laporan penelitian lintas bidang evaluasi...

15
LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI KINERJA KPK DALAM PENGGUNAAN BALANCED SCORECARD Puteri Hikmawati, SH., MH Dr. Inosentius Samsul, SH.,MH Dr. Ujianto Singgih Prayitno, M.Si Lidya Suryani Widayati, SH., MH Venti Eka Satya, SE., M.Si., Ak T. Ade Surya, S.T., M.M. Ari Mulianta Ginting, S.E., M.S.E. Shanti Dwi Kartika, S.H., M.Kn. PUSAT PENGKAJIAN PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2014

Upload: truongdiep

Post on 17-Sep-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI …berkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian-43.pdf · penting dalam penerapan BSC baik bagi ... sebab akibat yang

LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG

EVALUASI KINERJA KPK DALAM PENGGUNAAN BALANCED SCORECARD

Puteri Hikmawati, SH., MH

Dr. Inosentius Samsul, SH.,MH

Dr. Ujianto Singgih Prayitno, M.Si

Lidya Suryani Widayati, SH., MH

Venti Eka Satya, SE., M.Si., Ak

T. Ade Surya, S.T., M.M.

Ari Mulianta Ginting, S.E., M.S.E.

Shanti Dwi Kartika, S.H., M.Kn.

PUSAT PENGKAJIAN PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI

SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI

2014

Page 2: LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI …berkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian-43.pdf · penting dalam penerapan BSC baik bagi ... sebab akibat yang

RINGKASAN EKSEKUTIF

EVALUASI KINERJA KPK

DALAM PENGGUNAAN BALANCED SCORECARD

A. Latar Belakang Masalah

Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) merupakan

lembaga negara yang bersifat independen yang dalam melaksanakan tugas

dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. KPK secara khusus

dibentuk dengan UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi (UU KPK). Adapun yang menjadi dasar pertimbangan

dibentuknya KPK, salah satunya adalah lembaga pemerintah yang menangani

perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien

dalam memberantas tindak pidana.

KPK memiliki kewenangan yang besar dalam menjalankan tugas dan

fungsinya, seperti dapat melakukan penyadapan dan memerintahkan

instansi terkait untuk melarang seseorang bepergian ke luar negeri. KPK juga

dapat meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya

tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa,

dan memerintahkan pemblokiran rekening yang diduga hasil dari korupsi

milik tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait. Namun demikian,

setelah lebih dari 10 tahun KPK terbentuk, tingkat terjadinya korupsi di

Indonesia masih sangat tinggi, sehingga kinerja KPK mendapat sorotan

publik. Dalam melakukan pemberantasan korupsi, KPK mendapat anggaran

yang lebih besar dari penyidik korupsi lainnya. KPK menggunakan anggaran

dari APBN dengan pagu senilai Rp.703,8 miliar. Tetapi besar uang negara

yang dapat diselamatkan dalam tahun 2013, Rp1 triliun lebih.

Terdapat persepsi di masyarakat, bahwa KPK dianggap ”tebang pilih”

dan bersikap diskriminatif dalam menangani kasus korupsi. Bahkan, KPK

masih dianggap lebih menekankan upaya penindakan daripada pencegahan

Page 3: LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI …berkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian-43.pdf · penting dalam penerapan BSC baik bagi ... sebab akibat yang

tindak pidana korupsi. Setiap ada kasus korupsi, pemberantasan korupsi

diwujudkan dalam bentuk pengusutan dan penghukuman. Upaya pencegahan

korupsi (upaya preventif) seharusnya dilakukan seimbang dengan upaya

penindakan korupsi agar pemberantasan korupsi dapat dilakukan secara

efektif. Anggapan ini tersebut muncul, karena masyarakat luas tidak

mengetahui bagaimana proses di dalam organisasi KPK dalam menangani

setiap permasalahan yang ada. Masyarakat mengharapkan, bahwa KPK

adalah organisasi atau institusi negara yang akuntabel, kompetitif, ramah

rakyat, dan berfokus pada kinerja. KPK ditantang untuk memenuhi harapan

berbagai kelompok stakeholders yang mengharuskannya untuk bertindak

profesional, sebagaimana yang dilakukan oleh organisasi swasta. Sebagai

lembaga negara, KPK harus mempunyai sistem manajemen strategis, karena

dunia eksternal adalah sangat tidak stabil, maka sistem perencanaan harus

mengendalikan ketidakpastian yang ditemui. KPK perlu menunjukkan

kepada publik bahwa organisasinya telah berfokus strategi, meski lebih

bersifat hipotesis, suatu proses yang dinamis, dan merupakan pekerjaan

setiap staf.

