iteknik pelapisan logam
DESCRIPTION
bsvjakivTRANSCRIPT
TEKNIK PELAPISAN LOGAM(hal. 338 s/d 349)
Oleh :
Ahmad Isrohli Mu’minin11010120333 P Reguler
Jurusan Teknik Mesin
3. dasar terbentuknya lapisan khromat diatas permukaan logam adalah :
2CR (OH)₃ + CrO₄²¯ + 2H⁺ = Cr(OH)₃.CrOH.CrO₄ + 2H₂O
Dari keadaan tersebut, maka kita bias melihat bahwa ada perbedaan proses khromatasi antara logam Zndan logam aluminium tergantung kepada jumlah hidrat air yang terkandung didalamnya.
3. Pembentukan lapisan konversi pada logam tembaga dan perak
Perak dan tembaga mempunyai sifat daya tahan terhadap kekusaman yang rendah dan apabiladibiarkan dekat dengan sulphida akan terbentuk lapisan berwarna hitam kecoklatan sehingga tidak enakjika dilihat.
Dengan hal-hal yang demikianlah, maka prosses khromatasi bagi logam peraak dan tembaga perlu untukmempertahankan diri dari kekusaman sebagai benda-benda seni, yang kemudian dilanjutkn dngan proseslacquering.
Larutan yang digunakan untuk maksud ini adalah larutan dikhromat dan untuk logam tembaga
cukup sederhana yaitu 1% K₂Cr₂O₇ dengan temperature kamar dan proses selama 2 menit atau lebih.
Larutan yang lebih baik daripada diatas adalah menggunakan 30 gr/l Na₂Cr₂O₇ ; 130 gr/l HNO₃ ; 150gr/l
CH₃ COOH dan 52 gr/l NaCl.
Larutan untuk logam perak tergantung atas kebutuhannya, yaitu berdasarkan terlarutnya perak untuk
membentuk lapisan khromat dari ion-ion dikhromat. Larutan mengandung unsur Sianida seperti 13 gr/l
Na₂Cr₂O₇ dan 2-20 gr/l NaCN, yang mana akan membentuk kompleks bersama-sama dengan perak dalam
batas pH alkalin, jikalau tidak akan terjadi elektrolisa kembali endapan chromium adlam keadaan
teroksidasi.
4. Pembentukan lapisan phosphate
Proses ini sering disebut sebagai proses phosphatase. Lapisan phosphate pada umumnya
digunakan sebagai la[isan pertama sebelum pengecatan dan kebanyakan untuk tujuan perlindungan
terhadap korosi tidak begitu banyak jumlahnya. Proses phosphatase dipatenkan dan pada saat ini dikenal
dengan nama Coslettizing, Parkerizing, Bonderizing sebagai nama-nama proses phosphatasi. Penggunaan
yang terbanyak dari proses phosphatasi ini adalah terhadap benda kerja baja, tapi penggunaan yang cukup
penting juga untuk seng dan khususnya lapisan seng hasil galvanisasi dan logam aluminium. Campuran
antara proses khromat-phosphat adalah digunakan dan sebagai dasar etshprimer, yang mana juga
mengandung pengikat dari bahan polimer.
Proses phosphatasi yang cukup sederhana menggunakan larutan asam phosphat untuk permukaan besi
dan baja, dan bias didahului proses awal dengan khromat.
Pengembangannya dengan menggunakan Zinc phosphate (Coslettizing), Manganese dihydrogen
Phosphate (Parkerizing) dan menggunakan bahan untuk mempercepat proses (accelerator) sebagai
tembaga atau nitrat (Bonderizing), yang mana akan mengurangi waktu proses dari 30 menit menjadi 5
menit.
Formula yang dikembangkan pada saat ini akan cenderung untuk mengurangi pengaruh
temperature proses dan banyak larutan phosphate beroperaasi pada temperature yang cukup dingin
karena ditambahkan unsur fatty esters dan garam-garam lainnya.
