laporan perekonomian agustus 2019 · iv laporan perekonomian provinsi sulawesi barat - agustus 2019...

94
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 i LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat Volume 13 Nomor 3 Agustus 2019

Upload: others

Post on 10-Feb-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 i

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat

Volume 13 Nomor 3

Agustus 2019

Page 2: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

ii LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/id/publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Barat

Jl. Andi P. Pettarani No.1, Mamuju

Sulawesi Barat 91511, Indonesia

Telepon: 0426 - 22192, Faksimili: 0426 - 21656

Page 3: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 iii

KATA PENGANTAR Laporan Perekonomian Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) disusun dan

disajikan setiap 3 (tiga) bulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Barat, mencakup aspek perkembangan ekonomi makro,

keuangan pemerintah, perkembangan inflasi, stabilitas sistem keuangan

dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan

uang Rupiah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek

perekonomian ke depan. Laporan ekonomi daerah di samping bertujuan

untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam

merumuskan kebijakan moneter, stabilitas sistem keuangan, sistem

pembayaran dan pengelolaan uang rupiah juga diharapkan dapat menjadi

salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah dalam membuat

keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) di

daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi

stakeholders di wilayah kerjanya.

Dalam penyusunan laporan, Bank Indonesia memanfaatkan data dan

informasi yang sudah tersedia dari berbagai institusi, serta melalui

perolehan data internal yaitu survei dan liaison. Sehubungan dengan hal

tersebut, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua

pihak yang telah berkontribusi baik berupa pemikiran maupun penyediaan

data dan informasi secara kontinu, tepat waktu, dan reliable. Harapan

kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan

ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Saran serta masukan dari

para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang

lebih baik ke depan.

Mamuju, Agustus 2019

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI BARAT

ttd

Budi Sudaryono

Deputi Direktur

Tim Penyusun

Penanggung Jawab

Budi Sudaryono

Koordinator Penyusun

Setya Dodi Ermawan

Editor

Doddy Dirgantara Putra

Tim Penulis

Perkembangan Ekonomi Doddy Dirgantara Putra

Keuangan Pemerintah A. Adilah B

Inflasi - Anton Kisworo

Stabilitas Keuangan Daerah Anton Kisworo

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran &

Pengelolaan Uang Rupiah - Andrew Pratama

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Ahmad Fikri

Prospek Perekonomian Doddy Dirgantara Putra

Potensi Gangguan Kemarau Terhadap

Inflasi Bahan Makanan Anton Kisworo

Persistensi Inflasi Sulawesi Barat A.

Adilah B

Interkoneksi Keuangan Antar Sektor

Triwulan IV 2018 Doddy Dirgantara

Putra.

Kontributor

Unit Pengembangan Ekonomi

Unit Pengelolaan Uang Rupiah

Unit Operasional Sistem Pembayaran

Email

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

Page 4: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

VISI BANK INDONESIA

Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian Indonesia

dan terbaik di antara negara Emerging Markets.

MISI BANK INDONESIA

1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter

dan bauran kebijakan Bank Indonesia.

2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan

makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial

Otoritas Jasa Keuangan.

3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan

sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan pemerintah dan

mitra strategis lain.

4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal

dan reformasi struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.

5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi, termasuk

infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan.

6. Turut mengembangan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga ke

tingkat daerah.

7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan

sistem informasi Bank Indonesia.

NILAI-NILAI STRATEGIS

Nilai-nilai strategis Bank Indonesia adalah: (i) kejujuran dan integritas (trust and integrity);

(ii) profesionalisme (professionalism); (iii) keunggulan (excellence); (iv) mengutamakan

kepentingan umum (public interest); dan (v) koordinasi dan kerja sama tim (coordination

and teamwork) yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).

Page 5: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 v

DAFTAR ISI

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga ________________________________________________________________ 4

1.2.2 Konsumsi Pemerintah ___________________________________________________________________ 5

1.2.3 Investasi _______________________________________________________________________________ 7

1.2.4 Ekspor LN _____________________________________________________________________________ 8

1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ______________________________________ 10

1.3.2 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran ____________________________________________ 11

1.3.3 Lapangan Usaha Industri Pengolahan _____________________________________________________ 12

1.3.4 Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial ___________________ 13

1.3.5 Lapangan Usaha Konstruksi _____________________________________________________________ 14

2.2.1 Pendapatan ___________________________________________________________________________ 21

2.2.2 Belanja Pemerintah ____________________________________________________________________ 22

3.3.1 Inflasi Kelompok Bahan Makanan ________________________________________________________ 30

3.3.2 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau _______________________________ 31

3.3.3 Inflasi Kelompok Sandang ______________________________________________________________ 31

3.3.4 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar 32

3.3.5 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 32

4.1.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga ______________________________________ 40

4.1.2 Kinerja Keuangan Rumah Tangga ________________________________________________________ 43

4.1.3 Dana Pihak Ketiga Perseorangan Perbankan _______________________________________________ 44

4.1.4 Kredit Perbankan Sektor Rumah Tangga __________________________________________________ 45

4.3.1 Perkembangan Kredit dan DPK Agregat ___________________________________________________ 47

KATA PENGANTAR _______________________________________________________________________________ iii

RINGKASAN EKSEKUTIF __________________________________________________________________________ xi

TABEL INDIKATOR EKONOMI ____________________________________________________________________ xvii

1. Perkembangan Ekonomi ________________________________________________________________________1

1.1. Kondisi Umum _______________________________________________________________________________ 2

1.2. Sisi Permintaan ______________________________________________________________________________ 2

1.3. Sisi Penawaran _______________________________________________________________________________ 9

2. Keuangan Pemerintah ________________________________________________________________________ 17

2.1. Perkembangan Realisasi APBN di Sulawesi Barat __________________________________________________ 18

2.2. Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Barat _____________________________________________ 20

3. Inflasi ______________________________________________________________________________________ 25

3.1. Inflasi Secara Umum _________________________________________________________________________ 26

3.2. Inflasi Bulanan ______________________________________________________________________________ 27

3.3. Inflasi Tahunan _____________________________________________________________________________ 29

3.4. Upaya Pengendalian Harga ___________________________________________________________________ 33

4. Stabilitas Keuangan Daerah____________________________________________________________________ 39

4.1. Perkembangan Stabilitas Keuangan Rumah Tangga _______________________________________________ 40

4.2. Perkembangan Stabilitas Keuangan Korporasi ____________________________________________________ 46

4.3. Perkembangan Institusi Perbankan _____________________________________________________________ 47

Page 6: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

vi LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

4.3.2 Perkembangan Kredit dan DPK Spasial ____________________________________________________ 48

7.1.1 Prospek Sisi Permintaan _________________________________________________________________ 71

7.1.2 Prospek Sisi Penawaran _________________________________________________________________ 72

7.2.1. Risiko Ke Depannya ____________________________________________________________________ 74

4.4. Perkembangan Pembiayaan UMKM dan Akses Keuangan __________________________________________ 50

5. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran & Pengelolaan Uang Rupiah ___________________________________ 55

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai _______________________________________________________ 56

5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai ___________________________________________________ 59

6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan ____________________________________________________________ 61

6.1. Ketenagakerjaan ____________________________________________________________________________ 62

6.2. Nilai Tukar Petani ___________________________________________________________________________ 65

6.3. Tingkat Kemiskinan __________________________________________________________________________ 66

7. Prospek Perekonomian ________________________________________________________________________ 69

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi ________________________________________________________________ 70

7.2. Prospek Inflasi ______________________________________________________________________________ 73

7.3. Rekomendasi _______________________________________________________________________________ 74

LAMPIRAN ______________________________________________________________________________________ 75

Page 7: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Sulawesi (%yoy) _____________________________________________________ 2

Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat Sisi Permintaan ____________________________ 3

Tabel 1.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat Sisi Penawaran ____________________________ 9

Tabel 2.1. Realisasi APBN Ke Sulawesi Barat __________________________________________________________________ 18

Tabel 2.2. Realisasi Pendapatan Sulawesi Barat (RP juta) ________________________________________________________ 21

Tabel 2.3. Realisasi Belanja Sulawesi Barat (Rp juta) ___________________________________________________________ 22

Tabel 3.1. Inflasi di Pulau Sulawesi _________________________________________________________________________ 26

Tabel 3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok ____________________________________________________________________ 27

Tabel 3.3. Perbandingan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok (%, mtm) ________________________________________ 27

Tabel 3.4. Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar (%) __________________________________________________________ 28

Tabel 3.5. Penyumbang Deflasi Bulanan Terbesar (%) _________________________________________________________ 28

Tabel 3.6. Perkembangan Rata-rata Harga di Pasar Tradisional Mamuju ___________________________________________ 29

Tabel 3.7. Persistensi Inflasi Bahan Makanan _________________________________________________________________ 36

Tabel 4.1. Komposisi Pengeluaran Konsumen ________________________________________________________________ 43

Tabel 4.2. Komposisi Pengeluaran Konsumen ________________________________________________________________ 43

Tabel 4.3 Debt Service Ratio Triwulan I 2019 _________________________________________________________________ 43

Tabel 4.4 Debt Service Ratio Triwulan II 2019 ________________________________________________________________ 43

Tabel 4.5. Neto Posisi Keuangan Provinsi Sulawesi Barat _______________________________________________________ 52

Tabel 4.6. BSA MATRIX, Neto Posisi Keuangan ProvinsiSulawesi Barat (% / PDRB) __________________________________ 53

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (rb jiwa) _______________________________ 63

Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (rb jiwa) __________________ 64

Tabel 6.3. NTP Setiap Sub Sektor ___________________________________________________________________________ 66

Tabel 6.4. Kemiskinan dan Garis Kemiskinan _________________________________________________________________ 67

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (%yoy) __________________________________________________________ 2

Grafik 1.2. Struktur Ekonomi Sulawesi Barat Sisi Permintaan _____________________________________________________ 4

Grafik 1.3. Andil Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Sisi Permintaan ___________________________________________ 4

Grafik 1.4. Perkembangan Konsumsi RT ______________________________________________________________________ 4

Grafik 1.5. Kondisi Ekonomi Dibandingkan 6 Bulan Lalu ________________________________________________________ 4

Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Konsumsi ___________________________________________________________________ 5

Grafik 1.7. Perkembangan Penjualan Mobil ___________________________________________________________________ 5

Grafik 1.8. Perkembangan Konsumsi Pemerintah ______________________________________________________________ 6

Grafik 1.9. Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Barat ____________________________________________ 6

Grafik 1.10. Perkembangan Giro Pemerintah Daerah di Perbankan Sulawesi Barat ___________________________________ 6

Grafik 1.11. Perkembangan Investasi ________________________________________________________________________ 7

Grafik 1.12. Perkembangan Kredit Investasi ___________________________________________________________________ 7

Grafik 1.13. Realisasi Penanaman Modal _____________________________________________________________________ 7

Grafik 1.14. Perkembangan Ekspor LN _______________________________________________________________________ 8

Grafik 1.15. Negara Tujuan Ekspor CPO ______________________________________________________________________ 8

Grafik 1.16. Perkembangan Harga CPO Dunia ________________________________________________________________ 8

Page 8: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

viii LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Grafik 1.17. Struktur Ekonomi Sulawesi Barat Sisi Penawaran ___________________________________________________ 10

Grafik 1.18. Andil Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Sisi Penawaran _________________________________________ 10

Grafik 1.19. Perkembangan Lapangan Usaha Pertanian ________________________________________________________ 10

Grafik 1.20. Perkembangan Kredit Pertanian _________________________________________________________________ 11

Grafik 1.21. Perkembangan Curah Hujan ____________________________________________________________________ 11

Grafik 1.22. Perkembangan Lapangan Usaha Perdagangan _____________________________________________________ 11

Grafik 1.23. Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan ________________________________________________________ 11

Grafik 1.24. Perkembangan Lapangan Usaha Industri Pengolahan _______________________________________________ 12

Grafik 1.25. Pertumbuhan Industri Mikro dan Kecil ____________________________________________________________ 13

Grafik 1.26. Pertumbuhan Industri Besar dan Sedang __________________________________________________________ 13

Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan __________________________________________________ 13

Grafik 1.28. Perkembangan Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan _________________________________________ 14

Grafik 1.29. Perkembangan Lapangan Usaha Konstruksi _______________________________________________________ 15

Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Konstruksi ________________________________________________________________ 15

Grafik 1.31. Realisasi Pengadaan Semen ____________________________________________________________________ 15

Grafik 2.1. Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN Sulawesi Barat ______________________________________________ 19

Grafik 2.2. Realisasi APBN Sulawesi Barat ____________________________________________________________________ 19

Grafik 2.3 Pangsa Belanja Modal APBN _____________________________________________________________________ 20

Grafik 2.4. Realisasi Belanja Modal _________________________________________________________________________ 20

Grafik 2.5. Realisasi Keuangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat _______________________________________________ 20

Grafik 2.6. Perkembangan Pendapatan Pemerintah ___________________________________________________________ 21

Grafik 2.7. Perkembangan Belanja Pemerintah Prov. Sulawesi Barat ______________________________________________ 23

Grafik 3.1. Inflasi Sulawesi Barat, Sulampua, dan Nasional ______________________________________________________ 26

Grafik 3.2. Andil Kelompok Terhadap Inflasi Tahunan Pada Triwulan I 2019 (%) ___________________________________ 30

Grafik 3.3. Inflasi Tahunan Kelompok Kebutuhan Primer (% yoy) ________________________________________________ 31

Grafik 3.4. Kondisi Cuaca di Sulawesi Barat __________________________________________________________________ 31

Grafik 3.5. Inflasi Tahunan Kelompok Kebutuhan Sekunder dan Tersier (% yoy) ____________________________________ 32

Grafik 3.6. Hasil Survei Konsumen _________________________________________________________________________ 32

Grafik 3.7. Volatilitas Ikan Segar dan Bumbu _________________________________________________________________ 34

Grafik 3.8. Curah Hujan Enrekang & sekitarnya _______________________________________________________________ 34

Grafik 3.9. Tingkat Inflasi Sulawesi Barat ____________________________________________________________________ 37

Grafik 4.1. Konsumsi Rumah Tangga _______________________________________________________________________ 40

Grafik 4.2. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini di Mamuju ___________________________________________ 40

Grafik 4.3. Konsumsi Rumah Tangga _______________________________________________________________________ 41

Grafik 4.4. Kredit Pemilikan Rumah ________________________________________________________________________ 41

Grafik 4.5. Kredit Kendaraan Bermotor _____________________________________________________________________ 41

Grafik 4.6. Kredit Multiguna ______________________________________________________________________________ 41

Grafik 4.7. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini di Mamuju ___________________________________________ 42

Grafik 4.8. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen _______________________________________________________ 42

Grafik 4.9. Penggunaan Penghasilan Konsumen ______________________________________________________________ 42

Grafik 4.10. Inflasi Triwulanan dan Ekspektasi harga 3 bulan yang akan datang ____________________________________ 42

Grafik 4.11. Pangsa DPK Perseorangan Terhadap Total DPK di Sulawesi Barat _____________________________________ 44

Grafik 4.12. Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi Barat ____________________________________________________ 44

Grafik 4.13. Pertumbuhan Jenis DPK dari sisi Kepemilikan ______________________________________________________ 45

Grafik 4.14. Pertumbuhan Komposisi DPK Perseorangan _______________________________________________________ 45

Grafik 4.15. Perkembangan Kredit Rumah Tangga ____________________________________________________________ 45

Page 9: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 ix

Grafik 4.16. Perkembangan Risiko Kredit Rumah Tangga _______________________________________________________ 45

Grafik 4.17. Perkembangan Kredit Korporasi _________________________________________________________________ 46

Grafik 4.18. Pangsa Kredit Korporasi _______________________________________________________________________ 46

Grafik 4.19. Perkembangan Risiko Kredit Korporasi ___________________________________________________________ 47

Grafik 4.20. Perkembangan Penyaluran Kredit _______________________________________________________________ 48

Grafik 4.21. Perkembangan Aset dan DPK ___________________________________________________________________ 48

Grafik 4.22. Share Kredit Bank Umum secara Spasial Triwulan I 2019 ____________________________________________ 48

Grafik 4.23. Share Kredit Bank Umum secara Spasial Triwulan II 2019 ____________________________________________ 48

Grafik 4.24. Komposisi Jenis Penggunaan Kredit Triwulan II 2019 ________________________________________________ 49

Grafik 4.25. Rasio NPL Bank Umum secara Spasial ____________________________________________________________ 49

Grafik 4.26. Share DPK Bank Umum Spasial pada Triwulan IV 2018 ______________________________________________ 49

Grafik 4.27. Share DPK Bank Umum Spasial pada Triwulan I 2019 _______________________________________________ 49

Grafik 4.28. Komposisi Jenis DPK Spasial Triwulan I 2019 ______________________________________________________ 50

Grafik 4.29. Perkembangan Kredit UMKM ___________________________________________________________________ 51

Grafik 4.30. Perkembangan Risiko Kredit UMKM _____________________________________________________________ 51

Grafik 4.31. Rasio Rekening Tabungan per Penduduk Usia Bekerja _______________________________________________ 51

Grafik 4.32. Rasio Rekening Kredit per Penduduk Usia Bekerja __________________________________________________ 51

Grafik 4.33. Aset Keuangan (%qtq) ________________________________________________________________________ 52

Grafik 5.1. Perputaran Uang Kartal KPw BI Prov. Sulawesi Barat _________________________________________________ 56

Grafik 5.2. Perkembangan Setoran Uang Tidak Layak Edar _____________________________________________________ 57

Grafik 5.3. Denominasi Uang Kartal Outflow Sulawesi Barat ____________________________________________________ 57

Grafik 5.4. Denominasi Uang Logam Outflow Sulawesi Barat ___________________________________________________ 57

Grafik 5.5. Denominasi Uang Kartal Inflow Sulawesi Barat _____________________________________________________ 58

Grafik 5.6. Denominasi Uang Logam Inflow Sulawesi Barat _____________________________________________________ 58

Grafik 5.7. Denominasi Uang Kartal Outflow Kas Keliling ______________________________________________________ 58

Grafik 5.8. Denominasi Uang Logam Outflow Kas Keliling _____________________________________________________ 58

Grafik 5.9. Denominasi Uang Kartal Inflow Kas Keliling ________________________________________________________ 59

Grafik 5.10. Denominasi Uang Logam Inflow Kas Keliling ______________________________________________________ 59

Grafik 5.11.Transaksi Kliring di Sulawesi Barat ________________________________________________________________ 59

Grafik 5.12. Jumlah Warkat di Sulawesi Barat ________________________________________________________________ 59

Grafik 6.1. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Sulawesi Barat Agustus 2018 ________________________________________ 64

Grafik 6.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pada Periode Agustus 2018 ______________________________________ 64

Grafik 6.3. NTP Sulawesi Barat _____________________________________________________________________________ 65

Grafik 6.4. Tingkat Kemiskinan Di Sulawesi Barat _____________________________________________________________ 67

Grafik 7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi (Periode Triwulanan) ________________________________________________ 70

Grafik 7.2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi (Periode Tahunan) __________________________________________________ 70

Grafik 7.3. Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok dan India _________________________________________________________ 72

Grafik 7.4. CLI dan Pertumbuhan Impor _____________________________________________________________________ 72

Grafik 7.5. Harga CPO Dunia dan Proyeksinya ________________________________________________________________ 73

Grafik 7.6. Harga Kakao Dunia dan Proyeksinya ______________________________________________________________ 73

Grafik 7.7. Harga Minyak Dunia (Rata-rata) dan Proyeksinya ____________________________________________________ 74

Grafik 7.8. Prospek Inflasi _________________________________________________________________________________ 74

Page 10: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

x LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Prakiraan Curah Hujan Daerah Sulawesi ___________________________________________________________ 35

Gambar 2. Network Transaksi Pola Keuangan Provinsi Sulawesi Barat triwulan IV 2018 ______________________________ 53

Gambar 3. Network Posisi Pola Keuangan Provinsi Sulawesi Barat triwulan IV 2018 _________________________________ 53

Gambar 4. Prakiraan Curah Hujan __________________________________________________________________________ 72

Gambar 5. Prakiraan Sifat Hujan ___________________________________________________________________________ 72

DAFTAR BOKS

Boks 1. Potensi Gangguan Inflasi Akibat Kekeringan __________________________________________________________ 34

Boks 2. Persistensi Inflasi Sulawesi Barat _____________________________________________________________________ 36

Boks 3. Interkoneksi Keuangan Antar Sektor Tw IV 2018 _______________________________________________________ 52

Page 11: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 xi

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Ekonomi

Pertumbuhan

ekonomi Sulawesi

Barat mengalami

perlambatan pada

triwulan II 2019

Perlambatan ekonomi Sulawesi Barat berlanjut pada triwulan II 2019. Tingkat

pertumbuhan tercatat 4,91% (yoy) pada triwulan II 2019 melambat

dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 5,24% (yoy). Tren perlambatan terpantau

sejak triwulan IV 2018. Hal ini tidak lepas perlambatan sektor pertanian sebagai

mesin pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat. Untuk triwulan II 2019, produksi

tanaman pangan telah melewati periode puncak mempengaruhi kinerja

sektoral. Realisasi pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat triwulan II 2019 juga

berada di bawah pertumbuhan nasional dengan realisasi 5,05% (yoy).

Penguatan komponen konsumsi Rumah Tangga (RT) dan Pemerintah tertahan

aktivitas perdagangan antar daerah. Periode Ramadhan menstimulus

masyarakat untuk berbelanja lebih banyak terutama sandang dan bahan

makanan. Peningkatan daya beli ini juga didukung pencairan Tunjangan Hari

Raya (THR) serta perbaikan harga TBS pada triwulan II 2019. Meskipun

mengalami penguatan, pola belanja Pemerintah masih belum banyak berubah

dengan indikasi tingginya realisasi belanja pegawai hingga triwulan II 2019.

Akselerasi pertumbuhan seluruh komponen pengeluaran tertahan dari

komponen net ekspor antar daerah. Kebutuhan barang masyarakat yang

mengalami kenaikan pada triwulan II 2019 harus dipasok dari luar wilayah

Sulawesi Barat.

Pelemahan Lapangan Usaha (LU) utama berdampak pada perlambatan ekonomi

Sulawesi Barat triwulan II 2019. Dua sektor utama Sulawesi Barat yaitu pertanian

dan perdagangan mencatatkan perlambatan kinerja pada triwulan II 2019.

Tingkat pertumbuhan LU pertanian tercatat 2,37% (yoy) pada triwulan II 2019

lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 dengan nilai 5,87% (yoy). Produksi

komoditas tanaman bahan makanan yang telah melewati masa puncak

merupakan faktor pendorong. Sejalan dengan hal tersebut, volume

perdagangan komoditas ikut menurun yang ditopang penguatan perdagangan

besar dan eceran.

Ekonomi Sulawesi Barat diperkirakan menguat pada triwulan III 2019. Secara

historis, produksi perkebunan terutama komoditas Tandan Buah Segar (TBS)

kelapa sawit akan mengalami kenaikan pada triwulan III. Korporasi akan

memanfaatkan momentum ini sebagai bentuk kompensasi penurunan harga

Crude Palm Oil (CPO) global. Percepatan proyek pembangunan Pemerintah akan

didukung dana transfer sebagai sumber dana. Sehubungan dengan hal tersebut,

ekonomi Sulawesi Barat diperkirakan tumbuh berkisar 6,4% 6,8% (yoy).

Page 12: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

xii LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Keuangan Pemerintah

Penyerapan belanja

pemerintah daerah

belum optimal hingga

triwulan II 2019

Pagu APBN Provinsi Sulawesi Barat tumbuh positif pada triwulan II 2019.

Kenaikan pagu tercatat Rp580,31 miliar dibandingkan triwulan II 2018 sebesar

Rp4.785 miliar atau tumbuh 12,13% (yoy). Secara umum, pagu APBD triwulan

II 2019 sebesar adalah Rp5.336,09 miliar dan telah terealisasi sebesar

Rp1.807,56 miliar. Realisasi APBN di triwulan II tahun 2019 sebesar 8,5%,

dimana capaian tersebut tumbuh positif dibandingkan pencapaian periode yang

sama pada tahun 2018.

Realisasi APBN pada triwulan II 2019 mencapai Rp1.807,56 miliar atau sebesar

33,68% dari pagu. Pencapaian tersebut lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan II 2018 yaitu sebesar 34,81%. Berdasarkan komponennya, belanja

pegawai merupakan realisasi tertinggi pada triwulan II 2019 sebesar Rp482,63

miliar atau tumbuh 51,44% (yoy). Kondisi ini juga menunjukkan kinerja fiskal

dari sisi belanja pegawai lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan II 2018

yaitu sebesar 45,68%.

Kinerja fiskal Pemerintah Daerah dari sisi pendapatan melambat pada triwulan II

2019. Realisasi pendapatan triwulan II 2019 mencapai Rp1.056,7 miliar atau

sebesar 50,21% dari target 2019 yang senilai Rp2,104.83 miliar. Kondisi ini

diindikasi akibat melambatnya kinerja pendapatan asli daerah dengan realisasi

belanja hanya sebesar 39,73% dari pagunya. Kinerja pendapatan triwulan II

2019 terlihat sedikit melambat jika dibandingkan pada triwulan II 2018 yang

mampu mencapai 52,5% dari target 2018.

Sisi belanja Pemerintah Daerah mengalami kenaikan di triwulan II 2019. Realisasi

belanja triwulan II 2019 sebesar Rp552,31 miliar atau sebesar 28,67%. Jika

dibandingkan dengan triwulan II 2018 memiliki pangsa sebesar 26,8% atau

lebih rendah dari pangsa realisasi triwulan II 2019. Komponen belanja

pemerintah daerah yang cukup signifikan memengaruhi adalah belanja operasi

dengan pangsa realisasi sebesar 34,34%, sedangkan untuk belanja modal

mengalami perlambatan yang hanya mampu mencapai realisasi sebesar 8,48%

dari pagunya.

Inflasi

Penurunan inflasi

pada triwulan kedua

tahun 2019

Inflasi Sulawesi Barat menurun pada triwulan II 2019. Melanjutkan tren sejak

triwulan III 2018, inflasi tahunan Sulawesi Barat tercatat 0,54% (yoy) pada

triwulan II 2019 atau lebih rendah dibandingkan realisasi 0,96% (yoy) pada

triwulan I 2019. Pencapaian pada triwulan II 2019 lebih rendah jika dilihat

historis inflasi Sulawesi Barat dalam 3 (tiga) tahun terakhir yang sebesar 2,94%

(yoy). Selain itu, realisasi pada periode tersebut juga lebih rendah dibandingkan

pencapaian inflasi kawasan Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua) yang sebesar

3,42% (yoy) dan nasional yang sebesar 3,28% (yoy). Secara spasial, sebagian

kecil provinsi di Pulau Sulawesi yang mengalami penurunan inflasi pada triwulan

II 2019 seperti Sulawesi Barat. Penurunan inflasi terjadi pada Sulawesi Tengah

dan Sulawesi Selatan. Inflasi tertinggi terjadi di Sulawesi Tengah dengan

pencapaian 5,32% (yoy).

Page 13: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 xiii

Dilihat berdasarkan kelompoknya, inflasi triwulan I 2019 disumbang paling

besar oleh kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan. Meski

menyumbang terbesar, tekanan inflasi pada kelompok ini masih relatif terjaga.

Komoditas utama pada penyumbang inflasi pada kelompok tersebut yaitu tarif

pulsa ponsel dan angkutan udara. Peningkatan beban operasional pada industri

angkutan udara di tengah masih belum bertambahnya frekuensi penerbangan

dari dan ke Mamuju, mendorong penyesuaian tarif angkutan udara. Kelompok

lainnya dengan sumbangan relatif besar yaitu kelompok Perumahan, Air, Listrik,

Gas, & Bahan Bakar. Beberapa komoditas kebutuhan untuk tempat tinggal

sedikit meningkat karena efek pelemahan nilai tukar Rupiah.

Secara bulanan, inflasi Sulawesi Barat selama triwulan II 2019 mengalami

peningkatan jika dibandingkan triwulan I 2019. Rata-rata inflasi Sulawesi Barat

selama 3 (tiga) bulan di triwulan II 2019 yaitu 0,32% (mtm) atau lebih tinggi

dibanding pencapaian triwulan sebelumnya dengan rata-rata inflasi bulanan

mencapai -0,20% (mtm). Peningkatan inflasi terjadi pada kelompok bahan

makanan yang selalu mengalami inflasi selama 3 (tiga) bulan berturut-turut.

Memasuki bulan puasa dan hari raya Lebaran, tingkat permintaan lebih tinggi

dibanding triwulan I 2019. Selain itu, kelompok Sandang memiliki rata-rata

inflasi bulanan yang juga meningkat selama triwulan II 2019. Peningkatan pada

kelompok tersebut disebabkan peningkatan permintaan untuk digunakan pada

hari besar keagamaan nasional.

Secara tahunan, inflasi Sulawesi Barat pada triwulan II 2019 mengalami

penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Realisasi inflasi pada triwulan II

2019 yaitu sebesar 0,54% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan I 2018

yang mencapai 0,96% (yoy). Penurunan inflasi terjadi di tengah keseimbangan

pasokan dan tingkat permintaan pada periode hari besar kegamaan nasional.

Koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) juga turut berperan dalam

terjaganya ekspektasi masyarakat meningkatnya pasokan beberapa komoditas

bahan pangan seperti panen raya padi yang disertai ekspektasi masyarakat yang

terus terjaga.

Stabilitas Keuangan Daerah

Stabilitas keuangan

Sulawesi Barat

triwulan I 2019

terjaga

Kerentanan risiko keuangan rumah tangga terpantau relatif stabil pada triwulan

II 2019. Berdasarkan survei konsumen, Debt Service Ratio (DSR) masih tercatat

relatif rendah sebesar 8,0% atau sedikit meningkat dibanding triwulan

sebelumnya 7,3%. Stabilnya DSR terutama pada disebabkan konsumen pada

berbagai kelompok pengeluaran Rp1-2 juta lebih banyak menekan jumlah

angsuran di bawah 10% dari total pengeluaran. Hal tersebut juga

mengindikasikan rumah tangga semakin bijak dalam pengelolaan keuangan.

Penyaluran kredit korporasi mengalami perlambatan pada triwulan II 2019.

