laporan praktikum uv-vis guntur sodikin

28
LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI KIMIA MATERI : SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Disusun Oleh : Nama : Guntur Sodikin NIM : 011100288 Jurusan : Teknokimia Nuklir 3 Kelompok : G Rekan Kerja : 1. NurAzizah Putrisetya Tanggal Praktikum : 27 November 2012 Asisten : Kartini Megasari, S.ST SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL YOGYAKARTA

Upload: sivafauziah

Post on 20-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

UV-Vis

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

LAPORAN PRAKTIKUM

INSTRUMENTASI KIMIA

MATERI :

SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Disusun Oleh :

Nama : Guntur Sodikin

NIM : 011100288

Jurusan : Teknokimia Nuklir 3

Kelompok : G

Rekan Kerja : 1. NurAzizah Putrisetya

Tanggal Praktikum : 27 November 2012

Asisten : Kartini Megasari, S.ST

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

I. TUJUAN

I.1. Dapat memahami cara kerja spektrofotometri UV-VIS

I.2. Dapat menentukan kandungan Fe dalam cuplikan

II. DASAR TEORI

Secara umum spektrofotometri adalah studi mengenai spectra secara kualitatif

dan kuantitatif. Spektrofotometri merupakan bagian spektroskopi elektromagnetik

yang lebih bersifat spesifik. Spektrofotometri berkaitan dengan sinar tampak, sinar

ultraviolet dekat dan sinar inframerah dekat. Dalam spektrofotometri juga tidak di

bahas teknik-teknik waktu resolusi spektroskopik. (Chritina,2006)

Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang

tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang di transmisikan

atau yang di absorpsi. (http://www.khusnul.blogspot.com)

Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu :

A =     log ( Io / It )         =  a b c

Keterangan  : Io = Intensitas sinar datang

It = Intensitas sinar yang diteruskan

a = Absorptivitas

b = Panjang sel/kuvet

c = konsentrasi (g/l)

A = Absorban

Page 3: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

Spektrofotometri merupakan bagian dari fotometri dan dapat dibedakan dari filter fotometri

sebagai berikut :

1. Daerah jangkauan spektrum

Filter fotometr hanya dapat digunakan untuk mengukur serapan sinar tampak (400-

750 nm). Sedangkan spektrofotometer dapat mengukur serapan di daerah tampak, UV (200-

380 nm) maupun IR (> 750 nm).

2. Sumber sinar

Sesuai dengan daerah jangkauan spektrumnya maka spektrofotometer menggunakan

sumber sinar yang berbeda pada masing-masing daerah (sinar tampak, UV, IR). Sedangkan

sumber sinar filter fotometer hanya untuk daerah tampak.

3. Monokromator

Filter fotometere menggunakan filter sebagai monokrmator. Tetapi pada spektro

digunakan kisi atau prisma yang daya resolusinya lebih baik.

4. Detektor

-   Filter fotometer menggunakan detektor fotosel

-   Spektrofotometer menggunakan tabung penggandaan foton atau fototube.

(http://www.chem-is-try.org)

Pada umumnya ada beberapa jenis spektrofotometri yang sering digunakan dalam analisis

secara kimiawi, antara lain:

a. Spektrofotometri Vis (visibel)

b. Spektrofotometri UV (ultra violet)

c. Spektrofotometer UV-VIS

Page 4: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

1. Spektrofotometri Visibel

         Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya tampak

(visible). Cahaya visible termasuk spektrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata

manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380 sampai 750 nm. Sehingga semua sinar yang

dapat dilihat oleh kita, entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun.. selama ia dapat dilihat oleh mata,

maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak(visible).

          Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spektro visible adalah lampu Tungsten.

Tungsten yang dikenal juga dengan nama Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W dan no

atom 74. Tungsten mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding logam lainnya. karena

sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu.Sample yang dapat dianalisa dengan metode ini

hanya sample yang memiliki warna. Hal ini menjadi kelemahan tersendiri dari metode

spektrofotometri visible.

Oleh karena itu, untuk sample yang tidak memiliki warna harus terlebih dulu dibuat berwarna dengan

menggunakan reagent spesifik yang akan menghasilkan senyawa berwarna. Reagent yang digunakan

harus betul-betul spesifik hanya bereaksi dengan analat yang akan dianalisa. Selain itu juga produk

senyawa berwarna yang dihasilkan stabil.

