laporan praktikum sediaan cair
DESCRIPTION
praktek sediaan semi padatTRANSCRIPT
LAPORAN RESMI TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI
“SEDIAAN CAIR”
KELOMPOK G. 1
FIDELIS APRI ANGKAT 17113241A
RATNA TRISNA PRADEWI 17113242A
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA2012
“SEDIAAN CAIR”
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui dan menguasai pembuatan sediaan cair
II. DASAR TEORI
SOLUTIONES (LARUTAN)
Solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.
Misal : Terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut
yang saling bercampur. kaerena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata,
maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan umumnya memberikan jaminan berupa
keseragaman dosis yang memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau
dicampur. Bentuk sediaan larutan ddigolongkan menurut pemberiannya, misalnya larutan
oral, larutan topikal atau digolongkan menurut cara pemberiannya didasarkan sistem
pelarut dan zat terlarut seperti spirit dan larutan air. Larutan yang diberikan secara parental
disebut injeksi.
Keuntungan solutio :
o campuran homogen
o dosis mudah diubah
o mudah memakainya, dapat dapat ditambah pemanis, pewarna dan pengaroma
o tidak mengiritasi lambung, dapaat dibuat lebih encer
o reaksinya cepat
Kerugian solutio :o banyak obat yang stabil/ rusak terurai
o bau dan rasa tidak enak, sukar dditutupi
o lebih besar volumenya
Persen dinyatakan dengan 4 cara sebagai berikut yaitu : b/b% adalah persen bobot per bobot, yaitu jumlah g zat dalam 100 g bahan atau hasil
akhir (larutan atau campuran). b/v% adalah persen bobot per volume, yaitu jumlah g zat dalam 100 ml bahan atau
hasil akhir (air atau pelrut lain). v/v% adalah persen volume per volume yaitu jumlah ml zat dalam 100 ml bahan atau
hasil akhir (larutan). v/b% adalah persen volume per bobot. Yaitu jumlah ml zat dalam 100 g bahan atau
hasil akhir.
Istilah kelarutan1. Sangat mudah larut kurang dari 12. Mudah larut 1 sampai 103. Larut 10 sampai 304. Agak sukar larut 30 sampai 1005. Sukar larut 100 sampai 10006. Sangat sukar larut 1000 sampai 10.0007. Praktis tidak larut lebih dari 10.000
Contoh Sediaan farmasi yang berupa larutan1. Collutaria adalah larutan pekat dalam air yang mengandung bahan deodorant,
antiseptika, anestetika local atau astrigen. Disimpan dalam botol putih, bermulut kecil. Etiket harus ditulis : tidak boleh ditelan. Untuk cuci mulut dan disebut pula cara pengencerannya
2. Collyria adalah sediaan berupa steril, jernih, bebas partikel asing, isotonis dan digunakan untuk mencuci mata, dapat ditambahkan larutan dapar dan pengawet
3. Elixir adalah sediaan berupa larutan obat dengan zat tambahan seperti gula, zat pengawet, zat warna dan zat pengaroma. Sebagai pelarut utama digunakan alcohol 90 % dan dapat ditambahkan gliserol, propilenglikol dan sorbitol. Karena elixir bersifat hidroalkohol maka dapat menjaga obat baik yang larut dalam air dan etanol.
4. Gargarisma ialah sediaan berupa larutan. Umumnya pekat dan bila digunakan diencerkan dulu. Gargarisma digunakan sebagai pencegah atau pengobatan infeksi tenggorokan.