Secara nominal, kredit korporasi mencapai Rp5,8 triliun atau tumbuh sebesar

20,3% (yoy) pada triwulan II 2019. Pencapaian tersebut melambat

dibandingkan triwulan I 2019 yang sebesar 24,4% (yoy). Sektor yang paling

besar penyaluran kreditnya yaitu perdagangan tumbuh 13,0% (yoy) pada

triwulan II 2019, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 14,2%

(yoy). Aktivitas perdagangan telah digenjot di awal tahun untuk menghindari

Page 14: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

xiv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

ekspektasi yang meningkat pada triwulan II 2019. Selain perdagangan,

penyaluran kredit di sektor lainnya mengalami perlambatan. Kredit industri

pengolahan mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu sebesar 69,6% (yoy),

setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 82,1% (yoy). Pertumbuhan kredit

korporasi yang tinggi juga terjadi pada sektor lainnya yaitu pertanian, tumbuh

40,3% (yoy).

Kinerja perbankan di Sulawesi Barat pada triwulan II 2019 dalam hal penyaluran

kredit (lokasi bank) tercatat cukup baik. Fungsi intermediasi perbankan pada

triwulan II 2019 tumbuh 13,9% (yoy). Pertumbuhan tersebut relatif stabil

dibandingkan triwulan I 2019 yang sebesar 14,1% (yoy). Akselerasi penyaluran

kredit terutama didorong realisasi kredit investasi yang lebih tinggi dari tahun

sebelumnya dengan tumbuh 24,8% (yoy). Pertumbuhan tersebut didorong

proses realisasi investasi baru pada sektor kelapa sawit. Peningkatan pada kredit

investasi tidak diiringi peningkatan pada kredit konsumsi yang melambat dari

12,6% (yoy) pada triwulan I 2019 menjadi 11,4% (yoy) pada triwulan II 2019.

Penyaluran kredit UMKM mengalami perlambatan. Kredit UMKM tercatat

tumbuh 20,1% (yoy) pada triwulan II 2019, lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh 24,6% (yoy). Secara nominal, nilai kredit UMKM

meningkat dari Rp4,3 triliun menjadi Rp4,4 triliun. Peningkatan penyaluran

kredit ini mendorong pangsa kredit UMKM terhadap total penyaluran kredit di

Sulawesi Barat menjadi 38,1% pada triwulan II 2019.

Sistem Pembayaran

Aliran Uang di

Sulawesi Barat

mengalami net

outflow

Aliran Uang Sulawesi barat Triwulan II 2019 tercatat net outflow. Jumlah uang

yang keluar (outflow) tercatat Rp 1.003,43 miliar mengalami kontraksi sebesar

20,39% (yoy) jika dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara untuk aliran uang yang masuk (inflow) Rp 129,72 miliar mengalami

kontraksi sebesar 17,55% (yoy). Berdasarkan data ini, aliran uang di Sulawesi

Barat tercatat net outflow sebesar Rp 873,71 miliar mengalami kontraksi

20,79% (yoy).

Kegiatan setoran UTLE pada triwulan II secara nominal tercatat Rp 39,26 miliar

mengalami penurunan 44,29% (yoy). Kegiatan layanan kas keliling yang

dilaksanakan pada triwulan II 2019 sebanyak 17 kali dengan rincian yakni 1 kali

untuk kas keliling luar kota dan 16 kali untuk kas keliling dalam kota. Modal

kerja yang dikeluarkan dalam rangka pelaksanaan kas keliling pada triwulan II

2019 sebesar Rp 16,36 miliar.

Transaksi kliring mengalami pertumbuhan pada triwulan II 2019. Jumlah

nominal transaksi pada triwulan II tahun 2019 mencapai Rp 7,5 Miliar atau

tumbuh 35,49% (yoy). Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

pertumbuhan kliring pada triwulan II adalah 8,75% (qtq). Dari sisi volume,

jumlah transaksi pada triwulan II mengalami kontraksi sebesar 11,16% (yoy)

dengan jumlah 207 warkat. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

transaksi kliring mengalami kontraksi sebesar 4,16% (qtq).

Page 15: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 xv

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Tingkat

pengangguran di

Sulaewsi Barat

menurun

Bertambahnya angkatan kerja meyebabkan peningkatan terhadap serapan

tenaga kerja di berbagai sektor, khususnya pada sektor perdagangan.

Penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan mengalami peningkatan

yang signifikan dibandingkan periode sebelumnya yaitu sebesar 29,01%.

Peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan diperkirakan

akibat meningkatnya harga komoditas pada Februari 2019. Walaupun demikian

secara absolut penyerapan lapangan usaha pekerjaan masih didominasi oleh

Pertanian dengan menyerap 48,7% atau 321 ribu jiwa. Sementara, sektor

industri mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar - 46,49%.

Kesejahteraan petani triwulan 2019 meningkat tercermin dari nilai indeks Nilai

Tukar Petani. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2019 mengalami

pertumbuhan sebesar 2,06% dari periode sebelumnya. Secara absolut, NTP di

triwulan II 2019 adalah 112,04 yang mengalami peningkatan dari 109,77 di

triwulan I 2019. Jika di bandingkan dengan periode yang sama pada tahun

sebelumnya, NTP masih relatif stabil. Sehingga, perkembangan NTP bergerak

secara positif yang didukung oleh pertumbuhan NTP sektor tanaman

hortikultural serta tanaman perkebunan rakyat pada triwulan II 2019.

Angka kemiskinan di Sulawesi Barat mengalami penurunan. Tingkat kemiskinan

di Sulawesi Barat adalah 11,02% pada Maret 2019 menurun dibandingkan

September 2019 yaitu sebesar 11,22%. Jika dibandingkan dengan periode yang

sama pada tahun 2018, tingkat kemiskinan mengalami penurunan yang dari

sebelumnya dengan nilai 11,25%. Perbaikan tingkat kemiskinan ini

diindikasikan oleh perbaikan tingkat pengangguran yang ada di Prov. Sulawesi

Barat. Penurunan tingkat kemiskinan yang terjadi tampaknya belum mampu

mencerminkan perkembangan ekonomi triwulan 1 2019. Akan tetapi, jika

secara konsisten dapat menjaga ketersediaan lapangan kerja dan sejalan dengan

peningkatan jumlah angkatan kerja, sehingga diharapkan akan semakin

mendorong pertumbuhan ekonomi.

Prospek Perekonomian

Pertumbuhan

ekonomi Sulawesi

Barat akan tumbuh

dengan inflasi yang

stabil

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat diperkirakan menguat pada triwulan IV

2019. Tingkat pertumbuhan akan berkisar 7,0% 7,4% (yoy). Produksi LU

pertanian akan menguat seiring pergeseran panen tanaman pangan yang

seharusnya jatuh pada awal triwulan III 2019. Namun, produksi perkebunan

kelapa sawit akan mengalami perlambatan setelah mengalami masa puncak

pada triwulan III 2019. Keterbatasan pasokan bahan baku ini berdampak pada

perlambatan kinerja LU industri pengolahan melambat pada periode akhir

tahun. Proyek pembangunan infrastruktur yang berasal dari Pemerintah akan

dipercepat yang berdampak pada akselerasi LU konstruksi. Dari sisi pengeluaran,

demand masyarakat diperkirakan meningkat dalam rangka persiapan hari natal

dan liburan tahun baru meski tidak setinggi triwulan II 2019. Realisasi belanja

Pemerintah yang masih rendah akan dipercepat dalam rangka mengejar target

pembangunan daerah. Meskipun demikian, daya tarik investasi yang masih

menjadi tantangan turut mempengaruhi perlambatan komponen investasi pada

Page 16: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

xvi LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

triwulan IV 2019. Untuk ekspor luar negeri, aktivitas perdagangan CPO

diperkirakan menguat sejalan dengan indikator terkini yang menyatakan adanya

sentimen peningkatan demand.

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat tahun 2019 tidak akan

berbeda dengan tahun 2018. Tingkat perumbuhan diperkirakan berkisar 6,0%

- 6,4% (yoy). Lapangan usaha pertanian masih menjadi sumber pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Barat. Namun, sejumlah tantangan yang berasal dari internal

maupun eksternal dapat menghambat realisasi pertumbuhan. Pengaruh perang

dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat menyebabkan penurunan harga

komoditas khususnya CPO. Hal ini menyebabkan sejumlah korporasi untuk

menunda investasi. Dari sisi internal, peran Pemerintah yang masih vital perlu

ditindaklanjuti melalui perbaikan pola belanja dalam mendorong roda

perekonomian.

Tekanan inflasi triwulan IV 2019 diperkirakan meningkat. Sumber tekanan inflasi

diperkirakan berasal dari kelompok bahan makanan, makanan jadi, sandang,

dan transportasi. Isu keterbatasan pasokan khususnya ikan segar dan beras akan

menjadi sumber tekanan inflasi triwulan IV 2019. Aktivitas nelayan juga akan

berhenti sementara karena perayaan Maulid Nabi yang jatuh pada triwulan IV

2019. Tingkat permintaan transportasi diperkirakan juga mengalami kenaikan

seiring kebutuhan liburan akhir tahun. Penyedia jasa akan memanfaatkan

momentum ini untuk melakukan peningkatan tarif. Namun, tekanan inflasi

Sulawesi Barat diperkirakan masih cukup terkendali dalam rentang 1,8% - 2,2%

(yoy).

Inflasi Sulawesi Barat diperkirakan berada di bawah rentang target 3,5%±1%.

Fluktuasi harga ikan masih menjadi sumber tekanan inflasi Sulawesi Barat. Hal

ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor produksi baik teknis maupun non teknis

yang berdampak pada keterbatasan pasokan. Penyesuaian tarif angkutan udara

pada awal tahun juga memberikan tekanan meski tidak signifikan. Tingkat

konsumsi masyarakat yang tidak mengalami kenaikan secara signifikan

berdampak pada stabilnya inflasi. Masyarakat cenderung bersikap hati-hati

dalam mengantisipasi tren harga CPO yang belum membaik.

Page 17: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 xvii

TABEL INDIKATOR EKONOMI

Produk Domestik Regional Bruto & Inflasi

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

I II III IV I II III IV I II

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Sisi Permintaan

Harga Konstan (Rp Miliar)

Konsumsi Rumah Tangga 13.290,3 13.966,4 3.531,6 3.672,7 3.681,1 3.747,5 3.756,6 3.873,2 3.856,5 3.893,9 3.890,9 4.056,2

Konsumsi Lembaga Non Profit RT 191,7 201,2 51,1 52,1 54,0 53,5 52,9 54,8 55,8 57,9 60,2 61,0

Konsumsi Pemerintah 4.364,7 4.622,9 667,3 1.071,3 1.447,1 1.642,1 634,0 1.179,3 1.762,1 1.790,3 672,6 1.256,8

Investasi 7.182,9 7.984,4 1.993,6 2.112,2 2.210,3 2.332,8 2.122,8 2.241,7 2.369,9 2.462,5 2.233,2 2.358,8

Ekspor Luar Negeri 3.699,2 3.696,6 844,7 1.232,1 1.066,2 676,7 1.335,3 1.391,3 1.336,0 3.013,5 1.707,5 1.855,2

Impor Luar Negeri 10.394 274.029 139.723 21.020 4.659 6.896 49.529 3.341 5.468 3.717 7.708 3.911

Net Ekspor Daerah -2.846,4 -2.639,5 -112,3 -1.067,9 -914,1 -581,0 -634,5 -1.161,7 -1.297,3 -2.851,6 -918,1 -1.648,9

Total PDRB 25.964,4 27.524,8 6.847,8 7.125,7 7.498,0 7.875,7 7.229,4 7.590,5 8.062,2 8.294,4 7.606,2

Pertumbuhan Tahunan (% yoy)

Konsumsi Rumah Tangga 5,05 5,09 3,76 4,42 4,05 6,83 6,37 5,46 4,77 3,91 3,58 4,72

Konsumsi Lembaga Non Profit RT -1,40 4,96 5,77 5,96 5,12 2,11 3,46 5,05 3,42 8,32 13,96 11,31

Konsumsi Pemerintah 11,12 5,92 4,79 -3,31 17,54 -0,29 -4,98 10,08 21,76 9,03 6,09 6,57

Investasi 6,78 11,16 7,48 7,67 7,83 10,14 6,48 6,13 7,22 5,56 5,20 5,23

Ekspor Luar Negeri 46,05 -0,07 -2,45 23,30 72,06 -44,15 58,08 12,92 25,30 345,29 27,88 33,34

Impor Luar Negeri 8,79 2.536,47 1.340,16 -26,90 -94,95 -95,19 -64,55 -84,10 17,37 -46,11 -84,44 17,04

Net Ekspor Daerah 36,10 -7,27 -77,70 56,76 177,43 -48,37 465,21 8,78 41,93 390,83 44,70 41,94

Total PDRB 7,31 6,01 7,62 5,28 7,10 6,54 5,57 6,52 7,52 5,32 5,24 4,91

Sisi Penawaran

Harga Konstan (Rp Miliar)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 10.313,5 10.734,1 2.754,4 2.902,8 2.872,8 2.944,2 2.861,1 3.059,9 3.084,4 3.138,8 3.029,2 3.132,5

Pertambangan dan Penggalian 557,7 618,4 156,0 153,1 173,9 180,9 164,7 169,1 188,1 190,1 177,9 177,6

Industri Pengolahan 2.966,3 2.893,3 778,9 723,5 779,9 847,0 852,6 827,2 860,0 821,3 895,2 880,4

Pengadaan Listrik dan Gas 15,7 18,8 5,0 5,1 5,2 5,3 5,3 5,5 5,6 5,8 5,7 6,0

Pengadaan Air 42,8 45,5 11,4 12,4 13,1 13,2 13,4 13,4 13,7 14,0 13,9 15,0

Konstruksi 2.013,4 2.231,9 508,1 552,0 611,8 712,2 539,7 585,3 660,9 746,3 572,6 618,3

Perdagangan Besar dan Eceran 2.589,5 2.719,5 687,0 730,8 716,0 738,2 711,0 769,2 779,7 787,7 750,6 799,7

Transportasi dan Pergudangan 422,6 447,1 104,7 113,9 125,4 129,4 120,9 129,2 123,6 126,4 125,6 131,6

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 62,1 67,9 16,5 16,7 17,4 18,4 17,3 18,2 19,1 19,9 19,4 19,3

Informasi dan Komunikasi 1.151,3 1.258,0 317,0 349,9 355,2 361,3 358,6 366,2 374,8 392,5 388,4 417,1

Jasa Keuangan dan Asuransi 508,8 584,6 151,2 160,7 157,3 165,8 163,6 164,8 168,9 166,9 162,5 174,7

Real Estate 721,6 764,5 194,7 198,1 201,9 204,8 206,3 211,1 214,5 218,2 220,3 225,8

Jasa Perusahaan 23,1 24,1 5,9 6,2 6,5 6,7 6,2 6,6 6,7 6,6 6,5 6,8

Administrasi Pemerintahan 2.215,2 2.504,1 509,8 535,4 741,7 794,4 519,7 557,6 807,9 879,0 524,6 583,9

Jasa Pendidikan 1.361,4 1.509,8 372,3 377,6 415,3 438,1 392,1 396,2 432,2 450,3 402,6 439,3

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 512,0 572,5 143,0 146,3 159,0 159,5 154,1 157,2 167,8 174,0 158,8 165,7

Jasa lainnya 487,3 530,7 132,0 141,3 145,5 156,2 142,8 154,1 154,2 156,6 154,8 169,5

Inflasi

Indeks Harga Konsumen 122,78 125,52 127,24 128,92 129,55 130,28 130,57 132,37 132,08 132,62 131,82 133,08

Laju Inflasi Tahunan (% yoy) 5,07 2,23 4,10 4,19 4,53 3,79 2,62 2,68 1,95 1,80 0,96 0,54

Laju Inflasi Tahun Berjalan (% ytd) 5,07 2,23 1,37 2,71 3,21 3,79 0,22 1,74 1,38 1,80 -0,60 0,35

20192018

INDIKATOR

2017

2015 2016

Page 18: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

xviii LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Stabilitas Keuangan & Sistem Pembayaran

Sumber: Laporan Bank Umum dan Bank Indonesia, diolah

I II III IV I II III IV I II

Stabilitas Keuangan

Perbankan

Nominal (Rp Miliar)

Total Aset 5.135,5 6.122,5 6.152,7 6.600,7 6.714,1 7,175,0 7.178,2 7.461,3 7.587,8 7.927,1 8.014,2 8.462,9

Total DPK 3304,6 3475,9 3944,1 4144,6 4023,3 3985,3 4344,9 4.777,0 4.768,8 4.404,5 4.890,3 5.322,8

Giro 477,6 439,4 1.111,5 1.019,4 946,3 430,3 1242,3 1.453,4 1.311,5 503,5 1.439,0 1.755,2

Tabungan 2529,9 2679,8 2400,5 2621,7 2588,6 2982,0 2584,9 2.792,9 2.926,0 3.434,5 2.930,5 3.072,1

Deposito 297,0 356,7 432,1 503,4 488,5 572,9 517,7 530,7 531,2 466,6 520,8 495,5

Total Kredit (Lokasi Proyek) 6530,8 7826,9 8025,6 8336,6 8339,4 9392,7 9622,2 10.154,9 10.508,4 11.086,5 11.347,4 11.672

Kredit Modal kerja (Lokasi Proyek) 1980,9 2243,2 2321,0 2444,8 2432,4 2665,0 2722,9 2.922,2 3.005,1 3.280,2 3.258,4 3.453

Kredit Investasi (Lokasi Proyek) 1.090,1 1.266,7 1.313,4 1.285,9 1.271,6 1.732,3 1.761,3 1.890,7 1.971,7 2.138,3 2.318,6 2.337

Kredit Konsumsi (Lokasi Proyek) 3459,9 4317,1 4391,2 4605,9 4635,4 4995,4 5138,0 5.342,1 5.531,7 5.668,0 5.770,4 5.882

Kredit UMKM (Lokasi Proyek) 2.718,5 3.088,8 3.199,4 3.308,8 3.213,2 3.353,0 3.424,0 3.699,3 3.833,8 4.079,1 4.264,6 4.444,0

Risiko Keuangan

NPL Gross (%)

Total Kredit (Lokasi Proyek) 2,07 1,91 1,91 1,95 1,80 1,59 1,59 1,81 1,85 1,76 1,89 1,76

Kredit Modal kerja (Lokasi Proyek) 2,87 3,07 3,54 3,55 3,53 2,73 2,86 3,32 3,58 3,30 3,79 3,07

Kredit Investasi (Lokasi Proyek) 2,48 1,70 2,65 2,52 1,89 2,01 1,68 1,91 1,74 1,62 1,40 1,63

Kredit Konsumsi (Lokasi Proyek) 0,63 0,41 0,83 0,94 0,82 0,82 0,88 0,96 0,95 0,94 1,00 1,05

Kredit UMKM (Lokasi Proyek) 2,74 2,35 3,60 3,58 3,71 3,08 3,10 3,56 3,67 3,39 3,61 3,14

Sistem Pembayaran

Sistem Pembayaran Tunai

Nominal (Rp Miliar)

In Flow 49,2 142,3 284,1 131,3 213,8 114,3 236,9 157,3 111,61 100,37 140,38 129,72

Out Flow 647,1 370,3 254,2 896,8 479,9 955,4 476,3 1260,4 -946,34 874,96 446,33 1003,44

Net Flow -597,8 -228,0 29,9 -765,5 -266,1 -841,1 -239,3 -1103,1 -834,73 -774,59 -305,95 -873,72

Sistem Pembayaran Non Tunai

Nominal Kliring (Rp Miliar) 9,6 14,1 41,9 9,1 18,1 13,3 10,3 5,6 6,4 6,5 6,9 7,5

Jumlah Warkat Kliring 138 295 245 242 310 253 312 233 228 231 216 207

2018 2019

INDIKATOR

2017

2015 2016

Page 19: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 1

1. Perkembangan Ekonomi

BAB 01 PERKEMBANGAN EKONOMI

Page 20: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

2 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

1.1. Kondisi Umum

Perlambatan ekonomi Sulawesi Barat berlanjut pada triwulan II 2019. Tingkat pertumbuhan tercatat

4,91% (yoy) pada triwulan II 2019 melambat dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 5,24% (yoy) (Grafik

1.1). Tren perlambatan terpantau sejak triwulan IV 2018. Hal ini tidak lepas perlambatan sektor

pertanian sebagai mesin pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat. Untuk triwulan II 2019, produksi

tanaman pangan telah melewati periode puncak mempengaruhi kinerja sektoral. Realisasi pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Barat triwulan II 2019 juga berada di bawah pertumbuhan nasional dengan realisasi

5,05% (yoy).

Perlambatan pertumbuhan ekonomi triwulan II 2019 turut menjadikan Sulawesi Barat sebagai

provinsi dengan realisasi terendah di kawasan Sulawesi. Ekonomi kawasan Sulawesi tumbuh 6,76%

(yoy) pada triwulan II 2019 meningkat dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 6,54% (yoy). Provinsi

Sulawesi Selatan merupakan satu-satunya daerah yang mengalami akselerasi pertumbuhan, sedangkan

provinsi lain mengalami perlambatan. Tingkat pertumbuhannya mencapai 7,46% (yoy) pada triwulan II

2019 (Tabel 1.1).

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan

(%yoy)

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan

Sulawesi (%yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Ekonomi Sulawesi Barat diperkirakan menguat pada triwulan III 2019. Secara historis, produksi

perkebunan terutama komoditas Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit akan mengalami kenaikan pada

triwulan III. Korporasi akan memanfaatkan momentum ini sebagai bentuk kompensasi penurunan harga

Crude Palm Oil (CPO) global. Percepatan proyek pembangunan Pemerintah akan didukung dana

transfer sebagai sumber dana. Sehubungan dengan hal tersebut, ekonomi Sulawesi Barat diperkirakan

tumbuh berkisar 6,4% 6,8% (yoy).

1.2. Sisi Permintaan

Penguatan komponen konsumsi Rumah Tangga (RT) dan Pemerintah tertahan aktivitas

perdagangan antar daerah. Periode Ramadhan menstimulus masyarakat untuk berbelanja lebih

banyak terutama sandang dan bahan makanan. Peningkatan daya beli ini juga didukung pencairan

Tunjangan Hari Raya (THR) serta perbaikan harga TBS pada triwulan II 2019. Meskipun mengalami

4,91

5,05

4,0

4,5

5,0

5,5

6,0

6,5

7,0

7,5

8,0

8,5

9,0

5.000

5.500

6.000

6.500

7.000

7.500

8.000

8.500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

PDRB Sulbar

Pertumbuhan Sulbar (yoy) - rhs

Pertumbuhan Nasional (yoy) - rhs

Rp miliar %

Provinsi Triwulan I-2019 Triwulan II-2019

Sulawesi Utara 6,59 5,48

Sulawesi Tengah 6,98 6,62

Sulawesi Selatan 6,54 7,46

Sulawesi Tenggara 6,37 6,30

Gorontalo 6,74 6,69

Sulawesi Barat 5,24 4,91

Sulawesi 6,54 6,76

Page 21: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 3

penguatan, pola belanja Pemerintah masih belum banyak berubah dengan indikasi tingginya realisasi

belanja pegawai hingga triwulan II 2019. Akselerasi pertumbuhan seluruh komponen pengeluaran

tertahan dari komponen net ekspor antar daerah. Kebutuhan barang masyarakat yang mengalami

kenaikan pada triwulan II 2019 harus dipasok dari luar wilayah Sulawesi Barat. Hal ini tergambar andil

pertumbuhan komponen ekspor antar daerah yang tercatat negatif (Tabel 1.2).

Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat Sisi Permintaan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Konsumsi RT dan Investasi masih mendominasi struktur ekonomi Sulawesi Barat triwulan II 2019.

Pengaruh komponen konsumsi RT cukup kuat dalam pembentukan ekonomi Sulawesi Barat dimana

pangsanya tercatat sebesar 51,9%. Realisasi investasi perlu mendapatkan perhatian khusus karena

bobotnya sebesar 30,3% terhadap ekonomi Sulawesi Barat. Untuk konsumsi Pemerintah, percepatan

belanja Pemerintah menyebabkan kenaikan pangsanya menjadi 17,9% pada triwulan II 2019 (Grafik

1.2).

TOTAL TOTAL I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I II

KONSUMSI RUMAH TANGGA 5,05 5,09 3,76 4,42 4,05 6,83 4,77 6,37 5,46 4,77 3,91 5,11 3,58 4,72

KONSUMSI LNPRT -1,40 4,96 5,77 5,96 5,12 2,11 4,70 3,46 5,05 3,42 8,32 5,08 13,96 11,31

KONSUMSI PEMERINTAH 11,12 5,92 4,79 -3,31 17,54 -0,29 4,43 -4,98 10,08 21,76 9,03 11,14 6,09 6,57

PEMBENTUKAN MODAL TETAP DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PMTDRB) 6,78 11,16 7,48 7,67 7,83 10,14 8,32 6,48 6,13 7,22 5,56 6,34 5,20 5,23

PERUBAHAN PERSEDIAAN -64,89 -136,00 -82,56 -147,24 -37,15 -91,17 -264,72 2,63 -79,40 -63,41 -723,89 -203,20 -352,48 85,10

EKSPOR LUAR NEGERI 46,05 -0,07 -2,45 23,30 72,06 -44,15 3,33 58,08 12,92 25,30 345,29 85,25 27,88 33,34

IMPOR LUAR NEGERI 8,79 2.536,47 1.340,16 -26,90 -94,95 -95,19 -37,12 -64,55 -84,10 17,37 -46,11 -63,98 -84,44 17,04

NET EKSPOR ANTAR DAERAH 36,10 -7,27 -77,70 56,76 177,43 -48,37 1,35 465,21 8,78 41,93 390,83 122,23 44,70 41,94

TOTAL PDRB 7,31 6,01 7,62 5,28 7,10 6,54 6,62 5,57 6,52 7,52 5,32 6,23 5,24 4,91

TOTAL TOTAL I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I II

KONSUMSI RUMAH TANGGA 52,20 52,54 52,77 53,51 51,30 48,88 51,51 54,06 52,21 49,23 48,57 50,89 52,9 51,9

KONSUMSI LNPRT 0,75 0,76 0,78 0,77 0,76 0,71 0,75 0,75 0,73 0,71 0,72 0,73 0,8 0,8

KONSUMSI PEMERINTAH 18,27 18,87 11,15 17,11 21,95 23,47 18,72 9,77 17,46 24,66 24,25 19,37 9,9 17,9

PEMBENTUKAN MODAL TETAP DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PMTDRB) 28,99 30,12 29,97 30,51 30,19 30,16 30,21 29,98 29,78 29,84 30,50 30,03 30,5 30,3

PERUBAHAN PERSEDIAAN 0,10 -0,14 0,24 1,31 -0,75 0,20 0,23 0,23 0,27 -0,27 -0,87 -0,18 -0,5 0,5

EKSPOR LUAR NEGERI 12,78 12,99 13,22 17,71 13,53 8,30 13,04 14,91 14,05 13,13 25,09 16,94 14,0 16,2

IMPOR LUAR NEGERI 0,05 1,00 2,10 0,30 0,08 0,09 0,60 0,75 0,05 0,08 0,05 0,22 0,1 0,1

NET EKSPOR ANTAR DAERAH -13,03 -14,13 -6,04 -20,62 -16,92 -11,63 -13,86 -8,95 -14,46 -17,22 -28,20 -17,56 -7,4 -17,5

TOTAL PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

TOTAL TOTAL I II III IV TOTAL I II III IV TOTAL I II

KONSUMSI RUMAH TANGGA 2,64 2,60 2,01 2,30 2,05 3,24 2,42 3,29 2,81 2,34 1,86 2,55 1,86 2,41

KONSUMSI LNPRT -0,01 0,04 0,04 0,04 0,04 0,01 0,03 0,03 0,04 0,02 0,06 0,04 0,10 0,08

KONSUMSI PEMERINTAH 1,81 0,99 0,48 -0,54 3,08 -0,07 0,74 -0,49 1,52 4,20 1,88 1,83 0,53 1,02

PEMBENTUKAN MODAL TETAP DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PMTDRB) 1,89 3,09 2,18 2,22 2,29 2,91 2,41 1,89 1,82 2,13 1,65 1,87 1,53 1,54

PERUBAHAN PERSEDIAAN -0,71 -0,48 -0,86 3,42 0,35 -1,53 0,32 0,00 -0,83 0,36 -1,01 -0,38 -0,58 0,17

NET EKSPOR IMPOR (TOTAL) 1,70 -0,23 3,77 -2,16 -0,72 1,97 0,69 0,85 1,17 -1,52 0,88 0,33 1,80 -0,31

TOTAL PDRB 7,31 6,01 7,62 5,28 7,10 6,54 6,62 5,57 6,52 7,52 5,32 6,23 5,24 4,91

2019

2019

2019

ANDIL PERTUMBUHAN (%)

2015

PERTUMBUHAN YOY (%)

2015

PANGSA (%)

2015

2018

2018

2018

2016

2016

2016

2017

2017

2017

Page 22: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

4 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Grafik 1.2. Struktur Ekonomi

Sulawesi Barat Sisi Permintaan

Grafik 1.3. Andil Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Sisi

Permintaan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Ekonomi Sulawesi Barat akan menguat seiring percepatan realisasi belanja Pemerintah dan

peningkatan ekspor komoditas pada triwulan III 2019. Pemerintah Daerah berupaya mempercepat

realisasi belanja dalam rangka mengejar target pembangunan. Hal ini diindikasikan rendahnya realisasi

komponen belanja modal yang berkaitan erat dengan pembangunan daerah. Demand CPO yang berasal

dari negara importir masih akan cukup kuat. Korporasi akan berupaya mengoptimalisasi kapasitas

industri dalam rangka kompensasi penurunan harga CPO.

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga

Pengaruh Hari Besar Keagamaan mendorong penguatan konsumsi RT pada triwulan II 2019.

Komponen pengeluaran ini tumbuh sebesar 4,72% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan I 2019

sebesar 3,58% (yoy). Secara musiman, periode puasa dan lebaran mempengaruhi sentimen positif bagi

tingkat konsumsi RT. Momentum ini didukung dengan perbaikan daya beli melalui perbaikan harga

komoditas dan pencairan THR. Harga TBS kelapa sawit berumur 10 tahun triwulan II 2019 tercatat

Rp 1.024,59/kg mengalami sedikit peningkatan dibandingkan triwulan I 2019 sebesar Rp 969,47/kg.

