laporan praktikum kimia dasar
DESCRIPTION
Standarisasi Natrium Hidroksida dan Penggunaanya utuk Penetuan Konsentrasi Asam AsetatTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
PERCOBAAN V
STANDARISASI NATRIUM HIDROKSIDA DAN PENGGUNAANNYA
UNTUK PENENTUAN KONSENTRASI ASAM ASETAT
NAMA : DEVI PRAMANIK LISNASURI
NIM : J1C112029
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN : DARU DWI CHRISTIAN
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2012
PERCOBAAN V
STANDARISASI NATRIUM HIDROKSIDA DAN PENGGUNAANNYA
UNTUK PENENTUAN KONSENTRASI ASAM ASETAT
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah agar praktikan dapat memahami dan
melakukan standarisasi larutan serta menggunakannya untuk analisis kuantitatif
sampel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara
teliti konsentrasi suatu larutan. Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dari
sejumlah contoh solut yang digunakan yang secara teliti ditimbang dengan
melarutkannya kedalam volume larutan yang secara teliti diukur volumenya. Cara ini
biasanya tidak dapat dilakukan , akan tetapi karena relatif sedikit pereaksi kimia yang
dapat diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan analis akan
ketelitiannya. Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut standar primer.
Suatu laruatn lebih umum distandarisasikan dengan cara titrasi yang pada proses itu
ia bereaksi dengan sebagian berat dari standar primer (Day, 1981).
Dalam titrimetri sistem konsentrasi molaritas dan normalitas digunakan paling
sering. Formalitas dan konsentrasi analitik berguna dalam keadaan-keadaan pada
waktu terjadi disosiasi atau pembentukan kompleks. Sistem berat persen biasa
digunakan untuk menyatrakan konsentrasi pendekatan dari pereaksi-pereaksi
laboratorium. Untuk larutan-larutan yang sangat encer cocok digunakan satuan
seperjuta atau seperibu juta (Day, 1981).
Istilah titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan
menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang
diperlukan untuk bereaksi secara kualitatif dengan larutan dari zat yang akan
ditetapkan. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui tepat itu disebut
larutan standar. Bobot yang hendak ditetapkan, dihitung dari volume larutan standar
yang digunakan dalam hukum-hukum stokiometri yang diketahui (Basett, 1999).
Titrasi adalah proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap.
Reagensia dengan konsentrasi yang diketahui disebut titran, dan zat yang akan atau
sedang dititrasi disebut titrat. Titik ekuivalen adalah titik yang menunjukkan
banyaknya titran atau pereaksi yang ditambahkan adalah ekuivalen dengan
banyaknya zat yang dititrasi. Titik ekuivalen disebut juga titik akhir teoritis titrasi
(Suhartono, 2002).
Semua metode titrimetri tergantung pada larutan standar yang mengandung
sejumlah reagen persatuan volume larutan dengan ketepatan yang tinggi.
Konsentrasi dinyatakan dalam normalitas (g.ek/L). karena tidak semua larutan
standar tersedia dalam keadaan murni, komposisi kimia yang jelas dan murni.
Larutan tersebut hanya bereaksi di tempat atau kondisi titrasi dan tidak melakukan
reaksi sampingan. Tidak berubah ataupun bereaksi ditempat terbuka (atmosfer)
(Polling, 1989).
Suatu titrasi dalam prakteknya hanya dapat dilakukan kalau titik ekuivalennya
dapat terlihat. Titik akhir adalah titik yang menunjukkan titrasi perlu diakhiri atau
saat terlihat terjadi perubahan. dAlam keadaan sangat ideal, titik akhir berhimpit
dengan titik ekuivalen, tetapi biasanya selalu terjadi atau terdapat titik perbedaan.
Perbedaan ini dinamakan kesalahan titrasi (Khopkar, 1990).
