laporan puskesmas
DESCRIPTION
laporan praktikum klinik sanitasi di puskesmasTRANSCRIPT
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KLINIK SANITASI DI UPK PUSKESMAS KHATULISTIWA
KELURAHAN BATULAYANGTAHUN 2014
Telah Disetujui,
Pada 14 Juli 2014
Mengetahui,
Pembimbing Klinik Sanitasi
Sri EndahNIP. 19710205 199803 2 005
Menyetujui,
Kepala UPK Puskesmas Khatulistiwa
Sri Mulyanti, S . K . M NIP. 19760321 200501 2 005
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga laporan praktikum klinik
sanitasi di UPK. Puskesmas Khatulistiwa Kelurahan Batu Layang dapat
diselesaikan tepat waktu.
Penyusunan laporan praktikum klinik sanitasi ini berkat adanya kerjasama
yang sangat baik dari berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Hajimi, S.K.M., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan yang
telah menyediakan berbagai fasilitas dalam memperlancar pelaksanaan
praktikum klinik sanitasi.
2. Dosen Pengampu Mata Kuliah Klinik Sanitasi yang telah memberikan
materi perkuliahan klinik sanitasi sehingga menjadi dasar teori kami dalam
melaksanakan kegiatan klinik sanitasi di UPK. Puskesmas Khatulistiwa.
3. Ibu Sri Mulyanti, S.K.M selaku Kepala UPK. Puskesmas Khatulistiwa
yang telah memberikan izin dan kesempatan pada kami untuk
memperdalam aplikasi ilmu klinik sanitasi dalam pelaksanaan program di
puskesmas bersangkutan.
4. Ibu Sri Endah selaku koordinator pelaksana kegiatan klinik sanitasi di
UPK. Puskesmas Khatulistiwa yang telah bersedia membimbing kami
selama kegiatan praktikum di Puskesmas bersangkutan.
5. Pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan praktikum klinik sanitasi di
UPK. Puskesmas Khatulistiwa ini masih banyak kekurangan sehingga kami
sangat mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya laporan ini.
Pontianak, Juli 2014
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................. i
KATA PENGANTAR...................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................ v
DAFTAR GRAFIK.......................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................. 3
C. Manfaat................................................................................ 3
D. Sasaran................................................................................. 4
E. Ruang Lingkup..................................................................... 4
F. Kegiatan Klinik Sanitasi....................................................... 4
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Letak Geografi...................................................................... 6
B. Kependudukan...................................................................... 6
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. Angka Kematian (Mortalitas)............................................... 9
B. Angka Kesakitan (Morbiditas).............................................. 9
C. Pemberantasan Penyakit........................................................ 13
D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar........ 14
BAB IV HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kegiatan....................................................................... 16
B. Pembahasan........................................................................... 20
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 25
B. Saran...................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 26
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Dokumentasi Kegiatan......................................................... 27
B. Alur Pelayanan Upk. Puskesmas Khatulistiwa Pontianak.... 32
iii
C. Rekapitulasi Data Pasien Klinik Sanitasi............................ 33
D. Lembar Kegiatan Praktik Klinik Sanitasi............................ 36
E. Absensi Kehadiran Praktik Klinik Sanitasi......................... 42
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Indikator Kependudukan Kelurahan Batu Layang Tahun 2013
Tabel 2. Angka Kematian di Kelurahan Batu Layang Tahun 2013
Tabel 3. Angka Kesakitan (morbiditas) Tahun 2013
Tabel 4. Hasil Kegiatan Praktik Klinik Sanitasi di UPK. Puskesmas
Khatulistiwa
Tabel 5. Data Penyakit berbasis lingkungan yang dirujuk ke pelayanan
klinik sanitasi 23–28 Juni 2014 di wilayah kerja Puskesmas
Khatulistiwa
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Jumlah Penduduk Kelurahan Batu Layang tahun 2011-2013
Grafik 2. Perbandingan penduduk menurut jenis kelamin tahun 2011 – 2013
Grafik 3. IR/CFR DBD Kelurahan Batu Layang tahun 2008-2013
Grafik 4. Hasil Pencapaian TB tahun 2011-2013
Grafik 5. Morbiditas Pneumonia per 1000 balita tahun 2008-2012
Grafik 6. Morbiditas diare per 1000 penduduk Kelurahan Batu Layang
tahun 2008-2013
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (UU
No. 36 thn 2009).. Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dari
beberapa indikator yang digunakan untuk memantau perkembangan derajat
kesehatan sesuai standar pelayanan minimal bidang kesehatan dengan fokus
pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs).
MDGs atau Millenium Development Goals (Tujuan Pembangunan
Millenium) adalah 8 tujuan yang telah disetujui oleh 191 negara anggota PBB
untuk dapat dicapai pada tahun 2015 yang ditandatangani saat Deklarasi
Millenium PBB. Tujuan-tujuan MDGs tersebut adalah menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua kalangan,
mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan
angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS,
malaria, dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan
hidup serta mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (Ajeng,
2013).