Grafik 1.4. Perkembangan Konsumsi RT Grafik 1.5. Kondisi Ekonomi Dibandingkan 6 Bulan Lalu

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan survei konsumen, tingkat penghasilan masyarakat masih cukup baik (indeks ≥ 100) dimana

indeksnya tercatat sebesar 108 pada triwulan II 2019 (Grafik 1.5). Daya beli masyarakat yang membaik

Konsumsi

RT

51,9%

Konsumsi

LNPRT

0,8%

Konsumsi

Pemerinta

h

17,9%

Investasi

30,3%

5.603

5.867

3,58

4,72

1,86

2,41

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Konsumsi RT Pert. Konsumsi RT - rhs Andil Pertumbuhan - rhs

Rp miliar

% yoy

40

60

80

100

120

140

160

180

200

Feb-16

Apr-16

Jun-16

Aug-16

Oct-16

Dec-16

Feb-17

Apr-17

Jun-17

Aug-17

Oct-17

Dec-17

Feb-18

Apr-18

Jun-18

Aug-18

Oct-18

Dec-18

Feb

-1

9

Ap

r-1

9

Ju

n-1

9

Indeks Penghasilan Konsumen

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan LamaIndeks

5,5

8,6

6,4

8,6

6,1

4,6

5,7

7,6 7,6

5,3

7,16,5

5,6

6,5

7,5

5,3 5,2 4,9

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Konsumsi RT

Konsumsi LNPRT

Konsumsi Pemerintah

Investasi

Perubahan Persediaan

Net Ekspor Impor

PDRB

%

Page 23: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 5

mendorong penguatan belanja barang kebutuhan tahan lama. Indeksnya tercatat 131 pada triwulan II

2019 meningkat dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 94. Indikator ini sejalan dengan penjualan mobil

yang mengalami kenaikan sekitar 19,43% (yoy) pada triwulan II 2019 (Grafik 1.7). Ketersediaan

lapangan kerja masih cukup baik dimana indeksnya tercatat 145 pada triwulan II 2019 meningkat

dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 140.

Penyaluran kredit konsumsi triwulan II 2019 mengalami penurunan. Realisasi kredit konsumsi

tumbuh sebesar 10,11% (yoy) pada triwulan II 2019 menurun dibandingkan triwulan I 2019 sebesar

12,31% (yoy). Jika ditinjau lebih lanjut, beberapa jenis kredit yang mengalami penurunan adalah kredit

multiguna, kredit kendaraan bermotor, dan kredit pemilikan rumah. Kredit multiguna mengalami

penurunan dari 5,13% (yoy) pada triwulan I 2019 menjadi 1,98% (yoy) pada triwulan II 2019. Untuk

kredit pemilikiran rumah, tingkat pertumbuhannya tercatat 23,45% (yoy) pada triwulan II 2019 masih

lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 27,25% (yoy) (Grafik 1.6).

Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Konsumsi Grafik 1.7. Perkembangan Penjualan Mobil

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Liaison, diolah

Normalisasi kebutuhan RT mempengaruhi perlambatan konsumsi pada triwulan III 2019. Paska

periode puasa dan lebaran yang telah usai menyebabkan tingkat permintaan masyarakat kembali

normal. Pelaksanaan hari raya Idul Adha yang berada pada triwulan III 2019 tidak akan berpengaruh

signifikan. Masyarakat akan kembali menyimpan penghasilannya dalam rangka antisipasi kebutuhan

tidak terduga dan penurunan harga komoditas.

1.2.2 Konsumsi Pemerintah

Akselerasi belanja pemerintah mendorong peningkatan konsumsi RT triwulan II 2019. Realisasinya

tercatat 6,57% (yoy) pada triwulan II 2019 meningkatn dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 6,09%

(yoy). Sejalan dengan penguatan tersebut, andil pertumbuhan komponen ini mengalami kenaikan dari

0,53% (yoy) pada triwulan I 2019 menjadi 1,02% (yoy) pada triwulan II 2019 (Grafik 1.8).

5.882

10,11

0

5

10

15

20

25

30

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Kredit Konsumsi Pert. Kredit Konsumsi - rhsRp miliar % yoy

1,88

19,43

94,0

117

0

20

40

60

80

100

120

140

-60,00

-40,00

-20,00

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Pert. Penjualan Mobil (% yoy)

Indeks Konsumsi Barang Kebutuhan Tahan Lama - skala kanan% yoy indeks

Page 24: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

6 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Grafik 1.8. Perkembangan Konsumsi Pemerintah

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Meski menguat, belanja pemerintah masih relatif rendah hingga triwulan II 2019. Realisasi belanja

APBD non kumulatif triwulan II 2019 sebesar 21,85% mengalami kenaikan dibandingkan triwulan I

2019 sebesar 6,39% (Grafik 1.9). Dengan kata lain, belanja secara kumulatif hingga triwulan II 2019

baru mencapai 28,24%. Jika ditinjau dari indikator lain, giro Pemerintah tercatat sebesar Rp 1,54 triliun

atau tumbuh 27,9% (yoy) pada triwulan II 2019 (Grafik 1.10). Penyaluran dana perimbangan dari

Pemerintah mempengaruhi peningkatan giro pada periode tersebut. Pemerintah Daerah perlu

mempercepat realisasi program kerja terutama belanja modal yang baru mencapai 8,48% pada triwulan

II 2019. Penguatan belanja ini juga harus didukung dengan nilai tambah terhadap perekonomian

Sulawesi Barat. Hal ini tidak lepas dari aktivitas perekonomian yang masih bergantung dari dana

Pemerintah.

Grafik 1.9. Realisasi Belanja Pemerintah

Daerah Provinsi Sulawesi Barat

Grafik 1.10. Perkembangan Giro Pemerintah

Daerah di Perbankan Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah

Provinsi Sulawesi Barat, diolah

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Konsumsi Pemerintah diperkirakan mengalami akselerasi pada triwulan II 2019. Pemerintah Daerah

akan berupaya untuk mengejar rendahnya belanja pada triwulan I 2019. Proses konsolidasi program

kerja dan proses pengadaan yang telah selesai diharapkan dapat menjadi faktor pendorong realisasi

belanja terutama proyek infrastruktur strategis. Alokasi belanja modal yang meningkat sekitar Rp 140

miliar merupakan peluang bagi Pemerintah Daerah sebagai modal pembangunan yang bernilai tambah

bagi perekonomian.

Percepatan belanja pemerintah akan berlanjut hingga triwulan III 2019. Pemerintah akan berupaya

mempercepat belanja modal yang memiliki daya serap yang rendah. Selain itu, komponen lain seperti

673

1.257

6,096,57

0,531,02

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Konsumsi Pemerintah Pert. Konsumsi Pemerintah - rhs

Andil Pertumbuhan - rhs

Rp miliar % (yoy)

587

12,97

21,85%

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Belanja

Pert. Belanja - rhs

Realisasi Belanja Non Kumulatif - rhs

%Rp miliar

1.248

1.540

17,8

27,9

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Giro Pemerintah Pert. Giro Pemerintah - rhsRp miliar %

Page 25: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 7

Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik juga akan dipercepat. Hal ini tidak lepas dari proses administrasi yang

telah selesai dilaksanakan. Pelaksanaan pembangunan ini diharapkan dapat memberikan pengaruh

yang kuat dalam mendorong produktivitas komoditas unggulan Sulawesi Barat.

1.2.3 Investasi

Grafik 1.11. Perkembangan Investasi

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Investasi mengalami peningkatan pada triwulan II 2019. Realisasi pertumbuhan komponen ini

sebesar 5,23% (yoy) pada triwulan II 2019 menguat dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 5,20% (yoy)

(Grafik 1.11). Akselerasi pertumbuhan yang tidak terlalu signifikan menyebabkan andilnya hanya

menguat 0,01% (yoy) dibandingkan triwulan I 2019. Penguatan ini tidak lepas dari investasi pemerintah

melalui dana perimbangan sebagai sumber dana pembangunan. Namun, realisasi investasi swasta

tercatat mengalami penurunan baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri. Penanaman

modal asing tercatat mengalami penurunan dari $5,66 juta USD pada triwulan I 2019 menjadi $1,33

juta USD pada triwulan II 2019. Untuk investasi dalam negeri, realisasinya tercatat Rp 271,64 miliar pada

triwulan II 2019 menurun dibandingkan Rp 457,16 miliar pada triwulan I 2019 (Grafik 1.13).

Pengembangan sektor perkebunan khususnya pengolahan CPO menjadi pilihan bagi investor dalam

negeri, sedangkan sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi merupakan pilihan investor luar

negeri. Sejalan dengan penurunan realisasi investasi, penyaluran kredit juga mengalami penurunan.

Tingkat pertumbuhannya tercatat 23,59% (yoy) pada triwulan II 2019 menurun dibandingkan triwulan

I 2019 yang mampu tumbuh 31,64% (yoy) (Grafik 1.12).

Grafik 1.12. Perkembangan Kredit

Investasi

Grafik 1.13. Realisasi Penanaman Modal

2.2332.359

5,20 5,23

1,53 1,54

0

2

4

6

8

10

12

14

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Investasi Pertumbuhan Investasi - rhs Andil Pertumbuhan - rhs

Rp miliar %, yoy

2.337

23,59

0

10

20

30

40

50

60

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Kredit Investasi Pert. Kredit Investasi - rhsRp miliar % yoy

0

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

0,0

200.000,0

400.000,0

600.000,0

800.000,0

1.000.000,0

1.200.000,0

1.400.000,0

1.600.000,0

1.800.000,0

2.000.000,0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Penanaman Modal Dalam Negeri Penanaman Modal Asing - skala kananRp (Juta) USD (ribu)

Page 26: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

8 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah

Penguatan investasi diperkirakan menguat pada triwulan III 2019. Pelaksanaan proyek infrastruktur

pemerintah sejalan dengan selesainya administrasi pengajuan proposal Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik.

Investasi swasta diperkirakan belum mengalami peningkatan signifikan seiring sikap hati-hati korporasi

yang dipengaruhi penurunan harga komoditas CPO.

1.2.4 Ekspor LN

Aktivitas ekspor LN mengalami peningkatan pada triwulan II 2019. Realisasi pertumbuhan tercatat

33,34% (yoy) pada triwulan II 2019 menguat dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 27,88% (yoy)

(Grafik 1.14). Akselerasi ini turut mempengaruhi penambahan sumbangan ekonomi Sulawesi Barat

menjadi 6,11% (yoy) pada triwulan II 2019. Volume perdagangan ekspor yang meningkat tidak lepas

dari penambahan permintaan dari negara importir.

Grafik 1.14. Perkembangan Ekspor LN

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Orientasi negara importir masih didominasi oleh Tiongkok dan India. Tiongkok merupakan negara

yang memiliki pangsa terbesar yaitu 36,83%, sedangkan India mempengaruhi sekitar 27,51% (Grafik

1.15). Pengaruh perang dagang berdampak pada penurunan harga komoditas menjadi $ 476,38

USD/metric ton pada triwulan II 2019 dimana harga tersebut mengalami kontraksi sebesar 20,75% (yoy)

(Grafik 1.16).

Grafik 1.15. Negara Tujuan Ekspor CPO Grafik 1.16. Perkembangan Harga CPO Dunia

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank, diolah

27,8833,34

5,15 6,11

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0,00

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

3.000,00

3.500,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Ekspor LN Pertumbuhan Ekspor LN - rhs

Andil Pertumbuhan - rhs

Rp miliar%yoy

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Filipina India Pakistan Tiongkok Republik Korea Other Asia%

476,38

-20,75

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

700,00

800,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Harga CPO Pert. Harga CPO - rhsUSD/metric ton % yoy

Page 27: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 9

Ekspor diperkirakan melambat pada triwulan III 2019. Normalisasi kebutuhan minyak nabati yang

berasal dari Tiongkok dapat menurunkan volume perdagangan. Indikasinya sejalan dengan penurunan

CLI tiongkok yang memasuki fase kontraksi (CLI < 100). Di sisi lain, upaya negosiasi Pemerintah

Indonesia terhadap kebijakan tarif impor CPO India dapat berjalan sebagai stimulus perdagangan.

1.3. Sisi Penawaran

Pelemahan Lapangan Usaha (LU) utama berdampak pada perlambatan ekonomi Sulawesi Barat

triwulan II 2019. Dua sektor utama Sulawesi Barat yaitu pertanian dan perdagangan mencatatkan

perlambatan kinerja pada triwulan II 2019. Tingkat pertumbuhan LU pertanian tercatat 2,37% (yoy)

pada triwulan II 2019 lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 dengan nilai 5,87% (yoy). Produksi

komoditas tanaman bahan makanan yang telah melewati masa puncak merupakan faktor pendorong.

Sejalan dengan hal tersebut, volume perdagangan komoditas ikut menurun yang ditopang penguatan

perdagangan besar dan eceran (Tabel 1.3).

Tabel 1.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sulawesi Barat Sisi Penawaran

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sumber pertumbuhan Sulawesi Barat masih didominasi LU pertanian. Pengaruh LU pertanian

mencapai 42,4% terhadap struktur ekonomi Sulawesi Barat. Produksi tanaman pangan, perkebunan,

dan perikanan merupakan LU unggulan meskipun proses hilirisasi masih terbatas. Sejalan dengan hal

tersebut, aktivitas perdagangan yang meliputi komoditas dan besar & eceran memiliki pangsa sebesar

10,5%. LU industri pengolahan yang mengalami akselerasi pertumbuhan berdampak pada

penambahan porsinya menjadi 9,8% pada triwulan II 2019 (Grafik 1.17).

I II III IV I II III IV I II

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,74 4,08 9,24 6,50 5,71 6,31 6,90 3,87 5,41 7,36 6,61 5,84 5,87 2,37

Pertambangan dan Penggalian 8,06 10,89 16,94 -0,10 7,43 6,45 7,35 5,58 10,44 8,20 5,13 7,26 7,96 5,07

Industri Pengolahan 11,15 -2,46 8,95 5,16 11,71 6,91 8,15 9,47 14,34 10,26 -3,04 7,41 4,99 6,43

Pengadaan Listrik dan Gas 8,29 19,66 10,66 7,69 8,54 11,49 9,59 4,64 7,93 8,43 7,68 7,19 8,80 10,09

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 9,23 6,24 3,48 9,24 14,68 12,48 10,05 18,02 8,34 4,43 5,64 8,81 3,21 11,73

Konstruksi 8,84 10,85 6,77 7,25 7,92 5,61 6,82 6,22 6,04 8,04 4,79 6,22 6,09 5,64

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5,22 5,02 6,18 6,81 4,66 4,82 5,61 3,50 5,24 8,89 6,71 6,11 5,57 3,98

Transportasi dan Pergudangan 7,20 5,78 4,52 1,96 7,40 9,20 5,87 15,45 13,47 -1,43 -2,27 5,66 3,94 1,84

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,69 9,33 5,51 -0,24 -0,30 1,60 1,55 5,09 8,58 9,58 8,30 7,92 11,96 6,36

Informasi dan Komunikasi 10,87 9,26 2,79 11,14 12,14 13,62 9,97 13,14 4,66 5,52 8,63 7,86 8,30 13,91

Jasa Keuangan dan Asuransi 6,26 14,90 10,11 3,55 5,36 16,08 8,61 8,24 2,56 7,34 0,66 4,60 -0,71 6,02

Real Estate 5,01 5,94 3,64 3,98 4,78 5,94 4,59 5,95 6,55 6,22 6,53 6,31 6,78 6,98

Jasa Perusahaan 7,63 4,62 0,20 4,30 8,02 8,59 5,33 4,69 6,73 2,48 -1,21 3,06 5,42 3,40

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 11,05 13,04 1,30 -6,65 9,50 5,93 3,08 1,95 4,14 8,93 10,65 7,09 0,95 4,72

Jasa Pendidikan 6,29 10,90 9,62 6,09 5,28 4,38 6,20 5,32 4,91 4,08 2,77 4,21 2,66 10,90

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6,01 11,83 6,76 9,07 7,99 1,48 6,17 7,72 7,46 5,51 9,06 7,43 3,08 5,46

Jasa lainnya 7,14 8,90 7,82 10,24 5,30 10,09 8,36 8,17 9,02 5,93 0,28 5,67 8,46 10,02

TOTAL PDRB 7,31 6,01 7,62 5,28 7,10 6,54 6,62 5,57 6,52 7,52 5,32 6,23 5,24 4,91

PERTUMBUHAN YOY (%) 2015

2019

201820172016

2017 2018

Page 28: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

10 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Grafik 1.17. Struktur Ekonomi

Sulawesi Barat Sisi Penawaran

Grafik 1.18. Andil Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi

Barat Sisi Penawaran

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Akselerasi pertumbuhan diperkirakan terjadi pada triwulan III 2019. Produksi kelapa sawit yang

menguat akan menopang LU pertanian sejalan high season yang terjadi pada periode semester II.

Percepatan proyek pembangunan pemerintah akan memacu LU konstruksi pada triwulan mendatang.

Selain itu, korporasi akan terus berupaya mengoptimalisasi kapasitas industri dalam rangka kompensasi

penurunan harga komoditas.

1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

LU pertanian melambat pada triwulan II 2019. Nilai pertumbuhan LU ini tercatat 2,37% (yoy) pada

triwulan II 2019 melambat dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 5,87% (yoy). Produksi tanaman bahan

makanan (tabama) yang telah melewati masa puncak (triwulan I 2019). Untuk komoditas lain, produksi

TBS dan kakao menjadi penopang utama dari sub LU perkebunan meski tidak mengalami pertumbuhan

signifikan. Khusus TBS, salah satu faktor produksi yaitu curah hujan tahun sebelumnya yaitu triwulan II

2018 mengalami penurunan sebesar 351,40 mm1. Produksi buah-buahan sedikit mengalami penurunan

pada triwulan II 2019 karena sebagian jenis buah telah panen pada triwulan I 2019 (Grafik 1.19).

Grafik 1.19. Perkembangan Lapangan Usaha Pertanian

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

1 (Kamil & Omar, 2016)

Pertanian

42,43

Pertambangan

2,16

Industri

9,84

Konstruksi

7,96

Perdagangan

10,47

Informasi dan

Komunikasi

4,23

Jasa Keuangan

2,25

Real Estate

2,65

Administrasi

Pemerintahan

7,04

Jasa Pendidikan

5,24

Lainnya

5,73

5,55

8,58

6,41

8,58

6,06

4,58

5,69

7,617,62

5,28

7,10

6,54

5,57

6,52

7,52

5,325,244,91

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

(2)

(1)

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Pertanian Industri Konstruksi

Perdagangan Adm. Pemerintahan PDRB

2,37

0,96

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

5.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Pertanian Pert. Pertanian - rhs Andil Pertumbuhan - rhsRp miliar% (yoy)

Page 29: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 11

Kredit pertanian melambat pada triwulan II 2019. Tingkat pertumbuhannya tercatat 40,85 (yoy) pada

triwulan II 2019 melambat dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 48,29% (yoy) (Grafik 1.20). Penyaluran

dana masih didominasi peningkatan produktivitas kelapa sawit melalui replanting dan perbaikan pola

tanam. Kondisi ini ditempuh dalam rangka kompensasi penurunan harga CPO global (Grafik 1.21).

Grafik 1.20. Perkembangan Kredit Pertanian Grafik 1.21. Perkembangan Curah Hujan

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika,

diolah

LU pertanian diperkirakan mengalami penguatan pada triwulan III 2019. Secara musiman, produksi

kelapa sawit akan mengalami peningkatan pada semester II yang merupakan high season. Aktivitas

penangkapan ikan yang meningkat didukung arah angin dalam melaut. Pengaruh kemarau diharapkan

tidak akan berpengaruh signifikan untuk produksi buah-buahan dan palawija.

1.3.2 Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran

Perdagangan besar dan eceran mengalami perlambatan pada triwulan II 2019. Tingkat

pertumbuhan tercatat 3,08% (yoy) pada triwulan II 2019 lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019

sebesar 5,08% (yoy) (Grafik 1.22). Hasil komoditas yang telah mencapai titik optimum berdampak pada

penurunan volume perdagangan. Di sisi lain, aktivitas perdagangan besar dan eceran meningkat sejalan

dengan penguatan demand masyarkat. Indikasinya telah tergambar pada penjualan mobil yang

menguat pada triwulan II 2019 (Grafik 1.7).

Grafik 1.22. Perkembangan Lapangan Usaha

Perdagangan

Grafik 1.23. Perkembangan Kredit Sektor

Perdagangan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

1.861

40,85

0

10

20

30

40

50

60

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Kredit Pertanian Pert. Kredit Pertanian - rhsRp miliar % yoy

168

-52,2

-200

0

200

400

600

800

1.000

0

200

400

600

800

1000

1200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017 2018 2019

mm% yoy

3,98

0,40

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

400

500

600

700

800

900

1.000

1.100

1.200

1.300

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Perdagangan

Pert. Perdagangan - rhs

Andil Pertumbuhan - rhs

Rp miliar % (yoy)

2.456

12,65

-5

0

5

10

15

20

25

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Kredit Perdagangan Pert. Kredit Perdagangan - rhsRp miliar % yoy

Page 30: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

12 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Pertumbuhan kredit terpantau meningkat pada triwulan II 2019. Realisasinya tercatat 12,65%(yoy)

pada triwulan II 2019 menurun dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 13,85%(yoy) (Grafik 1.23).

Perlambatan dipengaruhi momentum penambahan skala usaha telah dilaksanakan pada triwulan I 2019

dalam rangka pemenuhan demand saat puasa Lebaran. Jika ditinjau dari sisi penggunaannya,

pengembangan usaha perdagangan besar dan eceran masih menjadi pilihan utama.

Aktivitas perdagangan diperkirakan menguat pada triwulan III 2019. Perdagangan besar dan eceran

diperkirakan mengalami pelemahan seiring normalisasi demand masyarakat paska Lebaran. Masyarakat

akan cenderung menyimpan sebagian penghasilannya dan lebih berhati-hati dalam berbelanja. Namun,

perdagangan komoditas diperkirakan menjadi penopang utama sejalan dengan peningkatan produksi.

1.3.3 Lapangan Usaha Industri Pengolahan

Akselerasi pertumbuhan LU industri pengolahan tercatat pada triwulan II 2019. Pertumbuhan LU

industri pengolahan sebesar 6,43% (yoy) pada triwulan II 2019 meningkat dibandingkan triwulan I 2019

dengan nilai 4,99% (yoy) (Grafik 1.24). Korporasi berupaya untuk mengoptimalisasi kapasitas industri

baik pemanfaatan produksi lahan perkebunan Sulbar maupun luar daerah. Hal ini ditempuh dalam

rangka pengurangan dampak penurunan harga CPO global. Indikasinya sejalan dengan hasil survei

Industri Besar dan Sedang dimana industri sektor makanan mengalami kenaikan dari 8,20% (yoy) pada

triwulan I 2019 menjadi 11,05% (yoy) pada triwulan II 2019 (Grafik 1.26). Untuk industri menengah

dan kecil, survei mencatatkan indeksnya meningkat dari 25,22% (yoy) pada triwulan I 2019 menjadi

42,38% (yoy). Beberapa industri yang mengalami penguatan antara lain seperti industri makanan,

industri minuman, dan pakaian jadi. Peningkatan demand masyarakat turut mendorong volume

produksi industri menengah kecil tersebut.

Grafik 1.24. Perkembangan Lapangan Usaha

Industri Pengolahan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

6,43

0,70

-10

-5

0

5

10

15

20

25

300

400

500

600

700

800

900

1.000

1.100

1.200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Industri Pert. Industri - rhs Andil Pertumbuhan - rhs

Rp miliar % (yoy)

Page 31: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 13

Grafik 1.25. Pertumbuhan Industri Mikro dan

Kecil

Grafik 1.26. Pertumbuhan Industri Besar dan

Sedang

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Realisasi kredit industri pengolahan mengalami penurunan. Nilai pertumbuhannya tercatat 69,60%

(yoy) pada triwulan II menurun dibandingkan 82,09% (yoy) pada triwulan I 2019 (Grafik 1.27).

Momentum investasi tengah memasuki masa normalisasi setelah menguat sejak triwulan II 2018.

Meskipun demikian, daya tarik pengembangan kelapa sawit masih cukup kuat karena CPO merupakan

komoditas unggulan Sulawesi Barat.

Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Industri

Pengolahan

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Penguatan LU industri pengolahan diperkirakan berlanjut pada triwulan III 2019. Produksi

pengolahan CPO masih akan menguat karena korporasi masih melanjutkan momentum optimalisasi

kapasitas industri. Hal ini juga didukung produksi TBS yang secara musim akan menguat pada semester

II. Indikasi ini sejalan dengan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia.

Prompt Manufacturing Index (PMI) mencatatkan adanya kenaikan dalam level ekspansi (indeks > 50).

1.3.4 Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial

Penigkatan aktivitas Pemerintah berdampak pada akselerasi pertumbuhan LU Administrasi

Pemerintahan triwulan II 2019. Tingkat pertumbuhan LU ini tercatat 4,72% (yoy) pada triwulan II 2019

meningkat dibandingkan trriwulan I 2019 sebesar 0,95% (yoy). Penyaluran dana perimbangan yang

telah mencapai 52,46% dari pagu merupakan faktor pendorong. Di sisi lain, Pendapatan Asli Daerah

76,94

124,53

42,38

-100

-50

0

50

100

150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017 2018 2019

IMK Makanan IMK Pakaian Jadi IMK% yoy

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017 2018 2019

Makanan Industri Besar dan Sedang% yoy

191

82,09

-100

-50

0

50

100

150

200

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018 2019

Kredit Industri Pert. Kredit Industri - rhsRp miliar % yoy

Page 32: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

14 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

(PAD) perlu mendapatkan perhatian khusus dimana realisasinya baru mencapai 39,73% pada triwulan

II 2019. Kinerja ini masih dalam kisaran yang sama jika dibandingkan triwulan II 2018. Untuk komponen

belanja Operasi, realisasi triwulan II 2019 tercatat mengalami kenaikan menjadi 34,34% dibandingkan

7,33% pada triwulan I 2019. Salah satu faktor penodrongnya adalah pelaksanaan Pemilihan Umum

yang berlangsung pada triwulan II 2019. Jika ditinjau lebih lanjut, realisasi belanja operasi triwulan II

2019 masih lebih baik dibandingkan triwulan II 2018 sebesar 29,87% (Grafik 1.28).

Grafik 1.28. Perkembangan Lapangan Usaha

Administrasi Pemerintahan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Percepatan belanja Pemerintah akan mendorong akselerasi kinerja LU administrasi Pemerintahan

pada triwulan III 2019. Rendahnya realisasi belanja operasi dan PAD pada triwulan III 2019 akan

diperbaiki terutama sejumlah proses pengadaan telah selesai dilaksanakan. Dana perimbangan sebagai

sumber dana utama akan dimanfaatkan secara optimal dalam rangka mengejar target pembangunan

Pemerintah.

1.3.5 Lapangan Usaha Konstruksi

Kinerja LU konstruksi melambat pada triwulan II 2019. Tingkat pertumbuhannya tercatat 5,64%

(yoy) pada triwulan II 2019 lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 6,09% (yoy) (Grafik

1.29). Keterbatasan pembangunan yang berasal dari pihak swasta merupakan faktor penyebabnya. Hal

ini juga sejalan dengan penurunan realisasi pengadaan semen dimana tingkat pertumbuhannya tercatat

mengalami kontraksi sebesar 13,65% pada triwulan II 2019 (Grafik 1.31). Penyaluran kredit konstruksi

juga melambat pada triwulan II 2019. Pertumbuhannya tercatat 3,03% (yoy) pada triwulan II 2019

melambat dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 4,04% (yoy) (Grafik 1.30). Di sisi lain, Pemerintah

Daerah masih melanjutkan sejumlah fokus pembangunan seperti perbaikan kualitas jalan,

pengembangan kapasitas bandara, serta penguatan tebing.

4,72

0,35

-10

-5

0

5

10

15

20

25

200

300

400

500

600

700

800

900

1.000

1.100

1.200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Adm. Pemerintahan

Pert. Adm. Pemerintahan - rhs

Andil Pertumbuhan - rhs

Rp miliar % (yoy)

Page 33: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 15

Grafik 1.29. Perkembangan Lapangan Usaha

Konstruksi

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik 1.31. Realisasi Pengadaan Semen

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Kegiatan lapangan usaha konstruksi diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan III

2019. Proses administrasi pembangunan yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik yang telah

selesai berdampak pada percepatan pelaksanaan proyek.

0

5,64

0,43

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

200

300

400

500

600

700

800

900

1.000

1.100

1.200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Konstruksi

Pert. Konstruksi - rhs

Andil Pertumbuhan - rhs

Rp miliar % (yoy)

186

3,03

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Kredit Konstruksi Pert. Kredit Konstruksi - rhsRp miliar % yoy

78

63

7,75

-13,65

-20

-10

0

10

20

30

40

50

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Realisasi Pengadaan Semen Pert. Realisasi Pengadaan Semen - rhs

ribu ton %, yoy

Page 34: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 01. PERKEMBANGAN EKONOMI

16 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Page 35: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 17

BAB 02. KEUANGAN PEMERINTAH

2. Keuangan Pemerintah

BAB 02 Keuangan Pemerintah

Page 36: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

18

BAB 02. KEUANGAN PEMERINTAH

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

2.1. Perkembangan Realisasi APBN di Sulawesi Barat

Pagu APBN Provinsi Sulawesi Barat tumbuh positif pada triwulan II 2019. Kenaikan pagu tercatat

Rp580,31 miliar dibandingkan triwulan II 2018 sebesar Rp4.785 miliar atau tumbuh 12,13% (yoy).

Secara umum, pagu APBD triwulan II 2019 sebesar adalah Rp5.336,09 miliar dan telah terealisasi

sebesar Rp1.807,56 miliar. Realisasi APBN di triwulan II tahun 2019 sebesar 8,5%, dimana capaian

tersebut tumbuh positif dibandingkan pencapaian periode yang sama pada tahun 2018 (Grafik 2.1).

Tabel 2.1. Realisasi APBN Ke Sulawesi Barat

Sumber: Kanwil Ditjen. Perbendaharaan Prov. Sulawesi Barat, diolah

Pertumbuhan pagu APBN triwulan II 2019 masih didominasi oleh komponen dana transfer. Dana

transfer tercatat Rp1,646,94 miliar atau mencapai 30,69% dari total pagu APBN 2019. Secara absolut

dana transfer memiliki jumlah yang sama dengan triwulan I 2019 yaitu sebesar Rp333,47 miliar.

Selanjutnya, pangsa pagu komponen APBN lainnya masing-masing adalah belanja barang sebesar

28,30%, belanja modal sebesar 23,41%, belanja pegawai sebesar 17,49%, dan belanja bantuan sosial

sebesar 0,11% dari total pagu APBN 2019 sebesar Rp5.336,09 miliar.