(http://wwkhusnul.blogspot.com)

2.  Spektrofotometri UV 

Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan

interaksi sample dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm.

Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium.Deuterium disebut juga heavy

hidrogen. Dia merupakan isotop hidrogen yang stabil yang terdapat berlimpah di laut dan

daratan. Inti atom deuterium mempunyai satu proton dan satu neutron, sementara hidrogen

hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron. Nama deuterium diambil dari bahasa

Yunani, deuteros, yang berarti ‘dua’, mengacu pada intinya yang memiliki dua pertikel.

Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata kita, maka senyawa yang dapat

menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan

transparan.Oleh karena itu, sample tidak berwarna tidak perlu dibuat berwarna dengan

penambahan reagent tertentu. Bahkan sample dapat langsung dianalisa meskipun tanpa

preparasi. Namun perlu diingat, sample keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau

centrifugasi. Prinsip dasar pada spektrofotometri adalah sample harus jernih dan larut

sempurna. Tidak ada partikel koloid apalagi suspensi.Spektrofotometri UV memang lebih

simple dan mudah dibanding spektrofotometri visible, terutama pada bagian preparasi

Page 5: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

sample. Namun harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi interferensi dari

senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang UV. Hal ini

berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa. 

salah satu analisa yang menggunakan UV sebagai detektornya adalah penetapan

Thiamin ( vit B1).(http://zaidanalrazi.blogspot.com)

3.     SpektrofotometriUV-VIS

         Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible.

Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya

visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar

sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.

         Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer

digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga

untuk sample tak berwarna. Spektroskopi ultraviolet-visible atau spektrofotometri ultraviolet-

visible (UV-Vis atau UV / Vis) melibatkan spektroskopi dari foton dalam daerah UV-

terlihat.  Ini berarti menggunakan cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet

(UV) dan dekat dengan inframerah (NIR)) kisaran.  Penyerapan dalam rentang yang terlihat

secara langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat.  Di wilayah ini dari

spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi elektronik.  Teknik ini melengkapi

fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi berkaitan dengan transisi dari ground state ke eksited

state.

Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :

a.    Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan.

b.    Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks

c.    Penyerapan oleh  perpindahan muatan.

Page 6: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

Interaksi antara energy cahaya dan molekul dapat digambarkan sbb :

E = hv

Dimana , E = energy (joule/second)

h = tetapan plank

v = frekuensi foton

(http://wwkhusnul.blogspot.com)

3.1.  Prinsip kerja spektrofotometri UV-VIS

Spektrofotometri uv-vis mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila cahaya

monokromatik melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut akan diserap,

sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan.

(http://pangestu-ayupangestu.blogspot.com)

3.2.   Bagian-bagian Spektrofotometer UV-Vis

1.       Sumber cahaya

Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil

dan intensitasnya tinggi. Sumber  cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua

macam:

a.       Lampu Tungsten (Wolfram)

Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak. Bentuk

lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara

350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki

waktu 1000jam pemakaian.

b.      Lampu Deuterium

Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum energy

radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah

uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.

2.      Monokromator

Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi  cahaya

tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-

bagian monokromator, yaitu :

a.       Prisma

Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya

di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.

Page 7: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

b.      Grating (kisi difraksi)

Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi

sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih

baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.

c.       Celah optis

Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan

dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan

dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.

d.      Filter

Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang

diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang

dipilih.

3.      Kompartemen sampel

Kompartemen ini digunakan sebagai tempat diletakkannya kuvet. kuvet merupakan

wadah yang digunakan untuk menaruh sampel yang akan dianalisis. Pada

spektrofotometer double beam, terdapat dua tempat kuvet. Satu kuvet digunakan sebagai

tempat untuk menaruh sampel, sementara kuvet lain digunakan untuk menaruh blanko.

Sementara pada spektrofotometer single beam, hanya terdapat satu kuvet.

