laporan praktikum sanitasi lingkungan
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMMATAKULIAH SANITASI LINGKUNGAN
JUDULIDENTIFIKASI JENIS JENTIK-JENTIK PADA BAK MANDI SEBAGAI
INDIKATOR KUALITAS SANITASI LINGKUNGAN
DISUSUN OLEHACHMAD IWAN TANTOMI (2090610015)SITI ROKAYAH (2090610001)
JURUSAN BIOLOGIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan – genangan air
yang terjadi pada selokan yang buntu, gorong – gorong yang tidak lancar serta
adanya banjir yang berkepanjangan, perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi
atau berkembangbiaknya nyamuk pada genangan – genangan tersebut sehingga
dapat mengakibatkan musim nyamuk telah tiba pula, itulah kata-kata yang
melakat pada saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi adanya musim nyamuk
dengan cara pengendalian nyamuk dengan pendekatan perlakukan sanitasi
lingkungan atau non kimiawi yang tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya
pengendalian secara kimiawi.
Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga yang
disebut nyamuk. Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan
bahkan nyaris tanpa batas. Namun, berdampingannya manusia dengan nyamuk
bukan dalam makna positif. Tetapi nyamuk dianggap mengganggu kehidupan
umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia jauh lebih banyak
daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap
nyamuk seolah menjadi kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan
pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-
perdarahan.Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara,
India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-
tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan
tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak M Demam Berdarah Dengue
(DBD) kini sedang mewabah, tak heran jika penyakit ini menimbulkan kepanikan
di Masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyakit ini telah merenggut banyak
nyawa. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14 propinsi
Laporan Praktikum Sanitasi Lingkungan | 1
dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah
penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian meninggal sebanyak 54 orang.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam laporan ini adalah indikator
sanitasi lingkungan rumah tangga dengan menghitung dan mengindikasi jenis
jentik-jentik pada bak mandi.
1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah mengetahui indikator sanitasi
lingkungan rumah tangga dengan menghitung dan mengindikasi jenis jentik-jentik
pada bak mandi.
Laporan Praktikum Sanitasi Lingkungan | 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan
pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara,
India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-
tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan
tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri ;-) seringkali salah dalam
penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai
penyakit lain seperti Flu dan Tipes (Typhoid).
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas /
inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya
penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai
berikut :
a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).
b. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
c. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),
Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir
bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
d. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
e. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
f. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan
trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai
Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
g. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan
sakit kepala.
Laporan Praktikum Sanitasi Lingkungan | 3
h. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
i. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
j. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
2.2. Pencegahan Penyakit Demam Berdarah
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi
sampai sore, karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari).
Misalnya hindarkan berada di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari,
terutama di daerah yang ada penderita DBD nya. Beberapa cara yang paling
efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan atau
pengendalian vektornya adalah
Pengendalian Non Kimiawi
Pada Larva / Jentik Nyamuk
a. Dilakukan dengan cara menjaga sanitasi / kebersihan lingkungan yaitu pada
umumnya 3M: Menguras dan menyikat dinding bak penampungan air kamar
mandi; karena jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) akan
menempel pada dinding bak penampungan air setelah dikuras dengan ciri-ciri
berwarna kehitam-hitaman pada dinding, hanya dengan menguras tanpa
menyikat dinding maka jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest
Aegypti) tidak akan mati karena mampu hidup dalam keadaan kering tanpa air
sampai dengan 6 (enam) bulan, jadi setelah dikuras diding tersebut harus
disikat. Menutup rapat – rapat bak – bak penampungan air; yaitu seperti
gentong untuk persediaan air minum, tandon air, sumur yang tidak terpakai
karena nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) mempunyai ethology lebih
menyukai air yang jernih untuk reproduksinya, Mengubur barang-barang yang
tidak berguna tetapi dapat menyebabkan genangan air yang berlarut-larut ini
harus dihindari karena salah satu sasaran tempat nyamuk untuk bereproduksi.
b. Dilakukan dengan cara pencegahan preventive yaitu memelihara ikan pada
tempat penampungan air.
