laporan praktikum genetikafix 9 (spektofotometri)
TRANSCRIPT
3. Hasil dan Pembahasan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum
spektrofotometri adalah spektrofotometer Optima sp-3000
plus, kuvet, mikropipet, dan mikrotip. Cara kerja
spektrofotometer secara umum adalah memisahkan cahaya
putih atau cahaya polikromatik menjadi suatu spektrum
warna. Spektrofotometer membandingkan jumlah cahaya
yang keluar tabung dengan cahaya yang memasuki tabung
(Vodopich & Moore 2005: 67).
Bahan-bahan yang digunakan saat praktikum adalah
sampel DNA darah dan tanaman, akuabides, dan tisu.
Sampel DNA berperan sebagai sampel yang akan diukur
tingkat kemurniannya. Sampel tersebut didapat dari hasil
praktikum isolasi DNA darah Akuabides berperan sebagai
pelarut yang digunakan untuk mengencerkan DNA. Pada
praktikum, akuabides yang digunakan yaitu sebanyak 490
µL. Akuabides adalah air leding biasa yang didistilasi
sebanyak dua kali. Akuabides juga digunakan sebagai
blanko. Blanko digunakan untuk mengkalibrasikan
spektrofotometer. Alasan dari penggunaan blanko adalah
agar spektrofotometer benar-benar dalam kondisi normal,
dan kuvet dalam keadaan yang bersih sehingga dapat
melewatkan cahaya dengan optimal (Basset dkk. 1994:
818).
Kuvet digunakan sebagai wadah bagi sampel atau
pelarut untuk selanjutnya dimasukkan kedalam
spektrofotometer. Kuvet adalah adalah suatu tabung uji
yang bening yang terbuat dari kaca atau quartz (Vodopich
& Moore 2005: 68). Kuvet yang umumnya dipergunakan
dalam proses spektrofotometri memiliki ketebalan 1 cm.
Kuvet memiliki dua macam permukaan bagian luar,
permukaan kasar dan permukaan yang halus. Permukaan
kuvet yang halus tidak boleh disentuh oleh tangan, dan
harus dalam keadaan bersih dan bening karena digunakan
untuk melewatkan cahaya. Mikropipet digunakan untuk
memindahkan sampel atau pelarut kedalam kuvet.
Mikrotip digunakan untuk melengkapi mikropipet agar
pengukuran volume mikroliter semakin besar, sehingga
mengurangi kesalahan pengukuran volume (Boyer 1993:
15).
Langkah pertama yang dilakukan dalam praktikum
spektrofotometri adalah menghidupkan mesin
spektrofotometeri dengan menekan tombol on yang
terdapat di bagian belakang mesin. Kemudian tampilan
dicek sampai semua OK, pilih single cell/multi cell,
kemudian panjang gelombang ditentukan yaitu 260 dan
tekan ENTER. Selanjutnya lakukan kalibrasi dengan
membuat blanko.Akuabides dimasukan ke dalam kuvet,
lalu letakkan kuvet ke dalam sample chamber, sebelumnya
permukaan bagian luar kuvet harus dalam keadaan yang
benar-benar bersih. Kuvet terlebih dahulu dibersihkan
dengan mengelap permukaan luar dengan tisu, boleh juga
dengan menyemprotkan sedikit alkohol. Setelah kuvet
diletakkan pada sample chamber, pilih autozero dengan
menekan tombol F3, ditunggu hingga muncul measure,
pastikan Abs= 0. Semua tahap di atas dilakukan dengan
panjang gelombang 280, pastikan pula Abs= 0.
Untuk mengetahui nilai absorban dari sampel DNA,
hal yang perlu dilakukan yaitu memasukkan larutan DNA,
yang terdiri atas campuran dari 10 µL sampel DNA darah
dan 490µL pelarut (akuabides), ke dalam kuvet. Letakkan
kuvet di dalam sample chamber, lalu pilih measure dan
catat nilai Abs dan %T. Langkah yang sama dilakukan
pada sampel DNA tumbuhan. Absorbansi pada panjang
gelombang 260 nm (A260) dapat digunakan untuk
mengukur keseluruhan konsentrasi DNA dalam suatu
larutan (Barber 2001: 1). Konsentrasi DNA dalam suatu
larutan dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Konsentrasi DNA (µg/ml) = A260 x 50 (konstanta) x faktor
pengenceran (Frederick 2003: 990).
Perbandingan antara absorbansi pada panjang gelombang
260 nm dengan absorbansi pada panjang gelombang 280
nm merupakan ukuran kemurnian suatu sampel DNA.
Pernyataan tersebut dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kemurnian DNA sampel, sehingga diperoleh:
Nilai kemurnian DNA:
= A260
A280
= 1,8 – 2 (Basset dkk. 1994: 818).
Kemurnian DNA yang didapat dapat dilihat bila
dibandingkan dengan teori, sampel DNA yang murni
secara keseluruhan akan memiliki rasio A260: A280
sebesar 1,8 sampai 2. Nilai kemurnian yang bernilai lebih
kecil dari 1,80 menandakan bahwa sampel banyak
terkontaminasi oleh protein dan terjadi kontaminasi oleh
RNA atau DNA lain bila lebih besar dari 2. (Barber 2001:
1) terjadi kontaminasi oleh RNA atau DNA lain bila lebih
besar dari 2 (Barber 2001: 1).
VI. DAFTAR ACUAN
Vodopich, D.S. & R. Moore. 2005. Biology: Laboratory
manual. 7th ed. McGraw-Hill Company, Boston:
ix + 555 hlm.
Barber, L. 2001. DNA concentration determination. 25
April 2003: 1 hlm. http://www.protocol-
online.org/archieve/posts/709.html. 21 April 2011,
pk 23.12.
Bassett, J, R.C. Denney, G.H. Jeffrey, J. Mendham. 1994.
Buku ajar vogel: Kimia analisis kuantitatif
anorganik. Terj. Dari Vogel’s textbook
quantitative inorganic analysis including
elementary instrumental analysis, Pudjaatmaka,
H. & L. Setiono. EGC, Jakarta: xii + 1502 hlm.
Boyer, R. F. 1993. Modern experimental biochemistry.
The Benjamin Cummings Publishing Company,
Inc., Redwood City: xix + 555hlm.
Frederick, M. Ausubel, Roger Brent, Robert E. Kingston,
David D. Moore, J.G. Seidman, John A. Smith,
Kevin Struhl. 2003.
Current protocols in molecular biology. John
Wiley & Sons, Inc. NC: xv = 4410 hlm.