Kuvet yang baik harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut :

a.       Permukaannya harus sejajar secara optis

b.      Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan

c.       Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia

d.      Tidak rapuh

e.       Bentuknya sederhana

Terdapat berbagai jenis dan bentuk kuvet pada spektrofotometer. Umumnya pada

pengukuran di daerah UV, digunakan kuvet yang terbuat dari bahan kuarsa atau

plexiglass. Kuvet kaca tidak dapat mengabsorbsi sinar uv, sehingga tidak digunakan

pada saat pengukuran di daerah UV.  Oleh karena itu, bahan kuvet dipilih berdasarkan

daerah panjang gelombang yang digunakan. Gunanya agar dapat melewatkan daerah

panjang gelombang yang digunakan.

Page 8: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

• UV : fused silika, kuarsa

• Visible : gelas biasa, silika atau plastik

• IR : KBr, NaCl, IRTRAN atau kristal dari senyawa ion

Bahan Panjang gelombang

Silika 150-3000

Gelas 375-2000

Plastik 380-800

Tabel 1 Bahan Kuvet Sesuai Panjang Gelombang

4.      Detektor

Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah

menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk

angka-angka pada reader (komputer).

Terdapat beberapa jenis detector pada spektrofotometer :

Jenis detector λ range (nm) Sifat pengukuran Penggunaan

Phototube 150 – 1000 arus listrik UV

Photomultiplier 150 – 1000 arus listrik UV/Vis

Solid state 350 – 3000

Thermocouple 600 – 20.000 arus listrik IR

Thermistor 600 – 20.000 hambatan listrik IR

Tabel 2 Jenis-jenis detektor berdasarkan panjang gelombang

Syarat-syarat ideal sebuah detector adalah :

-          Mempunyai kepekaan tinggi

-          Respon konstan pada berbagai panjang gelombang

-          Waktu respon cepat dan sinyal minimum tanpa radiasi

-          Sinyal listrik ayng dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi

5.      Visual display

Page 9: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan

dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.

(http://pangestu-ayupangestu.blogspot.com)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri  UV-Vis

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri

UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan

spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi

senyawa yang berwarna.

Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan :

Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis

Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut.

Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan

pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu :

1. Reaksinya selektif dan sensitif.

2. Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel.

3. Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama.

4. Waktu operasional

Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna.

Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu operasional

ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan.

Pemilihan panjang gelombang

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang

yang mempunyai absorbansi maksimal. Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan

panjang gelombang maksimal, yaitu :

Page 10: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

1. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang

gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi

adalah yang paling besar.

2. Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada

kondisi tersebut hukum    lambert-beer akan terpenuhi.

3. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan

ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang

maksimal (Rohman, Abdul, 2007).

(http://catatankimia.com)

III. BAHAN DAN ALAT

III.1. BAHAN

1. Cuplikan bayam

2. Larutan FeCl3 1000 ppm

3. Aquadest

4. HNO3 pekat

5. H2SO4 pekat

6. HNO3 0,1 N

7. Larutan tiosianat (NH4SCN) 2M

III.2. ALAT

1. Pipet tetes

2. Pipet gondok

3. Pipet ukur

4. Statif

5. Bulb pipet

6. Gelas arloji

7. Neraca analitik

8. Labu ukur

9. Gelas beker

10. Batang pengaduk

11. Kompor listrik

12. Beker Teflon

13. Botol semprot

Page 11: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

14. Kuvet

15. Spektrofotometri UV-VIS

IV. CARA KERJA

IV.1. Penyiapan larutan cuplikan

1. Sampel yang berupa serbuk bayam ditimbang 0,4 gram.

2. Serbuk bayam dimasukkan kedalam beker Teflon, kemudian ditambahkan

2 ml H2SO4 pekat dan 2 ml HNO3 pekat. Beker Teflon ditutup dengan

gelas arloji, kemudian dipanaskan dengan hati-hati diatas kompor listrik.

3. Setelah semua sampel bayam larut dan larutan berubah warna menjadi

bening, beker Teflon kemudian diangkat dari kompor listrik dan

didinginkan.

4. Larutan sampel diencerkan kedalam labu takar 100 ml. Kemudian,

diencerkan kembali kedalam labu takar 50 ml dengan ditambahkan 2 ml

larutan tiosianat 2M.

4.2. Penyiapan larutan standar

1. Larutan standar FeCl3 100 ppm sebanyak 50 ml dengan cara dipipet

larutan standar FeCl3 1000 ppm sebanyak 5 ml kemudian ditandabataskan

sampai 50 ml.

