laporan penelitian urgensi pengaturan mengenai ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan...

35
LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI PENYELENGGARAAN PERIZINAN BIDANG PERINDUSTRIAN DI KOTA DENPASAR Peneliti: Ketua : Made Maharta Yasa, SH., MH. Anggota : Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH., MS. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, SH. M.Hum. A. A, Sri Utari, SH., MH. Ida Bagus Erwin Ranawijaya, SH., MH. A.A. Gede Duwira Hadi Santosa, SH., M.Hum. I Gusti Ngurah Parikesit Widia Tedja, SH., M.Hum. LL.M. BAGIAN HUKUM INTERNASIONAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA 2014

Upload: lamthuy

Post on 24-May-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

LAPORAN PENELITIAN

URGENSI PENGATURAN MENGENAI PENYELENGGARAAN

PERIZINAN BIDANG PERINDUSTRIAN DI KOTA DENPASAR

Peneliti:

Ketua : Made Maharta Yasa, SH., MH.

Anggota : Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, SH., MS.

Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, SH. M.Hum.

A. A, Sri Utari, SH., MH.

Ida Bagus Erwin Ranawijaya, SH., MH.

A.A. Gede Duwira Hadi Santosa, SH., M.Hum.

I Gusti Ngurah Parikesit Widia Tedja, SH., M.Hum. LL.M.

BAGIAN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

2014

Page 2: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

HALAMAN PENGESAHAN

1 Judul : Urgensi Pengaturan Mengenai Penyelenggaraan

Perizinan Bidang Perindustrian di Kota

Denpasar

2. Ketua Penelitian

a. Nama : Made Maharta Yasa, SH., MH.

b. Pangkat/Golongan/NIP : IIIa/Asisten Ahli Madya/19730415 199802 1

001

c. Jabatan Fungsional :

d. Fakultas : Hukum

e. Universitas : Udayana

f. Curriculum Vitae : Terlampir

3. Lokasi Penelitian : Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

Udayana, Laboratorium Elektronik FH Unud.

4. Jangka Waktu Penelitian : 3 (tiga) bulan (Juli s/d September 2011)

5. Biaya Penelitian : Rp. 9.375.000,-

Denpasar, 1 Oktober 2014

Ketua Bagian Hukum Internasional Ketua Penelitian

I.G. Pasek Eka Wisanjaya, SH., MH

NIP : 19730528 199802 1 001

Made Maharta Yasa, SH., MH.

NIP : 19730415 199802 1 001

Mengetahui

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Udayana

Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH, MH

NIP : 19530401 198003 1 004

Page 3: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

iii

KATA PENGANTAR

Sebagai parameter perekonomian nasional maka sektor industri menjadi penting

keberadaannya karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Maka itu pemerintah harus

memperhatikan perkembangan industri lokal, daerah dan nasional. Industri telah menjadi

bagian yang melekat. Terbukti bahwa industri lokal menjadi andalan pertumbuhan ekonomi

nasional karena mampu berfungsi menjadi sentra ekonomi.

Oleh karena industri menjadi urat-nadi perekonomian nasional maka sudah

semestinya azas pembangunan industri lokal dibawa ke dalam skema produktifitas nasional.

Selain menyerap tenaga kerja, kegiatan industri lokal nantinya diharapkan menjadi menjadi

barometer pertumbuhan ekonomi nasional dengan tetap memperhatikan keadilan lintas

generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup.

Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai elemen yang mengatur pola dan arah yang

diinginkan oleh pemerintah.

Pengaturan perizinan di bidang perindustrian harus mengakomodasi azas demokrasi

ekonomi, lingkungan hidup, dan produkifitas, sebagaimana yang tercantum balam Pasal 33

UUD 45 hasil amandemen keempat yang berbunyi “perekonomian nasional diselenggarakan

berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan

kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”

Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian,

Pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan terhadap industri, untuk:

mewujudkan perkembangan industri yang lebih baik, secara sehat dan berhasil guna,

mengembangkan persaingan yang baik dan sehat serta mencegah persaingan yang tidak jujur,

mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perorangan dalam

bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.

Pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan bidang usaha

industri secara seimbang, terpadu, dan terarah untuk memperkokoh struktur industri nasional

pada setiap tahap perkembangan industri. Pengaturan dan pembinaan bidang usaha industri

dilakukan dengan memperhatikan penyebaran dan pemerataan pembangunan industri dengan

memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Perlu ditekankan bahwa setiap

pendirian perusahaan industri baru maupun setiap perluasannya wajib memperoleh Izin

Usaha Industri.

Page 4: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

iv

Senada bunyi pasal 33 ayat (4) UUD 1945 bahwasannya izin lingkungan juga

merupakan hal yang penting dalam aspek perizinan pendirian perusahaan industri selain izin

usaha industri. Hal ini menjadi sangat penting karena Aktivitas industri yang dilakukan dalam

berbagai bentuk Usaha dan/atau kegiatan pada dasarnya secara langsung atau tidak langsung

akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Sehingga melalui instrumen perizinan

diharapkan bahwa setiap pendirian perusahaan perindustrian, pengendalian dampak negatif

dan pengembangan dampak positif oleh pemerintah (pusat maupun daerah) dapat disiapkan

sedini mungkin sehingga aspek strategis lainnya tetap terpelihara.

Tim Peneliti

Page 5: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

v

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan >> > ii

Kata Pengantar >> > iii

Daftar Isi >>> v

BAB I. PENDAHULUAN

>>> 1

BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

>>> 2

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

>>> 3

BAB IV METODE PENELITIAN

>>> 10

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

>>> 11

BAB VI PENUTUP

>>> 24

DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN >>> 28

DAFTAR PUSTAKA

>>> 29

RANCANGAN ANGGARAN DAN BELANJA PENELITIAN >>> 30

Page 6: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Denpasar (yang menurut UU No 1 tahun 1992 bernama Kotamadya Daerah

Tingkat II Denpasar) sudah memiliki peraturan daerah yang mengatur izin industri yaitu

Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 12 Tahun 2002 tentang Ijin Usaha Industri.

Namun peraturan daerah tersebut saat ini sudah kurang sesuai dengan tuntutan

masayarakat, maka perlu diadakan penelitian tentang Penyelenggaraan Perizinan di Bidang

Perindustrian.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dilakukan identifikasi masalah, yaitu

:

1. Permasalahan hukum apakah yang dihadapi sebagai alasan pengaturan

penyelenggaraan perizinan bidan perindustrian di kota Denpasar?

2. Apakah yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis

pengaturan penyelenggaraan perizinan bidan perindustrian di kota Denpasar?

Page 7: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

2

BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan pengaturan

penyelenggaraan perizinan bidan perindustrian di kota Denpasar.

2. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis pengaturan

penyelenggaraan perizinan bidan perindustrian di kota Denpasar.

Page 8: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

3

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORITIS

Sebagai parameter perekonomian nasional maka sektor industri menjadi penting

keberadaannya karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Maka itu pemerintah harus

memperhatikan perkembangan industri lokal, daerah dan nasional. Industri menjadi bagian

yang vital dan menjadi urat-nadi perekonomian nasional, karena industri menjadi

penyumbang devisa besar bagi Negara. Dalam hal ini daerahlah yang menjadi sentra

pertumbuhan industri yang paling banyak berpartisipasi dalam peningkatan ekonomi

nasional. Oleh sebab itu sudah selayaknya daerah diberikan kewenangan yang lebih

proporsional dalam menentukan kebijakan perindustriannya masing-masing

Secara khusus peraturan yang mengatur mengenai industri adalah Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian. Dalam Undang Undang ini menegaskan bahwa,

Pemerintah melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengembangan terhadap industri, untuk

mewujudkan perkembangan industri yang lebih baik, secara sehat dan berhasil guna.