Publik perlu mengetahui bagaimana kinerja KPK sejak

pembentukannya melalui bussines processes yang dilakukannya, apakah KPK

telah berfokus pada strategi yang sudah dirumuskan, dan

menterjemahkannya ke dalam terminologi operasional, menyelaraskan

organisasi dengan strategi (dan bukan sebaliknya), memotivasi staf sehingga

membuat strategi merupakan tugas setiap orang, menggerakkan perubahan

melalui kepemimpinan eksekutif, dan membuat strategi sebagai suatu proses

yang berkesinambungan. Pendekatan ini disebut dengan Balanced Scorecard

yang merupakan bagian dari sistem manajemen strategis, yang perlu

dirumuskan oleh KPK, agar dapat mencapai visi dan misinya secara efektif.

Perspektif balanced scorecard yang digunakan KPK dalam mengukur kinerja

lembaganya adalah stakeholder, proses internal, pertumbuhan dan

pembelajaran, dan perspektif keuangan. Oleh karena itu, penelitian ini akan

Page 4: LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI …berkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian-43.pdf · penting dalam penerapan BSC baik bagi ... sebab akibat yang

mengkaji bagaimana kinerja KPK dalam menggunakan balanced scorecard

(BSC)? Apakah sudah sesuai dengan tugas dan wewenangnya sebagaimana

diatur dalam UU No. 30 Tahun 2002?

B. Kerangka Konseptual

KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen dan

melakukan tugas dan kewenangannya bebas dari pengaruh kekuasaan

manapun untuk melakukan pemberantasan korupsi di Indonesia. Tugas KPK

adalah melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan

pemberantasan tindak pidana korupsi dan supervisi terhadap instansi yang

berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi, sebagaimana

diamanatkan dalam Pasal 6 huruf a dan b UU KPK. Merujuk pada ketentuan

Pasal 6 UU KPK, KPK diberi mandat untuk mendahulukan kedua tugas

tersebut dan sekaligus menjalankan fungsi “trigger mechanism”.

Dalam sektor publik, pengukuran kinerja merupakan suatu hal yang

penting karena berhubungan dengan kepentingan masyarakat banyak.

Dengan adanya pengukuran kinerja maka suatu lembaga akan terlihat

pencapaian dan usahanya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai

dengan bidangnya masing-masing. Dengan kata lain, pengukuran kinerja

suatu lembaga akan memperlihatkan bagaimana lembaga tersebut

memenuhi harapan dan kebutuhan yang telah diamanatkan oleh regulasi

yang ada yang mengatur keberadaan lembaga tersebut, sehingga dapat

memenuhi harapan publik. Dalam prakteknya, sejak 2005 KPK telah

menerapkan Balanced Scorecard dalam upaya meningkatkan kinerjanya.

Balanced Scorecard (BSC) merupakan sarana untuk melakukan

keseimbangan pengukuran kinerja organisasi yang tidak hanya mengukur

dari sisi keuangan saja, tetapi juga dari sisi non-keuangan. Scorecard

merefleksikan ukuran kinerja komprehensif yang mencerminkan lingkungan

kompetitif dan strategi yang digunakan. Scorecard berfokus pada strategi

Page 5: LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI …berkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian-43.pdf · penting dalam penerapan BSC baik bagi ... sebab akibat yang

yang ditetapkan bukan pada pengendalian penerapan scorecard. Jadi BSC

termasuk dalam konsep pengukuran kinerja berbasis strategi.

Konsep BSC berkembang sejalan dengan perkembangan

implementasinya. BSC merupakan salah satu model pengukuran kinerja

sebuah organisasi, yang bukan hanya menekankan pada seberapa jauh

keberhasilan organisasi dilihat dari segi finansial saja, akan tetapi lebih

ditekankan pada keseimbangan (balanced) antara hasil (result) yang dicapai

dengan faktor pendorong (enablers) untuk mencapai hasil tersebut dengan

mengukur secara berimbang terhadap ukuran keuangan dan non-keuangan,

ukuran internal dan eksternal, serta ukuran kinerja jangka pendek dan

jangka panjang.