Salah satu tujuan MDGs yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan
adalah pada tujuan ketujuh, yaitu memastikan keberlanjutan lingkungan
hidup dengan beberapa indikator pencapaian. Indikator tersebut diantaranya
adalah upaya penurunan sebesar setengah dari proporsi penduduk tanpa akses
terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas
sanitasi dasar pada tahun 2015. Berdasarkan target tersebut, maka diperlukan
adanya jangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat untuk mencapai
target MDGs melalui kegiatan kesehatan lingkungan. Salah satu
tempat/fasilitas pelayanan kesehatan yang paling mudah dijangkau oleh
masyarakat yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
1
Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang
pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi
utama sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk
masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek
pembiayaan (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008).
Salah satu kegiatan Puskesmas yang berkaitan sebagai upaya
pemenuhan target pencapaian pemenuhan kebutuhan sanitasi dasar sesuai
komitmen internasional yang tercantum di dalam MDGs adalah adanya
kegiatan kesehatan lingkungan. Program penyehatan lingkungan di
Puskesmas dibagi ke dalam 4 kegiatan pokok yaitu penyehatan lingkungan
pemukiman, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan tempat-tempat
umum dan pengawasan air limbah.
Berdasarkan data UPK. Puskesmas Khatulistiwa pada tahun 2013
tentang pencapaian program penyehatan lingkungan, diperoleh data bahwa
persentase penyehatan lingkungan pemukiman untuk angka bebas jentik 72,5
% dari target 95 %. Sementara cakupan rumah tangga yang telah menerapkan
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebesar 30,8 % dari target 70 %.
Persentase tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat kesehatan
81,57 % dari 76 TUPM yang diperiksa di Kelurahan Batu Layang. Sementara
untuk sanitasi tempat - tempat umum yang diperiksa di Kelurahan Batu
Layang yang memenuhi syarat sebanyak 85%. Pengelolaan air limbah di
Kelurahan Batu Layang masih memprihatinkan Rumah Tangga pada
umumnya tidak memiliki SPAL hanya menggunakan saluran pembuangan air
limbah yang dialirkan ke badan air supaya limbah tidak tergenang. Demikian
pula dengan akses air bersih sampai sekarang sebagian masyarakat Kelurahan
Batu Layang dan khususnya Puskesmas Khatulistiwa belum menggunakan air
PDAM atau sekitar 413 rumah tangga saja yang menggunakan air PDAM
(Profil UPK. Puskesmas Khatulistiwa, 2013).
2
Berdasarkan hasil penelitian Malik dan Aryanto, 2011 bahwa sebagian
besar derajat kesehatan masyarakat lebih dipengaruhi akibat faktor
lingkungan dan prilaku. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori H.L.
Blum (1974) yang menyatakan bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu lingkungan, prilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan
dimana faktor lingkungan dan perilaku mempunyai pengaruh terbesar
terhadap status kesehatan.
Berdasarkan teori H.L. Blum tersebut, maka upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit-penyakit tersebut harus melalui upaya perbaikan
lingkungan atau sanitasi dasar dan perubahan perilaku. Klinik sanitasi adalah
suatu cara dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan untuk pencegahan
dan pengendalian penyakit dengan menggunakan upaya kuratif, promotif dan
preventif mempunyai peran antara lain sebagai pusat informasi, pusat rujukan,
fasilator di bidang kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan kegiatan klinik sanitasi di UPK.
Puskesmas Khatulistiwa untuk meningkatkan pengetahuan dan
membentuk sikap serta ketrampilan kerja.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mendapatkan gambaran nyata tentang klinik sanitasi.
b. Mahasiswa mendapatkan pemahaman, penghayatan, dan ketrampilan
kerja dibidang klinik sanitasi.
c. Mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan membentuk sikap
serta ketrampilan profesional dalam praktik klinik sanitasi secara
nyata.
d. Mahasiswa terampil dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
berbasis lingkungan.
e. Mahasiswa dapat memberikan alternatif pemecahan masalah yang
sedang dihadapi pasien dan atau klien.
3
C. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
a. Dapat memanfaatkan tenaga terdidik dalam membantu penyelesaian
tugas klinik sanitasi.
b. Mendapatkan alternatif calon karyawan yang telah dikenal mutu dan
kredibilitasnya
c. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat
antara Puskesmas dan Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
2. Bagi mahasiswa
a. Mendapatkan pengalaman dan ketrampilan di bidang klinik sanitasi.
b. Terpapar dengan sesungguhnya dan pengalaman di instansi kesehatan
dalam hal ini puskesmas.
c. Mendapatkan bahan untuk penulisan skripsi.
D. Sasaran
1. Penderita penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lingkungan yang datang ke Puskesmas.
2. Masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan lingkungan
yang datang ke Puskesmas.
E. Ruang Lingkup
1. Penyakit dan penyehatan air bersih / jamban dalam rangka pencegahan
penyakit diare, kecacingan dan penyakit kulit.