Pemerintah juga berupaya mengembangkan persaingan yang baik dan sehat serta mencegah

persaingan yang tidak jujur, dengan memperhatikan penyebaran dan pemerataan

pembangunan industri yang memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia,

untuk mencegah pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perorangan

dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.

Dalam pasal 18 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia menyatakan

bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia terbagi atas daerah-daerah propinsi yang

didalamnya terdapat beberapa kabupaten dan kota, yang tiap tiap propinsi, kabupaten atau

kota tersebut mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengelola wilayahnya. Hal ini

mengandung pengertian bahwa pemerintah daerah sebagai pelaksana penyelenggara

pemerintahan tidak boleh mengikari bahwa, setiap tindakan pemerintah bagaimanapun

bentuknya merupakan bagian dari adanya kekuaaan vertikal dari pemerintah pusat dan tidak

dapat dipisahpisahkan dalam wadah Negara Kesatuan.

Terkait dengan kewenangan di bidang perindustrian, bahwasannya pemerintah

daerah juga mempunyai kewenangan dalam menetapkan peraturan daerah yang berkaitan

dengan kegiatan ekonomi sebagaimana di dalamnya termasuk kegiatan peridustrian.

Page 9: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

4

Kewenangan dalam pembuatan peraturan daerah tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan

otonomi dan tugas pembantuan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 18 ayat (6) UUD 1945.

Selanjutnya mengenai kewenangan daerah yang diatur dalam pasal 10 ayat (3) Undang-

undang No.32 Tahun 2004, pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangannya kecuali urusan di bidang, Politik Luar Negeri, Pertahanan,

Keamanan, Yustisi, Moneter dan Fiskal Nasional dan Agama. Dari konsep pemerintahan

daerah tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa, pemerintah daerah mempunyai kewenangan

dalam menyelenggarakan kegiatan perekonomian termasuk didalamnya pengaturan mengenai

peraturan perindustrian yang diberikan oleh pasal 18 ayat (6) UUD 1945 (atributif). Hal ini

realistik karena yang paling mengetahui situasi serta kondisi mengenai kekayaan dan potensi

yang bisa dikembangan sebagai sentra industri adalah daerah (pemerintah daerah).

Disamping itu perlu diperhatikan bahwa dalam kegiatan perekonomian, ada prinsip-

prinsip yang harus diperhatikan sebgaiamana diatur dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 45 hasil

amandemen keempat yang menyatakan bahwa, “perekonomian nasional diselenggarakan

berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan

kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”. Pasal diatas senada dengan tujuan dari

pembangunan industri yang terdapat dalam pasal 3 UU No.5 Tahun 1984 Tentang

Perindustian. Sehingga dapat ditarik benang lurus bahwa setiap kegiatan ekonomi yang

didalamnya pembuatan peraturan berkaitan dengan kegiatan perindustrian, harus

memperhatikan prinsip kebersamaan, keadilan, berwawasan lingkungan dan kemandirian

sehingga konsep dari pemerataan dan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai

Terlepas dari kegiatan perindustrian yang merupakan bagian dari kegiatan ekonomi,

izin merupakan elemen yang berfungsi untuk mengatur pola dan arah yang didinginkan oleh

pemerintah sehingga tercipta ketertiban dan keteraturan. N.M. Spelt dan J.B.J.M. Ten Berge

memberikan pengertian mengenai izin yaitu suatu persetujuan dan penguasa berdasarkan

undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari

ketentuan larangan perundang-undangan.1 Disamping itu menurut Arya Utama bahwa dalam

izin dapat ditemukan unsur-unsur yaitu :

1 Spelt, N.M dan Ten Berge J.B.J.M, disunting Philipus M.Hadjn, Pengantar Hukum Perizinan,

Yuridika,1993, hal. 2-3.

Page 10: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

5

a. Adanya suatu tindakan hukum pemerintah berupa suatu penetapan yang

merupakan persetujuan membebaskan pemohon dari suatu larangan;

b. Adanya syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh si pemohonuntuk

adanya pemebebasan;

c. Penetapan dilakukan melalui prosedur tertentu.2

Selanjutnya Izin apabila dikaitkan dengan hubungan pelembagaan ia merupakan

konsep perizinan. Perizinan adalah salah satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan

bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan yang

dilakukan oleh masyarakat. 3 Adapun tujuan dan motif dari suatu tindakan tertentu melalui

instrumen perizinan menurut N.M. Spelt dan J.B.J.M. Ten Berge ada 5 hal yaitu :4

a. Keinginan mengarahkan (mengendalikan-“sturen” )aktifitas-aktifitas tertentu;

b. Untuk mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan);

c. Keinginan melindungi obyek-obyek tertentu (izin tebang, izin membongkar

pada monumen-monumen);

d. Hendak membagi benda-benda sedikit (izin penghuni di daerah padat

penduduk);

e. Pengarahan, dengan menyeleksi orsang-orang dan aktifitas-aktifitas.

Terkait dengan pendirian suatu perusahaan industri, bahwasannya perizinan

menjadi instrumen yang sangat penting. Dalam setiap pendirian perusahaan industri baru

maupun setiap perluasannya, perusahaan wajib memperoleh Izin Usaha Industri. Pemberian

Izin Usaha Industri penting karena terkait dengan pengaturan, pembinaan dan pengembangan

industry di suatu daerah. Dengan Izin Usaha Industri yang diperolehnya perusahaan industri

wajib menyampaikan informasi industri secara berkala mengenai kegiatan dan hasil

produksinya kepada Pemerintah. Disamping itu dengan Izin Usaha Industri yang

diperolehnya perusahaan industri wajib melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan

dan keselamatan alat, proses serta hasil produksinya termasuk pengangkutannya. Hal ini

diselenggarakan sebagai upaya untuk menciptakan keteraturan, ketertiban dan kesejahteraan

bersama.

2 Arya Utama I Made, Hukum Lingkungan “Sistem Hukum Perizinan Berwawasan Lingkungan Untuk

Pembangunan Berkelanjutan”, Pustaka Sutra, 2007, hal. 90. 3 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 1993, Sistem Administrasi Negara Indonesia Jilid II,

Jakarta, CV. Haji Masagung, h. 128 4 Spelt, N.M dan Ten Berge J.B.J.M, disunting Philipus M.Hadjn, Pengantar Hukum......., op.cit hal.4-5.