Laporan Praktikum Sanitasi Lingkungan | 4
Pada Nyamuk Dewasa
a. Dengan memasang kasa nyamuk atau screening yang berfungsi untuk
pencegahan agar nyamuk dewasa tidak dapat mendekat pada linkungan sekitar
kita.
b. Dengan menggunkan Insect Light Killer yaitu perangkap untuk nyamuk yang
menggunakan lampu sebagai bahan penariknya (attractan) dan untuk
membunuhnya dengan mengunakan aliran listrik. Cara kerja tersebut sama
dengan Electric Raket.
Pengendalian Kimiawi
Pada Larva / Jentik Nyamuk
Yaitu dikakukan dengan menaburkan bubuk larvasida atau yang biasa disebut
dengan ABATE Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras,
taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-
jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali. Selama 3 bulan bila tempat
penampungan air tersebut akan dibersihkan/diganti airnya, hendaknya jangan
menyikat bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut Air yang telah
dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar, tidak membahayakan dan tetap
aman bila air tersebut diminum.
Pada Nyamuk Dewasa
a. Dilakukan Space Treatment : Pengasapan (Fogging) dan Pengkabutan (Ultra
Low Volume) dengan insectisida yang bersifat knock down mampun menekan
tingkat populasi nyamuk dengan cepat.
b. Dilakukan Residual treatment : Penyemprotan (Spraying) pada tempat
hinggapnya nyamuk biasanya bekisaran antara 0 – 1 meter diatas permukaan
lantai bangunan.
c. Dengan memasang obat nyamuk bakar maupun obant nyamuk semprot yang
siap pakai dan bisa juga memakai obat oles anti nyamuk yang memberikan
daya fungsi menolak (repellent) pada nyamuk yang akan mendekat.
Laporan Praktikum Sanitasi Lingkungan | 5
Beberapa upaya untuk menurunkan, menekan dan mengendalikan nyamuk
dengan cara pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
Modifikasi Lingkungan
Yaitu setiap kegiatan yang mengubah fisik lingkungan secara permanen agar
tempat perindukan nyamuk hilang. Kegiatan ini termasuk penimbunan,
pengeringan, pembuatan bangunan (pintu, tanggul dan sejenisnya) serta
pengaturan sistem pengairan (irigasi). Kegiatan ini di Indonesia populer dengan
nama kegiatan pengendalian sarang nyamuk ”3M” yaitu dari kata menutup,
menguras dan menimbun berbagai tempat yang menjadi sarang nyamuk.
Manipulasi Lingkungan
Yaitu suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara yang
tidak menguntungkan bagi keberadaan nyamuk seperti pengangkatan lumut dari
laguna, pengubahan kadar garam dan juga sistem pengairan secara berkala di
bidang pertanian.
Mengubah atau Memanipulasi Tempat Tinggal dan Tingkah Laku
Yaitu kegiatan yang bertujuan mencegah atau membatasi perkembangan vektor
dan mengurangi kontak dengan manusia. Pendekatan ini dilakukan dengan cara
menempatkan dan memukimkan kembali penduduk yang berasal dari sumber
nyamuk (serangga) penular penyakit, perlindungan perseorangan (personal
protection), pemasangan rintangan-rintangan terhadap kontak dengan sumber
serangga vektor, penyediaan fasilitas air, pembuangan air, sampah dan buangan
lainnya.
Laporan Praktikum Sanitasi Lingkungan | 6
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan adalah 9 Desember 2012 pada pukul 06.00 WIB dan
17.00 WIB. Sedangkan tempat pelaksanaan adalah rumah kost praktikan di jalan
Tlogo Indah I/39 A Malang.
3.2. Alat dan Bahan
Toples dan gayung ukuran 1 liter dan bak mandi terisi air penuh.