2. Penyehatan perumahan/lingkungan dalam rangka pencegahan penyakit
ISPA / TB-Paru / DBD / malaria.
3. Penyehatan lingkungan kerja dalam rangka pencegahan penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan atau akibat kerja.
4. Penyehatan makanan dan minuman dalam rangka pencegahan penyakit
saluran pencernaan atau keracunan makanan.
4
5. Pengamanan pestisida dalam rangka pencegahan keracunan pestisida.
6. Penyakit atau gangguan kesehatan lainnya yang berhubungan dengan
lingkungan.
F. Kegiatan Klinik Sanitasi
1. Di dalam gedung
a. Semua pasien yang mendaftar di loket setelah mendapat kartu status
seterusnya diperiksa oleh petugas medis / paramedis Puskesmas.
Apabila didapatkan penderita penyakit berhubungan erat dengan faktor
lingkungan, maka yang bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi.
b. Klien yang mendaftar di loket langsung ke ruang klinik sanitasi untuk
mendapatkan bimbingan teknis. Di ruang klinik sanitasi sanitarian
akan melakukan wawancara dan konseling yang hasilnya ditulis dalam
kartu status kesehatan lingkungan. Selanjutnya petugas membuat janji
kunjungan ke rumah pasien atau klien.
2. Di luar gedung
Kegiatan di luar gedung ini adalah kunjungan rumah sebagai
tindak lanjut kunjungan pasien / klien ke Puskesmas. Kunjungan ini
sebenarnya merupakan kegiatan rutin yang lebih dipertajam sasarannya,
sesuai hasil wawancara pasien/klien dengan petugas sanitarian pada waktu
di Puskesmas.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Letak Geografi
Wilayah kerja Puskesmas Khatulistiwa meliputi seluruh wilayah
Kelurahan Batu Layang Kecamatan Pontianak Utara dengan luas 920 km².
Kelurahan Batu Layang terdiri dari 20 Rw dan 85 Rt. Keluarahn Batu Layang
berada pada 00’10” LS s/d 02’10” LU dan 10916’25” BT sampai
dengan 10920’05” BT. Batas geografis wilayah Kelurahan Batu Layang
adalah sebagai berikut.
1. Sebelah Utara : Kabupaten Pontianak
2. Sebelah Selatan : Sungai Kapuas
3. Sebelah Barat : Kabupaten Pontianak
4. Sebelah Timur : Kelurahan Siantan Hilir
B. Kependudukan
Berdasarkan data sensus penduduk Kelurahan Batu Layang tahun
2013 diketahui berjumlah 24.385 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 12.514 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 11.871 jiwa.
Berikut adalah grafik jumlah penduduk dari tahun ke tahun selama 3
(tiga) tahun terakhir di Kelurahan Batu Layang.
Grafik 1. Jumlah Penduduk Kelurahan Batu Layang
Tahun 2011-2013
Sumber: Data UPK. Puskesmas Khatulistiwa, 2013
6
Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk dari
tahun 2012 yang berjumlah 24.184 jiwa menjadi 24.385 jiwa pada tahun
2013 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 27 jiwa / km2 . Bila
dibandingkan menurut jenis kelamin, sejak tahun 2011 - 2013 maka akan
terlihat kondisi sebagai berikut:
Grafik 2. Perbandingan Penduduk Kelurahan Batu Layang
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011 - 2013
Sumber : Data UPK. Puskesmas Khatulistiwa, 2013
Berdasarkan grafik di atas, perbandingan penduduk laki-laki dan
penduduk perempuan hampir berimbang jumlahnya dengan sex ratio 1. Data
jumlah penduduk ini dari tahun ke tahun masih menjadi hambatan tersendiri
karena kekurangakuratan data yang diperoleh dari sektor terkait.
Berikut adalah tabel data indikator penduduk Kelurahan Batu Layang
pada tahun 2013.
Tabel 1. Data Indikator Kependudukan Kelurahan Batu Layang
Tahun 2013
No. Variable Kependudukan Angka/Rasio1. ∑ Penduduk 24.385
a. Laki-laki 12.514b. Perempuan 11.871c. Balita (0-4th) 2438d. Apras 975e. Kepala Keluarga 4864f. WUS 5865g. Pra-Usila 2723
7
h.Usila 12572. Kepadatan Penduduk 274. Jumlah Penduduk Miskin 38755. Jumlah Rw 206. Jumlah Rt 88
Sumber: Data UPK. Puskesmas Khatulistiwa, 2013
8
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. Angka Kematian (Mortalitas)
Angka kematian dapat menunjukan status yang kompleks dari
sekelompok masyarakat dalam suatu wilayah tertentu yang meliputi
lingkungan fisik, biologi, ekonomi dan kesehatan. Sebagai indikator derajat
kesehatan masyarakat, angka kematian yang dipergunakan adalah angka
kematian bayi, angka kematian kasar, kasus kematian ibu maternal, kasus
kematian neonatus.
