laporan praktikum osfis modul 1. pengenalan alat
DESCRIPTION
Laporan Praktikum Osfis Modul 1. Pengenalan AlatTRANSCRIPT
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA
MODUL I
PENGENALAN ALAT
Oleh:
Muhammad Sulaiman 26020212140030
Asisten:
Rinda Nita Ratnasari 26020211130048
Rahadimas Giyan Setiyadi 26020211110074
Agustini Sinaga 26020211110075
Hadi Pranoto 26020211130016
Nopi Prihatin 26020211130031
Elok Dyah Kusumawati 26020211130040
Rinda Nita Ratnasari 26020211130048
Arintika Widhayanti 26020211130064
Maria Yosephine Simbolon 26020211130069
PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN
MODUL I : PENGENALAN ALAT
NO KETERANGAN NILAI
1. I. Tujuan Praktikum
2. II. Tinjauan Pustaka
3. III. Materi Dan Metode
4. IV. Kesimpulan Dan Saran
5. Daftar Pustaka
6. Bonus
TOTAL
Semarang, 27 Oktober 2013
Asisten Praktikan
Rinda Nita Ratnasari Muhammad Sulaiman
26020211130048 26020211140030
Mengetahui,
Dosen Pengampu
Indra Budi Prasetyawan, S.Si, MT
197910032003121002
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui jenis-jenis alat yang digunakan dalam praktikum oseanografi fisika.
2. Mengetahui prinsip kerja, bentuk (gambaran), dan data yang dihasilkan dari tiap-tiap
instrumen yang digunakan dalam praktikum oseanografi fisika.
3. Mempelajari fungsi dan cara kerja alat (instrument) yang digunakan dalam praktikum
oseanografi fisika.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alat Pengukur Suhu, Salinitas, dan Kecerahan
2.1.1 CTD (Conductivity Temperature Depth)
CTD (Conductivity Temperature Depth) adalah instrumen yang digunakan
untuk mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan
densitas. Secara umum, sistem CTD terdiri dari unit masukan data, sistem
pengolahan, dan unit luaran (Thorpe,S.A, 2009).
CTD singkatan dari Conductivity, Temperature, and Depth adalah alat utama
untuk menentukan sifat fisik penting dari air laut antara lain Konduktivitas,
Temperatur (suhu), dan Kedalaman laut. Alat ini memeberikan gambaran yang
tepat dan komprehensif dari distribusi dan variasi suhu air, salinitas, dan densitas
yang membantu kita untuk memahami bagaimana pengaruh lautan terhadap
kehidupan di dalamnya (Irwansyah, 2013).
CTD (Conductivity Temperature Depth). Secara umum, sistem CTD terdiri
dari unit masukan data, sistem pengolahan, dan unit luaran. CTD digunakan untuk
mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan
densitas. Unit pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan
komputer yang dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai
pengolah sinyal CTD, penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke
digital. CTD mengontrol setiap kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta
kalibrasi. Setiap penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan
mencetak posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur sehingga
kronologis kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam. Sensor adalah sebuah
piranti yang mengubah fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki tiga
sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk
mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas) (Nugroho,E, 2012).
CTD (Conductivity Temperature Depth) adalah instrumen yang digunakan
untuk mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan
densitas. Unit masukan data terdiri dari sensor CTD, rosette, botol sampel, kabel
koneksi dll. Sensor berfungsi untuk mengukur parameter karakteristik fisik air laut
yang terdiri dari sensor tekanan, temperatur, dan konduktivitas. Botol sampel
berfungsi sebagai wadah sampel air sedangkan rosset berfungsi untuk mengatur
penutupan botol. Kabel koneksi berfungsi sebagai penompang, dan juga berfungsi
sebagai pengantar sinyal. Telekomando akan memberikan sinyal kepada rosset
untuk menutup botol secara berurutan, setelah mengambil sampel air laut.Unit
pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer
yang dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai pengolah sinyal
CTD, penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke digital. CTD
mengontrol setiap kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta kalibrasi. Setiap
penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan mencetak posisi,
kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur sehingga kronologis kegiatan
pengoprasian CTD dapat terekam.Sensor adalah sebuah piranti yang mengubah
fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni
sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar
listrik air laut (konduktivitas) (Hutabarat,S,1984).
a. Sensor Tekanan.
Sensor tekanan merupakan sensor yang memanfaatkan hubungan langsung
antara tekanan dan kedalaman. Sensor ini terdiri dari tahanan yang berbentuk
seperti jembatan wheatsrone kemudian dinamakan strain gauge. Strain gauge
merupakan alat resistansi yang berubah ketika mendapat tekanan, Tahanan ini
akan memegang peranan ketika mendapat gaya dalam bentuk fisika seperti
tekanan, beban (berat), arus (Lewis, E.L, 1980).
b. Sensor Temperatur.
Sensor temperatur adalah sensor yang berpengaruh terhadap suatu
hambatan, dalam bentuk termistor. Termistor (tahanan termal) merupakan alat
semikonduktor yang berperan sebagai tahanan dengan besar koefisien tehanan
temperatur yang tinggi dan biasanya bernilai negative. Alatini terbuat dari campuran
Oksida-Oksida logam yang diendapkan seperti mangan, nikel, kobalt dll (Lewis,
E.L, 1980).
c. Sensor Konduktifitas.
Sensor konduktifitas merupakan sensor yang mendeteksi adanya nilai daya
hantar listrik di suatu perairan. Sensor ini merupakan sensor yang terdiri dari
tabung berongga danempet buah terminal elektroda platina-rhodium di belakang
sisinya. Sebagai sensor yang melewati nilai konduktifitas maka rata-rata hasil
proses dalam pengukuran akan melewati nilai rendah (low pass fliter). Sensor ini
akan mulai mengukur ketika alat telah bergerak masuk kedalam air sampai pada
posisi yang diinginkan. Sebenarnya sensor ini mengukur nilai konduktifitas untuk
mengetahui nilai salinitas atau kadar garam di sebuah perairan sacara tidak
langsung (Lewis, E.L, 1980).
Kelebihan menggunakan CTD :
Dapat digunakan untuk penginderaan jauh
Sangat akurat karena dapat dikontrol dari atas kapal
Ringan (CTD saja)
Dapat digunakan hingga kedalaman beberapa ribu meter.
(Irwansyah, 2013).
Kekurangan CTD :
Alatnya kecil, bertenaga rendah sensor CTD yang digunakan pada
instrumen otonom seperti MP, glider, profil mengapung dan AUVs lebih kompleks
untuk beroperasi, keterbatasan utama adalah kebutuhan untuk mengkalibrasi
sensor individu. Hal ini terutama berlaku untuk instrumen otonom dikerahkan untuk
jangka waktu yang lama. ( Kapal-dikerahkan CTD yang direferensikan dengan data
sampel air yang tidak tersedia secara umum dengan penyebaran instrumen
otonom.) Oleh karena itu, sensor harus stabil untuk periode penyebaran, atau
asumsi tentang sifat-sifat air laut harus dibuat dan dirujuk ke data sensor
(Irwansyah, 2013).
2.1.2 Horiba
Horiba adalah alat pengkur kualitas suatu perairan. Horiba U-10 water
quality checker memberikan akurasi air laboratorium dan kemudahan push-tombol
operasi, untuk pengukuran kualitas air di lapangan. The U-10 sangat ideal untuk
memeriksa kualitas air dalam aplikasi seperti drainase limbah pabrik, perkotaan, air
sungai, danau dan air rawa, tangki budaya air, pasokan air pertanian dan air laut.
