bab i ii iii laporan praktikum teknik pelapisan

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat tertentu pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda terserbut akan mengalami perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya, dan tidak menutup kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya. Pelapisan logam merupakan bagian akhir proses produksi dari suatu produk. Proses tersebut dilakukan setelah benda kerja mencapai bentuk akhir atau setelah proses pengerjaan mesin serta penghalusan terhadap permukaan benda kerja yang dilakukan. Dengan demikian, proses pelapisan termasuk dalam kategori pengerjaan finishing atau sering juga disebut tahap penyelasaian dari suatu produksi benda kerja. B. Tujuan Penulisan Laporan Penulisan laporan ini bertujuan untuk membarikan laporan kepada dosen mata kuliah Tekni Pelapisan atas praktikum yang telah dilaksanakan. Dalam laporan ini 1

Upload: febyrahmawatigusti

Post on 27-Oct-2015

94 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat

tertentu pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda terserbut

akan mengalami perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya,

dan tidak menutup kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya.

Pelapisan logam merupakan bagian akhir proses produksi dari suatu produk.

Proses tersebut dilakukan setelah benda kerja mencapai bentuk akhir atau setelah

proses pengerjaan mesin serta penghalusan terhadap permukaan benda kerja yang

dilakukan. Dengan demikian, proses pelapisan termasuk dalam kategori

pengerjaan finishing atau sering juga disebut tahap penyelasaian dari suatu

produksi benda kerja.

B. Tujuan Penulisan Laporan

Penulisan laporan ini bertujuan untuk membarikan laporan kepada dosen mata

kuliah Tekni Pelapisan atas praktikum yang telah dilaksanakan. Dalam laporan ini

terdapat langkah-langkah pengerjaan dan masalah serta penyelesaian dari

permasalahan tersebut.

C. Ruang Lingkup Kajian

Laporan ini mencakup semua data hasil pengamatan dalam praktek mata

kuliah Teknik Pelapisan yaitu electroplating.

1

Page 2: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

D. Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Ruang Lingkup Kajian

D. Sistematika Penulisan

BAB II. ISI LAPORAN

A. Tujuan

B. Alat

C. Bahan

D. Landasan Teori

E. Langkah Kerja

F. Hasil dan Pembahasan

BAB III. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

2

Page 3: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

BAB II

ISI LAPORAN

A. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum pelapisan logan dengan cara electroplating

adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa dapat mengetahui proses electroplating pada pelat baja.

2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang telah diperoleh.

3. Mehasiswa dapat melaksanakan proses electroplating dengan baik sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan.

4. Mehasiswa mampu menentukan atau memilih bahan lapis yang sesuai

dengan karakteristik bahan yang akan dilapisi untuk pemanfaatan tertentu.

B. Alat Yang Digunakan

Peralatan utama yang diperlukan pada proses lapis listrik (electroplating)

yaitu:

a. Timbangan Digita

b. Bak Reaksil

c. Magnet Pengaduk

d. Rectifier

e. Saringan (Filter)

f. Pemanas (Heater)

g. Nikel sebagai Anoda

h. Avometer

i. Thermometer

3

Page 4: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

C. Bahan

Bahan yang diperlukan pada proses lapis listrik adalah:

a. Boric acid granular (HBO3)

b. Nickel Chloride (NiCl2)

c. Nickel Sulfat (NiSO4)

D. Landasan Teori

Jika suatu logam dipalajng (ekspose) ke lingkungannya maka akan terjadi

interaksi anatara logam dengan lingkungan. Berdasarkan teori, mekanisme

interaksi akan melibatkan pertukaran ion antara permukaan logam dengan

lingkungannya. Karakteristik pertukaran ion sangat dipacu antara lain oleh adanya

perbedaan potensial diantara keduanya. Hasil dari adanya pertukaran ion terhadap

logam yang dipajang adalah timbulnya kerusakan pada logam serta terbentuknya

produk korosi.

Jadi konsep yang sangat mendasar dalam rangka melindungi logam adalah

mengupayakan agar tidak terjadi pertukaran ion antara logam dengan

lingkungannya. Kalaupun tidak bisa memutus sama sekali pertukaran ion tersebut,

diupayakan agar pertukaran ion berlangsung dengan laju yang relative rendah.

