bab i ii iii laporan praktikum teknik pelapisan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelapisan logam adalah suatu cara yang dilakukan untuk memberikan sifat
tertentu pada suatu permukaan benda kerja, dimana diharapkan benda terserbut
akan mengalami perbaikan baik dalam hal struktur mikro maupun ketahanannya,
dan tidak menutup kemungkinan pula terjadi perbaikan terhadap sifat fisiknya.
Pelapisan logam merupakan bagian akhir proses produksi dari suatu produk.
Proses tersebut dilakukan setelah benda kerja mencapai bentuk akhir atau setelah
proses pengerjaan mesin serta penghalusan terhadap permukaan benda kerja yang
dilakukan. Dengan demikian, proses pelapisan termasuk dalam kategori
pengerjaan finishing atau sering juga disebut tahap penyelasaian dari suatu
produksi benda kerja.
B. Tujuan Penulisan Laporan
Penulisan laporan ini bertujuan untuk membarikan laporan kepada dosen mata
kuliah Tekni Pelapisan atas praktikum yang telah dilaksanakan. Dalam laporan ini
terdapat langkah-langkah pengerjaan dan masalah serta penyelesaian dari
permasalahan tersebut.
C. Ruang Lingkup Kajian
Laporan ini mencakup semua data hasil pengamatan dalam praktek mata
kuliah Teknik Pelapisan yaitu electroplating.
1
D. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup Kajian
D. Sistematika Penulisan
BAB II. ISI LAPORAN
A. Tujuan
B. Alat
C. Bahan
D. Landasan Teori
E. Langkah Kerja
F. Hasil dan Pembahasan
BAB III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
BAB II
ISI LAPORAN
A. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pelapisan logan dengan cara electroplating
adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses electroplating pada pelat baja.
2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang telah diperoleh.
3. Mehasiswa dapat melaksanakan proses electroplating dengan baik sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan.
4. Mehasiswa mampu menentukan atau memilih bahan lapis yang sesuai
dengan karakteristik bahan yang akan dilapisi untuk pemanfaatan tertentu.
B. Alat Yang Digunakan
Peralatan utama yang diperlukan pada proses lapis listrik (electroplating)
yaitu:
a. Timbangan Digita
b. Bak Reaksil
c. Magnet Pengaduk
d. Rectifier
e. Saringan (Filter)
f. Pemanas (Heater)
g. Nikel sebagai Anoda
h. Avometer
i. Thermometer
3
C. Bahan
Bahan yang diperlukan pada proses lapis listrik adalah:
a. Boric acid granular (HBO3)
b. Nickel Chloride (NiCl2)
c. Nickel Sulfat (NiSO4)
D. Landasan Teori
Jika suatu logam dipalajng (ekspose) ke lingkungannya maka akan terjadi
interaksi anatara logam dengan lingkungan. Berdasarkan teori, mekanisme
interaksi akan melibatkan pertukaran ion antara permukaan logam dengan
lingkungannya. Karakteristik pertukaran ion sangat dipacu antara lain oleh adanya
perbedaan potensial diantara keduanya. Hasil dari adanya pertukaran ion terhadap
logam yang dipajang adalah timbulnya kerusakan pada logam serta terbentuknya
produk korosi.
Jadi konsep yang sangat mendasar dalam rangka melindungi logam adalah
mengupayakan agar tidak terjadi pertukaran ion antara logam dengan
lingkungannya. Kalaupun tidak bisa memutus sama sekali pertukaran ion tersebut,
diupayakan agar pertukaran ion berlangsung dengan laju yang relative rendah.
Berdasarkan criteria ini maka muncullah pengertian pengendalian, artinya
pertukaran ion yang terjadi dikendalikan lajunya agar tidak berlangsung terlalu
cepat. Upaya pengendalian yang lazim diterapkan dalam rangka perlindungan
teradap logam yang digunakan adalah sebagai berikut:
Pemilihan material/logam yang tepat
Perancangan/design konstruksi yang memadai (appropriate)
Penambahan Inhibitor
Penerapan Pelapisan(Coating)
Penerapan system Proteksi Katodik dan Anodik
Pengkondisian Lingkungan
4
Metoda perlindungan logam yang banyak digunakan dan paling mudah
dilakukan serta dari aspek biaya lebih murah adalah penerapan pelapisan.