Page 11: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

6

Disamping Izin usaha industri, izin lingkungan juga merupakan hal yang penting

dalam aspek perizinan pendirian perusahaan industri. Hal ini menjadi sangat penting karena

Aktivitas industri yang dilakukan dalam berbagai bentuk Usaha dan/atau kegiatan pada

dasarnya secara langsung atau tidak langsung akan menimbulkan dampak terhadap

lingkungan. Dengan diterapkannya izin lingkungan diharapkan prinsip berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan dalam kegiatan industri, dampak terhadap lingkungan yang

diakibatkan oleh berbagai aktivitas tersebut dapat dianalisis sejak awal perencanaannya,

sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan pengembangan dampak positif dapat

disiapkan sedini mungkin.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui instrumen perizinan dalam setiap

pendirian perusahaan, pemerintah (pusat maupun daerah) mempunyai kewenangan dalam

membuat regulasi guna mengatur pilihan-pilihan dan mengendalikan tidakan serta prilaku

masyarakat. Sehingga dalam kegiatan perusahaan perindustrian tidak hanya mengejar aspek

ekonomi semata namun pelesatrian lingkungan, tata ruang dan aspek strategis lainnya tetap

terpelihara.

B. KAJIAN TERHADAP ASAS YANG TERKAIT DENGAN PENYUSUNAN

NORMA

Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik yang telah dipositipkan

dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Asas yang berifat formal diatur dalam Pasal 5

dan asas yang bersifat materiil diatur dalam Pasal 6. Pengertian masing-masing asas ini

dikemukakan dalam penjelasan pasal. Asas pembentukan peraturan perundang-undangan

yang baik, yang bersifat formal berikut pengertiannya, sebagaimana tampak dalam tabel

berikut.

Tabel : Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, Yang Bersifat

Formal) Berdasarkan Pasal 5 UU 12/2011 dan Penjelasannya

Pasal 5 UU 12/2011 Penjelasan Pasal 5 UU 12/2011

Dalam membentuk

Peraturan Perundang-

undangan harus dilakukan

berdasarkan pada asas

Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan yang

baik, yang meliputi:

a. kejelasan tujuan bahwa setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Page 12: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

7

(PPu) harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak

dicapai.

b. kelembagaan atau

pejabat pembentuk

yang tepat

bahwa setiap jenis PPu harus dibuat oleh lembaga negara

atau pejabat Pembentuk PPu yang berwenang. PPu tersebut

dapat dibatalkan atau batal demi hukum apabila dibuat oleh

lembaga negara atau pejabat yang tidak berwenang.

c. kesesuaian antara

jenis, hierarki, dan

materi muatan

bahwa dalam Pembentukan PPu harus benar-benar

memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan

jenis dan hierarki PPu.

d. dapat dilaksanakan

bahwa setiap Pembentukan PPu harus memperhitungkan

efektivitas PPu tersebut di dalam masyarakat, baik secara

filosofis, sosiologis, maupun yuridis.

e. kedayagunaan dan

kehasilgunaan

bahwa setiap PPu dibuat karena memang benar-benar

dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

f. Kejelasan Rumusan

bahwa setiap PPu harus memenuhi persyaratan teknis

penyusunan PPu, sistematika, pilihan kata atau istilah, serta

bahasa hukum yang jelas dan mudah dimengerti sehingga

tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam

pelaksanaannya.

g. Keterbukaan bahwa dalam Pembentukan PPu mulai dari perencanaan,

penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan

pengundangan bersifat transparan dan terbuka. Dengan

demikian, seluruh lapisan masyarakat mempunyai

kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan

masukan dalam Pembentukan PPu.

Sumber: Diolah dari Pasal 5 UU 12/2011 dan Penjelasan

Adapun asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, yang bersifat materiil

berikut pengertiannya, sebagaimana tampak dalam tabel berikut.

Tabel : Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, Yang Bersifat

Materiil Berdasarkan Pasal 6 yat (1) dan ayat (2) UU 12/2011 dan Penjelasan

PASAL 6 UU 12/2011 PENJELASAN PASAL 6 UU 12/2011

Ayat (1)

Materi muatan Peraturan

Perundang-undangan harus

mencerminkan asas:

a. Pengayoman

bahwa setiap Materi Muatan Peraturan Perundang-

undangan (PPu) harus berfungsi memberikan

pelindungan untuk menciptakan ketentraman

masyarakat.

b. Kemanusiaan

bahwa setiap Materi Muatan PPu harus mencerminkan

pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia

serta harkat dan martabat setiap warga negara dan

penduduk Indonesia secara proporsional.

c. Kebangsaan bahwa setiap Materi Muatan PPu harus mencerminkan

Page 13: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

8

sifat dan watak bangsa Indonesia yang majemuk

dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

d. Kekeluargaan

bahwa setiap Materi Muatan PPu harus mencerminkan

musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap

pengambilan keputusan.

e. Kenusantaraan

bahwa setiap Materi Muatan PPu senantiasa

memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia

dan Materi Muatan PPu yang dibuat di daerah

merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

f. bhinneka tunggal ika bahwa Materi Muatan PPu harus memperhatikan

keragaman penduduk, agama, suku dan golongan,

kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

g. Keadilan

bahwa setiap Materi Muatan PPu harus mencerminkan

keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara.

h. kesamaan kedudukan dalam

hukum dan pemerintahan

bahwa setiap Materi Muatan PPu tidak boleh memuat

hal yang bersifat membedakan berdasarkan latar

belakang, antara lain, agama, suku, ras, golongan,

gender, atau status sosial.

i. ketertiban dan kepastian

hukum

bahwa setiap Materi Muatan PPu harus dapat

mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui

jaminan kepastian hukum.

j. keseimbangan, keserasian,

dan keselarasan

bahwa setiap Materi Muatan PPu harus mencerminkan

keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara

kepentingan individu, masyarakat dan kepentingan

bangsa dan negara.

Ayat (2)

PPu tertentu dapat berisi asas lain

sesuai dengan bidang hukum

Peraturan Perundang-undangan

yang bersangkutan.

antara lain:

a. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas

tiada hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaan

narapidana, dan asas praduga tak bersalah;

b. dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum

perjanjian, antara lain, asas kesepakatan, kebebasan

berkontrak, dan itikad baik.

Sumber: Diolah dari Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) UU 12/2011 dan Penjelasan

Tiga asas diantaranya yang relevan diperhatikan dalam pembentukan Peraturan

Daerah tentang Penyelenggaraan Perizinan di Bidang Perindustrian adalah asas kemanusiaan,

asas keadilan dan asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan. Ketiga asas ini

pada dasarnya merupakan hakekat hak asasi manusia, asas yang utama dalam paham hak

asasi manusia adalah non diskriminasi, artinya penyelenggaraan perizinan di bidang

perindustrian harus diberikan tanpa diskriminasi.

Page 14: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

9

Asas keterbukaan selain menjadi landasan dalam pembentukan Perda tentang

penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian juga sebagai asas yang melandasi pokok

pengaturan.

C. KAJIAN TERHADAP IMPLIKASI PENERAPAN TERHADAP MASYARAKAT

DAN DAMPAKNYA TERHADAP BEBAN KEUANGAN DAERAH

Pembentukan Peraturan Daerah Kota Denpasar tentang Penyelenggaraan Perizinan di Bidang

Perindustrian akan membawa implikasi pada aspek kehidupan masyarakat, yakni:

1. Adanya pembatasan terhadap perilaku masyarakat, terutama pada pelaku industri,

berupa kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepadanya.

2. Adanya tuntutan kesadaran hukum pada pemilik usaha industri, untuk memahami

jalur hukum yang disediakan untuk menyelesaikan masalah hukum berkenaan

pelanggaran kewajiban-kewajiban berkaitan dengan Penyelenggaraan Perizinan di

Bidang Perindustrian.