Instrumen mengukur enam parameter: pH, suhu, oksigen terlarut, konduktivitas
elektrolitik, kekeruhan dan salinitas. Salah satu faktor salinitas otomatis koreksi
memungkinkan U-10 untuk mengukur oksigen terlarut dalam baik segar atau air
garam. Sebuah aliran-melalui sel item sewa opsional dan memungkinkan in-situ
pengukuran dari sumur pemantauan. Horiba's U-50. Instrumen ini berfungsi untuk
mengetahui kualitas air pada suatu tempat dimana memungkinkan perhitungan di
atas 11 parameter kualitas air (Zemansky,S, 1994).
Horiba adalah alat pengkur kualitas suatu perairan. Berbagai parameter
fisika-kimia sangat dibutuhkan untuk mengetahui kualitas air. Horiba memiliki fungsi
yang cukup lengkap. Melalui horiba kita dapat mendapatkan berbagai parameter-
parameter fisika kimia, diantaranya adalah : DO, PH, temperatur, konduktivitas,
kedalaman, salinitas serta turbidity. Kelebihan horiba adalah gabungan dari
berbagai alat pengukur parameter yang dijadikan satu-kesatuan dan penggunaan yang
sederhana. Kekurangannya adalah alat ini sangat sensitif terhadap cahaya (Supangat,
2000).
2.1.3 Refraktometer
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/
konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula, garam, protein, dsb. Prinsip kerja dari
refraktometer sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan refraksi cahaya.
Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan dari German pada
permulaan abad 20 (Khopkar, S.M. 2007).
Refraktometer adalah alat ukur untuk menentukan indeks cairan atau padat,
bahan transparan dengan refrektometry. Prinsip pengukuran: oleh cahaya,
penggembalaan kejadian, total refleksi. Ini adalah pembiasan (refraksi) atau refleksi
total cahaya yang digunakan. Sebagai prisma umum menggunakan 3 prinsip, satu
dengan indeks bias disebut prisma. Cahaya merambat dalam transisi antara
pengukuran prisma dan media sampel (cairan) dengan kecepatan yang berbeda
indeks bias diketahui dari media sampel diukur dengan refleksi cahaya (Anonim,
2010).
Refraktometer analog tradisional sering digunakan sebagai sumber cahaya
sinar matahari atau lampu pijar untuk berpisah dengan filter warna detektor adalah
skala yang dapat dibaca dengan sistem optik, optik dengan mata. Contoh
refraktometer adalah Obbe refraktometer, Pulfrich refraktometer, Woltan Stans
refraktometer (1802), Jellay refraktometer (Khopkar, S.M. 2007).
Kelemahan :
Zat yang terlarut dianggap seluruhnya gula (untuk refraktometer sucrose)
sedangkan untuk refraktometer garam (salt) zat terlarutnya dianggap sebagai
garam NaCl.seluruhnya. ada 2 refraktometer : digital dan manual yang digital cukup
taruh cairan pada hole sample (2-5 mL) tekan start, keluar hasil di display. yang
manual, cukup taruh 2-3 tetes dipermukaan lensa kemudian ditutup, dari ujung
lubang diintip maka akan kelihatan batas terang gelap pada sekala berapa
(Matorang,R, 2012).
Keuntungan :
Refraktometer alat ini bekerja berdasarkan indeks bias, dimana
indeks bias berubah untuk setiap perubahan brix (Matorang,R, 2012).
2.1.4 Secchi Disk
Secchi disk adalah alat yang berfungsi untuk mengukur tingkat kecerahan
serta tingkat penetrasi cahaya dalam perairan. Tingkat kecerahan menyatakan
tingkat cahaya yang diteruskan ke dalam kolom air dan yang jatuh agak lurus pada
permukaan air. Kemampuan penetrasi cahaya matahari di pengaruhi kekeruhan
air,suspensi dalam air (lumpur),planktonik,jasad renik warna air (Hutabarat,1984).
Prinsip dari secchi disk sebagai berikut,piringan di turunkan ke dalam air secara
perlahan menggunakan pengikat/tali sampai pengamat tidak melihat bayangan
secchi. Saat bayangan piringan sudah tidak tampak, tali ditahan/berhenti
diturunkan. Selanjutnya secara perlahan piringan diangkat kembali sampai
bayangan tidak tampak kembali. Kedalaman air dimana piringan tidak tampak dan
tampak oleh penglihatan dalah pembacaan dari alat ini. Dengan kata lain,
kedalaman kecerahan oleh pembaca piringan secchi disk adalah penjumlahan
kedalamman tampak dan kedalaman tidak tampak bayangan secchi di bagi dua.
Warna hitam dan warna putih di gunakan karena hitam dapat mewakili gelap dan
putih mewakili warna cerah. Jadi,pemantulan panjang gelombang dari bahan
berwarna putih dan hitam. Inilah yang menjadi dasar pengukuran kecerahan
menggunakan instrument secchi disk. Prosedur memasukkan secchi disk dalam air
menurut Davies-Colly : Gunakan ukuran secchi yang tepat untuk mengukur
kecerahan (20 mm → 0.15-0.5m , 60 mm → 0.5-1.5 m ,200mm → 1.5-5m ,600mm →
5-15m) yang dicat putih atau hitam pada kuadran dan diberi pemberat agar tali
tetap lurus. Kedalaman secchi merupakan rata-rata dari hilang munculnya kembali.
Pembacaan dimungkinkan dilakukan siang hari. Kedalaman sedikitnya 50% lebih
besar dibanding kedalaman secchi ,kecerahan laut dinyatakan dalam meter (m).
Berikut ini standar data kecerahan pada model data yang berbeda :
Data titik kecerahan disimpan dalam field kecerahan dengan presisi sebesar 0,1 m.
Data garis adalah data kecerahan dalam format garis memiliki interval 2m. Garis
yang ada tergantung dari nilai minimum dan maksimum yang ada. Secchi disk
terbuat dari bahan akrilik 250-300 mm pemberat terbuat dari bahan stainless steel
dan terdiri dari dua bagian yaitu 2 bagian warna hitam dan 2 bagian warna putih
(Rhicards,1998).
Berikut adalah kelebihan dan Kekurangan dari secchi disk yaitu :
Kelebihan :
Alatnya sederhana dan mudah digunakan.
Kekurangan :
Kecerahan sangat tergantung pada keadaan cuaca dan waktu pengukuran.
Sebagai alat ukur kecerahan perairan dalam mengukur transparansi air,
perolehan datanya masih sebatas perkiraan atau tidak terlalu akurat.
(Matorang,R, 2012)
2.1.5 Salinometer
Salinometer adalah alat untuk mengukur salinitas dengan cara mengukur
kepadatan dari air yang akan dihitung salinitasnya. Bekerjanya berdasarkan daya
hantar listrik,semakin besar salinitas semakin Besar pula daya hantar listriknya. Alat
ini digunakan di laboratorium, berbeda dengan refraktometer yang biasa digunakan
di lapangan atau outdoor (Putry, 2012).
Cara menggunakan salinometer adalah sebagai berikut :
1. Ambil gelas ukur yang panjang, isi dengan air sampel yang akan diukur
salinitasnya.
2. Salinitas akan terbaca pada skalanya.
(Putry, 2012)
Kelebihan :
Dengan alat ini, konduktivitas dan pengukuran suhu dapat dilakukan
dilapangan.