Perlindungan terhadap logam dengan cara menerapkan pelapisan pada hakekatnya
adalah melindungi dari lingkungan sehingga pertukaran ion antara permukaan
logam dengan sekeliling lingkungan dapat dikendalikan.
System perlindungan yang memisahkan kontak antara logam dan
lingkungan sangat banyak dijumpai. Lapisan pemisah ini dapat digolongkan
sebagai berikut:
- Lapisan hasil reaksi kimia atau elektrokimia pada permukaan logam
- Lapisan anorganik: cat, resin, plasitk, karet dan lain sebagainya.
- Lapisan organic: enamel, semen dan lain sebagainya.
- Lapisan logam: logam murni, logam paduan.
Proses pelapisan logam sendiri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Secara Pelelehan (celup panas/;hot dip)
- Secara endap vakum
- Secara sherardizing
- Secara rich coating
- Secara listrik(electroplating)
Lapis listrik (electroplating) adalah suatu proses pengendapan zat (ion-ion
logam) pada elektroda (katoda) dengan cara elektrolisa. Terjadinya suatu endapan
pada proses ini adalah karena adanya ion-ion bermuatan listrik berpindah dari
suatu elektroda melalui elektrolit lain (katoda). Endapan yang terjadi bersifat
adhesive terhadap logam dasar.
Selama proses pengendapan/deposit berlangsung terjadi reaksi kimia pada
elektroda dan elektrolit baik reaksi reduksi maupun reaksi oksidasi diharapkan
berlangsung terus menerus menuju arah tertentu secara tetap. Untuk itu
5
deiperluikan/digunakan arus listrik searah (direct current) dan tegangan yang
konstan/tetap.
Prinsip dasar dari proses lapis listrik adalah berpedoman atau berdasarkan Hukum Faraday yang menyatakan :
Jumlah zat-zat (unsur-unsur) yang terbentuk dan terbebas pada elektroda selama elektrolisa sebanding dengan jumlah arus listrik yang mengalir dalam larutan elektrolit.
Jumlah zat-zat (unsur-unsur) yang dihasilkan oleh arus listrik yang sama selama elektrolisa adalah sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut.
Pernyataan tersebut diatas dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut :
B= I × t ×eF
Keterangan :
B = Berat zat yang terbentuk (gram)
I = Jumlah arus yang mengalir (Ampere)
t = Waktu (detik)
e = Berat ekivalen zat yang dibebaskan (berat atom suatu unsur dibagi valensi unsure tersebut)
F = Jumlah arus yang diperlukan untuk membebaskan sejumlah gram ekivalen suatu zat.
1 F = 96.500 Coloumb yaitu jumlah arus listrik yang diperlukan untuk
membebaskan 1 grek suatu zat.
Pada prinsipnya pelapisan logam dengan cara lapis listrik adalah merupakan rangkaian dari : arus listrik, anoda, larutan elektrolit dan katoda (benda kerja). Keempat gugusan ini disusun sedemikian rupa, sehingga membentuk suatu sistim lapis listrik dengan rangkaian sebagai berikut :
Anoda dihubungkan pada kutub positip dari sumber listrik.
Katoda dihubungkan pada kutub negatif dari sumber listrik.
6
Anoda dan Katoda direndamkan dalam larutan elektrolit.
Bila arus listrik (potensial) searah dialirkan antara kedua elektroda anoda dan katoda dalam larutan elektrolit, maka muatan ion negatif ditarik oleh elektoda katoda. Sementara ion bermuatan negatif berpindah kearah elektroda bermuatan negatif. Ion-ion tersebut dinetralisir oleh kedua elektroda dan larutan elektrolit yang hasilnya diendapkan pada elektroda katoda. Hasil yang terbentuk/terjadi adalah lapisan logam dan gas hidrogen.