Dana transfer menjadi sumber utama pendapatan pemerintah. Pertumbuhan pagu dana transfer

tumbuh pada triwulan II 2019 sebesar 25,4% (yoy). Sedangkan penyerapan dana transfer di triwulan II

2019 dari sisi pangsa sebesar 23,86% masih lebih rendah dibandingkan triwulan II 2018 yang mencapai

28,79% dari total realisasi. Selanjutnya pangsa alokasi komponen APBN untuk belanja barang sebesar

28,30%, belanja modal sebesar 23,41%, belanja pegawai sebesar 17,49%, dan alokasi bantuan sosial

sebesar 0,11%.

Belanja

Pegawai

Belanja

Barang

Belanja

Modal

Bantuan

SosialTransfer Total

Belanja

Pegawai

Belanja

Barang

Belanja

Modal

Bantuan

SosialTransfer Total Pertumbuhan (yoy)

I 561.49 1,264.40 1,460.26 16.00 - 3,302.15 101.63 125.68 189.74 0.19 - 417.24 84.4%

II 562.76 1,301.68 1,505.38 15.99 - 3,385.81 272.22 405.61 538.48 4.36 - 1,220.67 55.3%

III 567.40 1,289.53 1,309.24 15.45 - 3,181.62 411.67 725.73 864.98 6.37 - 2,008.75 18.6%

IV 585.46 1,321.55 1,310.55 15.45 - 3,233.01 581.40 1,096.95 1,214.93 15.20 - 2,908.48 -23.5%

I 856.66 963.74 1,198.14 12.85 - 3,031.39 174.45 100.34 122.37 0.13 - 397.29 -4.8%

II 862.09 985.62 1,197.00 12.85 1,262.11 4,319.67 411.23 341.74 370.59 1.62 517.36 1,642.54 34.6%

III 872.05 1,100.03 1,190.35 13.18 1,262.11 4,437.72 648.68 645.43 595.53 7.28 793.93 2,690.85 34.0%

IV 942.43 1,130.98 1,206.11 13.24 1,442.48 4,735.24 897.87 1,021.95 1,165.10 12.40 1,402.67 4,499.99 54.7%

2018 I 996.17 1,382.11 1,079.67 7.75 1,313.47 4,779.17 178.49 133.46 67.38 0.03 94.38 473.74 19.2%

II 996.49 1,390.77 1,077.30 7.75 1,313.47 4,785.78 455.24 480.67 249.29 1.06 479.53 1,665.79 1.4%

III 998.56 1,469.52 1,085.06 7.75 1,313.47 4,874.36 717.50 860.79 463.93 3.31 870.54 2,916.07 8.4%

IV 1,044.29 1,494.89 1,087.18 7.75 1,313.47 4,947.58 1,012.00 1,425.47 1,022.37 7.73 1,298.37 4,765.94 5.9%

I 978.86 1,259.77 1,227.61 5.78 1,646.94 5,118.96 189.02 179.99 70.67 0.65 79.71 520.04 9.8%

II 938.28 1,518.77 1,256.32 5.78 1,646.94 5,366.09 482.63 571.15 321.36 1.05 431.37 1,807.56 8.5%

Realisasi (Rp Miliar)

Periode

2019

Pagu (Rp Miliar)

2017

2016

Page 37: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 19

BAB 02. KEUANGAN PEMERINTAH

Grafik 2.1. Perkembangan Pagu dan Realisasi

APBN Sulawesi Barat

Grafik 2.2. Realisasi APBN Sulawesi Barat

Sumber: Kanwil Ditjen. Perbendaharaan Prov. Sulawesi Barat, diolah

Realisasi APBN pada triwulan II 2019 mencapai Rp1.807,56 miliar atau sebesar 33,68% dari pagu.

Pencapaian tersebut lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2018 yaitu sebesar 34,81% (Grafik

2.1 dan Grafik 2.2). Berdasarkan komponennya, belanja pegawai merupakan realisasi tertinggi pada

triwulan II 2019 sebesar Rp482,63 miliar atau tumbuh 51,44% (yoy). Kondisi ini juga menunjukkan

kinerja fiskal dari sisi belanja pegawai lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan II 2018 yaitu sebesar

45,68%.

Pangsa penyerapan belanja barang tumbuh positif di triwulan II 2019. Nilainya sebesar 31,60% dari

total realisasi APBN merupakan pangsa belanja barang. Kinerja komponen belanja barang berkontribusi

signifikan terhadap APBN di triwulan II 2019. Komponen APBN lainnya yang juga mengalami kenaikan

adalah belanja modal dengan pangsa sebesar 17,78% sedangkan belanja pegawai dan dana transfer

mengalami penurunan persentase masing-masing menjadi 26,70% dan 23,86%. Adapun dana

bantuan sosial memiliki pangsa sebesar 0,06% atau masih sama dengan kondisi di triwulan II 2018.

Realisasi dana transfer kembali melambat di triwulan II 2019. Kinerja komponen dana transfer hanya

sebesar Rp431,37 miliar atau mengalami penurunan sebesar 23,86% dibandingkan triwulan I 2018.

Kondisi ini setidaknya lebih baik dibandingkan triwulan I 2019, dimana penyaluran dana desa secara

berangsur dapat terealisasi meskipun belum optimal. Kelengkapan administrasi yang harus diserahkan

sebagai salah satu syarat pencairan masih menjadi kendala penyaluran dana transfer.

Pangsa pagu belanja modal APBN triwulan II 2019 yang terbesar adalah pembangunan jalan,

irigasi dan jaringan. Alokasi belanjanya mencapai 71,87% dengan telah mencapai realisasi sebesar

22,91% (Grafik 2.3 dan Grafik 2.4). Pembiayaan belanja modal gedung dan bangunan mempunyai

alokasi 14,99% dari total pagu. Sebagai komponen pagu belanja terbesar kedua dari sisi pangsanya,

kinerja komponen tersebut mencapai 14,79% dari pagunya pada triwulan II 2019. Komponen belanja

modal tanah memiliki pangsa 7,60% dengan persentasi realisasi yang cukup baik yaitu sebesar 16,30%.

Komponen lainnya yang seperti belanja modal peralatan dan mesin dan belanja modal lainnya masing-

masing telah terealisasi sebesar 9,05% dan 8,24% dari pagunya.

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi

Triwulan II 2015 Triwulan II 2016 Triwulan II 2017 Triwulan II 2018 Triwulan II 2019

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Bantuan Sosial Transfer

Rp miliar

51.44%

37.61%

25.58%18.17%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

Triwulan II 2015 Triwulan II 2016 Triwulan II 2017 Triwulan II 2018 Triwulan II 2019

Total Belanja Pegawai (rhs) Belanja Barang (rhs)

Belanja Modal (rhs) Bantuan Sosial (rhs)

%

Page 38: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

20

BAB 02. KEUANGAN PEMERINTAH

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Grafik 2.3 Pangsa Belanja Modal APBN

TA. 2019

Grafik 2.4. Realisasi Belanja Modal

Sumber: Kanwil Ditjen. Perbendaharaan Prov. Sulawesi Barat, diolah

2.2. Perkembangan Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Barat

Kinerja fiskal Pemerintah Daerah dari sisi pendapatan melambat pada triwulan II 2019. Realisasi

pendapatan triwulan II 2019 mencapai Rp1.056,7 miliar atau sebesar 50,21% dari target 2019 yang

senilai Rp2,104.83 miliar (Grafik 2.5). Kondisi ini diindikasi akibat melambatnya kinerja pendapatan asli

daerah dengan realisasi belanja hanya sebesar 39,73% dari pagunya. Kinerja pendapatan triwulan II

2019 terlihat sedikit melambat jika dibandingkan pada triwulan II 2018 yang mampu mencapai 52,5%

dari target 2018.

Sisi belanja Pemerintah Daerah mengalami kenaikan di triwulan II 2019. Realisasi belanja triwulan

II 2019 sebesar Rp552,31 miliar atau sebesar 28,67%. Jika dibandingkan dengan triwulan II 2018

memiliki pangsa sebesar 26,8% atau lebih rendah dari pangsa realisasi triwulan II 2019. Komponen

belanja pemerintah daerah yang cukup signifikan memengaruhi adalah belanja operasi dengan pangsa

realisasi sebesar 34,34%, sedangkan untuk belanja modal mengalami perlambatan yang hanya mampu

mencapai realisasi sebesar 8,48% dari pagunya.

Grafik 2.5. Realisasi Keuangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Barat, diolah

% Pagu, Belanja

Modal Tanah,

7.60%

% Pagu, Belanja

Modal Peralatan

dan Mesin,

5.38%

% Pagu, Belanja

Modal Gedung

dan Bangunan,

14.99%

% Pagu, Belanja

Modal Jalan,

Irigasi dan

Jaringan, 71.87%

% Pagu, Belanja

Modal Lainnya,

0.16%

0.14%

5.43%

1.63%

7.25%

0.00%

5.76%

Belanja Modal

Tanah

Belanja Modal

Peralatan dan

Mesin

Belanja Modal

Gedung dan

Bangunan

Belanja Modal

Jalan, Irigasi dan

Jaringan

Belanja Modal

Lainnya

Total

%Realisasi Tw I 2019 %Realisasi Tw II 2019

13.0%

11.7%

5.5%

11.7%

5.9%

5.1%

32.4%

27.7%

31.4%

36.9%

26.8%

28.7%

56.0%

53.9%

46.0%

54.3%

53.3%

90.0%

98.4%

95.1%

93.1%

99.70%

Belanja + Transfer

28.9%

29.4%

15.9%

24.3%

2.5%

23.1%

52.9%

51.3%

41.1%

45.5%

52.5%

50.2%

79.8%

81.4%

67.2%

70.6%

75.4%

101.6%

103.0%

99.3%

97.6%

97.4%

Pendapatan

Tw I

Tw II

Tw III

Tw IV

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2014

2015

2016

2017

2018

2014

2015

2016

2017

2018

Page 39: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 21

BAB 02. KEUANGAN PEMERINTAH

2.2.1 Pendapatan

Kinerja pendapatan sedikit melambat pada triwulan II 2019. Target penerimaan tahun 2019 sebesar

Rp2.104,83 miliar telah terealisasi Rp1.056,7 miliar pada triwulan II 2019 (Tabel 2.2). Realisasi triwulan

II 2019 lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2018 yang mampu mencapai 52,50%. Faktor

perlambatan ini disebabkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana transfer dari pemerintah pusat juga

melambat masing-masing menjadi 39,73% dan 52,46%. Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD)

yang signifikan memengaruhi perlambatan kinerja adalah penurunan dari Pendapatan Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yaitu hanya mencapai 56,97% pada triwulan II 2019 dari sebelumnya

sebesar 75,12% pada triwulan II 2018.

Tabel 2.2. Realisasi Pendapatan Sulawesi Barat (RP juta)

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Barat, diolah

Realisasi dana transfer melambat pada triwulan II 2019 menjadi 52,46%. Komponen dana transfer

yang singnifikan berpengaruh terhadap penurunan realisasi dana transfer adalah Bagi Hasil Pajak hanya

mencapai 26,29% pada triwulan II 2019 dari sebelumnya sebesar 37,53% dari pagunya pada triwulan

II 2018. Perlambatan realisasi dana transfer yang selama ini menjadi salah satu indikator kinerja

pendapatan Sulawesi Barat cukup dapat menggambarkan kondisi pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Barat yang turut mengalami perlambatan pertumbuhan.

Grafik 2.6. Perkembangan Pendapatan Pemerintah

Prov. Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi

Barat, diolah

(juta Rupiah)

Uraian Anggaran 2018 Tw I 2018 Tw II 2018 Tw III 2018 Tw IV 2018 Anggaran 2019 Tw I 2019 Tw II 2019% Realisasi Tw I

2018

% Realisasi Tw

II 2018

% Realisasi Tw

III 2018

% Realisasi Tw

IV 2018

% Realisasi Tw I

2019

% Realisasi Tw II

2019

Pendapatan 1,869,048.38 45,741.10 981,329.75 1,408,997.47 1,819,755.98 2,104,832.04 486,247.94 1,056,770.41 2.45% 52.50% 75.39% 97.36% 23.10% 50.21%

Pendapatan Asli Daerah (PAD) 334,264.86 45,597.16 133,205.21 206,553.91 302,219.44 370,109.98 52,209.95 147,029.01 13.64% 39.85% 61.79% 90.41% 14.11% 39.73%

Pendapatan Pajak Daerah 282,710.87 43,097.22 115,480.89 183,765.14 272,229.06 295,359.86 45,227.47 121,500.65 15.24% 40.85% 65.00% 96.29% 15.31% 41.14%

Pendapatan Retribusi Daerah 26,948.00 2,251.82 3,483.68 4,790.09 7,280.79 44,937.60 4,017.84 8,543.91 8.36% 12.93% 17.78% 27.02% 8.94% 19.01%

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang di Pisahkan8,100.00 0.00 6,084.94 6,084.94 6,084.94 16,175.00 0.00 9,215.16 0.00% 75.12% 75.12% 75.12% 0.00% 56.97%

Lain - lain PAD yang Sah 16,506.00 248.12 8,155.70 11,893.74 16,624.65 13,637.52 2,964.64 7,769.28 1.50% 49.41% 72.06% 100.72% 21.74% 56.97%

Pendapatan Transfer 1,534,783.52 0.00 847,576.21 1,201,611.58 1,515,760.14 1,732,910.64 433,805.74 909,122.66 0.00% 55.22% 78.29% 98.76% 25.03% 52.46%

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat 1,534,783.52 0.00 847,576.21 1,201,611.58 1,515,760.14 1,732,910.64 433,805.74 909,122.66 0.00% 55.22% 78.29% 98.76% 25.03% 52.46%

Bagi Hasil Pajak 22,879.24 0.00 8,585.90 13,919.23 18,969.75 18,086.88 2,377.15 4,754.30 0.00% 37.53% 60.84% 82.91% 13.14% 26.29%

Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam 278.97 0.00 103.82 164.21 1,467.77 771.53 1,708.97 0.00% 37.22% 58.86% 0.00% 52.57% 116.43%

Dana Alokasi Umum (DAU) 1,025,033.06 0.00 597,935.93 854,194.19 1,025,033.06 1,064,068.73 354,689.56 620,706.74 0.00% 58.33% 83.33% 100.00% 33.33% 58.33%

Dana Alokasi Khusus (DAK) 468,342.24 0.00 231,825.56 315,083.95 110,699.23 613,203.10 75,967.49 281,952.65 0.00% 49.50% 67.28% 23.64% 12.39% 45.98%

Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik 342,808.10

Dana Insentif Daerah (DID) 18,250.00 0.00 9,125.00 18,250.00 18,250.00 36,084.16 0.00 0.00 0.00% 50.00% 100.00% 100.00% 0.00% 0.00%

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat Lainnya

Dana Penyesuaian 0.00 0.00

Lain - lain Pendapatan Daerah yang Sah 0.00 143.94 548.33 851.99 1,776.40 1,811.43 232.25 618.75

Pendapatan Hibah 0.00 0.00 162.00 243.00 324.00 1,811.43 168.00

Pendapatan Dana Darurat 0.00 0.00 232.25 0.00

Pendapatan Lainnya 0.00 143.94 386.33 608.99 1,452.40 450.75

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

2,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang SahRp Juta

Page 40: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

22

BAB 02. KEUANGAN PEMERINTAH

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Tren Pendapatan Asli Daerah (PAD) tumbuh positif. Kinerja PAD tercatat terealisasi sebesar Rp147,02

miliar atau tumbuh sebesar 39,73% (yoy). Pertumbuhan positif ini didorong oleh seluruh komponen

Pendapatan Asli Daerah yaitu Pendapatan Pajak Daerah, Pendapatan Retribusi Daerah, Pendapatan Hasil

Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang Sah tumbuh secara signifikan.

Jika dibandingkan triwulan I 2019, pendapatan Pajak Daerah hanya tumbuh sebesar 14,11% (yoy).

2.2.2 Belanja Pemerintah

Kinerja belanja APBD pada triwulan II 2019 tumbuh positif. Realisasi belanja triwulan II 2019 sebesar

Rp552,31 miliar atau setara 28,67% dari pagunya sebesar Rp1.926,78 miliar. Penyerapan belanja pada

triwulan ini lebih baik dibandingkan dengan triwulan II 2018 sebesar 25,10% dari pagunya. Komponen

realisasi belanja yang signifikan mempengaruhi peningkatan adalah belanja operasi yang memiliki

pangsa sebesar 34,34%, sedangkan belanja modal mengalami perlambatan dengan pangsa hanya

sebesar 8,48% dari pagunya.

Tabel 2.3. Realisasi Belanja Sulawesi Barat (Rp juta)

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Barat, diolah

(juta Rupiah)

Uraian Anggaran 2018 Tw II 2018 Anggaran 2019 Tw I 2019 Tw II 2019% Realisasi Tw II

2018

% Realisasi Tw

I 2019

% Realisasi Tw II

2019

BELANJA + TRANSFER 1,751,673.29 439,737.85 1,926,781.99 98,564.98 552,314.90 25.10% 5.12% 28.67%

BELANJA OPERASI 1,347,226.47 375,946.24 1,505,348.93 98,440.17 516,899.36 27.91% 6.54% 34.34%

Belanja Pegawai 545,833.74 213,611.52 612,368.62 60,599.35 255,302.29 39.13% 9.90% 41.69%

Belanja Barang dan Jasa 517,497.11 107,839.73 538,271.31 32,657.84 126,857.43 693.41% 6.07% 23.57%

Belanja Bunga 23,807.82 8,839.39 19,154.08 5,182.98 9,918.40 37.13% 27.06% 51.78%

Belanja Hibah 260,087.80 45,655.60 262,750.92 0.00 124,821.24 17.55% 0.00% 47.51%

Belanja Bantuan Sosial 0.00 72,804.00 0.00 0.00% 0.00%

BELANJA MODAL 402,446.82 63,781.33 417,433.06 124.82 35,415.55 15.85% 0.03% 8.48%

Belanja Modal Tanah 30,722.17 15,129.05 31,197.08 0.00 21,515.58 49.24% 0.00% 68.97%

Belanja Modal Peralatan dan Mesin 110,432.05 16,598.89 122,947.29 62.69 7,166.97 15.03% 0.05% 5.83%

Belanja Modal Gedung dan Bangunan 70,699.57 4,703.64 123,109.13 5.40 168.57 6.65% 0.00% 0.14%

Belanja Modal Jalan. Irigasi dan Jaringan 164,980.22 26,605.75 118,786.37 56.73 2,404.09 16.13% 0.05% 2.02%

Belanja Modal dan Tetap Lainnya 25,612.81 744.00 19,600.77 0.00 3,929.91 2.90% 0.00% 20.05%

Belanja Modal Aset Lainnya 1,792.43 0.00 230.42 0.00% 12.86%

BELANJA TAK TERDUGA 2,000.00 10.27 4,000.00 0.51% 0.00% 0.00%

Belanja Tak Terduga 2,000.00 10.27 4,000.00 0.00 0.51% 0.00% 0.00%

TRANSFER 185,532.00 79,482.98 149,939.97 34,239.05 34,239.05 42.84% 22.84% 22.84%

TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN 142,462.98 71,232.98 149,939.97 34,239.05 34,239.05 50.00% 22.84% 22.84%

Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah 142,462.98 71,232.98 149,939.97 34,239.05 34,239.05 50.00% 22.84% 22.84%

TRANSFER BANTUAN KEUANGAN 43,069.01 8,250.00 0.00 0.00 0.00 19.16% 0.00% 0.00%

Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya 42,000.00 8,250.00 19.64% 0.00% 0.00%

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya 1,069.01 0.00% 0.00% 0.00%

SURPLUS/ (DEFISIT) -68,156.91 462,108.92 28,110.08 353,443.90 506,274.13 1257.4% 1801.0%

PEMBIAYAAN 0.00% 0.00%

PENERIMAAN PEMBIAYAAN 56,746.80 8,610.01 30,650.37 0.00 15.17% 0.00% 0.00%

Penggunaan SILPA 56,746.80 30,650.37 0.00 0.00% 0.00% 0.00%

Pinjaman Dalam Negeri 0.00 8,610.01 0.00% 0.00%

PENGELUARAN PEMBIAYAAN 45,070.34 10,000.00 58,760.45 23,556.26 35,112.51 22.19% 40.09% 59.76%

Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah 45,070.34 10,000.00 12,000.00 12,000.00 12,000.00 22.19% 100.00% 100.00%

PEMBIAYAAN NETTO 11,676.47 1,389.99 -28,110.08 -23,556.26 35,112.51 11.90% 83.80% -124.91%

SISA LEBIH PEMBIAYAN ANGGARAN (SILPA) -56,480.44 460,718.92 0.00 329,887.65 471,161.62 0.00 0.00

Page 41: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 23

BAB 02. KEUANGAN PEMERINTAH

Belanja Operasi menjadi komponen penyerap anggaran terbesar pada triwulan II 2019. Realisasi

belanjanya tercatat Rp516,89 miliar atau 34,34% dari pagunya. Jika ditinjau per komponen, pangsa

belanja bunga menyerap paling besar yaitu mencapai 51,78%. Realisasi belanja hibah sebesar 47,51%

atau setara dengan Rp124,82 miliar, belanja pegawai terealisasi 41,69% dari pagunya atau setara

Rp255,3 miliar, dan belanja barang dan jasa mampu menyerap sebesar 23,57% atau setara dengan

Rp126,8 miliar.

Belanja modal belum optimal di triwulan II 2019. Hal ini diindikasikan masih rendahnya penyerapan

realisasi pada triwulan II 2019 sebesar 8,48% dari pagu atau Rp417,43 miliar. Kinerja fiskal untuk

komponen ini menurun dibandingkan triwulan II 2018 yang mampu mencapai 15,85% dari total

pagunya. Komponen belanja modal yang memengaruhi perlambatan adalah belanja modal dan perlatan

mesin sebesar 5,83%, belanja modal gedung dan bangunan sebesar 0,14%, dan belanja modal jalan,

irigasi, dan jaringan sebesar 2,02%.

Grafik 2.7. Perkembangan Belanja Pemerintah Prov. Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Barat, diolah

2.2.3 Pendapatan - Pengeluaran dan Rasio Kemandirian

APBD Sulawesi Barat mengalami surplus Rp506,27 miliar pada triwulan II 2019. Surplusnya fiskal

pemerintah mengindikasikan kurang optimalnya belanja Pemerintah. Hal ini sejalan dengan rendahnya

realisasi belanja modal hingga triwulan II 2019. Ke depan, Pemerintah dapat memberikan perhatian

khusus terhadap komponen belanja ini dalam rangka mendorong pembangunan yang memiliki nilai

tambah bagi pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat.

Rasio kemandirian keuangan daerah meningkat pada triwulan II 2019. Rasio ini tercatat 13,91%

lebih baik dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 10,74%. Hal ini disebabkan realisasi Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yang menguat sedangkan dana transfer mengalami perlambatan. Sejalan dengan hal

tersebut, Pemerintah Sulawesi Barat diharapkan dapat memperkuat kemandirian daerahnya melalui

optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2015 2016 2017 2018 2019

Belanja Operasional + Transfer Belanja Modal Belanja Tidak TerdugaRp Juta

Page 42: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

24

BAB 02. KEUANGAN PEMERINTAH

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Page 43: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 25

BAB 03. INFLASI

3. Inflasi

BAB 03 Inflasi

Page 44: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 03. INFLASI

26 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

3.1. Inflasi Secara Umum

Inflasi Sulawesi Barat menurun pada triwulan II 2019. Melanjutkan tren sejak triwulan III 2018, inflasi

tahunan Sulawesi Barat tercatat 0,54% (yoy) pada triwulan II 2019 atau lebih rendah dibandingkan

realisasi 0,96% (yoy) pada triwulan I 2019. Pencapaian pada triwulan II 2019 lebih rendah jika dilihat

historis inflasi Sulawesi Barat dalam 3 (tiga) tahun terakhir yang sebesar 2,94% (yoy). Selain itu, realisasi

pada periode tersebut juga lebih rendah dibandingkan pencapaian inflasi kawasan Sulawesi-Maluku-

Papua (Sulampua) yang sebesar 3,42% (yoy) dan nasional yang sebesar 3,28% (yoy) (Grafik 3.1). Secara

spasial, sebagian kecil provinsi di Pulau Sulawesi yang mengalami penurunan inflasi pada triwulan II

2019 seperti Sulawesi Barat. Penurunan inflasi terjadi pada Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Inflasi

tertinggi terjadi di Sulawesi Tengah dengan pencapaian 5,32% (yoy) (Tabel 3.1).

Grafik 3.1. Inflasi Sulawesi Barat, Sulampua,

dan Nasional

Tabel 3.1. Inflasi di Pulau Sulawesi

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Penurunan inflasi di Sulawesi Barat terutama disebabkan terjaganya ekspektasi inflasi. Meski

memasuki periode bulan puasa dan Idul Firi, kelompok bahan pangan yang menjadi komoditas

konsumsi pokok utama mengalami deflasi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pasokan bahan

makanan mencukupi kebutuhan tingkat permintaan yang meningkat pada hari besar keagamaan

nasional. Kebijakan pemerintah juga turut membentuk inflasi yang rendah dan stabil dimana tidak

terjadi kenaikan harga BBM subsidi maupun tarif listrik selama triwulan II 2019.

Dilihat berdasarkan kelompoknya, inflasi triwulan II 2019 disumbang paling besar oleh kelompok

Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar. Meski menyumbang terbesar, tekanan inflasi pada

kelompok ini masih relatif terjaga. Komoditas utama pada penyumbang inflasi pada kelompok tersebut

yaitu bahan bakar rumah tangga, besi beton, dan semen. Kenaikan harga terjadi seiiring meningkatnya

beban operasional pelaku usaha bidang konstruksi. Kelompok lainnya dengan sumbangan relatif besar

yaitu kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga. Inflasi pada kelompok tersebut disebabkan

kenaikan biaya pendidikan yang dimana terjadi peningkatan jumlah pelajar yang ada di Mamuju.

3.21

3.42

0.96

0.54

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Nasional Sulampua SulBar% yoy Rata-rata

Inflasi SulBar

3 tahun

terakhir

2,94%

Inflasi Tahunan (% yoy) Triwulan I 2019 Triwulan II 2019

Sulawesi Barat 0.96 0.54

Sulawesi Utara 2.46 5.10

Gorontalo 1.56 3.07

Sulawesi Tengah 5.59 5.32

Sulawesi Selatan 3.08 2.98

Sulawesi Tenggara 2.60 3.48

Page 45: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 27

BAB 03. INFLASI

Tabel 3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Inflasi triwulan III 2019 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II 2019.

Kenaikan inflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan. Musim kemarau yang lebih panjang

dari tahun sebelumnya diprediksi membatasi pasokan bumbu-bumbuan pada triwulan III 2019.

Komoditas cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah diperkirakan akan mengalami kenaikan harga.

Selain itu, pasokan ikan segar terutama ikan cakalang dan layang juga akan terbatas. Adanya periode

hari besar keagamaan pada triwulan III 2019 membuat beberapa nelayan cenderung tidak melaut untuk

mencari ikan. Meskipun begitu, panen padi diperkirakan mulai terjadi sejak Agustus 2019 sehingga

deflasi akan terjadi pada komoditas beras.

3.2. Inflasi Bulanan

Secara bulanan, inflasi Sulawesi Barat selama triwulan II 2019 mengalami peningkatan jika

dibandingkan triwulan I 2019. Rata-rata inflasi Sulawesi Barat selama 3 (tiga) bulan di triwulan II 2019

yaitu 0,32% (mtm) atau lebih tinggi dibanding pencapaian triwulan sebelumnya dengan rata-rata inflasi

bulanan mencapai -0,20% (mtm). Peningkatan inflasi terjadi pada kelompok bahan makanan yang

selalu mengalami inflasi selama 3 (tiga) bulan berturut-turut. Memasuki bulan puasa dan hari raya

Lebaran, tingkat permintaan lebih tinggi dibanding triwulan I 2019. Selain itu, kelompok Sandang

memiliki rata-rata inflasi bulanan yang juga meningkat selama triwulan II 2019. Peningkatan pada

kelompok tersebut disebabkan peningkatan permintaan untuk digunakan pada hari besar keagamaan

nasional.

Tabel 3.3. Perbandingan Inflasi Bulanan Berdasarkan Kelompok (%, mtm)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pada April 2019, inflasi Sulawesi Barat mengalami inflasi yang relatif rendah. Inflasi Sulawesi Barat

pada April 2019 tercatat sebesar 0,17% (mtm). Kenaikan harga terjadi pada beberapa komoditas antara

lain bawang merah, bawang putih, cakalang, dan cabai merah. Meski memasuki bulan April, curah

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

Bahan Makanan 3.97 1.72 1.11 -1.28 -0.97 0.96 0.41 0.27 -0.31 -0.24

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 2.28 1.78 1.49 1.07 0.62 0.38 0.30 0.25 0.18 0.10

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 1.17 1.80 1.77 1.33 1.10 0.32 0.49 0.48 0.36 0.30

Sandang 1.32 1.16 1.09 1.03 0.92 0.09 0.08 0.08 0.07 0.07

Kesehatan 0.60 0.60 0.88 0.86 0.43 0.02 0.02 0.03 0.03 0.02

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 13.44 4.14 4.17 4.19 4.08 0.68 0.24 0.24 0.24 0.23

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 1.40 2.58 2.86 2.44 0.38 0.22 0.41 0.45 0.38 0.06

Total IHK 2.68 1.95 1.80 0.96 0.54 2.68 1.95 1.80 0.96 0.54

Kelompok Inflasi

Inflasi Tahunan (% yoy) Andil Inflasi Tahunan (%)

2018 20182019 2019

Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Bahan Makanan 0.61 0.38 2.34 1.11 -0.66 -0.54 -1.86 -1.02 -0.12 -0.50 1.45 0.28 -0.13 -1.46 -0.71 -0.77 0.42 2.63 0.60 1.22

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.10 0.16 0.45 0.24 -0.30 0.10 0.34 0.04 0.16 -0.05 0.07 0.06 -0.01 0.01 0.03 0.01 0.15 0.13 0.01 0.09

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.13 0.09 0.05 0.09 0.10 0.14 0.45 0.23 0.12 0.09 0.08 0.10 0.03 0.04 -0.02 0.02 0.06 -0.03 0.02 0.02

Sandang 0.16 0.13 0.57 0.29 0.02 -0.05 0.00 -0.01 0.11 0.03 -0.12 0.01 0.12 0.03 0.03 0.06 -0.03 0.31 0.47 0.25

Kesehatan 0.12 0.34 0.00 0.15 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.28 0.00 0.09 0.00 0.11 0.00 0.04 0.00 0.00 0.04 0.01

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 0.01 -0.04 0.00 -0.01 4.34 -0.01 -0.01 1.44 -0.06 0.08 -0.01 0.00 -0.08 0.01 -0.03 -0.03 -0.10 -0.13 0.11 -0.04

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.12 0.66 1.11 0.63 0.48 0.16 -0.20 0.15 -0.12 0.11 0.58 0.19 -0.16 -0.25 -0.07 -0.16 0.22 -0.14 -0.23 -0.05

Total IHK 0.24 0.27 0.87 0.46 0.14 -0.05 -0.30 -0.07 0.02 -0.07 0.46 0.14 -0.05 -0.37 -0.18 -0.20 0.17 0.62 0.16 0.32

Triwulan III 2018Rata-rataKelompok Inflasi

Triwulan II 2018Rata-rata

TriwulanI II 2019Rata-rata

Triwulan IV 2018Rata-rata

Triwulan I 2019Rata-rata

Page 46: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 03. INFLASI

28 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

hujan di wilayah sentra produksi bawang dan cabai yaitu Sulawesi Selatan masih cukup tinggi. Hal

tersebut mempengaruhi rendahnya produksi bawang merah, cabai rawit, dan cabai merah. Untuk

kelompok inflasi Transpor, Komunikasi, & Jasa Keuangan, kenaikan harga terjadi pada tarif angkutan

udara. Selebihnya, komoditas lain cenderung tidak mengalami perubahan yang mempengaruhi inflasi

di Sulawesi Barat secara signifikan.