Asam dan garam dari basa lemah dapat dititrasi dengan larutan baku basa,
proses ini dinamakan dikalimetri. Basa dan garam dari asam lemah dapat dititrasi
dengan larutan baku asam, proses ini dinamakan asidimetri. Titrasi endapan adalah
suatu titrasi yang reaksinya berdasarkan pada hasil kali kelarutan dari zat-zat yang
kelarutannya kecil (sukar larut dalam air), seperti titrasi Ag atau Cu dengan K4Fe
(CN)6 dengan indikator pengadopsi (Sukmariah, 1990).
Untuk titrasi asam basa biasanya dibuat larutan-larutan asam atau basa dengan
sekitar konsentrasi yang diinginkan dan kemudian distandarisasikan salah satu dari
larutan dengan suatu standar primer. Larutan yang dengan demikian telah
distandarisasikan dapat dipakai sebagai suatu standar sekunder untuk memperoleh
normalitas larutan yang lainnya (Day, 1981).
Setelah reaksi antara zat dan larutan standar praktis lengkap, indikator harus
memberikan perubahan visual yang jelas (entah suatu perubahan warna atau
pembentukan kekeruhan), dalam cairan yang sedang dititrasi. Titik (saat) dimana hal
ini terlihat, akan terjadi berbarengan dengan titik akhir stoikiometri atau teoritis.
Namun dalam prakteknya, biasanya akan terjadi perbedaan yang sangat sedikit, ini
merupakan sesatan (error) titrasi (Basett, 1999).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini meliputi gelas arloji, gelas beker
100 mL, pengaduk kaca, pipet tetes, pipet ukur, erlenmeyer 100 mL, labu takar 100
m, dan buret 50 mL.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam oksalat dihidrat
(H2C2O4, 2H2O), larutan standar NaOH 0,1 N, akuades, cuka makan komersial, dan
indikator fenoftalein.
IV. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan larutan standar asam oksalat dan penggunaannya untuk
standarisasi larutan NaOH.
a. 1,26 gram asam oksalat dihidrat (H2C2O4, 2H2O) ditimbang dengan
menggunakan gelas arloji dan neraca analitik.
b. Asam oksalat dari gelas arloji dipindahkan ke dalam gelas beker 100 mL,
ditambahkan 25-30 mL akuades, diaduk hingga larut. Gelas arloji dibilas
dengan sedikit akuades, dan air bilasan dimasukkan ke dalam gelas beker
berisi larutan asam oksalat tersebut.
c. Larutan asam oksalat dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL, gelas beker
dibilas dengan sedikit akuades, lalu air bilasan dimasukkan ke dalam labu
takar.
d. Akuades ditambahkan ke dalam labu takar hingga tepat tanda batu, lalu
dikocok hingga homogen.
e. Buret yang akan digunakan dicuci dengan akuades, kemudian dikeringkan.
f. Larutan asam oksalat yang telah dibuat dimasukkan ke dalam buret 50 mL
tersebut.
g. Erlenmeyer diisi dengan 10 mL larutan NaOH yang akan distandarisasi lalu
ditambahkan 2-3 tetes indikator fenoftalein.
h. Larutan NaOH dititrasi dengan larutan asam oksalat dari buret.
i. Titrasi dihentikan tepat saat terjadi perubahan warna yang konstan.
j. Volume asam oskalat yang digunakan dicatat.
k. Titrasi diulangi sebanyak 2 kali. Rata-rata volume asam oksalat yang
digunakan dihitung.
