laporan praktikum fisiologi veteriner sistem respirasi, thermoregulasi dan perhitungan pulsus

18
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER SISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI DAN PERHITUNGAN PULSUS Oleh : PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Nama : Prima Santi NIM : 0911310056 Kelompok : A Kelas : PKH 09 A Tanggal Praktikum : 25 Maret 2010

Upload: prima-santi

Post on 27-Jul-2015

5.603 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINERSISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI DAN PERHITUNGAN PULSUS

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER SISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI  DAN PERHITUNGAN PULSUS

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI VETERINER

SISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI

DAN PERHITUNGAN PULSUS

Oleh :

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2010

Nama : Prima Santi

NIM : 0911310056

Kelompok : A

Kelas : PKH 09 A

Tanggal Praktikum : 25 Maret 2010

Asisten : drh. Rahadi S.

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER SISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI  DAN PERHITUNGAN PULSUS

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap makhluk hidup mempunyai ciri-ciri antara lain bergerak bernafas, makan, dan

berkembang biak. Ciri-ciri tersebut nampak karena ada sistem yang bekerja yang terjadi di

dalam tubuh makhluk hidup. Sistem tersebut sangat dipengaruhi oleh lingkungan maupun

organisme lain. Hal tersebut juga terjadi pada hewan. Oleh karena itu hewan mempunyai

kecocokan tertentu terhadap lingkungan untuk bertahan hidup. Lingkungan hidup hewan

terdiri dari lingkungan darat dan air. Dua jenis lingkungan tersebut memiliki pengaruh

berbeda terhadap sistem pada tubuh hewan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi tersebut

akan menginisiasi tubuh hewan dan sistem tubuh akan menanggapi dengan cara tertentu dan

berbeda yang bersifat khusus.

Oleh karena itu setiap tubuh hewan akan selalu menjaga kondisi homeostasis tubuhnya

dengan berbagai macam cara, tergantung pada jenis hewan dan lingkungan habitatnya. Sistem

tubuh hewan akan bekerja untuk menjaga kondisi homeostasisnya agar tetap dapat bertahan

hidup. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kondisi homeostasis pada tubuh

hewan salah satunya yaitu kerja dari tubuh, misal jalan, lari, dan loncat-loncat yang bisa

mempengaruhi sistem respirasi, thermoregulasi dan sistem sirkulasi hewan. Kondisi

homeostasis tubuh hewan dapat dicapai dengan cara beradaptasi terhadap lingkungan.

Tujuan :

1. Praktikum I : Mempelajari gerakan-gerakan nafas dan perubahan-perubahannya yang

disebbakanoleh beberapa faktor seperti kerja fisik, kadar CO2, pengaruh sikap tubuh dan

rangsangan sensoris yang kuat.

2. Praktikum II : Mengetahui cara pengukuran suhu tubuh hewan dan faktor-faktor yang

mempengaruhi peningkatan atau penurunan suhu.

3. Praktikum III : Menghitung denyut nadi (pulsus) pada arteri femoralis.

Manfaat

1. Praktikum I : Untuk mempelajari gerakan-gerakan nafas dan perubahan-perubahannya

yang disebbakanoleh beberapa faktor seperti kerja fisik, kadar CO2, pengaruh sikap tubuh

dan rangsangan sensoris yang kuat.

2. Praktikum II : Untuk mengetahui cara pengukuran suhu tubuh hewan dan faktor-faktor

yang mempengaruhi peningkatan atau penurunan suhu.

3. Praktikum III : Untuk menghitung denyut nadi (pulsus) pada arteri femoralis.

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER SISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI  DAN PERHITUNGAN PULSUS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Respirasi

Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk

pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan umumnya termasuk saluran

yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas.

Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem

pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup (Anonimous, 2010).

Sistem respirasi memiliki fungsi utama yaitu memasok kebutuhan oksigen ke dalam

tubh serta membuang CO2 dari dalam tubuh sedangkan fungsi sekundernya antara lain untuk

mengendalikan suhu tubuh, regulasi keasaman, membuang air dan pembentukkan suara.