Berdasarkan criteria ini maka muncullah pengertian pengendalian, artinya

pertukaran ion yang terjadi dikendalikan lajunya agar tidak berlangsung terlalu

cepat. Upaya pengendalian yang lazim diterapkan dalam rangka perlindungan

teradap logam yang digunakan adalah sebagai berikut:

Pemilihan material/logam yang tepat

Perancangan/design konstruksi yang memadai (appropriate)

Penambahan Inhibitor

Penerapan Pelapisan(Coating)

Penerapan system Proteksi Katodik dan Anodik

Pengkondisian Lingkungan

4

Page 5: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

Metoda perlindungan logam yang banyak digunakan dan paling mudah

dilakukan serta dari aspek biaya lebih murah adalah penerapan pelapisan.

Perlindungan terhadap logam dengan cara menerapkan pelapisan pada hakekatnya

adalah melindungi dari lingkungan sehingga pertukaran ion antara permukaan

logam dengan sekeliling lingkungan dapat dikendalikan.

System perlindungan yang memisahkan kontak antara logam dan

lingkungan sangat banyak dijumpai. Lapisan pemisah ini dapat digolongkan

sebagai berikut:

- Lapisan hasil reaksi kimia atau elektrokimia pada permukaan logam

- Lapisan anorganik: cat, resin, plasitk, karet dan lain sebagainya.

- Lapisan organic: enamel, semen dan lain sebagainya.

- Lapisan logam: logam murni, logam paduan.

Proses pelapisan logam sendiri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

- Secara Pelelehan (celup panas/;hot dip)

- Secara endap vakum

- Secara sherardizing

- Secara rich coating

- Secara listrik(electroplating)

Lapis listrik (electroplating) adalah suatu proses pengendapan zat (ion-ion

logam) pada elektroda (katoda) dengan cara elektrolisa. Terjadinya suatu endapan

pada proses ini adalah karena adanya ion-ion bermuatan listrik berpindah dari

suatu elektroda melalui elektrolit lain (katoda). Endapan yang terjadi bersifat

adhesive terhadap logam dasar.

Selama proses pengendapan/deposit berlangsung terjadi reaksi kimia pada

elektroda dan elektrolit baik reaksi reduksi maupun reaksi oksidasi diharapkan

berlangsung terus menerus menuju arah tertentu secara tetap. Untuk itu

5

Page 6: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

deiperluikan/digunakan arus listrik searah (direct current) dan tegangan yang

konstan/tetap.

Prinsip dasar dari proses lapis listrik adalah berpedoman atau berdasarkan Hukum Faraday yang menyatakan :

Jumlah zat-zat (unsur-unsur) yang terbentuk dan terbebas pada elektroda selama elektrolisa sebanding dengan jumlah arus listrik yang mengalir dalam larutan elektrolit.

Jumlah zat-zat (unsur-unsur) yang dihasilkan oleh arus listrik yang sama selama elektrolisa adalah sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut.

Pernyataan tersebut diatas dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :

B= I × t ×eF

Keterangan :

B = Berat zat yang terbentuk (gram)

I = Jumlah arus yang mengalir (Ampere)

t = Waktu (detik)

e = Berat ekivalen zat yang dibebaskan (berat atom suatu unsur dibagi valensi unsure tersebut)

F = Jumlah arus yang diperlukan untuk membebaskan sejumlah gram ekivalen suatu zat.

1 F = 96.500 Coloumb yaitu jumlah arus listrik yang diperlukan untuk

membebaskan 1 grek suatu zat.

Pada prinsipnya pelapisan logam dengan cara lapis listrik adalah merupakan rangkaian dari : arus listrik, anoda, larutan elektrolit dan katoda (benda kerja). Keempat gugusan ini disusun sedemikian rupa, sehingga membentuk suatu sistim lapis listrik dengan rangkaian sebagai berikut :

Anoda dihubungkan pada kutub positip dari sumber listrik.

Katoda dihubungkan pada kutub negatif dari sumber listrik.

6

Page 7: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

Anoda dan Katoda direndamkan dalam larutan elektrolit.

Bila arus listrik (potensial) searah dialirkan antara kedua elektroda anoda dan katoda dalam larutan elektrolit, maka muatan ion negatif ditarik oleh elektoda katoda. Sementara ion bermuatan negatif berpindah kearah elektroda bermuatan negatif. Ion-ion tersebut dinetralisir oleh kedua elektroda dan larutan elektrolit yang hasilnya diendapkan pada elektroda katoda. Hasil yang terbentuk/terjadi adalah lapisan logam dan gas hidrogen.