Inflasi bulanan Sulawesi Barat mengalami peningkatan pada periode puasa di bulan Mei 2019.

Inflasi Sulawesi Barat pada Mei 2019 tercatat sebesar 0,62% (mtm). Ikan cakalang menjadi komoditas

penyumbang inflasi terbesar dengan sumbangan 0,14%. Pasokan yang terbatas menjadi pendorong

utama kenaikan inflasi pada komoditas ikan cakalang dan bumbu-bumbuan. Sementara itu, animo

masyarakat untuk pulang ke kampung halaman, menyebabkan tarif angkutan antar kota dan angkutan

udara meningkat.

Tabel 3.4. Penyumbang Inflasi Bulanan Terbesar (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Meski masuk hari raya Lebaran, inflasi tetap terkendali pada bulan Juni 2019. Realisasi sebesar

0,16% (mtm) lebih rendah dibanding pencapaian bulan sebelumnya. Kenaikan harga terutama terjadi

pada komoditas ikan segar yakni ikan layang, ikan cakalang, dan ikan kembung. Kondisi tersebut

didorong kebiasaan masyarakat nelayan yang tidak melaut pada saat menjelang hingga hari besar

keagamaan nasional. Kenaikan harga ikan tertahan penurunan harga sejumlah komoditas pangan

lainnya seperti bawang putih, telur ayam ras, dan daging ayam ras.

Tabel 3.5. Penyumbang Deflasi Bulanan Terbesar (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Komoditas Andil Komoditas Andil Komoditas Andil Komoditas Andil

Bawang Merah 0.08 Ikan Cakalang 0.14 Cabai Merah 0.09 Ikan Cakalang 0.23

Bawang Putih 0.07 Angkutan Antar Kota 0.08 Ikan Layang 0.07 SD 0.04

Ikan Cakalang 0.04 Telur Ayam Ras 0.07 Bawang Merah 0.05 SMP 0.03

Angkutan Udara 0.04 Cabai Merah 0.06 Ikan Cakalang 0.03 Emas Perhiasan 0.03

Cabai Merah 0.01 Bawang Putih 0.06 Udang Basah 0.02 Kecap 0.03

Biskuit 0.01 Daging Ayam Ras 0.04 Ikan Kembung 0.02 Tarip Pulsa Ponsel 0.02

Tomat Sayur 0.01 Ayam Hidup 0.03 Cabai Rawit 0.02 Buku Tulis Bergaris 0.01

Cabai Rawit 0.01 Ketela Pohon 0.03 Emas Perhiasan 0.01 Cabai Merah 0.01

Ikan Layang 0.01 Biskuit 0.02 Baju Kaos Berkerah 0.01 Katamba 0.01

Semen 0.01 Angkutan Udara 0.02 Baju Muslim 0.01 Kol Putih 0.01

April 2019 Mei 2019 Juni 2019 Juli 2019

Komoditas Andil Komoditas Andil Komoditas Andil Komoditas Andil

Beras -0.09 Tarip Pulsa Ponsel -0.12 Bawang Putih -0.05 Bawang Merah -0.25

Telur Ayam Ras -0.02 Besi Beton -0.02 Telur Ayam Ras -0.04 Cabai Rawit -0.13

Ikan Kembung -0.02 Seng -0.01 Angkutan Antar Kota -0.03 Angkutan Antar Kota -0.04

Katamba -0.01 Udang Basah -0.01 Ikan Bandeng -0.02 Ikan Bandeng -0.03

Tarip Listrik -0.01 Telepon Seluler -0.01 Daging Ayam Ras -0.01 Angkutan Udara -0.02

Bayam -0.01 Televisi Berwarna -0.01 Telepon Seluler -0.01 Ayam Hidup -0.02

Lada -0.01 Minyak Goreng -0.01 Ikan Tongkol -0.01 Tomat Sayur -0.02

Laptop -0.01 Lada -0.01 Bawang Putih -0.01

Jeruk -0.01 Ketimun -0.01

Pepaya -0.01 Ikan Kembung -0.01

Juni 2019 Juli 2019April 2019 Mei 2019

Page 47: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 29

BAB 03. INFLASI

Memasuki periode awal triwulan III 2019, Sulawesi Barat mengalami inflasi pada Juli 2019. Inflasi

Sulawesi Barat pada Juli 2019 tercatat sebesar 0,10% (mtm). Keterbatasan pasokan ikan tangkap masih

terasa di bulan Juli 2019 dimana ikan cakalang menjadi penyumbang inflasi terbesar. Selain ikan

cakalang, komoditas di bidang pendidikan juga mengalami kenaikan harga seiiring memasuki tahun

ajaran baru. Meskipun begitu, pasca hari raya Idul Fitri, sebagian besar komoditas bahan makanan

mengalami penurunan harga. Tingkat permintaan komoditas bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran

sudah tidak setinggi pada saat bulan puasa hingga Lebaran.

Tabel 3.6. Perkembangan Rata-rata Harga di Pasar Tradisional Mamuju

Sumber: Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) s.d. 26 Agustus 2019, diolah

Beberapa komoditas bahan makanan mengalami penurunan harga pada Agustus 2019.

Berdasarkan situs hargapangan.id per tanggal 26 Agustus 2019 yang menjadi acuan harga pangan

nasional, rata-rata harga keseluruhan komoditas pangan utama masyarakat Sulawesi Barat mengalami

penurunan di bulan Agustus 2019 kecuali cabai merah dan cabai rawit. Tingkat permintaan kembali

normal pasca bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.

Inflasi triwulan III 2019 diperkirakan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Dari kelompok

bahan makanan, komoditas ikan segar diperkirakan mengalami inflasi seiring nelayan yang cenderung

tidak melaut menjelang hari raya Idul Adha. Komoditas bumbu-bumbuan juga mengalami keterbatasan

pasokan yang disebabkan produksi yang tidak optimal pada beberapa sentra produksi. Pada sektor

pendidikan, meningkatnya jumlah pelajar disertai peningkatan harga gaji pengajar menjadi pendorong

utama meningkatnya tarif sekolah di setiap jenjang.

3.3. Inflasi Tahunan

Secara tahunan, inflasi Sulawesi Barat pada triwulan II 2019 mengalami penurunan dibanding

triwulan sebelumnya. Realisasi inflasi pada triwulan II 2019 yaitu sebesar 0,54% (yoy) atau lebih rendah

dibandingkan triwulan I 2018 yang mencapai 0,96% (yoy). Penurunan inflasi terjadi di tengah

keseimbangan pasokan dan tingkat permintaan pada periode hari besar kegamaan nasional. Koordinasi

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) juga turut berperan dalam terjaganya ekspektasi masyarakat

meningkatnya pasokan beberapa komoditas bahan pangan seperti panen raya padi yang disertai

ekspektasi masyarakat yang terus terjaga.

Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt

Beras Rp10,500 Rp10,472 Rp10,356 Rp10,526 Rp10,575 Rp10,580 Rp10,621 Rp10,596 Rp10,806 Rp10,425 Rp10,425 Rp10,454 Rp10,475 Rp10,186

Daging Ayam Rp30,955 Rp31,572 Rp32,375 Rp30,315 Rp28,071 Rp28,250 Rp28,360 Rp28,811 Rp22,124 Rp23,349 Rp26,800 Rp27,007 Rp23,150 Rp22,729

Telur Ayam Rp23,261 Rp22,122 Rp20,375 Rp19,723 Rp21,315 Rp23,020 Rp22,384 Rp22,250 Rp19,986 Rp19,618 Rp22,063 Rp20,044 Rp20,201 Rp19,910

Bawang Merah Rp30,716 Rp28,467 Rp26,069 Rp24,087 Rp25,012 Rp31,868 Rp34,837 Rp29,446 Rp30,714 Rp39,211 Rp39,525 Rp43,456 Rp37,457 Rp31,875

Bawang Putih Rp27,068 Rp26,278 Rp23,542 Rp22,707 Rp23,357 Rp23,921 Rp24,023 Rp22,932 Rp27,200 Rp40,197 Rp47,875 Rp41,029 Rp38,533 Rp34,694

Cabai Merah Rp27,676 Rp27,689 Rp22,597 Rp21,370 Rp25,798 Rp24,211 Rp22,227 Rp21,459 Rp22,293 Rp23,711 Rp31,988 Rp38,860 Rp41,440 Rp64,792

Cabai Rawit Rp26,506 Rp25,933 Rp22,938 Rp22,500 Rp23,542 Rp23,526 Rp21,081 Rp20,500 Rp21,271 Rp23,901 Rp23,700 Rp25,125 Rp23,842 Rp37,153

Komoditas

2018 2019

Page 48: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 03. INFLASI

30 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Grafik 3.2. Andil Kelompok Terhadap Inflasi Tahunan Pada

Triwulan I 2019 (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar memberi andil terbesar terhadap inflasi

tahunan Sulawesi Barat pada triwulan II 2019. Kelompok tersebut memberi andil 0,30% terhadap

inflasi tahunan Sulawesi Barat. Kelompok lainnya yang juga memiliki andil besar yaitu kelompok

Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga dengan andil sebesar 0,23%. Penurunan inflasi yang terjadi pada

triwulan II 2019 terutama didorong andil deflasi yang terjadi pada kelompok Bahan Makanan dengan

sumbangan sebesar -0,24%.

3.3.1 Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Inflasi kelompok bahan makanan meningkat dari -1,28% (yoy) pada triwulan I 2019 menjadi -

0,97% (yoy) pada triwulan II 2019. Meski meningkat, tren deflasi pada triwulan sebelumnya masih

berlanjut. Peningkatan inflasi pada kelompok ini lebih disebabkan peningkatan konsumsi pangan pada

bulan puasa dan Lebaran. Panen raya yang telah usai pada triwulan I 2019 menjadi salah satu

penyumbang peningkatan inflasi. Komoditas lauk pauk dan bumbu-bumbuan menjadi sub kelompok

paling banyak menyumbang peningkatan inflasi tahunan. Keterbatasan produksi di Sulawesi Barat

membuat sebagian komoditas-komoditas tersebut didatangkan dari luar daerah. Distributor pun

memanfaatkan kondisi hari besar raya kegamaan untuk menaikkan harga. Meski meningkat, kenaikan

harga yang terjadi masih terkendali melalui koordinasi TPID dalam menjaga ekspektasi pedagang dan

konsumen relatif lebih terjaga. Realisasi inflasi pada triwulan II 2019 pada kelompok bahan makanan

lebih rendah dibanding dengan rata-rata historis pada triwulan yang sama 3 (tiga) tahun terakhir yang

mencapai 3,72% (yoy).

Komoditas beras menjadi pendorong utama peningkatan inflasi. Inflasi yang terjadi pada komoditas

beras di Sulawesi Barat pada Juni 2019 sebesar 0,41% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang

sebesar -0,18% (yoy). Meski meningkat, inflasi yang terjadi relatif rendah dan masih terjangkau

masyarakat. Peningkatan yang terjadi dikarenakan sudah tidak ada lagi lahan yang mengalami panen

selama triwulan II 2019. Pasokan beras mengandalkan surplus selama masa panen raya pada triwulan I

2019.

-0.24

0.10

0.30

0.070.02

0.23

0.06

Bahan Makanan

Makanan Jadi,

Minuman, Rokok &

Tembakau

Perumahan, Air, Listrik,

Gas & Bahan Bakar

SandangKesehatan

Pendidikan, Rekreasi

dan Olah Raga

Transpor, Komunikasi

dan Jasa Keuangan

Page 49: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 31

BAB 03. INFLASI

Grafik 3.3. Inflasi Tahunan Kelompok

Kebutuhan Primer (% yoy)

Grafik 3.4. Kondisi Cuaca di Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Sementara, harga tahunan ikan segar secara total mengalami penurunan. Pada triwulan II 2019,

inflasi ikan segar sebesar -7,25% (yoy) atau semakin dalam dibanding triwulan I 2019 sebesar -6,84%

(yoy). Penurunan inflasi ikan segar disebabkan pasokan ikan yang lebih baik dibanding tahun

sebelumnya, didukung infrastruktur nelayan yang lebih baik. Pasokan tersebut tidak hanya bersumber

dari produksi nelayan Sulawesi Barat, akan tetapi juga pasokan ikan bandeng yang banyak bersumber

dari wilayah lain seperti Gorontalo. Komoditas yang menjadi penyebab turunnya inflasi ikan segar yaitu

ikan cakalang dengan inflasi sebesar -13,07% (yoy). Sedangkan inflasi ikan bandeng yang merupakan

komoditas ikan dengan pangsa konsumsi yang juga besar, inflasinya sebesar -14,11% (yoy).

Kondisi cuaca mendukung ketersediaan pasokan bahan pangan. Selama triwulan II 2019, kondisi

cuaca curah hujan yang cukup dengan kecepeatan angin yang tidak esktrim, memudahkan nelayan

dalam menangkap ikan. Hal ini mendorong produksi ikan tangkap yang meningkat. Selain itu, kondisi

iklim tersebut juga membantu optimalnya produksi komoditas bumbu-bumbuan. Produksi komoditas

seperti bawang merah, bawang putih, dan cabai merah memang relatif cukup rentan terhadap kondisi

curah hujan yang tinggi.

3.3.2 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

Seperti halnya kelompok Bahan Makanan, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

mengalami penurunan inflasi pada triwulan II 2019. Inflasi kelompok ini pada triwulan I 2019 sebesar

0,62% (yoy) atau lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,07% (yoy). Seperti pada

triwulan sebelumnya, andil inflasi terbesar berasal dari komoditas rokok terutama rokok kretek filter dan

rokok putih yang konsumsinya cukup besar di Sulawesi Barat. Kebijakan mengenai cukai rokok yang

dilakukan secara gradual menyebabkan peningkatan inflasi tidak signifikan.

3.3.3 Inflasi Kelompok Sandang

Di triwulan II 2019, inflasi kelompok Sandang relatif stabil dibanding triwulan sebelumnya.

Kelompok salah satu kebutuhan pokok ini mengalami inflasi sebesar 0,92% (yoy) pada triwulan II 2019

atau tidak berbeda dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,03% (yoy). Komoditas yang mengalami

-1.28

1.07

1.33

1.03

-0.97

0.62

1.10

0.92

Bahan Makanan Makanan Jadi,

Minuman, Rokok &

Tembakau

Perumahan, Air,

Listrik, Gas & Bahan

Bakar

Sandang

Tw I'19 Tw II'19

-200

0

200

400

600

800

1,000

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Inflasi Bahan Makanan Curah Hujan - skala kanan

Kecepatan Angin - skala kanan

% yoy % yoy

Page 50: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 03. INFLASI

32 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

perubahan harga tidak banyak, hanya komoditas emas perhiasan dan baju kaos berkerah yang memberi

andil besar terhadap inflasi tahunan Sulawesi Barat pada triwulan II 2019. Permintaan akan sandang

relatif stabil meski memasuki datangnya bulan puasa dan Lebaran. Harga emas perhiasan di Sulawesi

Barat relatif tidak mengalami perubahan signifikan selama triwulan II 2019 meski harga emas

internasional mengalami fluktuasi.

Grafik 3.5. Inflasi Tahunan Kelompok

Kebutuhan Sekunder dan Tersier (% yoy)

Grafik 3.6. Hasil Survei Konsumen

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Bank Indonesia dan Bloomberg, diolah

3.3.4 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar mengalami penurunan inflasi pada triwulan

II 2019. Kelompok yang komoditasnya didominasi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga ini

mengalami penurunan dari 1,33% (yoy) pada triwulan I 2019 menjadi 1,10% (yoy) pada triwulan II

2019. Penurunan inflasi ini terutama disebabkan tidak terjadinya kenaikan harga yang signifikan selama

triwulan I 2019. Peningkatan harga bahan bangunan secara tahunan masih terlihat pada triwulan I 2019

dimana salah satunya disebabkan pelemahan nilai tukar Rupiah. Beberapa bahan bangunan yang ada

di Indonesia merupakan produk impor sehingga pelemahan Rupiah meningkatkan harga jual.

Komoditas bahan bangunan yang memberi sumbangan cukup besar terhadap inflasi tahunan di

triwulan II 2019 antara lain besi beton (12,19%, yoy) dan semen (1,73%, yoy).

3.3.5 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga

Pada kelompok kebutuhan sekunder dan tersier lainnya yaitu kelompok Pendidikan, Rekreasi, &

Olah Raga relatif stabil dibanding triwulan sebelumnya. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah

raga mengalami inflasi 4,19% (yoy) pada triwulan I 2019 menjadi 4,08% (yoy) pada triwulan II 2019.

Penyumbang utama inflasi pada kelompok ini yaitu perguruan tinggi dan sekolah dasar.

Akademi/Perguruan Tinggi mengalami inflasi sebesar 15,20% (yoy), sedangkan Sekolah Dasar hanya

mengalami kenaikan 1,22% (yoy). Kebutuhan akan pendidikan masih tetap tinggi di Sulawesi Barat

namun kondisi infrastruktur yang sudah jauh lebih baik disertai penambahan tenaga pengajar, membuat

kenaikan harga relatif tidak signifikan (Grafik 3.5).

0.86

4.19

2.44

0.43

4.08

0.38

Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan

Olah Raga

Transpor, Komunikasi dan

Jasa Keuangan

Tw I'19 Tw II'19

-30

-20

-10

0

10

20

30

60

80

100

120

140

160

180

200

II III IV I II III IV I II III IV I II III

2016 2017 2018 2019

Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Konsumsi Keb. Tahan Lama

Ekspektasi Harga - lag 1 tw Batas Optimisme

Harga CPO Global - rhs % yoy

indeks

Page 51: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 33

BAB 03. INFLASI

3.4. Upaya Pengendalian Harga

Terjaganya inflasi pada triwulan II 2019 tidak terlepas kontrol yang secara konsisten dilakukan Tim

Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Sulawesi Barat baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Sejumlah upaya yang dilakukan selama triwulan II 2019, antara lain:

1. Dalam menghadapi hari besar keagaaman nasional (HBKN) yang dimulai sejak Mei 2019,

pada bulan April dilaksanakan High Level Meeting (HLM) TPID provinsi Sulawesi Barat dengan

mengundang seluruh anggota TPID provinsi maupun seluruh kabupaten yang ada di Sulawesi

barat. Selain membahas rencana aksi pengendalian inflasi menjelang Ramadhan, HLM tersebut

juga menyepakati Peta Jalan Pengendalian Inflasi di Sulawesi Barat yang merupakan amanat dari

instruksi Menteri Dalam Negeri. Pasca HLM, aksi nyata mengendalikan inflasi dilakukan melalui

komunikasi yang dilakukan sejak tanggal 29 April 2019 melalui bentuk iklan layanan masyarakat

agar senantiasa belanja bijak. Iklan tersebut tidak hanya ditujukan bagi konsumen namun juga

bagi para produsen dan pedagang agar tidak menaikkan harga barang terutama bahan

makanan. Kegiatan dilanjutkan dengan sidak pasar pada tanggal 2 Mei 2019 jelang Ramadhan

untuk memantau harga dan ketersediaan pasokan komoditas bahan pokok.

2. Pendampingan Agropreneur Milenial. Inisiasi pendampingan usaha sekor pertanian

(agropreneur) khusus untuk petani milenial dilakukan pada 26 April 2019. Pesertanya berasal

dari KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan Majene, Polman dan sekolah tani BKPM Miftahul Ulum

Pasangkayu. Materi tentang perubahan mindset pertanian sebagai pengusaha. Antusias cukup

tinggi melebihi ekspektasi, target awal hanya 20 orang, namun peserta yang datang 40 orang.

Selain itu kegiatan ini juga ditanggapi secara positif oleh wakil bupati Majene, yang menilai

agropreneur milenial dapat menjadi potensi yang besar bagi pengembangan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat.

3. Sosialisasi Penggunaan LPG 3kg. Penggunaan LPG 3kg yang masih memiliki subsidi oleh

Pemerintah sering kali tidak tepat sasaran. Beberapa konsumen dinilai cukup mampu, sehingga

masyarakat yang kurang mampu tidak memiliki akses tersebut. TPID Provinsi menghimbau

kepada Masyarakat melalui media cetak maupun elektronik mengenai penggunaan gas LPG 3kg

hanya dapat digunakan oleh masyarakat yang kurang mampu.

4. Bimbingan Teknis Budidaya Pertanian Jagung dan Bawang Merah. Pengembangan klaster

jagung dilaksanakan di desa Kalonding dengan topik bahasan cara pengolahan lahan,

pemupukan, pola tanam serta penguatan kelembagaan. Tujuan dari bimtek dimaksud untuk

meningkatkan produksi pertanian jagung. Selain jagung, KPw BI Sulbar tengah menjalankan

pengembangan bawang merah di Kabupaten Majene, sebagai salah satu komoditas yang

memberikan tekanan inflasi. Kegiatan ini tidak hanya membahas teknis pola tanam juga teknis

pengolahan pasca panen.

Page 52: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 03. INFLASI

34 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Boks 1. Potensi Gangguan Inflasi Akibat Kekeringan

POTENSI GANGGUAN INFLASI AKIBAT KEKERINGAN

Volatilitas inflasi bumbu-bumbuan tertinggi di antaranya komoditas bahan makanan lainnya di

Sulawesi Barat. Berdasarkan kajian Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat, sub

kelompok bumbu-bumbuan dan ikan segar menjadi yang tertinggi di antara kelompok lainnya. Dari nilai

volatilitas inflasi sejak 2014 hingga 2018, tercatat bahwa bumbu-bumbuan merupakan sub kelompok

dengan volatilitas tertinggi dengan komoditasnya yaitu cabai rawit, cabai merah, dan bawang merah.

Tingginya volatilitas pada komoditas tersebut salah satunya disebabkan pasokan yang bergantung

dengan daerah lain yang di antaranya daerah Enrekang di Sulawesi Selatan.

Grafik 3.7. Volatilitas Ikan Segar dan Bumbu Grafik 3.8. Curah Hujan Enrekang & sekitarnya

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, diolah

Dikutip dari CNN Indonesia, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan

bahwa musim kemarau tahun ini diprediksi akan lebih kering dan terasa lebih panas dari

sebelumnya. Salah satu faktor penyebab kekeringan itu adalah akibat fenomena El Nino. El Nino

merupakan fenomena memanasnya suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur.

Dampak dari El Nino yang terjadi di sejumlah daerah Indonesia adalah kondisi kering dan berkurangnya

curah hujan. Seperti yang tergambar dari Grafik 3.8, dimana curah hujan di daerah Enrekang dan

sekitarnya pada bulan Juli 2019 sangat rendah yaitu sebesar 14,8 mm, jauh lebih rendah dibanding

periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 86,5 mm. Kondisi tersebut berlanjut pada bulan

Agustus 2019 dimana curah hujan hanya sebanyak 2,1 mm. Menurut perkiraan BMKG, kemaran masih

akan terjadi pada bulan September dan Oktober 2019 sebagaimana Gambar 1. Musm penghujan baru

akan dimulai pada November 2019, meski melihat peta tersebut jumlah curah hujan masih terbatas.

Melihat kondisi saat ini dan perkiraan ke depannya, terdapat potensi gangguan produksi pada

komoditas bumbu-bumbuan. Pada wilayah Sulawesi Barat, komoditas yang banyak didatangkan dari

Enrekang yaitu cabai rawit dan cabai merah. Berdasarkan simulasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Barat, keterbatasan produksi komoditas tersebut mendorong kenaikan inflasi pada

kelompok bahan makanan pada kisaran 6%-8% (yoy). Jika dilihat secara total, potensi penambahan

terhadap inflasi total di Sulawesi Barat di akhir tahun 2019 akibat kenaikan harga bumbu-bumbuan

adalah sebesar 0,4% (yoy) hingga 0,7% (yoy).

Bandeng

Cakalang

Kakap Merah

Katamba

Layang

TongkolUdang Basah

Bawang Merah

Bawang Putih

Cabai Merah

Cabai Rawit

0%

50%

100%

150%

200%

250%

0.0% 0.2% 0.4% 0.6% 0.8% 1.0% 1.2% 1.4% 1.6%

Vola

tilitas

Pangsa

0

100

200

300

400

500

600

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7

2017 2018 2019

mm

BOKS 1

Page 53: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 35

BAB 03. INFLASI

Gambar 1. Prakiraan Curah Hujan Daerah Sulawesi

Prakiraan September 2019 Prakiraan Oktober 2019 Prakiraan November 2019

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Dengan adanya potensi tekanan inflasi hingga akhir 2019, perlu adanya upaya untuk menahan

laju inflasi. Upaya tersebut dilakukan agar masyarakat merasa nyaman berbelanja karena bumbu-

bumbuan merupakan bahan pangan yang selalu digunakan dalam konsumsi sehari-hari. TPID baik di

tingkat provinsi dan kabupaten dapat bekerja sama di wilayah sentra porduksi untuk meningkatkan

ketahanan tanaman melalui teknologi terbaru agar produksi tidak menurun drastis. Perlu juga

meningkatkan sentra-sentra produksi baru di wilayah Sulawesi Barat agar tidak bergantung terhadap

daerah lain untuk konsumsi masyarakat. Selain itu, komunikasi yang efektif kepada para pedagang perlu

juga dilakukan agar kenaikan harga bersifat wajar.

0 - 20

20 - 50

50 - 100

100 - 150

150 - 200

200 - 300

300 - 400

400 - 500

> 500 SANGAT TINGGI

RENDAH

MENENGAH

TINGGI

CURAH HUJAN (mm):

Page 54: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 03. INFLASI

36 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Boks 2. Persistensi Inflasi Sulawesi Barat

PERSISTENSI INFLASI SULAWESI BARAT

Endogenitas Sulawesi Barat sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat persistensi

inflasi. Kecenderungan sikap konsumtif masyarakat terhadap komoditas pangan strategis tertentu,

seperti permintaan ikan segar yang cukup populer bahkan belum mampu tergantikan oleh bahan

makanan alternatif. Di sisi lain, ketersediaan bahan makanan strategis tersebut belum dapat ditawarkan

di setiap musim. Adanya kondisi cuaca esktrim ataupun perilaku distributor dan pedagang besar dalam

mempengaruhi harga jual menjadi indikator kebutuhan masyarakat belum dapat terpenuhi sepenuhnya.

Komoditas bahan makanan strategis lainnya sebagai penyumbang inflasi adalah kelompok

rempah. Komoditas ini tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta

bahan obat tradisional. Karakteristik beberapa kelompok rempah yang berproduksi secara musiman

karena hanya pada bulan-bulan tertentu saja komoditas itu ada, sedangkan periode penanaman

umumnya dilakukan hanya pada musim kemarau. Kondisi pasokan terbatas tersebut secara tidak

langsung mendorong ekspektasi harga naik dan secara masif akan dimanfaatkan pedagang dalam

memperoleh selisih keuntungan lebih tinggi.

Persistensi inflasi digunakan dalam melihat kecenderungan inflasi untuk konvergen menuju

keseimbangan jangka panjang secara perlahan. Kondisi ini terjadi ketika terjadi suatu shock yang

telah membawa inflasi menjauhi keseimbangan jangka panjangnya (Altissimo et al. 2006). Persistensi

inflasi juga dapat diartikan durasi waktu yang dibutuhkan inflasi untuk kembali ke keseimbangan setelah

terjadi suatu perubahan yang tidak terduga (Willis, 2003).

Tabel 3.7. Persistensi Inflasi Bahan Makanan

Komoditas Bahan Makanan Rata-rata Inflasi

Tahunan ß Half Life

Beras 5,54 0,98 34,31

Bawang Putih 5,56 0,96 16,98

Layang/Benggol 9,08 0,95 13,51

Tomat Buah -16,91 0,93 9,55

Tongkol/Ambu-ambu 9,82 0,92 8,31

Katamba 8,17 0,91 7,35

Cakalang/Sisik 11,65 0,90 6,58

Bandeng/Bolu 8,13 0,89 5,95

Tomat Sayur -1,16 0,88 5,42

Telur Ayam Ras 4,26 0,86 4,60

Kembung/Gembung/Banyar/Gembolo/Aso-aso 4,65 0,81 3,29

Cabai Rawit 0,90 0,75 2,41

Cabai Merah -0,40 0,70 1,94

Daging Ayam Ras 1,35 0,61 1,40

Bawang Merah -0,56 0,50 1,00

BOKS 2

Page 55: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 37

BAB 03. INFLASI

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Ket : β>0,8 = persisten;

β<0,8 = tidak persisten;

Half life = waktu yang diperlukan inflasi dalam menyerap 50% shock yang terjadi sebelum kembali ke nilai rata-

ratanya(Gujarati,2003)

Persamaan persistensi inflasi berdasarkan Marques (2005) didapatkan bahwa Beras termasuk

bahan makanan persisten yang relatif tinggi. Pengukuran persistensi dilakukan terhadap 15 (lima

belas) komoditas bahan makanan di Sulawesi Barat selama periode 201401 sampai dengan 201904.

