laporan praktikum farmakologi topik 1.doc

Download Laporan Praktikum Farmakologi Topik 1.doc

If you can't read please download the document

Upload: yeny-sari

Post on 19-Feb-2016

59 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangAbrobsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian kedalam darah. Bergantungpada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai dengan rectum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Absorbsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagai barier absorbsi adalah membran epitel saluran cerna yang seperti halnya semua membran sel epitel saluran cerna yang seperti halnya semua membran sel ditubuh kita, merupakan lipid bilayer. Dengan demikian , agar dapat melintasi membran sel tersebut, molekul obat harus memiliki kelarutan lemak (setelah terlebih dulu larut dalam air) (Farmakologi dan Terapi edisi revisi 5, 2008).Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang kedokteran atau biomedis telah berjalan puluhan tahun yang lalu. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis atau keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia (Tjay,T.H dan Rahardja,K, 2002).Cara memegang hewan serta cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui. Cara memegang hewan dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan (ini akan menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan darah, misalnya) dan juga bagi orang yang memegangnya (Katzung, B.G, 1989).Cara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah lidah), rektal (dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui intradermal, intramuskular, subkutan, dan intraperitonial, melibatkan proses penyerapan obat yang berbeda-beda. Pemberian secara parenteral yang lain, seperti melalui intravena, intra-arteri, intraspinal dan intraseberal, tidak melibatkan proses penyerapan, obat langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju sisi reseptor (receptor site) cara pemberian yang lain adalah inhalasi melalui hidung dan secara setempat melalui kulit atau mata. Proses penyerapan dasar penting dalam menentukan aktifitas farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama prosespenyerapan akan memperngaruhi aktifitas obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan (Siswandono dan Soekardjo, B., 1995). Pada literature dijelaskan bahwa onset paling cepat adalah intraperitonial, intramuscular, subkutan, peroral, hal ini terjadi karena :Intraperitonial mengandung banyak pembuluh darah sehingga obat langsung masuk ke dalam pembuluh darah.Intramuscular mengandung lapisan lemak yang cukup kecil sehingga obat akan terhalang oleh lemak sebelum terabasorbsi.Subkutan mengandung lemak yang cukup banyak.Peroral disini obat akan mengalami rute yang panjang untuk mencapai reseptor karena melalui saluran cerna yang memiliki banyak factor penghambat seperti protein plasma.Dan durasi paling cepat adalah peroral, intraperitonial, intramuscular, subkutan. Hal ini terjadi karena :Peroral, karena melalui saluran cerna yang memiliki rute cukup panjang dan banyak factor penghambat maka konsentrasi obat yang terabsorbsi semakin sedikit dan efek obat lebih cepat.Intraperitonial, disini obat langsung masuk ke pembuluh darah sehingga efek yang dihasilkan lebih cepat dibandingkan intramuscular dan subkutan karena obat di metabolisme serempak sehingga durasinya agak cepat.Intramuscular, terdapat lapisan lemak yang cukup banyak sehingga obat akan konstan dan lebih tahan lama.Subkutan, terdapat lapisan lemak yang paling banyak sehingga durasi lebih lama disbanding intramuscular.TujuanMengetahui cara pemberian obat (per-os, parenteral)Membandingkan mula kerja obat antara pemberian per-os dan parenteralMenjelaskan perbedaan yang terjadi antara 2 cara pemberian obat tersebutAlat dan BahanAlat:Sonde 1 buahJarum suntik (spuit) 1 buahKandang