Kekurangan :
Karena kabel suspensi agak tebal, alat ini harus diturunkan dari perahu dan
dihanyutkan untuk mengukur parameter dalam vertikal ketika arus melebihi 0,
75 m / detik.
(Matorang,R, 2012)
2.2 Alat Pengukur Arus Laut
2.2.1 Current meter
Current meter atau dikenal juga dengan alat ukur arus, biasanya digunakan
untuk mengukur aliran pada air rendah. Alat ini merupakan alat pengukur
kecepatan yang paling banyak digunakan karena memberikan ketelitian yang cukup
tinggi. Kecepatan aliran yang diukur adalah kecepatan aliran titik dalam satu
penampang aliran tertentu. Prinsip yang digunakan adalah adanya kaitan antara
kecepatan aliran dengan kecepatan putar baling-baling current meter. Seluruh
current-meter mekanik mengukur kecepatan dengan melakukan pengubahan
gerakan linear menjadi menjadi angular. Sebuah current-meter yang ideal harus
memiliki respon yang cepat dan konsisten dengan setiap perubahan yang terjadi
pada kecepatan air, dan harus secara akurat dan terpercaya sesuai dengan
komponen velositas. Juga harus tahan lama, mudah dilakukan pemeliharaan, dan
simpel digunakan dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Indikator kinerja
tergantung pada inertia dari rotor, gerakan air, dan gesekan dalam bearing.Secara
umum current meter yang biasa dipergunakan memiliki dua tipe : dengan “verctical
axis meter” dan “axis meter horizontal”. Dalam kedua perbedaan tersebut rotasi dan
rotor dari propeller dipergunakan untuk menentukan kecepatan arus laut sesuai
dengan pengaturan pada current-meter. Sebelum current-meter ditempatkan,
hubungan antara rotasi dan kecepatan dengan mempergunakan “towing tank”.Tiga
type dari alat ukur kecepatan dengan mempergunakan hukum Faraday. Dimana
konduktor (air) menggerakkan daerah medan magnet (diubah dengan kumparan
berbeda kutub) yang menghasilkan voltase dengan adanya arus air. Jadi secara
umum ada tiga jenis yang sering dipergunakan saat ini, prinsip electromagnetik
dengan mengukur kecepatan mempergunakan hukum Faraday dengan
menyatakan bahwa air mengakibatkan perubahan medan magnetik yang ada
dalam bidang yang telah diatur sehingga menghasilkan tegangan yang berbeda
secara linear sebanding dengan kecepatan arus.Elektrode dalam penelitian dapat
mendeteksi tegangan yang dihasilkan oleh air. Karena current meter tidak bergerak
bagian mereka tidak terganggu banyak sehingga tidak membutuhkan pemeliharaan
yang terkait dengan permasalahan mekanik (Hutabarat,1984)
Pengukuran kecepatan arus airr disebut dengan Water current meter yang
secara prinsip terbagi menjadi tiga sistem,yaitu :
1. Sistem Pencacah Putaran, yaitu current meter yang mengkonversi kecepatan
sudut dari propeller atau baling-baling kedalam kecepatan linear. Biasanya jenis
ini mempunyai kisaran pengukuran antara 0,03 sampai 10 m/s.
2. Sistem Elektromagnetik, pada sistem ini air dianggap sebagai konduktor yang
mengalir melalui medan magnentik. Perubahan pada tegangan diterjemahkan
kedalam kecepatan.
3. Sistem Akustik, pada sistem ini digunakan prinsip Doppler pada transduser,
juga biasanya berperan sekaligus sebagai receiver, yang memancarkan pulsa-
pulsa pendek pada frekuensi tertentu. Pulsa-pulsa direfleksikan ataupun
disebarkan oleh partikel-partikel dalam air dan terjadi pergeseran frekuensi dari
yang diterima kembali oleh receiver, dimana hal tersebut dapat diukur sebagai
kecepatan arus air
( Richards,P.R, 1998 ).
Keuntungan:
Baik untuk bekerja dengan cepat dan akurat, dan rumus kalibrasi dengan
mudah dapat diubah dalam grafik kecepatan, yang membuat perluasan lebih
mudah (Matorang,R, 2012).
Kerugian:
Tidak dapat mengetahui arah arus, dan komponennya dapat menambah atau
mengurangi jumlah putaran baling-baling sehingga tidak dapat mengetahui
kecepatannya dengan benar (Matorang,R, 2012).
2.2.2 ADCP
Acoustic Doppler Current Profiler atau biasa disebut ADCP adalah suatu
instrumen yang digunakan untuk mengukur gelombang. Alat ini mengirimkan sinyal
akustik frekuensi tinggi yang dapat dipantulkan oleh plankton, sedimen tersuspensi,
dan gelembung, semua yang diasumsikan melakukan perjalanan dengan
kecepatan rata-rata air. ADCP memperkirakan kecepatan horisontal dan vertikal
sebagai fungsi dari kedalaman dengan menggunakan efek Doppler untuk mengukur
kecepatan relatif radial antara instrumen dan scatterers di laut (Anonim, 2011).
Prinsip dasar perhitungan dari perhitungan gelombang yaitu kecepatan orbit
gelombang yang berada dibawah permukaan dapt diukur dari keakuratan ADCP.
ADCP mempunyai dasar yang menjulang,dan mempunyai sensor tekanan untuk
mengukur pasang surut dan rata-rata kedalaman laut. Time series dari kecepatan,
terakumulasi dan dari time series ini, kecepatan spektral dapat dihitung. Untuk
mendapatkan ketinggian diatas permukaan, kecepatan spektrum dierjemahkan oleh
pergeseran permukaan menggunakan kinematika linear gelombang (Anonim,
2011).
ADCP mempunyai dasar yang menjulang, dan mempunyai sensor tekanan
untuk mengukur pasang surut dan rata-rata kedalaman laut. Time series dari
kecepatan, terakumulasi dandari time series ini, kecepatan spektral dapat dihitung.
Untuk mendapatkan ketinggiandiatas permukaan, kecepatan spektrum
diterjemahkan oleh Pergeseran permukaan menggunakan kinematika linier
gelombang. Kegunaan ADCP pada berbagai aplikasi :
1. Perlindungan pesisir dan teknik pantai
2. Perancangan pelabuhan dan operasional
3. Monitoring Lingkungan
4. Keamanan Perkapalan
(Pariwono,J.I,1987)
Keuntungan:
Di masa lalu, mengukur profil kedalaman saat ini diperlukan penggunaan string
panjang meter saat ini. Hal ini tidak lagi diperlukan.
Tindakan arus skala kecil
Berbeda dengan teknologi sebelumnya, ADCPs mengukur kecepatan mutlak
air, tidak hanya seberapa cepat satu massa air bergerak dalam hubungannya
dengan yang lain.
Mengukur kolom air sampai dengan 1000 m lama.
(Matorang,R, 2012)
Kekurangan:
Ping frekuensi tinggi menghasilkan data yang lebih tepat, tapi ping frekuensi
rendah perjalanan jauh dalam air.Jadi para ilmuwan harus membuat kompromi
antara jarak yang profiler dapat mengukur dan ketepatan pengukuran.
ADCPs diatur ke "ping" juga cepat kehabisan baterai cepat.
Jika air sangat jelas, seperti di daerah tropis, ping tidak mungkin
memukul partikel cukup untuk menghasilkan data handal.