5. Potiones adalah cairan yang berupa cairan untuk diminum, dibuat sedemikian rupa hingga dapat digunakan sebagai dosis tunggal dalam volume yang besar umunya, 50 ml
6. Sirupi adalah larutan pekat dari gula yang ditambahkan obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis.Sediaan sirup adalah sediaan cair yang mengandung gula (sakarosa), dengan kadar tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66% dan berupa larutan. Sirupadalahsediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atautanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat. Sirup yang mengandung bahan pemberi rasa tapi tidak mengandung zat-zat obat dinamakan pembawa bukan obat atau pembawa yang wangi/harum (sirup). Sirup bukan obat ini dimaksudkan sebagai pembawa yang memberikan rasa enak pada zat obat yang ditambahkan kemudian, baik dalam peracikan mresep secara mendadak atau dalam pembuatan formula standar untuk sirup obat, yaitu sirup yang mengandung bahan terapeutik atau bahan obat. Sirup obat dalam perdagangan dibuat dari bahan-bahanawal; yaitu dengan menggabungkan masing-masing komponen tunggal dari sirup seperti sukrosa, air murni, bahan pemberi rasa, bahan pewarna, bahan terapeutik dan bahan-bahanlain yang perlu dan diinginkan. Sirup merupakan alat yang menyenangkan untuk pemberian suatu bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya tidak enak. Sirup-sirup terutama efektif dalam pemberian obat untuk anak-anak, karena rasanya yang enak biasanya menghilangkan keengganan pada sebagian anak-anak untuk meminum obat. Sebagain besar sirup-sirup mengandung komponen-komponen berikut disampingair murni dan semua zat-zat obat yang ada: gula (biasanya sukrosa atau pengganti gulayang digunakan untuk memberikan rasa manis dan kental), pengawet antimikroba, pembaudan pewarna. Juga ada sirup yang mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.
Ada3 macam sirup yaitu: 1.Sirup SimpexMengandung 65% gula dalam air nipagin 0,25% b/v2.Sirup ObatMengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan.3.Sirup PewangiMengandung pewangi atau zat pewangi lain, tidak mengandung obatContoh: sir thyamin.
Fungsi sirup Sebagai Obat
Misalnya: Chlorfeniramini maleatis sirupus Sebagai Corigensia Saporis
Misalnya: Sirupus simplex Sebagai Corigensia Odoris
Misalnya: Sirupus aurantii Sebagai Corigensia Coloris
Misalnya: Sirupus Rhoedos, sirupus rubi idaei Pengawet
Misalnya: Sediaan dengan bahan pembawa sirup karena konsentrasi gula yang tinggi mencegah pertumbuhan bakteri,
Keuntungan sirup Sesuai untuk pasien yang susah menelan (pasien usia lanjut, Parkinson, anak-
anak. Dapat meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada anak-anak karena
rasanya lebih enak dan warnanya lebih menarik. Sesuai untuk obat yang bersifat sangat higroskopis.
Kerugian sirup Tidak semua obat bentuk sediaan sirup ada di pasaran. Sediaan sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada umumnya campuran atau
kombinasi beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak di butuhkan oleh pasien tersebut.
Tidak bias untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya di buat suspensi atau eliksir) eliksir kurang di sukai oleh dokter anak karena mengandung alkohol, suspensi stabilitasnya lebih rendah tergantung formulasi dan suspending agent yang di gunakan.
Tidak bias untuk bahan obat yang berbentuk minyak (minyak/oil biasanya di bentuk emulsi yang mana stabilitas emulsi juga lebih rendah.
Tidak ssesuai untuk bahan obat yang tidak stabil. Harga relaatif mahal karena memerlukan khusus dan kemasan yang khusus pula.
7. Mixtura dan solution tidak ada perbedaan yang prinsip dalam pengerjaan, hanya dikatakan larutan (solution) apabila zat yang terlarut hanya satu atau disebut mixture apabila zat yang terlarut adalah banyak. Contoh Solutio Citratis Magnesici dan Mixtura Bromoterum
8. Tetes telinga adalah cairan yang dibuat untuk digunakan membersihkan telinga atau melunakkan secret telinga sehingga mudah dikeluarkan.
