laporan praktikum ektum (pola pesebaran spesies tumbuhan)
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI TUMBUHAN
POLA PENYEBARAN SPESIES TUMBUHAN
Disusun oleh:
Amaliya Ruhama Putri
M. Faris Indratmo
Rhosa Arista
Rina Trihandayani Putri
Sunani
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2014
PRAKTIKUM 5
POLA PENYEBARAN SPESIES TUMBUHAN
I. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui pola penyebaran spesies tumbuhan.
b. Menentukan pola penyebaran spesies tumbuhan dengan menggunakan
probabilitas distribusi Poisson.
c. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik sampling organism
dan rumus – rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran spesies dalam
populasi.
II. Tinjauan Pustaka
Tumbuhan berbagai jenis hidup secara alami di suatu tempat membentuk
suatu kumpulan yang di dalamnya menemukan lingkungan yang dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dalam kumpulan ini terdapat kerukunan untuk hidup bersama,
toleransi kebersamaan dan hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga
dalam kumpulan ini terbentuk sutu derajat keterpaduan.
Suatu komunitas dapat mengkarakteristikkan suatu unit lingkungan yang
mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan ini disebut biotop.
Biotop ini juga dapat dicirikan oleh unsur organismenya, misalnya padang alng-alang,
hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan sebagainya (Santoso, 1994).
Pola adalah distribusi menurut ruang. Data pola penyebaran tumbuhan dapat
memberi nilai tambah pada data densitas dari suatu spesies tumbuhan. Pola
penyebaran tumbuhan dalam suatu wilayah dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu:
a. Penyebaran secara acak, jarang terdapat di alam. Penyebaran ini biasanya
terjadi apabila faktor lingkungan sangat seragam untuk seluruh daerah dimana
populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari organisme
tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-brntuk organ tertentu yang menunjang untuk
terjadinya pengelompokan trmbuhan.
b. Mengelompok. Pola penyebaran mengelompok (Agregated atau
undispersed), menunjukan bahwa hadirnya suatu tumbuhan akan memberikan
indikasi untuk menemukan tumbuhan yang sejenis. Anggota tumbuhan yang
ditemukan lebih banyak ditemukan secara mengelompok dikarenakan ada beberapa
alasan :
1) Reproduksi tumbuhan yang menggunakan:
a) ruuner atau rimpang.
b) Reproduksi tumbuhan yang menggunakan biji cenderung jatuh di
sekitar induk.
2) Lingkungan /habitat mikro pada tiap spesies yang mempunyai
kesamanan pada anggota spesies. Habitat dikatakan homogen pada lingkungan
makro, namun pada lingkungan mikro sangat berbeda. Mikrositus yang paling
cocok untuk suatu spesies cenderung ditempati lebih padat untuk spsies yang
sama.
c. Teratur
Pola penyebaran teratur jika secara reguler dapat ditemui pada perkebunan,
agricultur yng lebih diutamakan efektifitas dan efisiensi lahan. Penyebaran secara merata,
penyebaran ini umumnya terdapat pada tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi
apabila da persaingan yang kuat antara individu-individu dalam populasi tersebut. Pada
tumbuhan misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi dan ruang.
Dari ketiga kategori ini, rumpunan adalah pola yang paling sering diamati di alam
dan merupakan gambaran pertama dari kemenangan keadaan yang disukai lingkungan.
Pada tumbuhan, penggerombolan disebabkan oleh reproduksi vegetative, susunan benih
local dan fenomena lain dimana benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok. Pada
hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokkan social.
Penyebaran seragam serin terjadi di alam baik di antara tumbuhan amaupun hewan. Pola-
pola acak adalah umum di antara hewan-hewan tingkat rendah dimana adanya seekor
hewan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya hewan lain dengan jenis yang sama.
Pada tumbuhan, penyebaran acak seperti itu adalah umum di mana penghambuaran benih
disebabkan angin.
Pola-pola penyebaran adalah khas untuk setiap spesies dan jenis habitat.