Beras memiliki koefisien persistensi sebesar 0,98 dan kemampuan untuk kembali menuju keseimbangan

jangka panjang membutuhkan waktu selama 34,31 bulan dalam mencapai rata-rata inflasi tahunan

sebesar 5,54%. Produksi gabah Sulawesi Barat yang cukup tinggi tidak diolah sepenuhnya di Sulawesi

Barat, mengingat selisih harga yang lebih menguntungkan mengakibatkan produsen cenderung

menjual gabah ke luar wilayah Sulawesi Barat. Kondisi ini menjadikan stok gabah untuk pemenuhan

kebutuhan beras di Sulawesi Barat menjadi terbatas akibat tingginya ketergantungan permintaan gabah

daerah lain seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, bahkan ke Kalimantan.

Bawang merah termasuk bahan makanan yang tidak persisten. Koefisien persisten bawang merah

sebesar 0,50 dan kemampuan untuk kembali menuju keseimbangan jangka panjang membutuhkan

waktu selama 1,00 bulan dalam mencapai rata-rata inflasi tahunan sebesar -0,56%. Keterjangkauan

harga bawang merah yang relatif stabil sebagai akibat dari pasokan bawang merah di Sulawesi Barat

yang cukup melimpah dan daerah pemasok bawang merah jaraknya yang tidak jauh dari Sulawesi Barat

yaitu di Pinrang Sulawesi Selatan, sehingga lebih memudahkan jalur distribusi pada saat pasokan

berkurang.

Grafik 3.9. Tingkat Inflasi Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Beras; 0,98

Bawang Putih; 0,96Layang/Benggol;

0,95Tomat Buah; 0,93Tongkol/Ambu-

ambu; 0,92Katamba; 0,91Cakalang/Sisik; 0,9

Bandeng/Bolu; 0,89Tomat Sayur; 0,88

Telur Ayam Ras; 0,86

Kembung; 0,81

Cabai Rawit; 0,75

Cabai Merah; 0,7

Daging Ayam Ras;

0,61

Bawang Merah; 0,5

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00

ß

Bobot Inflasi

Page 56: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 03. INFLASI

38 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Page 57: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 39

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

4. Stabilitas Keuangan Daerah

Bab 04 BAB 04 Stabilitas Keuangan Daerah

Page 58: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

40 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

4.1. Perkembangan Stabilitas Keuangan Rumah Tangga

4.1.1 Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga memiliki pengaruh besar pada struktur perekonomian Sulawesi Barat.

Hal ini tercermin pada pangsa konsumsi rumah tangga triwulan II 2019 sebesar 51,9% dari total PDRB

Sulawesi Barat (harga berlaku) senilai Rp11,3 triliun. Pangsa konsumsi rumah tangga triwulan II 2019

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 52,9% (Grafik 4.1). Meski pangsanya menurun,

pertumbuhan konsumsi rumah tangga justru mengalami peningkatan dengan tumbuh sebesar 4,72%

(yoy) pada triwulan II 2019, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebeasr 3,58% (yoy).

Masyarakat memiliki persepsi optimis terhadap kondisi perekonomian di triwulan II 2019. Survei

konsumen menunjukkan sejumlah indeks yang dijadikan tolak ukur tercatat positif atau lebih dari 100.

Pada triwulan II 2019, masyarakat memiliki keyakinan terhadap kondisi ekonomi dengan nilai Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 122,9 atau meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar

119,8. Kondisi perekonomian juga dinilai baik oleh masyarakat tercermin dari nilai Indeks Kondisi

Ekonomi (IKE) yang meningkat dari 118,1 pada triwulan I 2019 menjadi 122,9 pada triwulan II 2019.

Optimisme ekspektasi masyarakat tercatat 123,0 pada triwulan II 2019 atau mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan I 2019 yang sebesar 121,5 (Grafik 4.2). Peningkatan optimisme ditengarai

disebabkan memasuki hari besar agama yang sebagian besar dianut masyarakat Sulawesi Barat.

Grafik 4.1. Konsumsi Rumah Tangga

Grafik 4.2. Perkembangan Indeks Kondisi

Ekonomi Saat ini di Mamuju

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Peningkatan kinerja pertumbuhan konsumsi rumah tangga diiringi realisasi inflasi yang relatif

rendah. Inflasi triwulan II 2019 tercatat 0,54% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019

sebesar 0,96% (yoy). Pasokan bahan makanan yang mencukupi disertai terjaganya ekpektasi pedagang

dan konsumen menjadi beberapa faktor pendorong penurunan tingkat inflasi. Harga barang kebutuhan

lainnya pun relatif stabil meski masuk periode bulan puasa dan hari raya Lebaran.

Akselerasi konsumsi rumah tangga tidak disertai peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit

konsumsi (lokasi proyek) triwulan II 2019. Kredit konsumsi tercatat tumbuh 10,11% (yoy) pada

triwulan II 2019, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 12,31% (yoy). Perlambatan kredit

konsumsi lebih disebabkan penggunaan konsumsi yang berasal dari tabungan. Konsumen berupaya

menghindari penambahan jumlah kredit mengingat harga komoditas yang masih relatif rendah. Jika

3.58

4.72

-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

40

45

50

55

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Pangsa

Kontribusi - skala kanan

gKonsumsi RT - skala kanan

% %, yoy

122.9

123.0

122.9

80

90

100

110

120

130

140

150

160

II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

IKK IEK IKE Batas Optimisme

Page 59: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 41

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

ditinjau dari jenis kreditnya, penyaluran kredit multiguna (KMG) menjadi penyumbang terbesar bagi

perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi rumah tangga dimana pada triwulan II 2019 hanya tumbuh

1,98% (yoy). Selain KMG, jenis kredit konsumsi lainnya juga mengalami perlambatan. Kredit

kepemilikan rumah (KPR) mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 23,45% (yoy).

Sedangkan, kredit kendaraan bermotor mengalami perlambatan pada triwulan II 2019 dengan

pertumbuhan sebesar 29,56% (yoy).

Grafik 4.3. Konsumsi Rumah Tangga Grafik 4.4. Kredit Pemilikan Rumah

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Grafik 4.5. Kredit Kendaraan Bermotor Grafik 4.6. Kredit Multiguna

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Meski konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan, keuangan rumah tangga diindikasikan

dalam kondisi stabil. Berdasarkan hasil Survei Konsumen, indeks konsumsi barang kebutuhan tahan

lama berada pada level optimis yaitu 127,3 pada triwulan II 2019 (Grafik 4.7). Selain itu, indeks

penghasilan konsumen berada pada level 100,0 di triwulan II 2019. Tendensi konsumsi yang baik

disebabkan harga TBS sawit yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya dimana secara rata-rata

harga TBS sawit pada triwulan II 2019 sebesar Rp1.025/kg. Meskipun begitu, konsumen terlihat masih

hati-hati dalam melakukan konsumsi karena tabungan yang dimiliki masih terbatas. Kenaikan harga

komoditas secara historis meningkatkan perilaku konsumsi di Sulawesi Barat pada periode tertentu

meski belum signifikan mengingat harga TBS sawit masih di bawah harga pada periode yang sama pada

tahun 2018 yang sebesar Rp1.274/kg.

10.11

0

5

10

15

20

25

30

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi - rhsRp miliar % yoy

23.45

0

5

10

15

20

25

30

35

40

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

KPR gKPR - rhsRp miliar % yoy

29.56

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

KKB gKKB - rhsRp miliar % yoy

29.56

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

KKB gKKB - rhsRp miliar % yoy

Page 60: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

42 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Grafik 4.7. Perkembangan Indeks Kondisi

Ekonomi Saat ini di Mamuju

Grafik 4.8. Perkembangan Indeks Ekspektasi

Konsumen

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Konsumen berekspektasi kondisi perekonomian masih cukup baik dalam beberapa periode ke

depan. Berdasarkan survei konsumen, optimisme kondisi ketersediaan lapangan kerja dan dunia usaha

diperkirakan masih akan cukup baik dan mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya

(Grafik 4.8). Konsumen menilai penghasilan periode mendatang akan meningkat, sejalan dengan

optimisme indeks ekspektasi penghasilan sebesar 124,0 pada triwulan II 2019. Hasil survei konsumen

menyatakan indeks kegiatan usaha meningkat dari 109,3 pada triwulan I 2019 menjadi 113,0 pada

triwulan II 2019.

Grafik 4.9. Penggunaan Penghasilan Konsumen

Grafik 4.10. Inflasi Triwulanan dan Ekspektasi

harga 3 bulan yang akan datang

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Alokasi untuk konsumsi meningkat pada struktur pengeluaran triwulan I 2019. Berdasarkan survei

konsumen pada triwulan II 2019, sebanyak 73,0% (Grafik 4.9) pengeluaran konsumen digunakan untuk

konsumsi. Angka tersebut meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 72,6%. Hal

ini terjadi terutama pada tingkat pengeluaran level Rp2jt - Rp3 jt. Pada konsumen dengan tingkat

pengeluaran tersebut, alokasi pengeluaran bergeser dari tabungan menjadi konsumsi. Sementara secara

keseluruhan, porsi cicilan konsumen sedikit meningkat menjadi 8,0% pada triwulan II 2019 dari 7,3%

pada triwulan I 2019.

9691,025

107.3

100.0

108.7127.3

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

60

70

80

90

100

110

120

130

140

II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Harga TBS sawit (Rp/kg)-rhs Indeks Penghasilan Konsumen

Indeks Konsumsi Keb. Tahan Lama Batas Optimismeindeks Rp/kg

124.0

132.0

113.0

80

90

100

110

120

130

140

150

160

170

II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lap. Kerja

Indeks Kegiatan Usaha Batas Optimisme

55

.8

%

64

.3

%

66

.2

%

59

.3

%

64

.3

%

60

.7

%

59

.8

%

66

.4

%

64

.7

%

73

.4

%

69

.4

%

70

.1

%

72

.6

%

73

.0

%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Konsumsi Cicilan Pinjaman Tabungan

0

50

100

150

200

250

-1.0

-0.5

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2017 2018 2019

Inflasi (qtq) perubahan harga 3 bulan ke depan - rhs% indeks

Page 61: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 43

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

Tabel 4.1. Komposisi Pengeluaran Konsumen

Triwulan I 2019

Tabel 4.2. Komposisi Pengeluaran Konsumen

Triwulan II 2019

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Keterangan

(1) Rp1 jt < - 2 jt; (2) Rp2 jt <- 3 jt; (3) Rp3 jt <- 4 jt ; (4) Rp4jt < - 5 jt

(5) Rp5jt <= 6 jt; (6) Rp6jt <= 7 jt; (7) Rp7jt <= 8 jt; (8) Rp8jt <

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Keterangan

(1) Rp1 jt < - 2 jt; (2) Rp2 jt <- 3 jt; (3) Rp3 jt <- 4 jt ; (4) Rp4jt < - 5 jt

(5) Rp5jt <= 6 jt; (6) Rp6jt <= 7 jt; (7) Rp7jt <= 8 jt; (8) Rp8jt <

Konsumen berekspektasi tingkat harga akan meningkat selama triwulan II 2019. Berdasarkan

indeks perkiraan harga 3 bulan ke depan, kondisi harga di triwulan II 2019 diekspektasikan dalam

kondisi meningkat (Grafik 4.10). Hal ini seiiring meningkatnya konsumsi pada bulan Ramadhan dan

hari raya Idul Fitri tahun 2019. Namun, peningkatan konsumsi tidak terlalu menekan tingkat harga yang

beredar di masyarakat karena pasokan dan ekspektasi yang terus dijaga selama hari besar keagamaan

nasional.

4.1.2 Kinerja Keuangan Rumah Tangga

Kerentanan risiko keuangan rumah tangga terpantau relatif stabil pada triwulan II 2019.

Berdasarkan survei konsumen, Debt Service Ratio (DSR) masih tercatat relatif rendah sebesar 8,0% atau

sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya 7,3% (Grafik 4.9). Stabilnya DSR terutama pada

disebabkan konsumen pada berbagai kelompok pengeluaran Rp1-2 juta lebih banyak menekan jumlah

angsuran di bawah 10% dari total pengeluaran. Hal tersebut juga mengindikasikan rumah tangga

semakin bijak dalam pengelolaan keuangan.

Tabel 4.3 Debt Service Ratio Triwulan I 2019 Tabel 4.4 Debt Service Ratio Triwulan II 2019

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Keterangan

(1) Rp1 jt < - 2 jt; (2) Rp2 jt <- 3 jt; (3) Rp3 jt <- 4 jt ; (4) Rp4jt < - 5 jt

(5) Rp5jt <= 6 jt; (6) Rp6jt <= 7 jt; (7) Rp7jt <= 8 jt; (8) Rp8jt <

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Keterangan

(1) Rp1 jt < - 2 jt; (2) Rp2 jt <-3 jt; (3) Rp3 jt <- 4 jt; (4) Rp4jt < - 5 jt

(5) Rp5jt <= 6 jt; (6) Rp6jt <= 7 jt; (7) Rp7jt <= 8 jt; (8) Rp8jt <

Dengan porsi konsumsi yang meningkat, pangsa tabungan yang dimiliki masyarakat tidak

meningkat. Untuk meningkatkan konsumsi menjelang Lebaran, konsumen meningkatkan tendensi

konsumsi. Hal ini membuat porsi untuk tabungan mengalami penurunan. Dengan melihat penghasilan

yang tidak mengalami peningkatan yang signifikan, konsumen dari berbagai kelompok pengeluaran

cenderung mengurangi porsi tabungan.

1 2 3 4 5 6 7 8

Konsumsi 83.3 68.6 60.4 55.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Cicilan 7.6 6.3 19.2 35.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Tabungan 9.1 25.1 20.4 10.0 0.0 0.0 0.0 0.0

KeteranganTingkat Pengeluaran (%)

1 2 3 4 5 6 7 8

Konsumsi 78.1 70.5 56.67 50.0 0.0 0.0 0.0 0.0

Cicilan 4.7 6.0 19.67 43.3 0.0 0.0 0.0 0.0

Tabungan 17.2 23.5 23.67 6.7 0.0 0.0 0.0 0.0

KeteranganTingkat Pengeluaran (%)

Rasio Angsuran /

Bulan1 2 3 4 5 6 7 8

0-10% 20.7% 10.0% 2.0% 0.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

10-20% 4.7% 10.7% 3.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

20-30% 1.7% 37.0% 2.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

>30% 1.3% 5.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Rasio Angsuran /

Bulan1 2 3 4 5 6 7 8

0-10% 52.7% 25.3% 1.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

10-20% 5.3% 3.3% 1.3% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

20-30% 2.0% 1.7% 1.3% 0.3% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

>30% 2.3% 1.3% 0.7% 0.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Page 62: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

44 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Tabel 4.3. Rasio Tabungan Menurut Tingkat

Pengeluaran Triwulan I 2019

Tabel 4.4. Rasio Tabungan Menurut Tingkat

Pengeluaran Triwulan II 2019

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Keterangan

(1) Rp1 jt < - 2 jt; (2) Rp2 jt <- 3 jt; (3) Rp3 jt <- 4 jt ; (4) Rp4jt < - 5 jt

(5) Rp5jt <= 6 jt; (6) Rp6jt <= 7 jt; (7) Rp7jt <= 8 jt; (8) Rp8jt <

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Keterangan

(1) Rp1 jt < - 2 jt; (2) Rp2 jt <- 3 jt; (3) Rp3 jt <- 4 jt ; (4) Rp4jt < - 5 jt

(5) Rp5jt <= 6 jt; (6) Rp6jt <= 7 jt; (7) Rp7jt <= 8 jt; (8) Rp8jt <

4.1.3 Dana Pihak Ketiga Perseorangan Perbankan

DPK perseorangan masih mendominasi total DPK Sulawesi Barat. Total DPK perseorangan di

Sulawesi Barat yaitu Rp3,45 triliun atau 66,1% dari total DPK triwulan II 2019 (Grafik 4.11). Hal ini

menurun dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 67,7%. Penurunan porsi DPK perseorangan lebih lebih

disebabkan aliran dana dari pemerintah pusat untuk pemerintah daerah sudah mulai mengalir ke kas

daerah meski belum direalisasikan untuk program kerja. Jika ditinjau dari komposisi DPK, instrumen

simpanan yang paling banyak dipilih masyarakat adalah tabungan (Grafik 4.12). Nominal tabungan

mencapai Rp3,0 triliun atau 86,5% dari total DPK perseorangan pada triwulan II 2019. Porsi ini realtif

sama dengan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, nominal giro perseorangan tercatat sekitar Rp125,5

miliar atau 3,6% terhadap total DPK perseorangan. Deposito memiliki pangsa sebesar 9,9% setara

dengan Rp340,4 miliar.

Grafik 4.11. Pangsa DPK Perseorangan

Terhadap Total DPK di Sulawesi Barat

Grafik 4.12. Komposisi DPK Perseorangan di

Sulawesi Barat

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Pertumbuhan DPK perseorangan melambat pada triwulan II 2019. Pertumbuhan tercatat 9,1% (yoy)

pada triwulan II 2019, lebih rendah dibandingkan 9,5% (yoy) pada triwulan I 2019 (Grafik 4.13).

Perlambatan pertumbuhan tersebut ditopang perlambatan pertumbuhan pada instrumen tabungan.

Tabungan perseorangan mengalami pertumbuhan 8,1% (yoy) pada triwulan II 2019 atau melambat dari

triwulan sebelumnya 12,7% (yoy). Sebagaimana pada pembahasan sebelumnya, penurunan tabungan

didorong tendensi konsumsi yang menguat pada bulan puasa dan menjelang Lebaran.

Rasio Tabungan /

Bulan1 2 3 4 5 6 7 8

0-10% 20.7% 49.0% 3.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

10-20% 5.3% 8.0% 2.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

20-30% 1.3% 2.3% 0.7% 0.3% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

>30% 1.0% 3.3% 2.0% 0.3% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

Rasio Tabungan /

Bulan1 2 3 4 5 6 7 8

0-10% 25.7% 6.7% 1.0% 1.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

10-20% 10.7% 4.7% 2.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

20-30% 23.3% 19.0% 1.7% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

>30% 2.7% 1.3% 0.3% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

68.0

%

69.4

%

72.8

%

89.1

%

70.6

%

74.2

5%

75.1

6%

85.1

0%

69

.56

%

67.3

7%

69.6

5%

86.9

4%

67.6

9%

66.1

1%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Perseorangan Bukan Perseorangan

85.2

%

82.2

%

83.7

%

84.9

8%

84.6

1%

83

.36

%

83.8

5%

86.6

9%

84.0

5%

85.6

7%

85.8

3%

87.6

3%

86.5

0%

86.4

8%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Giro Tabungan Deposito

Page 63: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 45

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

Grafik 4.13. Pertumbuhan Jenis DPK dari sisi

Kepemilikan

Grafik 4.14. Pertumbuhan Komposisi DPK

Perseorangan

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

4.1.4 Kredit Perbankan Sektor Rumah Tangga

Meski konsumsi rumah tangga meningkat, penyaluran kredit konsumsi mengalami perlambatan.

Secara nominal, kredit rumah tangga tercatat Rp5,9 triliun dengan pertumbuhan 10,1% (yoy) pada

triwulan II 2019, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,3% (yoy) (Grafik 4.15).

Perlambatan kredit konsumsi lebih disebabkan konsumsi yang lebih banyak memanfaatkan tabungan

dibandingkan mengambil kredit untuk menjaga stabilitas keuangan rumah tangga. Jika ditinjau lebih

lanjut, perlambatan pertumbuhan terjadi pada produk kredit yang umum diambil masyarakat Sulawesi

Barat. Penyaluran KMG tumbuh 2,0% (yoy) pada triwulan II 2019, menurun jika dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 5,1% (yoy). Selain itu, pertumbuhan KPR tercatat 23,5%

(yoy) pada triwulan II 2019, menurun dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 27,3% (yoy). Kredit

Kendaraan Bermotor (KKB) juga mengalami deselerasi pertumbuhan. Kredit untuk kebutuhan

pendukung transportasi ini mengalami pertumbuhan 29,6% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan

sebelumnya 31,0% (yoy).

Grafik 4.15. Perkembangan Kredit Rumah

Tangga

Grafik 4.16. Perkembangan Risiko Kredit

Rumah Tangga

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Rasio kredit bermasalah masih rendah sejalan dengan penurunan pertumbuhan kredit rumah

tangga. Secara umum, rasio kredit rumah tangga yang terkategori bermasalah (NPL) sebesar 1,05%

9.09

7.05

13.31

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

-5

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

DPK Total Perseorangan Non Perseorangan - rhs

% yoy % yoy

8.06

-1.16

7.48

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

-5

0

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Tabungan Deposito Giro - rhs

% yoy% yoy

23.45

29.56

1.98

10.11

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Pert. KPR Pert. KKB Pert. KMG Pert. Kredit Rumah Tangga

% yoy

1.71%

2.26%

0.87%

1.05%

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

2.5%

3.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

NPL KPR NPL KKB NPL KMG NPL Kredit Rumah Tangga

Page 64: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

46 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

pada triwulan II 2019 (Grafik 4.16). Realisasi tersebut stabil dibandingkan triwulan I 2019 yang sebesar

1,00%. Stabilnya NPL terutama disebabkan penurunan NPL pada produk KKB disertai sedikit kenaikan

pada produk KMG. NPL pada produk KMG dan KKB masing-masing sebesar 0,87% dan 2,26% pada

triwulan II 2019. Rendahnya level NPL pada kredit rumah tangga di Sulawesi Barat tidak terlepas dari

peran perbankan yang selektif dan mengandalkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit.

4.2. Perkembangan Stabilitas Keuangan Korporasi

Penyaluran kredit korporasi mengalami perlambatan pada triwulan II 2019. Secara nominal, kredit

korporasi mencapai Rp5,8 triliun atau tumbuh sebesar 20,3% (yoy) pada triwulan II 2019. Pencapaian

tersebut melambat dibandingkan triwulan I 2019 yang sebesar 24,4% (yoy) (Grafik 4.17). Sektor yang

paling besar penyaluran kreditnya yaitu perdagangan tumbuh 13,0% (yoy) pada triwulan II 2019, lebih

rendah dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 14,2% (yoy). Aktivitas perdagangan telah digenjot di awal

tahun untuk menghindari ekspektasi yang meningkat pada triwulan II 2019. Selain perdagangan,

penyaluran kredit di sektor lainnya mengalami perlambatan. Kredit industri pengolahan mengalami

perlambatan pertumbuhan yaitu sebesar 69,6% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh

82,1% (yoy). Pertumbuhan kredit korporasi yang tinggi juga terjadi pada sektor lainnya yaitu pertanian,

tumbuh 40,3% (yoy).

Grafik 4.17. Perkembangan Kredit Korporasi Grafik 4.18. Pangsa Kredit Korporasi

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Pangsa kredit pada sektor perdagangan masih yang terbesar di Sulawesi Barat. Kredit sektor

perdagangan memiliki peran sebesar 44% terhadap total kredit korporasi di Sulawesi Barat. Sektor

perdagangan memang menjadi usaha favorit di Sulawesi Barat. Hasil sumber daya alam yang berlimpah

menjadi produk yang paling banyak diperdagangkan di Sulawesi Barat. Sektor kedua dengan

penyaluran kredit terbesar yaitu sektor pertanian yang memiliki pangsa 32%. Pembangkit listrik yang

baru yaitu PLTU Belang-Belang mampu mendorong penyaluran kredit pada sektor kelistrikan yang pada

triwulan II 2019 memiliki pangsa 9%.

Risiko kredit korporasi mengalami penurunan pada triwulan II 2019. Risiko NPL kredit korporasi

secara umum tercatat 2,5% pada triwulan II 2019, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 sebesar

2,8% (Grafik 4.19). Penurunan NPL terutama terjadi pada sektor konstruksi yang menurun dari 22,0%

40.31

13.00

20.30

69.60

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Pertanian Perdagangan

Kredit Korporasi Industri pengolahan - rhs

% yoy % yoy

Pertanian

32%

Industri

pengolahan

4%

Listrik,Gas dan

Air

9%

Konstruksi

3%

Perdagangan

44%

Lainnya

8%

Page 65: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 47

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

pada triwulan I 2019 menjadi 10,5% pada triwulan II 2019. Risiko kredit sektor industri pengolahan

tercatat juga menurun menjadi 1,5% pada triwulan II 2019 dibandingkan 1,8% pada triwulan

sebelumnya. Sementara itu, risiko kredit pada sektor terbesar dalam penyaluran kredit yaitu

perdagangan, relatif stabil pada angka 3,8%. Sementara, risiko kredit bermasalah pada sektor pertanian

tercatat 0,8% pada triwulan II 2019, meningkat dibandingkan 0,6% pada triwulan I 2019.

Grafik 4.19. Perkembangan Risiko Kredit Korporasi

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

4.3. Perkembangan Institusi Perbankan

4.3.1 Perkembangan Kredit dan DPK Agregat

Kinerja perbankan di Sulawesi Barat pada triwulan II 2019 dalam hal penyaluran kredit (lokasi

bank) tercatat cukup baik. Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan II 2019 tumbuh 13,9% (yoy).

Pertumbuhan tersebut relatif stabil dibandingkan triwulan I 2019 yang sebesar 14,1% (yoy). Akselerasi

penyaluran kredit terutama didorong realisasi kredit investasi yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya

dengan tumbuh 24,8% (yoy). Pertumbuhan tersebut didorong proses realisasi investasi baru pada sektor

kelapa sawit. Peningkatan pada kredit investasi tidak diiringi peningkatan pada kredit konsumsi yang

melambat dari 12,6% (yoy) pada triwulan I 2019 menjadi 11,4% (yoy) pada triwulan II 2019.

Stabilnya pertumbuhan penyaluran kredit tidak diiringi dengan kinerja pertumbuhan DPK yang

mengalami deselerasi dari 12,6% (yoy) pada triwulan I 2019 menjadi 11,4% (yoy) pada triwulan

II 2019 (Grafik 4.21). Perlambatan DPK terutama terjadi pada jenis instrumen simpanan tabungan dan

deposito. Tabungan melambat dari 13,4% (yoy) di triwulan I 2019 menjadi 10,0% (yoy) di triwulan II

2019. Sementara, deposito mengalami penurunan nominal sehingga tumbuh -6,64% (yoy).

Perlambatan pada jenis simpanan tabungan disebabkan penggunaan penghasilan untuk konsumsi di

saat periode hari besar raya keagamaan nasional.

0.77%

1.52%

3.83%

2.49%

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

2.5%

3.0%

3.5%

4.0%

4.5%

0.0%

0.5%

1.0%

1.5%

2.0%

2.5%

3.0%

3.5%

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

NPL Kredit Pertanian NPL Industri pengolahan

NPL Kredit Perdagangan - rhs NPL Kredit Korporasi - rhs

Page 66: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

48 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Grafik 4.20. Perkembangan Penyaluran Kredit Grafik 4.21. Perkembangan Aset dan DPK

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

4.3.2 Perkembangan Kredit dan DPK Spasial

Penyaluran kredit (lokasi proyek) di Sulawesi Barat pada triwulan II 2019 terkonsentrasi pada

Kabupaten Mamuju dan Polewali Mandar. Kedua Kabupaten ini melaksanakan fungsi intermediasinya

dengan pangsa masing-masing sebesar 26,4% dan 28,2% (Grafik 4.23). Besarnya penduduk pada

kedua kabupaten tersebut mendorong perbankan banyak menyasar daerah tersebut untuk penyaluran

kredit. Kabupaten Pasangkayu menjadi kabupaten ketiga terbesar dalam penyaluran kredit dengan porsi

sebesar 17,2%. Tingginya penyaluran kredit di Kabupaten Pasangkayu meski jumlah penduduknya tidak

besar disebabkan banyaknya industri pengolahan pada wilayah yang dahulunya bernama Mamuju Utara

ini. Sementara, kabupaten Mamasa yang masih aktivitas perekonomian yang relatif rendah dibanding

kabupaten lainnya memiliki proporsi kredit paling rendah di Sulawesi Barat sebesar 7,2%.

Grafik 4.22. Share Kredit Bank Umum secara

Spasial Triwulan I 2019

Grafik 4.23. Share Kredit Bank Umum secara

Spasial Triwulan II 2019

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Sebagian besar Kabupaten di Sulawesi Barat didominasi oleh kredit konsumsi. Penyaluran kredit

yang dilakukan oleh perbankan bersifat konsumtif (Grafik 4.24). Kabupaten Majene menjadi kabupaten

memiliki porsi kredit konsumtif sebesar 68,4% atau terbesar dibandingkan kabupaten lain. Hal yang

menarik adalah Kabupaten Mamuju Tengah memiliki penyaluran kredit investasi dengan porsi terbesar

yaitu 56,7%. Berkembangnya industri olahan yang sebelumnya hanya berada di daerah Pasangkayu ke

14.30

21.38

12.64

14.05

-5

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Pert. Kredit Modal Kerja Pert. Kredit Investasi

Pert. Kredit Konsumsi Pertumbuhan Kredit% yoy

12.55

11.65

-5

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Pertumbuhan DPK Pert. Aset% yoy

Kab. Polewali

Mandar

28.1%

Kab. Majene

9.9%

Kab. Mamasa

7.2%

Kab.

Pasangkayu

16.4%

Kab. Mamuju

Tengah

11.0%

Kab. Mamuju

27.3%

Kab. Polewali

Mandar

28.2%

Kab. Majene

9.9%

Kab. Mamasa

7.2%

Kab.

Pasangkayu

17.2%

Kab. Mamuju

Tengah

11.0%

Kab. Mamuju

26.4%

Page 67: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 49

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

arah Mamuju Tengah, membuat penyaluran kredit investasi pada kabupaten termuda di Sulawesi Barat

ini menjadi besar. Fakta ini perlu dicontoh oleh perbankan di daerah lain untuk memberikan nilai tambah

bagi aktivitas perekonomian.

Grafik 4.24. Komposisi Jenis Penggunaan Kredit

Triwulan II 2019

Grafik 4.25. Rasio NPL Bank Umum secara

Spasial

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Perkembangan risiko kredit di seluruh kabupaten bervariasi. Daerah yang mengalami peningkatan

risiko kredit yaitu Polewali Mandar dan Pasangkayu dengan masing-masing NPL sebesar 2,17% dan

1,28. Sementara di kabupaten Majene, Mamasa, dan Mamuju Tengah, risiko kredit mengalami

penurunan dimana masing-masing sebesar 1,19%, 0,94%, dan 2,23%. Secara spasial, seluruh

kabupaten terpantau tingkat yang terjaga karena rasio NPL berada di bawah 5% (Grafik 4.25).