9. Larutan cuci hidung adalah cairan yang dibuat dalam jumlah yang banyak untuk digunakan membersihkan hidung
EMULSIEmulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fase terdispersi) dengan zat cair lainnya (fase pendispersi) dimana satu campuran yang terdiri dari dua bahan tak dapat bercampur, dengan satu bahan tersebar di dalam fasa yang lain. Dikarenakan setiap bahan pangan memilki karakteristik masing-masing maka setiap bahan pangan memiliki jenis emulsi dan pengaruh jenis emulsi yang berbeda-beda. Salah satu dari zat cair tersebut tersebar berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair yang lain distabilkan dengan zat pengemulsi (emulgator/emulsifiying/surfactan)Emulsi tersusun atas tiga komponen utama, yaitu: Fase terdispersi (zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal). Fase pendispersi (zat cair yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal). Emulgator(zat yang digunakan dalam kestabilan emulsi).
Ada dua tipe emulsi, yaitu: Emulsi A/M yaitu butiran-butiran air terdispersi dalam minyak. Air berfungsi sebagai fase internal & minyak sebagai fase eksternal) Emulsi M/A yaitu butiran-butiran minyak terdispersi dalam air. Pada emulsi A/M, maka butiran-butiran air yang diskontinyu terbagi dalam minyak yang merupakan fase kontinyu, Sedangkan untuk emulsi M/A adalah sebaliknya. Kedua zat yang membentuk emulsi ini harus tidak atau sukar membentuk larutan dispersirenik.
Beberapa sifat emulsi yang penting: DemulsifikasiKestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses sentrifugasi, pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Krim atau creaming atau sedimentasi dapat terbentuk pada proses ini. Pembentukan krim dapat kita jumpai pada emulsi minyak dalam air, apabila kestabilan emulsi ini rusak,maka pertikel-partikel minyak akan naik ke atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi yang terjadi pada emulsi air dalam minyak; apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel air akan turun ke bawah. Contoh penggunaan proses ini adalah: penggunaan proses demulsifikasi dengan penmabahan elektrolit untukmemisahkan karet dalam lateks yang dilakukan dengan penambahan asam format (CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH).
PengenceranDengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan. Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi, adalah: Tegangan antarmuka rendah Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka Tolakkan listrik double layer
Relatifitas phase pendispersi kecilr Viskositas tinggi.
Aturan pemakaian obat dalam bentuk sediaan emulsi :“Shake well before use” atau bahasa latinnya “Agitatio ante conqusdum”, kocok dahulu sebelum diminum. Aturan ini tidak diberikan tanpa alasan, obat minum yang tampaknya tercampur rata ini sebenarnya terdiri dari berbagai macam zat aktif, mulai dari berbagai bahan obat itu sendiri, bahan pelarut, bahan pemanis,dan bahan penstabil. Bermacam bahan, baik yang padat, cair, maupun lemak ini kemudian akan tercampur dalam seuatu bentuk emulsi. Nah, agar emulsi ini tercampur dengan baik, sebelum mengkonsumsinya anda harus mengocoknya terlebih dahulu. Pengocokan tidak perlu dilakukan terlalu lama hingga obat berbuih. Cukup membolak-balik botol tempat obat sekitar 15 kali agar emulsi tersebut dapat tercampur sempurna.
Contoh obat dalam bentuk sediaan emulsi : Scott’s Emulsion Sakatonik ABC Curcuma plus Organic
SUSPENSISuspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu :1. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral.
2. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.
3. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.
4. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Stabilitas SuspensiSalah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah :1. Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang
dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya.
2. Kekentalan / ViskositasKekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum ” STOKES”
3. Jumlah Partikel / KonsentrasiApabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat / Muatan PartikelDalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi.Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :1. Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, danproses fermentasi bakteri. Termasuk golongan gom, contohnya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth, Algin. Golongan bukan gom, contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
2. Bahan pensuspensi sintesis Derivat Selulosa Golongan organik polimer
Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi1. Metode pembuatan suspensi, suspensi dapat dibuat dengan cara yaitu Metode Dispersi
dan Metode Precipitasi2. Sistem pembentukan suspensi yaitu Sistem flokulasi dan Sistem deflokulasi
Dalam system flokulasi, partikel terflokulasi adalah terikat lemah, cepat mengendap dan mudah tersuspensi kembali dan tidak membentuk cake. Sedangkan pada system Deflokulasi, partikel terdeflokulasi mengendap perlahan – lahan dan akhirnya akan membentuk sendimen dan terjadi agregasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :a. Deflokulasi
Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain. Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing patikel mengendap terpisah dan
ukuran partikel adalah minimal.