Ada empat perspektif yang menjadi kerangka BSC untuk instansi

pemerintah, yaitu:

a. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan yang mengidentifikasi

infrastruktur yang harus dibangun organisasi dalam menciptakan

pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Tiga sumber

pembelajaran dan pertumbuhan organisasi berasal dari sumber daya

manusia, sistem, dan prosedur perusahaan.

b. Perspektif Proses Bisnis Internal, sebagai organisasi publik harus

melakukan identifikasi berbagai proses internal yang penting yang harus

dikuasai dengan baik untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya.

c. Perspektif Pelanggan, yaitu para pemimpin organisasi mengidentifikasi

pelanggan dari suatu organisasi dan berbagai ukuran kinerja unit

organisasi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

d. Perspektif Stakeholder, organisasi merumuskan tujuan yang ingin dicapai

organisasi di masa yang akan datang yang dikaitkan dengan strategi

organisasi. Tujuan stakeholder tersebut berperan sebagai fokus bagi

tujuan-tujuan strategis dan ukuran-ukuran tiga perspektif lainnya dalam

BSC organisasi publik.

Page 6: LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI …berkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian-43.pdf · penting dalam penerapan BSC baik bagi ... sebab akibat yang

Setiap tujuan dan ukuran dari setiap perspektif merupakan suatu

hubungan sebab akibat, artinya jika tujuan dari perspektif pelanggan, proses

bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan tercapai, maka pada

akhirnya adalah peningkatan kinerja dalam perspektif bagi stakeholder.

Hubungan sebab akibat merupakan komponen penting dalam performance

measurement model karena hubungan sebab akibat dapat membantu

memprediksi tujuan finansial yang akan dicapai, dan dapat menciptakan

proses pembelajaran, motivasi, dan komunikasi yang efektif. Setelah

ditetapkan keempat perspektif bagi organisasi publik, maka langkah

selanjutnya adalah memetakan strategi bagi organisasi publik untuk masing-

masing perspektif. Pemetaan strategi ini merupakan salah satu langkah yang

penting dalam penerapan BSC baik bagi organisasi profit maupun non-profit.

Pemetaan strategi dalam suatu organisasi akan memperlihatkan hubungan

sebab akibat yang lebih jelas di antara keempat perspektif dalam BSC.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain evaluatif dengan pendekatan

kualitatif yang memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang

mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan

sosial manusia. Pendekatan penelitian kualitatif menekankan pada teknik

pengumpulan data dengan cara wawancara, sehingga peneliti harus terlibat

langsung dalam melakukan dialog (wawancara mendalam) dengan informan

di lapangan. Pendekatan kualitatif yang dipilih menggunakan sosio-legal,

yang mengacu pada semua bagian dari ilmu-ilmu sosial yang memberikan

perhatian pada hukum, proses hukum atau sistem hukum. Salah satu

karakteristik pentingnya adalah sifat kajiannya yang multi atau interdisiplin,

yaitu mulai dari sosiologi, akutansi, manajemen sumber daya manusia dan

ilmu hukum yang terdiri dari pidana dan ekonomi. Mengingat rumitnya

relasi antara hukum dan realitas sosial di Indonesia, membuat kajian sosio-

Page 7: LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI …berkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian-43.pdf · penting dalam penerapan BSC baik bagi ... sebab akibat yang

legal menjadi semakin relevan dibandingkan di negara-negara di mana

hukum dan masyarakat dapat menyatu dengan lebih baik.

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data

dikumpulkan melalui kelompok diskusi terarah (Focus Group Discussion)

dengan pejabat di KPK dan pakar, serta praktisi yang ahli di bidang

kelembagaan KPK dan Balanced Scorecard sebagai informan terpilih.

Informasi ini merupakan bahan baku untuk melakukan analisis sehingga

dapat memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan penelitian yang

diajukan dalam penelitian. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari

dokumen resmi, seperti undang-undang, laporan singkat, risalah

persidangan, klipping berita surat kabar dan hasil-hasil kajian yang

dilakukan, baik oleh perseorangan ataupun organisasi masyarakat.

