laporan praktikum iii

38
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR PERCOBAAN V POPULASI, KOMUNITAS DAN EKOSISTEM NAMA : RIPKA SAPUTRI NIM : H31112286 KELOMPOK : III ( TIGA ) HARI/ TANGGAL PERCOBAAN : SENIN/ 01 OKTOBER 2012 ASISTEN : ARNIATY R. PAEMBONAN LABORATORIUM BIOLOGI DASAR

Upload: rifkasyaputri

Post on 18-Feb-2015

81 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum III

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

PERCOBAAN V

POPULASI, KOMUNITAS DAN EKOSISTEM

NAMA : RIPKA SAPUTRI

NIM : H31112286

KELOMPOK : III ( TIGA )

HARI/ TANGGAL PERCOBAAN : SENIN/ 01 OKTOBER 2012

ASISTEN : ARNIATY R. PAEMBONAN

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

Page 2: Laporan Praktikum III

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Pada kenyataannya, makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya,

baik itu makhluk hidup lainnya (biotik) maupun makhluk tak hidup (abiotik).

Dengan interaksi antara kedua komponen tersebut, ekosistem akan selalu

tumbuh berkembang sehingga menimbulkan perubahan ekosistem. Sumber

utama ekosistem adalah cahaya matahari( Ari, 2009 ).

Dari hasil proses fotosintesis tumbuhan menghasilkan gas oksigen dan zat

makanan. Hasil fotosintesis itu digunakan oleh manusia dan hewan untuk

kelangsungan hidupnya( Idun, 2009 ).

Tumbuhan, hewan, dan manusia memerlukan air dan tanah untuk

kehidupannya. Setelah mati, makhluk hidup diuraikan oleh

perombak/pengurai. Dengan demikian, antara makhluk hidup (komponen

biotik) dan makhluk tak hidup (komponen abiotik) saling berinteraksi

sehingga terbentuk hubungan timbal balik yang disebut ekosistem. Contoh

ekosistem di sekitar kita adalah kebun, halaman rumah, sungai, sawah, dan

lain-lain( Subardi, 2009 ).

Ekosistem merupakan suatu sistem yang dinamis, hal itu ditandai dengan

adanya aliran energi, daur materi, dan produktivitas. Interaksi dapat terjadi

antara komponen biotik dengan abiotik dan di antara komponen biotik dalam

bentuk aliran energi dan siklus materi ( Ari, 2009 ).

Bentuk aliran energi bersifat satu arah. Dari sinar matahari yang diman-

Page 3: Laporan Praktikum III

faatkan tumbuhan hijau kemudian melalui serangkaian peristiwa memakan

dan dimakan membentuk suatu rantai makanan, rantai-rantai makanan itu

saling berhubungan satu dengan lain yang membentuk jaring-jaring makan.

Sedangkan pada bentuk daur materi yang melibatkan unsur senyawa kimia

seperti karbon, oksigen, nitrogen, dan air yang mengalami perpindahan lewat

organisme (biotik) dan beredar kembali ke lingkungan fisik (abiotik) disebut

daur biogeokimia ( Idun, 2009 )

Ekosistem yang ada di muka bumi ini terdiri atas perpaduan berbagai jenis

dengan kombinasi lingkungan fisik dan kimia yang berbeda-beda, sehingga

bentuk ekosistem yang dihasilkan pun akan berbeda-beda. Di Indonesia

terdapat empat kelompok ekosistem utama, yaitu ekosistem bahari (laut),

ekosistem darat alami, ekosistem suksesi, dan ekosistem buatan (Ari,2009).

I.2 Tujuan percobaan

Praktikan menggunakan model untuk meneliti bagaimana suatu populasi

dapat tumbuh

Praktikan mempelajari komunitas dengan mengumpulkan data sebanyak

mungkin selama waktu dan kesempatan yang memungkinkan. Kemudian

praktikan mengamati hubungan antara masung-masing spesies, agar

praktikan dapat mengira-ngirakan urutan mana yang paling penting dan

untuk mengetahui struktur komunitas itu.

I.3 Waktu dan tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 Oktober 2012 di Laboratorium

Biologi Dasar (LBD), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Hasanuddin.