(Matorang,R, 2012)
2.3 Alat Pengukur Gelombang Laut
2.2.1 Palem gelombang
Palem gelombang merupakan papan kayu dengan panjang 4 meter,lebar 15
cm dan tebal 3 cm yang berskala tiap 20 cm. Pengukuran tinggi gelombang
dilakukan dengan mengamati puncak dan lembah,perhitungan periode gelombang
dilakukan dengan menghitung waktu gerakan gelombang melewati titik tertentu.
Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati batas puncak
gelombang dan batas lembah gelombang yang melewati wave pole yang diletakkan
disekitar 30 m dari garis pantai untuk kemudian dicatat perhitungan periode
gelombang dilakukan dengan cara ; pertama menentukan titik tetap dari letak wave
pole dengan jarak 2 meter,3 meter,4 meter,dan 5 meter yang berfungsi sebagai
acuan jarak untuk menentukan periode waktu gelombang.Periode gelombang
dihitung pada saat gelombang melewati wave pole sampai gelombang tersebut
melewati batas titik tetap yang telah di tentukan (Wibisono, M.S, 2005).
2.4 Alat Pengukur Pasang Surut
2.4.1 Palem pasut
Palem pasut merupakan alat pengukur pasut yang paling sederhana, berupa
papan dengan tebal 1-2 inci dan lebar 4-5 inci.Sedangkan panjangnya harus lebih dari
tunggang pasut. Dimana pemasangan palem pasut ini harus pada kondisi muka air
terendah (lowest water) skala nolnya masih terendam air, dan saat pasang tertinggi
skala terbesar haruslah masih terlihat dari muka air tertinggi ( highest water ).
Dengan demikianmaka tinggi rendahnya muka air laut dapat kita ketahui. Dan dari
data yang dicatat dari skala tersebut, kita dapat mengetahui pola pasang surut pada suatu
daerah pada waktu tertentu.Dalam pemasangannya rambu tersebut diskrup atau
ditempelkan secara vertikal pada tiang penyangga yang cocok (Hutabarat,1984).
Lokasi rambu harus berada pada lokasi yang aman dan mudah terlihat dengan
jelas, tidak bergerak-gerak akibat gelombang atau arus laut. Tempat tersebut tidak
pernah kering pada saat kedudukan air yang paling surut. Oleh karena itu panjang
rambu pasut yang dipakai sangat tergantung sekali pada kondisi pasut air laut di
tempat tersebut. Bila seluruh rambu pasut dapat terendam air, maka air laut tidak
dapat dipastikan kedudukannya.Pada prinsipnya bentuk rambu pasut hampir sama
dengan rambu dipakai pada pengukuran sifat datar (leveling).Perbedaannya hanya
dalam mutu rambu yang dipakai. Mengingat bagian bawah rambu pasut harus dipasang
terendam air laut, maka rambu dituntut pula harus terbuat dari bahan yang tahan air
laut. Rambu pasut hampir selalu digunakan pada pelabuhan-pelabuhan laut. Akan tetapi
dalam hal ini biasanya titik nol skala rambu diletakkan sama dengan muka surutan
setempat,sehingga setiap saat tinggi permukaan air laut terhadap muka surutan tersebut atau
kedalaman laut dapat diketahui berdasarkan pembacaan pada rambu (Pariwono, J.I.
1987).
2.4.2 Tide gauge
Tide gauge yaitu alat yang digunakan untuk mengukur muka air laut secara
otomatis. Perubahan muka laut disebabkan oleh pasang naik dan surut muka laut
harian (gaya tarik bulan dan matahari), angin dan tsunami. Informasi yang
diperlukankan untuk peringatan ini adalah pasang surut seketika sebelum terjadinya
tsunami untuk peringatan ini di lokasi tersebut, kemudian pasang naik akibat
tsunami adalah maklumat peringatan dini untuk lokasi yang lebih jauh.
Accelerograph dan tide gauge dipasang pada tempat yang sama dalam sebuah
shelter di pantai yang dilengkapi dengan sistem komunikasi dan sistem alarm.
Peringatan pertama untuk kewaspadaan datang dari accelerograph apabila
mencatat getaran kuat. Peringatan kedua datang dari tide gauge setelah mencatat
perubahan mendadak muka laut. Dua peringatan tersebut disampaikan kepada:
1. Masyarakat setempat berupa alarm.
2. Aparat setempat yang bertugas untuk koordinasi evakuasi.
3. BMG pusat untuk sistem monitoring dan maklumat darurat agar disebarkan
ke lokasi lain.
(Hazis, 2011)
Tide gauge dibagi menjadi 3 yaitu floating tide gauge ,pressure tide gauge
dan tide staff.
a. Floating tide gauge
Prinsip kerja alat pengukuran pasut ini berdasarkan pada gerak naik
turunnya permukaan laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang
dihubungkan dengan alat pencatat. Alat ini harus dipasang pada tempat yang tidak
begitu besar dipengaruhi oleh gerakan air laut sehingga pelampung dapat bergerak
secara vertical dengan bebes. Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan,
namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan rambu pasut (Pariwono, J.I.
1989).
Di pantai dimana terdapat ombak pecah, atau dimanapun ada gangguan
permukaan air yang minimal, kisaran pasang surut dapat diukur dengan rangkaian
papan yang sudah terbagi-bagi dalam kelas-kelas tertentu. Air yang mengarah ke
pantai akan terukur pada interval-interval yang tertera pada papan. (Pariwono, J.I.
1989).
Papan yang paling dekat dengan pantai harus mencapai atas air pada saat
terjadi high water, dan yang jauh dari pantai harus mencapai mean low water level
agar pada saat surut terendah dapat terbaca skalanya. Perlu berhati-hati dalam
pembacaan pada papan yang sudah lapuk. Papan pengukur pasang surut juga
dapat dipasang pada bendungan-bendungan dekat pantai, di penggalangan kapal
dan struktur-struktur lain yang airnya tenang (Pariwono, J.I. 1989).
Jika menginginkan pengukuran yang akurat maka pengukuran dilkukan di
tempat yang pengaruh gelombangnya sedikit. Dekat pantai di atas mean high water
biasanya dibuat penampungan yang dasarnya kira-kira 3 sampai 6 kaki ke bawah
dari level lowest low water (Pariwono, J.I. 1989).
Penampungan dihubungkan ke laut dengan pipa yang sempit yang menurun
sampai ke dasar. Ujung dari pipa dibuat semacam alat penyiram air yang
dimaksudkan untuk pengairan dan buoy akan menahannya pada daar laut. Jika
pengaruh gelombang tidak terasa pada kedalaman ini maka level air pada
penampungan hanya menggambarkan pergerakan pasang surut. Pada saat lautan
terlihat tenang di permukaan, maka pada penampungan air alirannya lancar dan
level air akan terukur oleh papan berskala (Pariwono, J.I. 1989).
Mengukur pasang surut akan sulit dan akan menghabiskan waktu, untuk
mengatasi masalah ini digunakanlah marigraph. Marigraph adalah alat pengukur
pasang surut otomatis yang akan mencatat sendiri kisaran pasang surut. Alat ini
akan memberikan catatan yang konstan dari level air (Pariwono, J.I. 1989).