2. Penentuan konsentrasi asam asetat dalam asam cuka komersial
a. 2 mL asam cuka komersial ditempatkan ke dalam labu takar 50 mL.
b. Akuades ditambahkan hingga tanda batas. Labu takar ditutup dan dikocok
hingga homogen.
c. 15 mL asam cuka yang telah diencerkan ditempatkan ke dalam erlenmeyer
100 mL.
d. 2 tetes indikator fenoftalein ditambahkan ke dalam larutan.
e. Buret yang akan digunakan dicuci dengan akuades, lalu dikeringkan
f. Larutan standar NaOH 0,1 M yang telah distandarisasi dimasukkan ke
dalam buret.
g. Larutan asam cuka encer dititrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 M dalam
buret.
h. Titrasi dihentikan begitu terjadi perubahan warna yang konstan. Volume
NaOH yang digunakan dicatat.
i. Titrasi dilakukan sebanyak 2 kali, lalu volume rata-rata yang digunakan saat
titrasi dihitung.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Perhitungan
1. Hasil
Tabel 5.1 Data hasil pengamatan pada standarisasi larutan NaOH
No. Percobaan Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
Asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O)
ditimbang.
Asam oksalat dipindahkan ke gelas beker
100 mL, ditambahkan akuades, dan
diaduk hingga larut serta ditambah sedikit
air bilasan neraca arloji yang dicuci.
Larutan asam oksalat dipindahkan ke
dalam labu takar 100 mL dan
ditambahkan air bilasan gelas beker yang
dicuci.
Ditambahkan akuades hingga tanda batas
dan dikocok hingga homogen.
Buret dicuci dengan akuades, kemudian
dikeringkan.
Larutan asam oksalat yang telah dibuat
dimasukkan ke dalam buret 50 mL
Diisi erlenmeyer dengan NaOH yang
akan distandarisasi, dan ditambahkan
fenoftalein.
Dititrasi NaOH dan asam oksalat dalam
buret.
Dihentikan titrasi tepat saat terjadi
perubahan warna yang konstan.
Dicatat volume asam oksalat yang
digunakan dan mengulang titrasi sekali
lagi serta menghitung rata-ratanya.
m = 1,26 gram
Mr = 126 gr/mol
Vakuades = 25-30 mL
Voksalat = 100 mL
VNaOH = 10 mL
Fenoftalein = 2-3 tetes
merah muda - bening
Vasam oksalat (1) = 4,4 mL
Vasam oksalat (2) = 4,8 mL
Vrata-rata asam oksalat = 4,6 mL
Tabel 5.2 Data hasil pengamatan pada titrasi asam cuka komersial
No. Percobaan Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Asam cuka komersial ditempatkan di labu
takar 250 mL.
Ditambahkan akuades hingga tanda batas
dan dikocok hingga homogen.
Ambil asam cuka yang telah diencerkan,
tempatkan dalam erlenmeyer 100 mL.
Ditambahkan fenoftalein (lupa
ditambahkan).
Dicuci buret dengan akuades, kemudian
dikeringkan.
Dimasukkan NaOH 0,1 M yang telah
distandarisasi ke dalam buret.
Dititrasi larutan asam cuka encer dengan
larutan NaOH 0,1 M dalam buret.
Dihentikan titrasi jika berubah warna
konstan. Titrasi dilakukan sebanyak satu
kali dan dicatat volume NaOH yang
digunakan
Vasam cuka (sebelum pengenceran)
= 10 mL
Vasam cuka (setelah pengenceran)
= 250 mL
Vasam cuka yang diambil = 15 mL
Tidak terjadi perubahan
warna (karena indikator
fenoftalein lupa
ditambahkan).