Karakteristik proses panas dengan dasar asam phosphate dapat dilihat pada table II.
Kebanyakan larutan yang sama digunakan untuk baja dan seng, tetapi untuk logam aluminium akan
menggunakan larutan yang lebih kompleks dengan ditambahkan fluoride. Lapisan phosphate dengan
dasar seng phosphate atau khromat phosphate akan menggunakan pengolahan awal, menggunakan
larutan asam hydrofluoric karena sebagai larutan etsa.
Salah satu komposisinya yaitu 10 gr/l Zn(H₂PO₄)₂ ; 10 gr/l HNO₃ ; 3 gr/l HF yang mana akan memberikan
lapisan yang cukup berat setelah dicelupkan selama 5-10 menit pada temperature 55-60⁰c , atau lapisan
yang cukup ringan apabila disemprotkan selama 1-2 menit pada temperature 50⁰c.
JENIS ACCELERATORWAKTU JENIS BERAT LAPISAN
PHOSPHAT(MENIT) LAPISAN MG/CM²
Fe - 30 Berat 1 – 3
Fe/Mn - 30 Berat 1 - 3
Mn Nitrate 15 Berat 0.8 - 3
Zn Nitrate 15 Pertengahan 0.3 - 3
Zn Nitrate/Nitrite 3 Ringan 0.1 - 0.6
atau khlorida
Na/NH₃ - 1 - 2 Sangat ringan 0.05 - 0.1
(semprot)
Tabel II. KARAKTERISTIK DARI PROSES PHOSPHATASI
Lapisan tersebut akan meningkat apabila dalam pencelupan menggunakan arus katoda sebesar 10-20 volt
pada 30-40 A/dm².
Setelah proses dilanjutkan dengan tahap pembilasan, untuk menghilangkan semua senyawa yang
larut, akan tetapi pembilasan harus lambat sekali karena apabila engandung khlorida dan sulphat sebesar
< 250 ppm akan menyerang rongga-rongga yang da pada lapisan.
Proses “sealing” secara kimia tidak diperlukan karena cat dan lacquering bias berfungsi sebagai bahan
proses “sealing” tersebut.
Proses phosphatasi pertama-tama tergantung atas pembentukan besi, mangan dan seng yang
bervalensi 2, kedua dan ketiga [embentukan phosphate. Pada mulanya phosphate terbentuk dalam
larutan dan benda kerja sebagai media untuk mengendapkan phosphate di atas permukaannya dengan 3
cara yaitu :
a. Phosphate dengan besi, mangan dan seng dalam larutan mempunyai pH 2-4 dan terjadi reaksi
yang diikuti penguraian logam menjadi :
M + 2H₃PO₄ ↔ M (H₂PO₄)₂ + H₂
b. Terjadi oksidasi sebagai reaksi untuk mempercepat depolarisasi antara H₂ dan H₂O akan terbantuk
formasi pelarutan dari phosphate yang berfungsi sebagai media pengatur. Dalam keadaan yang
demikian maka pH akan naik oleh karena itu melepaskan ion-ion H⁺ dan kemudian phosphate
mulai mengandap :
M (H₂PO₄)₂ ↔ MHPO₄ + H₃PO₄
Jika kenaikan pH memadai maka phosphate akan terus terbentuk dengan cepat oleh adanya
proses hidrolisa :
3M(H₂PO₄)₂ ↔ M₃(PO₄)₂ + 4H₃PO₄ atau
3MHPO₄ ↔ M₃(PO₄)₂ + H₃PO₄
Untuk mengoreksi reaksi dalam larutan maka perbandingan antara jumlah keseluruhan unsur
yang ada dibandingkan dengan asam yang bebas menurut perbandingan 7:1.
