laporan penelitian tahun anggaran 2018 …
TRANSCRIPT
Tema : Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Sub Tema : Pengelolaan Lingkungan
LAPORAN PENELITIAN
TAHUN ANGGARAN 2018
PENELITIAN BIDANG ILMUAN
PENERAPAN PERSAMAAN LIKU KALIBRASI
MENGGUNAKAN PENDEKATAN REGRESI UNTUK
MENDUKUNG KETERSEDIAAN AIR PERIKANAN PADA
BENDUNG BATANG SAMO KABUPATEN ROKAN HULU
Tim Peneliti
Ketua : Joleha, ST, MM NIDN : 0020077001
Anggota 1 : Nurdin, ST., MT NIDN : 0018026503
Anggota 2 : Ir. Siswanto, MT NIDN : 0014076205
Mahasiswa:
1. Mhd. Sidiq Dwi Saputra Nim: 1407034508
2. Khairunisa Nim: 1407039785
Sumber Dana : DIPA Universitas Riau
Nomor Kontrak: 712/UN.19.5.1.3/PP/2018 Tanggal 22 Maret 2018
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS RIAU
OKTOBER 2018
i
HALAMAN PENGEAHAN
ii
RINGKASAN PENELITIAN
Menurunnya debit air di Bendung Batang Samo Kabupaten Rokan Hulu sebesar 30,05%
disebabkan adanya pengambilan air di sepanjang saluran primer irigasi untuk keperluan mengairi
kolam-kolam ikan milik masyarakat yang ada di sepanjang saluran tersebut. Untuk mengurangi
kehilangan air di saluran primer, maka air yang melimpas di atas mercu bendung dianggap perlu
dialih fungsikan dan dibuat saluran intake baru untuk pengembangan daerah perikanan di hilir
sungai Batang Samo, mengingat industri perikanan juga sangat potensial di Rokan Hulu. Tujuan
umum penelitian ini adalah mendukung analisis ketersediaan air dalam upaya mengurangi
kehilangan air di saluran primer irigasi untuk kebutuhan irigasi pertanian dan memanfaatkan
kelebihan air limpasan di mercu bendung dengan pembuatan saluran intake baru untuk
pengembangan daerah perikanan di hilir sungai Batang Samo. Mengingat tidak diketahuinya
rumus konversi data data pengukuran ketinggian air di mercu menjadi debit sedangkan analisis
ketersediaan air sangat diperlukan untuk pengembangan sumber daya air. Sehingga tujuan utama
dari penelitian ini adalah membentuk model rating curve (liku kalibrasi) untuk memprediksi
persamaan liku kalibrasi bendung Batang Samo menggunakan data debit harian dari tahun 2015-
2016. Hasil dari penelitian ini memiliki tingkat korelasi sangat baik, diperoleh nilai parameter a =
21,675 dan b = 1,5 sehingga didapat Persamaan liku kalibrasi yaitu Q=21,675 H1,5
dengan faktor
korelasi R=1.00
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Allah
Subhanawataallah yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan kepada
kami Tim Penelitian Penerapan Persamaan Liku Kalibrasi Menggunakan
Pendekatan Regresi Untuk Mendukung Ketersediaan Air Perikanan Pada
Bendung Batang Samo Kabupaten Rokan Hulu, sehingga penelitian ini dapat
di selesaikan tepat pada waktunya.
Penelitian ini telah terlaksana dengan baik, pengolahan dan pembahasan
telah dilaksanakan, luaran wajib dan luaran tambahan sudah dipenuhi.
Pelaksanaan penelitian didukung dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan terimakasih kepada;
1. Rektor Universitas Riau
2. Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP sebagai ketua Lembaga Pengabdian pada
Masyarakat (LPPM) Universitas Riau
3. Dr. Imam Suprayogi, ST., MT selaku Ketua Prodi Teknik Sipil D3.
Smoga hasil luaran dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa,
terutama mahasiswa teknik Sipil D3 Jurusan Teknik Sipil Universitas Riau.
Pekanbaru, 5 Oktober 2018
Tim Peneliti,
Joleha, ST., MM
iv
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan i
Ringkasan Penelitian ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian …………………………………………1
1.2. Perumusan Masalah ……………………………………………….2
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ……………………………………2
1.4. Luaran dan Manfaat Penelitian ……………………………………3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori yang Relevan ………………………………………………..4
2.2. Penelitian Terdahulu .............................................................……12
2.3. Kerangka Pemikiran.……………………………………………..13
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian .................... …………………………………..15
3.2. Prosedur Penelitian.....………………....…………………………15
3.3. Studi Literatur ….……………………………………15
3.4. Pengumpulan Data dan Alat ……………………………………
15
3.5. Langkah-langkah Penelitian ……………………………………..16
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Persiapan Data dan Pembuatan Model …………………………………18
4.2. Hasil Data Model Analisa Regresi
....………….....………………...........18
4.2.1. Tahap Kalibrasi .............................................................................
19
4.2.2. Tahap Verifikasi ........................................................................... 24
4.2.3. Tahap Simulasi ............................................................................ 27
4.2.4. Tahap Implementasi .................................................................... 29
4.3. Analisa Debit Andalan Bendung Batang Samo .…………….….........…31
4.4. Analisa Debit Andalan di atas Mercu Bendung ...…………..……......... 34
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
……………………...………………..35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN :
1. Draf Artikel pada Jurnal MKTS terindek Arjuna 2
2. Proseding
3. Materi Ajar
v
4. Executive Summary
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Bendung Batang Samo didirikan pada tahun 1985 yang berlokasi di Desa
Suka Maju Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu, yang merupakan
bendung irigasi teknis dengan luas areal layanan 400 ha. Bendung ini pada awal
pembangunannya ditujukan untuk mengairi sawah memproduksi beras, namun
dalam perjalananya berkembang pengambilan air secara langsung di sepanjang
saluran primer irigasi untuk keperluan kolam ikan masyarakat sekitar saluran
irigasi. Hal ini dibuktikan menurunnya debit air irigasi sebesar 30,05% dalam
penelitian Abror, 2014.
Sejalan dengan reformasi pemerintah tahun 1998 dengan otonomi daerah
dan lahirnya Instruksi Presiden (Inpres) RI Nomor 3 tahun 1999 tentang
Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi, yang diperkuat dengan Undang-
Undang Sumberdaya Air Nomor 7 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah tentang
irigasi Nomor 20 tahun 2006 telah berdampak pada ketidak pastian untuk
mendapatkan air bagi petani yang terkumpul pada Perkumpulan Petani Pengelola
Air (P3A). Dengan hal tersebut maka masyarakat dapat menggunakan air tanpa
izin sesuai kebutuhannya.
Pengembangan usaha perikanan sangat potensial dilakukan di Bendung
Batang Samo dengan menggunakan aliran irigasi saluran primer yang senantiasa
menyediakan air irigasi ke petak-petak sawah. Untuk mendukung usaha perikanan
di daerah sekitar bendung tersebut, maka ada baiknya melakukan perhitungan
keperluan air untuk irigasi maupun perikanan. Sehingga kebutuhan air irigasi
tidak terganggu akibat pengambilan air untuk perikanan.
Dalam upaya mendukung analisis ketersediaan air diperlukan liku
kalibrasi debit di mercu Bendung. Mengingat tidak diketahuinya rumus konversi
data data pengukuran ketinggian air di mercu menjadi debit. Analisis
ketersediaan air sangat diperlukan untuk pengembangan daerah perikanan. Grafik
antara tinggi muka air dan debit serta garis lurus menunjukkan data hubungan
2
tinggi muka air dan debit yang disebut Liku Kalibrasi. Liku kalibrasi merupakan
teknik dasar yang digunakan dalam perhitungan debit seperti perencanaan sumber
daya air, penanganan sedimen dan model hidrologi (Ghimie dan Reddy, 2010).
Persamaan Regresi (regression equation) adalah suatu persamaan
matematis yang mendefenisikan hubungan antara dua variabel. Sifat hubungan
antar variabel dalam persamaan regresi merupakan hubungan sebab akibat
(causal relationship) (Hosmer dan Lemeshow, 2011). Pengolahan data liku
kalibrasi di Bendung Batang Samo selama ini belum berjalan dengan maksimal
karena sejak tahun 2014 hingga sekarang persamaan liku kalibrasi tidak
tersedia dan hanya terdapat data tinggi muka air dan debit pada mercu bendung.
Pengolahan data liku kalibrasi menggunakan metode konvensional
memerlukan waktu yang relatif lama dan membutuhkan banyak data. Oleh
karena itu, bisa digunakan alternatif lain untuk mengatasi permasalahan tersebut
yaitu menggunakan pendekatan analisis regresi.
1.2. Perumusan Masalah
Merujuk dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk liku kalibrasi (Rating Curve) menggunakan pendekatan
analisis regresi yang diuji dengan koefisien korelasi, sehingga dapat
digunakan untuk perhitungan debit Bendung Batang Samo Desa Suka Maju
Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu guna pemenuhan kebutuhan air
perikanan.