Untuk lebih jelasnya rangkaian dan prinsip kerja proses lapis listrik dapa

dilihat pada gambar 1 dan 2 berikut ini:

Gambar 1. Rangkaian proses lapis listrik

Peralatan utama yang diperlukan pada proses lapis listrik (elektroplating) yaitu:

a. Rectifier

Merupakan salah satu peralatan utama dalam proses elektroplating, peralatan ini berfungsi sebagai sumber arus searah (DC). Output tegangan yang keluar: 6, 9, 12 volt dan jumlah arus (ampere) relatif rendah yaitu sampai 3000 ampere.

b. Saringan (Filter)

Penyaringan adalah suatu proses pemisahan pengotor padat dalam larutan dengan cara memasukkan bahan kimia melalui suatu media yang dapat menahan lajunya pengotor padat tersebut. Teknik penyaringan ini dapat dilakukan dengan cara langsung, menggunakan alat penyaring atau dengan cara menggunakan bak

7

Page 8: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

penyaring atau bak pembantu. Sumber utama terjadinya kontaminasi dalam larutan adalah berasal dari anoda, debu, udara kotor, pengotor kimia atau logam serta dari udara agitasi.

c. Pemanas (Heater)

Dalam proses lapis listrik atau elektroplating, pemanasan atau pendinginan larutan elektrolit adalah berfungsi untuk mencapai kondisi operasi yang dipersyaratkan, untuk mencapai hasil lapisan yang diinginkan. Sistem pemanasan dan pendinginan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari dalam bak atau dari luar bak. Pemanasan atau pendinginan dari dalam bak dapat dilakukan dengan pemanas celup (Immersion Heater) dan akan efektif bila luas permukaan heater ± 4 cm2, sedangkan sistim pemanasan dan pendiginan dari luar bak dapat dilakukan dan tidak tergantung pada luas permukaan bak.

d. Bak Larutan

Bak larutan merupakan salah satu peralatan utama yang berfungsi untuk menampung larutan elektrolit, larutan pencuci, dan air pembilas.

e. Larutan Elektrolit

Telah diuraikan diatas bahwa suatu proses lapis listrik memerlukan larutan elektrolit sebagai media proses berlangsung. Larutan elektrolit dapat dibuat dari larutan asam, basa dan garam logam yang dapat membentuk muatan ion-ion negatif dan ion-ion negatif. Tiap jenis pelapisan, larutan elektrolitnya berbeda-beda tergantung pada sifat-sifat elektrolit yang diinginkan.

Oleh karena larutan elektrolit selalu mengandung garam dari logam yang akan dilapis. Garam-garam tersebut sebaiknya dipilih yang mudah larut, tetapi ionnya tidak mudah tereduksi. Kemampuan/aktivitas dari ion logam ditentukan oleh konsentrasi dari garam logamnya, derajat disosiasi dan konsentrasi unsur-unsur lain yang ada didalam larutan. Bila konsentrasi logamnya tidak mencukupi untuk diendapkan, akan terjadi endapan/lapisan yang terbakar pada rapat arus yang relatip rendah. Selain itu, larutan elektrolit harus mempunyai sifat-sifat seperti ”Covering power, throwing power dan levelling ” yang baik.

f. Anoda

Pada proses pelapisan secara listrik, peranan anoda sangat penting dalam menghasilkan kualitas lapisan. Pengaruh kemurnian/kebersihan anoda terhadap elektrolit dan penentuan optimalisasi ukuran serta bentuk anoda perlu dipikirkan/diperhatikan.

8

Page 9: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

Adanya arus listrik yang mengalir melalui larutan elektrolit diantara kedua

elektroda, maka pada anoda akan terjadi pelepasan ion logam dan oksigen

(reduksi), selanjutnya ion logam tersebut dan gas hydrogen diendapkan pada

elerktroda katoda.

Sebelum lapis listrik dilakukan, permukaan benda kerja yang akan di lapis harus dalam kondisi benar-benar bersih, bebas dari bermacam-macam pengotor. Hal ini mutlak agar bisa di dapat hasil lapisan dengan cara listrik yang baik. Untuk mendapatkan kondisi seperti tersebut perlu di lakukan pengerjaan pendahuluan dengan tujuan:

Menghilangkan semua pengotor yang ada di permukaan benda kerja

seperti pengotor organik, anorganik/ oksida dan lain-lainya.

Mendapatkan kondisi fisik permukaan yang lebih baik dan lebih aktif.

