CA +/+, SI -/-
Leher : JVP ≠ ↑, PKGB (-)
Thorax : simetris, retraksi m. intercostalis dan m.
sternokleidomastoideus.
Cor : S1>S2, irama regular, cepat, bising (-)
Pulmo : SDV +/+, ST (-/-)
Abdomen : supel, timpani, NT(+) epigastrik, turgor kulit 1-2 detik,
BU (+) ↑.
Ekstremitas : akral hangat ++/++, edema --/--
Diagnosa : DM, CHF
2. Perasaan terhadap pengalaman
Kasus diabetes mellitus (DM) merupakan kasus yang lumayan banyak
ditemui di RS, biasanya pasien datang dengan keluhan lemas dan kadang
disertai dengan sesak nafas. Kasus DM tipe-2 lebih sering ditemui daripada
DM tipe-1. Penderita DM tipe-1 kebanyakan masih muda, tidak gemuk dan
terjadi secara tiba-tiba. Faktor keturunan cukup berpengaruh pada DM tipe-1,
namun sebagian kecil penderita DM tipe-1 ini tidak jelas penyebabnya
(idiopatik).
3. Evaluasi
Mengapa pada pasien tersebut terjadi pernafasan yang cepat dan dalam?
apakah nafas cepat dan dalam itu termasuk salah satu gejala dari komplikasi
akut DM?apa saja komplikasi akut dari DM itu?
4. Analisis
Pernafasan yang cepat dan dalam pada pasien di atas disebut dengan
pernafasan kussmaul, hal ini sering ditemukan pada penderita asidosis.
Pernafasan ini merupakan salah satu bentuk hiperventilasi. Penyebab
pernafasan kussmaul adalah kompensasi pernafasan pada asidosis metabolic,
yang sering terjadi pada pasien diabetes pada ketoasidosis diabetikum. Gas-
gas darah pada pasien dengan pernafasan kussmaul memperlihatkan tekanan
parsial karbondioksida yang menurun karena adanya tekanan yang meningkat
pada pernafasan. Pernafasan ini membuang banyak karbon dioksida. Pasien
akan merasa ingin cepat untuk menarik nafas secara mendalam, dan
tampaknya terjadi secara tak sadar. Kelak, asidosis metabolic akan
menyebabkan hiperventilasi, namun sebelumnya pernafasan akan cenderung
cepat dan dangkal. Pernafasan kussmaul akan muncul ketika asidosis semakin
parah. Jadi, pernafasan ini juga dapat menandakan tingkat keparahan
penyakit, terutama pada pasien diabetes. Pernafasan kussmaul ini merupakan
homeostasis respiratorik, adalah usaha dari tubuh untuk mempertahankan pH
darah.
Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi yang akut akibat DM terjadi secara mendadak. Keluhan dan
gejalanya terjadi dengan cepat dan biasanya berat. Komplikasi akut umumnya
timbul akibat glukosa darah yang terlalu rendah (hipoglikemia) atau terlalu tinggi
(hiperglikemia). Penanganannya harus cepat karena merupakan kasus gawat
darurat medis.
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita diabetes yang diobati dengan
suntikan insulin ataupun minum tablet anti diabetes, tetapi tidak diimbangi
dengan makan, sedangkan olah raga atau aktivitas fisik melebihi biasanya.
Hipoglikemia merupakan komplikasi potensial, keadaan ini merupakan
komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes yang menjalani terapi
insulin dan terkadang pada mereka yang menjalani terapi sulfonilurea. Gejala-
gejala hipoglikemia disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat,
gemetar, sakit kepala, dan palpitasi), juga akibat kekurangan glukosa dalam
otak (tingkah laku yang aneh, sensorium yang tumpul, dan koma). Serangan
hipoglikemia sangat berbahaya dan apabila sering terjadi dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen atau bahkan
kematian.