Sediaan terbentuk lambat. Diakhir sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi
b. Flokulasi Partikel merupakan agregat yang basa Sedimentasi terjadi begitu cepat Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi
kembali seperti semula.
Keuntungan sediaan suspensi antara lain sebagai berikut : Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat memperlambat
terlepasnya obat . Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan. Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam larutan, karena
rasa obat yang tergantung kelarutannya.
Kerugian bentuk suspensi antara lain sebagai berikut : Rasa obat dalam larutan lebih jelas. Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya pulveres, tablet,
dan kapsul. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan
dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
Alasan Penggunaan Suspensi Dalam Farmasi Zat berkhasiat tidak larut dalam air Zat berkhasiat tidak enak atau pahit Mengurangi proses penguraian zat aktif dalam air Kontak zat padat dengan medium dispersi dipersingkat Memperpanjang pelepasan obat menggunakan pembewa minyak
Contoh obat dalam bentuk sediaan suspensi yang ada di pasaran : Obat maag cair ( Antasida Doen ) Obat maag cair ( Mylanta ) OBH combi plus Mycostatin Suspensi Amoxicillin Proris ibuprofen Combantrin
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
1. Timbangan
2. Mortir
3. Stamfer
4. Cawan porselin
5. Ayakan mesh 60 dan 80
6. Batang pengaduk
7. Sendok tanduk
8. Gelas ukur
B. Bahan :
1. Parasetamol2. Etanol 3. PG4. Sirup simplex5. Asam Benzoat6. CMC7. Pewarna8. Essence9. Aqua10. Minyak ikan11. PGA12. Sirup simplex
13. Amoksilin14. CMC 15. Na Benzoate16. Sukrosa17. Alkohol 96 %18. Asam Benzoat19. Asam Borat20. Oleum eucaliptus21. Menthol22. Metil salisilat23. Timol24. Na. Lauril sulfat
IV. PENIMBANGAN BAHAN DAN CARA KERJA
Formula Sediaan Cair Oral
A. Sirup Parasetamol
Penimbangan Bahan
Parasetamol605
x 120 = 1,4 g
Etanol 5 mlPG 5,5 mlSirup simplex 40 % 24 mlAsam Benzoat 0,1 % 60 mgCMC 1 % x 60 600 mgPewarna 1 % 600 mgEssence qsAqua ad 60 ml
Cara Kerja
R/ Parasetamol 120 mg/5 ml
Etanol 5 ml
PG 5,5 ml
Sirup simplex 40%
Asam Benzoat 0,1%
CMC 1%
Pewarna 1%
Essence qs
Aqua ad 60 ml
1. Botol dikalibrasi 60 ml
2. Timbang semua bahan
3. Masukkan parasetamol + etanol dalam backer glass, aduk ad larut, + PG + asam
benzoat aduk ad larut
4. Taburkan CMC di atas air (20 x CMC = 12 ml), biarkan sampai mengembang,
kemudian aduk ad homogen
5. Tambahkan no. 3 + pewarna dan essence aduk ad homogen
6. Tambahkan air ad tanda kalibrasi
B. Emulsi Minyak Ikan
Penimbangan Bahan
Minyak ikan 20 ml
Air 10 ml
PGA 5 g
Sirup simplex 20 % x 100 = 20 g
Aqua ad 100
Cara Kerja
1. Pembuatan korpus emulsi dengan perbandingan M : A : PGA = 4 : 2 : 1
2. Masukkan minyak ikan ke dalam mortir + PGA aduk ad homogen, masukkan air
sekaligus aduk ad terjadi corpus emulsi
3. Tambahkan sirup simplex aduk ad homogen, masukkan botol
4. + air ad 100 g
C. Formula Suspensi (Dry Sirup/ Sirup Kering)
R/ Minyak ikan 20 ml
Air 10 ml
PGA 5
Sirup simplex 20 %
Aqua ad 100
Penimbangan Bahan
Amoksilin605
x 125 = 1,5 g
CMC 0,5 % 300 mg
Na Benzoate 0,1 % x 60 60 mg
Sukrosa 20 % 12 g
Alkohol 96 % qs
Zat warna qs
Essence qs
Cara Kerja
1. Botol dikalibrasi 60 ml
2. Timbang semua bahan