Tabel 2. Angka Kematian di Kelurahan Batu Layang
Tahun 2013
Sum be r:
Data Puskesmas Khatulistiwa, 2013
Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa permasalahan AKI dan
AKB perlu mendapat perhatian serius agar di tahun yang akan datang terjadi
penurunan AKI dan AKB.
B. Angka Kesakitan (Morbidilitas)
Angka kesakitan dapat dikelompokkan dalam menjadi 2 kelompok
utama yaitu penyakit akibat infeksi dan non infeksi. Tabel berikut adalah data
angka kesakitan beberapa penyakit menular dan berpotensial wabah.
9
Indikator Puskesmas Khatulistiwa
Angka Kematian Ibu Nifas 1
Angka Kematian Bayi- Neonatal < 28 hr- Perinatal- Lahir Mati
221
Angka Kematian Balita Per 1000 Balita 0.005
Tabel 3. Angka Kesakitan (Morbiditas) di Kelurahan Batu Layang
Tahun 2013
No Jenis Penyakit Jumlah1 Demam Berdarah Dengue 82 TB BTA+ 73 Diare 2014 Pneumonie Balita 05 Campak 0
Sumber : Data Puskesmas Khatulistiwa, 2013
1. DBD
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa kasus DBD di kelurahan Batu
Layang pada tahun 2013 sebanyak 8 kasus, ini dapat disebabkan karena
masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan PHBS. Hal
ini dapat dilihat dari capaian rumah atau bangunan bebas jentik hanya
75,2% sedangkan target yang harus dicapai 95%. Sedangkan capaian
rumah tangga sehat dan ber-PHBS hanya 30,8% sementara target yang
harus dicapai sebesar 70%.
Grafik 3. IR/CFR DBD Kelurahan Batu Layang
Tahun 2008-2013
Sumber: Data Puskesmas Khatulistiwa, 2013
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa ada peningkatan Incident
Rate pada tahun 2013 sebesar 0.008%, sedangkan untuk Case Fatality
10
Rate tahun 2013 adalah 0% yang berarti tidak adanya kasus kematian
yang disebabkan oleh DBD.
2. TB BTA+
Penyakit TB paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa yang
sangat menular. Pengobatan TB paru memerlukan waktu yang lama
sehingga dalam masa pengobatan sering terjadi drop out atau pengobatan
terputus sebelum pasien sembuh. Sehingga tingkat kesembuhan pasien
sangat ditentukan oleh kerjasama yang baik dengan pasien maupun
keluarga sebagai faktor pendukung.
Pada tahun 2013 penemuan pasien baru TB BTA+ belum mencapai target
yaitu hanya 26% . Sedangkan untuk tingkat kesembuhan penderita TB
BTA+ juga belum mencapai target yaitu hanya 60%. Hal ini disebabkan
ada 2 pasien yang ditemukan pada akhir tahun sehingga sampai sekarang
masih menjalani pengobatan.
Grafik 4. Hasil Pencapaian TB di Wilayah Binaan UPK. Puskesmas Khatulistiwa
Tahun 2011-2013
Sumber : Data UPK. Puskesmas Khatulistiwa, 20133. ISPA
Indikator yang dipakai untuk angka kesakitan ISPA adalah Pneumonia
balita per 1000 balita. Pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus pneumoni
pada balita.
11
Grafik 5. Morbiditas Pneumonia per 1000 Balita di Wilayah Binaan UPK. Puskesmas Khatulistiwa
tahun 2008-2012
Sumber: Data UPK. Puskesmas Khatulistiwa, 2013
4. Diare
Diare adalah penyakit yang disebabkan Eschericia Coli yang menyerang
saluran pencernaan. Penyakit ini erat kaitannya dengan hygiene
perorangan yang kurang baik. Pada tahun 2013 ditemukan kasus diare
sebanyak 201 kasus.
Grafik 6. Morbiditas Diare per 1000 PendudukKelurahan Batu Layang
Tahun 2008-2013
Sumber: Data UPK. Puskesmas Khatulistiwa, 2013
12
C. Pemberantasan Penyakit
1. Pemberantasan penyakit menular tidak langsung
Kegiatan pemberantasan dan penanggulangan penyakit menular tidak
langsung ini meliputi pemberantasan penyakit DBD dan malaria. Adapun
capaian kinerja kegiatan ini adalah :
a. Morbiditas penyakit malaria tahun 2013 di kelurahan Batu Layang
menunjukkan Incident Rate per 100.000 penduduk 0 karena tidak
terdapat kasus malaria di wilayah kerja Puskesmas Khatulistiwa.
Sedangkan untuk DBD angka Incident Rate per 100.000 penduduk
sebesar 0.008%.
b. Angka kematian (CFR ) akibat penyakit DBD dan malaria dengan
realitas 0 %
2. Diare
Penyakit diare merupakan penyakit endemi, tidak hanya di Kelurahan
Batu Layang, tapi juga di Kota Pontianak. Penyakit ini erat kaitannya
dengan buruknya sanitasi dan kurangnya persediaan air bersih untuk
keperluan rumah tangga. Kinerja dari program ini dapat dilihat dari :
a. Tertanganinya kasus diare selama tahun 2013 sebanyak 100% ( 201
kasus).
b. Cakupan penemuan penderita diare hanya 32,15%.