Teknik pengerjaan pendahuluan ini tergantung dari pengotoran, tetapi secara

umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Pembersihan secara mekanik

Pekerjaan ini betujuan untuk menghaluskan permukaan dan

menghilangkan goresan-goresan serta geram-geram yang masih melekat pada

benda kerja. Biasanya untuk menghilangkan goresan-goresan dan geram-geram

tersebut dilakukan dengan mesin gerinda, sedangkan untuk menghaluskan

permukaannya dilakukan dengan proses buffing. Prinsipnya sama seperti proses

gerindra, tetapi roda/ wheel polesnya yang berbeda yaitu terbuat dari bahan katun,

kulit, laken dan sebagainya. Selain dari pengerjaan seperti tersebut diatas, kadang-

kadang diperlukan proses lain misalnya brushing, brigthening dan lain

sebagainya.

2. Pembersihan/pencucian dengan pelarut (solvent)

Proses ini bertujuan untuk membersihkan lemak, minyak, garam dan kotoran-kotoran lainnya dengan pelarut organik. Pembersihan dilakukan dengan cara:

9

Page 10: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

Vapour degreasing yaitu proses pembersihan dengan pelarut yang tidak

mudah terbakar. Prinsipnya benda kerja diuapkan dengan pelarut tersebut

dalam keadaan panas, kemudian kotoran akan mengembun/menguap

karena adanya reaksi dari bahan pelarut.

Proses pembersihan pada temperatur kamar yaitu dengan menggunakan

pelarut organik, tetapi dilakukan pada temperatur kamar dengan cara

diusap/ dipoles.

3. Pembersihan/pencucian dengan alkalin (Degreasing)

Pekerjaan ini bertujuan untuk membersihkan benda kerja dari lemak atau

minyak-minyak yang menempel. Pembersihan ini perlu sekali, karena lemak

maupun minyak tersebut akan mengganggu pada proses pelapisan, karena

mengurangi kontak antara lapisan dengan logam dasar/ benda kerja. Pencucian

dengan alkalin digolongkan dalam dua cara yaitu dengan cara biasa (alkalin

degreasing) dan dengan cara electro (electrolitic degreasing). Pembersihan secara

biasa adalah meredamkan benda kerja dalam larutan alkalin dalam keadaan panas

selama 5-10 menit. Lamanya perendaman harus disesuaikan dengan kondisi

permukaan benda kerja. Seandainya lemak atau minyak yang menempel lebih

banyak, maka dianjurkan lamanya perendaman ditambah hinga permukaan bersih

dari noda-noda tersebut. Pembersihan secara electro bertujuan selain akan

didapatkan hasil pembersihan yang lebih bersih juga meningkatkan kecepatan

pencucian. Prinsip kerjanya dengan menggunakan arus listrik dan katoda dipakai

dengan lempengan carbon. Bila benda kerja yang akan dibersihkan ditempatkan

pada arus listrik negatif, maka prosesnya disebut anoda cleaning/degreasing,

begitu pula sebaliknya.

4. Pencucian dengan asam (pickling)

Pencucian dengan asam bertujuan untuk membersihkan permukaan benda kerja dari oksida atau karat dan sejenisnya secara kimia melalui perendaman. Larutan asam ini terbuat dari pencampuran air bersih dengan asam antara lain:

Asam chlorid (HCl)

10

Page 11: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

Asam sulfat (H2SO4)

Asam sulfat dan asam fluorid ( HF)

Reaksi proses pickling sebetulnya adalah proses electro kimia dalam sel galvanis antara logam dasar (anoda) dan oksida (katoda). Gas H2 yang timbul dapat mereduksi ferri oksida yang mudah larut. Dalam reaksi ini biasanya diberikan inhibitor agar reaksi tidak terlalu cepat dan menghasilkan pembersihan yang merata. Ada dua jenis bahan inhibitor yang dikenal yaitu:

Bahan organik alam (natural organic) yaitu glatine, lumpur minyak,

asfaltum, sulfonate, coaltar, Woodtar dan sebagainya.

Bahan organik sintetis (synthetic organic) yaitu thio aldehyd, pyridine,

quinidine, aldehyde dan sebagainya.

Perpindahan ion logam dengan bantuan arus listrik melalui larutan

elektrolit sehinnga ion logam mengendap pada benda padat yang akan dilapisi.