3.3. Prosedur Kerja
a. Diambil jentik di setiap pojok bak kamar mandi dengan air dalam keadaan
tenang pada waktu pagi dan sore.
b. Dihitung jumlah jentik-jentik per liter.
c. Diidentifikasi jenis jentik-jentik yang ditemukan.
Laporan Praktikum Sanitasi Lingkungan | 7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil pengamatan
Tabel 1 okasi pengamatan praktikum
Lokasi Pengamatan Dokumentasi Lokasi Pengamatan
Rumah Kost di lokasi jalan Tlogo Indah I/39 A
Tabel 2 kegiatan pengamatan praktikum
Kegiatan Pengamatan Dokumentasi Pengamatan
Pengambilan jentik-jentik dalam toples berukuran 1 liter
Tabel 3 hasil penghitungan jentik-jentik dalam setiap liter pengambilan air
Urutan Pengambilan AirJumlah Jentik-jentik dalam Setiap Liter
Pengambilan Air (individu)
Pengambilan ke-1 17Pengambilan ke-2 15Pengambilan ke-3 15Jumlah 47
Laporan Praktikum Sanitasi Lingkungan | 8
Rata-rata 15,7
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilaksanakan dapat dijelaskan bahwa
jumlah jentik-jentik yang dihasilkan dalam setiap liter pengambilan air dalam bak
mandi berbeda-beda. Pada pengambilan ke-1 jumlah jentik-jentik yang ada
sebanyak 17 individu. Sedangkan pada pengambilan ke-2 dan ke-3 jumlah jentik-
jentik yang ada sebanyak 15 individu. Jumlah secara keseluruhan jentik-jentik dari
3 ulangan yang dilakukan sebanyak 47 dan rata-rata yang diperoleh sebesar 15,7
individu pada bak mandi di lokasi praktikum yang sudah ditentukan.
Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan
perumahan, di mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi
ataupun tempayan. Oleh karena itu, jenis ini bersifat urban, bertolak belakang
dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah hutan berpohon rimbun
(sylvan areas). Semua tempat penyimpanan air bersih yang tenang dapat menjadi
tempat berkembang biak nyamuk Aedes misalnya gentong air murni, kaleng
kosong berisi air hujan, bak kamar mandi atau pada lipatan dan lekukan daun
yang berisi air hujan, vas bunga berisi air dan lain-lain. Nyamuk Aedes aegypti
lebih banyak ditemukan berkembang biak pada kontainer yang ada dalam rumah.
Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa
memerlukan waktu sekitar 10-12 hari dan umur nyamuk Aedes aegypti betina
berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 1,5 bulan, tergantung dari
suhu kelembaban udara sekelilingnya (Biswas et al., 1997). Nyamuk A. aegypti,
seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada permukaan air bersih secara
individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang
lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan
dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke
instar 4 memerlukan waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva
berubah menjadi pupa di mana larva memasuki masa dorman. Pupa bertahan
selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Perkembangan
dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun
dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.
Laporan Praktikum Sanitasi Lingkungan | 9
Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan
dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi
larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air yang cukup untuk
perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi
nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi
ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih
rakus dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi
menghasilkan nyamuk-nyamuk.
Nyamuk Aedes aegypti lebih senang mencari mangsa di dalam rumah dan
sekitarnya pada tempat yang terlindung atau tertutup. Hal ini agak berbeda dengan
Aedes albopictus yang sering dijumpai diluar rumah dan menyukai genangan air
alami yang terdapat di luar rumah misalnya potongan bambu pagar, tempurung
kelapa, lubang pohon yang berisi air (Allan, 1998). Tempat peristirahatan nyamuk
Aedes aegypti berupa semak-semak atau tanaman rendah termasuk rerumputan
yang terdapat di halaman/kebun/pekarangan rumah, juga berupa benda-benda
yang tergantung di dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah dan lain
sebagainya (Srisasi G et al., 2000).