3. TBC
Tuberculosis Paru adalah penyakit menular yang masih cukup banyak
ditemui di Kelurahan Batu Layang. Tingkat ekonomi, kurangnya
kesadaran Prilaku Hidup Bersih Sehat disertai rendahnya tingkat
pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingginya kasus TB Paru di
wilayah ini. Kinerja dari program ini adalah :
a. Ditemukannya penderita TB Paru BTA positif baru sebanyak 7 kasus
atau Case Detection Rate sebesar 26%.
b. Tingkat kesembuhan penderita atau cure rate 60 %, hasil ini belum
mencapai angka nasional > 85 %.
13
4. ISPA
Selama tahun 2013, ISPA merupakan penyakit yang menduduki peringkat
1 dari 10 besar penyakit di Puskesmas Khatulistiwa dengan jumlah kasus
sebanyak 3.166 (27,2%). Kasus ISPA biasanya meningkat pada musim
kemarau akibat kabut asap dan kondisi udara yang kurang
menguntungkan. Pada tahun 2013 tidak ditemukan kasus pneumonia
balita.
5. Pemberantasan penyakit kusta
Selama tahun 2013 di Kelurahan Batu Layang ditemukan 2 kasus
penyakit kusta. Kedua kasus tersebut sudah tertangani.
6. Surveilans
Surveilans adalah pengumpulan data guna pemantauan secara
berkesinambungan dan informasi tentang penyakit untuk mencegah
terjadi KLB. Hasil dari kegiatan ini adalah di lakukan 52 kali (100%)
penyediaan informasi kasus penyakit menular berpotensi wabah.
D. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
Program penyehatan lingkungan dijabarkan ke dalam 4 kegiatan pokok
yaitu penyehatan lingkungan pemukiman, penyehatan makanan dan
minuman, penyehatan TTU dan pengawasan air-limbah.
Adapun hasil di kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1. Penyehatan lingkungan pemukiman
a. Tahun 2013 diperoleh Angka Bebas Jentik 72,5 % dari target 95 %
b. Penyediaan abate untuk pemberantasan nyamuk .
c. Rumah tangga ber-PHBS 30,8 % dari target 70 %.
2. Penyehatan makanan dan minuman
Persentase tempat pengelolaan makanan yang memenuhi syarat
kesehatan 81,57 % dari 76 TUPM yang diperiksa di Kelurahan Batu
Layang.
3. Peningkatan penyehatan TTU
Tempat - tempat umum yang diperiksa di Kelurahan Batu Layang
yang memenuhi syarat sebanyak 85%.
14
4. Pengawasan air dan limbah
Pengelolaan air limbah di Kelurahan Batu Layang masih
memprihatinkan. Rumah Tangga pada umumnya tidak memiliki
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), melainkan hanya
menggunakan Saluran Pembuangan Air Limbah yang dialirkan ke
badan air supaya limbah tidak tergenang.
Demikian pula dengan akses air bersih sampai sekarang sebagian
masyarakat Kelurahan Batu Layang dan khususnya di wilayah
Puskesmas Khatulistiwa belum menggunakan air PDAM atau sekitar
413 rumah tangga saja yang menggunakan air PDAM.
15
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Kegiatan
Kegiatan praktik klinik sanitasi di UPK. Puskesmas Khatulistiwa
ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan membentuk sikap serta
ketrampilan kerja. Berikut hasil kegiatan yang telah kami lakukan selama
jadwal praktik 23-28 Juni 2014.
Tabel 4. Hasil Kegiatan Praktik Klinik Sanitasi
di UPK. Puskesmas Khatulistiwa
Hari, Tanggal Kegiatan Klinik Sanitasi
Senin, 23 Juni - Konseling- Kunjungan ke DAMIU Aquarius- Rekapitulasi data Sarana Sanitasi Dasar di
Wilayah Kerja Puskesmas KhatulistiwaSelasa, 24 Juni - Konseling
- Lanjutan rekapitulasi data Sarana Sanitasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Khatulistiwa
Rabu, 25 Juni - Konseling- Penyuluhan DBD di RT II/RW XVI di Gang
Masjid, Batulayang- Sosialisasi kawasan tanpa rokok di masjid/surau
di Gang Flora, Batulayang- Pengasapan/fogging di RT I/RW XI Gang
Beringin 2, BatulayangKamis, 26 Juni - Konseling
- Rekapitulasi data survey jentik di wilayah kerja Puskesmas Khatulistiwa
- Menyusun laporan PSN di wilayah kerja Puskesmas Khatulistiwa
Jumat, 27 Juni - Konseling- Survey jentik dan abatisasi di RT II/RW XV dan
RT II/RW XVI Gang Makam, BatulayangSabtu, 28 Juni - Konseling
- Kunjungan tindak lanjut klinik sanitasi ke rumah pasien penyakit kulit di RT I/RW XI Gang Beringin Maju I, Batulayang
Sumber: Data Primer, 2014
16
Berikut penjelasan hasil kegiatan praktik klinik sanitasi yang kami
lakukan di UPK. Puskesmas Khatulistiwa.