3. Dalam mortir sukrosa dihaluskan, + asam benzoate, haluskan + zat warna dan
essence, aduk ad homogen dan halus
4. Kembangkan CMC dengan etanol secukupnya, tambahkan no 3, gerus ad
menjadi massa granul yang siap untuk diayak
5. Granul diayak dengan mesh 16, dan keringkan dalam oven
6. Setelah granul kering, ayak lagi dengan mesh 18
7. Masukkan mortir, campurkan dengan amoksilin, aduk ad homogen
8. Masukkan dalam botol yang sudah diberi tanda
R/ Amoksilin 125/5 ml
CMC 0,5 %
Na Benzoate 0,1 %
Sukrosa 20 %
Alkohol 96 % qs
Zat warna qs
Essence qs
Formula Sediaan Cair Topikal
A. Mouthwash
Penimbangan Bahan
Etanol (90%) 21% 21 ml Asam Benzoat 0,028% 28 mg Asam Borat 2,35% 2,35 g Oleum eucaliptus 0,085% x 100 85 mg Menthol 0,042% 42 mg Metil salisilat 0,05% 50 mg Timol 0,064% 64 mg Na. Lauril sulfat qs Pewarna 0,1% x 60 = 100 mg Aqua ad 100 ml
Cara Kerja
1. Botol dikalibrasi 100 ml
2. Timbang semua bahan
3. Asam Benzoat, Asam Borat, Menthol, dan Timol dilarutkan dengan sebagian
alkohol dalam becker glass, aduk ad semua larut
4. Oleum eucaliptus, Metil salisilat, dan sisa alkohol dilarutkan dalam becker glass,
aduk ad homogen, + no 3 aduk ad homogen dan larut
5. Bila larutan keruh tambahkan Na. Lauril sulfat sedikit demi sedikit sambil diaduk
ad jernih
6. masukkan botol + air ad tanda kalibrasi
R/ Etanol (90%) 21%
Asam Benzoat 0,028%
Asam Borat 2,35%
Oleum eucaliptus 0,085%
Menthol 0,042%
Metil salisilat 0,05%
Timol 0,064%
Na. Lauril sulfat qs
Pewarna 0,1%
Aqua ad 100 ml
V. PEMBAHASAN
Dalam praktek kali ini kami membuat sediaan cair yang berupa sirup, emulsi,
suspensi, dan mouthwash. Solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih
zat kimia yang terlarut. Bentuk sediaan larutan ddigolongkan menurut pemberiannya,
misalnya larutan oral, larutan topikal atau digolongkan menurut cara pemberiannya
didasarkan sistem pelarut dan zat terlarut seperti spirit dan larutan air. Larutan yang
diberikan secara parental disebut injeksi.
Sirupi adalah larutan pekat dari gula yang ditambahkan obat atau zat pewangi
dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sediaan sirup adalah sediaan cair yang
mengandung gula (sakarosa), dengan kadar tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
66% dan berupa larutan. Sirup merupakan alat yang menyenangkan untuk pemberian
suatu bentuk cairan dari suatu obat yang rasanya tidak enak. Pada praktikum kali ini
kami membuat sediaan sirup parasetamol. Yang isinya adalah Parasetamol, Etanol, PG,
Sirup simplex, Asam Benzoat, CMC, Pewarna, Essence, dan Aqua. Dimana
parasetamol ini agak sukar larut dalam air. Kelarutannya adalah, parasetamol larut
dalam 70 bagian air, 7 bagian etanol, 13 bagian aseton, 40 bagian gliserol, 9 bagian PG,
dalam alkali hidroksida (KOH). Maka dalam resep ini parasetamol dilarutkan dengan
etanol dan PG. PG digunakan untuk menambah kelarutan agar kadar etanol tidak terlalu
besar. CMC dilarutkan dengan cara ditaburkan di atas air 20x nya dan dibiarkan
mengembang, baru kemudian dicampurkan dengan larutan parasetamol yang sudah
dicampur dengan asam benzoat. Setelah semuanya tercampur, baru kemudian
ditambahkan pewarna dan essence, aduk ad homogen, masukkan dalm botol, kemudian
tambahkan air sampai tanda kalibrasi dan jangan lupa diberi etiket warna putih.
Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fase
terdispersi) dengan zat cair lainnya (fase pendispersi) dimana satu campuran yang
terdiri dari dua bahan tak dapat bercampur, dengan satu bahan tersebar di dalam fasa
yang lain, maka dapat distabilkan dengan zat pengemulsi (emulgator/ emulsifiying/
surfactan). Dalam praktikum kali ini kami membuat sediaan emulsi minyak ikan yang
isinya adalah Minyak ikan, Air, PGA, Sirup simplex, dan Aqua. Minyak ikan tidak
akan dapat bercampur dengan air, maka dibuat emulsi dengan cara menambahkan
emulgator yang berupa PGA dengan menggunakan perbandingan M : A : PGA = 4:2:1.
Minyak ikan dimasukkan terlebih dahulu ke dalam mortir, kemudian tambahkan PGA
aduk ad homogen, baru kemudian kita tambahkan air sekaligus dengan jumlah yang
sesuai dengan perbandingan tadi, aduk ad terjadi corpus emulsi. Setelah itu baru kita
tambahkan sirup simplex sedikit demi sedikit gerus ad larut dan homogen, kemudian
kita masukkan dalam botol dan tambahkan aqua sampai 100 g, dan jangan lupa diberi
etiket warna putih.
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral. Dan kali ini kita membuat sediaan
suspensi dry sirup / sirup kering Amoksilin. Dengan resep yang isinya adalah
Amoksilin, CMC , Na Benzoate, Sukrosa, Alkohol 96 %, Zat warna, dan Essence.
Disini CMC berguna sebagai bahan pengikat, Na Benzoate sebagai bahan pengawet,
Sukrosa sebagai pemanis ataupun pengisi, Alkohol 96 % sebagai pelarutnya, Zat warna,
dan Essence digunakan agar obat terlihat menarik. Cara membuat CMC yaitu dengan
cara dikembangkan dengan menggunakan etanol secukupnya sekitar ± 3ml dalam
mortir kemudian gerus. Dalam mortir lain sukrosa dihaluskan, tambahkan asam
benzoate kemudian haluskan kembali, setelah itu tambahkan zat warna dan essence,
aduk ad homogen dan halus. Setelah itu masukkan kedalam mortir yang berisi CMC
tadi, kemudian gerus ad menjadi massa granul yang siap untuk diayak. Granul diayak
dengan mesh 16, dan keringkan dalam oven. Setelah granul kering, ayak lagi dengan
mesh 18, stelah terayak semua masukkan dalam mortir, kemudian campurkan dengan
amoksilin, aduk ad homogen dengan menggunakan sendok tanduk. Dry sirup harus
dibuat granul terlebih dahulu karena dengan membuat granul jika sudah ditambahkan
air, maka akan lebih cepat larut dibandingakan dengan yang tidak dibuat granul (serbuk
halus). Terakhir masukkan dalam botol yang sudah diberi tanda ad 60 ml dan beri etiket
berwarna putih.