Grafik 4.26. Share DPK Bank Umum Spasial

pada Triwulan IV 2018

Grafik 4.27. Share DPK Bank Umum Spasial

pada Triwulan I 2019

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Aktivitas penghimpunan dana masyarakat di Kabupaten Mamuju meningkat pada triwulan I 2019.

Porsinya tercatat 41,0% meningkat dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 40,5% (Grafik 4.26 dan

Grafik 4.27). Kabupaten Mamuju dan Polewali Mandari menjadi 2 (dua) daerah dengan pangsa terbesar

di Sulawesi Barat dalam hal penghimpunan dana dari masyarakat. Di sisi lain, Kabupaten Mamuju

Tengah menjadi kabupaten dengan share terendah sebesar 2,1% pada triwulan I 2019 untuk aktivitas

penghimpunan dana masyarakat. Meskipun paling rendah, pangsa tersebut meningkat dibanding

triwulan sebelumnya yang hanya 2,0%.

34.4%

26.1%31.2% 29.4%

13.7%

31.0%

14.0%

5.5%

7.6%

39.7%

56.7%

15.3%

51.7%

68.4%

61.2%

30.9% 29.6%

53.7%

Kab. Polewali

Mandar

Kab. Majene Kab. Mamasa Kab. Pasangkayu Kab. Mamuju

Tengah

Kab. Mamuju

Modal Kerja Investasi Konsumsi

2.08

1.31

1.16 1.14

3.39

1.52

2.17

1.19

0.94

1.28

2.23

1.53

Kab. Polewali

Mandar

Kab. Majene Kab. Mamasa Kab. Pasangkayu Kab. Mamuju

Tengah

Kab. Mamuju

Tw I 2019 Tw II 2019

Kab.

Polewali

Mandar

28.9%

Kab. Majene

13.0%

Kab.

Mamasa

5.0%

Kab.

Pasangkayu

10.7%

Kab.

Mamuju

Tengah

2.0%

Kab.

Mamuju

40.5%

Kab. Polewali

Mandar

28.8%

Kab. Majene

12.9%

Kab. Mamasa

5.1%Kab.

Pasangkayu

10.1%

Kab. Mamuju

Tengah

2.1%

Kab. Mamuju

41.0%

Page 68: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

50 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Hampir seluruh kabupaten memilih instrumen tabungan sebagai pilihan untuk menyimpan

dananya di perbankan. Porsi tabungan terbesar berasal dari Kabupaten Polewali Mandar hingga

72,4% (Grafik 4.28). Kabupaten Mamuju Tengah menjadi kabupaten yang memiliki giro dengan porsi

terbesar yaitu 70,5%. Jumlah deposito pun belum banyak dilirik oleh sebagian besar masyarakat

Sulawesi Barat. Hal ini ditandai porsinya masih di bawah 15% pada setiap kabupaten.

Grafik 4.28. Komposisi Jenis DPK Spasial Triwulan I 2019

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

4.4. Perkembangan Pembiayaan UMKM dan Akses Keuangan

Penyaluran kredit UMKM mengalami perlambatan. Kredit UMKM tercatat tumbuh 20,1% (yoy) pada

triwulan II 2019, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 24,6% (yoy). Secara

nominal, nilai kredit UMKM meningkat dari Rp4,3 triliun menjadi Rp4,4 triliun. Peningkatan penyaluran

kredit ini mendorong pangsa kredit UMKM terhadap total penyaluran kredit di Sulawesi Barat menjadi

38,1% pada triwulan II 2019. Aktivitas perekonomian yang terus meningkat mendorong masyarakat

untuk lebih produktif dengan mendirikan usaha sendiri. Program Wirausaha Baru Indonesia (WUBI) yang

diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat menjadi motivasi bagi

masyarakat untuk terus mengembangkan usaha.

Risiko kredit UMKM pada triwulan II 2019 mengalami penurunan. Kredit UMKM yang terkategori

bermasalah mengalami penurunan dari 3,6% pada triwulan I 2019 menjadi 3, 1% pada triwulan II 2019

(Grafik 4.30). Penurunan tersebut mengindikasikan tingkat risiko pada sektor UMKM yang semakin

rendah. Selain dari penerapan prinsip kehati-hatian perbankan, penurunan risiko juga didorong semakin

meningkatnya kompetensi pelaku UMKM di Sulawesi Barat. Ekspansi usaha hingga diversifikasi produk

menjadi beberapa alternatif yang telah dilakukan untuk meningkatkan keuntungan dalam berusaha.

16.8%

23.2%

50.3%

34.6%

70.5%

38.8%

72.4%

66.3%

40.8%

59.1%

25.8%

52.2%

Kab. Polewali

Mandar

Kab. Majene Kab. Mamasa Kab. Pasang Kayu Kab. Mamuju

Tengah

Kab. Mamuju

Giro Tabungan Deposito

Page 69: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 51

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

Grafik 4.29. Perkembangan Kredit UMKM Grafik 4.30. Perkembangan Risiko Kredit UMKM

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

Akses keuangan dari penghimpunan dana dan pembiayaan mengalami peningkatan. Dengan

membandingkan jumlah rekening tabungan perseorangan dengan jumlah penduduk usia bekerja (di

atas 15 tahun), kemudahan dalam mendapatkan akses keuangan mengalami perbaikan. Rasio rekening

tabungan terhadap jumlah penduduk usia bekerja pada triwulan II 2019 sebesar 110,4% atau

meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 106,5% (Grafik 4.31). Selain itu, kemudahan

dalam mendapatkan akses pembiayaan dimana rasio rekening kredit terhadap penduduk usia bekerja

tercatat meningkat dari 11,4% pada triwulan I 2019 menjadi 11,6% pada triwulan II 2019 (Grafik 4.32).

Rendahnya nilai akses terhadap pembiayaan mengindikasikan masih banyak masyarakat yang belum

memperoleh fasilitas keuangan untuk pengembangan wirausaha.

Grafik 4.31. Rasio Rekening Tabungan per

Penduduk Usia Bekerja

Grafik 4.32. Rasio Rekening Kredit per Penduduk

Usia Bekerja

Sumber: Laporan Bank Umum, diolah Sumber: Laporan Bank Umum, diolah

20.13

38.07

34

36

38

40

42

44

0

5

10

15

20

25

30

35

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Pert. Kredit UMKM

Pangsa Kredit UMKM - skala kanan

% yoy %

10.9

3.14%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

10

11

11

12

12

13

13

14

14

15

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Suku Bunga Kredit UMKM NPL UMKM

56.859.1

63.5 62.767.3

80.1

86.3

95.297.3

100.2101.1104.5

106.5110.4

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Rasio Rek. Tabungan per Penduduk Usia >15 th (%)

Pert. Jml. rekening tabungan (% yoy)-rhs

8.79.0 9.0 9.2 9.4

9.7 9.910.1 10.3

10.611.0 11.1

11.4 11.6

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

0

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2016 2017 2018 2019

Rasio Rek. Kredit per Penduduk Usia >15 th (%)

Pert. Jml. rekening kredit (% yoy)-rhs

Page 70: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

52 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Boks 3. Interkoneksi Keuangan Antar Sektor Tw IV 2018

INTERKONEKSI KEUANGAN ANTAR SEKTOR TW IV 2018

Posisi keuangan Sulawesi Barat tercatat mengalami surplus aset. Neto aset keuangan tercatat Rp

544,74 miliar pada triwulan IV 2018 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan III 2018 yang tercatat

sebesar Rp 207,09 miliar. Jika ditinjau lebih lanjut, kenaikan aset keuangan tercatat pada sejumlah

sektor seperti korporasi, RT, Perbankan, dan IKNB. Untuk Pemerintah Daerah, aset keuangan terpantau

mengalami kontraksi pertumbuhan hingga 66,8% (qtq). Hal ini dapat diindikasikan adanya realisasi

belanja program kerja yang cukup signifikan pada akhir tahun.

Tabel 4.5. Neto Posisi Keuangan Provinsi Sulawesi

Barat

Grafik 4.33. Aset Keuangan (%qtq)

Sumber: Departemen Statistik - Bank Indonesia, diolah Sumber: Departemen Statistik - Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan BSA Matrix, secara kumulatif, sektor korporasi memiliki kewajiban terbesar terutama

pada ROI. Aliran dana korporasi unggulan Sulawesi Barat yaitu industri pengolahan mendapatkan dana

dari parent company yang selanjutnya akan digunakan untuk modal kerja maupun investasi. Dari sisi

netto aset keuangan, perbankan memiliki aset terbesar yang dipengaruhi kewajiban RT dalam bentuk

kredit. Peningkatan aset perbankan pada triwulan IV 2018 sejalan dengan realisasi penyaluran kredit

yang tumbuh menjadi 3,3% (qtq) pada triwulan IV 2018 dibandingkan 3,0% (qtq) pada triwulan

sebelumya. Untuk pemerintah daerah, penurunan neto aset keuangan yang menurun cukup drastis

menjadi 0,68% (qtq) sejalan dengan realisasi belanja akhir tahun. Indikasinya terlihat dari giro

pemerintah yang mengalami kontraksi pertumbuhan hingga 79,82% (qtq). Tingkat kewajiban RT yang

mengalami penurunan menjadi -2,43% pada triwulan IV 2018 diindikasikan sejalan dengan

perlambatan konsumsi RT yang melambat dibandingkan triwulan III 2018.

INDIKATOR 2018 Q4 2018 Q3

NOMINAL % QOQ NOMINAL % QOQ

Aset Keuangan 18.100,77 3,68% 17.458,27 5,37%

Total Liabilitas 17.556,03 1,77% 17.251,18 2,50%

Utang 16.417,30 1,29% 16.207,84 2,10%

Ekuitas 1.138,73 9,14% 1.043,33 9,23%

Neto Aset Keuangan 544,74 163,04% 207,09 -179,08%

3,0%12,7%

2,3%

-2,8%-9,0%

31,1%15,4%

4,5%4,8%

-66,8%

Korporasi RT Bank IKNB Pemda

2018 Q3 2018 Q4

BOKS 3

Page 71: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 53

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

Tabel 4.6. BSA MATRIX, Neto Posisi Keuangan ProvinsiSulawesi Barat (% / PDRB)

Sumber: Departemen Statistik - Bank Indonesia, diolah

Ket : NFC : Korporasi , HH : Rumah Tngga, ODC : Perbankan, OFC : Institusi Keuangan Lainnya, LG :

Pemerintah Daerah, ROI : Provinsi Lain di Indonesia, ROW : Luar Negeri

Realisasi belanja Pemerintah yang meningkat pada akhir tahun mendorong kebutuhan dana likuid .

Hal ini tergambar pada kontraksi pertumbuhan giro yang hampir mencapai 80% (qtq). Di samping itu,

penurunan harga komoditas yang cukup tajam pada triwulan IV 2018 mendorong perilaku masyarakat

untuk menyimpan sebagian penghasilannya. Aliran dana pembelian hasil komoditas masyarakat berasal

dari parent company sawit yang tergambar transaksi keuangan ROI kepada HH. Pola belanja pemerintah

yang menumpuk pada akhir tahun tergambar pada semakin mengecilnya posisi net liabilities. Kegiatan

penghimpunan DPK perbankan yang terus berlanjut hingga akhir tahun. Hal ini tidak lepas dari tendensi

menyimpan penghasilan kepada perbankan

Gambar 2. Network Transaksi Pola Keuangan

Provinsi Sulawesi Barat triwulan IV 2018

Gambar 3. Network Posisi Pola Keuangan

Provinsi Sulawesi Barat triwulan IV 2018

Sumber: Analisis, diolah Sumber: Analisis, diolah

Keterangan : Net Inflow Net Outflow Keterangan : Net Assets Net Liabilities

NFC HH ODC OFC LG ROI ROW TOTAL

NFC 0,00% -0,72% -0,15% -0,67% -0,18% -2,94% -0,20% -4,86%

HH 0,72% 0,00% -6,86% 0,01% -0,02% 3,72% 0,00% -2,43%

ODC 0,15% 6,86% 0,00% -0,23% -0,39% 0,68% -0,01% 7,05%

OFC 0,67% -0,01% 0,23% 0,00% 0,00% -0,08% 0,00% 0,82%

LG 0,18% 0,02% 0,39% 0,00% 0,00% 0,09% 0,00% 0,68%

ROI 2,94% -3,72% -0,68% 0,08% -0,09% 0,00% 0,00% -1,46%

ROW 0,20% 0,00% 0,01% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,21%

Page 72: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

BAB 04. STABILITAS KEUANGAN DAERAH

54 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Page 73: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 55

BAB 05. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH

5. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran & Pengelolaan Uang

Rupiah

BAB 05 Penyelenggaraan Sistem Pembayaran & Pengelolaan Uang Rupiah

Page 74: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

56 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

BAB 05. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH

5.1. Perkembangan Sistem Pembayaran Tunai

5.1.1. Perkembangan Inflow/Outflow Uang Kartal

Aliran Uang Sulawesi barat Triwulan II 2019 tercatat net outflow. Jumlah uang yang keluar (outflow)

tercatat Rp 1.003,43 miliar mengalami kontraksi sebesar 20,39% (yoy) jika dibandingkan pada periode

yang sama tahun sebelumnya. Sementara untuk aliran uang yang masuk (inflow) Rp 129,72 miliar

mengalami kontraksi sebesar 17,55% (yoy). Berdasarkan data ini, aliran uang di Sulawesi Barat tercatat

net outflow sebesar Rp 873,71 miliar mengalami kontraksi 20,79% (yoy) (Grafik 5.1). Tingginya

peningkatan aliran uang ini dipengaruhi permintaan masyarakat sepanjang periode puasa dan lebaran.

Pada awal triwulan III 2019, aliran uang yang keluar tercatat sebesar Rp 360,6 miliar, sedangkan aliran

uang yang masuk adalah Rp 129,72 miliar. Dengan kata lain, aliran uang Sulawesi Barat Juli 2019

mengalami net outflow Rp 230,88 miliar yang mengalami pertumbuhan hingga 558,48% (mtm)

dibandingkan bulan sebelumnya. Pencairan gaji ke-13 bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan

Pemerintah Daerah menjadi salah satu penyebab tingginya aliran uang keluar pada bulan Juli 2019.

Grafik 5.1. Perputaran Uang Kartal KPw BI Prov. Sulawesi Barat

Sumber: Bank Indonesia, diolah

5.1.2. Penarikan Uang Tidak Layak Edar

Sebagai Bank sentral, Bank Indonesia secara konsisten berupaya memenuhi kebutuhan uang baik

dari nominal, pecahan, dan kondisi layak edar (clean money policy). Dalam mendukung keberhasilan

kebijakan ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Barat melakukan penukaran Uang

Tidak Layak Edar (UTLE) melalui berbagai mekanisme yakni penukaran uang di loket Bank Indonesia,

perbankan, kas keliling dalam dan luar kota, serta kas titipan di kabupaten Pasangkayu dan Polewali

Mandar. Kegiatan setoran UTLE pada triwulan II secara nominal tercatat Rp 39,26 miliar mengalami

penurunan 44,29% (yoy) (Grafik 5.2). Kegiatan layanan kas keliling yang dilaksanakan pada triwulan II

2019 sebanyak 17 kali dengan rincian yakni 1 kali untuk kas keliling luar kota dan 16 kali untuk kas

keliling dalam kota. Modal kerja yang dikeluarkan dalam rangka pelaksanaan kas keliling pada triwulan

II 2019 sebesar Rp 16,36 miliar.

-228

30

-765

-266

-841

-239

-1.103

-835

-775

-306

-874

-231

-17,55

-20,39

-75

-50

-25

0

25

50

75

100

125

150

175

200

225

250

-1.200

-1.000

-800

-600

-400

-200

0

200

TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II Tw III Tw IV Tw I TW II Juli

2016 2017 2018 2019

Netflow gInflow (rhs) gOutflow (rhs)Rp miliar

% yoy

Page 75: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 57

BAB 05. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Grafik 5.2. Perkembangan Setoran Uang

Tidak Layak Edar

Sumber: Bank Indonesia, diolah

5.1.3. Denominasi aliran uang kartal di Sulawesi Barat

Pecahan Uang Kertas Rp 50.000,- dan Uang Logam Rp 500,- merupakan jenis pecahan terbanyak

pada aliran outflow triwulan II 2019. Aliran Uang Kertas (UK) tercatat Rp 968,16 miliar pada triwulan

II 2019. Uang kertas pecahan Rp 50.000,- tercatat 6,42 juta lembar atau setara dengan 24,03 % dari

total UK yang keluar. Untuk UK pecahan Rp 2.000,- jumlah uang yang tercatat sebanyak 5,67 juta

lembar yang setara dengan 21,24 % dari total UK yang keluar (Grafik 5.3). Sementara untuk uang

logam (UL) tercatat Rp 215,10 juta pada triwulan II 2019. Uang logam pecahan Rp 500 tercatat 184,31

ribu keeping atau setara dengan 38,66 % dari total UL yang keluar. Sedangkan untuk UL pecahan Rp

200 tercatat 100,10 ribu keping setara dengan 21% dari total UL yang keluar (Grafik 5.4). Uang

pecahan Rp 2.000,- mengalami peningkatan kebutuhan pada triwulan II dikarenakan adanya hari raya

Idul Fitri sehingga masyarakat membutuhkan uang pecahan kecil.

Grafik 5.3. Denominasi Uang Kartal Outflow

Sulawesi Barat

Grafik 5.4. Denominasi Uang Logam Outflow

Sulawesi Barat

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Aliran uang masuk (inflow) triwulan II 2019 didominasi UK pecahan Rp 10.000,- dan UL pecahan

Rp 100,-. Jumlah UK yang masuk ke Sulawesi Barat (inflow) tercatat Rp 129,72 juta pada triwulan II

2019. Uang kertas pecahan Rp 10.000 tercatat 798,9 ribu lembar setara dengan 18,88 % dari total

inflow jenis uang kertas. Untuk uang kertas pecahan Rp 100.000,- tercatat 758,2 ribu lembar setara

17,21% dari total UK yang masuk (Grafik 5.5). Untuk pecahan uang logam (UL), aliran inflow tercatat

Rp 887,2 ribu . Aliran masuk dari pecahan UL Rp 100 tercatat 792 keping atau setara dengan 24,62%

83

167

88

112

66

80

70

47 46

54

39

-200

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2016 2017 2018 2019

Total Setoran UTLE gSetoran UTLE (RHS)Rp miliar % yoy

20,86%

24,03%

7,10%8,73%

12,16%

21,24%

5,88%

UK - 100000

UK - 50000

UK - 20000

UK - 10000

UK - 5000

UK - 2000

UK - 1000

19,51%

38,66%

21,00%

20,82%

0,02%

UL - 1000

UL - 500

UL - 200

UL - 100

UL - 50

Page 76: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

58 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

BAB 05. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH

dari total inflow, sementara UL Rp 500,- tercatat 720 keping setara 22,38% dari total inflow (Grafik

5.6).

Grafik 5.5. Denominasi Uang Kartal Inflow

Sulawesi Barat

Grafik 5.6. Denominasi Uang Logam Inflow

Sulawesi Barat

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Penukaran uang pada kegiatan kas keliling dalam dan luar kota pada Triwulan II 2019 didominasi

uang kertas. Realisasi penukaran kas keliling dalam dan luar kota tercatat Rp 5,76 Miliar dengan

didominasi penukaran jenis uang kertas. Uang kertas pecahan Rp2.000,- menjadi pecahan yang paling

banyak keluar mencapai 43,5% dari total lembar UK yang keluar dengan nominal Rp 832,8 juta.

Sementara uang kertas pecahan Rp 5.000,- mencapai 21,6% dari total UK yang keluar dengan nominal

Rp 1.034,80 juta (Grafik 5.7). Dominasi penukaran uang kertas pecahan kecil yaitu Rp2.000,- dan Rp

5.000,- pada kas keliling disebabkan adanya kebutuhan masyarakat akan uang pecahan kecil untuk

kegiatan hari raya Idul Fitri pada Triwulan II. Untuk uang logam, pecahan Rp 500,- menjadi pecahan

yang paling banyak keluar yaitu mencapai 42,9% dari total uang logam yang keluar dengan nominal

Rp 29,5 juta. Uang logam pecahan Rp 1.000,- yang keluar mencapai 22,5% dari total uang logam yang

keluar dengan nominal Rp 31 juta (Grafik 5.8).

Grafik 5.7. Denominasi Uang Kartal

Outflow Kas Keliling

Grafik 5.8. Denominasi Uang Logam Outflow

Kas Keliling

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Dari kegiatan kas keliling yang dilakukan, pecahan uang kertas Rp 100.000,- dan Rp 50.000,- menjadi

pecahan terbanyak yang masuk yaitu masing-masing 24,8% dan 18,2% (Grafik 5.9). Nominal uang

kertas pecahan Rp 100.000,- yang masuk adalah Rp 3.745,6 juta dan uang kertas pecahan Rp 50.000,-

berjumlah Rp 1.370,1 juta. Hal ini sejalan dengan kebutuhan masyarakat akan uang pecahan kecil

menjelang hari raya Idul Fitri sehingga uang pecahan besar seperti Rp 50.000,- dan Rp 100.000,-

mengalami peningkatan dalam hal inflow. Pecahan uang logam yang paling banyak masuk adalah

17,92%

14,04%

13,24%

18,88%

16,58%

16,32%

3,01%

UK - 100000

UK - 50000

UK - 20000

UK - 10000

UK - 5000

UK - 2000

UK - 1000

12,19%

22,38%

8,52%24,62%0,16%

32,14%

UL - 1000

UL - 500

UL - 200

UL - 100

UL - 50

UL - 1

5,4%

11,1%

21,6%

43,5%

16,3%

UK - 100000

UK - 50000

UK - 20000

UK - 10000

UK - 5000

UK - 2000

UK - 1000

22,5%

42,9%

16,7%

17,5%

UL - 1000

UL - 500

UL - 200

UL - 100

UL - 50

UL - 1

Page 77: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 59

BAB 05. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH

pecahan Rp 500,- dan Rp 100,- dengan masing-masing 27,4% dari total keping uang logam yang

masuk (Grafik 5.10).

Grafik 5.9. Denominasi Uang Kartal Inflow

Kas Keliling

Grafik 5.10. Denominasi Uang Logam Inflow

Kas Keliling

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

5.2. Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai

Transaksi kliring mengalami pertumbuhan pada triwulan II 2019. Jumlah nominal transaksi pada

triwulan II tahun 2019 mencapai Rp 7,5 Miliar atau tumbuh 35,49% (yoy) (Grafik 5.11). Jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan kliring pada triwulan II adalah 8,75% (qtq).

Dari sisi volume, jumlah transaksi pada triwulan II mengalami kontraksi sebesar 11,16% (yoy) dengan

jumlah 207 warkat. Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, transaksi kliring mengalami

kontraksi sebesar 4,16% (qtq) (Grafik 5.12).

Grafik 5.11.Transaksi Kliring di Sulawesi Barat Grafik 5.12. Jumlah Warkat di Sulawesi Barat

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

24,8%

18,2%

8,6%

15,6%

13,8%

14,5%

4,4%

UK - 100000

UK - 50000

UK - 20000

UK - 10000

UK - 5000

UK - 2000

UK - 1000

14,1

41,9

9,1

18,1

13,3

10,3

5,6 6,4 6,5 6,9

-200

-100

0

100

200

300

400

500

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

35,0

40,0

45,0

TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I

2016 2017 2018 2019

Nominal Kliring Pert. Kliring (skala kanan)Rp miliar % (YoY)

189 187

220

295

245 242

310

253

312

233 228 231 216

I II III IV I II III IV I II III IV I

2016 2017 2018 2019

14,8%

27,4%

5,1%

27,4%

25,4% UL - 1000

UL - 500

UL - 200

UL - 100

UL - 50

UL - 1

Page 78: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

60 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

BAB 05. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Page 79: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 61

BAB 05. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN & PENGELOLAAN UANG RUPIAH

6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

BAB 06 Ketenagakerjaan & Kesejahteraan

Page 80: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

62

BAB 06. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

6.1. Ketenagakerjaan

Bertambahnya angkatan kerja meyebabkan peningkatan terhadap serapan tenaga kerja di

berbagai sektor, khususnya pada sektor perdagangan. Penyerapan tenaga kerja pada sektor

perdagangan mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan periode sebelumnya yaitu sebesar

29,01%. Peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan diperkirakan akibat

meningkatnya harga komoditas pada Februari 2019. Walaupun demikian secara absolut penyerapan

lapangan usaha pekerjaan masih didominasi oleh Pertanian dengan menyerap 48,7% atau 321 ribu

jiwa. Sementara, sektor industri mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar - 46,49%.

Grafik 6.1. Pertumbuhan Jumlah Penduduk Bekerja Per Sektor (%yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Ketersediaan lapangan kerja masih cukup baik yang tercermin dari optimisme masyarakat di

triwulan II 2019. Indeks ketersediaan lapangan pekerjaan di Sulawesi Barat mengalami kenaikan

dibanding triwulan sebelumnya yaitu berada pada level 141,3. Peningkatan lapangan pekerjaan ini

sejalan dengan berkembangnya pertumbuhan ekonomi serta pembangunan di Sulawesi Barat,

diantaranya perkembangan pusat pembelanjaan dan pembangunan hotel Maleo Town Square (Matos).

Ke depannya, konsumen masih cukup optimis terhadap terbukanya lebar lapangan pekerjaan yang ada

di Sulawesi Barat. Fenomena tersebut didukung oleh ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan ke depan

dibandingkan saat ini, yang menunjukkan optimisme penghasilan konsumen sebagaimana terlihat dari

grafik berikut. Akan tetapi kecenderungan Indeks Penghasilan Konsumen yang menurun di Bulan Juli

dan Agustus, mengindikasikan bahwa ketersediaan lapangan kerja yang ada di Prov. Sulawesi Barat

belum mampu untuk menumbuhkan gairah ekonomi masyarakat Sulawesi Barat.

Page 81: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 63

BAB 06. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Grafik 6.2. Kondisi Ekonomi Saat ini

Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu

Grafik 6.3. Ekspektasi Kondisi Ekonomi 6

Bulan ke Depan Dibandingkan Saat Ini

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan data BPS periode Februari 2019, jumlah pengangguran di Sulawesi Barat menurun

dibandingkan periode sebelumnya. Jumlah pengangguran menurun dari 20,2 jiwa pada Agustus 2018

menjadi 9,7 ribu jiwa pada Februari 2019.Hal ini selaras dengan peningkatan jumlah penduduk usia

kerja secara absolut yang mengalami peningkatan, persentase jumlah penduduk angkatan kerja pada

bulan Februari 2018 adalah 70,69% atau 669,9 ribu jiwa mengalami peningkatan sebesar 1% (yoy).

Sejalan dengan jumlah penduduk bukan angkatan kerja yang mengalami penurunan sebanyak 277,8

ribu jiwa atau sebesar 5% (yoy)

Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (rb jiwa)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Serapan tenaga kerja di sektor informal mengalami peningkatan. Jumlah pekerja tecatat meningkat

menjadi 471,6 ribu jiwa dibandingkan Februari 2018 sebesar 445,9 ribu jiwa dimana tercatat mengalami

kenaikan sebesar 2,5% (yoy). Sedangkan pangsa pekerja sektor formal di Sulawesi Barat turun menjadi

28,6% atau 188,7 ribu jiwa. Trend serapan tenaga kerja ini, meggambarkan kondisi masyarakat lebih

mengarah ke sektor informal dengan jumlah ketersediaan lapangan pekerjaan yang lebih banyak

dibandingkan sektor formal.

2019

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb

Penduduk Usia Kerja (15+) 866,6 877,4 887,3 898,0 908,1 918,1 927,2 934,3 947,8

Angkatan Kerja 647,7 616,5 641,5 646,0 641,8 614,7 663,3 639,6 669,9

Bekerja 636,0 595,9 624,1 624,2 622,6 595,0 647,0 619,4 660,3

Pengangguran 11,7 20,6 17,4 21,5 19,1 19,7 16,3 20,2 9,7

Bukan Angkatan Kerja 218,9 260,9 245,8 252,3 266,3 303,4 263,9 294,7 277,8

Tingkat Partisipasi Kerja/TPAK (%) 74,74 70,27 72,30 71,90 70,68 66,96 71,53 68,46 70,69

Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 1,81 3,35 2,72 3,33 2,98 3,21 2,45 3,16 1,45

2015 2016 2017

Keterangan

2018

Page 82: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

64

BAB 06. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Tabel 6.2. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan (rb jiwa)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Peningkatan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan adanya rencana rekrutmen Calon ASN belum

mampu mendorong tenaga kerja di sektor formal. Kebijakan pemerintah untuk menaikan 8,05%

UMP yang diyakini dapat menjadi pendorong dalam meningkatkan tenaga kerja dari sektor formal

belum berhasil. Hal ini tercermin pada jumlah tenaga kerja sektor formal yang mengalami perlambatan

dalam 4 periode terakhir. Mengacu pada data BPS terakhir terdapat indikasi, ketersediaan kesempatan

lapangan pekerjaan sektor informal yang lebih banyak menjadikan sektor formal kurang diminati oleh

masyarakat. Walaupun demikian, pekerja buruh atau karyawan masih mendominasi jenis pekerjaan

yang ada di Provinsi Sulawesi Barat hingga mencapai 179 ribu jiwa atau 27,1%, dan disusul oleh

berusaha dibantu buruh tidak tetap sebanyak 170 ribu jiwa atau 25,7%.

Tenaga kerja berpendidikan tinggi di Sulawesi Barat meningkat. Jumlah tenaga kerja yang

merupakan lulusan Diploma/Universitas mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi 16,1%

atau sejumlah 81,8 ribu jiwa dari yang sebelumnya hanya mencapai 63 ribu jiwa. Di sisi lain peningkatan

kualitas tenaga kerja terlihat pada meningkatnya porsi tenaga kerja lulusan sekolah menengah pertama,

menengah atas, dan menengah kejurunan masing masing menjadi 15,1%, 16,1%, dan 7,6% (yoy)

pada Februari 2019. Hal tersebut mengindikasikan kesadaran masyarakat Sulawesi Barat terhadap

pentingnya aspek pendidikan sebagai basis dalam kesejahteraan mulai meningkat.