Analisis data dilakukan selama penelitian di lapangan dan setelah

selesai pengumpulan data. Selama penelitian di lapangan dilakukan kegiatan:

(1) memantapkan fokus penelitian dan pengumpulan data sehingga tidak

bias oleh banyak hal yang kelihatan mungkin menarik; (2) wawancara

dengan informan dimulai dari pertanyaan yang bersifat umum, kemudian

dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang lebih analitik, operasional,

fleksibel sesuai dengan kondisi objektif yang dihadapi di lapangan; (3) setiap

sesi pengumpulan data direncanakan secara jelas, (4) menjaga konsistensi

atas ide dan tema atau fokus penelitian, (5) menuangkan data yang diperoleh

dalam catatan lapangan; dan (6) mempelajari referensi yang relevan untuk

menambah dan meningkatkan wawasan dan mempertajam analisis peneliti

berkaitan dengan apa yang sedang dipelajari.

D. Kesimpulan Penelitian

1. Tugas KPK dalam UU No. 30 Tahun 2002

KPK dalam menjalankan setiap tugas, fungsi, dan wewenangnya

dilandasi oleh asas-asas yang terdapat dalam UU KPK, sebagaimana

Page 8: LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI …berkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian-43.pdf · penting dalam penerapan BSC baik bagi ... sebab akibat yang

dimaksud dalam Pasal 5 UU KPK, yaitu asas kepastian hukum, asas

keterbukaan, asas akuntabilitas, asas kepentingan, dan asas proporsionalitas.

Asas-asas tersebut diimplementasikan dalam pelaksanaan tugas, fungsi, dan

wewenang KPK yang dipengaruhi oleh kinerja kelembagaan dan seluruh

elemen di dalamnya. Adapun tugas KPK yang diamanatkan oleh UU KPK

meliputi:

a. Melakukan koordinasi terhadap instansi yang memiliki kewenangan untuk

memberantas tindak pidana korupsi;

b. Melakukan supervisi terhadap instansi yang memiliki kewenangan untuk

memberantas tindak pidana korupsi;

c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak

pidana korupsi;

d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan

e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

2. BSC dalam Roadmap KPK

Untuk melaksanakan tugas KPK telah ditetapkan fokus area dalam

Roadmap KPK 2011-2015, yaitu: penanganan grand corruption dan

penguatan APGAKUM, perbaikan sektor strategis terkait kepentingan

nasional (national interest), pembangunan fondasi sistem integrasi nasional

(SIN), penguatan sistem politik berintegritas dan masyarakat (CSO) paham

berintegritas, dan persiapan fraud control. Berkaitan dengan fokus area

tersebut, yang dimaksud dengan sektor strategis yang terkait dengan

national interest meliputi ketahanan papan plus, ketahanan energi dan

lingkungan, penerimaan negara, dan bidang infrastruktur. Pelaksanaan

kelima fokus area ini diukur dengan menggunakan BSC sebagai sistem

manajemen kinerja KPK.

BSC telah diadopsi oleh KPK dalam sistem manajemennya untuk

mengukur kinerja kelembagaannya dan seluruh elemen di dalamnya sejak

tahun 2005. Balance scorecard tersebut dirumuskan dalam strategy map KPK

Page 9: LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI …berkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian-43.pdf · penting dalam penerapan BSC baik bagi ... sebab akibat yang

yang terdiri dari empat perspektif, yaitu perspektif stakeholders, perspektif

internal process, perspektif learning and growth, dan perspektif financial.

Berdasarkan strategy map tersebut, KPK menggunakan perspektif

stakeholders untuk menggantikan perspektif customer. Menurut KPK,

penggunaan BSC memudahkan KPK dalam menentukan sasaran strategis

yang akan dicapai dalam perspektif stakeholders. Perspektif stakeholders ini

mempunyai kedudukan penting dalam manajemen kinerja KPK, karena KPK

meletakkan ultimate goal pada stakeholders perspective dan mengacu pada

renstra KPK yaitu efektivitas dan efisiensi pemberantasan korupsi, baik dari

aspek pencegahan maupun aspek penindakan.

Konsep hubungan sebab-akibat memegang peranan yang sangat

penting dalam BSC, terutama dalam penjabaran tujuan dan pengukuran

masing-masing perspektif. Unsur sebab-akibat tersebut akan berkaitan

antara keempat perspektif yaitu perspektif pemangku kepentingan, bisnis

internal, pertumbuhan dan pembelajaran, serta keuangan. BSC yang baik

mencerminkan bauran antara pengukuran hasil yang diperoleh dan

pengukuran terhadap pemicu kinerja. Pengukuran atas hasil yang diperoleh

tidak menunjukkan bagaimana hasil tersebut diperoleh dan tidak

memberikan indikasi awal apakah strategi KPK dilaksanakan dengan sukses

atau tidak. Idealnya, KPK tidak hanya mempertahankan kinerja relatif yang

ada, tetapi memperbaiki secara terus menerus. Perbaikan secara terus

menerus hanya dapat dicapai apabila perusahaan melibatkan mereka yang

langsung terkait dalam proses bisnis internal.