3. Adanya tuntutan sikap profesional kepada pemerintah dan pemilik usaha industri yang

mengemban tugas penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian, dan sikap tidak

diskriminatif kepada pengusaha.

4. Adanya tuntutan bagi Pemerintah yang mengemban tugas pengawasan

penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian untuk mengadakan sosialisasi dan

konsultasi publik untuk meningkatkan kesadaran hukum pengusaha akan

kewajibannya berkenaan dengan Penyelenggaraan Perizinan di Bidang Perindustrian.

Pembentukan Peraturan Daerah Kota Denpasar tentang Penyelenggaraan Perizinan di

Bidang Perindustrian akan membawa implikasi pada aspek keuangan daerah, yakni

memberikan beban pada APBD dalam rangka melakukan Penyelenggaraan Perizinan di

Bidang Perindustrian Kota Denpasar.

Page 15: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

10

BAB IV

METODE PENELITIAN

Metode penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian penyusunan Naskah

Akademik ini melalui cara-cara sebagai berikut:

1. Melakukan studi tekstual, yakni menganalisis teks hukum yaitu pasal-pasal dalam

peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik (kebijakan negara) secara

kritikal dan dijelaskan makna dan implikasinya terhadap subjek hukum.5

2. Melakukan studi kontekstual, yakni mengaitkan dengan konteks saat peraturan

perundang-undangan itu dibuat ataupun ditafsirkan dalam rangka pembentukan

Peraturan Daerah Kota Denpasar tentang Penyelenggaraan Perizinan di Bidang

Perindustrian.

Intinya, metode penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian penyusunan

Naskah Akademik ini berada dalam paradigma interpretivisme terkait dengan hermeneutika

hukum.6 Hermeneutika hukum pada intinya adalah metode interpretasi atas teks hukum, yang

menampilkan segi tersurat yakni bunyi teks hukum dan segi tersirat yang merupakan gagasan

yang ada di belakang teks hukum itu. Oleh karena itu untuk mendapatkan pemahaman yang

utuh tentang makna teks hukum itu perlu memahami gagasan yang melatari pembentukan

teks hukum dan wawasan konteks kekinian saat teks hukum itu diterapkan atau ditafsirkan.

Kebenaran dalam ilmu hukum merupakan kebenaran intersubjektivitas, oleh karena itu

penting melakukan konfirmasi dan konfrontasi dengan teori, konsep, dan pemikiran para

sarjana yang mempunyai otoritas di bidang keilmuannya berkenaan dengan tematik penelitian

penyusunan tulisan ini.7

5

Diadaptasi dari Soelistyowati Irianto, “Memperkenalkan Studi Sosiolegal …”, Ibid., hlm. 177-178. 6 Lihat Soelistyowati Irianto, “Memperkenalkan Studi Sosiolegal …”, Ibid., hlm. 181. 7 Diadaptasi dari Gede Marhaendra Wija Atmaja, “Politik Pluralisme Hukum dalam Pengakuan Kesatuan

Masyarakat Hukum Adat dengan Peraturan Daerah”, Disertasi Doktor, Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, 2012, hlm. 17-18.

Hermeneutika tersebut di atas merupakan modifikasi 2 (dua) orientasi hermeneutika. Pertama, Schleiermacher dan Dilthley menarik penafsir (interpreter) ke dalam zaman teks. Gadamer justru menarik teks ke zaman penafsirnya. Dengan perkataan lain, hermeneutika intensionalisme, dituntut memahami teks

Page 16: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

11

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KONDISI HUKUM YANG ADA DAN STATUSNYA

Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pengaturan

penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian adalah:

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Indonesia

Tahun 1945.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan

Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1992 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3465).

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844).

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984 Tentang

Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274).

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor

82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234).

sebagaimana yang dikehendaki oleh penulis aslinya. Sebaliknya, hermeneutika dialogis Gadamer terjadi dialog antara penafsir dan teks dalam situasi zamannya dan kemampuannya untuk memaknai teks atas dasar tanda-tanda yang terdapat dalam teks itu sendiri. H. Mudjia Raharjo, Dasar-Dasar Hermeneutika Antara Intensionalisme dan Gadamerian, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008, hlm. 89-94.

Page 17: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

12

6. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059)

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4737 ).

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin lingkungan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5258)

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Pertama, UUD 1945. Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 menentukan pemerintahan daerah

berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan

otonomi dan tugas pembantuan. Ketentuan ini merupakan landasan hukum konstitusional

bagi pembentukan Peraturan Daerah. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan

kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan (Pasal 18 ayat (2) UUD 1945). Pemerintahan daerah menjalankan otonomi

seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai

urusan Pemerintah Pusat (Pasal 18 ayat (5) UUD 1945).

Ketentuan tersebut menjadi politik hukum pembentukan peraturan daerah tentang

penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian. Sebagai dasar hukum formalnya adalah

Pasal 18 ayat (6) UUD 1945, sebagaimana juga ditentukan pada Pedoman 39 Teknik

Penyusunan Peraturan Perundang-undangan (TP3U) Lampiran UU 12/2011, “Dasar hukum

pembentukan Peraturan Daerah adalah Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 …”. Sebagai arahan substansialnya adalah tidak boleh

diskriminatif dalam memberikan pelayanan terkait dengan penyelenggaraan perizinan di

bidang perindustrian.

Kedua, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1992 tentang

Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1992 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3465) ­

Page 18: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

13

selanjutnya disebut UU 1/1992. Pasal 2 UU 1/1992 menentukan “Dengan Undang-undang ini

dibentuk Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I

Bali”, dengan urusan rumah tangga daerah, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 10:

(1) Pada saat terbentuknya Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar, diserahkan

sebagian urusan-urusan pemerintahan sebagai kewenangan pangkal yang

meliputi:

a. Pengaturan dan penyelenggaraan kewenangan untuk mewujudkan

ketenteraman dan ketertiban kehidupan masyarakat di daerah yang

bersangkutan;

b. Pariwisata;

c. Pekerjaan Umum;

d. Tata Kota dan Pertamanan;

e. Kebersihan;

f. Kesehatan;

g. Pendidikan Dasar;

h. Pertanian Tanaman Pangan;

i. Pemadam Kebakaran;

j. Pendapatan;

k. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

(2) Penambahan atau pengurangan urusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

Pasal ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 1 angka 1 UU 1/1992 mengartikan Daerah adalah Daerah Otonom sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1 huruf e Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Di Daerah. Sebagai Daerah Otonom, maka Kotamadya Daerah Tingkat II

Denpasar, yang sekarang adalah Kota Denpasar, mempunyai hak sebagaimana dijamin Pasal

18 ayat (6) UUD 1945 untuk menetapkan Peraturan Daerah.

Berdasarkan atas ketentuan-ketentuan tersebut di atas, Kota Denpasar mempunyai

kewenangan melakukan pengaturan penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian.

Penegasan bahwa UU 1/1992 merupakan dasar hukum pembentukan peraturan daerah dapat

disimak dalam Pedoman 39 TP3U, “Dasar hukum pembentukan Peraturan Daerah adalah …,

Undang-Undang tentang Pembentukan Daerah …”, yakni UU 1/1992.