Oksigen yang diperoleh hewan dari lingkungan digunakan dalam proses respirasi untuk

menghasilkan ATP. Terdapat dua jenis organ respirasi yang didasarkan oleh jenis lingkungan

hidupnya yaitu :

a. Organ respirasi terrestrial atau aerial

Organ respirasi ini dimiliki oleh hewan yang hidup di darat berupa paru-paru difusi yang

merupakan modifikasi dari insang, paru-paru buku dan paru-paru alveolar.

b. Organ respirasi aquatik

Organ respirasi ini dimiliki oleh hewan yang hidup di air berupa kulit yang terdapat

diseluruh permukaan tubuh dan insang (Tim Fisiologi, 2010).

Sistem pernafasan terdiri dari sistem pernafasan dada dan pernafasan perut. Dalam

pernafasan proses respirasi terdiri dari berupa fase inspirasi dan fase ekspirasi. Pada

pernafasan dada fase inspirasi yaitu peristiwa berkontraksinya otot antar tulang rusuk

(diagfragma) sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi

lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. Sedangkan

fase ekspirasi merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi

semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai

akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga

udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar (Anonimous, 2000).

Pada pernafasan perut fase inspirasi adalah fase dimana otot diafragma berkontraksi

sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil

sehingga udara luar masuk.Sedangkan fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot

diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan

tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru (Anonimous, 2000).

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER SISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI  DAN PERHITUNGAN PULSUS

Tabel 1. Frekuensi Respirasi pada Beberapa Hewan dalam Kondisi Normal :

No. Hewan Frekuensi respirasi (per menit)

1. Kuda 8 – 10

2. Kucing 20 – 30

3. Kelinci 32 – 60

4. Anjing 20 – 25 (muda), 14 – 16 (dewasa)

5. Sapi 10 – 30

6. Kambing 25 – 35

7. Domba & Babi 10 – 20

8. Ayam 17 -27

(Tim Fisiologi, 2010).

Thermoregulasi

Thermoregulasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk mempertahankan panas

tubuhnya sebagai bagian dari proses homeostatis. Berdasarkan kemampuannya untuk

mempertahankan suhu tubuh, hewan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

a. Hewan homeoterm

Suhu tubuh hewan selalu konstan, tidak berubah walaupun suhu lingkungannya berubah.

b. Hewan poikiloterm

Suhu tubuh hewan yang selalu berubah seiring dengan berubahnya suhu lingkungan

sekitarnya (Tim Fisiologi, 2010).

Mekanisme perubahan panas tubuh terjadi dengan 4 proses :

1. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan karena kontak dengan suatu benda.

2. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui

permukaan tubuh.

3. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas antar

obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari.

4. Evaporasi proses kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam

bentuk gas

Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai

contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan

perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi

panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara

berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu

menghasilkan panas di dalam sarangnya (Fredi, 2009).

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER SISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI  DAN PERHITUNGAN PULSUS

Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah

elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin

(cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals) atau istilah ektoterm

dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah

hewan yang panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu

tubuh hewan ektoterm cenderung berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan

dalam kelompok ini adalah anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan

endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh

hewan ini lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok aves, dan mamalia (Fredi,

2009).

Untuk mengukur suhu tubuh harus dilakukan pada bagian tubuh yang dapat

merefleksikan suhu organ internal secara tepat yaitu rektum, mulut, axilla, dahi dan telingga.

Pengukuran suhu rektum atau melalui anus digunakan untuk mendapatkan suhu tubuh yang

lebih akurat karena tidak terpengaruh suhu lingkungan sekitar (Arief R. S. et.all, 2006).

Tabel 2. Suhu tubuh normal pada beberapa hewan :

No. Hewan Suhu tubuh (oC)

1. Kuda 37,5 – 385

2. Kucing 38 – 39,5

3. Kelinci 38 – 40

4. Anjing 37,5 – 39

5. Sapi 37,5 – 39,5

6. Kambing 38,5 – 40,5

7. Unggas 39 – 41

8. Domba 39,2 – 40

9. Babi 39 – 39,5

10. Hamster 38,4 – 39

11. Cavia 36 – 40,5

(Tim Fisiologi, 2010).

Sistem Sirkulasi

Sistem sirkulasi tersusun atas berbagai komponen utama yaitu jantung, pembuluh darah

dan cairan tubuh yang beredar (darah, cairan limfe). Denyut nadi (pulsus) dapat dirasakan

pada hampir seluruh arteri yang merupakan manifestasi jantung. Denyut nadi (pulse) adalah

getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung.