2. Berapa debit andalan yang tersedia pada Bendung Batang Samo Desa Suka
Maju Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu untuk pengembangan
daerah irigasi, terutama untuk pengembangan bidang perikanan?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
Tujuan dari penelitian ini adalah membentuk persamaan liku kalibrasi pada
Bendung Batang Samo Tahun 2015-2016 dengan menggunakan pendekatan
3
analisis regresi dan menentukan debit andalan untuk pengembangan daerah
perikanan.
1.4. Luaran dan Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini dapat dijadikan metode
alternatif dalam menentukan liku kalibrasi yang lebih cepat dan akurat.
Kemudian dapat memberi informasi kepada para perencana dalam menganalisis
debit jika akan melakukan pengembangan daerah perikanan di masa yang akan
datang dan membantu surveyor dalam mengukur debit lapangan.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Teori yang Relevan
Pengukuran Tinggi Muka Air
Pengukuran tinggi muka air dimaksudkan untuk mengetahui posisi muka
air (atau kedalaman aliran) suatu sungai di lokasi stasiun hidrometri pada
waktu tertentu. Pengertian waktu dalam hal ini terkait dengan periode
pengukuran/pencatatan muka air. Pengukuran dapat dilakukan pada jam-jam
tertentu atau secara terus menerus (kontinyu). Untuk hal pertama dapat
digunakan papan duga berskala atau sering disebut sebagai alat pengukur
manual, sedangkan pendataan kontinu digunakan alat pengukur muka air
otomatis (AWLR). Data muka air dapat diperoleh dengan cara membaca
posisi muka air pada papan duga berskala pada saat pengukuran atau dengan
membaca grafik fluktuasi muka air hasil perekaman oleh alat AWLR.
Konsep Pemodelan Hidrologi
Menurut Sri Harto (1993), bahwa model hidrologi adalah sebuah
sajian sederhana (Simple Representation) dari sebuah sistem hidrologi yang
kompleks. Dimana dalam sebuah model hidrologi dibutuhkan sebuah data seperti
data jumlah, waktu, tempat, probabilitas dan runtun waktu (Time Series).
Suatu model adalah replikasi sistem dengan perbandingan tertentu, suatu
konsep, sesuatu yang mengandung hubungan empiris, atau suatu seri persamaan
matematis atau statistik yang menggambarkan sistem.Tujuan dari model
hidrologi adalah untuk mempelajari siklus air yang ada di alam dan meramalkan
outputnya. Model hidrologi dapat digunakan untuk peramalan banjir,
perencanaan bendungan, pengaturan bendungan, pengelolaan, dan
pengembangan DAS. Hal ini tergantung dari tujuan pembuatan model
tersebut (Indarto, 2010).
Liku Kalibrasi (Rating Curve)
Debit merupakan volume yang mengalir per satuan waktu melewati suatu
penampang melintang palung sungai, pipa, pelimpah, akuifer dan
sebagainya (Soemarto, 1987). Menurut Rahmani (2015), liku kalibrasi
5
merupakan grafik hubungan antara tinggi muka air dengan debit aliran sungai di
lokasi tertentu dimana pembacaan rekaman AWLR diubah menjadi hidrograf
aliran. Data yang dibutuhkan untuk pembuatan liku kalibrasi adalah pengukuran
kecepatan aliran, tinggi muka air pada saat pengukuran, dan tampang melintang
sungai dimana pengukuran dilakukan.
Menurut Goel (2011), prediksi liku kalibrasi (Rating Curve) saat ini
penting dalam membangun sebuah proyek sumber daya air. Dalam memprediksi
liku kalibrasi dibutuhkan catatan debit yang berasal dari konversi tinggi
muka air menjadi debit dengan suatu hubungan fungsional. Dimana hubungan
fungsional tersebut ditentukan dalam sebuah persamaan antara tinggi muka air
dan debit ditentukan melalui analisa persamaan regresi linier (Atiaa, 2015).
Menurut Sobriyah (2004), membuat liku kalibrasi (Rating Curve) dari
data pengukuran debit sesaat. Liku kalibrasi diasumsikan bahwa tampang
melintang sungai dimana pengukuran debit dilakukan dianggap tidak
berubah. Menurut Sri Harto (1993), liku kalibrasi (Rating Curve) diperoleh
dengan mengkorelasikan dua variabel yaitu tinggi muka air dan debit di
stasiun hidrometri menggunakan hubungan grafis. Hubungan grafis antara
variabel tinggi muka air dan debit dapat dilakukan dengan menghubungkan titik-
titik pengukuran dengan garis lengkung di atas kertas logaritmik. Persamaan liku
kalibrasi dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut (Soewarno, 2013):
Q = cHn ................................................................................................. (1)
Dengan :
Q = debit (m3/detik),
c,n = konstanta
H = tinggi muka air (m),
Hubungan antara liku kalibrasi merupakan hal yang penting didalam
model hidrologi karena keandalan data debit sangat tinggi tergantung pada
saat pengukuran (Braca, 2008). Cara termudah dalam mengumpulkan informasi
debit adalah mengukur tinggi muka air dan menggunakan hubungan
debit dan tinggi muka air untuk menghitung debit dapat dilihat pada Gambar
2. 1.
6
Pengertian Regresi
Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang dapat
digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua atau lebih variabel.
Istilah regresi yang berarti ramalan atau taksiran pertama kali diperkenalkan Sir
Francis Galton pada tahun 1877, sehubungan dengan penelitiannya terhadap
tinggi manusia, yaitu antara tinggi anak dan tinggi orang tuanya. Dalam
penelitiannya, Galton menemukan bahwa tinggi anak dan tinggi orang tuanya
cenderung meningkat atau menurun dari berat rata-rata populasi. Garis yang
menunjukkan hubungan tersebut disebut garis regresi (Haryono dan
Wardoyo, 2013).
Gambar 2.1 Contoh Hubungan Debit dan Tinggi Muka Air
Sumber : Fahmi, 2016
Analisis regresi lebih akurat dalam melakukan analisis korelasi,
karena pada analisis itu kesulitan dalam menunjukkan slop (tingkat perubahan
suatu variabel terhadap variabel lainnya dapat ditentukan). Jadi dengan
analisis regresi, peramalan atau perkiraan nilai variabel terikat pada nilai variabel
bebas lebih akurat pula. Karena merupakan suatu prediksi, maka nilai
prediksi tidak selalu tepat dengan nilai riilnya, semakin kecil tingkat
penyimpangan antara nilai prediksi dengan nilai riilnya, maka semakin tepat
persamaan regresi yang dibentuk.
Dapat disimpulkan bahwa analisis regresi adalah metode statistika
yang digunakan untuk menentukan kemungkinan bentuk hubungan antara
variabel-variabel, dengan tujuan pokok dalam penggunaan metode ini adalah
untuk meramalkan atau memperkirakan nilai dari suatu variabel lain yang
7
diketahui.
Persamaan Regresi
Persamaan Regresi (regression equation) adalah suatu persamaan
matematis yang mendefenisikan hubungan antara dua variabel. Persamaan
regresi yang digunakan untuk membuat taksiran mengenai variabel dependen
disebut persamaan regresi estimasi, yaitu suatu formula matematis yang
menunjukkan hubungan keterkaitan antara satu atau beberapa variabel yang
nilainya sudah diketahui dengan satu variabel yang nilainya belum diketahui.
Sifat hubungan antar variabel dalam persamaan regresi merupakan
hubungan sebab akibat (causal relationship). Oleh karena itu, sebelum
menggunakan persamaan regresi dalam mejelaskan hubungan antara dua atau
lebih variabel, maka perlu diyakini terlebih dahulu bahwa secara teoritis atau
perkiraan sebelumnya, dua atau lebih variabel tersebut memiliki hubungan sebab
akibat. Variabel yang nilainya akan mempengaruhi nilai variabel lain disebut
dengan variabel bebas (independent variabel), sedangkan variabel yang
nilainya dipengaruhi oleh nilai variabel lain disebut variabel terikat
(dependent variabel) (Hosmer dan Lemeshow, 2011).