Untuk lebih jelasnya rangkaian dan prinsip kerja proses lapis listrik dapa
dilihat pada gambar 1 dan 2 berikut ini:
Gambar 1. Rangkaian proses lapis listrik
Peralatan utama yang diperlukan pada proses lapis listrik (elektroplating) yaitu:
a. Rectifier
Merupakan salah satu peralatan utama dalam proses elektroplating, peralatan ini berfungsi sebagai sumber arus searah (DC). Output tegangan yang keluar: 6, 9, 12 volt dan jumlah arus (ampere) relatif rendah yaitu sampai 3000 ampere.
b. Saringan (Filter)
Penyaringan adalah suatu proses pemisahan pengotor padat dalam larutan dengan cara memasukkan bahan kimia melalui suatu media yang dapat menahan lajunya pengotor padat tersebut. Teknik penyaringan ini dapat dilakukan dengan cara langsung, menggunakan alat penyaring atau dengan cara menggunakan bak
7
penyaring atau bak pembantu. Sumber utama terjadinya kontaminasi dalam larutan adalah berasal dari anoda, debu, udara kotor, pengotor kimia atau logam serta dari udara agitasi.
c. Pemanas (Heater)
Dalam proses lapis listrik atau elektroplating, pemanasan atau pendinginan larutan elektrolit adalah berfungsi untuk mencapai kondisi operasi yang dipersyaratkan, untuk mencapai hasil lapisan yang diinginkan. Sistem pemanasan dan pendinginan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari dalam bak atau dari luar bak. Pemanasan atau pendinginan dari dalam bak dapat dilakukan dengan pemanas celup (Immersion Heater) dan akan efektif bila luas permukaan heater ± 4 cm2, sedangkan sistim pemanasan dan pendiginan dari luar bak dapat dilakukan dan tidak tergantung pada luas permukaan bak.
d. Bak Larutan
Bak larutan merupakan salah satu peralatan utama yang berfungsi untuk menampung larutan elektrolit, larutan pencuci, dan air pembilas.
e. Larutan Elektrolit
Telah diuraikan diatas bahwa suatu proses lapis listrik memerlukan larutan elektrolit sebagai media proses berlangsung. Larutan elektrolit dapat dibuat dari larutan asam, basa dan garam logam yang dapat membentuk muatan ion-ion negatif dan ion-ion negatif. Tiap jenis pelapisan, larutan elektrolitnya berbeda-beda tergantung pada sifat-sifat elektrolit yang diinginkan.
Oleh karena larutan elektrolit selalu mengandung garam dari logam yang akan dilapis. Garam-garam tersebut sebaiknya dipilih yang mudah larut, tetapi ionnya tidak mudah tereduksi. Kemampuan/aktivitas dari ion logam ditentukan oleh konsentrasi dari garam logamnya, derajat disosiasi dan konsentrasi unsur-unsur lain yang ada didalam larutan. Bila konsentrasi logamnya tidak mencukupi untuk diendapkan, akan terjadi endapan/lapisan yang terbakar pada rapat arus yang relatip rendah. Selain itu, larutan elektrolit harus mempunyai sifat-sifat seperti ”Covering power, throwing power dan levelling ” yang baik.
f. Anoda
Pada proses pelapisan secara listrik, peranan anoda sangat penting dalam menghasilkan kualitas lapisan. Pengaruh kemurnian/kebersihan anoda terhadap elektrolit dan penentuan optimalisasi ukuran serta bentuk anoda perlu dipikirkan/diperhatikan.
8
Adanya arus listrik yang mengalir melalui larutan elektrolit diantara kedua
elektroda, maka pada anoda akan terjadi pelepasan ion logam dan oksigen
(reduksi), selanjutnya ion logam tersebut dan gas hydrogen diendapkan pada
elerktroda katoda.
Sebelum lapis listrik dilakukan, permukaan benda kerja yang akan di lapis harus dalam kondisi benar-benar bersih, bebas dari bermacam-macam pengotor. Hal ini mutlak agar bisa di dapat hasil lapisan dengan cara listrik yang baik. Untuk mendapatkan kondisi seperti tersebut perlu di lakukan pengerjaan pendahuluan dengan tujuan:
Menghilangkan semua pengotor yang ada di permukaan benda kerja
seperti pengotor organik, anorganik/ oksida dan lain-lainya.
Mendapatkan kondisi fisik permukaan yang lebih baik dan lebih aktif.