aktivitasStopwatchBahan:Mencit (Hewan coba)Diazepam (Obat yang digunakan)Cara KerjaPada percobaan ini digunakan mencit sebagai hewan coba. Masing-masing kelompok mendapatkan 2 ekor mencit, mencit pertama diberi Diazepam per-oral dengan sonde, mencit kedua diberi Diazepam intra-peritoneal. Waktu pemberian obat dicatat dan diamati efek obat yang terjadi.Percobaan I (per-oral)Memberikan 2 ekor mencit pertama diazepam secara per-oral dengan menggunakan sondeMemasukkan mencit ke dalam kandang aktivitasMenyalakan stopwatch, lalu amati tingkah laku mencitMencatat waktu mulai saat pemberian obat pada mencit, sampai mencit sudah tidak melakukan aktivitas (tidak sadarkan diri)Percobaan II (intra-peritoneal)Memberikan2ekormencitkeduadiazepamsecaraintra-peritonealdengan menggunakan jarum suntik (spuit)Memasukkan mencit ke dalam kandang aktivitasMenyalakan stopwatch, lalu amati tingkah laku mencitMencatat waktu mulai saat pemberian obat pada mencit, sampai mencit sudah tidak melakukan aktivitas (tidak sadarkan diri)PerhatikanPemberian obat per-oral harus hati-hati, jangan sampai masuk ke paru-paruPerhatikan lamanya waktu pemberian obat sampai timbulnya efek.TINJAUAN PUSTAKAFarmakologi UmumFarmakologi berasal dari kata farmakon yang berarti obat dan logos yang berarti ilmu. Secara umum, farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang obat. Runag lingkup farmakologi mencangkup sejarah, sumber, sifat fisika dan kimia, cara meracik, efek kimia dan fisiologis, mekanisme kerja, absorbs, distribusi, metabolism dan ekskresi, penggunaan baik untuk terapi atau tujuan lain. Jadi, farmakologi yaitu ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan makhluk hidup dan segala aspeknya.Farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap sel hidup, lewat proses kimia khususnya reseptor. Senyawa ini biasanya disebut obat dan lebih menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan risiko penggunaan obat.(Amir Syarif, 2007)Farmakologi terutama terfokus pada dua sub, yaitu farmakodinamik dan farmakokinetik. Farmakokinetik ialah apa yang dialami obat yang diberikan pada suatu makhluk, yaitu absorpsi, distribusi, biotransformasi, dan ekskresi. Sub farmakologi ini erat sekali hubungannya dengan ilmu kimia dan biokimia. Farmakodinamik menyangkut pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk, secara keseluruhan erat berhubungan dengan fisiologi, biokimia, dan patologi. Farmakokinetik maupun farmakodinamik obat diteliti terlebih dahulu pada hewan sebelum diteliti pada manusia dan disebut sebagai farmakologi eksperimental.(Amir Syarif, 2007)Surat keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo 193/KabB.VII/71 memberikan definisi berikut untuk obat: Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia. (Joenoes, 2001)Secara umum obat bekerja dengan cara mempengaruhi (metabolism) sel-sel penderita dan/atau mempengaruhi (metabolism) sel-sel mikroorganisme atau parasite penyebab penyakit. Diantara obat, ada yang normal didapat dalam tubuh (misalnya insulin, hormon- hormon dan senagainya):dalam hal tubuh kekurangan diberikan obat tersebut untuk terapi subtitusi. Kebanyakan bahan obat berupa bahan yang asing bagi tubuh. (Joenoes, 2001)Obat digunakan untuk menunjang keberhasilan dalam hal:Menetapkan diagnosis, misalnya cairan kontrasMencegah penyakit, misalnya vaccineMengurangi dan menghilangkan penyakit atau gejala penyakit misalnya obat obat yang dipakai untuk terapi simtomikMenyembuhkan penyakit, misalnya antibiotika dan kemoterapeutikaMemperelok dan memperindah badan atau bagian badan manusia, misalnya preparat- preparat kosmetik (juga harus memnuhi syarat-syarat yang sama dengan obat yang digunakan untuk penyakit)Cara pemberian obat melalui oral (mulut), sublingual (bawah lidah), rektal (dubur) dan parenteral tertentu, seperti melalui intradermal, intramuskular, subkutan, dan