1. Di dalam gedung
a. Konseling
Kegiatan konseling kami lakukan setiap hari di meja klinik sanitasi
sesuai dengan jam buka Puskesmas.
Tabel 5. Data Penyakit berbasis lingkungan yang dirujuk ke Pelayanan Klinik Sanitasi 23 – 28 Juni 2014 di Wilayah Binaan
UPK. Puskesmas Khatulistiwa
No Penyakit Jumlah1 Kulit 92 ISPA 73 TB 24 Diare 1
Jumlah 19Sumber: Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel di atas, jumlah kasus penyakit kulit atau gatal-gatal
pada 23 – 28 Juni 2014 di wilayah kerja Puskesmas Khatulistiwa
merupakan penyakit berbasis lingkungan yang paling banyak dirujuk
ke pelayanan konseling klinik sanitasi.
b. Rekapitulasi data
Selain melakukan kegiatan konseling, kami juga membantu petugas
dalam merekap beberapa data terkait klinik sanitasi, seperti data
survey jentik yang telah diperoleh dari proses surveilans di lapangan.
Surveilans ini bertujuan untuk mengumpulkan data guna pemantauan
secara berkesinambungan dan informasi tentang penyakit untuk
mencegah terjadi KLB.
2. Di luar gedung
a. Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan dilakukan sebagai upaya preventif dalam
menurunkan atau menghindari tenjadinya angka kesakitan atau
bahkan angka kematian. Dalam hal ini adalah upaya penyuluhan
17
tentang DBD. Penyuluhan dilakukan di rumah Ketua RT II/ RW XVI
di Gang Masjid, Batulayang dengan melibatkan seluruh warga di
wilayah tersebut.
b. Survey jentik dan abatisasi
Kegiatan survey jentik dan abatisasi dilakukan rutin setiap 3 bulan
sekali di wilayah kerja UPK. Puskesmas Khatulistiwa. Pada
praktiknya, kami membantu petugas sanitarian melakukan survei di
wilayah RT. II/RW XV dan RT II/RW XVI.
c. Fogging atau pengasapan
Kegiatan fogging dilakukan di wilayah RT I/RW XI Gang Beringin 2,
Batulayang. Kegiatan bersifat berkelanjutan. Setelah dilakukan
pengasapan, masyarakat harus melakukan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) agar nyamuk tidak sempat berkembang biak.
d. Kunjungan klinik sanitasi
Sesuai dengan data pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi, sebagian
besar merupakan penderita penyakit kulit. Dari 9 kasus penyakit kulit
yang terdata selama rentang 23-28 Juni 2014, kami memutuskan
untuk melakukan kunjungan pada pasien Ahid Murtado (14 tahun)
dengan pertimbangan bahwa selain pasien, anggota keluarga lainnya
juga menderita penyakit yang sama yaitu penyakit kulit.
Berikut beberapa gambar keadaan lingkungan sekitar rumah pasien
yang kami kunjungi.
Gambar 1. Sumber air bersih menggunakan sumur gali
18
Gambar 2. Kondisi air limbah yang menggenang
Gambar 3. Keadaan tempat mandi dan jamban
B. Pembahasan
Klinik sanitasi merupakan sebagai salah satu pelayanan puskesmas
yang mengintegrasikan antara upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif mempunyai peran antara lain sebagai pusat informasi, pusat
rujukan, fasilitator bidang kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis
lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan permukiman yang difokuskan
pada penduduk yang beresiko tinggi di wilayah kerja puskesmas (Lindu,
2014).
Kegiatan klinik sanitasi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
19
1. Di dalam gedung
Kegiatan klinik sanitasi di dalam gedung adalah konseling. Semua pasien
yang mendaftar di loket setelah mendapat kartu status seterusnya
diperiksa oleh petugas medis / paramedis Puskesmas. Apabila di dapatkan
penderita penyakit yang behubungan erat dengan faktor lingkungan, maka
yang bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi. Kalau klien, setelah
mendaftar di loket, mereka langsung ke ruang klinik sanitasi untuk
mendapatkan bimbingan teknis. Di ruang klinik sanitasi, sanitarian /
tenaga kesling akan melakukan wawancara dan konseling yang hasilnya
ditulis dalam Kartu Status Kesehatan Lingkungan. Selanjutnya
sanitarian / petugas kesling membuat janji kunjungan ke rumah pasien /
klien.