Ion logam diperoleh dari elektrolit maupun berasal dari pelarutan anoda logam di

dalam elektrolit. Pengendapan terjadi pada benda kerja yang berlaku sebagai

katoda

Gambar 2. Skema proses electroplating

11

Page 12: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

Reaksi kimia yang terjadi pada proses electroplating seperti yang terlihat

pada Gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada KATODA

Pembentukan lapisan Nikel

Ni2+ (aq) + 2e- →Ni (s)

Pembentukan gas Hidrogen

2H+ (aq) + 2e- →H2 (g)

Reduksi oksigen terlarut

½ O2 (g) + 2H + →H2O (l)

Pada ANODA

Pembentukan gas oksigen

H2O (l) →4H + (aq) + O2 (g) + 4e-

Oksidasi gas Hidrogen

H2 (g) →2H+(aq) +  2e-

Mekanisme terjadinya pelapisan logam adalah dimulai dari dikelilinginya

ion-ion logam oleh molekul-molekul pelarut yang mengalami polarisai. Di dekat

permukaan katoda, terbentuk daerah Electrical Double Layer (EDL) yang

bertindak seperti lapisan dielektrik. Adanya lapisan EDL  memberi beban

tambahan bagi ion-ion untuk menembusnya. Dengan gaya dorong beda potensial

listrik dan dibantu oleh reaski-reaksi kimia, ion-ion logam akan menuju

permukaan katoda dan menangkap electron dari katoda, sambil mendeposisikan

diri di permukaan katoda. Dalam kondisi equilibrium, setelah ion-ion mengalami

discharge menjadi atom-atom kemudian akan menempatkan diri pada permukaan

katoda dengan mula-mula menyesuaikan mengikuti susunan atom dari material

katoda.

12

Page 13: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

E. Langkah Kerja

Langkah kerja pembuatan cairan :

1. Timbang NaOH dimana hasilnya adalah 20,022 gr.

2. Larutkan NaOH dengan 200 ml air lalu masukan magnet. Campuran

disimpan pada bak dengan alat magnetic stirrer with heater selama 3

menit hingga menjadi larutan untuk degreasing. Dalam proses ini terjadi

pelarutan NaOH dan air dengan magnet magnetic, sehingga larut antara

NaOH dan air.

3. Pickling cairan HCl 20 ml + air sehingga larutan menjadi 200 ml.

Langkah kerja pembuatan larutan elektroplating :

1. NiSO4 ditimbang 240,07 gr, larutkan dengan air maks 1000 ml pada bak

reaksi dengan Magnet magnetic stirrer with heater.

2. NiCl2 ditimbang 45,049 gr, lalu dilarutkan pada larutan NiSO4 + air

3. HBO3 ditimbang 30,0667 gr, lalu dilarutkan pada larutan NiSO4 + air,

aduk.

4. Larutkan NiSO4 + NiCl2 + air + HBO3 selama 18 menit dengan volume

air 1000 ml.

Langkah kerja electroplating :

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses

pelapisan (seting alat, bahan dan tempat)

2. Menghilangkan dari bahan yang melekat. Dengan mengamplas sampai halus

atau dengan partikel korundum yang dibungkus dengan kain poles.

3. Benda specimen yang telah di ampelas, dibersihkan dari serbuk/ geram.

4. Ukur terlebih dahulu dimensi specimen tersebut (berat, panjang, lebar dan

tinggi).

13

Page 14: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

Hasil pengukuran spesimen diantaranya :

Panjang : 1.55.5 mm= 55,4

mm

Tebal : 1. 2,6 mm= 2,7 mm2. 55,4 mm 2. 2,7 mm

3. 55,3 mm 3. 2,8 mmLebar : 1. 25.3 mm

= 25,2 mm

Berat : 33,549 gr2. 25,2 mm3. 25,2 mm

5. Panaskan larutan electroplating hingga mencapai suhu 60 oC.

6. Untuk proses persiapan permukaan, jepit specimen kemudian celupkan

specimen ke dalam larutan degreasing lalu dicelupkan pada larutan rinse

(dibilas), kemudian celupkan pada larutan pickling, selanjutnya kembali

celupkan specimen pada larutan rinse.