intraperitonial, melibatkan proses penyerapan obat yang berbeda-beda. Pemberian secara parenteral yang lain, seperti melalui intravena, intra-arteri, intraspinal dan intraseberal, tidak melibatkan proses penyerapan, obat langsung masuk ke peredaran darah dan kemudian menuju sisi reseptor (receptor site) cara pemberian yang lain adalah inhalasi melalui hidung dan secara setempat melalui kulit atau mata. Proses penyerapan dasar penting dalam menentukan aktifitas farmakologis obat. Kegagalan atau kehilangan obat selama proses penyerapan akan memperngaruhi aktifitas obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan. ( Siswandono dan Soekardjo, B., 1995)Pemberian obat secara per oral dan IntraperitonialPemberian obat per oral adalah cara pemberian obat dengan dimasukkan ke dalam mulut. Tujuan dari pemberian menggunakan cara ini adalah untuk memudahkan dalam pemberiannya, proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping daqri obat tersebut dapat segera diatasi. Pemberian obat degan cara ini adalah yang paling umum karena mudah, aman dan murah.Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat dipakai pada keadaan gawat. Obat yang diberikan per oral biasanya membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit sebelum diabsorbsi dan efek puncaknya dicapai setelah 1 sampai 1,5 jam. Rasa dan bau obat yang tidak enak erring mengganggu pasien. Cara per oral tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami mual-mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan cairan lambung serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.Sedangkan pemberian obat Intraperitonial (IP) tidak dilakukan pada manusia karena bahaya (Anonim, 1995). Suntikan cara ini tidak lazim dilakukan pada manusia, tetapi sering dilakukan pada hewan laboratorium terutama mencit dan tikus. Obat yang disuntuikkan dalam rongga peritonium akan diabsorpsi cepat, sehingga reaksi obat akan cepat terlihat.Intraperitonial mengandung banyak pembuluh darah sehingga obat langsung masuk ke dalam pembuluh darah.Pemberian obat per oral merupakan pemberian obat paling umum dilakukan karena relatif mudah dan praktis serta murah. Kerugiannya ialah banyak faktor dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya (faktor obat, faktor penderita, interaksi dalam absorpsi di saluran cerna). (Ansel, 1989).Intinya absorpsi dari obat mempunyai sifat-sifat tersendiri. Beberapa diantaranya dapat diabsorpsi dengan baik pada suatu cara penggunaan, sedangkan yang lainnya tidak (Ansel, 1989)Selain pemberian topikal untuk mendapatkan efek lokal pada kulit atau membran mukosa, penggunaan suatu obat hampir selalu melibatkan transfer obat ke dalam aliran darah. Tetapi, meskipun tempat kerja obat tersebut berbeda-beda, namun bisa saja terjadi absorpsi ke dalam aliran darah dan dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Absorpsi ke dalam darah dipengaruhi secara bermakna oleh cara pemberian. (Katzung, 1986)DiazepamJenis senyawa kimia yang dewasa ini semakin banyak digunakan dalam masyarakat antara lain adalah diazepam,Diazepam Mulai dipergunakan pada thn 1960-an menggantikan meprobamate dan barbiturat. Diazepam digunakan untuk mengurangi kecemasan, kejang otot, dan kejang-kejang serta mengendalikan agitasi yang disebabkan oleh penarikan alkohol. (Anonim, 2007)Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3- dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on (C16H13Cl N2O). Merupakan senyawaKristal tidak berwarna atau agak kekuningan yang tidak larut dalam air. Diazepam masuk dalamgolongan long acting benzodiazepine dengan waktu paruh lebih dari 24 jam. (Loebis)Diazepam terdapat dalam bentuk tablet, sirup dan enema yang digunakan secara rektal. Biasanya diminum 1-2 kali sehari dan dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Diazepam digunakan untuk mengatur pola