Reaksi akan terus berlangsung tetapi senyawa yang berfungsi sebagai accelerator akan
mengoksidasi ferro menjadi ion ferric. Ferric phosphate akan langsung mengendap, tetapi jika
seng dan mangan phosphate pada mulanya tidak menghalangi terjadinya formasi lapisan, seperti
:
3 Zn(H₂PO₄)₂ ↔ XH₃PO₄ + (4 + X) Fe
↔ Zn₃(PO₄)₂ + (4 + X)FePO₄ + 3/2 (4 + X)H₂
IV. BAGAN ALIR PROSES PEMBENTUKAN LAPISAN KONVERSI
Pada mulanya, urutan proses pembentukan lapisan oksida mempunyai bagan alir sebagai berikut
:
1. Polishing (pemolesan)
2. Degreasing
3. Pembilasan
4. Pickling
5. Pembilasan
6. Proses pembentukan lapisan konversi
7. Pembilasan
8. pengeringan
9. Proses khusus
10. Pengeringan
11. Pengepakan
Urutan proses seperti tersebut diatas tidak mesti harus demikian, karena akan tergantung kepada
keadaan dan jenis logam yang akan diproses, seperti misalnya aluminium yang tujuan akhirnya
adalah untuk memperkuat daya lekat antara aluminium dan cat atau lacquer, maka proses
pembentukan lapisan konversi yang dikenakan padanya adalah khromat-phosphat, dan urutan
tadi menjadi :
1. Polishing dengan alat blasting
2. Perkhlor ethylene degreasing
3. Pembersihan dengan larutan alkalin
4. Pembilasan
5. Deoksidasi
6. Pembilasan
7. Proses khromat-phosphat
8. Pembilasan
9. Pengeringan
10. Pengecatan
11. Pengeringan
Proses deoksidasi dikenakan untuk aluminium adalah dikarenakan tidak semua aluminium tersebut
merupakan logam aluminium murni tetapi merupakan aluminium paduan, maka dikenakan proses
deoksidasi dengan larutan nitrat encer untuk menarik oksida-oksida yang terkandung didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gabe, D.R., “Principles of metal surface treatment and protection”, Pergamon Press, New York,
First Edition, 1972.
2. Silman, H., BSc., “protective and decorative coating for metals”, Finishing publications Ltd.,
Teddington, England, 1978.
3. Suprapti T., Dra “Diagram Pourbaix dan Aplikasinya”, untuk kursus Elektrokimia dan
Penerapannya, Lembaga Metalurgi Nasional – LIPI, Pebruari 1980.
I.Pendahuluan
Salah satu usaha meningkatkan umur pakai suatu komponen/konstruksi baja dari serangan korosi
adalah dengan cara melapisi komponen/konstruksi tersebut dengan logam lain.
Logam-logam yang umum dipakai sebagai bahan pelapis antara lain Nikel (Ni), tembaga (Cu), khrom (Cr),
Seng(Zn) dan lain-lain.
Konstruksi baja dalam pemakaian tertentu, dimana sifat proteksi lapisan lebih diutamakan, maka
yang banyak digunakan adalah lapisan seng. Hal ini disebabkan lapisan seng bersifat anodic terhadap besi-
baja, dimana sifat anodik ini dari segi proteksi relative labih baik. Disamping itu pelapisan seng relatif lebih
murah. Lapisan seng dapat dihasilkan dengan beberapa cara antaralain adalah dengan proses Galvanisasi
(Hot Dip Galvanizing).
II. PRINSIP DASAR
2.1 Penempelan
Pelapisan dengan cara celup panas adalah suatu mekanisme ikatan penempelan yang melibatkan
kondisi permkaan baik dari baja maupun kondisi leburan logam pelapis serta melibatkan sifat fisik yang
terjadi antara dua logam setelah melekat.
Lapisan seng ini megalami proses pembekuan pada pengecoran sehingga akan membentuk
struktur Kristal, dan bisa diatur pengintian pembekuannya agar membentuk Kristal yang bermotif bunga
(spangled pattern). Besarnya bunga Kristal tersebut tergantung komposisi atau pengolahan baja
sebelumnya, tergantung pada komposisi leburan seng.