Mouthwash adalah termasuk sedian cair topikal, yang cara penggunaanya
hanya untuk kumur-kumur saja dan tidak boleh ditelan. Dalam praktikum kali ini kami
membuat sediaan Mouthwash yang berisi Etanol (90%), Asam Benzoat, Asam Borat,
Oleum eucaliptus, Menthol, Metil salisilat, Timol, Na. Lauril sulfat, Pewarna, dan
Aqua. Asam Borat terdapat dua sediaan yaitu pulveratum dan kristalitatum. Pulveratum
biasanya digunakan untuk sediaan salep dan pulvis, sedangkan yang kristalitatum
biasanya digunakan untuk sediaan larutan, jadi kali ini kami menggunakan Asam Borat
yang berupa kristalitatum. Menthol, Metil salisilat, dan Timol masing-masing diambil
dengan sendok porselin dan ditimbang dengan kaca arloji. Pertama- tama botol
dikalibrasi 100 ml. Asam Benzoat, Asam Borat, Menthol, dan Timol dilarutkan dengan
sebagian alkohol dalam becker glass, aduk ad semua larut. Oleum eucaliptus, Metil
salisilat, dan sisa alkohol dilarutkan dalam becker glass yang lain, aduk ad homogen,
kemudian tambahkan larutan Asam Benzoat, Asam Borat, Menthol, dan Timol tadi,
aduk ad homogen dan larut. Bila larutan keruh tambahkan Na. Lauril sulfat sedikit demi
sedikit sambil diaduk ad jernih. Na. Lauril sulfat adalah sabun yang berfungsi untuk
menjernihkan larutan yang keruh. Setelah larutan jernih masukkan botol, tambahkan air
ad tanda kalibrasi, dan beri etiket berwarna biru.
VI. KESIMPULAN
Dari data dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut.
2. Sirupi adalah larutan pekat dari gula yang ditambahkan obat atau zat pewangi dan
merupakan larutan jernih berasa manis. Sediaan sirup adalah sediaan cair yang
mengandung gula (sakarosa), dengan kadar tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 66% dan berupa larutan.
3. Parasetamol dilarutkan dengan etanol dan PG. PG digunakan untuk menambah
kelarutan agar kadar etanol tidak terlalu besar.
4. CMC dilarutkan dengan cara ditaburkan di atas air 20x nya dan dibiarkan
mengembang.
5. Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fase terdispersi)
dengan zat cair lainnya (fase pendispersi) dimana satu campuran yang terdiri dari
dua bahan tak dapat bercampur, dengan satu bahan tersebar di dalam fasa yang
lain, maka dapat distabilkan dengan zat pengemulsi (emulgator/ emulsifiying/
surfactan).
6. Minyak ikan tidak akan dapat bercampur dengan air, maka dibuat emulsi dengan
cara menambahkan emulgator yang berupa PGA dengan menggunakan
perbandingan M : A : PGA = 4:2:1.
7. Korpus emulsi adalah inti dari pembuatan emulsi
8. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang
sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral.
9. Suspensi yang dibuat adalah sediaan dry sirup / sirup kering. Yang cara
pembuatannya dengan membuat granul terlebih dahulu, karena dengan membuat
granul jika sudah ditambahkan air, maka akan lebih cepat larut dibandingakan
dengan yang tidak dibuat granul (serbuk halus).
10. Mouthwash adalah termasuk sedian cair topikal, yang cara penggunaanya hanya
untuk kumur-kumur saja dan tidak boleh ditelan.
11. Asam Borat terdapat dua sediaan yaitu pulveratum dan kristalitatum. Pulveratum
biasanya digunakan untuk sediaan salep dan pulvis, sedangkan yang kristalitatum
biasanya digunakan untuk sediaan larutan, jadi kita menggunakan Asam Borat
yang berupa kristalitatum.
12. Menthol, Metil salisilat, dan Timol masing-masing diambil dengan sendok porselin
dan ditimbang dengan kaca arloji.
13. Na. Lauril sulfat adalah sabun yang berfungsi untuk menjernihkan larutan yang
keruh
14. Untuk obat dalam diberi etiket putih (Sirup Parasetamol, Emulsi Minyak Ikan, dan
Suspensi Dry Sirup Amoksilin)
15. Untuk obat luar diberi etiket biru (Mouthwash)
VII. DAFTAR PUSTAKA
Arief, M., 1999, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Depkes RI. Farmakope Indonesia Ed III.1979.Jakarta
tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. Obat-Obat Penting. Edisi keenam. 2007. Jakarta;
Elex Media Komputindo
Kuncahyo, Ilham, 2011, Petunjuk Praktikum Teknologi sediaan Farmasi, Universitas Setia
Budi, Surakarta.