Page 19: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

14

Ketiga, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4844) ­ selanjutnya disebut UU 32/2004. UU 32/2004 merupakan dasar hukum pembentukan

peraturan daerah, sebagaimana ditentukan dalam Pedoman 39 TP3U, “Dasar hukum

pembentukan Peraturan Daerah adalah Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah”. Pasal

14 ayat (2) huruf n UU 32/2004 urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara nyata ada dan berpotensi untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi

unggulan daerah yang bersangkutan. Penjelasan Pasal 14 ayat (2) menyatakan yang dimaksud

dengan urusan pemerintahan yang secara nyata dan bertanggung jawab ada dalam ketentuan

ini sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi yang dimiliki antara lain pertambangan,

perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan, dan pariwisata.

Dilanjutkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota (selanjutnya disebut PP 38/2007). Ketentuan tersebut diimplementasikan

dalamPeraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah

Kota Denpasar (Lembaran Daerah Kota Denpasar Tahun 2008 Nomor 4 Tambahan

Lembaran Daerah Kota Denpasar Nomor 4) ­ selanjutnya disebut Perda Denpasar No.

4/2008. Pasal 4 ayat (1) Perda Denpasar No. 4/2008 menentukan Urusan wajib sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 merupakan urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh

Pemerintahan Kota yang berhubungan dengan pelayanan dasar.

Selain dasar kewenangan Kabupaten/kota dalam membuat peraturan daerah terkait

pembuatan peraturan perijinan perindustrian, dimesi yang menjadi pertimbangan selanjutnya

adalah lingkungan. Sebagaimana kita ketahui, langsung maupun tidak langsung kegiatan

perindustrian yang dilakukan oleh suatu perusahaan mempunyai dampak terhadap

lingkungan. Dalam Bab VIII Pasal 21 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1984

tentang perindustrian menyatakan bahwa perusahaan industri wajib melaksanakan upaya

keseimbangan dan pelestarian sumber daya alam serta pencegahan kerusakan lingkungan dari

Page 20: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

15

kegiatan industri yang dilakukan, dan pemerintah mengadakan pengaturan dan pembinaan

pencegahan kerusakan dan pencemaran dari kegitan industri yang dilakukan.

Dalam tataran tugas dan wewenang pemerintah daerah kabupaten/Kota di bidang

pengendalian lingkungan dalam BAB IX Pasal 63 ayat (3) huruf i dan huruf o, pada

pemerintah kabupaten/kota diberikan kewenangan melakukan pembinaan dan pengawasan

ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan

serta menerbitkan izin lingkungan.

Selanjutnya senada dengan tujuan diterbitkannya izin lingkungan yaitu meningkatkan

upaya pengendalian Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak negatif pada lingkungan

hidup, memberikan kejelasan prosedur, mekanisme dan koordinasi antarinstansi dalam

penyelenggaraan perizinan untuk Usaha dan/atau Kegiatan, dan memberikan kepastian

hukum dalam Usaha dan/atau kegitan, Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang

Izin Lingkungan dalam Pasal 2 angka 1 menegaskan bahwa Setiap Usaha dan/atau Kegiatan

yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan wajib memiliki Izin Lingkungan.

B. KETERKAITAN PENGATURAN PENYELENGGARAAN PERIZINAN BIDANG

PERINDUSTRIAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG

LAIN

Norma hukum positif terkait yang dipaparkan berikut adalah yang terdapat dalam

Bidang Hukum Hak Asasi Manusia, Bidang Hukum Penataan Ruang, Bidang Hukum

Lingkungan Hidup, dan Bidang Hukum Penyelenggaraan Negara.

a. Bidang Hukum Hak Asasi Manusia.

Norma hukum positif terkait yang terdapat dalam Bidang Hukum Hak Asasi Manusia

adalah UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; UU Nomor 11 Tahun 2005

tentang Pengesahan Kovenan tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya; Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan tentang Hak-hak Sipil dan

Politik; dan Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi

tentang Hak-hak Anak.

b. Bidang Hukum Penataan Ruang.

Norma hukum positif terkait yang terdapat dalam Bidang Hukum Penataan Ruang

adalah UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Page 21: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

16

Pasal 11

(1) Wewenang pemerintah daerah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan penataan

ruang meliputi:

a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan

ruang wilayah Kabupaten/Kota dan kawasan strategis Kabupaten/Kota;

b. pelaksanaan penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota;

c. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis Kabupaten/Kota; dan

d. kerja sama penataan ruang antarKabupaten/ Kota.

(2) Wewenang pemerintah daerah Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan penataan ruang

wilayah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten/ Kota;

b. pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten/Kota; dan

c. pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten/Kota.

(3) Dalam pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis Kabupaten/Kota sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c, pemerintah daerah Kabupaten/Kota melaksanakan:

a. penetapan kawasan strategis Kabupaten/Kota;

b. perencanaan tata ruang kawasan strategis Kabupaten/Kota;

c. pemanfaatan ruang kawasan strategis Kabupaten/Kota; dan

d. pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis Kabupaten/Kota.

(4) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),

pemerintah daerah Kabupaten/Kota mengacu pada pedoman bidang penataan ruang

dan petunjuk pelaksanaannya.

(5) Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat

(3), dan ayat (4), pemerintah daerah Kabupaten/Kota:

Page 22: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

17

a. menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan rencana umum dan rencana

rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan ruang wilayah

Kabupaten/Kota; dan

b. melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.

(6) Dalam hal pemerintah daerah Kabupaten/Kota tidak dapat memenuhi standar

pelayanan minimal bidang penataan ruang, pemerintah daerah provinsi dapat

mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

c. Bidang Hukum Penyelenggaraan Negara.

Norma hukum positif terkait yang terdapat dalam Bidang Hukum Penyelenggaraan

Negara adalah UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; UU Nomor

25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; dan Perpres Nomor 27 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman Modal.

d. Bidang Hukum Lingkungan Hidup.

Norma hukum positif terkait yang terdapat dalam Bidang Hukum Lingkungan Hidup

adalah:

a. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 Tentang perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup

Dalam BAB IX Tugas Dan Wewenang Pemerintah Dan Pemerintah Daerah. Mengenai

tugas dan wewenang pemerintah daerah Proponsi serta Kabupaten/Kota dalam

pengelolaan lingkungan hidup diatur dalam Pasal 63 ayat (3) :

(3) Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah

kabupaten/kota bertugas dan berwenang:

a. menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota;

b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota;

c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai RPPLH kabupaten/kota;

d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL;

e. menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca

pada tingkat kabupaten/kota;

f. mengembangkan dan melaksanakan kerja sama dan kemitraan;

g. mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup;

h. memfasilitasi penyelesaian sengketa;

Page 23: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

18

i. melakukan pembinaan dan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan

perundangundangan;

j. melaksanakan standar pelayanan minimal;

k. melaksanakan kebijakan mengenai tata cara pengakuan keberadaan

masyarakat hukum adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat yang

terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat

kabupaten/kota;

l. mengelola informasi lingkungan hidup tingkat kabupaten/kota;

m. mengembangkan dan melaksanakan kebijakan sistem informasi lingkungan

hidup tingkat kabupaten/kota;

n. memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan penghargaan;

o. menerbitkan izin lingkungan pada tingkat kabupaten/kota; dan

p. melakukan penegakan hukum lingkungan hidup pada tingkat kabupaten/kota.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dalam Pasal 2

angka 1 menyebutkan “Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau

UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan”

C. LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS PENGATURAN

Validitas oleh Hans Kelsen diartikan sebagai eksistensi spesifik dari norma-norma.