3. Empat Perspektif BSC

KPK menggunakan perspektif stakeholders untuk menggantikan

perspektif customer. Roadmap KPK menunjukkan bahwa yang menjadi

stakeholders dan customer KPK adalah sama. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa KPK menggunakan perspektif stakeholders dengan tidak membedakan

antara stakeholders dengan customer. Menurut KPK, pihak yang menjadi

Page 10: LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI …berkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian-43.pdf · penting dalam penerapan BSC baik bagi ... sebab akibat yang

customer bagi KPK adalah stakeholders tersebut. KPK juga tidak mempunyai

kriteria untuk stakeholders tersebut kapan para pihak itu berkedudukan

sebagai stakeholders dan kapan berkedudukan sebagai customer.

Stakeholders KPK terdiri dari kementerian/lembaga dan masyarakat madani

(civil society organization/CSO). Kementerian/lembaga sebagai stakeholders

KPK meliputi Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, legislatif, eksekutif,

yudikatif, layanan publik, penegak hukum, penyelenggara pemilu,

ombudsman, lembaga audit sedangkan masyarakat madani (civil society

organization/CSO) sebagai stakeholders KPK meliputi partai politik, media,

masyarakat sipil, swasta/bisnis.

Kinerja KPK dalam penanganan grand corruption juga dipengaruhi

oleh tren korupsi di Indonesia yang semakin meningkat dan pelaksanaan

strategi nasional pemberantasan dan pencegahan korupsi yang masih belum

memuaskan, sehingga KPK masih harus bekerja keras dalam pemberantasan

korupsi dengan lebih mengoptimalkan fungsinya sebagai trigger mechanism

bersama-sama dengan kementerian/lembaga dan pemerintahan daerah agar

terwujud good governance. Hal ini disebabkan peran KPK tersebut masih

dianggap kurang efektif karena masih maraknya korupsi di Indonesia, baik

secara kualitas maupun kuantitas. KPK belum berhasil menyusun jaringan

kerja yang kuat dan memperlakukan institusi yang telah ada, baik kepolisian,

kejaksaan, inspektorat, BPK, dan BPK, sebagai counterpartner yang kondusif

dalam rangka efektivitas dan efisiensi pemberantasan korupsi, sehingga KPK

belum mampu menjadi trigger mechanism untuk memacu dan

memberdayakan lembaga penegak hukum.

Kinerja KPK dalam melakukan koordinasi dan supervisi dengan

instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi,

mengacu pada Lakip KPK tahun 2011, Lakip KPK tahun 2012, dan Lakip KPK

tahun 2013, maka capaian kinerja KPK dalam melakukan koordinasi dan

supervisi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan

korupsi terealisasi berdasarkan target yang ditetapkan. Meskipun target KPK

Page 11: LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI …berkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian-43.pdf · penting dalam penerapan BSC baik bagi ... sebab akibat yang

dalam melakukan koordinasi dan supervisi telah terealisasi namun berbagai

pihak menilai sebaliknya. Berbagai pihak menilai bahwa kinerja KPK dalam

melakukan koordinasi dan supervisi dengan instansi yang berwenang

melakukan pemberantasan korupsi belum maksimal. KPK juga dinilai belum

berhasil mengembangkan strategi penegakan hukum yang dapat mendorong

dan memicu pemberdayaan lembaga penegak hukum lainnya.

Aparat/lembaga penegak hukum lain tetap dipandang korup serta tidak

mendapat kepercayaan dan dukungan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari

semakin banyaknya laporan masyarakat kepada KPK mengenai dugaan

adanya tindak pidana korupsi termasuk laporan yang datang dari berbagai

daerah. Meningkatnya laporan masyarakat kepada KPK dapat dilihat dalam

Lakip KPK tahun 2011, Lakip KPK tahun 2012, dan Lakip KPK tahun 2013.