Seringkali dilakukan pendeteksian factor-faktor sebab bagi suatu pola penyebaran
tertentu. Umumnya, factor-faktor tidak kentara dan sulit untuk ditentukan. Penyebaran
spesies di dalam suatu komunitas mencerminkan informasi yang banyak mengenai
hubungan antara spesies. Jenis penyebaran mempengaruhi rencana pengambila sampel
dan cara analisis data. Perubahan dalam penyebaran harus selalu diperhatikan bersamaan
dengan ukuran populasi. Sebagai contoh, ukuran, persaingan, kematian, dan sevagainya
dapat mengurangi ukuran populasi dan mengubah pola dari satu agregasi ke pola acak
(Michael, 1994).
III. Alat dan Bahan
a. Kuadrat (50 x 50 cm)
b. Alat tulis dan kalkulator
c. Buku identifikasi tumbuhan
IV. Cara Kerja
a. Menentukan lokasi pengamatan
b. Menentukan jenis tanaman yang akan diamati penyebarannya
c. Meletakkan kuadrat secara acak pada lokasi pengamatan
d. Dalam tiap plot tersebut, hitung jumlah individu tanaman yang telah ditentukan,
masukkan ke dalam table pengamatan. Jumlah individu yang lebih dari 5
dimasukkan dalam kelompok lebih dari 5.
e. Lakukan pengulangan sebanyak 100 plot
f. Lakukan perhitungan data pola penyebaran, analisis hasilnya
V. Lembar Pengamatan
Hari/tanggal : Rabu/7 Mei 2014
Waktu Pengamatan : 13.00 s/d 14.00 WIB
Lokasi : Lapangan Veldrome
Luas lokasi pengamatan : (50 x 50 cm) 100 plot
Cuaca : Cerah
Pengamat : 1. Amaliya Ruhama Putri 2. M. Faris Indratmo 3. Rhosa Arista
4. Rina Trihandayani P. 5. Sunani
Tabel 1. Data jumlah individu pada tiap plot
No. JumlahIndividu
No. JumlahIndividu
No. JumlahIndividu
No. JumlahIndividu
No. JumlahIndividu
1 2 21 - 41 - 2 12 6 22 - 42 1 2 23 2 23 3 43 1 - 24 6 24 1 44 7 4 -5 3 25 2 45 3 2 36 11 26 5 46 - 1 -7 5 27 6 47 21 - -8 5 28 7 48 1 - -9 1 29 - 49 - 1 310 - 30 1 50 - 1 1711 - 31 20 51 - - 712 10 32 - 52 - 1 613 16 33 10 53 1 - 214 10 34 6 54 7 3 4
15 6 35 2 55 18 5 516 - 36 7 56 5 21 117 1 37 1 57 8 2 -18 2 38 3 58 5 1 619 3 39 1 59 3 1 520 - 40 2 60 1 3 -
Tabel 2. Data Jumlah Individu pada Seluruh Plot
Tabel 3. Perhitungan pola penyebaran tumbuhan
Jumlah Individu
dalam plot (X)
Jumlah plot dengan X
individu (Y)
Perkalian jumlah
individu dan jumlah kuadrat
Harapan jumlah plot dengan X
individu (P)
X2 = (Pengamatan-
harapan)2
Perkalian kuadrat dari X dengan Y
(X2.Y)Harapan
0 25 0 0 0 01 19 19 1,757 192 13 26 0,312 523 10 30 0,041 904 2 8 0,000016 325 & >5 31 155 0,689 775Total 100 238 2,799 968
Perhitungan nilai rata-rata (µ) :
μ= XYn
µ0=0
µ1= 0,19
µ2= 0,26
µ3= 0,3
µ4= 0,08
µ5= 1,55
∑µ= 0 + 0,19 + 0,26 + 0,3 + 0,08 + 1,55
∑µ= 2,38
Rumus yang digunakan untuk menghitung harapan (Probabilitas Distribusi Poisson) adalah sbb:
Jumlah Individu 0 1 2 3 4 5 & >5 TotalJumlah Plot 25 19 13 10 2 31 100Frekuensi 25 x
0= 25
19 x 1= 19
13 x 2= 26
10 x 3= 30
2 x 4= 8
31 x 5= 155
238
P ( X )= e−∑ µ× μx ×100X !