Pelampung, yaitu F akan naik turun dengan terisinya air di penampungan
yaitu R. Kawat tembaga dihubungkan ke pelampung yang melewati drum yaitu G,
dikerenakan pada drum akan terjadi perubahan level air. Pergerakan pada drum
ditransmisikan ke stylus (pena jarum untuk mencatat) yang akan mencatat
perubahan yang terus-menerus pada scarik kertas (Pariwono, J.I. 1989).
b. Pressure tide gauge
Prinsip kerjanya sama dengan floating tide gauge, hanya saja gerak naik
turunya permukaan air laut, dapat diketahui dengan perubahan tekanan, yang
terjadi di dasar laut. Alat ini diletakkan di dasar laut dan dihubungkan dengan alat
pencatat (recording unit), yang kemudian data diolah dengan mengkonversikan
tekanan yang tercatat ke dalam nilai kedalaman, sehingga akan kita dapatkan
model pasang surut pada daerah tersebut. Alat ini dipasang sedemikian
rupa,sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut (LLW). Namun
demikian alat ini jarang sekali digunakan untuk pengamatan pasut (Pariwono, J.I.
1989).
c. Tide Staff
Merupakan alat pengukur pasut yang paling sederhana, berupa papan
dengan tebal 1 – 2 inci dan lebar 4 – 5 inci. Sedangkan panjangnya harus lebih dari
tunggang pasut. Dimana pemasangan tide gauge ini haruslah pada kondisi muka
air terendah (lowest water) skala nolnya masih terendam air, dan saat pasang
tertinggi skala terbesar haruslah masih terlihat dari muka air tertinggi (highest
water). Dengan demikian maka tinggi rendahnya muka air laut dapat kita ketahui.
Dan dari data yang dicatat dari skala tide gauge tersebut, kita dapat mengetahui
pola pasang surut pada suatu daerah pada waktu tertentu. Dalam pemasangannya
rambu tersebut disekrup atau ditempelkan pada posisi vertical pada tiang atau
penyangga yang cocok. Lokasi rambu harus berada pada lokasi yang aman dan
mudah terlihat dengan jelas, tidak bergerak-gerak akibat gelombang atau arus
laut. Tempat tersebut tidak pernah kering pada saat kedudukan air yang paling
surut. Oleh karena itu panjang rambu pasut yang dipakai sangat tergantung sekali
pada kondisi pasut air laut di tempat tersebut. Bila seluruh rambu pasut dapat
terendam air, maka air laut tidak dapat dipastikan kedudukannya.Pada prinsipnya
bentuk rambu pasut hampir sama dengan rambu dipakai pada pengukuran sifat
datar (leveling) (Pariwono, J.I. 1989).
2.5 Alat Sampling
2.5.1 Botol Nansen
Botol nansen merupakan alat yang digunakan oleh survyor untuk
mengambil sample air laut, danau dan sungai pada kedalaman tertentu. Botol ini
terbuat dari tabung acrylic dengan ketebalan 5 mm dan bahan-bahan lainnya yang
tahan karat serta memiliki sepasang steering fins yang berguna untuk
menstabilkan botol ketika digunakan pada arus deras memiliki kapasitas 2.2 lt, 3.2
lt atau 4.2 lt dilengkapi termometer tali dan massanger Merk GET buatan
Indonesia. Harga botol nansen ini adalah Rp 6.000.000,- (Andy, 2010).
Botol nansen dirancang pada tahun 1910 oleh penjelajah awal abad ke-20
bernama Fridtjof Nansen ahli kelautan dan dikembangkan lebih lanjut oleh Shale
Niskin. Botol Nansen telah diganti dengan botol Niskin, yang terbuat dari plastik,
dengan demikian tidak menimbulkan korosi logam seperti botol nansen. botol
niskin ini juga sering disebut sebagai botol nansen karena desain dasarnya sama
seperti botol Nansen (Andy, 2010).
Botol nansen adalah alat instrumen oseanografi yang digunakan untuk
mendapatkan sampel air dan pembacaan suhu di berbagai kedalaman di laut.
Botol ini merupakan sebuah sampel botol air laut dengan katup pegas di kedua
ujungnya yang tertutup pada kedalaman yang sesuai dengan perangkat
massengger yang diturunkan untuk menghubungkan kabel botol ke permukaan
(Andy, 2010).
Jenis-jenis Botol Nansen:
1. Vertikal Point Water Sampler.
Fungsi :
Kegunaan umum water sampling.
- Fisik (Suhu).
- Kimia (Gas terlarut, Nutrisi, Logam).
- Biologis (Photozooplankton).
Freeflushing, pembatasan sampel non-logam.
Sederhana, sure-fire mekanisme penurunan vertical.
Beberapa sampel di kawat tunggal dapat digunakan “inseries” mengambil
sampel dari berbagai kedalaman.
2. Horizontal Point Water Sampler.
Fungsi :
Lapisan tipis.
- Fisik (Suhu).
- Kimia (Gas terlarut, Nutrisi, Logam).
- Biologis (Phytobacteriaplankton).
Penahanan sampel non-logam.
Penurunan massenger memudahkan untuk mengisi.
(Andy, 2010).
2.5.2 Sedimen Grab
Sedimen Grab adalah alat yang sering digunakan dalam pengangkatan
sedimen permukaan dari dasar laut .Pengambilan dengan grab ini biasanya
ditujukan untuk keperluan seperti analisa besar butir, analisa organisme bentos,
dan analisa kimia sedimen terutama pada lapisan atas dari sedimen sampai
beberapa cm kedalaman (Angga, 2013).
Sedimen grab ada yang terbuat dari besi, secara pengalaman saya dalam
penggunaan grab sedimen atau metode penggunaan alat grab sedimen cukup
mudah, untuk pengambilan sampel sendiri dibutuhkan beberpa orang untuk
melakukan nya, pertama buka bagian grab dengan penarikan pada tali,setelah
grab terbuka lalu turan kan ke permukaan dasar laut secara perlahan, saat grab
sedimen sampai didasar permukaan akan terasa dengan kendornya tali, maka kita
dapat mengankat grab,setelah pengankatan kita dapat melakukan pengecekan
apakah sudah terdapat sedimen yang cukup untuk kita pakai, setelah terasa
cukup didapatlah sedimen yang terperangkap pada alat, maka sedimen dapat
disimpan diplastik untuk selanjutnya di bawa ke laboratorium untuk analisa lebih
lanjut (Angga, 2013).
Adapun kelebiahan dan kekurangan alat ini. Alat familier secara mekanik
Dalam grab sedeimen yang sederhana dibutuhkan beberapa orang untuk menarik,
Mudah dalam penggunaan. Dengan grab sedimen yang sederhana dimungkinkan
tidak mendapat kan sampel karena menutup sebelum mendapatkan sampel.
Tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk pengambilan sempel sedimen, Hanya
bisa mengambil sampel di permukaan sedimen. Lokasi sampel dapat ditentukan
dengan pasti kapal harus berhenti sewaktu alat dioperasikan, prakiraan kedalam
perairan dapat diketahui sampel teraduk, dan beberapa fraksi sedimen yang halus
mungkin hilang. Bisa mengambil daerah sampel sedimen dipermukaan, Tidak bisa
untuk mendapatkan data dari beberapa lapisan yang lebih dalam (Angga, 2013).
III. MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Senin, 21 Oktober 2013.
Pukul : 16.20 WIB – Selesai.