Teknik pengerjaan pendahuluan ini tergantung dari pengotoran, tetapi secara
umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Pembersihan secara mekanik
Pekerjaan ini betujuan untuk menghaluskan permukaan dan
menghilangkan goresan-goresan serta geram-geram yang masih melekat pada
benda kerja. Biasanya untuk menghilangkan goresan-goresan dan geram-geram
tersebut dilakukan dengan mesin gerinda, sedangkan untuk menghaluskan
permukaannya dilakukan dengan proses buffing. Prinsipnya sama seperti proses
gerindra, tetapi roda/ wheel polesnya yang berbeda yaitu terbuat dari bahan katun,
kulit, laken dan sebagainya. Selain dari pengerjaan seperti tersebut diatas, kadang-
kadang diperlukan proses lain misalnya brushing, brigthening dan lain
sebagainya.
2. Pembersihan/pencucian dengan pelarut (solvent)
Proses ini bertujuan untuk membersihkan lemak, minyak, garam dan kotoran-kotoran lainnya dengan pelarut organik. Pembersihan dilakukan dengan cara:
9
Vapour degreasing yaitu proses pembersihan dengan pelarut yang tidak
mudah terbakar. Prinsipnya benda kerja diuapkan dengan pelarut tersebut
dalam keadaan panas, kemudian kotoran akan mengembun/menguap
karena adanya reaksi dari bahan pelarut.
Proses pembersihan pada temperatur kamar yaitu dengan menggunakan
pelarut organik, tetapi dilakukan pada temperatur kamar dengan cara
diusap/ dipoles.
3. Pembersihan/pencucian dengan alkalin (Degreasing)
Pekerjaan ini bertujuan untuk membersihkan benda kerja dari lemak atau
minyak-minyak yang menempel. Pembersihan ini perlu sekali, karena lemak
maupun minyak tersebut akan mengganggu pada proses pelapisan, karena
mengurangi kontak antara lapisan dengan logam dasar/ benda kerja. Pencucian
dengan alkalin digolongkan dalam dua cara yaitu dengan cara biasa (alkalin
degreasing) dan dengan cara electro (electrolitic degreasing). Pembersihan secara
biasa adalah meredamkan benda kerja dalam larutan alkalin dalam keadaan panas
selama 5-10 menit. Lamanya perendaman harus disesuaikan dengan kondisi
permukaan benda kerja. Seandainya lemak atau minyak yang menempel lebih
banyak, maka dianjurkan lamanya perendaman ditambah hinga permukaan bersih
dari noda-noda tersebut. Pembersihan secara electro bertujuan selain akan
didapatkan hasil pembersihan yang lebih bersih juga meningkatkan kecepatan
pencucian. Prinsip kerjanya dengan menggunakan arus listrik dan katoda dipakai
dengan lempengan carbon. Bila benda kerja yang akan dibersihkan ditempatkan
pada arus listrik negatif, maka prosesnya disebut anoda cleaning/degreasing,
begitu pula sebaliknya.
4. Pencucian dengan asam (pickling)
Pencucian dengan asam bertujuan untuk membersihkan permukaan benda kerja dari oksida atau karat dan sejenisnya secara kimia melalui perendaman. Larutan asam ini terbuat dari pencampuran air bersih dengan asam antara lain:
Asam chlorid (HCl)
10
Asam sulfat (H2SO4)
Asam sulfat dan asam fluorid ( HF)
Reaksi proses pickling sebetulnya adalah proses electro kimia dalam sel galvanis antara logam dasar (anoda) dan oksida (katoda). Gas H2 yang timbul dapat mereduksi ferri oksida yang mudah larut. Dalam reaksi ini biasanya diberikan inhibitor agar reaksi tidak terlalu cepat dan menghasilkan pembersihan yang merata. Ada dua jenis bahan inhibitor yang dikenal yaitu:
Bahan organik alam (natural organic) yaitu glatine, lumpur minyak,
asfaltum, sulfonate, coaltar, Woodtar dan sebagainya.
Bahan organik sintetis (synthetic organic) yaitu thio aldehyd, pyridine,
quinidine, aldehyde dan sebagainya.
Perpindahan ion logam dengan bantuan arus listrik melalui larutan
elektrolit sehinnga ion logam mengendap pada benda padat yang akan dilapisi.