Keterangan: e = 2,7183
µ = rata-rata jumlah tumbuhan
X = jumlah tumbuhan per plot
P (0 )=2,7183−2,38× 00× 1000 !
P(0) = 0
P (1 )=2,7183−2,38 ×0,191 ×1001 !
P(1) = 1,757
P (2 )=2,7183−2,38 ×0,262×1002 !
P(2) = 0,312
P (3 )=2,7183−2,38 ×0,33× 1003 !
P(3) = 0,041
P (4 )=2,7183−2,38 ×0,084 ×1004 !
P(4) = 0,000016
P (5 )=2,7183−2,38 ×1,555 ×1005 !
P(5) = 0,689
Untuk menghitung X2 digunakan rumus:
X2 ( x )=( pengamatan−harapan)2
harapan
X2 (1 )=(25−0)2
0=0
X2 (1 )=(19−1,757)2
1,757=169,22
X2 (2 )=(13−0,312)2
0,312=515,97
X2 (3 )=(10−0,041)2
0,041=2419,06
X2 (4 )=(2−0,00016)2
0,000016=249,99
X2 (5 )=(31−0,689)2
0,689=1333,46
Maka :
X2 hitung=X2 (0 )+X2 (1 )+X2 (2 )+X2 (3 )+X2 (4 )+X2 (5 )
¿ 0 + 169,22 + 515,97 + 2419,06 + 249,99 + 1333,46
¿4687,7
Sedangkan untuk mendapatkan X2 tabel:
X2 tabel = X2 (n-2)(α) dimana, n=6
= X2 (4) (0,05)
= 9,48
Untuk pengujian penyebaran tumbuhan hipotesis adalah sebagai berikut:
H0: penyebaran tumbuhan acak
H1: penyebaram tumbuhan tidak acak
Dari perhitungan data diatas χ2 hitung > χ2 tabel yaitu 4687,7 > 9,48 maka terima
H1, yaitu penyebaran tumbuhan tidak acak. Karena penyebaran tumbuhan tidak
acak, maka perlu dilakukan pengujian pola distribusi tidak acak.
Dari perhitungan data di atas maka:
Untuk pengujiam pola distribusi tidak acak kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:
Jika V/X > 1, maka tumbuhan berkelompok
Jika V/X < 1, maka tumbuhan regular
Dengan rumus Analisa Blackman
V=∑(Y . X ¿¿2)−∑(XY )2/n
n−1¿
V=968−(238)2/100
100−1
V=4,237
Dari perhitungan di atas maka V/X > 1 yaitu tumbuhan berkelompok.
VI. Pembahasan
Pada praktikum ekologi tumbuhan kali ini bertujuan untuk mengetahui pola
persebaran spesies tumbuhan dan menentukan pola penyebaran spesies tumbuhan
dengan menggunakan probabilitas distribusi Poisson. Pengamatan dilakukan di
lapangan Velodrome pada hari rabu, tanggal 7 Mei 2014. Spesies tumbuhan yang
diamati adalah Mimosa pudica pada 100 plot.
Dari data yang didapatkan dan dilakukan perhitungan, dapat diketahui bahwa
pola penyebaran Mimmosa pudica. tergolong tidak acak dan pola distribusi Mimmosa
pudica berkelompok. Hal ini dapat dipengaruhi beberapa faktor. Dari hasil
pengamatan, faktor yang mempengaruhi adanya penyebaran adalah faktor iklim yaitu
curah hujan, dan organisme yang ada disekitarnya. Temperatur udara berubah sesuai
dengan iklim dan curah hujan. Curah hujan yang tinggi akan mempengaruhi
penyebaran. Curah hujan dapat meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan
kadar air yang penting bagi kelangsungan hidup tumbuhan. Selanjutnya pengaruh
ketinggian tempat yang mempengaruhi pola penyinaran matahari sebagaimana juga
garis lintang (latitude) utara dan selatan. Hal ini mengakibatkan adanya zona vegetasi
menurut ketinggian tempat (elevasi), dan garis lintang.