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60
mg/dl. Kadar glukosa yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak
mendapat pasokan energi sehingga tidak dapat berfungsi bahkan dapat
menjadi rusak. Hipoglikemia ini lebih sering terjadi pada penderita diabetes
tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu sedangkan pada penderita
diabetes tipe 2, serangan hipoglikemia lebih jarang terjadi.
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah komplikasi metabolik akut lain dari diabetes yang
sering terjadi pada penderita diabetes tipe 2. Hiperglikemia menyebabkan
hiperosmolaritas, diuresis osmotik, dan dehidrasi berat. Pasien dapat menjadi
tidak sadar dan meninggal bila keadaan ini tidak segera ditangani. Angka
mortalitas dapat tinggi hingga 50%. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria,
polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur.
Hiperglikemia ini antara lainnya adalah:
b.1 Ketoasidosis Diabetes (KAD)
Ketoasidosis Diabetes (KAD) sering terjadi pada penderita diabetes
tipe 1 (IDDM). Penyakit tersebut biasanya dipercepat oleh suatu penyakit
akut, misalnya penyakit infeksi, trauma, gangguan kardiovaskuler, stress
emosi, dan sebagainya.
KAD adalah keadaan di mana terdapat defisiensi insulin absolute atau
relative dan peningkatan hormon kontra regulator (glucagon, katekolamin,
kortisol dan hormon pertumbuhan), keadaan tersebut menyebabkan
produksi gula hati meningkat dan utilisasi glukosa oleh sel tubuh menurun,
dengan hasil akhir hiperglikemia.
Walaupun sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa, system
homeostasis tubuh terus teraktivasi untuk memproduksi glukosa dalam
jumlah yang banyak, sehingga terjadi hiperglikemia. Kombinasi defisiensi
insulin dan peningkatan kadar hormon kontra regulator terutama epinefrin,
mengaktivasi hormon lipase sensitive pada jaringan lemak. Akibatnya
lipolisis meningkat, sehingga terjadi peningkatan produksi benda keton dan
asam lemak bebas secara berlebihan. Akumulasi produksi benda keton
oleh sel hati dapat menyebabkan asidosis metabolic. Benda keton utama
ialah asam asetoasetat (AcAc) dan 3 beta hidroksi butirat (3 HB), dalam
keadaan normal kadar 3HB meliputi 75-85% dan aseton darah merupakan
benda keton yang tidak begitu penting. Meskipun sudah tersedia bahan
bakar tersebut, sel-sel tubuh masih tetap lapar dan terus memproduksi
glukosa.
Adapun gejala dan tanda klinis KAD dapat dikelompokkan menjadi 2
bagian, yaitu :
Akibat hiperglikemia
Akibat ketosis
Hanya insulin yang dapat menginduksi transport glukosa ke dalam sel,
memberi sinyal untuk proses perubahan glukosa menjadi glikogen,
menghambat lipolisis pada sel lemak (menekan pembentukan asam lemak
bebas), menghambat glukoneogenesis pada sel hati serta mendorong proses
oksidasi melalui siklus krebs dalam mitokondria sel. Melalui proses
oksidasi tersebut akan dihasilkan adenine trifosfat (ATP) yang merupakan
sumber energi utama sel.
Resistensi insulin juga berperan dalam memperberat keadaan
defisiensi insulin relative. Meningkatnya hormon kontra regulator insulin,
meningkatnya asam lemak bebas, hiperglikemia, gangguan keseimbangan
elektrolit dan asam basa dapat mengganggu sensitivitas insulin.
Ketoasidosis Diabetes (KAD) merupakan keadaan gawat darurat
akibat hiperglikemia dimana banyak asam terbentuk dalam darah.
Ketoasidosis Diabetes terjadi akibat sel otot tidak mampu lagi membentuk
energi sehingga dalam keadaan darurat ini tubuh akan memecah lemak dan
terbentuklah asam yang bersifat racun dalam peredaran darah yang disebut
keton.