Ion logam diperoleh dari elektrolit maupun berasal dari pelarutan anoda logam di
dalam elektrolit. Pengendapan terjadi pada benda kerja yang berlaku sebagai
katoda
Gambar 2. Skema proses electroplating
11
Reaksi kimia yang terjadi pada proses electroplating seperti yang terlihat
pada Gambar 2 dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada KATODA
Pembentukan lapisan Nikel
Ni2+ (aq) + 2e- →Ni (s)
Pembentukan gas Hidrogen
2H+ (aq) + 2e- →H2 (g)
Reduksi oksigen terlarut
½ O2 (g) + 2H + →H2O (l)
Pada ANODA
Pembentukan gas oksigen
H2O (l) →4H + (aq) + O2 (g) + 4e-
Oksidasi gas Hidrogen
H2 (g) →2H+(aq) + 2e-
Mekanisme terjadinya pelapisan logam adalah dimulai dari dikelilinginya
ion-ion logam oleh molekul-molekul pelarut yang mengalami polarisai. Di dekat
permukaan katoda, terbentuk daerah Electrical Double Layer (EDL) yang
bertindak seperti lapisan dielektrik. Adanya lapisan EDL memberi beban
tambahan bagi ion-ion untuk menembusnya. Dengan gaya dorong beda potensial
listrik dan dibantu oleh reaski-reaksi kimia, ion-ion logam akan menuju
permukaan katoda dan menangkap electron dari katoda, sambil mendeposisikan
diri di permukaan katoda. Dalam kondisi equilibrium, setelah ion-ion mengalami
discharge menjadi atom-atom kemudian akan menempatkan diri pada permukaan
katoda dengan mula-mula menyesuaikan mengikuti susunan atom dari material
katoda.
12
E. Langkah Kerja
Langkah kerja pembuatan cairan :
1. Timbang NaOH dimana hasilnya adalah 20,022 gr.
2. Larutkan NaOH dengan 200 ml air lalu masukan magnet. Campuran
disimpan pada bak dengan alat magnetic stirrer with heater selama 3
menit hingga menjadi larutan untuk degreasing. Dalam proses ini terjadi
pelarutan NaOH dan air dengan magnet magnetic, sehingga larut antara
NaOH dan air.
3. Pickling cairan HCl 20 ml + air sehingga larutan menjadi 200 ml.
Langkah kerja pembuatan larutan elektroplating :
1. NiSO4 ditimbang 240,07 gr, larutkan dengan air maks 1000 ml pada bak
reaksi dengan Magnet magnetic stirrer with heater.
2. NiCl2 ditimbang 45,049 gr, lalu dilarutkan pada larutan NiSO4 + air
3. HBO3 ditimbang 30,0667 gr, lalu dilarutkan pada larutan NiSO4 + air,
aduk.
4. Larutkan NiSO4 + NiCl2 + air + HBO3 selama 18 menit dengan volume
air 1000 ml.
Langkah kerja electroplating :
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses
pelapisan (seting alat, bahan dan tempat)
2. Menghilangkan dari bahan yang melekat. Dengan mengamplas sampai halus
atau dengan partikel korundum yang dibungkus dengan kain poles.
3. Benda specimen yang telah di ampelas, dibersihkan dari serbuk/ geram.
4. Ukur terlebih dahulu dimensi specimen tersebut (berat, panjang, lebar dan
tinggi).
13
Hasil pengukuran spesimen diantaranya :
Panjang : 1.55.5 mm= 55,4
mm
Tebal : 1. 2,6 mm= 2,7 mm2. 55,4 mm 2. 2,7 mm
3. 55,3 mm 3. 2,8 mmLebar : 1. 25.3 mm
= 25,2 mm
Berat : 33,549 gr2. 25,2 mm3. 25,2 mm
5. Panaskan larutan electroplating hingga mencapai suhu 60 oC.
6. Untuk proses persiapan permukaan, jepit specimen kemudian celupkan
specimen ke dalam larutan degreasing lalu dicelupkan pada larutan rinse
(dibilas), kemudian celupkan pada larutan pickling, selanjutnya kembali
celupkan specimen pada larutan rinse.