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER SISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI  DAN PERHITUNGAN PULSUS

Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan

disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutama pada tempat- tempat tonjolan tulang

dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Pada umumnya ada 9 tempat untuk

merasakan denyut nadi yaitu temporalis, karotid, apikal, brankialis, femoralis, radialis,

poplitea, dorsalis pedis dan tibialis posterior (Agung, 2008)

Tabel 3. Pulsus beberapa jenis hewan dalam kondisi normal

No. Hewan Pulsus (per menit)

1. Kucing 100 - 120 (Dewasa), 130-140 (muda)

2. Kelinci 130 - 325

3. Anjing 60 – 80 (Besar), 80 – 120 (kecil)

4. Sapi 40 – 60

5. Kambing 70 – 80 (dewasa), 80 – 120 (muda)

(Tim Fisiologi, 2010).

Tinjauan Alat dan Bahan

1. Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur),ataupun

perubahan suhu (Suparni, 2009).

2. Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan

dalam kegiatan (Anonimous, 2010)

3. Kambing merupakan binatang memamah biak yang berukuran sedang.

4. Kapas adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (Anonimous,

2010)

Gambar 1. Termometer, Stopwacth dan Kambing (dari berbagai sumber)

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER SISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI  DAN PERHITUNGAN PULSUS

Langkah Kerja

Praktikum I

Praktikum II

Dihitung frekuensi respirasinya selama 15 detik sebelum exercise kemudian dikalikan 4 lalu dicatat di tabel data dan hasil praktikum

Dilakukan perhitungan sebanyak 3 kali kemudian dirata-rata.

Diajak melakukan exercise berupa jalan dan naik turun tangga selama 10 menit.

Dihitung frekuensi respirasi setelah exercise selama 15 detik kemudian dikalikan 4 lalu dicatat di tabel data dan hasil praktikum

Dilakukan perhitungan sebanyak 3 kali kemudian dirata-rata.

Dibandingkan hasilnya dengan kelompok pada pagi dan siang hari.

Kambing

Data

Diapit oleh salah satu praktikan agar tidak bergerak dan tenang.

Praktikan lain memasukkan termometr yang telah dibersihkan dengan kapas beralkohol 70% ke dalam rectum.

Ditunggu hingga raksa di dalam termometr berhenti bergerak dan menunjukkan sebuah angka.

Dicatat suhu tubuh sebelum exercise pada tabel data dan hasil praktikum

Dilakukan perhitungan sebanyak 3 kali kemudian dirata-rata.

Diajak melakukan exercise berupa jalan dan naik turun tangga selama 10 menit.

Diukur suhu tubuh setelah exercise sebanyak 3 kali kemudian di catat pada tabel data dan hasil praktikum kemudian dirata-rata.

Dibandingkan hasilnya dengan kelompok pada pagi dan siang hari.

Kambing

Data

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER SISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI  DAN PERHITUNGAN PULSUS

Praktikum III

Dihitung denyut nadi (pulsus) cara menempelkan ketiga jari pada arteri femoralis dengan sedikit tekanan kemudian kurangi tekanan tersebut sampai pulsus terasa selama 15 detik sebelum exercise kemudian dikalikan 4 lalu dicatat di tabel data dan hasil praktikum

Dilakukan perhitungan sebanyak 3 kali kemudian dirata-rata.

Diajak melakukan exercise berupa jalan dan naik turun tangga selama 10 menit.

Dihitung frekuensi respirasi setelah exercise selama 15 detik kemudian dikalikan 4 lalu dicatat di tabel data dan hasil praktikum

Dilakukan perhitungan sebayak 3 kali kemudian dirata-rata.

Dibandingkan hasilnya dengan kelompok pada pagi dan siang hari.

Kambing

Data

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER SISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI  DAN PERHITUNGAN PULSUS

BAB III

DATA HASIL PRAKTIKUM

Kambing yang menjadi hewan coba dari kelompok kami yaitu kambing yang

berwarna putih, berjenis kelamin betina dengan usia dua tahun.

Praktikum I : Sistem Respirasi

No.