Perlu diperhatikan bahwa tidak semua pasien atau klien yang dirujuk ke
bagian klinik sanitasi harus dilakukan kunjungan. Berikut beberapa
pertimbangan yang perlu dijadikan landasan dilakukannya kunjungan
klinik sanitasi.
a. Pasien dengan keluhan sakit yang sama dan berulang-ulang.
b. Beberapa anggota keluarga pasien/klien bersangkutan menderita atau
mengeluh gejala yang sama
Jadi, tidak semua pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi harus
ditindaklanjuti dengan melakukan kunjungan agar lebih efektif dan tepat
sasaran.
2. Di luar gedung
a. Penyuluhan
Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku di kalangan masyarakat
agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi
tercapainya peningkatan derajat kesehatannya (Sulistiani, 2014).
Kasus DBD di Kelurahan Batu Layang pada tahun 2013 menempati
peringkat ketiga tertinggi di Kota Pontianak, yaitu sebanyak 8 kasus.
Hal ini dapat disebabkan karena masih kurangnya kesadaran
20
masyarakat dalam menerapkan PHBS terutama berkaitan dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Berdasarkan data kasus tersebut, maka UPK. Puskesmas Khatulistiwa
mengambil kebijakan untuk mengadakan kegiatan penyuluhan DBD
di wilayah yang berpotensi terjadinya kasus DBD. Sasaran
penyuluhan kali ini adalah warga RT. 02/ RW. 16 bertempat di rumah
ketua RT. Tujuan dari kegiatan penyuluhan ini adalah agar warga
mengetahui dan dapat melakukan upaya antisipasi dini terhadap DBD
secara sederhana dan mandiri. Dalam hal ini, petugas memberikan
penekanan untuk menjaga keadaan sanitasi lingkungan rumah warga.
Petugas juga mengajak keterlibatan kami dalam memberikan materi
penyuluhan kepada warga sebagai upaya penerapan keilmuan klinik
sanitasi.
Kelemahan dari metode penyuluhan ini adalah masih kurangnya
kesadaran warga untuk menghadiri kegiatan penyuluhan. Ada
beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab kurangnya minat
warga. Salah satunya karena kesibukan warga.
b. Survei jentik dan abatisasi
Survei jentik dilakukan untuk mendapatkan data Angka Bebas Jentik
(ABJ), Container Index (CI) dan House Index (HI) di wilayah kerja
UPK. Puskesmas Khatulistiwa. Selain survei juga dilakukan kegiatan
pembagian bubuk abate untuk mengendalikan kasus DBD di
Kelurahan Batu Layang. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang
dilakukan oleh UPK. Puskesmas Khatulistiwa setiap 3 bulan sekali
sebagai upaya pengumpulan data perkembangan siklus kehidupan
nyamuk Aedes aegypti di wilayah kerja puskesmas.
Keterlibatan kami adalah membantu petugas sanitarian dalam
melakukan survei jentik dan abatisasi di RT II / RW XV dan RT II /
RW XVI Kelurahan Batu Layang.
c. Fogging
21
Fogging adalah upaya pemberantasan nyamuk dengan cara
penyemprotan asap (pengasapan). Fogging bukan merupakan upaya
pencegahan tetapi upaya pemberantasan nyamuk Aedes aegypti.
Fogging biasa dilakukan di wilayah yang ada penderita DBD untuk
membunuh nyamuk yang telah menggigit penderita agar tidak
menularkan pada orang lain. Setelah dilakukan fogging tidak lantas
menjamin terbebas dari nyamuk karena pada saat pengasapan hanya
nyamuk dewasa saja yang terbunuh, tetapi jentik-jentiknya tetap
berkembangbiak (Kadi, 2013).
Demikian halnya pemahaman yang diberikan oleh petugas sanitarian
di lapangan. Kegiatan fogging dilakukan di wilayah RT I / RW XI
Gang Beringin 2, Batu Layang. Kegiatan tidak hanya berhenti sampai
di situ. Setelah dilakukan pengasapan, masyarakat harus melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) agar nyamuk tidak sempat
berkembang biak. Fogging sebenarnya kurang efektif apabila tidak
ditindaklanjuti dengan gerakan 3M. Mencegah lebih efektif daripada
mengobati atau memberantas.
d. Kunjungan klinik sanitasi
Kunjungan klinik sanitasi merupakan upaya untuk menindaklanjuti
pasien atau klien yang melakukan konseling. Tujuan dari kunjungan
ini adalah sebagai berikut.
1) Menentukan pola penyebab atau penyebaran dari kasus penyakit
yang diderita pasien
2) Membantu memberikan saran upaya penanganan dengan
memperhatikan kondisi lingkungan rumah pasien/klien
Sesuai dengan data pasien yang dirujuk ke klinik sanitasi, sebagian
besar merupakan penderita penyakit kulit. Berdasarkan 9 kasus
penyakit kulit yang terdata selama rentang 23-28 Juni 2014, kami
memutuskan untuk melakukan kunjungan pada pasien Ahid Murtado
(14 tahun) dengan pertimbangan bahwa selain pasien, anggota
22
keluarga lainnya juga menderita penyakit yang sama yaitu penyakit
kulit.