VNaOH = 82,8 mL
2. Perhitungan
I. Standarisasi Larutan NaOH
Konsentrasi Larutan Asam Oksalat
Massa asam oksalat = 1,26 gram
Mr asam oksalat = 126 gram
Volume larutan asam oksalat = 100 mL = 0,1 L
Molaritas asam oksalat =
massa asam oksalatMr asam oksalat
volume larutan asam oksalat
=
1, 26 gr126 gr/mol
0,1 L
= 0,1 mol/L
Normalitas asam oksalat = n. M
= (2 ek/mol) x (0,1 mol/L)
= 0,2 ek/L
Penentuan Konsentrasi NaOH
Volume NaOH saat titrasi = 10 mL
Volume rata-rata asam oksalat saat titrasi = 4,6 mL
Normalitas asam oksalat = 0,2 ek/L
Pada saat titik ekuivalen : (N.V)asam = (N.V)basa
(N.V)oksalat= (N.V)NaOH
0,2 ek/L . 4,6 mL = NNaOH . 10 mL
NNaOH =
0,2 ek/L . 4,6 mL10 mL
= 0,092 ek/L
II. Penentuan Konsentrasi Asam Asetat dalam Asam Cuka
Normalitas asam asetat yang dititrasi = Nasetat
Volume asam asetat yang dititrasi = 15 mL
Normalitas NaOH yang digunakan untuk titrasi = 0,092 ek/L
Pada saat titik ekuivalen titrasi:
Jumlah ekuivalen asam = jumlah ekuivalen basa, sehingga:
(N.V)asam = (N.V)basa
Nasetat . Vasetat = NNaOH . VNaOH
Nasetat . 15 mL = 0,092 ek/L . 82,8 mL
Nasetat =
0,092 ek/L . 82,8 mL15 mL
= 0,5078 ek/L
Karena asam asetat adalah asam monoptrik, maka n asam asetat = 1 ek/mol,
sehingga:
Masetat = Nasetat/n
=
0,5078 ek/L1
= 0,5078 mol/L
Sebelum dititrasi, asam asetat telah diencerkan terlebih dahulu. Sehingga data
yang telah diperoleh dari perhitungan di atas adalah konsentrasi asam asetat
setelah diencerkan. Konsentrasi asam asetat sebelum diencerkan dapat dihitung
sebagai berikut:
(M.V)sebelum pengenceran = (M.V)setelah pengenceran
Msebelum pengenceran = Masetat . (250 mL/10 mL)
= 0,5078 mol/L(250 mL/10 mL)
= 12,695 mol/L
Konsentrasi asam asetat dinyatakan dalam persentase (b/v) adalah:
% CH3COOH (b/v) = Masetat x Mr asam asetat x (1 L/1000 mL) x 100
= 12,695 (mol/L) x 60 (gram/mol) x (1 L/1000 mL) x 100
= 76,17 % (b/v)
B. Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan agar praktikan dapat memahami dan melakukan
standarisasi larutan untuk digunakan dalam analisis kuantitatif suatu sampel. Pada
percobaan ini dilakukan standarisasi terhadap larutan NaOH 0,1 N dengan
menggunakan larutan asam oksalat, serta analisis kandungan asam asetat dalam asam
cuka komersial.
Pada pembuatan larutan standar asam oksalat yang akan digunakan untuk
standarisasi larutan NaOH, hal pertama yang dilakukan adalah menimbang asam
oksalat dihidrat hingga mendapatkan massa nya sebesar 1,26 gram. 100 mL asam
oksalat yang dihasilkan setelah ditambahkan dan dilarutkan bersama akuades di
masukkan ke dalam buret 50 mL. Larutan asam oksalat inilah yang akan digunakan
untuk standarisasi larutan NaOH. 10 mL NaOH yang akan distandarisasi diberi
indikator fenoftalein 2-3 tetes hingga terjadi perubahan warna yang menunjukkan
titik ekuivalen yang menyebabkan larutan NaOH berubah warna menjadi merah
muda. Kemudian larutan NaOH tersebut dititrasi dengan asam oksalat di dalam buret
50 mL, titrasi ini mengakibatkan warna merah muda pada larutan NaOH menjadi
bening. Setelah tercapai titik ekivalen (terjadi perubahan warna), maka terbentuklah
larutan NaOH standar.
Percobaan pertama ini dilakukan sebanyak dua kali dan didapatkan volume
asam oksalat rata-rata yang digunakan untuk proses titrasi tersebut yaitu 4,6 mL.
Volume asam oksalat yang digunakan pada saat titrasi dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi NaOH pada saat tercapainya titik ekuivalen. Dari proses
perhitungan didapatkan konsentrasi NaOH 0,092 ek/L. Berdasarkan hasil percobaan
dapat diketahui bahwa telah terjadi reaksi asam basa antara asam oksalat dan larutan
standar NaOH 0,1 N.