Page 4: Laporan Praktikum III
Page 5: Laporan Praktikum III

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem tersusun atas makhluk hidup dan makhluk tak hidup Sebagai

contoh, ekosistem sawah terdiri atas hewan dan tumbuhan yang hidup bersama-

sama. Pada ekosistem sawah tersebut, terdapat rumput, tanaman padi, belalang,

ulat, tikus, burung pemakan ulat, burung elang,dan masih banyak lagi. Dalam

ekosistem, terdapat satuan-satuan makhluk hidup. Individu, populasi, komunitas,

biosfer yang merupakan satuan makhluk hidup dalam satu ekosistem, dan sinar

matahari sangat berperan terhadap kelangsung-an hidup satuan-satuan ekosistem

tersebut( Sowarno, 2009 ).

Ekosistem disusun oleh dua komponen, yaitu lingkungan fi sik atau makhluk

tidak hidup (komponen abiotik) dan berbagai jenis makhluk hidup (komponen

biotik). Berbagai jenis makhluk hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi

satuan-satuan makhluk hidup dan ekosistem

1. Komponen Abiotik

Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri dari

benda-benda tak hidup. Secara terperinci, kompo-nen abiotik merupakan keadaan

fi sik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk

menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Contoh komponen

abiotik adalah air, udara, cahaya matahari, tanah, topografi , dan iklim ( Riana,

2009).

Hampir semua makhluk hidup membutuhkan air. Karena itu, air merupakan

komponen yang sangat vital bagi kehidupan. Sebagian besar tubuh makhluk hidup

Page 6: Laporan Praktikum III

tersusun oleh air dan tidak ada satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan

air. Meskipun demikian, kebutuhan organisme akan air tidaklah sama antara satu

dengan yang lainnya. Begitu pula dengan ketersediaan air di suatu daerah, tidak

sama antara daerah satu dengan yang lainnya. Hal ini juga akan mem-pengaruhi

cara hidup organisme yang ada di daerah-daerah tersebut ( Riana, 2009 ).

Misalnya hewan yang hidup di daerah gurun akan memiliki kapasitas

penggunaan air yang relatif sedikit sebagai penyesuaian terhadap ling-kungan

hidupnya yang miskin air. Berbagai jenis tumbuhan yang ada juga beradaptasi

dengan keadaan tersebut, salah satunya dengan mem-bentuk daun yang tebal dan

sempit sehingga mengurangi penguapan ( Riana, 2009 ).

Komponen abiotik lainnya adalah udara. Kita tidak bisa menyangkal bahwa

peranan udara sangat penting bagi kehidupan di bumi ini. Oksigen yang kita

gunakan untuk bernapas atau CO2 yang diperlukan tumbuhan untuk

berfotosintesis juga berasal dari udara. Bahkan bumi kita pun dilindungi oleh

atmosfer yang merupakan lapisan-lapisan udara ( Herni, 2006 ).

Keadaan udara di suatu tepat dipengaruhi oleh cahaya matahari, kelembaban,

dan juga temperatur (suhu). Intensitas cahaya matahari yang diterima oleh suatu

daerah akan mempengaruhi kelembaban atau kadar uap air di udara. Selain itu,

cahaya matahari juga menyebabkan peningkatan suhu atau temperatur udara.

Adanya perbedaan tempera-tur menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara,

sehingga udara mengalir atau bergerak membentuk angin. Kesemuanya

memberikan pengaruh bagi organism ( Herni, 2006).

Cahaya matahari merupakan sumber energi utama semua makhluk hidup,

karena dengannya tumbuhan dapat berfotosintesis. Sedangkan keberadaan uap air

Page 7: Laporan Praktikum III

di udara akan mempengaruhi kecepatan penguapan air dari permukaan tubuh

organisme. Organisme yang hidup di dae-rah panas (suhu udara tinggi dan

kelembaban rendah) akan berupaya untuk mengurangi penguapan air dari dalam

tubuh, misalnya onta yang merupakan hewan khas padang pasir. Sedangkan

beruang kutub, karena hidup di lingkungan yang sangat dingin, beradaptasi

dengan memiliki bulu yang tebal. Selain itu, perbedaan suhu udara juga bisa

menimbulkan angin, yaitu aliran udara akibat perbedaan tekanan. Sehingga

organisme akan menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Contohnya pada

tumbuhan. Tumbuhan yang hidup di daerah dengan angin yang kencang, daerah

pantai misalnya, membentuk sistem perakaran yang kuat dan batang yang elastis

supaya tidak mudah patah ketika diterpa angin. Contohnya jenis tumbuhan

tersebut adalah cemara udang ( Sri, 2009 ).