Mengatakan suatu norma adalah valid, sama halnya mengakui eksistensinya atau

menganggap norma itu mengandung “kekuatan mengikat” bagi mereka yang perbuatannya

diatur oleh peraturan tersebut8.

Validitas hukum adalah suatu kualitas hukum, yang menyatakan norma-norma

hukum itu mengikat dan mengharuskan orang berbuat sesuai dengan yang diharuskan oleh

norma-norma hukum. Suatu norma hanya dianggap valid berdasarkan kondisi bahwa norma

tersebut termasuk ke dalam suatu sistem norma.

Berkenaan dengan validitas, Satjipto Rahardjo dengan mendasarkan pada pandangan

Gustav Radbruch mengungkapkan, bahwa validitas adalah kesahan berlaku hukum serta

kaitannya dengan nilai-nilai dasar dari hukum. Bahwasanya hukum itu dituntut untuk

memenuhi berbagai karya dan oleh Radbruch disebut sebagai nilai-nilai dasar dari hukum,

yakni keadilan, kegunaan, dan kepastian hukum9.

8 Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, terjemahan Raisul Muttaqien dari judul asli: General

Theory of Law and State, (Bandung: Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2006), hlm. 40 9 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 19

Page 24: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

19

Uraian tersebut menunjukkan keterhubungan antara validitas hukum dengan nilai-

nilai dasar hukum, bahwasanya hukum didasarkan pada keberlakuan filsafati supaya hukum

mencerminkan nilai keadilan, didasarkan pada keberlakuan sosiologis supaya hukum

mencerminkan nilai kegunaan, dan didasarkan pada keberlakuan yuridis supaya hukum

mencerminkan nilai kepastian hukum

Uraian tentang validitas hukum atau landasan keabsahan hukum dalam kaitannya

dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia dapat ditemukan dalam sejumlah buku

yang ditulis oleh sarjana Indonesia, antara lain Jimly Assiddiqie, 10

Bagir Manan11

, dan Solly

Lubis12

. Pandangan ketiga sarjana itu dapat disajikan dalam tabel berikut.

Tabel : Landasan Keabsahan Peraturan Perundang-undangan menurut Para Sarjana

Indonesia13

LANDASAN JIMLY

ASSHIDDIQIE

BAGIR MANAN M. SOLLY LUBIS

Filosofis

Bersesuaian dengan

nilai-nilai filosofis

yang dianut oleh suatu

Negara.

Contoh, nilai-nilai

filosofis Negara

Republik Indonesia

terkandung dalam

Pancasila sebagai

“staatsfunda-

mentalnorm”.

Mencerminkan nilai

yang terdapat dalam

cita hukum

(rechtsidee), baik

sebagai sarana yang

melindungi nilai-nilai

maupun sarana

mewujudkannya dalam

tingkah laku

masyarakat.

Dasar filsafat atau

pandangan, atau ide

yang menjadi dasar

cita-cita sewaktu

menuangkan hasrat dan

kebijaksanaan

(pemerintahan) ke

dalam suatu rencana

atau draft peraturan

Negara.

Sosiologis Mencerminkan

tuntutan kebutuhan

masyarakat sendiri

akan norma hukum.

[Juga dikatakan,

keberlakuan sosiologis

berkenaan dengan (1)

kriteria pengakuan

terhadap daya ikat

Mencerminkan

kenyataan yang hidup

dalam masyarakat.

Kenyataan itu dapat

berupa kebutuhan atau

tuntutan atau masalah-

masalah yang dihadapi

yang memerlukan

penyelesaian.

-

10

Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, (Jakarta: Konstitusi Press, 2006), hlm. 169-174, 240-244 11

Bagir Manan, Dasar-Dasar Perundang-undangan Indonesia, (Jakarta: Penerbit Ind-Hill.Co, 1992), hlm. 14-

17. 12

M. Solly Lubis, Landasan dan Teknik Perundang-undangan, (Bandung: Penerbit CV Mandar Maju, 1989),

hlm. 6-9. 13

Gede Marhaendra Wija Atmaja, “Politik Pluralisme Hukum ….”, Op. Cit., hlm. 38.

Page 25: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

20

norma hukum; (2)

kriteria penerimaan

terhadap daya ikat

norma hukum; dan (3)

kriteria faktisitas

menyangkut norma

hukum secara faktual

memang berlaku

efektif dalam

masyarakat].

Yuridis Norma hukum itu

sendiri memang

ditetapkan (1) sebagai

norma hukum

berdasarkan norma

hukum yang lebih

tinggi; (2)

menunjukkan

hubungan keharusan

antara suatu kondisi

dengan akibatnya; (3)

menurut prosedur

pembentukan hukum

yang berlaku; dan (4)

oleh lembaga yang

memang berwenang

untuk itu.

Keharusan (1) adanya

kewenangan dari

pembuat peraturan

perundang-undangan;

(2) adanya kesesuaian

bentuk atau jenis

peraturan perundang-

undangan dengan

materi yang diatur;

(3) tidak bertentangan

dengan peraturan

perundang-undangan

yang lebih tinggi; dan

(4) mengikuti tata cara

tertentu dalam

pembentukannya.

Ketentuan hukum yang

menjadi dasar hukum

bagi pembuatan suatu

peraturan, yaitu:

(1) segi formal, yakni

landasan yuridis yang

memberi kewenangan

untuk membuat

peraturan tertentu; dan

(2) segi materiil, yaitu

landasan yuridis untuk

mengatur hal-hal

tertentu.

Politis Harus tergambar

adanya cita-cita dan

norma dasar yang

terkandung dalam

UUD NRI 1945

sebagai politik hukum

yang melandasi

pembentukan undang-

undang

[juga dikatakan,

pemberlakuannya itu

memang didukung

oleh faktor-faktor

kekuatan politik yang

nyata dan yang

mencukupi di

parlemen].

Garis kebijaksanaan

politik yang menjadi

dasar bagi

kebijaksanaan-

kebijaksanaan dan

pengarahan

ketatalaksanaan

pemerintahan.

Misalnya, garis politik

otonomi dalam GBHN

(Tap MPR No. IV

Tahun 1973) memberi

pengarahan dalam

pembuatan UU Nomor

5 Tahun 1974.

Page 26: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

21

Pandangan teoritik tentang landasan keabsahan peraturan perundang-undangan tersebut

menunjukan:

1. Pemahaman keabsahan peraturan perundang-undangan pada ranah (1) normatif; dan

(2) sosiologis. Pemahaman dalam ranah sosiologis tampak pada pandangan Jimly

Asshiddiqie tentang landasan sosiologis dan politis yang terdapat dalam tanda kurung

([…]). Dalam konteks landasan keabsahan peraturan perundang-undangan, yang

menyangkut pembentukan peraturan perundang-undangan, lebih tepat memahami

landasan keabsahan peraturan perundang-undangan dalam ranah normatif.

2. Landasan keabsahan politis pada ranah normatif dari Jimly Asshiddiqie,

mengambarkan politik hukum, yakni adanya cita-cita dan norma dasar yang

terkandung dalam UUD NRI 1945 (Pembukaan dan pasal-pasalnya), yang dapat

diakomodasi dalam landasan filosofis dan yuridis.