Reaksi yang terjadi :
H2C2O4 (aq) + 2NaOH (aq) Na2C2O4 (aq) + 2H2O
Percobaan kedua yaitu penentuan konsentrasi asam asetat dalam asam cuka
komersial dengan menggunakan larutan NaOH yang sudah di standarisasi pada
percobaan pertama. 10 mL asam cuka (sebelum diencerkan) ditempatkan di dalam
labu takar 250 mL kemudian diencerkan dengan menambahkan akuades hingga batas
meniskus. Sebanyak 10 mL larutan asam cuka yang sudah diencerkan dimasukkan ke
dalam erlenmeyer. Seharusnya setelah prosedur kerja ini indikator fenoftalein
ditambahkan sebanyak 2-3 tetes, tetapi kelompok kami lupa menambahkan. Hal ini
disadari setelah melakukan titrasi, larutan asam cuka dalam erlenmeyer tidak
menunjukkan perubahan warna apapun, sehingga titrasi dihentikan. Volume NaOH
yang terpakai sebanyak 82,8 mL. Pada percobaan kedua ini titrasi hanya dilakukan
satu kali. Volume NaOH yang digunakan pada saat titrasi digunakan untuk
menghitung konsentrasi larutan asam asetat dalam asam cuka komersial.
Pada penentuan konsentrasi asam asetat terjadi reaksi asam lemah (CH3COOH)
dengan basa kuat (NaOH).
Reaksi yang terjadi :
CH3COOH + NaOH CH3OONa + H2O
Dari analisis data didapatkan normalitas asam asetat sebesar 0,5078 ek/L.
Karena asam asetat adalah asam monoprotik, maka n asam asetat sebesar 1 ek/mol,
sehingga didapatkan molaritas asam asetat sebesar 0,5078 mol/L. Sebelum dititrasi
asam asetat terlebih dulu diencerkan dengan menambahkan akuades. Sehingga data
yang telah diperoleh yang disebutkan di atas merupakan konsentrasi asam asetat
setelah diencerkan. Melalui perhitungan, didapatkan konsentrasi asam asetat sebelum
diencerkan sebesar 12,695 mol/L. Sedangkan konsentrasi asam asetat dalam
persentase (b/v) adalah 76,17 % (b/v).
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Secara garis besar ada dua macam analisis kimia terhadap suatu sampel,
yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif
berkaitan dengan jenis/macam senyawa yang terdapat dalam sampel,
sedangkan analisis kuantitatif berkaitan dengan jumlah atau banyaknya
senyawa dalam sampel.
2. Standarisasi adalah suatu proses yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan secara teliti dengan mereaksikannya dengan
larutan yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat.
3. Larutan standar sekunder merupakan larutan standar yang konsentrasinya
tidak stabil atau berubah. Larutan standar dapat digunakan untuk analisis
kuantitatif suatu sampel melalui analisis titrimetri.
4. Volume asam oksalat rata-rata yang digunakan untuk proses titrasi yaitu
4,6 mL. Dari proses perhitungan didapatkan konsentrasi NaOH 0,092
ek/L.
5. Konsentrasi asam asetat sebelum pengenceran adalah 12,695 mol/L.
6. Konsentrasi asam asetat dalam asam cuka komersial dinyatakan dalam
persen berat sebesar 76,17 % (b/v).
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. et.al. 1999. Vogel Buku Ajar Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. A. Hanyana Pujaatmaka dan L. Setiono. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Day, R.A, Jr. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi keempat. Erlangga: Jakarta.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Polling, C. 1989. Ilmu Kimia. Erlangga: Jakarta.
Suhartono, E. 2002. Modul Kimia Kedokteran. Fakultas Kedokteran Unlam: Banjarbaru.
Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran. Fakutaltas Kedokteran Unlam: Banjarbaru.