Ketoasidosis Diabetes sering terjadi akibat penyuntikan insulin
berhenti atau kurang karena lupa menyuntik atau tidak menaikkan dosis
padahal ada makanan ekstra yang menyebabkan glukosa darah naik.
Keluhan dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat
dalam darah antara lain napas cepat dan dalam, napas berbau keton, nafsu
makan turun, mual, muntah, demam, nyeri perut, berat badan menurun,
mengantuk, kesadaran menurun sampai koma. Sekitar 80% pasien KAD
adalah pasien DM yang sudah dikenal. Sesuai dengan patofisiologi KAD,
maka pada pasien KAD dijumpai pernafasan cepat dan dalam (kussmaul),
berbagai derajat dehidrasi (turgor kulit berkurang, lidah dan bibir kering),
kadang-kadang disertai hipovolemia sampai syok. Bau aseton dari hawa
nafas tidak terlalu mudah tercium. Biasanya didapatkan riwayat berhenti
menyuntik insulin, demam atau infeksi. Derajat kesadaran pasien dapat
dijumpai pasien mulai kompos mentis, delirium atau depresi sampai koma.
Prinsip-prinsip pengelolaaan KAD adalah :
Penggantian cairan dan garam yang hilang
Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati
dengan pemberian insulin
Mengatasi stress sebagai pencetus KAD
Mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya
pemantauan serta penyesuaian pengobatan.
b.2 Hiperosmolar Non Ketotik
Hiperosmolar Non Ketotik (HONK) adalah komplikasi akut DM tipe
2. Hiperosmolar Non Ketotik adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa
darah sangat tinggi sehingga darah menjadi “kental”. Kadar glukosa darah
penderita bisa sampai di atas 600 mg/dl. Glukosa ini akan menarik air
keluar sel, selanjutnya keluar dari tubuh melalui kencing yang akan
mengakibatkan kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.
HONK biasanya terjadi pada orang tua dengan DM, yang mempunyai
penyakit penyerta yang mengakibatkan menurunnya asupan makanan.
Faktor pencetus dapat dibagi menjadi 6 kategori, yaitu infeksi, pengobatan,
non compliance, DM tidak terdiagnosis, penyalahgunaan obat dan penyakit
penyerta. Infeksi merupakan penyebab tersering (57,1%), compliance yang
buruk terhadap pengobatan DM juga sering menyebabkan HONK (21%).
HONK lebih sering ditemukan pada orang lanjut usia, dengan rata-rata usia
onset pada decade ketujuh. Angka mortalitas pada kasus HONK cukup
tinggi, sekitar 10-20%.
Perbandingan KAD dengan HONK
Variabel KAD HONK
Ringan Sedang Berat
Kadar glukosa plasma
(mg/dL)
>250 >250 >250 >600
Kadar pH arteri 7,25-7,30 7,00-7,24 <7,00 >7,30
Kadar bikarbonat 15-18 10-<15 <10 >15
serum (mEq/L)
Keton pada urin atau
serum
Positif Positif positif sedikit/negatif
Osmolaritas serum
efektif (mOsm/kg)
bervariasi Bervariasi bervariasi >320
Anion gap >10 >12 >12 Bervariasi
Kesadaran Sadar Sadar,
drowsy
Stupor,
koma
Stupor, koma
Gejala Hiperosmolar Non Ketotik mirip dengan ketoasidosis.
Perbedaannya pada Hiperosmolar Non Ketotik tidak dijumpai adanya
ketosis. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa sangat haus, banyak kencing,
lemah, kaki dan tungkainya kram, bingung, nadi berdenyut cepat,
gangguan penglihatan, kejang sampai koma, mual dan muntah, namun
lebih jarang jika dibandingkan dengan KAD.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda dehidrasi berat seperti
turgor yang buruk, mukosa pipi yang kering, mata cekung, perabaan
ekstremitas yang dingin dan denyut nadi yang cepat dan lemah. Dapat pula
ditemukan peningkatan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi.
Faktor yang memulai timbulnya HONK adalah diuresis glukosuria.