Ada dua jenis Persamaan Regresi Linier, yaitu sebagai berikut :
1. Analisis Regresi Sederhana (simple analisis regresi)
2. Analisis Regresi Berganda (multiple analisis regresi)
Analisis Regresi Sederhana (simple analisis regresi)
Regresi linier sederhana merupakan suatu proses untuk mendapatkan hubungan
matematis dalam bentuk suatu persamaan antara variabel tak bebas tunggal
dengan variabel bebas tunggal (Kholisah,1996) atau dengan kata lain, regresi
linier yang hanya melibatkan satu peubah bebas X yang dihubungkan dengan
satu peubah tak bebas Y. Bentuk umum model regresi linier sederhana yaitu:
.......................................................................................... (2)
Di mana :
Y = variabel tak bebas (dependen)
a = Koefisien regresi yang merupakan koefisien dari arah regresi
b = koefisien yang merupakan titik potong dari regresi
= variabel bebas (independen)
8
Besarnya nilai koefisien a, b dapat dihitung persamaannya sebagai
berikut :
∑
∑
.......................................................................... (3)
Persamaan pada uraian di atas masih menuntut kita untuk mengurangi
setiap skor dengan nilai rata-rata masing-masing peubah X dan peubah Y. Jadi
kita masih harus berhubungan dengan skor simpangan. Untuk menghindari hal
ini, pers tsb dapat dijabarkan lagi menjadi :
∑ ∑ ∑
∑ ∑ .......................................................................... (4)
.......................................................................................... (5)
Berdasarkan rumus persamaan 1 rumus debit liku kalibrasi adalah;
Q = cHn
untuk menyelaraskan rumus debit liku kalibrasi dengan persamaan regresi linear,
maka rumus persamaan regresi disesuaikan dengan men-logkan ruas kanan dan
kiri menggunakan sifat logaritma seperti berikut :
Rumus Liku kalibrasi, Q = cHn
logQ = log.c + log.Hn ........................................................................... (6)
logQ = log.c + n.log.H .......................................................................... (7)
nilai c dan n dapat diketahui dengan :
c = ................................................................................................ (8)
n = b ..................................................................................................... (9)
Regresi Linier Berganda
Disamping hubungan linier dua variabel, hubungan linier lebih dari
dua variabel dapat juga terjadi. Pada hubungan ini, perubahan satu variabel
dipengaruhi oleh lebih dari satu variabel lain. Maka regresi linier berganda
adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara peubah respon
(variable dependent) dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih dari satu
predaktor (variable independent).
9
Tujuan analisis regresi linier berganda adalah untuk mengukur intensitas
hubungan antara dua variabel atau lebih dan memuat prediksi/perkiraan nilai Y
atas nilai X. Bentuk umum persamaan regresi linier berganda yang mencakup dua
atau lebih variabel, yaitu :
...........................(10)
Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi adalah suatu angka yang menunjukkan tinggi
rendahnya derajat hubungan antara dua variabel atau lebih. Koefisien korelasi
besarnya sudah tertentu, yaitu variasi antara 1 dan + 1 (Kholisah, 1996).
Setelah mengetahui hubungan fungsional antara variabel-variabel di mana
persamaan regresinya telah ditentukan dan telah melakukan pengujian maka
persoalan berikutnya yang perlu dirasakan yaitu, jika data hasil pengamatan
terdiri dari banyak variabel adalah seberapa kuat hubungan antara variabel-
variabel itu. Dengan kata lain perlu ditentukan derajat hubungan antara variabel-
variabel tersebut.
Studi yang membahas derajat hubungan antara variabel-variabel tersebut
dikenal dengan nama analisis korelasi. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui
derajat hubungan, terutama data kuantitatif dinamakan koefisien korelasi.
Besarnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yag lain
dinyatakan dengan koefisien korelasi yang disimbolkan dengan “r” yang
besarnya adalah akar koefisien determinasi.
Menurut Sugiyono (2005) pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui
kuat tidaknya hubungan antara variabel x dan y, dengan menggunakan pendekatan
koefisien korelasi Pearson dengan rumus :
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑
∑ ...............................................(11)
Di mana:
= Koefisien Korelasi Antara X Dan Y
X = Variabel bebas (independen)
Y = Variabel terikat (dependen)
Untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dengan
menggunakan koefisien korelasi adalah dengan menggunakan nilai absolut
10
dari koefisien tersebut. Besarnya koefisien korelasi (r) antara dua variabel adalah
nol sampai dengan 1. Apabila dua buah variabel mempunyai nilai r = 0, berarti
antara dua variabel tersebut tidak ada hubungan. Sedangkan apabila dua buah
variabel mempunyai r = ± 1, maka dua buah variabel tersebut mempunyai
hubungan yang sempurna. Semakin tinggi nilai koefisien korelasi antara dua
buah variabel (semakin mendekati 1), maka tingkat keeratan hubungan antara
dua variabel tersebut semakin tinggi. Dan sebaliknya semakin rendah
koefisien korelasi antara dua buah variabel (semakin mendekati 0), maka tingkat
keeratan hubungan antara dua variabel tersebut semakin lemah. Interpretasi harga
R akan disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
R Interpretasi
R = 1 Hubungan Positif
Sempurna. 0,6 ˂ R ˂ 1 Hubungan Langsung
Positif Baik. 0 ˂ R ˂ 0,6 Hubungan Langsung
Positip Lemah R = 0 Tidak Terdapat Hubungan
Linier -0,6 ˂ R ˂ 1 Hubungan Langsung
Negatif Lemah -1 ˂ R ˂ - 0,6 Hubungan Langsung
Negatif Baik R = -1 Hubungan Negatip
Semptrrna Sumber : Soewarno, 1995
a. Korelasi Positif
Terjadinya korelasi positif apabila perubahan pada variabel yang satu
diikuti dengan perubahan variabel yang lain dengan arah yang sama (berbanding
lurus). Artinya, apabila variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti dengan
peningkatan variabel lain.
b. Korelasi Negatif
Korelasi negatif terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti
dengan perubahan variabel yang lain dengan arah yang berlawanan
(berbanding terbalik). Artinya apabila variabel yag satu meningkat, maka akan
diikuti dengan penurunan pada variabel yang lain dan sebaliknya.
11
c. Korelasi Nihil
Korelasi nihil terjadi apabila perubahan pada variabel yang satu diikuti
perubahan pada variabel yang lain dengan arah yang tidak teratur (acak), artinya
apabila variabel yang satu meningkat, kadang diikuti dengan peningkatan pada
variabel yang lain dan kadang diikuti dengan penurunan ada variabel yang lain.
Jika kenaikan di dalam suatu variabel diikuti dengan kenaikan variabel lain, maka
dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai korelasi yang
positif. Tetapi jika kenaikan di dalam suatu variabel diikuti oleh penurunan di
dalam variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut mempunyai
korelasi yang negatif. Dan jika tidak ada perubahan pada variabel walaupun
variabel lainnya berubah maka dikatakan bahwa kedaua variabel tersebut tidak
mempunyai hubungan.
Debit Andalan
Debit andalan adalah debit minimum sungai dengan besaran tertentu yang
mempunyai kemungkinan terpenuhi yang dapat digunakan untuk keperluan
irigasi. Debit aliran sungai harus diketahui sebelum menentukan debit andalan
sungai. Untuk mengetahui debit aliran sungai yang tidak diketahui datanya maka
dilakukan perhitungan dengan metode tertentu.
Debit Andalan Metode Weibull
Debit andalan adalah besarnya debit yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan air dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Dalam
perencanaan proyek–proyek penyediaan air terlebih dahulu harus dicari debit
andalan (dependable discharge), yang tujuannya adalah untuk menentukan debit
perencanaan yang diharapkan selalu tersedia di sungai (Soemarto, 1987).
Debit tersebut digunakan sebagai patokan ketersediaan debit yang masuk
ke waduk pada saat pengoperasiannya. Untuk menghitung debit andalan tersebut,
dihitung peluang 90 % dari debit inflow sumber air pada pencatatan debit pada
periode tertentu. Dalam menentukan besarnya debit andalan dengan peluang 90
% digunakan probabilitas Metode Weibull, dengan rumus :
12
P =
x 100%................................................................................. .......(12)
Keterangan :
P= Peluang (%),
m = Nomor urut data,
n = Jumlah data.
2. Penelitian Terdahulu
Supadi, (2006) telah melakukan penelitian berhubungan dengan Model
Regresi Rating Curve Stasiun AWLR Jurug Antara Tinggi Muka Air dan Debit
Pada Sungai Bengawan Solo. Sungai Bengawan Solo telah dipasang alat
pemantau debit yang berlokasi di hilir bendung Colo tepatnya ± 200 m di hulu
jembatan Jurug dan pos tersebut terletak paling hulu didirikan pada tahun 1969
serta merupakan bangunan permanen yang disebut AWLR (Automatic Water
Level Recorder), sehingga perlu mengetahui hasil lengkung debit yang di buat
dari tahun ke tahun. Pembuatan Rating curve di Pos Jurug (Surakarta) sungai
Bengawan Solo merupakan model dalam pembuatan lengkung debit. Hasil
pengamatan pengukuran antara tinggi muka air dengan debit sangat bervariasi
sejak tahun 1977 – 2000 (34 data) diakibatkan kerena adanya perubahan palung
sungai yang dipengaruhi oleh degradasi maupun agradasi pada dasar sungai. Oleh
karenanya perlu dilakukan analisa / kajian rating curve pada pos Jurug sebelum
dan sesudah adanya waduk Wonogiri. Lengkung debit yang berbeda-beda
membutuhkan pengamatan dan pengukuran yang panjang. Data pengukuran yang
terus menerus dari tahun ke tahun serta diadakan pengukuran debit secara
kontinyu dan mendapatkan hasil debit yang berbeda-beda. Kegunaan lengkung
aliran cukup jelas yaitu untuk mengetahui aliran debit yang melewati lokasi
tersebut dari adanya perubahan waktu ke waktu.