Tempat : Ruang B.301, Gedung B, Lantai 3, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.2 Materi
Pada praktikum pengenalan alat oseanografi fisika materi yang disampaikan yaitu :
1. Alat Pengukur Suhu, Salinitas, dan Kecerahan
2. Alat Pengukur Arus Laut
3. Alat Pengukur Gelombang Laut
4. Alat Pengukur Pasang Surut
5. Alat Sampling
3.3 Metode
3.3.1 Alat Pengukur Suhu, Salinitas, dan Kecerahan
a. CTD (Conductivity Temperature Depth)
Gambar 1. CTD (Conductivity Temperature Depth)
(Sumber : Nugroho,E, 2012)
1. Mulai dengan program akusisi data dan dilengkapi profil untuk
mengidentifikasi data. Siapkan peralatan yang akan digunakan dan letakkan
botol sesuai dengan prosedur pemasangan.
2. Setelah kerangka (Rosette) diletakan pada posisinya dan CTD (Probe atau
rangkaian sensor yang sudah di Set) diletakan di dalamnya, maka instrumen
ini akan ke sisi (pinggir) kapal, lalu dihubungkan kabel-kabek interkoneksinya
maka instrumen tersebut siap diturunkan.
3. Setelah CTD siap untuk diturunkan maka kontrol unit di set untuk kondidi
ON. Ketika kontrol unit sedang dipersiapkan maka instrumen (Rosette dan
Probe) dapat diturunkan pelan-pelan mendekati permukaan air.
4. CTD mulai diturunkan kedalam air secara pelan-pelan, dan pada saat inilah
rangkaian Probe dan kontrol unit saling berhubungan untuk merekam data
dalam benntuk sinyal analog pada tipe recorder. Pada saat ini juga prosedur
akusisi dimulai dan kerangka Rosette pada CTD diturunkan dengan
kecepatan tertentu sampai pada kedalaman yang diinginkan.
5. Pada saat CTD probe diturunkan maka pengiriman data ke kontrol unit juga
di mulai. Perhatikan data yang di dapat dan keaadaan kecepatan
penurunannya.
6. Setelah mendapatkan data yang diinginkan maka stop penerimaan data dari
Probe. Berhentikan juga perekaman data pada recorder. Kemudian dapat
ditarik ke permukaan air, dengan catatan tidak ada lagi data yang di kirim
oleh CTD dan dipastikan OFF.
7. Setelah unit data akusisi di-Offkan dan instrument diletakan di atas kapal
maka tekan End of Profile data dan diberhentikan akusisi program. Data
yang di dapat bisa langsung disambungkan ke personal Computer atau
direkam oleh Tipe Recorder.
8. Proses pengambilan data selesai.
b. Horiba
Gambar 2. Horiba
(Sumber : Anonim, 2013)
1. Kita cek terlebih dulu apakah horiba tersebut berfungsi sebagaimana
mestinya sebelum digunakan, dan hindari dari sinar matahari karena alat ini
sangat sensitif terhadap cahaya.
2. kita tentukan terlebih dahulu kedalaman yang akan kita ukur.
3. lalu kita membuka penutup dari sensor untuk memulai pemerikasaan.
4. kita turunkan alat horiba tersebut perlahan-lahan atau pelan-pelan ke dasar
perairan. Yang perlu diperhatikan bahwa yang dipegang bukanlah kabel
yang tersambung pada horiba tetapi tali yang diikatkan pada kabel. Hal ini
untuk menjaga apabila kabel pada horiba putus.
5. sesudah sampai kedalaman yang telah ditentukan lihat horiba tersebut
berapa angka yang muncul. Dan data yang muncul bisanya berurutan
dimana dari pH, DO, konduktivitas, salinitas, TDS, spesifikasi air laut,
temperatur , kedalaman, dan lain-lain.
6. kita catat data yang keluar dari horiba tersebut.
7. setelah itu kita angkat horiba pelan-pelan keatas kapal dengan memegang
tali itu lagi
8. setelah selesai pengukuran dalam tiap stasiun horiba tersebut harus disiram
dengan alkohol supaya netral lagi. tutup sensor dari horiba, dan setelah
ditutup hindarkan dari sinar cahaya matahari.
c. Refraktometer
Gambar 3. Refraktometer
(Sumber : Ihsan dan Wahyudi, 2010)
1. Tetesi refraktometer dengan aquadest
2. Bersihkan dengan kertas tisyu sisa aquadest yang tertinggal
3. Teteskan air sampel yang ingin diketahui salinitasnya
4. Lihat ditempat yang bercahaya
5. Akan tampak sebuah bidang berwarna biru dan putih
6. Garis batas antara kedua bidang itulah yang menunjukan salinitasnya
7. Bilas kaca prisma dengan aquades, usap dengan tisyu dan simpan
refraktometer di tempat kering
d. Secchi Disk
Gambar 4. Horiba
(Sumber : Anonim, 2013)
Piringan diturunkan kedalam air secara perlahan menggunakan pengikat/tali
sampai pengamat tidak melihat bayangan secchi. Saat bayangan piringan sudah
tidak tampak,tali ditahan/berhenti diturunkan. Selanjutnya secara pelahan
piringan diangkat kembali sampai bayangan nampak kembali. Kedalaman air
dimana piringan tidak tampak dan tampak oleh penglihatan adalah pembacaan
dari alat ini. Dengan kata lain , kedalaman kecerahan oleh pembaca piringan
secchi adalah penjumlahan kedalaman tampak dan kedalaman tidak tampak.
Bayangan secchi dibagi menjadi dua warna hitam dan warna putih digunakan
kerena hitam mewakili warna gelap dan putih mewakili warna cerah. Jadi
pemantulan panjang gelombang dari bahan berwarna putih dan hitam inilah
yang menjadi dasar pengukuran kecerahan menggunakan secchi disk.
Gunakan ukuran disk yang tepat untuk mengukur kecerahan (20 mm →
0.15-0.5m , 60 mm → 0.5-1.5 m ,200mm → 1.5-5m ,600mm → 5-15m). yang
dicat putih atau hitam pada kuadran dan diberi pemberat agar tali tetap
lurus
Pengukuran dilakukan disamping kapal yang terkena sinar matahari
Waktu pembacaan cukup (minimal 2 menit) ketika disk dekat atau diangkat
Catat kedalaman disk ketika disk hampir menghilang
Angkat perlahan-lahan dan catat kedalaman ketika disk mulai terlihat
kembali. Kedalam secchi disk merupakan rata-rata dari hilang muncul
kembali
Pembacaan dilakukan pada siang hari
Kedalaman sedikitnya 50% lebih besar dibanding kedalaman
secchi.Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran secchi disk :
penglihatan pada waktu pembacaan,warna air,serta materi lain yang
tersuspensi.
e. Salinometer
Gambar 5. Salinometer
(Sumber : Anonim, 2013)
Cara kerja salinometer adalah sebagai berikut :
1. Ambil alat salinometer, taruh ujung yang panjang ke dalam permukaan air
laut .
2. Salinitas akan terbaca pada skalanya secara otomatis.
3.3.2 Alat Pengukur Arus Laut
a. Current meter
Gambar 6. Current Meter
(Sumber : Anonim, 2013)
1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran.
2. Membentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi persyaratan dan
posisi tegak lurus dengan arah arus air dan tidak melilit.
3. Menentukan titik pengukuran dengan jarak tertentu.
4. Memberikan tanda pada masing-masing titik.
5. Menulis semua informasi/keterangan yang ada pada pengukuran.
6. Mencatat jumlah putaran baling-baling selama interval yang ditentukan
(40-70 detik), apabila arus air lambat waktu yang digunakan lebih lama
(misal 70 detik), apabila arus air cepat yang digunakan lebih pendek
(misal 40 detik).