Selain air, udara, dan cahaya matahari, keberadaan suatu ekosistem juga

dipengaruhi oleh kondisi tanah. Tanah merupakan tempat hidup bagi berbagai

jenis organisme, terutamatumbuhan. Adanya tumbuhan akan menjadikan suatu

daerah memiliki berbagai organisme pemakan tumbuhan dan organisme lain yang

me-makan pemakan tumbuhan tersebut. Kualitas tanah bisa dilihat dari derajat

keasaman (pH), tekstur (komposisi partikel tanah), dan kandungan garam mineral

atau unsur haranya( Herni, 2006 ).

Komponen abiotik yang juga tidak kalah penting adalah topografi dan iklim.

Topografi adalah letak suatu tempat dipandang dari ketinggian di atas permukaan

air laut (altitude) atau dipandang dari garis bujur dan garis lintang (latitude).

Topografi yang berbeda menyebabkan perbedaan penerimaan intensitas cahaya,

kelembaban, tekanan udara, dan suhu udara, sehingga topografi dapat

Page 8: Laporan Praktikum III

menggambarkan distribusi makhluk hidup. Sedangkan iklim merupakan keadaan

cuaca rata-rata di suatu tempat yang luas dalam waktu yang lama (30 tahun),

terbentuk oleh interaksi berbagai komponen abiotik seperti kelem baban udara,

suhu, curah hujan, cahaya matahari, dan lain sebagainya( Ari, 2009 ).

Iklim mempunyai hubungan yang erat dengan komuni-tas tumbuhan dan

kesuburan tanah. Contohnya adalah di daerah yang beriklim tropis, seperti

Indonesia, me-miliki hutan yang lebat dan kaya akan keane karagaman hayati

yang disebut hutan hujan tropis sedang kan di daerah subtropis hutan seperti itu

tidak dijumpai ( Idun, 2009 )

2. Komponen Biotik

Komponen biotik meliputi semua jenis makhluk hidup yang ada pada suatu

ekosistem. Contoh komponen biotik adalah manusia,hewan, tumbuhan, dan

mikroorganisme. Menurut peranannya dalam ekosistem, komponen biotik

dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu produsen, konsumen, dan pengurai.

Organisme yang berperan sebagai produsen adalah semua organisme yang dapat

membuat makanan sendiri. Organisme ini disebut organisme autotrof, contohnya

adalah tumbuhan hijau. Sedangkan organisme yang tidak mampu membuat

makanan sendiri (heterotrof ) berperan sebagai konsumen ( Sowarno, 2009 ).

Tumbuhan merupakan organisme autotrof karena dapat mem-buat makanan

sendiri melalui fotosintesis. Dalam proses ini, bahan anorganik diubah menjadi

senyawa organik dengan bantuan sinar matahari. Melalui proses fotosintesis, gas

CO2 hasil buangan organisme lain diubah oleh tumbuhan menjadi zat gula,

oksigen, dan energy( Suwarno, 2009)

Page 9: Laporan Praktikum III

Selain mampu mencukupi kebutuhannya akan energi, produsen juga berperan

sebagai sumber energi bagi organisme lain. Energi yang dihasilkan produsen akan

dimanfaatkan oleh organisme lain melalui proses makan dan dimakan. Hewan

pemakan tumbuhan memperoleh energi dari tumbuhan yang dimakannya.

Sedangkan hewan pemakan tumbuhan tersebut juga bisa dijadikan sumber energi

bagi hewan lain yang memakannya. Organisme yang memperoleh makanan

dengan cara demikian disebut konsumen. Jadi, organisme yang berperan se-bagai

konsumen adalah organisme yang tidak dapat membuat makan-an sendiri

(organisme heterotrof )( Subardi, 2009 ).

Berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsinya, konsumen dibedakan

menjadi tiga macam yaitu (1) Herbivora adalah organisme pemakan tumbuhan.

Contohnya adalah kerbau, sapi, kambing, kelinci, dan zebra (2) Karnivora adalah

organisme pemakan hewan (daging). Misalnya singa, serigala, harimau, kucing,

dan elang Sedangkan (3) omnivora adalah organisme pemakan segala jenis

makanan, baik tumbuhan maupun hewan. Contoh omnivora adalah ayam, itik, dan

manusia ( Subardi, 2009).