3. Landasan keabsahan politis dari M. Solly Lubis yang menggambarkan garis politik

hukum dalam Ketetapan MPR, yang dapat diakomodasi dalam landasan yuridis

Berdasarkan pandangan para sarjana tersebut tentang landasan keabsahan atau dasar

keberlakuan peraturan perundang-undangan, maka landasan keabsahan filosofis, sosiologis,

dan yuridis dapat dirangkum sebagai berikut:

Tabel : Pandangan teoritik tentang landasan keabsahan peraturan perundang-undangan14

LANDASAN URAIAN

Filosofis Mencerminkan nilai-nilai filosofis atau nilai yang terdapat dalam cita

hukum (rechtsidee).

Diperlukan sebagai sarana menjamin keadilan.

Sosiologis Mencerminkan tuntutan atau kebutuhan masyarakat yang memerlukan

penyelesaian.

Diperlukan sebagai sarana menjamin kemanfaatan.

Yuridis Konsistensi ketentuan hukum, baik menyangkut dasar kewenangan dan

prosedur pembentukan, maupun jenis dan materi muatan, serta tidak adanya

kontradiksi antar-ketentuan hukum yang sederajat dan dengan yang lebih

tinggi.

Diperlukan sebagai sarana menjamin kepastian hukum.

14

Gede Marhaendra Wija Atmaja, “Politik Pluralisme Hukum ….”, Ibid., hlm. 29.

Page 27: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

22

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan (UU 12/2011) mengadopsi validitas tersebut sebagai (1) muatan menimbang, yang

memuat uraian singkat mengenai pokok pikiran yang menjadi pertimbangan dan alasan

pembentukan Peraturan Perundang–undangan, ditempatkan secara berurutan dari filosofis,

sosiologis, dan yuridis; dan (2) harus juga ada dalam naskah akademis rancangan peraturan

perundang-undangan.

Merujuk pada pandangan teoritik dari para sarjana yang telah dikemukakan di atas,

dikaitkan dengan ketentuan tentang teknik penyusunan peraturan perundang-undangan15

dan

teknik penyusunan naskah akademik16

yang diadopsi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

(UU No 12/2011), ketiga aspek dari validitas tersebut dapat disajikan dalam tabel berikut:

Tabel : Landasan Keabsahan Peraturan Perundang-undangan Berdasarkan Pandangan

Teoritik dan UU No. 12/2011

LANDASAN URAIAN

Filosofis Menggambarkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang

meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber

dari Pancasila dan Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

Pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum itu, pada dasarnya berkenaan

dengan keadilan yang mesti dijamin dengan adanya peraturan perundang-

undangan.

Sosiologis Menggambarkan kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek yang

memerlukan penyelesaian, yang sesungguhnya menyangkut fakta empiris

mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara.

Kebutuhan masyarakat pada dasarnya berkenaan dengan kemanfaatan

adanya peraturan perundang-undangan.

Yuridis Menggambarkan permasalahan hukum yang akan diatasi, yang

sesungghunya menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan

substansi atau materi yang diatur.

Permasalahan hukum yang akan diatasi itu pada dasarnya berkenaan

dengan kepastian hukum yang mesti dijamin dengan adanya peraturan

perundang-undangan, oleh karena itu harus ada konsistensi ketentuan

hukum, menyangkut dasar kewenangan dan prosedur pembentukan, jenis

dan materi muatan, dan tidak adanya kontradiksi antar-ketentuan hukum

yang sederajat dan dengan yang lebih tinggi.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

15

Angka 18 dan 19 TP3 (vide Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011). 16

Pasal 57 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

Page 28: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

23

Tanggung jawab Negara diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945 alenia; ke -4

anatara lain adalah ; 1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan tumpah darah Indonesia ;

dan 2) memajukan kesejahteraan umum.

Perlindungan yang menjadi tanggung jawab Negara itu tidak saja terhadap setiap

orang baik dari arti individual dan kelompok berikut identitas budaya yang melekat padanya,

tetapi juga perlindungan terhadap tanah air, yang tercakup di dalamnya sumber daya alam

dan lingkungan hidupPerlindungan tersebut diarahkan dalam rangka memajukan

kesejahteraan umum, yang juga merupakan tanggung jawab Negara.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka landasan filosofis, sosiologis dan yuridis

pengaturan penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian adalah:

a. untuk mencapai sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam pembangunan

nasional, industri memegang peranan yang menentukan dan oleh karenanya perlu

lebih dikembangkan secara seimbang dan terpadu dengan meningkatkan peran serta

masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara optimal seluruh sumber daya

alam, manusia, dan dana yang tersedia;

b. pengaturan perizinan di bidang perindustrian harus mengakomodasi azas demokrasi

ekonomi, lingkungan hidup, dan produkifitas;

c. dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi,

dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada peran usaha mikro, kecil dan

menengah, perlu dilakukan penyederhanaan penyelenggaraan pelayanan terpadu;

Page 29: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

24

BAB VI

PENUTUP

A. Rangkuman

Landasan yuridis pengaturan Penyelenggaraan Perizinan di Bidang Perindustrian

adalah Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. Kota Denpasar sudah

memiliki peraturan daerah yang mengatur izin industri yaitu Peraturan Daerah Kota Denpasar

Nomor 12 Tahun 2002 tentang Ijin Usaha Industri.

Landasan Sosiologis, Kota Denpasar tidak memiliki peraturan daerah yang mengatur

tentang penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian, namun di sisi yang lain

kebutuhan hukum masyarakat tentang penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian

sangat diperlukan sehingga memerlukan Peraturan Daerah yang dapat menjamin bahwa

penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian dapat terlaksana dengan baik.

Asas-asas yang menjadi dasar perumusan norma hukum tentang penyelenggaraan

perizinan di bidang perindustrian dalam Peraturan Daerah adalah Asas Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan yang Baik, yang formal dan yang materiil. Asas formal

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Baik, yang menjadi dasar perumusan

norma hukum tentang penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian adalah:

1. Asas kejelasan tujuan. Pengaturan penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian

bertujuan: (1) memberikan kepastian bagi masyarakat mengenai siapa dan apa yang

Page 30: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

25

diatur dalam penyelenggaraan penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian;

dan (2) memperkuat dasar hukum bagi Pemerintah Kota untuk menyelenggarakan

perizinan di bidang perindustrian, sehingga tujuan negara Kesatuan Republik

Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dapat tercapai.

2. Asas kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat. Pengaturan penyelenggaraan

perizinan di bidang perindustrian dengan Peraturan Daerah dilakukan oleh Walikota

Denpasar dengan persetujuan bersama DPRD Kota Denpasar.

3. Asas kesesuaian antara jenis dan materi muatan. Penyelenggaraan perizinan di

bidang perindustrian harus dengan Peraturan Daerah. Adapun materi pokok yang

diatur dengan Peraturan Pemerintah penyelenggaraan perizinan di bidang

perindustrian.