7. Menghitung kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat dengan
menggunakan rumus baling-baling tergantung dari alat bantu yang
digunakan (tongkat penduga dan berat bandul).
b. ADCP
Gambar 7. ADCP
(Sumber : Anonim, 2013)
1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengukuran.
2. Membentangkan kabel pada lokasi yang memenuhi persyaratan dan
posisi tegak lurus dengan arah arus dan tidak melilit.
3. Menentukan titik pengukuran dengan jarak tertentu.
4. Memberikan tanda pada masing-masing titik.
5. Menulis semua informasi/keterangan yang ada pada pengukuran
6. Mencatat jumlah putaran baling-baling selama interval yang ditentukan
(40-79 detik), apabila arus air laut lambat waktu yang digunakan lebih
lama (misal 70 detik),apabila arus air cepat yang digunakan lebih pendek
misal (40 detik).
7. Menghitung kecepatan arus dari jumlah putaran yang didapat dengan
menggunakan rumus baling-baling tergantung dari alat bantu yang
digunakan.
3.3.3 Alat Pengukur Gelombang Laut
a. Palem gelombang
Gambar 8. Palem Gelombang
(Sumber : Anonim, 2011)
Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati batas
puncak gelombangdan batas lembah gelombang yang melewati wave pole
yang kami letakkan di sekitar 30 meter dari garis pantai untuk kemudian dicatat.
Perhitungan periode gelombang dilakukan dengan cara ; pertama, menentukan
titik tetap dari letak wave pole dengan jarak 2 meter, 3 meter, 4 meter, dan 5
meter yang berfungsi sebagai acuan jarak untuk menentukan periode/waktu
gelombang. Periode gelombang di hitung pada saat gelombang melewati wave
pole sampai gelombang tersebut melewati batas titik tetap yang tadi telah
ditentukan (perhitungan periode gelombang ini dilakukan sebanyak 5 kali
ulangan).
3.3.4 Alat Pengukur Pasang Surut
a. Palem Pasut
Gambar 9. Palem Pasut
(Sumber : Anonim, 2013)
Untuk mengamati pasut dilakukan dengan palem atau rambu pengamat
pasut.Tinggi muka air setiap jam diamati secara manual oleh operator
(pencatat) dan dicatat pada suatu fomulir pengamatan pasut. Pada palem
dilukis tanda skala bacaan dalam satuan desimeter . Pencatat akan menuliskan
kedudukan tinggi muka air laut relatif terhadap palem pada jam-jam tertentu
sesuai dengan skala yang bacaan yang tertulis pada palem.Muka air laut yang
relatif tidak tenang membatasi kemampuan pencatat dalam menaksir bacaan
skala.Walaupun demikian alat ini cukup efektif untuk memperoleh data pasut
dengan ketelitian sekitar 2,5 cm. Tinggi palem disesuaikan dengan karakter
tunggang air pada wilayah perairan yang diamati,yang biasanya 4 hingga 6
meter.
b. Tide Gauge
Gambar 10. Tide Gauge
(Sumber : Anonim, 2013)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang
dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat
(recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun
yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut. Papan yang paling
dekat dengan pantai harus mencapai mean low water level agar pada saat
surut terendah dapat terbaca skalanya. jika menginginkan pengukuran yang
akurat maka pengukuran dilakukan di tempat yang pengaruh gelombangnya
sedikit. Dekat pantai diatas mean high water biasanya dibuat penampungan
yang dasarnya kira-kira 3 sampai 6 kaki ke bawah dari level lowest low water.
Penampungan dihubungkan ke laut denagn pipa yang sempit dan
menurun ke dasar. Ujung dari pipa dibuat semacam alat penyiram air yang
dimasukan untuk pengairan dan boy untuk menahannya pada dasar laut.
Pelampung akan naik turun dengan terisisnya air di penampungan, kawat
tembaga yang dihubungkan dengan dihubungkan dengan pelampung melewati
drum, dikarenakan pada drum akan terjadi perubahan level air. Pergerakan
pada drum diteransmisikan ke stylus (pena jarum untuk mencatat) yang akan
mencatat perubahan secara terus menerus pada secarik kertas yang terdapat
pada alat tersebut.
3.3.5 Alat Sampling
a. Botol Nansen
Gambar 11. Botol Nansen
(Sumber : Anonim, 2013)
Botol nansen diturunkan dari kapal dengan menggunakan bantuan tali
yang diikat pada botol nansen dan dipasang secara terbalik, setelah itu
diturunkan pada kedalaman laut yang diinginkan, kemudian menggunakan
bantuan massengger, nansen yang dipasang terbalik tadi akan kembali
menutup secara otomatis, setelah di dalamnya terisi dengan air laut, setelah itu
botol nansen tersebut siap diangkat dari laut ke atas kapal.
Botol nansen yang terbuat dari logam atau plastik diturunkan dengan
menggunakan tali ke dalam laut, ketika telah mencapai kedalaman yang
diinginkan maka massengger akan jatuh ke tali setelah mencapai botol, botol
tersebut akan terbalik dan menjebak sampel air di dalamnya. Botol dan sampel
di ambil dan diangkut menggunakan tali. Massengger yang kedua dapat diatur
agar terlepas oleh mekanisme pembalik dan bergeser ke bawah tali sehingga
sampai mencapai botol nansen. Dengan memperbaiki urutan botol dan
massengger pada interval sepanjang tali, serangkaian sampel pada setiap
tingkatan kedalaman dapat diambil.
Suhu air laut di kedalaman akan direkam dengan menggunakan
termometer tertentu ke botol nansen. Termometer ini adalah termometer air
raksa dengan penyempitan dalam tabung kapilernya, ketika termometer
tersebut terbalik, menyebabkan tali berhenti dan termometer akan membaca
suhu. Karena tekanan air pada kedalaman akan memampatkan dan
mempengaruhi dinding termometer untuk menunjukkan suhu, maka termometer
dilindungi oleh lapisan dinding yang tebal. termometer yang tidak dilindungi
terlebih dahulu akan dipasangkan dengan pelindung, biasanya termometer ini
digunakan untuk pembacaan suhu titik sampling pada tekanan yang
memungkinkan.
b. Sediment Grab
Gambar 12. Sediment Grab
(Sumber : Anonim, 2013)
Prinsip kerja
Cara penggunaan alat grab sedimen cukup mudah, untuk pengambilan
sampel sendiri dibutuhkan beberpa orang untuk melakukan nya, pertama buka
bagian grab dengan penarikan pada tali, setelah grab terbuka lalu turan kan ke
permukaan dasar laut secara perlahan, saat grab sedimen sampai didasar
permukaan akan terasa dengan kendornya tali, maka kita dapat mengangkat
grab,setelah pengangkatan kita dapat melakukan pengecekan apakah sudah
terdapat sedimen yang cukup untuk kita pakai, setelah terasa cukup didapatlah
sedimen yang terperangkap pada alat, maka sedimen dapat disimpan diplastik
untuk selanjutnya di bawa ke laboratorium untuk analisa lebih lanjut.
Cara penggunaan greb sampler :
1. Grab sampler diikatkan pada tambang
2. Grab sampler diturunkun ke perairan atau di tempat sample sedimen yang
diinginkan dalam posisi rahang terbuka
3. Ketika telah mendapatkan sampel, grab sampler diangkat dengan tenaga
manusia atau secara manual,ketika grab sampler ditarik keatas,rahang grab
sampler akan menutup dengan sendirinya agar sampler tidak berjatuhan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. CTD adalah alat yang digunakan untuk mengukur salinitas, suhu, tekanan,
kedalaman, DO, konduktivitas pada kedalaman yang diinginkan. Mempunyai 3
sensor.