tidur atau sebagai obat sedatif hipnotik karena diazepam merupakan salah satu jenis benzodiazepin (obat penenang). Penggunaannya dalam dosis normal diberikan kepada penderita gangguan tidur dengan dosis harian rata-rata adalah 15 mg. Apabila overdosis akan mengakibatkan semua gerak refleks menurun dan terjadi gangguan fungsi organ karena adanya akumulasi metabolit aktif diazepam. Penggunaan diazepam di masyarakat sangat tinggi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Penjualandiazepam mencapai 2,3 milyar tablet, selain itu diazepam mempunyai tingkat penggunaan mencapai 82% dari jenis benzodiazepin yang lain.(Anonim, 2007)Diazepam merupakan salah satu golongan senyawa benzodiazepin yang biasanya disalahgunakan oleh masyarakat karena memiliki efek depresan atau obat penenang. Efek penenang disebabkan karena diazepam tergolong dalam obat sedatif yang memiliki efek yang kuat pada sistem saraf otonom perifer, maka senyawa-senyawa ini dikenal sebagai obat-obat sedatif-otonomik. Diazepam juga dapat digunakan untuk kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi. Diazepam digunakan sebagai obat penenang dan dapat juga dikombinasikan dengan obat lain. (Niendya, 2011)Diazepam yang disalahgunakan oleh perorangan dapat mengakibatkan kegelisahan, kurang tanggap terhadap rangsang dari luar, dan gangguan pada sistem saraf. Efek diazepam adalah menekan sistem saraf pusat, akibatnya kerja organ terganggu sehingga mengakibatkan kerja organ terutama hepar akan terganggu. (Niendya, 2011)Diazepam dapat digolongkan sebagai NAPZA karena memiliki sifat menenangkan sistem saraf pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seseorang, mengubah suasana hati dan perasaan. Diazepam termasuk obat kimia yang berfungsi sebagai antidepresant atau obat penenang. Transportasi diazepam di dalam darah merupakan proses dinamis dimana molekul obat masuk dan keluar jaringan pada kecepatan yang bergantung pada aliran darah, perbedaan konsentrasi dan permeabilitas. Kelarutan dalam lipid memegang peran penting dalam menentukan kecepatan diazepam memasuki sistem saraf pusat. (Katzung, 2002)Diazepam yang masuk ke dalam tubuh akan dimetabolisme dengan bantuan sitokrom P 450. Kerja enzim sitokrom P 450 di jaringan lain selain eritrosit akan membentuk superoksida. Dalam eritrosit sendiri superoksida terbentuk melalui auto oksidasi hemoglobin menjadi methemoglobin. Superoksida ini dapat menyebabkan cedera sel yang berakibat pada kematian sel dan menyebabkan pelepasan ion besi dari feritin sehingga dapat mempengaruhi hemoglobin. Oleh karena itu, secara tidak langsung diazepam dapat mempengaruhi hematopoiesis melalui efek-efek metabolik dan menghambat proliferasi semua elemen seluler di dalam sumsum tulang. (Katzung, 2002)HASIL PRAKTIKUMHasil Pemberian Obat Per OralPOSED. (dalam menit)HIPOOADOAOOADOAI105.0005.40--204.4605.40--II101.4558.15--206.27120--III102.40120--203.20120--IV102.50120--203.22120--V102.3080--202.4580--VI106.3915.04--207.04---Rata204.0670.2310Hasil Pemberian Obat Intra PeritonealIPSED. (dalam menit)HIP (dalam menit)OOADOAOOADOAI102.0803.0303.03120202.2008.2608.2641.15II101.4003.5303.53120201.1803.3003.30120III101.3203.4903.49120201.4604.4704.4722.22IV101.3702.5002.50120201.4503.2203.22120V101.3303.2203.2276201.3901.1307.13120VI101.3004.0904.09120201.2622.2622.26120Rata201.4205.2405.5407.32DISKUSI HASIL DAN PEMBAHASANPraktikum ini mempelajari pengaruh cara pemberian obat terhadap mula kerja obat. Pada dasarnya rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk kedalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi atau kemungkinan timbulnya efek yang merugikan. Dalam hal ini, alat uji yang digunakan adalah tubuh hewan (uji in vivo). Mencit dipilih sebagai hewan uji karena proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek pengamatan. Mencit yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebanyak dua ekor tiap kelompok.Pemberian obat pada hewan uji pada percobaan ini dilakukan melalui cara oral, dan intraperitoneal. Dengan cara oral (pemberian obat melalui mulut) digunakan jarum injeksi yang berujung tumpul agar tidak membahayakan bagi hewan uji. Kemudian perlahan-lahan diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang sampai esophagus kemudian masuk ke lambung. Sebaikmua sebelum memasukan jarum, posisi kepala mencit adalah menengadah dan mulutnya terbuka sedikit, sehingga jarum masuk secara lurus ke dalam tubuh mencit. Cara pemberian yang keliru akan membuat obat masuk ke dalam saluran pernafasan atau paru-paru sehingga menyebabkan gangguan pernafasan dan kematian. Keuntungan pemberian obat dengan cara oral yaitu mudah, ekonomis. Sedangkan kerugiannya adalah rasanya yang tidak enak dapat mengurangi kepatuhan (mual), kemungkinan dapat mengiritasi lambung dan usus, menginduksi mual, dan pasien harus dalam keadaaan sadar. Selain itu obat dapat mengalami metabolisme lintas pertama dan absorpsi dapat terganggu dengan adanya makanan. Cara kedua adalah secara intraperitoneal (injeksi yang dilakukan pada rongga perut). Keuntungannya adalah obat yang disuntikkan dalam rongga peritonium akan diabsorpsi cepat, sehingga reaksi obat akan cepat terlihat.Pada pemberian obat secara oral lebih lama menunjukkan onset of action dibanding secara Intraperitoneal. Hal ini dikarenakan obat akan diabsorbsi terlebih dahulu disaluran pencernaan agar bisa menembus membran dan diteruskan ke sirkulasi darah sistemik. Didalam saluran pencernaan, obat akan dimetabolisme oleh enzim di dinding usus dan atau di hati pada lintasan pertamanya, yang disebut sebagai metabolisme lintas pertama ( first pass metabolism) sehingga tidak semua dosis obat akan mencapai sirkulasi sistemik. Oleh karena itu, pemberian obat secara oral dapat menyebabkan lamanya mula kerja obat, penurunan efek obat,dan bioavailabilitas obat menurun. Sedangkan pada pemberian obat secara intraperitoneal tidak mengalami absorpsi tapi langsung kedalam pembuluh darah.Duration of action pemberian obat per oral lebih cepat dibandingkan dengan pemberian peritoneal. Hal ini adalah dikarenakan pemberian obat per oral melewati salurancerna yang memiliki rute cukup panjang dan melewati banyak fase seperti perombakan di hati menjadi aktif dan tidak aktif. Semakin banyak fase yang dilalui maka kadar obat akan turun sehingga obat yang berikatan dengan reseptor akan turun dan durasinya menjadi pendek. Selain itu banyak faktor penghambat maka konsentrasi obat yang terabsorbsi semakin sedikit dan efek obat menjadi lebih cepat dibandingkan dengan pemberian obat intraperitoneal.Pemberian obat parenteral memiliki kelebihan tersendiri jika dibandingkan dengan pemberian per-oral karena bioavalaibilitasnya jauh lebih baik. Ketersediaannya lebih cepat, luas dan dapat diprediksi jika dibandingkan dengan pemberian obat per-oral. Keadaan demikian juga ditemukan pada hasil praktikum dimana efek obat lebih cepat bekerja bila dibandingkan dengan pemberian obat per-oral. Hal ini juga dapat disebabkan oleh karena pemberian obat parenteral memiliki tidak terkena first pass effect, sehingga obat dapat bekerja dengan optimal di dalam tubuh. Salah satu metode pemberian obat parenteral yakni pemberian obat secara intraperitoneal dimana metode ini menyebabkan hewan coba pada praktikum ini yakni mencit. Dari hasil praktikum didapatkan bahwa pemberian obat secara intraperitoneal memiliki durasi waktu antara OOA dan DOA yang pendek, jadi ketika obat diinjeksikan ke dalam tubuh mencit, obat tersebut bekerja secara cepat sebab mempunyai bioavailabilitas yang tinggi sehingga obat tersebut cepat sekali menuju ke sel target atau sistem sistemik dari tubuh mencit tersebut.JAWABAN PERTANYAANSebutkan keuntungan dan kerugian pemberian obat per-oral ? Keuntungan:Cara pemberian mudah, tidak diperlukan latihan khususNyaman (penyimpanan, mudah dibawa)Non-invasiv, lebih amanEkonomis Kerugian:Drug delivery tidak pasti, aksi obat lambat sehingga tidak bisa digunakan untuk keadaan gawatCara per-oral tidak dapat dipakai pada orang yang mengalami mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan cairan lambung serta pada pasien yang memiliki gangguan menelanRasa dan bau obat yang tidak enak sering mengganggu pasienSangat tergantung kepatuhan pasienTingginya interaksi antara obat dengan obat maupun obat dengan makananBanyak obat rusak dalam saluran cernaExposes drugs to first pass effectSebutkan keuntungan dan kerugian pemberian obat parenteral ? Keuntungan:Aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan dengan pemberian obat per-oralInteraksi obat dengan makanan rendahTidak mengiritasi lambung Kerugian:Mahal dan memerlukan keahlian khususPerlu sterilisasiMenimbulkan nyeri pada pasienDapat merusak kulitDapat menimbulkan reaksi alergiApa yang dimaksud first pass metabolism ?Metabolisme atau perombakan obat oleh hati menjadi bentuk yang tidak aktif/metabolitnya. First Pass Metabolism atau disebut juga First Pass Effect (FPE) (Pengaruh Lintas Pertama) adalah perombakan yang dialami obat dalam dinding usus (dimetabolisir) dan hati (diekskresi ato diubah secara biokimia) sebelum mencapai jantung, sirkulasi paru-paru, dan sirkulasi tubuh. FPE dapat menurunkan bioavailabilitas jadi lebih rendah daripada persentase yang sebenarnya di resorpsi, sehingga efek obat berkurang. FPE juga bisa meningkatkan bioavailabilitas.First pass effect adalah keadaan dimana beberapa obat yang dapat diambil oleh hati secara efisien dan dimetabolisme secara cepat sehingga jumlah obat yang mencapai sirkulasi sistemik jauh berkurang dibandingkan jumlah obat yang diabsorbsimasuk ke dalam vena portae.Apa gunanya mengetahui T (waktu paruh) suatu obat?Waktu paruh, dilambangkan dengan t1/2, dari suatu obat adalah waktu yang dibutuhkan oleh separuh konsentrasi obat untuk dieliminasi. Waktu paruh obat berguna untuk mengetahui seberapa lama suatu sediaan itu stabil.Apa yang dimaksud dengan bioavailabilitas obat?Bioavailabilitas obat adalah tingkat sejauh mana suatu obat diserap dan beredar secara sistemik dalam tubuh.Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat?Kecepatan disolusi obatKecepatan disolusi obat berbanding lurus oleh luas permukaan, jadi setelah obat utuh pecah menjadi granul-granul dalam saluran pencernaan/organ pencernaan, maka luas permukaannya juga akan semakin besar maka disolusi obat juga semakin besar.Ukuran partikelSemakin kecil ukuran partikel obat, maka obat tersebut juga semakin mudah larut dalam cairan daripada obat dengan ukuran partikel yang besar.Kelarutan dalam lipid atau airDalam faktor ini dipengaruhi oleh koefisien partisi obat. Koefisien partisi merupakan perbandingan obat dalam fase air (polar) dan fase minyak (non polar). Telah diketahui bahwa medium pelarutan obat merupakan zat polar, sedangkan tempat absorbsi contohnya dinding usus sebagian besar adalah non polar. Jadi koefisien partisi ini sangat penting dalam menentukan absorbsi obat. Semakin besar koefisien partisi, maka semakin besar pula kekuatan partikel obat tersebut untuk menembus membran/ dinding usus. Sebaliknya obat yang memiliki koefisien partisi yang kecil, berarti obat tersebut lebih mudah larut dalam zat polar, telah diketahui sebelumnya bahwa tempat untuk absorpsi obat sebagian besar adalah non polar, maka obat-obatan yang seperti ini sulit untuk diabsorpsi.IonisasiSebagian obat merupakan elektrolit lemah sehingga ionisasinya dipengaruhi oleh pH medium. Dalam hal ini terdapat dua bentuk obat, yaitu obat yang terion dan obat yang tek terion. Obat yang terion lebih mudah larut dalam air, sedangkan obat dalam bentuk tak terion lebih mudah larut dalam