4. Asas dapat dilaksanakan. Pembentukan Peraturan Daerah tentang penyelenggaraan

perizinan di bidang perindustrian harus memperhatikan beberapa aspek: (1) filosofis,

yakni ada jaminan keadilan dalam penyelenggaraan perizinan di bidang

perindustrian; (2) yuridis, adanya jaminan kepastian dalam penyelenggaraan

perizinan di bidang perindustrian, termasuk subsansinya tidak boleh bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; dan (3) sosiologis,

pengaturan penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian memang dapat

memberikan manfaat, baik bagi pemerintah kota maupun bagi masyarakat, termasuk

substansinya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum.

5. Asas kedayagunaan dan kehasilgunaan. Pengaturan penyelenggaraan perizinan di

bidang perindustrian memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam

mengatur penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian di Kota Denpasar.

6. Asas kejelasan rumusan. Pembentukan Peraturan Daerah tentang penyelenggaraan

perizinan di bidang perindustrian esuai persyaratan teknik penyusunan peraturan

perundang-undangan, sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa

hukum yang jelas dan mudah dimengerti, sehingga tidak menimbulkan berbagai

macam interpretasi dalam pelaksanaannya. Singkatnya, rumusan pengaturan

penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian menjamin kepastian.

7. Asas keterbukaan. Pengaturan penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian

harus menjamin partisipasi masyarakat, dalam artian masyarakat dijamin haknya

untuk memberikan masukan, baik tertulis maupun lisan, serta kewajiban Pemerintah

Kota untuk menjamin masukan tersebut telah dipertimbangkan relevansinya. Untuk

Page 31: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

26

terselenggaranya partisipasi masyarakat itu, maka terlebih dahulu Pemerintah Kota

memberikan informasi tentang proses pembentukan Peraturan Daerah bersangkutan.

Asas materiil Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang Baik, yang menjadi

dasar perumusan norma hukum tentang penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian:

1. Asas keadilan. Peraturan Daerah tentang penyelenggaraan perizinan di bidang

perindustrian harus mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga

masyarakat tanpa kecuali. Tuntutan keadilan mempunyai dua arti. Dalam arti formal

keadilan menuntut norma hukum dalam Pengaturan penyelenggaraan perizinan di

bidang perindustrian berlaku umum. Dalam arti materiil dituntut agar norma hukum

dalam pengaturan penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian sesuai dengan

cita-cita keadilan dalam masyarakat.

2. Asas kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan. Materi muatan

pengaturan penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian tidak berisi ketentuan-

ketentuan yang bersifat membedakan berdasarkan latar belakang antara lain agama,

suku, ras, golongan, gender, atau status sosial. Inti dari kesamaan adalah keadilan,

yang menjamin perlakuan yang sama, sesuai hak dan kewajibannya.

3. Asas ketertiban dan kepastian hukum. Materi muatan pengaturan penyelenggaraan

perizinan di bidang perindustrian dituntut dapat menimbulkan ketertiban dalam

masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum. Jaminan kepastian hukum

mempunyai dua arti. Dalam artian, norma hukum penyelenggaraan perizinan di

bidang perindustrian harus sedemikian jelas sehingga masyarakat dan pemerintah

serta hakim dapat berpedoman padanya. Terutama masyarakat dapat dengan jelas

mengetahui hak dan kewajiban dalam kaitannya dengan penyelenggaraan perizinan

di bidang perindustrian, termasuk norma hukum penyelenggaraan perizinan di bidang

perindustrian dan sanksinya atas pelanggarannya tidak boleh berlaku surut.

4. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. Norma hukum dalam pengaturan

penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian harus mengandung keseimbangan

beban dan manfaat, atau, kewajiban membayar penyelenggaraan perizinan di bidang

perindustrian dengan hak yang didapatkannya dengan membayar penyelenggaraan

perizinan di bidang perindustrian.

B. Rekomendasi

Rekomendasi yang dapat diajukan dalam rangka pembentukan pengaturan

penyelenggaraan perizinan di bidang perindustrian, yang diawali dengan penyusunan konsep

awal rancangannya, adalah:

Page 32: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

27

1. Agar segera disusun Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Perizinan

di Bidang Perindustrian.

2. Agar diselenggarakan proses konsultasi publik sehingga masyarakat dapat memberikan

masukan dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Kota Denpasar tentang

Penyelenggaraan Perizinan di Bidang Perindustrian, sesuai dengan asas keterbukaan

dan ketentuan tentang partisipasi masyarakat dalam Pasal 96 UU P3 2011 dan Pasal

139 ayat (1) UU Pemerintahan Daerah 2004.

Page 33: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

28

DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

………, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana

diubah keduakalinya dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

…….., Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Page 34: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

29

DAFTAR PUSTAKA

Bruggink, J.J.H., Refleksi Tentang Hukum, terjemahan Arief Sidharta dari judul asli: Rechts

Reflecties, (Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996).

Franz Magnis-Suseno, Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Moden,

(Gramedia, Jakarta, 1987).

Friedmann, W., Teori & Filsafat Hukum: Idealisme Filosofis & Problema Keadilan (susunan

II), terjemahan Muhamad Arifin dari judul asli: Legal Theory, (Jakarta: Penerbit CV

Rajawali, 1990).

Gustav Radbruch, “Legal Philosophy”, dalam Kurt Wilk, ed., The Legal Philosophies Of

Lask, Radbruch, And Dabin, (Cambridge: Havard University Press, 1950).

Hamid S. Attamimi A., “Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Negara”, Disertasi, (Fakultas Pascasarjana Universitas

Indonesia, Jakarta, 1990).

..........., ”Ruang Lingkup Materi Muatan Peraturan Daerah Tingkat II (Kasus Kabupaten

Daerah Tingkat II Badung dan Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar), Tesis Magister,

(Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung, 1995).

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 2000).

Van Der Vlies, I.C., Buku Pegangan Perancang Peraturan Perundang-undangan,

terjemahan, (Direktorat Jenderal Peraturan Perundangan-undangan Departemen Hukum

dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta, 2005.

Page 35: LAPORAN PENELITIAN URGENSI PENGATURAN MENGENAI ... · generasi sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu perlu adanya perizinan sebagai

30

RANCANGAN ANGGARAN DAN BELANJA PENELITIAN

1. Persiapan

a. Mengadakan penjajagan awal Rp 800.000,00

b. Menentukan desain penelitian Rp 200.000,00

c. Menyusun format penelitian Rp 200.000,00

2. Biaya Operasional

a. Pengumpulan sumber pustaka: buku dan jurnal Rp 2.500.000,00

b.

Pengumpulan data melalui : internet, koran, dan

wawancara Rp 1.300.000,00

c. Analisa Data Rp 1.000.000,00

d. Surat menyurat Rp 600.000,00

3. Biaya Penyusunan Laporan

a. Menyusun konsep laporan Rp 850.000,00

b. Honor penulisan laporan Rp 800.000,00

4. Penggandaan Laporan

a. Pengetikan Rp 275.000,00

b. Penggandaan laporan Rp 800.000,00

c. Pengiriman laporan Rp 100.000,00

Rekapitulasi Biaya Penelitian Rp 9.375.000,00

Jadwal Pelaksanaan

Tahapan-tahapan Pelaksanaan Jadwal Pelaksanaan/ Bulan

Juli Agustus September

1. Perencanaan Penelitian

Menyusun kuesioner

Mengurus ijin

Menyiapkan bahan dan

alat

2. Pengumpulan Data

3. Analisis Data

4. Penulisan Laporan

5. Pengiriman Laporan