Tujuan utama penelitian tersebut adalah untuk mengetahui dan
menganalisis perubahan lengkung debit dari tahun ke tahun di Pos Jurug sungai
Bengawan Solo dan pengaruh hubungan tinggi muka air dengan debit akibat
adanya perubahan dasar sungai sebelum dan sesudah adanya waduk Wonogiri.
Kegunaan kajian ini sangat bermanfaat dan berguna baik secara teoritis maupun
13
praktis untuk mengetahui aliran debit yang melewati lokasi pos AWLR Jurug dari
waktu ke waktu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rating curve pos AWLR Jurug
sungai Bengawan Solo sebelum waduk wonogiri Y = 0.043 X 0.8025
dan setelah
waduk Wonogiri dibangun dengan Y=0.039 X 0.7523
. Berdasarkan persamaan
regresi tersebut maka terjadi kenaikan debit untuk tinggi muka air pada posisi 4
meter, maka debit yang melewati pos AWLR Jurug sungai Bengawan Solo
sebesar 402,54 m3/dt sedangkan sebelumnya hanya sebesar 283,84 m3/dt
sehingga terjadi kenaikan debit sebesar ± 41,82 %. Hal ini disebabkan adanya
degradasi pada dasar
sungai akibat dibangunnya waduk Wonogiri sehingga merubah kemiringan dasar
sungai sehingga debit yang melewati pos AWLR Jurug sungai Bengawan Solo
lebih terjal dibandingkan dengan sebelum waduk Wonogiri dibangun. Pemantauan
untuk sistem dini peringatan banjir akan lebih mendekati kondisi aliran air banjir
sebenarnya sehingga apabila terjadi bahaya banjir maka akan memberikan
informasi yang bermanfaat bagi penduduk yang bermukim di hilirnya dalam
rangka menyelamatkan nyawa, harta benda dan surat berharga termasuk data luas
genangan banjir yang akurat. Kemudian pada musim kemarau pos AWLR Jurug
sungai Bengawan Solo juga berfungsi untuk mengantisipasi debit andalan yang
diperuntukkan untuk memenuhi air irigasi di bagian hilirnya.
Selain itu Saleh (2010), melakukan penelitian tentang Studi Konflik Air
Irigasi dan Alternatif Penyelesaiannya di Daerah Irigasi Kelingi Sumatera Selatan,
Guna memecahkan masalah konflik kepentingan antara produksi beras dan ikan
kolam air deras serta menjaga kelestarian dan keberlanjutan sistem irigasi. maka
diperlukan suatu kajian akademis dan praktis lapangan. Hal ini disebabkan oleh
perubahan fungsi irigasi yang semula hanya diperuntukkan untuk sawah
bekembang menjadi produksi perikanan.
Penelitian ini menjadi sangat relevan untuk penerapan persamaan liku
kalibrasi menggunakan pendekatan regresi sehigga diketahui perhitungan debit
yang dibutukan untuk keperluan irigasi dan perikanan.
14
Parameter yang
diinginkan tercapai?
Koefisien Korelasi (R) >
0,75?
2. 3. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian ini selanjutnya disajikan seperti pada Gambar
2.
Mulai
Pembuatan Model Regresi
dan Tahap Kalibrasi
Simulasi Model Persamaan
Liku Kalibrasi
Implementasi Model
Memodifikasi
parameter pelatihan
Ya
Memverifikasi
Persamaan liku kalibrasi
Hasil kalibrasi
Tidak
Pengumpulan Data
Sekunder (Ketinggian
Muka Air dan Debit)
15
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi studi penelitian berada di Desa Suka Maju Kecamatan Rambah,
Pasir Pengaraian, Provinsi Riau.
Gambar 3.1. Lokasi Penelitian
3.2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari studi literatur, pengumpulan data, proses
pemodelan dan analisis hasil pemodelan, serta aplikasi dari model yang diperoleh.
Bagan alir metodologi penyelesaian penelitian ini digambarkan dalam bagan alir
yang disajikan seperti pada Gambar 3.1.
Lokasi Penelitian
Kesimpulan
Selesai
Analisis Debit Andalan
16
3.3. Studi Literatur
Dilakukan studi literatur yaitu studi yang dilakukan dengan cara menelaah
kajian-kajian ilmiah untuk mendapatkan dasar-dasar teori yang berkaitan dengan
topik yang diangkat dalam penelitian. Studi literatur bisa didapat dari berbagai
sumber seperti jurnal, buku, prosiding ataupun skripsi/thesis yang berkaitan hasil
penelitian dan publikasi yang berkenaan dengan rating curve dan perikanan.
3.4. Pengumpulan Data dan Alat
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan dua cara yaitu survei lapangan dan survei instansional. Survei
lapangan dilakukan dengan pengamatan langsung kondisi Bendung Batang Samo.
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder berupa data
ketinggian air pada mercu bendung Batang Samo yang dikonversi menjadi debit
dari tahun 2015 s/d 2016. Sumber data diambil dari Dinas Pekerjaan Umum Kab.
Rokan Hulu. Adapun distribusi data yaitu:
1. 70 % dari total data tahun 2015 s/d 2016 digunakan untuk Kalibrasi
model.
2. 30 % dari Total data tahun 2015 s/d 2016 digunakan sebagai Verifikasi
model.
3. Seluruh data tahun 2015 s/d 2016 digunakan sebagai data Simulasi
model.
4. Data Januari s/d Maret 2017 digunakan sebagai Implementasi model.
3.5. Langkah – langkah Penelitian
Secara sederhana, skema penelitian ini adalah sebagai berikut.
Gambar 3. Sistem Model liku Kalibrasi Menggunakan Pendekatan Analisis
Regresi
Dari gambar di atas, H dan Q sebagai data input, merupakan tinggi muka
air dan debit yang mengalir pada Mercu Bendung Batang Samo. Dengan
Hubungan
H dan Q
Analisis Regresi Persamaan
Liku Kalibrasi
17
menggunanakan analisis regresi untuk mengetahui hubungan antara H sebagai
variabel bebas dan Q sebagai variabel terikat sehingga diperoleh persamaan liku
kalibrasi (Rating Curve). Adapun tahapan-tahapan membentuk model liku
kalibrasi (Rating Curve) tersebut yaitu tahap kalibrasi model, tahap verifikasi, dan
simulasi.
1. Tahap Kalibrasi
Tahap ini merupakan tahap yang digunakan untuk menentukan nilai
parameter aliran di atas mercu bendung yang belum diketahui. Dalam proses
kalibrasi, nilai-nilai awalnya dianggap berlaku untuk semua parameter dan
periode alirannya disimulasikan serta dibandingkan dengan debit-debit terukur.
Bila memang diperlukan, maka parameter-parameternya diubah dan
pembandingnya diulangi sampai didapat kesesuaian yang memuaskan antara data
pengamatan dan data hasil kalibrasi.
Proses pembuatan model persamaan liku kalibrasi dilakukan dengan
menggunakan model hasil kalibrasi yang kemudian diplot ke dalam excel dalam
bentuk grafik hubungan debit dan tinggi muka air. Tinggi muka air diperoleh dari
data eksisting yang tersedia dari pengukuran langsung oleh juru ukur Penjaga
Bendung Batang Samo.
2. Tahap Verifikasi
Setelah melakukan proses kalibrasi selanjuntya adalah melakukan proses
verifikasi. Tujuan dari melakukan proses verifikasi adalah mengetahui apakah
model Liku Kalibrasi (Rating Curve) yang dibuat masih bisa diaplikasikan untuk
data lainnya atau hanya untuk data kalibrasi saja.
Adapun langkah-langkah melakukan proses verifikasi adalah hampir sama
dengan langkah-langkah melakukan proses kalibrasi cuma perbedaannya terletak
dari jumlah data yang kita gunakan. Data untuk proses verifikasi menggunakan
30% data debit dan data tinggi muka air dari tahun 2015-2016 Bendung Batang
Samo.
3. Tahap Simulasi
Tahap simulasi merupakan proses terakhir setelah proses kalibrasi dan
verifikasi dilaksanakan. Dalam tahap ini keseluruhan data ketinggian muka air di
atas mercu Bendung dan debit observed digunakan untuk menguji keandalan
18
persamaan liku kalibrasi yang sudah didapat. Ketelitian simulasi tergantung pada
tiga faktor, yaitu ketelitian data masukannya, keefektivitasan dari penilaian
parameternya dan kesalahan-kesalahan yang melekat pada model.