Selain produsen dan konsumen, terdapat pula organisme yang berperan sebagai

penguraI. Hilangnya tumbuhan dan hewan yang telah mati ini disebabkan oleh

aktivitas organisme pengurai atau dekomposer. Mereka berperan menguraikan

(melakukan dekomposisi) sisa-sisa organisme yang sudah mati (detritus). Karena

memakan detritus, organisme ini disebut juga detritivora ( Herni. 2006)

Organisme pengurai memperoleh makanan dengan cara merombak sisa

produk organisme dan organisme yang mati dengan enzim pencernaan yang

dimilikinya. Hasil perombakan ini kemudian diserap sebagai makanan. Kegiatan

Page 10: Laporan Praktikum III

pengurai memungkinkan senyawa sederhana didaur ulang, sehingga dapat

digunakan kembali oleh organisme autotrof atau produsen. Contoh organisme

yang termasuk pengurai adalah cacing tanah, jamur, dan bakteri, lipan, luing, kutu

kayu, rayap, nematoda, dan larva serangga( Herni, 2006)

Kumpulan dari berbagai komunitas pada suatu zona habitat disebut bioma.

Bioma di bumi bisa dikelompokkan menjadi bioma darat (terestrial) dan bioma

perairan (akuatik). Bioma terestrial terjadi kare-na daratan memiliki variasi

geografi s seperti ketinggian di atas permu-kaan laut dan garis lintang. Di daratan

terdapat 6 bioma yaitu bioma gurun, bioma padang rumput, bioma hutan hujan

tropis, bioma hutan 4 musim, bioma taiga, dan bioma tundra. Contoh bioma yang

ada di Indonesia adalah hutan hujan tropis( Herni, 2006 )

Kesemua bioma yang ada di bumi atau semua zona kehidupan di bumi disebut

biosfer (lapisan kehidupan). Biosfer meliputi semua lapisan kehidupan, dari dasar

laut yang dalam sampai lapisan udara di mana masih terdapat kehidupan. Biosfer

merupakan kumpulan semua komunitas dan ekosistem yang ada di planet bumi,

meliputi semua bagian dari lapisan bumi paling atas, yaitu air, kulit bumi, dan

atmosfer( Herni, 2009).

Page 11: Laporan Praktikum III

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kalkulator dan kertas

grafik. Bahan yang digunakan pada praktikum terbagi menjadi dua yaitu

komponen abiotik berupa cahaya, udara, tanah, air, suhu dan komponen

biotik berupa belalang, semut, kupu-kupu, lalat dan siput

III.2 Prosedur kerja

Memilih daerah penelitian

Dalam hal ini, pilihlah daerah penelitian dimana memungkinkan semua

makhluk hidup tumbuh dan berkembang sehingga memudahkan kita untuk

mendapatkan data yang diinginkan

Mengumpulkan data sebanyak mungkin baik data berupa lingkungan

biotic maupun lingkungan abiotik

Memilah-milah sesuai dengan trofiknya

Dalam hal ini, kita mengelompokkan data berdasarkan trofiknya dalam

ekosistem. Misalnya, kita mengelompokkan semua data berupa tumbuhan

ke dalam produsen dan hewan- hewan ke dalam konsumen I, konsumen II

ataupun konsumen III seseuai dengan kedudukannya dalam ekosistem

Membuat rantai makanan beradasarkan data yang didapatkan

Membuat jarring-jaring makanan berdasarkan data yang didapatkan

Membuat piramida makanan berdasarkan pengelompokkan tadi

Page 12: Laporan Praktikum III
Page 13: Laporan Praktikum III

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

A. Asumsi

Model I

Tahun 2012 terdapat 10 ekor ( 5 pasang) burung

Asumsi I : 5 × 10 = 50 ekor ( 25 pasang )

50 + 10 = 60 ekor ( 25 pasang )

Asumsi II : 60 - 10 = 50 ekor ( 25 pasang )

Asumsi III : 50 ekor ( 25 pasang )

Asumsi IV : 50 ekor ( 25 pasang )

Tahun 2013 terdapat 50 ekor (25 pasang) burung

Asumsi I : 25 × 10 = 250 ekor ( 125 pasang )

250 + 50 = 300 ekor ( 150 pasang )

Asumsi II : 300 - 50 = 250 ekor ( 125 pasang )

Asumsi III : 250 ekor ( 125 pasang )

Asumsi IV : 250 ekor ( 125 pasang )

Tahun 2014 terdapat 250 ekor ( 125 pasang) burung

Asumsi I : 125 × 10 = 1250 ekor ( 625 pasang )

1250 + 250 = 1500 ekor ( 750 pasang )

Asumsi II : 1500 - 250 = 1250 ekor ( 625 pasang )

Asumsi III : 1250 ekor ( 625 pasang )

Asumsi IV : 1250 ekor ( 625 pasang )

Page 14: Laporan Praktikum III

Tahun 2015 terdapat 1250 ekor ( 625 pasang) burung

Asumsi I : 625 × 10 = 6250 ekor ( 3125 pasang )