2. Dari larutan standar Fe 100 ppm kemudian dibuat larutan standar Fe

dengan konsentrasi 50 ppm dalam 50 ml, 25 ppm dalam 25 ml, dan 10

ppm dalam 100 ml. Sedangkan larutan standar 10 ppm kemudian dibuat

larutan standar Fe dengan konsentrasi 5 ppm dalam 25 ml dan 1 ppm

dalam 25 ml.

3. Larutan standar Fe ditambahkan 2 ml larutan tiosianat dan 2 ml HNO3 0,1

N terlebih dahulu, kemudian ditandabataskan.

4.3. Pengukuran

1. Panjang gelombang kerja atau panjang gelombang maksimum dicari.

2. Pengukuran standar dilakukan dan absorbansinya dicatat.

3. Pengukuran pada sampel dilakukan dan absorbansinya dicatat.

4. Kurva kalibrasinya dibuat dan cuplikan diintderpolasi dalam kurva

kalibrasi.

Page 12: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

V. DATA PENGAMATAN

V.1. Penyiapan larutan cuplikan

1. Massa cuplikan bayam = 0,4 gram

2. Volume cuplikan awal = 100 ml

3. Pengenceran

0,4 gram100 ml

x1 ml

50 ml

V.2. Penyiapan larutan standar

Pembuatan larutan standar FeCl 100 ppm

V1 C1 V2 C2

5 ml 1000 ppm 50 ml 100 ppm

Pembuatan larutan standar 50 ppm,25 ppm, 10 ppm, 5 ppm, dan 1

ppm.

No

.

C1 V1 C2 V2

1. 100 ppm 25 ml 50 ppm 50 ml

2. 100 ppm 6,5 ml 25 ppm 25 ml

3. 100 ppm 10 ml 10 ppm 100 ml

4. 10 ppm 12,5 ml 5 ppm 25 ml

5. 10 ppm 2,5 ml 1 ppm 25 ml

V.3. Pengukuran

Larutan standar

λ = 472,0 nm

No. Konsentrasi Absorbansi

1. 0 ppm 0,015

2. 1 ppm 0,020

3. 5 ppm 0,200

4. 10 ppm 0,587

5. 25 ppm 0.891

Page 13: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

6. 50 ppm -0,010

Sampel

No. Λ Absorbansi

1. 472,0 nm 0,054

VI. PERHITUNGAN

VI.1. Penyiapan larutan standar FeCl3

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 1000 ppm = 50 ml . 100 ppm

V1 = 5 ml

Jadi, untuk membuat larutan standar FeCl3 100 ppm sebanyak 100 ml

diperlukan larutan standar FeCl3 1000 ppm sebanyak 5 ml yang

kemudian diencerkan kembali.

VI.2. Larutan FeCl3 100 ppm diencerkan menjadi 50 ppm dalam 50 ml

V1 . C1 = V2 . C2

V1 . 100 ppm = 50 ml . 50 ppm

V1 = 25 ml

Jadi, untuk membuat larutan standar FeCl3 50 ppm sebanyak 50 ml

diperlukan larutan FeCl3 100 ppm sebanyak 25 ml kemudian

diencerkan menjadi 50 ml.

Dengan cara yang sama, diperoleh :

No. V1 (ml) C1 (ml) V2 (ml) C2 (ml)

1. 25 100 50 50

2. 6,5 100 25 25

3. 10 100 100 10

4. 12,5 10 25 5

5. 2,5 10 25 1

Page 14: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

VI.3. Penentuan kurva kalibrasi

λ = 472,0 nm

No. konsentrasi Absorbansi

1. 0 ppm 0,015

2. 1 ppm 0,020

3. 5 ppm 0,200

4. 10 ppm 0,587

5. 25 ppm 0,891

6. 50 ppm -0,010

0 5 10 15 20 25 300

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1

f(x) = 0.0364474445515911 x + 0.0437309546769528R² = 0.930472693585854

Grafik Konsentrasi VS Absorbansi

konsentrasi (ppm)

Abso

rban

si

VI.4. Penentuan kadar Fe dalam Bayam

Berdasarkan grafik konsentrasi vs absorbansi pada panjang gelombang 472,0

nm diperoleh persamaan garis :

y = 0,036x + 0,043

Page 15: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

dimana y adalah absorbansi dan x adalah konsentrasi

Dari hasil pengukuran diperoleh Absorbansi pada sampel bayam

Sebesar 0,054

y = 0,054

y = 0,036x + 0,043

x = y−0,043

0,036

x=0,054−0,0430,036

x = 0,305 ppm

Faktor pengenceran = 50 ml1 ml

= 50

Kandungan Fe dalam cuplikan bayam = 0,305 ppm x 50

= 15,25 ppm

Jadi, kandungan Fe dalam cuplikan bayam sebesar 15,25 ppm

VII. PEMBAHASAN

Praktikum kali ini bertujuan untuk memahami cara kerja spektrofotometri uv-

vis dan menentukan kandungan Fe dalam cuplikan. Spektrofotometri ini

merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua

buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible.

Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga

untuk sample tak berwarna.

Pada praktikum kali ini, sampel cuplikan yang digunakan yaitu bayam dengan

massanya sebesar 0,4 gram.spektrofotometri uv-vis tidak dapat digunakan untuk

menganalisis sampel padat. Oleh karena itu, Salah satu cara untuk mengubah

partikel padat menjadi partikel cair adalah dengan cara destruksi. Proses destruksi

Page 16: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

dikatakan selesai apabila larutan yang di destruksi terlihat jernih hal ini

menandakan semua partikel padat bahan telah terdestruksi menjadi bentuk partikel

yang larut tanpa ada partikel padat yang tersisa. Untuk itu, bayam harus didestruksi

karena bayam partikel padat.proses destruksinya dengan cara melarutkan sampel bayam

dengan asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat secara bertetes tetes hingga larut masing-

masing sebanyak 2 ml. Sampel dikatakan larut apabila serbuk bayamnya sudah benar-

benar tidak ada (larut semua) dan tidak ada lagi warna hijau dari bayam tersebut

melainkan berwarna agak kekuningan. ketika selesai destruksi dilakukan pengenceran

dari 100 ml menjadi 50 ml dimana 1 ml dari 100 ml sampel yang telah diencerkan dan

ditambahkan larutan tiosianat sebanyak 2 ml . larutan sampel diencerkan dengan factor

pengenceran sebesar 50 kali. Larutan sampel perlu diencerkan karena konsentrasi yang

terlalu tinggi akan memberikan hasil yang tidak linier karena pengaruh hamburan.

Namun, larutan sampel juga tidak boleh terlalu encer karena akan memberikan serapan

yang tidak linier karena pengaruh background. Pada praktikum ini, prinsip

spektofotometri yang digunakan,yaitu hukum lambert beer . Dimana, konsentrasi dari

analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang

gelombang tertentu. Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara

absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan.

Dalam praktikum, larutan sampel dan larutan standar ditambahkan larutan asam nitrat

0,1 N dan larutan tiosianat 2 M sebelum ditandabataskan. Karena pada asam nitrat

berfungsi untuk mencegah terjadinya hidrolisis Fe3+ menjadi Fe(OH)3.

Fe3+ + 3H2O Fe(OH)3 + 3H+

Sedangkan penambahan larutan tiosianat digunakan untuk memantapkan warna

larutan karena larutan yang akan dianalisis harus merupakan larutan yang berwarna.

Larutan tiosianat yang ditambahkan kedalam larutan akan bereaksi dengan besi (III)

membentuk kompleks yang berwarna merah tua.

Fe3+ + SCN- Fe(SCN)2+

Merah tua

Larutan tiosianat dipilih sebagai pereaksi pembuat warna karena stabil dalam

larutan, serta tidak menyerap cahaya dalam spectrum dimana ketika akan

melakukan pengukuran dan proses pembentukan warna dengan sampel atau

cuplikan dapat berlangsung cepat.

Pada pembuatan standar, standar dibuat dengan 5 variasi konsentrasi dengan

menggunakan larutan FeCl3 1000 ppm yang kemudian diencerkan menjadi 100

Page 17: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

ppm, 5 variasi tersebut, yakni 50 ppm, 25 ppm, 10 ppm, 5 ppm, dan 1 ppm.

Pembuatan larutan standar dibuat dengan berbagai konsentrasi

dikarenakan,metode analisis yang digunakan adalah metode multipoint standar

dimana dari beberapa titik pada larutan standar tersebut dapat dibuat kurva

kalibrasi yang linier dan dari kurva atau grafik tersebut dapat diperoleh persamaan

garis yang kemudian dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi Fe dalam

sampel bayam.