4. Tahap Implementasi
Tahap Implementasi merupakan penerapan model di lapangan dan
berfungsi untuk meyakinkan apakah persamaan liku kalibrasi yang sudah
terbentuk benar-benar bisa digunakan untuk menghitung debit air di atas mercu
bendung Batang Samo.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Data dan Pembuatan Model
Data debit dan data tinggi muka air yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data tahun 2015-2016 pada mercu Bendung Batang Samo. Data ini
dugunakan untuk membuat Kalibrasi, Verifikasi dan Simulasi model untuk
mendapatkan persamaan liku kalibrasi sedangkan untuk implementasi dari
persamaan Liku Kalibrasi yang didapat digunakan data tahun 2017.
Pembuatan model ini menggunakan metode pendekatan Analisis Regresi.
Untuk membuat model Regresi ini menggunakan skema variasi antara data debit
dan tinggi muka air untuk mendapatkan liku kalibrasi pada mercu Bendung
Batang Samo. Susunan data yang digunakan dalam membuat model Analisis
Regresi ini ialah untuk proses kalibrasi menggunakan 70% dari data debit tahun
2015-2016, Proses verifikasi menggunakan 30% dan untuk proses simulasi
menggunakan 100% data. Adapun jumlah data yang digunakan dalam
membangun model dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Jumlah Data Model Analisis Regresi
Proses Data Debit ( n )
Dan
Data Tinggi Muka
Air ( n )
19
Kalibrasi (70%) 512
Verifikasi (30%) 219
Simulasi (100%) 731
Sumber: Hasil perhitungan
4.2 Hasil Data Model Analisis Regresi
Hasil data yang diperoleh dari Model Analisis Regresi ini merupakan
hasil yang didapat dari proses Kalibrasi, Verifikasi Dan Simulasi. Dalam proses
membuat model membutuhkan variasi antara nilai nilai a dan b yang merupakan
parameter Analisis Regresi yang bertujuan untuk memberikan nilai korelasi (R)
terbaik.
4.2.1 Tahap Kalibrasi
Tahap ini merupakan tahap yang digunakan untuk menentukan nilai
parameter aliran di atas mercu bendung yang belum diketahui. Dalam proses
kalibrasi, nilai-nilai awalnya dianggap berlaku untuk semua parameter dan
dibandingkan dengan debit-debit terukur. Bila memang diperlukan, maka
parameter-parameternya diubah dan pembandingnya diulangi sampai didapat
kesesuaian yang memuaskan antara data pengamatan dan data hasil kalibrasi.
Data yang digunakan untuk proses kalibrasi ini adalah 70% dari data
masukan berupa data tinggi muka air (Ht) dan data keluaran berupa data debit
(Qt) tahun 2015-2016 dimana data untuk tahapan pelatihan ini menggunakan
data ke-1 hingga ke-512.
Data yang disajikan berikut ini merupakan data yang akan
dimasukkan ke dalam Regresi Linear menggunakan program Microsoft Excel.
Adapun pada tahap kalibrasi dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Data yang digunakan Pada Tahap Kalibrasi
No H(m)
Q
(m3/det)
X=log(H) Y=log(Q) X.Y X2 Y
2
1 0,05 0,2423 -1,3010 -0,6156 0,8009 1,6927 0,378946
2 0,05 0,2423 -1,3010 -0,6156 0,8009 1,6927 0,378946
3 0,04 0,1734 -1,3979 -0,7610 1,0638 1,9542 0,579046
4 0,04 0,1734 -1,3979 -0,7610 1,0638 1,9542 0,579046
20
5 0,06 0,3186 -1,2218 -0,4968 0,6070 1,4929 0,246824
.. ... ... ... ... ... ...
507 0,04 0,1734 -1,3979 -0,7610 1,0638 1,9542 0,5790
508 0,04 0,1734 -1,3979 -0,7610 1,0638 1,9542 0,5790
509 0,03 0,1126 -1,5229 -0,9484 1,4442 2,3192 0,8994
510 0,03 0,1126 -1,5229 -0,9484 1,4442 2,3192 0,8994
511 0,04 0,1734 -1,3979 -0,7610 1,0638 1,9542 0,5790
512 0,04 0,1734 -1,3979 -0,7610 1,0638 1,9542 0,5790
∑ 25,49 126,7569 -675,506 -329,248 445,4589 898,6049 228,3265
Sumber: Hasil Analisis
Berdasarkan perhitungan data debit aliran di atas mercu Bendung dan
tinggi muka air harian untuk tahap kalibrasi, maka akan mendapatkan nilai
masing-masing parameter statistik. Besaran parameter statistik dapat dilihat di
bawah ini :
∑
∑
=
=
= -1.3193 = -0.6430
∑X = -675,506 ∑Y = -329,248
∑X2
= 898,6049 ∑Y2 = 228,3265
(∑X)2 = 456308,4 (∑Y)2 = 108404,2
∑X.Y = 445,4589 n= 512
Dengan harga-harga parameter tersebut, koefisien regresi b dapat dicari
menggunakan persamaan 4 berikut ini:
∑ ∑ ∑
∑ ∑
=
b= 1,5
Kemudian mencari a menggunakan persamaan 5 :
= - 0.6430 – (1,5)( -1.3193)
= 1.335
21
Berdasarkan rumus persamaan 1 rumus debit liku kalibrasi adalah Q = cHn,
untuk menyelaraskan rumus debit liku kalibrasi dengan persamaan regresi linear,
maka koefisien regresi disesuaikan seperti persamaan 6 dan 7 berikut :
Rumus Liku kalibrasi, Q = cHn
logQ = log.c + log.Hn
logQ = log.c + n.log.H
Dari persamaan di atas, sudah menyerupai bentuk umum persamaan Regresi
Linear, Y = a + bX, nilai c dan n dapat diketahui menggunakan persamaan 8 dan
9.
c = 10a
= 101,335
= 21,675
n = b = 1,5
Dari nilai a dan b di atas, maka didapatlah persamaan liku kalibrasi yaitu
Q =21,675.H.1,5
Untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel pada tahap
kalibrasi ini, maka dilakukan analisis korelasi. Nilai korelasi (R) didapat dari
bantuan program Microsoft Excel dengan menggunakan persamaan 11 adapun
rincian perhitungan dapat dilihat sebagai berikut :
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑
}
=
√{ }{ }
= 1
Langkah selanjutnya ialah memplot data debit kalibrasi dan data ketinggian
air di atas mercu bendung ke dalam Grafik Excel untuk mendapatkan grafik liku
kalibrasi. Persamaan liku kalibrasi yang digunakan pada penelitian ini adalah
persamaan power dikarenakan bentuk dari persamaan ini mendekati persamaan
liku kalibrasi pada data Bendung Batang Samo. Adapun hubungan antara debit
dan tinggi muka air untuk data kalibrasi dapat dilihat pada Gambar 4.1.
22
Gambar 4.1 Hubungan Antara Debit dan Tinggi Muka Air Untuk Data Kalibrasi
Sumber : Hasil Analisis
Berdasarkan Gambar 4.1 diperoleh persamaan liku kalibrasi
menggunakan metode Pendekatan Regresi Linear adalah Q = 21,675H1,5
dengan
nilai korelasi 1. Nilai korelasi ini termasuk kedalam tingkat korelasi yang
sempurna.
Hasil dari tahap kalibrasi menggunakan persamaan liku kalibrasi Metode
pendekatan analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Data yang digunakan pada tahap Kalibrasi
No
Data Observed Q model Hasil
Kalibrasi X.Y X2 Y
2
H (m) Q (m3/dt)
1 0,05 0,2423 0,2423 0,0587 0,0587 0,0587
2 0,05 0,2423 0,2423 0,0587 0,0587 0,0587
3 0,04 0,1734 0,1734 0,0300 0,0300 0,0300
4 0,04 0,1734 0,1734 0,0300 0,0300 0,0300
5 0,06 0,3185 0,3185 0,1014 0,1014 0,1014
... ... ... ... ... ... ...