7. Bersihkan cairan yang menempel pada specimen dengan lap bersih atau tisu.

8. Keringkan benda kerja dengan udara bebas.

9. Treatment atau Pelapisan Nikel

a. Menghubungkan benda kerja dengan kutub negatif/ katoda rectifier.

b. Menghubungkan logam anoda (Ni) dengan kutub positif/ anoda pada

rectifier.

c. Mencelupkan kedua elektroda ke dalam larutan elektrolit NiSO4 (Nickel

sulfate, Nickel Cloride, boric acid) dalam bak electroplating yang

bersuhu 60 oC.

d. Jarak antara anoda dan katoda tidak boleh terlalu dekat gunakan jarak 10

– 15 cm.

e. Menghidupkan rectifier dengan memperhatikan Current density atau

arusnya sekitar 5 ampere.

f. Setelah sekitar 20 menit matikan rectifier lalu benda kerja diangkat dari

bak electroplating dan dicelupkan kedalam air.

10. Post Treatment/ Pengerjaan Akhir

a. Mencelupkan benda kerja ke dalam air.

b. Mengeringkan benda kerja di udara bebas.

c. Pengeringan baik dijemur atau dilap.

14

Page 15: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

F. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

Hasil dari praktikum yang telah dilakukan dapat terlihat pada gambar, bahwa :

a. Ketebalan yang terbentuk tipis dan korosi cenderung muncul kembali

sehingga benda kerja tampak kekuning-kuningan (kesalahan prosedur).

b. Berat specimen setelah dilapisi bertambah 0,415 gr dari berat awal.

c. Pada bagian specimen, terjadi pengelupasan pada lapisan.

2.Pembahasan

Secara teoritik, berat lapisan yang terbentuk dapat dihitung dengan rumus:

B= I × t ×eF

Jika pada saat praktikum

- Berat atom nikel (MA) = 58,69

- Valensi nikel (Val) = 2

- Arus (I) = 6 A

- Waktu (t) = 20 min = 1200 s

- F = 96.500

Maka:

B=6 ×1200 ×29,3596.500

=2,19 gr

Sedangkan hasi dari praktikum, berat lapisan yang diperoleh sebesar 0.415 gr

15

Page 16: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

Maka presentase kesalahan dapat dihitung dengan:

% Kesalahan=Gteoritis ×G praktikum

Gteoritis

= 2.19× 0.415

2.19× 100 %

= 41.5%

Banda hasil pelapisan sangat dipengaruhi oleh kehalusan dan kebersihan

benda kerja sebelum dilapisi. Oleh karena itu, benda kerja harus dibersihkan

sampai benar-benar bersih dan halus permukaannya agar lapisan tidak mudah

terkelupas dan lebih mengkilap. Suhu larutan elektrolit juga harus dipastikan

sesuai dengan ketentuan.

Dari hasil pelapisan yang didapat oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa

hasil yang didapat kurang baik. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal,

diantaranya:

a. Arus dari rectifier telalu tinggi dan tidak stabil sehingga menyababkan

benda kerja gosong sebelum proses pelapisan logam selesai.

b. Larutan elektrolit yang digunakan kurang baik (kurang murni), karena

sudah bercampur dengan bahan-bahan lain dan kotoran-kotoran.

c. Bentuk benda kerja yang lancip (bersudut) di kedua sisinya

menyebabkan proses pelapisan terhambat dan hasinya menjadi kurang

baik.

d. Pada proses pengerjaan menkanik benda kerja kurang baik.

Kebersihan, kehalusan dan kerataan benda kerja kurang diperhatikan,

sehingga pada saat proses pelapisan hasilnya menjadi kurang baik.

16

Page 17: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

BAB III

KESIMPULAN

Pada proses electroplating, diperlukan kondisi yang sesuai untuk

mendapatkan hasil yang baik. Kondisi yang sesuai diantaranya adalah waktu

(lama) pengerjaan, besar arus yang digunakan ataupun penggunaan suatu lapisan

dasar.

Hasil proses electroplating tergantung pada kebersihan dan kehalusan

benda kerja sebelum dilakukan proses pelapisan, waktu proses pencelupan benda

kerja ke dalam larutan elektrolit, serta suhu kerja yang tepat.

17

Page 18: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

DAFTAR PUSTAKA

Anton J. H. dan Tomijiro K. 1995.Mengenal Pelapisan Logam (Electroplating).

Yogyakarta : Andi Offset

Tanpa Nama. (2009). "Chapter II". [Online]. tersedia:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29124/3/Chapter

%20II.pdf yang direkam pada 21 Juli 2009. [19 Juni 2013].

18

Page 19: BAB I II III Laporan Praktikum Teknik Pelapisan

LAMPIRAN

19