7. Bersihkan cairan yang menempel pada specimen dengan lap bersih atau tisu.
8. Keringkan benda kerja dengan udara bebas.
9. Treatment atau Pelapisan Nikel
a. Menghubungkan benda kerja dengan kutub negatif/ katoda rectifier.
b. Menghubungkan logam anoda (Ni) dengan kutub positif/ anoda pada
rectifier.
c. Mencelupkan kedua elektroda ke dalam larutan elektrolit NiSO4 (Nickel
sulfate, Nickel Cloride, boric acid) dalam bak electroplating yang
bersuhu 60 oC.
d. Jarak antara anoda dan katoda tidak boleh terlalu dekat gunakan jarak 10
– 15 cm.
e. Menghidupkan rectifier dengan memperhatikan Current density atau
arusnya sekitar 5 ampere.
f. Setelah sekitar 20 menit matikan rectifier lalu benda kerja diangkat dari
bak electroplating dan dicelupkan kedalam air.
10. Post Treatment/ Pengerjaan Akhir
a. Mencelupkan benda kerja ke dalam air.
b. Mengeringkan benda kerja di udara bebas.
c. Pengeringan baik dijemur atau dilap.
14
F. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Hasil dari praktikum yang telah dilakukan dapat terlihat pada gambar, bahwa :
a. Ketebalan yang terbentuk tipis dan korosi cenderung muncul kembali
sehingga benda kerja tampak kekuning-kuningan (kesalahan prosedur).
b. Berat specimen setelah dilapisi bertambah 0,415 gr dari berat awal.
c. Pada bagian specimen, terjadi pengelupasan pada lapisan.
2.Pembahasan
Secara teoritik, berat lapisan yang terbentuk dapat dihitung dengan rumus:
B= I × t ×eF
Jika pada saat praktikum
- Berat atom nikel (MA) = 58,69
- Valensi nikel (Val) = 2
- Arus (I) = 6 A
- Waktu (t) = 20 min = 1200 s
- F = 96.500
Maka:
B=6 ×1200 ×29,3596.500
=2,19 gr
Sedangkan hasi dari praktikum, berat lapisan yang diperoleh sebesar 0.415 gr
15
Maka presentase kesalahan dapat dihitung dengan:
% Kesalahan=Gteoritis ×G praktikum
Gteoritis
= 2.19× 0.415
2.19× 100 %
= 41.5%
Banda hasil pelapisan sangat dipengaruhi oleh kehalusan dan kebersihan
benda kerja sebelum dilapisi. Oleh karena itu, benda kerja harus dibersihkan
sampai benar-benar bersih dan halus permukaannya agar lapisan tidak mudah
terkelupas dan lebih mengkilap. Suhu larutan elektrolit juga harus dipastikan
sesuai dengan ketentuan.
Dari hasil pelapisan yang didapat oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa
hasil yang didapat kurang baik. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya:
a. Arus dari rectifier telalu tinggi dan tidak stabil sehingga menyababkan
benda kerja gosong sebelum proses pelapisan logam selesai.
b. Larutan elektrolit yang digunakan kurang baik (kurang murni), karena
sudah bercampur dengan bahan-bahan lain dan kotoran-kotoran.
c. Bentuk benda kerja yang lancip (bersudut) di kedua sisinya
menyebabkan proses pelapisan terhambat dan hasinya menjadi kurang
baik.
d. Pada proses pengerjaan menkanik benda kerja kurang baik.
Kebersihan, kehalusan dan kerataan benda kerja kurang diperhatikan,
sehingga pada saat proses pelapisan hasilnya menjadi kurang baik.
16
BAB III
KESIMPULAN
Pada proses electroplating, diperlukan kondisi yang sesuai untuk
mendapatkan hasil yang baik. Kondisi yang sesuai diantaranya adalah waktu
(lama) pengerjaan, besar arus yang digunakan ataupun penggunaan suatu lapisan
dasar.
Hasil proses electroplating tergantung pada kebersihan dan kehalusan
benda kerja sebelum dilakukan proses pelapisan, waktu proses pencelupan benda
kerja ke dalam larutan elektrolit, serta suhu kerja yang tepat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anton J. H. dan Tomijiro K. 1995.Mengenal Pelapisan Logam (Electroplating).
Yogyakarta : Andi Offset
Tanpa Nama. (2009). "Chapter II". [Online]. tersedia:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29124/3/Chapter
%20II.pdf yang direkam pada 21 Juli 2009. [19 Juni 2013].
18
LAMPIRAN
19