508 0,04 0,1734 0,1734 0,0300 0,0300 0,0300
509 0,03 0,1126 0,1126 0,0126 0,0126 0,0126
Q= 21,675.H.1,5
R = 1
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1
Deb
it (
m3/d
t)
Ketinggian Muka Air (m)
23
510 0,03 0,1126 0,1126 0,0126 0,0126 0,0126
511 0,04 0,1734 0,1734 0,0300 0,0300 0,0300
512 0,04 0,1734 0,1734 0,0300 0,0300 0,0300
∑ 25,49 126,7569 126,7569 36,83605 36,83605 36,83605
Sumber : Hasil Analisis
Berdasarkan perhitungan data debit observed di atas mercu Bendung dan
debit hasil pemodelan untuk tahap kalibrasi, maka akan mendapatkan nilai
masing-masing parameter statistik. Besaran parameter statistik dapat dilihat di
bawah ini :
∑
∑
=
=
= 0,247572 = 0,247572
∑X’ = 126,7569 ∑Y’ = 126,7569
∑X’2 = 36,83605 ∑Y’
2 = 181,0255
(∑X’)2 = 16067,32 (∑Y’)
2 = 16067,32
∑X.Y = 36,83605 n= 512
Hasil dari tahap kalibrasi menggunakan persamaan liku kalibrasi Metode
pendekatan analisis regresi dapat dilihat pada Gambar 4.2.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Q M
od
el (
m3 /
dt
Q Observed (m3/dt)
24
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0,16
0,18
0,2
H (
m)
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
1-J
an
-1
5
16
-Ja
n-1
5
31
-Ja
n-1
5
15
-Fe
b-1
5
2-M
ar-
15
17
-Ma
r-1
5
1-A
pr-
15
16
-Ap
r-1
5
1-M
ay
-15
16
-Ma
y-1
5
31
-Ma
y-1
5
15
-Ju
n-1
5
30
-Ju
n-1
5
15
-Ju
l-1
5
30
-Ju
l-1
5
14
-Au
g-1
5
29
-Au
g-1
5
13
-Se
p-1
5
28
-Se
p-1
5
13
-Oc
t-1
5
28
-Oc
t-1
5
12
-No
v-1
5
27
-No
v-1
5
12
-De
c-1
5
27
-De
c-1
5
11
-Ja
n-1
6
26
-Ja
n-1
6
10
-Fe
b-1
6
25
-Fe
b-1
6
11
-Ma
r-1
6
26
-Ma
r-1
6
10
-Ap
r-1
6
25
-Ap
r-1
6
10
-Ma
y-1
6
25
-Ma
y-1
6
De
bit
(m
3)
Tengah Bulan
Gambar 4.2 Hubungan Debit hasil Kalibrasi dan debit Observed Metode Regresi
Gambar 4.2 memperlihatkan nilai R uji hasil tahap kalibrasi dengan nilai R
= 1 yang tergolong dalam kategori korelasi sempurna. Dengan nilai korelasi yang
sempurna maka dianggap bahwa persamaan liku kalibrasi yang dihasilkan dapat
dilanjutkan ketahap verifikasi. Adapun rincian perhitungan nilai koefisien korelasi
menggunakan persamaan 11 dapat dilihat sebagai berikut :
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑
}
=
√{ }{ }
= 1
Nilai debit observed dan debit model yang dihasilkan memiliki nilai yang
sama dan secara keseluruhan persis. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik yang
ada pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Hidrograf Perbandingan Debit Hasil Kalibrasi dengan Debit
Observed
4.2.2 Tahap Verifikasi
Tahap verifikasi diperlukan untuk memastikan bahwa parameter hasil
kalibrasi dapat mewakili karakteristik Bendung sebenarnya. Verifikasi merupakan
Debit Observed
Debit Model
Ketinggian Air
25
proses perhitungan dengan menggunakan data masukkan selain yang digunakan
pada tahap kalibrasi, akan tetapi menggunakan persamaan liku kalibrasi yang
dihasilkan pada tahap kalibrasi.
Persamaan liku kalibrasi yang sudah terbentuk pada proses kalibrasi
kemudian diuji dengan memberikan input yang berbeda. Perlakuan ini bertujuan
untuk menguji kemampuan persamaan liku kalibrasi untuk mengenali pola baru.
Kontrol dalam tahap pengujian persamaan liku kalibrasi ialah dengan
membandingkan nilai debit observasi dengan nilai output debit hasil pemodelan
yang dihasilkan. Pada tahap verifikasi ini debit observed berperan sebagai X’ dan
debit hasil pemodelan sebagai Y’.
Pada tahap verifikasi susunan data yang digunakan sama dengan proses
kalibrasi namun urutan datanya dimulai dari data ke 513 hingga data ke 731.
Adapun pada tahap verifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data yang digunakan pada Tahap Verifikasi
No Data Observed
Q model Verifikasi (hasil
kalibrasi) Q=21,675.H1.5
X'.Y' X'
2 Y'
2
H (m) Q
(m3/dt)
513 0,05 0,2423 0,2423 0,0587 0,0587 0,0587
514 0,04 0,1734 0,1734 0,0301 0,0301 0,0301
515 0,04 0,1734 0,1734 0,0301 0,0301 0,0301
516 0,04 0,1734 0,1734 0,0301 0,0301 0,0301
... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ...
726 0,03 0,1126 0,1126 0,0127 0,0127 0,0127
727 0,03 0,1126 0,1126 0,0127 0,0127 0,0127
728 0,03 0,1126 0,1126 0,0127 0,0127 0,0127
729 0,03 0,1126 0,1126 0,0127 0,0127 0,0127
730 0,03 0,11263 0,1126 0,0127 0,0127 0,0127
731 0,03 0,11263 0,1126 0,0127 0,0127 0,0127
∑ 7,25 29,0857 29,0857 4,2954 4,2954 4,2954
Berdasarkan perhitungan data debit observed di atas mercu Bendung dan
debit hasil pemodelan untuk tahap verifikasi, maka akan mendapatkan nilai
masing-masing parameter statistik. Besaran parameter statistik dapat dilihat di
bawah ini :
26 0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
27
-Ma
y-1
6
11
-Ju
n-1
6
26
-Ju
n-1
6
11
-Ju
l-1
6
26
-Ju
l-1
6
10
-Au
g-1
6
25
-Au
g-1
6
9-S
ep
-16
24
-Se
p-1
6
9-O
ct-1
6
24
-Oc
t-1
6
8-N
ov
-16
23
-No
v-1
6
8-D
ec-
16
23
-De
c-1
6
De
bit
(m
3/
dt)
Tengah Bulan
0
0,01
0,02
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
0,08
0,09
0,1
H (
m)
∑
∑
=
=
= 0,133089 = 0,133089
∑X’ = 29,1465 ∑Y’ = 29,1465
∑X’2 = 487,7746 ∑Y’
2 = 181,0255
(∑X’)2 = 4,3128 (∑Y’)
2 = 4,3128
∑X.Y = 4,3128 n= 219
Hasil dari tahap verifikasi menggunakan persamaan liku kalibrasi dari
hasil kalibrasi Metode pendekatan analisis regresi dapat dilihat pada Gambar 4.4,
yang memperlihatkan nilai R uji hasil tahap verifikasi yang telah terbentuk pada
tahap kalibrasi dengan nilai R = 1 yang tergolong dalam kategori korelasi
sempurna. Koefisien korelasi yang dihasilkan berhasil bertahan jika dibandingkan
dengan koefisien yang diperoleh pada proses kalibrasi.
Gambar 4.4 Hubungan Debit Pemodelan dan Observasi Hasil Verifikasi Metode
Regresi
Dengan nilai korelasi yang sempurna maka dianggap bahwa persamaan liku
kalibrasi yang dihasilkan dapat dilanjutkan ketahap simulasi.
Debit Observed
Debit Pemodelan
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35
Q M
od
el (
m3/d
t)
Q Observed (m3/dt)
27
Gambar 4.5 Hidrograf Perbandingan Debit Hasil Verifikasi dengan Debit
Observed
Adapun rincian perhitungan nilai koefisien korelasi menggunakan
persamaan 11 dapat dilihat sebagai berikut :
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑
}
=
√{ }{ }
= 1
Bertahannya nilai korelasi R ini dibuktikan dengan hidrograf perbandingan
debit hasil verifikasi dan debit observed, seperti yang dapat dilihat pada Gambar
4.5.
4.2.3 Tahap Simulasi
Setelah melalui proses kalibrasi dan verifikasi, selanjutnya dilakukan
proses Simulasi Model untuk menguji keandalan persamaan regresi dalam
mengenali pola ketika input yang diberikan ialah seluruh data.
Tabel 4.5. Data yang digunakan Pada Tahap Simulasi
No Data Observed Q model Verifikasi (hasil
kalibrasi)
Q=21,675.H^1.5
X'.Y' X'2 Y'
2 H
(m) Q (m3/dt)
1 0,05 0,2423 0,2423 0,0587 0,0587 0,0587
2 0,05 0,2423 0,2423 0,0587 0,0587 0,0587
3 0,04 0,1734 0,1734 0,0301 0,0301 0,0301
4 0,04 0,1734 0,1734 0,0301 0,0301 0,0301
5 0,04 0,1734 0,1734 0,0301 0,0301 0,0301
... ... ... ... ... ...
726 0,03 0,1126 0,1126 0,0127 0,0127 0,0127
Ketinggian Air
28
727 0,03 0,1126 0,1126 0,0127 0,0127 0,0127
728 0,03 0,1126 0,1126 0,0127 0,0127 0,0127
729 0,03 0,1126 0,1126 0,0127 0,0127 0,0127
730 0,03 0,11263 0,1126 0,0127 0,0127 0,0127
731 0,03 0,11263 0,1126 0,0127 0,0127 0,0127
∑ 32,74 155,8426 155,8426 41,1315 41,1315 41,1315
Sumber: Analisis Data
Proses Simulasi ini menggunakan 100% data yaitu gabungan dari data
kalibrasi dan data verfikasi. Untuk susunan data yang digunakan sama seperti
pada tahap kalibrasi namun bedanya jumlah data yang digunakan adalah 731 data.