6250 + 1250 = 7500 ekor ( 3750 pasang )

Asumsi II : 7500 - 1250 = 6250 ekor ( 3125 pasang )

Asumsi III : 6250 ekor ( 3125 pasang )

Asumsi IV : 6250 ekor ( 3125 pasang )

Tahun 2016 terdapat 6250 ekor ( 3125 pasang) burung

Asumsi I : 3125 × 10 = 31250 ekor ( 15625 pasang )

31250 + 6250 = 37500 ekor ( 18750 pasang )

Asumsi II : 37500 - 6250 = 31250 ekor ( 15625 pasang )

Asumsi III : 31250 ekor ( 15625 pasang )

Asumsi IV : 31250 ekor ( 15625 pasang )

1 2 3 4 5

100

550

2800

14050

703002012 2013 2014 2015 2016

Page 15: Laporan Praktikum III

Model II

Tahun 2012 terdapat 10 ekor ( 5 pasang )

Asumsi I : 5 × 10 = 50 ekor ( 25 pasang )

50 + 10 = 60 ekor ( 30 pasang )

Asumsi II : 2/5 × 10 = 4 ekor ( 2 pasang )

60 – 6 = 54 ekor ( 27 pasang )

Asumsi III : 54 ekor ( 27 pasang )

Asumsi IV : 54 ekor ( 27 pasang )

Tahun 2013 terdapat 54 ekor ( 27 pasang )

Asumsi I : 27 × 10 = 270 ekor ( 135 pasang )

54 - 4 = 50 ekor ( 25 pasang )

270 + 50 = 320 ekor ( 160 pasang )

Asumsi II : 2/5 × 50 = 20 ekor ( 10 pasang )

320 – 30 = 290 ekor ( 145 pasang )

Asumsi III : 290 ekor ( 145 pasang )

Asumsi IV : 290 ekor ( 145 pasang )

Tahun 2014 terdapat 290 ekor ( 145 pasang )

Asumsi I : 145 × 10 = 1450 ekor ( 725 pasang )

290 – 20 = 270 ekor ( 135 pasang )

1450 + 270 = 1720 ekor ( 860 pasang )

Asumsi II : 2/5 × 270 = 108 ekor ( 54 pasang )

1720 – 162 = 1558 ekor ( 779 pasang )

Asumsi III : 1558 ekor ( 779 pasang )

Asumsi IV : 1558 ekor ( 779 pasang )

Tahun 2015 terdapat 1558 ekor ( 779 pasang )

Asumsi I : 779 × 10 = 7790 ekor ( 3895 pasang )

Page 16: Laporan Praktikum III

1558 + 108 = 1450 ekor (7250 pasang )

7790 + 1450 = 9240 ekor ( 4620 pasang )

Asumsi II : 2/5 × 1450 = 580 ekor ( 290 pasang )

9240 – 870 = 8370 ekor ( 4185 pasang )

Asumsi III : 8370 ekor ( 4185 pasang )

Asumsi IV : 8370 ekor ( 4185 pasang )

Tahun 2016 terdapat 8370 ekor ( 4185 pasang )

Asumsi I : 4185 × 10 = 41850 ekor ( 20925 pasang )

8370 – 580 = 7790 ekor ( 3895 pasang)

41850 + 7790 = 49640 ekor ( 24820 pasang )

Asumsi II : 2/5 × 7790 = 3116 ekor ( 1558 pasang )

49640 – 4674 = 44966 ekor ( 22483 pasang )

Asumsi III : 44966 ekor ( 22483 pasang )

Asumsi IV : 44966 ekor ( 22483 pasang )

1 2 3 4 5

100

550

2800

14050

703002012 2013 2014 2015 2016

Page 17: Laporan Praktikum III

Model III

Tahun 2012 terdapat 10 ekor ( 5 pasang) burung

Asumsi I : 5 × 10 = 50 ekor ( 25 pasang )

50 + 10 = 60 ekor ( 25 pasang )

Asumsi II : 60 - 10 = 50 ekor ( 25 pasang )

Asumsi III : 2/5 × 50 = 20 ekor ( 10 pasang )

50 -20 = 30 ekor ( 15 pasang )

Asumsi IV : 30 ekor ( 15 pasang )

Tahun 2013 terdapat 30 ekor ( 15 pasang) burung

Asumsi I : 15 × 10 = 150 ekor ( 75 pasang )

150 + 30 = 180 ekor ( 90 pasang )

Asumsi II : 180 - 30 = 150 ekor ( 75 pasang )