lipid serta lebih mudah untuk diabsorpsi. Hal ini bisa diterapkan contohnya pada obat yang bersifat asam, obat yang bersifat asam tersebut akan terionisasi pada pH basa dan kita ketahui bahwa pada lambung pHnya asam dan pada usus pHnya basa. Obat-obatan yang bersifat asam ini akan terionisasi pada usus (basa), maka obat yang telah terionisasi ini akan sulit menembus dinding usus yang sebagian besar komponennya adalah lipid/ zat non polar, maka obat-obatan asam ini lebih mudah diabsorpsi pada gaster/ lambung karena pada lambung pH-nya asam, maka obat tidak akan terionisasi. Untuk obat-obatan yang bersifat basa dianalogikan sebaliknya, secara singkat obat-obatan basa akan terionisasi pada lambung (asam) dan tak terionisasi pada usus (basa), maka akan lebih mudah diabsorpsi oleh dinding usus.Aliran darah pada tempat absorpsiAliran darah akan membantu pada proses absorpsi obat yaitu mengambil obat menuju ke sirkulasi sistemik. Semakin besar aliran darah maka semakin besar pula obat untuk diabsorpsi.Kecepatan pengosongan lambungObat yang diabsorpsi di usus akan meningkat proses absorpsinya jika kecepatan pengosongan lambung besar dan sebaliknya.Motilitas ususMotilitas dapat diartikan pergerakan, dalam hal ini merupakan pergerakan usus. Jika kecepatan motilitas usus ini besar maka akan mengurangi absorpsi obat karena kontak antara obat dengan absorpsinya adalah pendek. Motilitas usus ini besar contohnya adalah pada saat diare.Pengaruh makanan atau obat lainnyaBeberapa makanan atau obat dapat mempengaruhi absorpsi obat lainnya.Cara pemberianPada cara pemberian ini dibedakan menjadi dua, yaitu obat yang diberikan secara enteral dan secara parental. Pada pemberian enteral ini contohnya seperti pemberian secara oral, sublingual, dan secara perrektal. Sedangkan pada pemberian parental contohnya seperti injeksi dan inhalasi. Pada pemberian secara parental pastinya memberikan efek lebih cepat daripada pemberian secara enteral.7. Jelaskan bagaimana obat dapat menimbulkan respon?Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel suatu organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan respons khas untuk obat tersebut Reseptor obat merupakan komponen makromolekul fungsional yang kencakup dua fungsi penting. Pertama, bahwa obat dapat mengubah kecepatan kegiatan faal tubuh. Kedua, bahwa obat tidak menimbulkan suatu fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi yang sudah adaSetiap komponen makromolekul fungsional dapat berperan sebagai reseptor obat tertentu, juga berperan sebagai reseptor untuk ligand endogen (hormon, neurotransmitor) Substansi yang efeknya menyerupai senyawa endogen disebut agonis. Sebaliknya, senyawa yang tidak mempunyai aktivitas intrinsik tetapi menghambat secara kompetitif efek suatu agonis di tempat ikatan agonis, disebut antagonis.DAFTAR PUSTAKAAmir Syarif, dkk, Farmakologi dan Terapi, 2007, hal. 1Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi,IV, Depkes RI, Jakarta. Anonim. 2007. Diazepam. http://en.wikipedia.org/wiki/Diazepam.Ansel, Howard.C., 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas Indonesia Press, Jakarta.Joenoes, NZ. 2001. Ars Prescribendi (Resep yang rasional). 1st ed. Airlangga Universitypress. SurabayaKatzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.Katzung, Bertram G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.Loebis Bahagia. BS Syamsir. Psikofarma, Terapi Kejang Listrik dan Psikoterapi (bsm166_slide_psikofarma_terapi_kejang_listrik_dan_psikoterapi.pdf)Niendya Arief. Djaelani Anwar Muhammad. 2011. Rasio Bobot Hepar Tubuh Mencit (Mus Musculus L.)Setelah Pemberian Diazepam, Formalin, dan Minuman Beralkohol. Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XIX, No. 1, Maret 2011Siswandono dan Soekardjo, B, 1995, Kimia Medisinal, Airlangga Press, Surabaya. www.bukusakudokter.org accesed on 21/03/2014