Frekuensi respirasi

sebelum exercise (per menit)

Frekuensi respirasi

sesudah exercise (per menit)

Pagi Siang Pagi Siang

1. 36 72 144 160

2. 32 76 180 184

3. 40 56 160 176

36 68 161,3 173,3

Praktikum II : Thermoregulasi

No.Suhu tubuh sebelum exercise (oC) Suhu tubuh sesudah exercise (oC)

Pagi Siang Pagi Siang

1. 39,7 39,8 40 40,1

2. 39,5 39,8 40,2 40,3

3. 39, 5 39,8 40,3 40,2

39,56 39,8 40,16 40,2

Praktikum III : Sistem Sirkulasi (Perhitungan Pulsus)

No.Pulsus sebelum exercise (per menit) Pulsus sesudah exercise (per menit)

Pagi Siang Pagi Siang

1. 88 52 152 68

2. - 48 152 76

3. - 52 162 72

- 50,67 155,33 72

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER SISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI  DAN PERHITUNGAN PULSUS

BAB IV

PEMBAHASAN

Praktikum I

Dari data hasil pratikum dapat dilihat rata-rata frekuensi respirasi sebelum exercise

pada kambing pada pagi hari yaitu 36 kali permenit dengan rincian yaitu 36, 32 dan 40

permenit. Sedangkan pada siang hari rata-rata frekuensinya respirasi sebelum exercise 69 kali

permenit dengan data anatara lain 72, 76 dan 56. Data frekuensi respirasi pada pagi hari

terlalu jauh dari frekuensi respirasi normal kambing yaitu 25-35 kali permenit. Tetapi untuk

siang hari kenaikan frekuensinya sudah sangat signifikan. Kenaikan ini dapat dipicu karena

beberapa hal misalnya disebabkan terlalu banyak mahasiswa yang melakukan praktikum

dalam waktu yang bersamaan. Hal tersebut menyebabkan rasa kaget, takut pada kambing

sehingga memacu sekresi hormon adrenalin yang menyebabkan kerja jantung meningkat

dengan cepat. Kadar oksigen di udara yang lebih sedikit pada siang juga dapat menjadi

penyebabnya, karena dalam waktu bersamaan oksigen diperebutan oleh sekian banyak

mahasiswa begitu pula kambing.

Sedangkan frekuensi respirasi setelah exercise pada pagi hari yaitu 144, 180 dan 160

dengan rata-rata 161,3 kali permenit. Sedangkan data pada setelah exercise pada siang hari

yaitu 160, 184 dan 176 dengan rata-rata 173,3 kali permenit. Kenaikan tersebut dikarenakan

faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan terhadap frekuensi respirasi. Faktor-faktor

tersebut yaitu kerja fisik yang dilakukan kambing berupa jalan dan naik turun tangga, kadar

CO2, pengaruh sikap tubuh dan rangsangan sensoris yang kuat.

Kerja fisik yang dilakukkan kambing menyebabkan laju metabolisme meningkat

sehingga kadar karbondioksida dalam darah meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan

peningkatan laju ventilasi dan pelepasan CO2 dan sekaligus meningkatkan pemasukan oksigen

dalam tubuh.

Praktikum II

Dari data hasil praktikum didapatkan rata-rata data suhu tubuh kambing pada pagi hari

sebelum exercise yaitu 39,56 oC sedangkan pada siang hari sebelum exercise yaitu 39,8oC.

Data dari suhu tubuh tersebut masih dalam ambang normal karena masih ada disekitar 38,5 –

40,5 oC sehingga kambing dalam keadaan sehat. Sedangkan rata-rata data suhu tubuh

kambing pada pagi hari sesudah exercise yaitu 40,16 oC dan rata-rata data suhu tubuh

kambing pada siang hari sesudah exercise yaitu 40,2 oC. Adapun perbedaan suhu tersebut

sebelum dan sesudah exercise disebabkan oleh faktor kerja fisik sehingga temperature tubuh

kambing meningkat.Peningkatan produksi panas metabolik dalam otot, meningkatnya sekresi

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER SISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI  DAN PERHITUNGAN PULSUS

hormon tyroid yang dapat meningkatkan aktivitas metabolisme dalam sel, melepasnya panas

ke lingkungan melalui vasodilatasi pembuluh darah perifer dan meningkatnya penguapan air

melalui berkeringat atau terengah-engah.