Asumsi III : 2/5 × 150 = 60 ekor ( 30 pasang )

150 -60 = 90 ekor ( 45 pasang )

Asumsi IV : 90 ekor ( 45 pasang )

Tahun 2014 terdapat 90 ekor ( 45 pasang) burung

Asumsi I : 45 × 10 = 450 ekor ( 225 pasang )

450 + 90 = 540 ekor ( 270 pasang )

Asumsi II : 540 - 90 = 450 ekor ( 225 pasang )

Asumsi III : 2/5 × 450 = 180 ekor ( 90 pasang )

450 -180 = 270 ekor ( 135 pasang )

Asumsi IV : 270 ekor ( 135 pasang )

Tahun 2015 terdapat 270 ekor ( 135 pasang) burung

Asumsi I : 135 × 10 = 1350 ekor ( 675 pasang )

Page 18: Laporan Praktikum III

1350 + 270 = 1620 ekor ( 810 pasang )

Asumsi II : 1620 - 270 = 1350 ekor ( 25 pasang )

Asumsi III : 2/5 × 1350 =540 ekor ( 270 pasang )

1350 -540 = 810 ekor ( 405 pasang )

Asumsi IV : 810 ekor ( 405 pasang )

Tahun 2016 terdapat 810 ekor ( 405 pasang) burung

Asumsi I : 405 × 10 = 4050 ekor ( 2025 pasang )

4050 + 810 = 4860 ekor ( 2430 pasang )

Asumsi II : 4860 - 810 = 4050 ekor ( 2025 pasang )

Asumsi III : 2/5 × 4050 = 1620 ekor ( 810 pasang )

4050 - 1620 = 2430 ekor ( 1215 pasang )

Asumsi IV : 2430 ekor ( 1215 pasang )

1 2 3 4 5

100

550

2800

14050

703002012 2013 2014 2015 2016

Page 19: Laporan Praktikum III

Model IV

Tahun 2012 terdapat 10 ekor ( 5 pasang) burung

Asumsi I : 5 × 10 = 50 ekor ( 25 pasang )

50 + 10 = 60 ekor ( 30 pasang )

Asumsi II : 60 - 10 = 50 ekor ( 25 pasang )

Asumsi III : 50 ekor ( 25 pasang )

Asumsi IV : 50 + 50 = 100 ekor ( 50 pasang )

Tahun 2013 terdapat 100 ekor ( 50 pasang) burung

Asumsi I : 50 × 10 = 500 ekor ( 250 pasang )

500 + 100 = 600 ekor ( 300 pasang )

Asumsi II : 600 - 100 = 500 ekor ( 250 pasang )

Asumsi III : 500 ekor ( 250 pasang )

Asumsi IV : 500 + 50 = 550 ekor ( 275 pasang )

Tahun 2014 terdapat 550 ekor ( 275 pasang) burung

Asumsi I : 275 × 10 = 2750 ekor ( 1375 pasang )

2750 + 550 = 3300 ekor ( 1650 pasang )

Asumsi II : 3300 - 550 = 2750 ekor ( 1375 pasang )

Asumsi III : 2750 ekor ( 1375 pasang )

Asumsi IV : 2750 + 50 = 2800 ekor ( 1400 pasang )

Tahun 2015 terdapat 2800 ekor ( 1400 pasang) burung

Asumsi I : 1400 × 10 = 14000 ekor ( 7000 pasang )

14000 + 2800 = 16800 ekor ( 8400 pasang )

Asumsi II : 1680 - 2800 = 14000 ekor ( 7000 pasang )

Asumsi III : 14000 ekor ( 7000 pasang )

Page 20: Laporan Praktikum III

Asumsi IV : 14000 + 50 = 14050 ekor ( 7025 pasang )

Tahun 2016 terdapat 14050 ekor ( 7025 pasang) burung

Asumsi I : 7025 × 10 = 70250 ekor ( 35125 pasang )

70250 + 14050 = 84300 ekor ( 42100 pasang )

Asumsi II : 84300 - 14050 = 70250 ekor ( 35125 pasang )

Asumsi III : 70250 ekor ( 35125 pasang )

Asumsi IV : 70250 + 50 = 70300 ekor ( 35150 pasang )