Memonitor kepadatan populasi Aedes aegypti merupakan hal yang penting
dalam mengevaluasi adanya ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue di suatu
daerah dan pengukuran kepadatan populasi nyamuk yang belum dewasa dilakukan
dengan cara pemeriksaan tempat-tempat perindukan di dalam dan luar rumah. Ada
3 angka indeks yang perlu diketahui yaitu indeks rumah, indeks kontainer dan
indeks Breteau (Srisari G et al., 2000). Indeks Breteau adalah jumlah kontainer
yang positif dengan larva Aedes aegypti dalam 100 rumah yang diperiksa. Indeks
Breteau merupakan indikator terbaik untuk menyatakan kepadatan nyamuk,
sedangkan indeks rumah menunjukkan luas persebaran nyamuk dalam
masyarakat. Indeks rumah adalah prosentase rumah ditemukannya larva Aedes
aegypti. Indeks kontainer adalah prosentase kontainer yang positif dengan larva
Aedes aegypti. Penelitian dari Bancroft pada tahun 1906 memberi dasar kuat
untuk mempertimbangkan Aedes aegypti sebagai vektor dengan cara menginfeksi
2 sukarelawan di daerah tempat terjadinya infeksi alamiah. (WHO, 2002).
Laporan Praktikum Sanitasi Lingkungan | 10
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil praktikum dan pembahasan yang sudah dijelaskan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa adanya jentik-jentik dalam bak
mandi lokasi praktikum mengindikasikan sanitasi lingkungannya cukup baik
karena air bersih dan jernih sehingga mudah didatangi nyamuk untuk
bereproduksi. Namun demikian, dari aspek kesehatan kurang baik karena adanya
larva yang akan berkembang menjadi instar (larva) menuju fase dewasa dapat
menimbulkan ragam penyakit yang disebabkan oleh nyamuk tersebut baik sebagai
vektor maupun hospes terhadap manusia, diantaranya seperti DBD. Sedangkan
larva yang diidentifikasi diduga dari spesies Aedes aegypti karena habitat jenis
nyamuk tersebut umumnya di bak mandi yang jernih dan tenang.
5.2. Saran
Saran yang diperlukan dalam laporan ini adalah topik dan kajian
praktikum yang jelas sehingga akan jelas dalam menentukan metode penelitian
yang akan digunakan.
Laporan Praktikum Sanitasi Lingkungan | 11
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. 2011. Pengendalian Nyamuk.
http://www.pc3news.com/index.php?cat=news&id=911&sub=2&view=news. Di
akses tanggal 4 Januari 2013.
Anonym. 2011. Pengendalian Nyamuk Dengan Pendekatan Secara Non Kimiawi
Lebih Diutamakan. http://masterhama.wordpress.com/2009/04/22/pengendalian-
nyamuk-dengan-pendekatan-secara-non-kimiawi-lebih-diutamakan/.
Di akses tanggal 4 Januari 2013.
Anonym. 2011. Vektor DBD. http://indonesiannursing.com/2008/05/vektor-dbd.
Di akses tanggal 4 Januari 2013.
Anonym. 2011. Program Penanggulangan DBD di Indonesia.
http://indonesiannursing.com/2008/05/program-penanggulangan-dbd-di-
indonesia/. Di akses tanggal 4 Januari 2013.
Anonym. 2011. Nyamuk Transgenic Harapan Baru Penanggulangan DBD.
http://majalahkesehatan.com/nyamuk-transgenik-harapan-baru-penanggulangan-
dbd. Di akses tanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Aedes aegypti.
http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti. Di akses 4 Januari 2013
Anonym. 2011. Penyakit Demam Berdarah Dengue.
http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-demam-berdarah-dengue-
dbd.html. Di akses tanggal 4 Januari 2013.
Anonym. 2011. Demam_berdarah dengue.
http://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah. Di akses tanggal 4 Januari 2013.