Langkah awal yang kami lakukan adalah dengan melakukan
wawancara keluarga pasien mengenai prilaku atau kebiasaan sehari-
hari pasien dan anggota keluarga lainnya untuk menentukan
kemungkinan penyakit kulit diakibatkan dari personal higiene.
Selanjutnya dengan melakukan pengamatan kondisi lingkungan
sekitar rumah untuk menentukan kemungkinan faktor lingkungan
sebagai sumber penyebab.
Berdasarkan hasil analisa kami, penyebab dari penyakit kulit yang
diderita pasien ini adalah sebagai berikut.
1) Sumber air yang digunakan, yaitu menggunakan sumur gali yang
jaraknya berdekatan dengan jamban
2) Adanya sumber pencemar kandang ayam di area pemukiman
tersebut sehingga memungkinkan kotoran terbawa angin
3) Prilaku atau kebiasaan keluar rumah tanpa menggunakan alas kaki
sehingga berpotensi menempelnya kotoran dari tanah
4) Kepadatan hunian di dalam kamar rumah yaitu 3 orang dalam
sekamar sehingga memungkinkan terjadinya penularan akibat
kontak langsung
Adapun saran yang kami rekomendasikan adalah sebagai berikut.
1) Pencegahan penularan
a) Memiliki peralatan mandi dan pakaian yang terpisah dengan
anggota keluarga lainnya
b) Tidak kontak langsung dengan penderita
2) Penanganan penderita
a) Mengatur pola makan dan menghindari makanan berprotein
tinggi yang dapat memicu gejala gatal-gatal seperti telur dan
udang
b) Istirahat yang cukup
3) Perbaikan lingkungan
23
a) Menjaga kebersihan rumah
b) Melakukan upaya penjernihan air sumur yang digunakan
dengan melakukan penambahan Polyaluminium chloride
(PAC) pada tempat penampungan air.
24
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktik klinik sanitasi di UPK. Puskesmas
Khatulistiwa, beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai
berikut.
1. Pembangunan kesehatan Kelurahan Batu Layang pada tahun 2013 sudah
menunjukkan kemajuan dengan semakin meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat.
2. DBD masih menjadi masalah penyakit berbasis lingkungan di wilayah
kerja UPK. Puskesmas Khatulistiwa.
3. Berdasarkan hasil kegiatan, kami telah melakukan kegiatan klinik sanitasi
baik di dalam maupun di luar gedung. Kegiatan di dalam gedung yang
kami lakukan berupa konseling. Sementara kegiatan di luar gedung adalah
penyuluhan, surveilans dan kunjungan klinik sanitasi.
B. Saran
Saran yang bisa diberikan berdasarkan praktik klinik sanitasi yang telah
dilakukan adalah perlunya kerjasama dari pihak poli umum untuk selalu
memberikan rujukan bagi pasien / klien yang mengalami gangguan kesehatan
berbasis lingkungan ke bagian klinik sanitasi agar dapat dilakukan upaya
pencegahan dan penanganan melalui rekayasa maupun modifikasi lingkungan
untuk menghindari terjadinya KLB.
25
DAFTAR PUSTAKA
Royanti, Elly dkk. 2013. Profil UPK Puskesmas Khatulistiwa Tahun 2013
Tim Akademik D-IV Kesehatan Lingkungan. 2014. Panduan Praktik Klinik Sanitasi. Politeknik Kesehatan Pontianak Jurusan Kesehatan Lingkungan
Ajeng, Ayuningtyas. 2013. Tujuan MDGs dalam Bidang Kesehatan. Diakses dari http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2013/08/11/tujuan-tujuan-mdgs-dalam-bidang-kesehatan-di-indonesia-580276.html. 8 Juli 2014
26
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Dokumentasi Kegiatan
Ket. Gambar tampak depan UPK. Puskesmas Khatulistiwa, Batu Layang
Ket. Briefing rencana kegiatan oleh Ibu Sri Endah selaku Pembimbing Klinik
Sanitasi
27
Ket: Penyuluhan DBD di rumah Ketua RT. II/RW. XVI di Gang Masjid,
Batulayang.
Ket. Materi penyuluhan tentang DBD dan pemahaman mengenai penggunaan
bubuk abate
28
Ket. Membantu kegiatan di apotek
Ket. Survei jentik dan abatisasi di RT. III/RW. XVI dan RT. /RW. XV
29
Ket. Persiapan kunjungan lapangan ke rumah salah satu pasien penderita
penyakit kulit
Ket. Kegiatan konseling klinik sanitasi
30
Ket. Mengamati kondisi lingkungan di sekitar rumah pasien
Ket. Wawancara dengan keluarga pasien kunjungan
31
B. Alur Pelayanan UPK. Khatulistiwa Pontianak
32
Pasien datang
Loket
pembayaran
Ruang pemeriksaan
Pasien pulang
Apotik
Poli umum
Poli Gigi
Poli KIA
Pelayanan Penunjang
Klinik Klinik Klinik Sanitasi
Klinik Gizi
Lab