Beberapa persoalan dalam menjalankan tugas koordinasi dan

supervisi, antara lain yaitu: peraturan perundang-undangan tidak mengatur

secara spesifik bidang ataupun sub bidang yang membawahi tugas

koordinasi dan supervisi, baik bidang yang dipimpin deputi, sub-bidang atau

direktorat yang dipimpin direktur, unit kerja ataupun satuan tugas;

kepolisian dan kejaksaan tidak memiliki kelembagaan khusus yang bertugas

mengurusi koordinasi dan supervisi; hambatan teknis di lapangan yang

meliputi: persoalan kepangkatan penyidik, ego sektoral, dan mafia hukum.

Berkaitan dengan Kinerja KPK dalam perspektif bisnis internal

(internal process), yaitu melakukan penyelidikan, penyidikan, dan

penuntutan terhadap tindak pidana korupsi, capaian kinerja KPK dalam

melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana

korupsi terealisasi berdasarkan target yang ditetapkan.

Dari kelima tugas yang dimiliki KPK, banyak yang menilai jika KPK

sangat berhasil melakukan penindakan tindak pidana korupsi yaitu dalam

hal penyelidikan, penyidikan dan penuntutan. Keberhasilan tersebut tidak

lepas dari kewenangan yang besar dalam upaya pemberantasan tindak

pidana korupsi, yang tidak dimiliki oleh aparat penegak hukum lainnya.

Page 12: LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI …berkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian-43.pdf · penting dalam penerapan BSC baik bagi ... sebab akibat yang

Selain kewenangan yang besar, KPK juga didukung dengan anggaran yang

juga besar serta dukungan dan kepercayaan dari masyarakat.

Meskipun dinilai berhasil dalam penindakan, namun banyak pihak

menilai KPK masih tebang pilih (diskriminasi) dalam penanganan perkara.

KPK juga dinilai lebih sering melakukan penindakan dalam kasus penyuapan

atau dengan kata lain lebih banyak menggunakan pasal penyuapan dalam

penuntutan. Keberhasilan KPK dalam mengungkap kasus suap terkait dengan

kewenangannya melakukan penyadapan.

Sementara itu, tugas pencegahan belum dilaksanakan secara efektif.

Sektor yang dikaji untuk sasaran strategis tahun 2012 dan 2013 masih

terbatas (hanya 4 sektor), serta fokus area yang ditetapkan belum meluas. Di

samping itu, pelaksanaan tugas pencegahan oleh KPK pada tahun 2012 dan

2013 tidak merinci pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kewenangan yang

diberikan dalam tugas pencegahan secara menyeluruh, sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 13 UU KPK. Untuk menyelaraskan keorganisasian

dan ketatalaksanaan dengan prinsip penggunaan BSC di KPK, maka

pelaksanaan pencegahan dan penindakan harus dilakukan secara sinergi.

Tidak boleh hanya lebih mengedepankan penindakan dengan melakukan

operasi tangkap tangan (OTT) karena bisa dilihat secara kasat mata agar

masyarakat memberikan dukungan, tetapi secara substansial tidak mampu

menghentikan atau mengurangi intensitas korupsi.

Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, kecuali

pembangunan gedung KPK, seluruh indikator kinerja dapat tercapai bahkan

melebihi 100%. Meskipun dalam penetapan indikator integritas yang zero

tolarance tidak tercapai karena selalu ada pegawai KPK yang mendapatkan

sanksi karena melanggar kode etik. Bagi KPK, integritas merupakan faktor

kunci yang penting yang memungkinkan lembaga ini mendapatkan

kepercayaan dari masyarakat. Oleh karena itu, keberadaan KPK di masa

depan sangat tergantung pada seberapa besar kepercayaan masyarakat

terhadap KPK.

Page 13: LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI …berkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian-43.pdf · penting dalam penerapan BSC baik bagi ... sebab akibat yang

Dalam kaitan Pengelolaan Sumber Daya Manusia di KPK ini, sejak

tahun 2012 telah berlandaskan peraturan baru, yaitu Peraturan Presiden No.

103 Tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Presiden No. 63 Tahun 2003

tentang Sistem Manajemen SDM KPK. Substansi pokok Peraturan baru ini

adalah pada keharusan pimpinan KPK untuk berkoordinasi dengan pimpinan

instansi asal pegawai yang dipekerjakan di KPK. Perubahan ini

dilatarbelakangi oleh munculnya perseteruan antara KPK dan POLRI yang

berkeinginan untuk menarik penyidiknya dari KPK. Disamping itu, indikator

pengelolaan sumber daya manusia yang ditetapkan oleh KPK hanya satu

unsur saja, yaitu kompetensi sesuai fokus area. Secara teoritik, sumber daya

manusia itu harus memenuhi indikator kepuasan pegawai, retensi pegawai

dan produktivitas pegawai sebagai suatu ukuran hasil.