Spektofotometri uv-vis harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan.

Panjang gelombang yang dipilih yaitu, panjang gelombang yang mempunyai

nilaio absorbansinya paling besar. Sehingga setelah dicari dengan menggunakan

salah satu larutan standar terlebih dahulu, diperoleh panjang gelombang

maksimumnya sebesar 472,0 nm. Selanjutnya setelah didapatkan panjang

gelombang maksimumnya diukur panjang gelombang larutan standar. Namun

sebelumnya diukur nilai absorbansi dari aquadest. Disini untuk melihat adanya Fe

didalam aquadest yang tidak mempunyai konsentrasi atau dianggap 0 ppm.

Berdasarkan pengukuran ternyata adanya kandungan Fe didalam aquadest

wlaupun sangat kecil dibandingkan dengan larutan standar dan sampel pada nilai

absorbansinya.

Berdasarkan pengukuran larutan standar, didapat nilai absorbansinya dan

dibuat grafik, sehingga diperoleh persamaan garis, yakni y = 0,036x + 0,043

dengan R2 = 0,930. Nilai R2 didapat kurang dari 1 sehingga grafik yang didapatkan

kurang linier, yang dikatak linier yaitu ketika nilai R2 sama dengan 1. Kurva ini

juga menunjukkan bahwa y merupakan fungsi dari x, dimana nilai y akan berubah

jika x juga berubah.

Page 18: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

0 5 10 15 20 25 300

0.10.20.30.40.50.60.70.80.9

1f(x) = 0.036447444552 x + 0.043730954677R² = 0.930472693585854

Grafik Konsentrasi VS Absorbansi

konsentrasi (ppm)Ab

sorb

ansi

Berdasarkan pengukuran didapatkan hasil absorbansi sampel pada panjang

gelombang 472,0 nm sebesar 0,054. Ketika nilai absorbansi dimasukkan kedalam

persamaan garis yang didapat, yakni y = 0,036x + 0,043 dan diperoleh konsentrasi

sampel sebesar 0,305 ppm. Namun, konsentrasi harus dikalikan dengan faktor

pengenceran, hal ini dikarenakan pada percobaan dilakukan pengenceran

sebanyak 50 kali. Jadi, konsentrasi Fe dalam sampel bayam setelah dikali factor

pengenceran sebesar 15,25 ppm.

VIII. KESIMPULAN

VIII.1. Spekttrofotrometri uv-vis , merupakan metode pengukuran radiasi

sinar uv dekat samapi pada sinar tampak. Spektrofotometer uv-vis merupakan

alat analisis yang digunakan untuk menentukan kadar suatu sampel dalam

bentuk cairan dan berdasarkan perbedaan warnanya. Spektrofotometri uv-vis

mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila cahaya monokromatik melalui

Page 19: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian

dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan.

VIII.2. Konsentrasi Fe pada sampel bayam sebesar 15,25 ppm.

IX. DAFTAR PUSTAKA

IX.1. Christina, Maria.2006. Instrumentasi Kimia I. Yogyakarta : STTN-

BATAN

IX.2. http://www.khusnul.blogspot.com/2012/06/spektrofotometri.html

diakses pada tanggal 26 November 2012, pukul 19.12 WIB

IX.3. http://catatankimia.com/catatan/tipe-dan-analisis-spektrofotometri-uv-

vis.html diakses pada tanggal 26 November 2012, pukul 19.38 WIB

IX.4. http://pangestu-ayupangestu.blogspot.com/2011/12/spektrofotometer-

uv-vis-dan.html diakses pada tanggal 26 November 2012, pukul 20.15 WIB

IX.5. http://zaidanalrazi.blogspot.com/2012/04/spectrofotometer-uv-vis.html

diakses pada tanggal 26 November 2012, pukul 20.50 WIB

IX.6. http://catatankimia.com/catatan/spektrofotometri-uv-vis.html diakses

pada tanggal 26 November 2012, pukul 21.14 WIB

IX.7. http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_analisis/

spektofotometri/ diakses pada tanggal 26 November 2012, pukul 21.30 WIB

Yogyakarta, 05 Desember 2012

Page 20: Laporan Praktikum Uv-Vis Guntur Sodikin

Asisten, Praktikan,

Kartini Megasari,S.ST Guntur Sodikin