Bentuk dan ragam bunga Kristal tergantung semata pada komposisi leburan seng.
2.2 Metallurgi Baja Lapis Seng
Bila baja (sebagai logam dasar) yang bersih bebas dari oksida dan pengotor lainnya, dimasukkan
kedalam seng cair pada suhu 450⁰C. maka akan terjadi lapisan paduan besi-seng pada permukaan baja.
Lapisan paduan besi-seng yang terjadi dapat dilihat seperti pada gambar 2.
Paduan besi-seng tersebut makin kedalam (kearah logam dasar) makin kaya akan unsur besi, dan sifat
dari masing-masing paduan berbeda-beda seperti terlihat pada table 1.
Terjadinya paduan-paduan tersebut sesuai dengan fasa-fasa yang mungkin terjadi seperti ditunjukkan
oleh diagram konstitusi besi-seng (lihat pada gambar 3).
Paduan/Fasa % Berat Fe Struktur Kristal Kekerasan (DPN)
Besi 100 BCC 160
Gamma *⁾ 21 - 28 BCC -
Delta 12-Jul Hex, Mon 240
Zeta 5.6 - 6.2 Hexagonal 180
Eta Max. 0.003 Close packed70
Tabel I. SIFAT-SIFAT PADUAN BESI-SENG
*⁾ Paduan gamma pada umumnya sangat tipisOleh karena itu tidak ada data kekerasannya
III. PENGERJAAN PELAPISAN SENG DENGAN CARA CELUP PANAS ( HOT DIP)
Proses pelapisan seng dengan cara celup panas (proses galvanisasi) ditinjau dari teori sangat
sederhana, yaitu terdiri dari pembersihan baja dari oksid atau kotoran, dan kemudian pencelupan dalam
seng cair seperti digambarkan dalam diagram alir pada gambar 4.
Meskipun secara teori tampak sederhana, dalam praktek tidaklah demikian halnya, dan ternyata
banyak factor-faktor yamg harus dikendalikan untuk mendapatkan hasil baja lembaran lapis seng yang
bermutu.
Proses pembersihan baja terjadi pada tiga tahap, yaitu degreasing, pickling, dan fluxing. Proses
degreasing (penghilangan lemak), dilakukan dengan larutan alkali, pada suhu dibawah 100⁰C, dalam
waktu beberapa ment saja. Ada beberapa macam cara degreasing; prosesnya akan diuraikan lebih lanjut
dalam bab ini.
Pickling (cuci asam), dapat dilakukan dengan asam sulfat, asam chlorida, asam nitrat, asam
fluorida atau campuran dari asam-asam tersebut. Suhu operasi tergantung pada jenis asam yang dipakai.
Lamanya pencucian tergantung pada jenis asam, jenis bahan yang dicuci, dan juga operasinya (batch atau
kontinyu).
Fluxing adalah proses pemberian bahan flux, terutama ZnCl₂, pada permukaan baja yang akan
digalvanisasi, untuk membersihkan lebih lanjut bila proses sebelumnya belum sempurna.
Pada proses pencelupan (hot-dipping) yang merupakan proses utama, benda kerja yang bersih dan kering
dicelupkan dalam cairan logam seng untuk beberapa saat, dan kemudian diangkat dan dikeringkan,
sehingga kita peroleh baja lapis seng. Beberapa variable yang berperngaruh akan diuraikan lebih lanjut
berikut ini.
baja (lembaran)
degreasing
dalam larutanalkali
50-100⁰C, 1-5menit
pembilasan dengan air panas
picklingDalam larutan HCL(8-12%) + inhibitor± 40⁰C, 5-15 menit
Pembilasan dengan air panas
pencelupan seng cair ±450⁰Cdalam seng cair + flux
1-5menit
Baja (lembaran)lapis seng
Gambar 4. DIAGRAM ALIR PROSES PELAPISAN
SENG DENGAN CARA CELUP PANAS.