Dalam kaitan keuangan, seluruh kebutuhan dana operasional KPK

disediakan anggarannya dalam DIPA KPK yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan Belanja Negara (APBN). Kemudian dalam mengadakan input

yang dibutuhkan KPK, telah sesuai dengan prinsip value for money untuk

kriteria ekonomi. Hal ini dikarenakan pengadaan input tersebut telah melalui

proses lelang sesuai dengan peraturan berlaku. Sedangkan pengukuran

kriteria efisiensi KPK diukur dengan rasio antara output yang dihasilkan

dengan input yang dihasilkan. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa

hasil evaluasi efisiensi selama periode kemimpinan Abraham Samad

menunjukkan rasio efisiensi yang menurun. Hal ini dikarenakan terjadinya

penurunan capaian kinerja yang disertai dengan kenaikan anggaran KPK.

Pada saat yang bersamaan pengukuran kriteria efektivitas KPK selama

kepemimpinan Abraham Samad dilakukan dengan membandingkan antara

outcome dan output. Dari hasil analisis yang dilakukan, evaluasi efektivitas

kinerja kepemimpinan KPK periode Abraham Samad lebih efektif

dibandingkan dengan periode kemimpinan KPK sebelumnya.

E. Saran

Page 14: LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI …berkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian-43.pdf · penting dalam penerapan BSC baik bagi ... sebab akibat yang

Berdasarkan analisis hasil penelitian, perlu dilakukan revisi terhadap

UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi terutama mengenai struktur organisasi yang membawahi

pelaksanaan tugas koordinasi dan supervisi dengan instansi yang berwenang

melakukan pemberantasan korupsi. Dalam hal ini diperlukan adanya deputi

tersendiri dalam hal koordinasi dan supervisi. Hal tersebut tidak hanya

karena tugas koordinasi dan supervisi sejajar dengan tugas lainnya

melainkan juga karena KPK sebagai trigger mechanism seharusnya memiliki

sistem, prosedur, dan mekanisme koordinasi dan supervisi dalam satu deputi

tersendiri.

Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK perlu memiliki perencanaan strategis

dan perencanaan kinerja yang sejalan dalam rangka pemberantasan korupsi.

KPK perlu meningkatkan peran strategisnya pada kebijakan pemberantasan

korupsi dalam konteks pencegahan. Akan jauh lebih strategis jika upaya

pencegahan lebih dikedepankan untuk meminimalkan peluang terjadinya

korupsi.

Di masa depan, pengembangan KPK perlu diarahkan dengan

membentuk budaya dan sikap masyarakat terhadap anti korupsi, yang hanya

dimungkinkan, jika KPK secara terus menerus dan berkesinambunagan

melakukan upaya-upaya pencegahan yang masif dan terstruktur. Salah satu

misi KPK adalah sebagai trigger mechanism, sehingga dalam perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan harus terlihat bahwa penindakan dan

pencegahan korupsi yang dilakukan oleh KPK telah maksimal dilakukan,

sehingga kasus-kasus korupsi yang dilakukan sejak dibentuknya KPK

berkurang. Disamping itu juga, pengelolaan sumber daya manusia KPK harus

menciptakan sebuah sistem yang dapat disalin ke dalam sistem pengelolaan

sumber daya manusia APGAKUM lain, terutama yang berkaitan dengan

kompetensi penyidikan, remunerasi dan integritas personal.

Dalam menggunakan skema perspektif keuangan untuk meningkatkan

kinerja, seharusnya KPK tidak menjadikan faktor ketersediaan anggaran

Page 15: LAPORAN PENELITIAN LINTAS BIDANG EVALUASI …berkas.dpr.go.id/puslit/files/hasil_penelitian/hasil-penelitian-43.pdf · penting dalam penerapan BSC baik bagi ... sebab akibat yang

sebagai indikator kinerjanya, tetapi sebaiknya KPK harus

mempertimbangkan prinsip money follow function dalam pengelolaan aspek

finansial. Prinsip tersebut terdiri dari kriteria ekonomi, efisiensi, dan

efektivitas, sehingga setiap rupiah anggaran yang dikeluarkan oleh KPK

dapat diketahui dampaknya terhadap pencapaian kinerja KPK, dan

memastikan input yang didapatkan merupakan input yang paling ekonomis.