Glukosuria mengakibatkan kegagalan pada kemampuan ginjal dalam
mengkonsentrasikan urin, yang akan semakin memperberat derajat
kehilangan air. Pada keadaan normal, ginjal berfungsi mengeliminasi
glukosa di atas ambang batas tertentu. Namun demikian, penurunan
volume intravascular atau penyakit ginjal yang telah ada sebelumnya akan
menurunkan laju filtrasi glomerular, akan menyebabkan kadar glukosa
meningkat. Hilangnya air yang lebih banyak dibanding natrium
menyebabkan keadaan hiperosmolar. Insulin yang ada tidak cukup untuk
menurunkan kadar glukosa darah, terutama jika terdapat resistensi insulin.
Tidak tercukupinya kebutuhan insulin menyebabkan timbulnya
hiperglikemia. Penurunan pemakaian glukosa oleh jaringan perifer
termasuk oleh sel otot dan sel lemak, ketidakmampuan menyimpan
glukosa sebagai glikogen pada otot dan hati, dan menstimulasi glucagon
pada sel hati untuk glukoneogenesis mengakibatkan semakin naiknya
kadar glukosa darah.
Hiperglikemia mengakibatkan diuresis osmotic, dan mengakibatkan
menurunnya cairan tubuh total. Dalam ruang vascular dimana
glukoneogenesis dan masukan makanan terus menambah glukosa,
kehilangan cairan akan semakin mengakibatkan hiperglikemia dan
hilangnya volume sirkulasi. Hiperglikemia dan peningkatan konsentrasi
protein plasma yang mengikuti hilangnya cairan intravascular
menyebabkan keadaan hiperosmolar. Keadaan hiperosmolar ini memicu
sekresi hormon anti diuretic dan juga memicu timbulnya rasa haus.
Adanya keadaan hiperglikemia dan hiperosmolar ini jika kehilangan
cairan tidak dikompensasi dengan masukan cairan oral maka akan timbul
dehidrasi dan kemudian hipovolemia. Hipovolemia akan mengakibatkan
hipotensi dan nantinya akan menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan.
Keadaan koma merupakan suatu stadium terakhir dari proses
hiperglikemik ini, dimana telah timbul gangguan elektrolit berat dalam
kaitannya dengan hipotensi.
Penatalaksanaan HONK meliputi lima pendekatan, yaitu :
Rehidrasi intravena agresif
Penggantian elektrolit
Pemberian insulin intravena
Diagnosis dan manajemen faktor pencetus dan penyakit penyerta
5. Kesimpulan
Pernafasan Kussmaul (nafas cepat dan dalam) ini merupakan salah satu
bentuk hiperventilasi. Penyebab pernafasan kussmaul adalah kompensasi
pernafasan pada asidosis metabolic, yang sering terjadi pada pasien
diabetes pada ketoasidosis diabetikum.
Komplikasi akut pada DM yaitu hipoglikemia dan hiperglikemia. Pada
komplikasi hiperglikemia bisa terjadi Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
dan Hiperosmolar Non Ketotik (HONK).
6. Daftar pustaka
Arifin, A. L, Nanny N, Sri Hartini K. S. K. (2009). Krisis Hiperglikemia
pada Diabetes Melitus. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran RS Dr Hasan Sadikin Bandung.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/10/krisis_hiperglikem
ia_pada_diabetes_melitus.pdf
Tandra, H. (2008). Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang
Diabetes. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
http://books.google.co.id/books?
id=Tz1lJ_W89zAC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false
Soewondo, P. (2009). Ketoasidosis Diabetik. . In A. W. Sudoyo, B.
Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata & S. Setiati (Eds.). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Soewondo, P. (2009). Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik. .
In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. Simadibrata & S. Setiati
(Eds.). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Wonosobo, November 2013
Praktikan, Dokter Pembimbing,
Amalia Afiyatun N dr. Widhi, P. S, Sp. PD