Adapun tahap Simulasi menggunakan data masukan berupa data tinggi muka air
(Ht) dan data keluaran berupa data debit (Qt).
Berdasarkan perhitungan data debit aliran di atas mercu Bendung dan tinggi
muka air harian untuk tahap simulasi, maka akan mendapatkan nilai masing-
masing parameter statistik. Besaran parameter statistik dapat dilihat di bawah ini :
∑
∑
=
=
= 0,2131 = 0,2131
∑X’ = 155,8426 ∑Y =155,8426
∑X’2 = 41,1315 ∑Y
2 = 41,1351
(∑X’)2 = 24286,93 (∑Y)
2 = 24286,93
∑X’.Y’ = 41,1351 n= 730
Hasil dari simulasi model dengan menggunakan pendekatan analisis
regresi, dievaluasi dengan beberapa parameter seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 4.6.
29
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
1-Ja
n-1
5
16
-Ja
n-1
5
31
-Ja
n-1
5
15
-F
eb
-1
5
2-M
ar-1
5
17
-M
ar-1
5
1-A
pr-1
5
16
-A
pr-1
5
1-M
ay
-1
5
16
-M
ay
-1
5
31
-M
ay
-1
5
15
-Ju
n-1
5
30
-Ju
n-1
5
15
-Ju
l-1
5
30
-Ju
l-1
5
14
-A
ug
-1
5
29
-A
ug
-1
5
13
-S
ep
-1
5
28
-S
ep
-1
5
13
-O
ct-1
5
28
-O
ct-1
5
12
-N
ov
-1
5
27
-N
ov
-1
5
12
-D
ec
-1
5
27
-D
ec
-1
5
11
-Ja
n-1
6
26
-Ja
n-1
6
10
-F
eb
-1
6
25
-F
eb
-1
6
11
-M
ar-1
6
26
-M
ar-1
6
10
-A
pr-1
6
25
-A
pr-1
6
10
-M
ay
-1
6
25
-M
ay
-1
6
9-Ju
n-1
6
24
-Ju
n-1
6
9-Ju
l-1
6
24
-Ju
l-1
6
8-A
ug
-1
6
23
-A
ug
-1
6
7-S
ep
-1
6
22
-S
ep
-1
6
7-O
ct-1
6
22
-O
ct-1
6
6-N
ov
-1
6
21
-N
ov
-1
6
6-D
ec-1
6
21
-D
ec
-1
6
De
bit
(m
3/
dt)
Tengah Bulan
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0,16
0,18
0,2
H (
m)
Gambar 4.6 Hubungan Debit Pemodelan dan Observasi Hasil Simulasi Metode
Regresi
Sumber : Hasil Analisis
Gambar 4.6 memperlihatkan hubungan searah antara nilai debit observed
dan debit model dengan nilai R = 1 yang masuk pada kategori korelasi sempurna.
Nilai korelasi (R) didapat dari bantuan program Microsoft Excel dengan
menggunakan persamaan 11. Adapun rincian perhitungan dapat dilihat sebagai
berikut :
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑
}
=
√{ }{ }
= 1
Nilai debit observed dan debit model yang dihasilkan memiliki nilai yang
sama dan secara keseluruhan persis. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik yang
ada pada Gambar 4.7.
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Q M
od
el (
m3/d
t)
Q Observed (m3/dt)
Debit Observed
Debit Pemodelan
Ketinggian Air
30
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Antara Debit Hasil Tahap Simulasi Dengan
Debit Observed
Gambar 4.7 memperlihatkan secara keseluruhan hasil nilai debit
pemodelan bernilai persis dengan nilai debit observasi sehingga dapat
disimpulkan bahwa persamaan liku kalibrasi yang didapat diatas dapat diterapkan
pada bendung Batang Samo.
4.3.4 Tahap Implementasi
Tahap Implementasi merupakan penerapan model di lapangan dan
berfungsi untuk meyakinkan apakah persamaan liku kalibrasi yang sudah
terbentuk benar-benar bisa digunakan untuk menghitung debit air di atas mercu
bendung Batang Samo. Data yang digunakan ialah data ketinggian air di mercu
Bendung Batang Samo tanggal 1 Januari 2017 sampai 22 Maret 2017. Dimana
data tersebut digunakan sebagai input untuk Analisis Regresi. Hasil dari Tahap
Implementasi tersebut dibandingkan dengan data debit eksisting tahun 2017.
Adapun susunan input – output untuk proses Implementasi dapat dilihat pada
Tabel 4.6
Tabel 4.6 Data Tahap Implementasi
No Data Observed Q model (hasil kalibrasi)
Q=21,675.H1.5
H.Q H
2 Q
2
H (m) Q (m3/dt)
1 0,03 0,112627 0,112627 0,003379 0,0009 0,012685
2 0,03 0,112627 0,112627 0,003379 0,0009 0,012685
3 0,03 0,112627 0,112627 0,003379 0,0009 0,012685
4 0,03 0,112627 0,112627 0,003379 0,0009 0,012685
5 0,03 0,112627 0,112627 0,003379 0,0009 0,012685
... ... ... ... ... ...
79 0,05 0,242334 0,242334 0,012117 0,0025 0,058726
80 0,05 0,242334 0,242334 0,012117 0,0025 0,058726
81 0,05 0,242334 0,242334 0,012117 0,0025 0,058726
∑ 2,855 12,16583 12,16583 0,512284 0,113575 2,374221
31
Hasil yang didapat dari Implemetasi Model tahun 2017 pada Bendung
Batang Samo tersebut ialah nilai R= 1 termasuk kedalam korelasi sangat kuat.
Untuk rincian perhitungan Koefisien Korelasi dapat dilihat di bawah ini.
Parameter Statistik :
∑
∑
=
=
= 0,0352 = 0,1501
∑H = 2,855 ∑Q =12,658
∑H2 = 0,1136 ∑Q
2 = 2,342
(∑H)2 = 8,1510 (∑Q)
2 = 148,0074
∑H.Q = 0,5112 n= 81
∑ ∑ ∑
√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑
}
=
√{ }{ }
= 1
Setelah mendapatkan debit hasil Implementasi selanjutnya
membandingkan dengan debit eksisting tahun 2017 Bendung Batang Samo
sebagai kontrol terhadap nilai yang sebenarnya. Berikut ini perbandingan antara
debit ramalan dengan debit eksisting disajikan pada Gambar 4.8.
Debit Observed
Debit Hasil Pemodelan
32
Gambar 4.8 Perbandingan Antara Debit Eksisting dan Hasil Implementasi
Hasil perbandingan yang ditunjukkan pada Gambar 4.8 antara debit hasil
Implementasi dan debit eksisting tahun 2017 Bendung Batang Samo
menampilkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara debit eksisting dengan debit
ramalan menggunakan metode Regresi Linear Sederhana. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa air yang melimpas di Mercu Bendung Batang Samo dapat
ditentukan debitnya dengan menggunakan rumus liku kalibrasi yang sudah
ditetapkan. Meskipun demiakian kalibrasi dengan cara melaksanakan pengukuran
debit menggunakan alat ukur arus secara berkala, minimal 5 tahun sekali harus
tetap dilakukan.