1 2 3 4 5

100

550

2800

14050

703002012 2013 2014 2015 2016

Page 21: Laporan Praktikum III
Page 22: Laporan Praktikum III

IV.2 Pembahasan

A. Asumsi

Model I

Pada model I, diumpamakan di suatu pulau pada tahun 2012 dihuni oleh 10

burung gereja (5 pasang jantang dan betina), selanjutnya kita akan menghitung

besarnya populasi setiap permulaan musim bertelur. Sesuai dengan asumsi I

bahwa setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan

keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina sehingga jumlah seluruh burung

gereja adalah 60 ekor. Selanjutnya, setiap tahun semua tetua (induk jantan dan

betina) mati sebelum musim bertelur berikutnya sehingga jumlah burung

seluruhnya kembali menjadi 50 ekor. Lalu, setiap tahun semua keturunan hidup

sampai pada musim bertelur berikutnya dan selama pengamatan tidak ada burung

yang meninggalkan atau yang datang ke pulau tersebut sehingga jumlah akhir

burung pada tahun 2012 adalah 50 ekor ( 25 pasang ).

Hal yang sama terjadi pada tahun 2013 dengan jumlah induk 50 ekor ( 25

pasang ) sehingga jumlah akhir pada tahun 2013 adalah 250 ekor ( 125 pasang ).

Begitu pula pada tahun 2014 dengan jumlah akhir 1250 ekor ( 625 pasang ), pada

tahun 2015, terhitung 6250 ekor ( 3125 pasang ) dan tahun 2016 yaitu 31250 ekor

( 15625 pasang ).

Model II

Pada model II diumpamakan di suatu pulau pada tahun 2012 dihuni oleh 10

burung gereja (5 pasang jantang dan betina). Sesuai asumsi I bahwa setiap musim

bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan keturunan sehingga dihasilkan

total burung gereja ditambah induknya sebanyak 60 ekor. Selanjutnya, Setiap

Page 23: Laporan Praktikum III

tahun 2/5 dari tetua jantan dan betina masih dapat mempunyai keturunan untuk

kedua kalinya, baru kemudian mati sehingga tersisa 54 ekor. Lalu, setiap tahun

semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur berikutnya dan selama

pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke pulau

tersebut sehingga jumlah akhir burung gereja pada tahun 2012 adalah 54 ekor ( 27

pasang ).

Hal yang sama terjadi pada tahun 2013 dengan jumlah induk 54 ekor ( 27

pasang ) sehingga jumlah akhir pada tahun 2013 adalah 290 ekor ( 145 pasang ).

Begitu pula pada tahun 2014 dengan jumlah akhir 1558 ekor ( 779 pasang ), pada

tahun 2015, terhitung 8370 ekor ( 4185 pasang ) dan tahun 2016 yaitu 44966 ekor

( 22483 pasang ).

Model III

Pada model III diumpamakan di suatu pulau pada tahun 2012 dihuni oleh

10 burung gereja (5 pasang jantang dan betina). Sesuai asumsi I bahwa setiap

musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan keturunan sehingga

dihasilkan total burung gereja ditambah induknya sebanyak 60 ekor. Selanjutnya,

semua induknya mati sehingga jumlahnya kembali menjadi 50 ekor. Setiap tahun

2/5 dari keturunannya mati sebelum musim bertelur sehingga tersisa 30 ekor.

Lalu, setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur berikutnya

dan selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang datang ke

pulau tersebut sehingga jumlah akhir burung gereja pada tahun 2012 adalah 30

ekor ( 15 pasang ).

Hal yang sama terjadi pada tahun 2013 dengan jumlah induk 30 ekor ( 15

pasang ) sehingga jumlah akhir pada tahun 2013 adalah 90 ekor ( 45 pasang ).

Page 24: Laporan Praktikum III

Begitu pula pada tahun 2014 dengan jumlah akhir 270 ekor ( 135 pasang ), pada

tahun 2015, terhitung 810 ekor ( 405 pasang ) dan tahun 2016 yaitu 2430 ekor

( 1215 pasang ).

Model IV

Pada model III diumpamakan di suatu pulau pada tahun 2012 dihuni oleh

10 burung gereja (5 pasang jantang dan betina). Sesuai asumsi I bahwa setiap

musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan keturunan sehingga

dihasilkan total burung gereja ditambah induknya sebanyak 60 ekor. Selanjutnya,

semua induknya mati sehingga jumlahnya kembali menjadi 50 ekor. Selanjutnya,

setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur berikutnya.

Namun, setiap tahun pula 50 burung gereja datang ketempat tersebut dari pula

lainnya, tidak seekor burung pun yang meninggalkan pulau tersebut sehingga

diperoleh jumlah akhir burung gereja adalah 100 ekor ( 50 pasang )

Hal yang sama terjadi pada tahun 2013 dengan jumlah induk 30 ekor ( 15

pasang ) sehingga jumlah akhir pada tahun 2013 adalah 90 ekor ( 45 pasang ).