2. Horiba adalah alat untuk mengukur kualitas suatu perairan dengan membuka
penutup dari sensor yang diturunkan ke dasar perairan untuk mencatat data
secara otomatis.
3. Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur salinitas, dengan
cara memasukkan sampel air laut ke ujung refraktometer lalu kita lihat pada
lensa refraktometer.
4. Sechhi Disk adalah alat yang digunakan untuk mengukur kekeruhan dan
kerapatan plankton yang terdapat pada perairan, terdiri dari piringan yang
berwarna hitam dan putih disertai tali.
5. Salinometer adalah untuk mengukur salinitas dengan cara mengukur kepadatan
dari air yang akan dihitung salinitasnya.
6. Current Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan arus suatu
perairan, mengukur lewat kecepatan baling-baling yang terdapat pada current
meter tersebut.
7. ADCP adalah alat semacam sonar yang gunanya memonitoring perairan,
rancangan pembuatan pelabuhan, mengetahui arah arus yang datang.
8. Palem Gelombang adalah alat yang terbuat dari papan yang digunakan untuk
mengukur tinggi rendah suatu gelombang air laut pada perairan dangkal.
9. Palem Pasut adalah alat sejenis palem gelombang yang digunakan untuk
mengukur pasang surut suatu perairan secara manual (pengamatan langsung)
melaui tinggi rendah gelombang yang ada pada perairan dangkal.
10. Tide gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur muka air laut secara
otomatis berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang diketahui melalui
pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit).
11. Botol Nansen adalah alat berbentuk tabung dan mempunyai dua katup, alat ini
digunakan untuk mengambil sample air laut.
12. Grab sampler adalah untuk mengambil sedimen permukaan yang ketebalannya
tergantung dari tinggi dan dalamnya grab masuk kedalam lapisan sedimen.
4.2 Saran
1. Pratikan lebih memperhatikan asisten saat menjelaskan.
2. Pratikan juga berperan aktif ketika praktikum berlangsung agar terdapat
komunikasi yang baik antara asisten dengan pratikan.
3. Lebih teliti dalam mengerjakan suatu laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Andy, 2010. Botol Nansen. www.andycuklek.wordpress.com/. (Diakses pada 24 Oktober
2013,pukul 18.13 WIB).
Angga, 2013. Penjelasan Grab sedimen Core Sampler. www.anggacows3.blogspot.com/ .
(Diakses pada 24 Oktober 2013,pukul 19.15 WIB).
Anonim .2011.Palem Gelombang.http://informasipelaut.blogspot.com/2011/03/info-dan-
alat-navigasi.html. (Diakses pada 26 Oktober 2013,pukul 19.35 WIB).
Anonim.2011. Laporan Instrumentasi Kelautan Kampus Semarang.
www.adios19.files.wordpress.com/. (Diakses pada 26 Oktober 2013,pukul 19.40
WIB).
Anonim.2013.ADCP.http://ilikai.soest.hawaii.edu/sadcp/whatadcp.htm.(Diakses pada 26
Oktober 2013,pukul 19.41 WIB).
Anonim.2013.Botol Nansen. http://fedito.indonetwork.co.id/2745005. (Diakses pada 26
Oktober 2013,pukul 19.47 WIB).
Anonim.2013.Current Meter. http://www.hydrobios.de/en/products/flow-and-current-
meters/rod-held-current-meter-rhcm/. (Diakses pada 26 Oktober 2013,pukul 19.49
WIB).
Anonim.2013.Horiba. https://onlinesafetysource.com/rentals_Detail.php?ProductID=277.
(Diakses pada 26 Oktober 2013,pukul 19.50 WIB).
Anonim.2013.Palem Gelombang. http://jelajahiptek.blogspot.com/2012/07/fisika-kelautan-
oseanografi-fisik.html. (Diakses pada 26 Oktober 2013,pukul 19.55 WIB).
Anonim.2013.Palem pasut.
http://t-files-itb.tripod.com/survey_arus_laut_di_pulau_jukung_kepulauan_seribu/
index.album/tide-gauge?i=3&s. (Diakses pada 26 Oktober 2013,pukul 19.57 WIB).
Anonim.2013.Salinometer.http://store.shopping.yahoo.co.jp/hakaronet/
salinometer010.html. (Diakses pada 26 Oktober 2013,pukul 20.00 WIB).
Anonim.2013.Secchi Disk. http://www.geoscientific.com/sampling/.(Diakses pada 26
Oktober 2013,pukul 20.03 WIB).
Anonim.2013.Sediment Grab. http://www.rickly.com/as/bottomgrab.htm.(Diakses pada 26
Oktober 2013,pukul 20.05 WIB).
Anonim.2013.Tide Gauge.
http://web.vims.edu/physical/research/TCTutorial/tidemeasure.htm. (Diakses pada 26
Oktober 2013,pukul 20.13 WIB).
Hazis. 2011. Jenis-jenis Peralatan Ukur. www.hazis.wordpress.com/. (Diakses pada 26
Oktober 2013,pukul 21.48 WIB).
Hutabarat,S dan S.M Evans. 1984.Pengantar Oseanografi, Jakarta: Dirjen Dikti,
Depdikbud.
Ihsan, Fahrul dan Anang Wahyudi. 2010. Teknik Analisis Kadar Sukrosa Pada Buah
Pepaya. Buletin Teknik Pertanian, 15(1): 10-12.
Irwansyah. 2012. CTD. http://onesiklopedia.blogspot.com/2013/05/instrumen-ctd-
conductivity-temperature.html. (Diakses pada 23 Oktober 2013,pukul 19.15 WIB).
Khopkar, S.M. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-PRESS
Lewis, E.L. 1980. The Practical Salinity Scale 1978 and its antecedents. IEEE J. Ocean.
Eng., OE-5(1): 3-8.
Matorang,R. 2012. Secchi Disk.
http://osfeanografifisika.blogspot.com/2012/12/pramodul.html. (Diakses pada 24
Oktober 2013,pukul 01.30 WIB).
Nugroho,E. 2012. CTD. http://ekaymarinesenior.blogspot.com/2012/11/alat-alat-aplikasi-
akustik-kelautan-1.html. (Diakses pada 23 Oktober 2013,pukul 19.30 WIB).
Pariwono, J.I. 1987. Kondisi Pasang Surut di Indonesia. Kursus Pasang Surut,
Jakarta: P3O – LIPI.
Putry. 2012. Salinometer. http://rahayu-putrysantoso.blogspot.com/2012/03/alat-
pengukur-salinitas-tekanandan-suhu.html. (Diakses pada 23 Oktober 2013,pukul
22.30 WIB).
Richards. P.R. 1998 Manual of Standard Operating Procedures for Hydrometric Surveys
in British Columbia Resources Inventory Committee. Canada: BC
Supangat, Agus. 2000. Pengantar Oseanografi. Bandung: ITB.
Thorpe, S. A. 2009. Encyclopedia of Ocean Science. 2nd Edition. Elsevier Ltd. Italy.
Wibisono, M.S. .2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta : Grasindo
Zemansky, S. 1994. Fisika untuk Universitas 3 Optika. Jakarta: Bina Cipta.