Grafik 6.1. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja

Sulawesi Barat Agustus 2018

Grafik 6.2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Pada Periode Agustus 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

2019

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb

Berusaha Sendiri 131.045 114.787 124.281 128.355 114.907 133.381 128.771 124.717 121.820

Berusaha dibantu buruh tidak tetap 155.179 138.544 138.832 151.650 149.307 122.400 127.604 149.415 170.000

Berusaha dibantu buruh tetap 14.751 17.120 22.912 18.098 22.539 20.269 19.926 7.750 9.610

Buruh/Karyawan 140.594 139.728 161.371 168.236 165.239 167.635 181.159 150.358 179.060

Pekerja Bebas 45.474 36.728 28.524 40.577 35.130 32.448 45.548 45.930 37.720

Pekerja Tak Dibayar 148.967 148.998 148.188 117.266 135.519 118.898 144.024 141.225 142.950

Jumlah Tenaga Kerja 636.010 595.905 624.108 624.182 622.641 595,000 647.032 619.395 660.260

Sektor Formal 24,4% 26,3% 29,5% 29,9% 30,2% 31,6% 31,1% 25,5% 28,6%

Sektor Informal 75,6% 73,7% 70,5% 70,2% 69,8% 68,4% 68,9% 74,5% 71,4%

Status Pekerjaan Utama

2015 2016 2017 2018

Page 83: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 65

BAB 06. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

6.2. Nilai Tukar Petani

Kesejahteraan pertani triwulan II 2019 meningkat tercermin dari nilai indeks Nilai Tukar Petani.

Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan II 2019 mengalami pertumbuhan sebesar 2,06% dari periode

sebelumnya. Secara absolut, NTP di triwulan II 2019 adalah 112,04 yang mengalami peningkatan dari

109,77 di triwulan I 2019. Jika di bandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, NTP

masih relatif stabil. Sehingga, perkembangan NTP bergerak secara positif yang didukung oleh

pertumbuhan NTP sektor tanaman hortikultural serta tanaman perkebunan rakyat pada triwulan II 2019.

Grafik 6.3. NTP Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Peningkatan NTP triwulan II 2019 berasal hampir dari seluruh sektor. Sektor sektor yang pada

triwulan II 2019 mengalami peningkatan NTP yaitu Hortikultura (NTPH) dari 116,7 menjadi 117,9,

Tanaman Perkebunan Perkebunan Rakyat (NTPR) dari 113,9 menjadi 120,3, Perternakan (NTPT) dari

105,6 menjadi 106,2, Perikanan (NTNP) dari 109,4 menjadi 109,5, Nelayan (NTN) dari 148,2 menjadi

149,2, Pembudidaya Ikan (NTPI) dari 94,9 menjadi 96,6. Sementara sektor yang mengalami penurunan

yaitu pada sektor Tanaman Pangan dari 102,07 menjadi 100,86. Peningkatan nilai tukar yang terjadi di

hampir semua sektor mengindikasikan bahwa memang harga yang diterima oleh petani lebih tinggi

dibandingkan dengan harga yang dibayar.

Page 84: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

66

BAB 06. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Tabel 6.3. NTP Setiap Sub Sektor

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

6.3. Tingkat Kemiskinan

Angka kemiskinan di Sulawesi Barat mengalami penurunan. Tingkat kemiskinan di Sulawesi Barat

adalah 11,02% pada Maret 2019 menurun dibandingkan September 2019 yaitu sebesar 11,22%. Jika

dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018, tingkat kemiskinan mengalami penurunan

yang dari sebelumnya dengan nilai 11,25%. Perbaikan tingkat kemiskinan ini diindikasikan oleh

perbaikan tingkat pengangguran yang ada di Prov. Sulawesi Barat. Penurunan tingkat kemiskinan yang

terjadi tampaknya belum mampu mencerminkan perkembangan ekonomi di Triwulan 1 2019. Akan

tetapi, jika secara konsisten dapat menjaga ketersediaan lapangan kerja dan sejalan dengan

peningkatan jumlah angkatan kerja, sehingga diharapkan akan semakin mendorong pertumbuhan

ekonomi.

Penurunan tingkat kemiskinan di Sulawesi Barat terjadi baik di daerah pendesaan ataupun di

daerah kota. Tingkat kemiskinan daerah pendesaan menurun menjadi 11,45% yang sebelumnya

11,66%, serta tingkat kemiskinan daerah perkotaan menurun dari 9,63% yang sebelumnya 9,80%.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018, tingkat kemiskinan daerah perkotaan

tidak mengalami perubahan yang sangat signifikan. Sehingga penurunan tingkat kemiskinan di Sulawesi

Barat banyak dipengaruhi oleh penurunan tingkat kemiskinan di daerah pendesaan. Secara Absolut di

periode yang sama jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami kenaikan hingga 31,28

ribu jiwa, sedangkan jumlah penduduk miskin di daerah desa mengalami penurunan hingga 120,12

ribu jiwa. Kondisi tersebut sejalan dengan penurunan jumlah pengangguran yang ada di Sulawesi Barat,

dengan demikian peningkatan kesejahteraan penduduk dapat terealisasi.

I II III IV I II III IV I II

NILAI TUKAR PETANI (NTP) 106,07 105,43 106,23 110,13 109,06 112,12 111,59 110,90 109,77 112,04

Indeks Harga diterima 125,03 129,38 131,37 134,55 136,14 141,00 140,93 139,62 139,01 143,03

Indeks Harga dibayar 117,88 122,72 123,90 122,18 124,84 125,76 126,30 125,90 126,63 127,66

Tanaman Pangan (NTPP) 105,78 99,25 99,07 100,89 100,50 98,63 99,49 101,99 102,07 100,86

Indeks Harga diterima 124,96 122,25 123,18 123,73 125,95 124,61 126,11 128,89 129,77 129,29

Indeks Harga dibayar 118,14 119,84 122,17 122,63 125,33 126,34 126,76 126,37 127,13 128,19

Hortikultura (NTPH) 103,19 106,02 104,12 106,67 109,70 114,07 113,10 116,16 116,67 117,86

Indeks Harga diterima 121,13 130,08 129,00 130,45 138,57 143,77 143,07 146,03 147,82 150,53

Indeks Harga dibayar 117,39 122,70 123,90 122,29 125,09 126,04 126,49 125,94 126,70 127,71

Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 110,72 110,44 112,59 120,80 116,84 125,16 122,44 117,72 113,90 120,31

Indeks Harga diterima 132,00 137,29 141,40 149,17 147,66 159,26 156,37 149,68 145,56 155,22

Indeks Harga dibayar 119,23 124,32 125,59 123,48 126,37 127,24 127,71 127,15 127,79 128,99

Peternakan (NTPT) 102,33 103,64 104,59 106,35 105,27 104,92 106,22 105,57 105,64 106,20

Indeks Harga diterima 118,56 124,16 126,38 127,03 128,02 128,62 131,11 130,28 131,29 132,75

Indeks Harga dibayar 115,85 119,79 120,84 119,45 121,60 122,59 123,43 123,40 124,29 124,99

Perikanan (NTNP) 100,58 104,09 104,81 106,28 107,51 106,10 108,52 107,96 109,37 109,46

Indeks Harga diterima 118,51 127,26 129,44 130,08 134,36 133,15 136,83 135,56 138,01 139,27

Indeks Harga dibayar 117,82 122,25 123,50 122,40 124,97 125,49 126,09 125,56 126,18 127,22

NTN (nelayan) 102,68 109,25 110,54 112,49 115,01 112,53 116,40 115,14 148,24 149,16

Indeks Harga diterima 121,86 133,99 136,91 138,11 144,05 141,58 147,12 144,95 148,24 149,16

Indeks Harga dibayar 118,68 122,63 123,86 122,77 125,25 125,25 122,77 125,25 125,81 127,67

NTPI (pembudidaya ikan) 96,86 95,08 94,79 95,40 94,40 94,40 95,40 94,40 94,86 96,57

Indeks Harga diterima 112,69 115,59 116,48 116,15 117,53 117,53 116,15 117,53 118,52 122,10

Indeks Harga dibayar 116,34 121,95 122,88 121,76 124,50 124,50 121,76 124,50 124,95 126,44

20192018

URAIAN

2017

Page 85: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 67

BAB 06. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Grafik 6.4. Tingkat Kemiskinan Di Sulawesi Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pertumbuhan garis kemiskinan (GK) mengalami peningkatan. Garis kemiskinan Sulawesi Barat pada

Maret 2019 berada pada level Rp. 328,144/kapita/bulan atau tumbuh mencapai 2,83% (yoy). Garis

kemiskinan mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya, baik pada garis kemiskinan

makanan (GKM) maupun garis kemiskinan non makanan (GKNM). Garis kemiskinan makanan berada

pada level Rp. 254,528/kapita/bulan atau tumbuh 1,89% (yoy), sedangkan garis kemiskinan non

makanan berada pada level Rp. 73,626/kapita/bulan atau tumbuh 6,19% (yoy).

Tabel 6.4. Kemiskinan dan Garis Kemiskinan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

MakananBukan

MakananTotal Makanan

Bukan

MakananTotal

Jumlah

(ribu jiwa)

Pertumbuhan

(% yoy)

Tingkat

Kemiskinan

(%)

KOTA

Sep 2015 212.226 56.854 269.080 8,12 14,47 9,40 22,51 -24,64 8,69

Mar 2016 215.503 57.721 273.224 5,39 9,88 6,31 22,85 -16,58 8,59

Sep 2016 220.419 59.698 280.117 3,86 5,00 4,10 25,07 11,37 8,43

Mar 2017 233.412 61.766 295.178 8,31 7,01 8,04 23,50 2,84 8,53

Sep 2017 255.318 63.058 318.376 15,83 5,63 13,66 30,02 19,74 9,50

Mar 2018 255.642 65.681 321.324 9,52 6,34 8,86 30,76 30,89 9,64

Sep 2018 259.387 67.039 326.426 1,59 6,31 2,53 31,45 4,76 9,80

Mar 2019 261.198 67.608 328.806 2,17 2,93 2,33 31,28 1,69 9,63

DESA

Sep 2015 221.332 58.262 279.594 12,20 18,72 13,50 130,70 4,71 12,70

Mar 2016 230.339 60.001 290.340 9,75 12,71 10,35 129,88 -2,41 12,56

Sep 2016 233.676 62.063 295.739 5,58 6,52 5,77 121,83 -6,79 12,00

Mar 2017 240.904 63.946 304.849 4,59 6,57 5,00 126,26 -2,79 12,03

Sep 2017 247.744 67.392 315.137 6,02 8,59 6,56 119,45 -1,95 11,70

Mar 2018 248.042 70.469 318.512 2,96 10,20 4,48 121,02 -4,15 11,75

Sep 2018 249.420 74.140 323.561 0,68 10,01 2,67 121,38 1,62 11,66

Mar 2019 252.528 75.486 328.014 1,81 7,12 2,98 120,12 -0,74 11,45

TOTAL

Sep 2015 219.500 57.979 277.479 11,25 17,81 12,56 153,21 -0,96 11,90

Mar 2016 227.208 59.632 286.840 8,82 12,31 9,53 152,73 -4,83 11,74

Sep 2016 230.960 61.558 292.519 5,22 6,17 5,42 146,90 -4,12 11,19

Mar 2017 239.359 63.493 302.852 5,35 6,47 5,58 149,76 -1,94 11,30

Sep 2017 249.544 66.374 315.918 8,05 7,82 8,00 149,47 1,75 11,18

Mar 2018 249.788 69.333 319.121 4,36 9,20 5,37 151,78 1,35 11,25

Sep 2018 251.464 72.579 324.042 0,77 9,35 2,57 152,83 2,25 11,22

Mar 2019 254.518 73.626 328.144 1,89 6,19 2,83 151,40 -0,25 11,02

Pertumbuhan (% yoy) Penduduk MiskinGaris Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)

Daerah

Page 86: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

68

BAB 06. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Page 87: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 69

BAB 07. PROSPEK PEREKONOMIAN

7. Prospek Perekonomian

BAB 07 Prospek Perekonomian

Page 88: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

70

BAB 07. PROSPEK PEREKONOMIAN

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat diperkirakan menguat pada triwulan IV 2019. Tingkat

pertumbuhan akan berkisar 7,0% 7,4% (yoy). Produksi LU pertanian akan menguat seiring pergeseran

panen tanaman pangan yang seharusnya jatuh pada awal triwulan III 2019. Namun, produksi

perkebunan kelapa sawit akan mengalami perlambatan setelah mengalami masa puncak pada triwulan

III 2019. Keterbatasan pasokan bahan baku ini berdampak pada perlambatan kinerja LU industri

pengolahan melambat pada periode akhir tahun. Proyek pembangunan infrastruktur yang berasal dari

Pemerintah akan dipercepat yang berdampak pada akselerasi LU konstruksi. Dari sisi pengeluaran,

demand masyarakat diperkirakan meningkat dalam rangka persiapan hari natal dan liburan tahun baru

meski tidak setinggi triwulan II 2019. Realisasi belanja Pemerintah yang masih rendah akan dipercepat

dalam rangka mengejar target pembangunan daerah. Meskipun demikian, daya tarik investasi yang

masih menjadi tantangan turut mempengaruhi perlambatan komponen investasi pada triwulan IV 2019.

Untuk ekspor luar negeri, aktivitas perdagangan CPO diperkirakan menguat sejalan dengan indikator

terkini yang menyatakan adanya sentimen peningkatan demand.

Grafik 7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

(Periode Triwulanan)

Grafik 7.2. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

(Periode Tahunan)

Sumber:

Badan Pusat Statistik, diolah

Proyeksi Bank Indonesia

Sumber:

Badan Pusat Statistik, diolah

Proyeksi Bank Indonesia

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat tahun 2019 tidak akan berbeda dengan

tahun 2018. Tingkat perumbuhan diperkirakan berkisar 6,0% - 6,4% (yoy). Lapangan usaha pertanian

masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat. Namun, sejumlah tantangan yang berasal

dari internal maupun eksternal dapat menghambat realisasi pertumbuhan. Pengaruh perang dagang

antara Tiongkok dan Amerika Serikat menyebabkan penurunan harga komoditas khususnya CPO. Hal

ini menyebabkan sejumlah korporasi untuk menunda investasi. Dari sisi internal, peran Pemerintah yang

masih vital perlu ditindaklanjuti melalui perbaikan pola belanja dalam mendorong roda perekonomian.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

PDRB Realisasi Proyeksi 4 per. Mov. Avg. (PDRB Realisasi)% yoy

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

% yoy

10,73%

9,25%

6,93%

8,86%

7,31%

6,01%

6,0 - 6,4%6,62%

6,23%

Page 89: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 71

BAB 07. PROSPEK PEREKONOMIAN

7.1.1 Prospek Sisi Permintaan

Konsumsi RT diperkirakan menguat pada triwulan IV 2019. Masyarakat akan menggunakan

sebagian penghasilannya untuk mempersiapkan liburan akhir tahun dan hari keagamaan. Namun,

tingkat permintaan diperkirakan tidak akan setinggi triwulan II 2019. Hal ini dipengaruhi kecenderungan

masyarakat masih berhati-hati dalam berbelanja dalam mengantisipasi penurunan harga komoditas.

Aktivitas ekspor yang meningkat menyebabkan surplus neraca perdagangan pada triwulan IV

2019. Pemenuhan demand rumah tangga yang dipasok dari luar Sulawesi Barat masih dapat diantisipasi

melalui perdagangan komoditas. Tingkat permintaan negara importir diperkirakan menguat dalam

rangka penggunaan sehari-hari.

Percepatan belanja Pemerintah akan memasuki titik puncak pada triwulan IV 2019. Rendahnya

realisasi belanja terutama komponen belanja modal dan Dana Alokasi Khusus akan dipercepat dalam

rangka mengejar target pembangunan. Sejumlah program kerja yang memiliki nilai tambah akan

memiliki multiplier effect bagi roda perekonomian Sulawesi Barat.

Investasi diperkirakan belum mencapai titik optimum pada triwulan IV 2019. Pengaruh

perekonomian global yang mengurangi iklim usaha khususnya industri yang memiliki basis komoditas.

Korporasi memilih menunda ekspansi usaha karena penurunan harga komoditas yang tercatat hingga

dibawah $500/MT. Keterbatasan investasi swasta akan dikompensasi Pemerintah Daerah. Sumber dana

pembangunan akan berasal dari dana perimbangan sebagai stimulus ekonomi Sulawesi Barat.

Ekonomi Sulawesi Barat tahun 2019 masih ditopang konsumsi RT. Masyarakat masih memiliki

pengaruh yang kuat sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat. Namun, penurunan harga

komoditas khususnya CPO memiliki dampak pada penurunan penghasilan bagi sebagian masyarakat.

Masyarkat akan cenderung untuk berhati-hati dalam rangka mengantisipasi risiko ke depan. Dari sisi

Pemerintah, pola belanja yang belum berubah dibandingkan tahun 2018 tergambar pada rendahnya

realisasi hingga triwulan II 2019. Padahal, di tengah iklim usaha dan ekonomi yang kurang kondusif,

percepatan pembangunan proyek Pemerintah yang memiliki nilai tambah dapat mengurangi dampak

perlambatan ekonomi. Dari sisi global, tensi perang dagang global antara Tiongkok dan Amerika Serikat

menyebabkan perlambatan ekonomi. Menurut World Economic Outlook (WEO) April 2019, ekonomi

Tiongkok diperkirakan melambat hingga 2024 dengan realisasi 5,5% (yoy). Bahkan, International

Monetary Fund (IMF) telah melakukan koreksi proyeksi melalui publikasi WEO Juli 2019 dimana tingkat

pertumbuhan ekonomi Tiongkok hanya mencapai 6% (yoy) pada tahun 2019. Hal ini sejalan dengan

indikasi nilai Composite Leading Indicator (CLI) yang masih memasuki fase pelemahan (CLI < 50). Di sisi

lain, ekonomi India akan mengalami akselerasi pertumbuhan hingga mencapai 7,4% (yoy) pada 2024.

Kondusifnya ekonomi India juga tergambar melalui nilai CLI yang menunjukkan fase ekspansi (CLI > 50)

(Grafik 7.4).

Page 90: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

72

BAB 07. PROSPEK PEREKONOMIAN

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Grafik 7.3. Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok dan

India

Grafik 7.4. CLI dan Pertumbuhan Impor

Sumber: CEIC dan WEO, diolah Sumber: CEIC dan OECD, diolah

7.1.2 Prospek Sisi Penawaran

Gambar 4. Prakiraan Curah Hujan Gambar 5. Prakiraan Sifat Hujan

Prakiraan Oktober 2019 Prakiraan November

2019

Prakiraan Oktober 2019 Prakiraan November

2019

Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika

Lapangan usaha pertanian diperkirakan meningkat pada triwulan IV 2019. Pergeseran panen

tanaman pangan diperkirakan terjadi pada awal triwulan IV 2019. Namun, hasil produksi tidak akan

setinggi periode triwulan I 2019. Tanaman perkebunan khususnya kelapa sawit akan mengalami

perlambatan setelah mengalami masa puncak pada triwulan III 2019. Aktivitas perikanan akan

memasuki masa puncak seiring kemudahan penangkapan pada periode tersebut.

Akselerasi LU perdagangan diperkirakan terjadi pada triwulan IV 2019. Volume perdagangan akan

menguat seiring peningkatan hasil produksi komoditas baik pertanian, perkebunan, maupun perikanan.

Sejalan dengan hal tersebut, perdagangan besar dan eceran juga ikut menguat karena tendensi

masyarakat untuk berbelanja lebih banyak dalam rangka persiapan libur sekolah dan hari keagamaan.

Percepatan belanja Pemerintah akan meningkatkan pertumbuhan LU Administrasi Pemerintahan.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan mencapai titik optimum sesuai dengan target pagunya. Rendahnya

realisasi belanja operasi akan dipercepat melalui langkah strategis dan peraturan yang mendukung.

Dana perimbangan juga telah dicairkan sebagai modal pembangunan Sulawesi Barat.

6,46,36,1

5,5

6,6

7,37,5

7,7

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

10,0

I II III

IV

I II III

IV

I II III

IV

I II III

IV

I II III

IV

I II III

IV

20

19

20

20

20

24

2013 2014 2015 2016 2017 2018 Tahun

Tiongkok India Pry. Tiongkok Pry. India

% yoy

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

97,0

97,5

98,0

98,5

99,0

99,5

100,0

100,5

101,0

101,5

Jan-16

Mar-16

May-1

6

Ju

l-1

6

Sep

-1

6

Nov-16

Jan

-1

7

Mar-17

May-17

Ju

l-1

7

Sep

-1

7

Nov-17

Jan

-1

8

Mar-18

May-18

Jul-18

Sep

-1

8

Nov-18

Jan-19

Mar-19

May-1

9

CLI Tiongkok CLI India

Impor Tiongkok - skala kanan Impor India - skala kananindeks % yoy

0 - 20

20 - 50

50 - 100

100 - 150

150 - 200

200 - 300

300 - 400

400 - 500

> 500 SANGAT TINGGI

RENDAH

MENENGAH

TINGGI

CURAH HUJAN (mm):

0 - 30%

31 - 50%

51 - 84%

85 - 115% NORMAL

116 - 150%

151 - 200%

> 200%

SIFAT HUJAN:

BAWAH NORMAL

ATAS NORMAL

Page 91: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 73

BAB 07. PROSPEK PEREKONOMIAN

Aktivitas industri pengolahan masih tumbuh pada triwulan IV 2019. Penurunan harga komoditas

menyebabkan korporasi berupaya melakukan optimalisasi kapasitas industri. Selain itu, pemanfaatan

investasi yang telah dilakukan akan ditempuh dalam rangka mendorong produksi. Berdasarkan data

terkini, indikasinya sejalan dengan realisasi pertumbuhan kredit yang tumbuh tinggi hingga 49,17%

(yoy) pada Juli 2019.

Lapangan usaha pertanian dan perdagangan menjadi sumber pertumbuhan perekonomian

Sulawesi Barat. Potensi sumber daya alam yang berasal dari komoditas unggulan masih menjadi motor

perekonomian Sulawesi Barat. Namun, rendahnya nilai tambah dan isu produktivitas masih menjadi

tantangan dalam rangka akselerasi pertumbuhan. Tantangan lain yang dihadapi adalah proyeksi

komoditas CPO dan kakao yang belum menguat secara signifikan. Perbaikan pola tanam dan

pengolahan produk diharapkan dapat menambah daya saing produk untuk mengurangi faktor

eksternal.

Grafik 7.5. Harga CPO Dunia dan Proyeksinya Grafik 7.6. Harga Kakao Dunia dan Proyeksinya

Sumber: World Bank dan CMO, diolah Sumber: World Bank dan CMO, diolah

7.2. Prospek Inflasi

Tekanan inflasi triwulan IV 2019 diperkirakan meningkat. Sumber tekanan inflasi diperkirakan

berasal dari kelompok bahan makanan, makanan jadi, sandang, dan transportasi. Isu keterbatasan

pasokan khususnya ikan segar dan beras akan menjadi sumber tekanan inflasi triwulan IV 2019. Aktivitas

nelayan juga akan berhenti sementara karena perayaan Maulid Nabi yang jatuh pada triwulan IV 2019.

Tingkat permintaan transportasi diperkirakan juga mengalami kenaikan seiring kebutuhan liburan akhir

tahun. Penyedia jasa akan memanfaatkan momentum ini untuk melakukan peningkatan tarif. Namun,

tekanan inflasi Sulawesi Barat diperkirakan masih cukup terkendali dalam rentang 1,8% - 2,2% (yoy).

Inflasi Sulawesi Barat diperkirakan berada di bawah rentang target 3,5%±1%. Fluktuasi harga ikan

masih menjadi sumber tekanan inflasi Sulawesi Barat. Hal ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor produksi

baik teknis maupun non teknis yang berdampak pada keterbatasan pasokan. Penyesuaian tarif

angkutan udara pada awal tahun juga memberikan tekanan meski tidak signifikan. Tingkat konsumsi

masyarakat yang tidak mengalami kenaikan secara signifikan berdampak pada stabilnya inflasi.

Masyarakat cenderung bersikap hati-hati dalam mengantisipasi tren harga CPO yang belum membaik.

-40.0

-30.0

-20.0

-10.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

2030

Harga CPO Proyeksi Harga

Pert. Harga CPO - skala kanan Proyeksi Pert. - skala kanan

$/mt % yoy

-40.0

-30.0

-20.0

-10.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

0.0

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

3.5

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

2030

Harga Kakao Proyeksi Harga

Pert. Harga Kakao - skala kanan Proyeksi Pert. - skala kanan

$/kg % yoy

Page 92: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

74

BAB 07. PROSPEK PEREKONOMIAN

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Grafik 7.7. Harga Minyak Dunia (Rata-rata) dan

Proyeksinya

Grafik 7.8. Prospek Inflasi

Sumber: World Bank dan CMO, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Proyeksi Bank Indonesia

7.2.1. Risiko Ke Depannya

Pengendalian inflasi yang rendah dan stabil perlu memperhatikan potensi risiko yang dapat

meningkatkan tekanan harga lebih tinggi, antara lain :

1. Pasokan komoditas pangan yang strategis seperti beras, ikan segar, bumbu-bumbuan, ayam,

dan telur.

2. Kondisi cuaca yang mempengaruhi produksi komoditas pertanian dan perikanan.

3. Jalur distribusi yang terganggu untuk mengangkut pasokan pangan.

4. Ekspektasi masyarakat dalam berbelanja

5. Kenaikan harga minyak dunia di pasar global.

6. Kebijakan tarif transportasi yang ditetapkan oleh penyedia jasa.

7. Kebijakan penyesuaian tarif cukai rokok, listrik, dan BBM yang ditetapkan oleh Pemerintah

7.3. Rekomendasi

Melihat perkembangan ekonomi dan inflasi terkini serta prospek ke depannya, sejumlah langkah

strategis untuk mengoptimalkan potensi yang ada, antara lain:

1. Mengembangkan program kerja yang menyasar produktivitas sektor pertanian melalui

pendampingan intensif terhadap petani, perbaikan lahan, standarisasi pola tanam, dan

peningkatan infrastruktur pendukung.

2. Diversifikasi produk ekspor agar tidak bergantung kepada olahan kelapa sawit. Beberapa

komoditas potensi ekspor yang belum dioptimalkan seperti kakao, kopi, nanas, dan jagung.

3. Mengantisipasi adanya potensi El Nino dengan menyediakan inrastruktur pengairan yang dapat

berjalan sepanjang waktu agar produksi sektor pertanian tidak mengalami degradasi.

4. Menjaga ekspektasi harga di tingkat pedagang dan konsumen melalui komunikasi secara

berkala dan intensif pada periode tertentu.

5. Meningkatkan peran sektor pariwisata dalam perekonomian melalui event berskala nasional dan

internasional dengan promosi yang masif.

-60.0

-50.0

-40.0

-30.0

-20.0

-10.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

0

20

40

60

80

100

120

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

20

15

20

16

20

17

20

18

20

19

20

20

20

21

20

22

20

23

20

24

20

25

20

30

Harga Minyak Proyeksi Harga

Pert. Harga Minyak - skala kanan Proyeksi Pert. - skala kanan

$/bbl % yoy

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

4,91%

3,28%

5,91%

7,89%

5,07%

% yoy

Inflasi tahunan

Inflasi triwulanan

Proyeksi

Puasa dan Lebaran

2,23%

3,79%

1,80%

2019:

1,8 - 2,2%

Page 93: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

LAPORAN PEREKONOM IAN PR OVINSI SULAWE SI BAR AT - AGU STU S 201 9 75

LAMPIRAN

Istilah Keterangan

Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar

Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank

Cost push inflation Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya

Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham

preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan

Credit Limit Batas kredit

Debt service ratio Rasio beban pembayaran utang terhadap penerimaan

Deflasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum

Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif

Deposit facility Fasilitas deposit untuk membuat deposito overnight dengan bank sentral

Deposit rate Tingkat suku bunga simpanan

Deposito Produk bank sejenis jasa tabungan yang memiliki jangka waktu penarikan, berdasarkan

kesepakatan antara bank dengan nasabah

Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional

Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat

dihabiskan pada kebutuhan, atau non-penting, atau diselamatkan

Double taxation Pengenaan pajak oleh suatu yurisdiksi lebih dari satu kali

Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian

Dropshot Pembayaran uang layak edar (ULE) setoran dari bank kepada bank yang sama (bank penyetor) atau

kepada bank berbeda, dimana terhadap setoran ULE dari bank tersebut, Bank Indonesia tidak

melakukan perhitungan rinci dan penyortiran

E-money Uang elektronik

Fee based income Pendapatan bank yang berasal dari transaksi jasa-jasa bank selain dari selisih bunga

Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek

atau surat perintah pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan

Good corporate

governance

Tata kelola yang baik

Hedging Strategi untuk melindung nilai dengan membatasi risiko atau probabilitas kerugian yang dapat

ditimbulkan

Idle money Uang yang tidak terpakai

Imported inflation Inflasi yang disebabkan kenaikan harga barang-barang impor

Inflasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum

Page 94: LAPORAN PEREKONOMIAN Agustus 2019 · iv LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019 VISI BANK INDONESIA Menjadi Bank Sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap

76 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI SULAWESI BARAT - AGUSTUS 2019

Istilah Keterangan

Inter-bank lending Penempatan dana bank pada bank lain

Intercompany loans Pinjaman yang dilakukan oleh suatu departemen kepada departemen lain dalam satu struktur

organisasi

Leading indicator Indikator penuntun yang menunjukkan arah variabel acuan ke depan

Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada dealerUtama

Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai

Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara

keseluruhan

Margin Selisih

Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak

membahayakan kelangsungan usahanya

Moral hazard Kecenderungan untuk melakukan kecurangan

Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu bulan tertentu

terhadap satu bulan sebelumnya

Push factor Faktor pendorong

Prompt indicator Indikator yang menunjukkan arah variabel acuan pada waktu bersamaan

Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan

Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain

Stimulus fiskal Kebijakan fiskal pemerintah yang ditujukan untuk mempengaruhi permintaan agregat (aggregate

demand) yang selanjutnya (diharapkan) akan berpangaruh pada aktivitas perekonomian dalam

jangka pendek

Tenor Masa pelunasan pinjaman, dinyatakan dalam hari, bulan atau tahun

Unbanked Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama biasanya

ditawarkan oleh bank-bank ritel

Yoy Year-on-year growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu

(hari, minggu, bulan, triwulan, semester) terhadap titik waktu yang sama satu tahun sebelumnya

Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titilk waktu tertentu

(hari, minggu, bulan, triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun sebelumnya (31

Desember)