Praktikum III

Data hasil praktikum menunjukkan pulsus atau denyut nadi kambing pada pagi hari

sebelum exercise yaitu 88 kali permenit sedangkan kambing pada siang hari sebelum exercise

yaitu 52,48, 52 dengan rata-rata 50,67 kali permenit. Data pada pagi hari pulsus per menit

yang diperoleh ter golong jumlah pulsus per menit kambing dalam keadaan normal (80-120

pulsus per menit). Sedangkan pada siang hari jauh lebih rendah dari ambang normal. Hal

tersebut dapat diakibatkan kambing sudah terlalu capek karena telah melakukan exercise pada

sesi pagi hari, udara semakin panas, daun makanan telah kering dan tak nikmat lagi dimakan

kemudian harus dikerumuni begitu banyak mahasiswa (pasrah) dan keadaan tersebut dapat

dinyatakan terjadi keadaan patologis.

Data hasil praktikum menunjukkan pulsus atau denyut nadi kambing pada pagi hari

sesudah exercise yaitu 155,33 kali permenit sedangkan kambing pada siang hari sesudah

exercise yaitu 68, 76, 72 dengan rata-rata 72 kali permenit. Hasil perhitungan pulsus setelah

melakukan exercise pada pagi hari meningkat karena adanya laju metabolisme meningkat,

kadar karbondioksida dalam darah meningkat sehingga kontraksi kerja jantung meningkat

untuk segera mengeluarkan CO2 dalam darah dan segera menggantinya dengan O2. Sedangkan

pada siang hari pulsusnya memang mengalami kenaikan tetapi kenaikannya belum mencapai

ambang normal. Sehingga dapat dinyatakan pada siang hari kambing ini mengalami keadaan

pathologis setelah dilakukan seretetan exercise.

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER SISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI  DAN PERHITUNGAN PULSUS

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum sistem respirasi, termoregulasi,

dan perhitungan pulsus pada hewan coba kambing yaitu frekuensi respirasi pada tubuh

kambing sangat dipengaruhi oleh kerja fisik atau exercise, kadar CO2 dalam darah, sekresi

hormon adrenalin yang menyebabkan kerja jantung meningkat dengan cepat, pengaruh sikap

tubuh serta rangsang sensoris yang kuat. Suhu tubuh kambing dipengaruhi oleh

meningkatnya produksi panas metabolik dalam otot, meningkatnya sekresi hormon tyroid

yang dapat meningkatkan aktivitas metabolisme dalam sel, melepasnya panas ke lingkungan

melalui vasodilatasi pembuluh darah perifer dan meningkatnya penguapan air. Sedangkan

untuk denyut nadi (pulsus) dipengaruhi oleh laju metabolisme meningkat, kadar

karbondioksida dalam darah meningkat sehingga kontraksi kerja jantung meningkat untuk

segera mengeluarkan CO2 dalam darah dan segera menggantinya dengan O2.

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI VETERINER SISTEM RESPIRASI, THERMOREGULASI  DAN PERHITUNGAN PULSUS

Agung R. 2008. Panduan Pemeriksaan Fisik Umum Bagi Petugas Kesehatan Bag.III.

http://agungrakhmawan.wordpress.com/2008/08/20/panduan-pemeriksaan-fisik-umum-

bagi-petugas-kesehatan-bagiii/

Anonimous. 2000. Mekanisme Pernafasan.

http://opensource.telkomspeedy.com/repo/abba/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/

Praweda/Biologi/0077%20Bio%202-8d.htm.

Anonimous. 2010. Kapas. http://id.wikipedia.org/wiki/Kapas

Anonimous.2010. Sistem Pernafasan. http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pernafasan

Aninomous. 2010. Stopwatch. http://id.wikipedia.org/wiki/Stopwatch

Arief R. S., Dinny A.Z.,Andre N. et.all. 2006 . Autopsi Forensik.

http://www.freewebs.com/reef_forensik/autopsi.htmFredi W. 2009. termoregulasi.

http://fredi-36-a1.blogspot.com/2009/11/termoregulasi.html

Suparni S.R. 2009. Alat Pengukur Suhu (Termometer).

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/instrumentasi-dan-pengukuran/

alat-pengukur-suhu-termometer/.

Tim Fisiologi Veteriner. 2010. Buku Penuntun Praktikum Fiosiologi Veteriner. Program

Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya.

.