4.3 Analisis Debit Andalan Mercu Bendung Batang Samo
Debit andalan air di atas mercu bendung dihitung menggunakan data debit
dari Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Rokan Hulu mulai dari tahun
2015 hingga Maret 2017. Adapun debit rata-rata tiap bulan air di atas mercu
bendung dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.7 Debit Bulanan Air di Atas Mercu Bendung
No
Bulan
Debit Rata-rata di Atas Mercu
Bendung (m3/dt)
1 Januari 2015 0,2408
2 Februari 2015 0,3019
3 Maret 2015 0,2851
4 April 2015 0,1949
5 mei 2015 0,2290
6 Juni 2015 0,2219
7 Juli 2015 0,2467
8 Agustus 2015 0,2031
9 September 0,2957
10 Oktober 2015 0,2034
11 November 2015 0,4064
12 Desember 2015 0,3958
33
13 Januari 2016 0,1783
14 Februari 2016 0,1757
15 Maret 2016 0,1932
16 April 2016 0,2578
17 mei 2016 0,1671
18 Juni 2016 0,1539
19 Juli 2016 0,1667
20 Agustus 2016 0,1161
21 September 2016 0,1193
22 Oktober 2016 0,1110
23 November 2016 0,1415
24 Desember 2016 0,1126
25 Januari 2017 0,1335
26 Februari 2017 0,1646
27 Maret 2017 0,1103
Sumber: Hasil Analisis
Untuk menentukan besarnya debit andalan dengan peluang 90 %
digunakan Metode Weibull. Selanjutnya debit rata-rata Bulanan air di atas mercu
bendung tersebut dihitung probabilitasnya menggunakan rumus 12 untuk
mendapatkan debit andalan (Q90). Adapun perhitungan debit andalan
menggunakan probabilitas Weibull disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Perhitungan Probabilitas Weibull Debit di Atas Mercu Bendung
No Debit Prob No Debit Prob
1 0,406 3,571429 15 0,178256 53,57143
2 0,396 7,142857 16 0,175651 57,14286
3 0,302 10,71429 17 0,167138 60,71429
4 0,296 14,28571 18 0,166742 64,28571
5 0,285 17,85714 19 0,164597 67,85714
6 0,2577 21,42857 20 0,153855 71,42857
7 0,247 25 21 0,141532 75
8 0,241 28,57143 22 0,133519 78,57143
9 0,229 32,14286 23 0,119334 82,14286
10 0,222 35,71429 24 0,116112 85,71429
11 0,203 39,28571 25 0,112627 89,28571
12 0,203 42,85714 26 0,110971 92,85714
34
13 0,195 46,42857 27 0,110259 96,42857
14 0,193239 50
Hasil perhitungan pada Tabel 4.10. di atas dapat digambarkan pada
Gambar 4.9 di bawah ini.
Gambar 4.9 Debit Andalan 90 % Air di Atas Mercu Bendung
Pada Gambar 4.9 dapat diperoleh debit andalan (Q90) Air di Atas Mercu
Bendung diambil dari nilai probabilitas 90% adalah sebesar 0,115 m3/det. Selisih
debit andalan (Q90) dengan debit andalan (Q80) menjadi debit jagaan di atas
mercu Bendung Batang Samo.
∆Q = (Q80) - (Q90)
= 0,135 - 0,115
= 0,02 m3/dt
∆Q merupakan debit air yang akan tetap melimpas di atas mercu Bendung
Batang Samo setelah debit andalan (Q90) digunakan untuk mengembangkan
daerah perikanan, sehingga ekosistem air di hilir sungai Batang Samo tetap
terjaga.
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
De
bit
(m
3/d
t)
Probabilitas Weibull (%)
0,115
m3/de
0,135
m3/de
35
4.5. Hasil Analisis Debit Andalan Air di Atas Mercu Bendung
Selanjutnya untuk mengetahui besarnya debit yang tersedia di atas mercu
bendung untuk mengembangkan daerah perikanan, ditentukan debit andalan yaitu
debit yang memiliki probabilits 90%. Debit dengan probabilitas 90% adalah debit
yang memiliki kemungkinan terjadi di bendung sebesar 90% dari 100% kejadian.
Metode yang digunakan untuk memperoleh debit dengan tingkat probabilitas 90%
adalah menggunakan probabilitas Weibull. Hasil analisis debit andalan dapat
dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9 Debit Andalan Air di Atas Mercu Bendung
No. Bulan Q90%
(m3/det)
Volume Andalan
(m3)
1 Januari 0,115 298.080
2 Februari 0,115 298.080
3 Maret 0,115 298.080
4 April 0,115 298.080
5 Mei 0,115 298.080
6 Juni 0,115 298.080
7 Juli 0,115 298.080
8 Agustus 0,115 298.080
9 September 0,115 298.080
10 Oktober 0,115 298.080
11 November 0,115 298.080
12 Desember 0,115 298.080
Volume Andalan (m3) = Q80 x (60x6024x30)
Dari Tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa volume andalan yang dapat
diairi untuk kebutuhan air perikanan yang akan dikembangkan adalah sebanyak
298.080 m3.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
36
1. Pada tahap kalibrasi diperoleh nilai konstanta a = 21,675 dan b = 1,5,
sehingga didapat Persamaan liku kalibrasi yaitu Q = 21,675 dengan
faktor korelasi, R = 1.00, maka tingkat korelasinya digolongkan sempurna.
2. Pada tahap Kalibrasi, Verifikasi, Simulasi dan Implementasi menghasilkan
koefisien korelasi yang konstan yaitu R = 1, dan tidak terdapat perbedaan
antara debit observed dan debit hasil pemodelan. Dengan demikian air
yang melimpas di atas mercu bendung selanjutnya dapat dihitung debitnya
menggunakan persamaan liku kalibrasi Q = 21,675 .
3. Untuk pengembangan daerah perikanan di hilir Sungai Batang Samo,
tersedia debit andalan (Q90) yang melimpas di mercu Bendung sebanyak
0,115 m3/dt atau dengan volume andalan 298.080 m
3. Agar ekosistem air
di hilir Sungai Batang Samo tetap terjaga, maka air yang melimpas di atas
mercu Bendung tidak secara keseluruhan dialihkan untuk mengembangkan
daerah perikanan. Akan tetapi tetap disisakan sebanyak 0,02 m3/dt.
Sehingga tidak mengganggu ketersediaan air untuk kebutuhan irigasi,
karena pada dasarnya bendung Batang Samo berfungsi untuk irigasi
persawahan.
5.2 Saran
Meskipun persamaan liku kalibrasi yang didapat menghasilkan koefisien
korelasi R = 1, untuk proses kalibrasi pengukuran debit menggunakan alat ukur
arus harus tetap dilaksanakan minimal 5 tahun sekali untuk menjaga keakuratan
dan sebaiknya dilengkapi dengan data primer yaitu pengukuran debit langsung di
lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Mukhlas., 2014, Optimasi Pola Tanam Irigasi dengan Menggunakan
Program Linear (Studi Kasus di Kaiti Samo, Kabupaten Rokan Hulu),
Universitas Riau, Pekanbaru
Atiaa, A. M., 2015, Modelling of stage-discharge relationship for Gharraf River,
southern Iraq by using data driven techniques: A case study. Water Utility
Journal 9: 31-46.
37
Braca, Giovanni., 2008, Stage-discharge relationship in open channels: Pratices
and problems. FORALPS Technical Report, 11. Universita degli Studi di
Trento, Dipartimento di Ingegneria Civile e Ambientale, Trento, Italy, 24
pp.
Fahmi, Naufal Muhammad., 2016, Model Hubungan Antara Tinggi Muka Air-
Debit Menggunakan Pendekatan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System,
Universitas Riau, Pekanbaru
Ghimire dan Reddy., 2010, Development Of Stage-Discharge Rating Curve in
Rive Using Genetic Algorithms and Model Tree, Departement of Civil
Engineering, Indian Institute of Technology, Bombay, India.
Goel, A., 2011, ANN-Based Approach for Predicting Ratting Curve of an Indian
River. International Schoarly Research Netwrk ISRN Civil Engineering,
Volume 2011, Article ID 291370, 4 pages doi:10.5402/2011.291370.
Hosmer, David dan Lameshow, Stanley., 2011. Applied Logistic Regression :
Solution Manual, New York.
Haryono, Siswoyo dan Wardoyo, Parwoto., 2013, Structural Equation Modeling
Untuk Penelitian Manajemen Menggunakan AMOS 18.00, PT. Intermedia
Personalia Utama, Bekasi, Jawa Barat, hlm. 85 – 86.
Indarto., 2010, Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi, Bumi Aksara,
Jember.
Kholisah, Luluk., 1996, Statistika dan Probabilitas. Edisi Pertama Cetakan
Keempat. Gunadarma, Jakarta.
Mawardi, Erman, dan Memed, Moch,. 2002. Desain Hidrolik Bendung Tetap,
Penerbit Alfabeta, Bandung.
Rahmani., 2015, Transformasi Hujan Harian Ke Hujan Jam-Jaman
Menggunakan Metode Mononobe dan Pengalihragaman Hujan Aliran,
Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sobriyah., 2004, Persoalan Proses Kalibrasi Model Perkiraan Banjir Daerah
Aliran Sungai Besar Studi Kasus DAS Bengawan Solo. Volume 12, No. 2,
EDISI XXIX.
Soemarto., CD., 1987, Hidrologi Teknik, Usaha Nasional, Surabaya.
38
Soewarno., 1995, Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data, Nova,
Bandung.
Soewarno., 2013, Hidrometri dan Aplikasi Teknosabo dalam Pengelolaan Sumber
Daya Air, Graha Ilmu, Yogyakarta
Sri Harto., 1993, Analisis Hidrologi, Gramedia, Jakarta.
Sugiyono., 2005, Metode Penelitian Bisnis, CV Alfabeta, Bandung.
Supadi, 2006, Model Regresi Rating Curve Stasiun AWLR Jurug Antara Tinggi
Muka Air Dan Debit Pada Sungai Bengawan Solo,Media Komunikasi Ekbi
Sipil, Volume 14 No 2. Edisi XXXV, Juni 2006.
---------------------., 2013, Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan 02,
Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.