Begitu pula pada tahun 2014 dengan jumlah akhir 270 ekor ( 135 pasang ), pada

tahun 2015, terhitung 810 ekor ( 405 pasang ) dan tahun 2016 yaitu 2430 ekor

( 1215 pasang ).

Semua model, baik model I, model II, model III maupun model IV

mempunyai bentuk grafik yang hampir sama dimana setiap tahunnya populasi

burung tersebur mengalami kenaikan. Peningkatan yang paling drastis terjadi dari

tahun 2015 menuju tahun 2016 di semua grafik model.

B. Komunitas

Rantai makanan

Page 25: Laporan Praktikum III

Rantai makanan adalah pengalihan energi dari produsen (tumbuhan)

melalui sederetan organisme dengan peristiwa makan dan dimakan. Dalam rantai

makanan di atas, tumbuhan dimakan oleh serang ( herbivore ), lalu serangga

( herbivore ) dimakan oleh serangga ( predator ) lalu dimakan oleh katak, katak

dimakan ular, ulat dimakan burung lalu burung dimakan elang. Selanjutnya elang

akan diuraikan oleh decomposer.

Jaring-jaring makanan

Jarring-jaring makanan suatu proses perpindahan energy dari organisme

tingkat tinggi ke organism yang lebih rendah tingkatannya. Perbedaan antara

jarring-jaring makanan dan rantai makanan dimana pada rantai makanan satu

organism hanya bisa memakan atau dimakan oleh satu organism lain sementara

dalam jarring-jaring makanan, satu organisame dapat dimakan dan memakan lebih

dari satu organism yang lain.

Dalam jarring-jaring makanan di atas, rumput dimakan oleh belalang,

burung pemakan biji-bijian, mencit dan kelinci ( konsumen I ). Kelinco akan

dimakan oleh anjing hutan dan burung elang sementara mencit dimakan oleh

anjing hutan, burung elang dan ular. Burung pemakan biji dimakan oleh anjing

hutan dan burung elang, serangga ( herbivore ) dimakan oleh laba-laba dan

serangga ( predator ). Selanjutnya serangga ( predator ) dimakan oleh laba-laba,

katak dab burung pemakan biji, laba-laba dimakan katak dan burung pemakan

biji. Terakhir katak dimakan ular, lalu ular dimakan burung elang

Piramida makanan

Sebuah ekosistem akan seimbang dan terjaga apabila jumlah produsen

lebih banyak dari pada jumlah konsumen I, jumlah konsumen I harus lebih

Page 26: Laporan Praktikum III

banyak dari jumlah konsumen II, dan seterusnya. Dalam piramida makanan,

tingkatan organism makhluk hidup didasarkan atas hubungan makan-memakan .

setiap kelompok orgamisme dalam piramida makanan menempati tingkatan

tertentu yang disebut tingkat trofik. Prdusen selalu menempati tingkat trofik I,

konsumen primer menempati trofik II, konsumen sekunder menempati trofik III

dan seterusnya.

Page 27: Laporan Praktikum III

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Individu adalah organism tunggal yang tidak dapat dibagi lagi menjadi

penyusunnya, kumpulan individu sejenis disebut populasi dan kumpulan populasi

disebut komunitas. Komunitas yang lebih kompleks yang melibatkan hubungan

timbale balik antara komponen biotic dan abiotik disebut ekosistem.

Ekosistem akan seimbang bila didalamnya terjadi interaksi makhluk hidup.

Interaksi ini dapat terjadi dalam rantai makanan, jarring-jaring makanan dan

piramida makanan.

V.2 Kritik dan saran

Sebaiknya dalam memilih daerah penelitian, asisten mengusahakan daerah

yang memudahkan praktikan untuk mendapatkan data yang diinginkan sehingga

data yang didapatkan benar-benar real dari hasil pengamatan

Page 28: Laporan Praktikum III

DAFTAR PUSTAKA

Kistinnah, Idun, 2009, Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya, Putara Nugraha, Jakarta.

Subardi, 2009, Biologi, Usaha Makmur, Jakarta.

Sulistyorini, Ari, 2009, Biologi 1, Balai Pustaka, Jakarta.

Suwarno, 2009, Panduan Pembelajaran Biologi, Karya Mandiri Nusantara, Jakarta.

Budiati, Herni, 2009, Biologi SMA, Gema Ilmu, Bandung.