Selain curah hujan, faktor kelembaban juga berperan penting dalam
penyebaran tumbuhan terutama pada tahap perkecambahan yang sangat
membutuhkan air. Curah hujan sedang cukup untuk mendukung pertumbuhan
tanaman sampai dewasa. Mimmosa pudica tidak memerlukan banyak air selama
siklus hidupnya bahkan mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang minim air
sekalipun, tanaman yang tergolong herba ini dapat beradaptasi dengan iklim tropis
seperti Indonesia bahkan dengan curah hujan rendah pun tanaman ini dapat
mentolerirnya. Pengaruh organisme hidup terutama manusia disekitar Mimmosa
pudica cukup besar terhadap penyebaran tanaman ini. Hal ini dapat dilihat dari
adanya perubahan bentangan alam karena tanah yang sering terinjak karena di
lapangan tersebut sering terpakai untuk bermain sepak bola.Tanaman ini ditemukan
cukup banyak dan berkelompok pada lahan yang tidak terinjak oleh organisme lain
diatasnya. Kemungkinan daerah tumbuh Mimosa pudica pengamatan ini yaitu pada
lahan yang tidak terinjak oleh organisme lain.
Faktor yang tidak mendukung adanya penyebaran seperti tanah, angin, suhu dan
kelembaban. Berdasarkan ciri morfologisnya tanaman ini mampu hidup pada lahan
tandus sekalipun, angin tidak berpengaruh terhadap penyebaran tanaman ini. Selain
itu, tanaman ini dapat bertahan terhadap perubahan suhu dan kelembaban dengan
interval yang cukup besar. Dapat dikatakan tanaman jenis ini mampu beradaptasi
pada perubahan suhu dan kelembaban sehingga faktor ini tidak mendukung terjadinya
penyebaran. Pola persebaran Mimosa pudica tidak acak yang paling umum terdapat di
alam. Pengelompokan ini terutama disebabkan oleh berbagai hal, antara lain:
a. respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara local
b. respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman
c. akibat dari cara atau proses reproduksi atau regenerasi
d. sifat-sifat organisme dengan organ vegetatif yang menunjang untuk
e. terbentuknya kelompok atau koloni
VII. KESIMPULAN
1. Berdasarkan rumus Probabilitas Distribusi Poisson diperoleh χ2 hitung > χ2 tabel
yaitu 4687,7 > 9,48 maka terima H1, yaitu penyebaran tumbuhan tidak acak.
Karena penyebaran tumbuhan tidak acak, maka perlu dilakukan pengujian pola
distribusi berkelompok.
2. Berdasarkan pengujian pola distribusi tidak acak diperoleh V/X > 1 yang berarti
pola penyebaran tumbuhan Mimmosa pudica berkelompok.
3. Yang mempengaruhi tumbuhan hidup secara berkelompok disebabkan berbagai
hal yaitu :
a. respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara lokal
b. respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman
c. akibat dari cara atau proses reproduksi atau regenerasi
d. sifat-sifat organisme dengan organ vegetatif yang menunjang untuk
terbentuknya kelompok atau koloni
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Harun.1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka. Jakarta.
Indriyanto. 2009. Komposisi Jenis dan Pola Penyebaran Tumbuhan Bawah Pada
Komunitas Hutan yang Dikelola Petani di Register 19 Provinsi Lampung.
Lampung: UNILA.
Irwan, D.Z. 1997. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas, dan
Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Odum, E. 1996. Dasar-dasar ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tim Dosen Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan.2010.Penuntun Praktikum Ekologi
Tumbuhan. Jakarta: Biologi FMIPA UNJ.