lalu-lintas manusia di kawasan asia tenggara...
TRANSCRIPT
1
LALU-LINTAS MANUSIA DI
KAWASAN ASIA TENGGARA DAN IMPLIKASINYA
EXECUTIVE SUMMARY
Kelompok Hubungan Internasional:
Poltak Partogi Nainggolan
Simela Victor Muhammad
Rizky Roza
Pusat Penelitian BKD DPRRI
Jakarta, 2017
2
PENDAHULUAN
Perubahan lingkungan strategis di tingkat global, apalagi di kawasan, membawa
implikasi pada perkembangan kondisi Asia Tenggara dewasa ini. Letak Indonesia di jalur
persimpangan pelayaran internasional, di antara benua Asia dan Australia serta
Samudera Pasifik dan Hindia, membuat negeri ini selalu ramai menjadi tempat asal,
transit, ataupun tujuan warga lintas-negara. Secara rutin maupun tidak, dalam periode
pendek maupun panjang, sejak ratusan tahun lalu, kota-kota di Indonesia telah menjadi
tempat persinggahan, selain jalur pelayaran dan niaga Asia Tenggara yang
menghubungkan benua Eropa, Asia, dan Australia, melewati kawasan Timur-Tengah dan
Asia, yang kemudian dikenal sebagai jalur sutera.
Selama berabad-abad, Asia Tenggara sebagai sebuah kawasan yang padat dihuni
sekitar 2,7 milyar penduduk, di lebih dari 10 negara, telah berkembang sebagai tempat
persinggahan dan sekaligus pusat kegiatan manusia lintas-negara, termasuk dari
kontinen yang jauh sekalipun, seperti Afrika. Menurut data kantor Imigrasi, jumlah
Warga Negara Asing (WNA) yang masuk ke wilayah Indonesia di sepanjang tahun 2016
adalah sebanyak 8.974.141 orang, sedangkan yang keluar adalah sebanyak 9.003.798
orang.1
Selama ini, secara realistis, terganggunya stabilitas politik dan keamanan di benua
dan negara lain berdampak secara langsung dan tidak langsung terhadap (prospek)
kawasan Asia Tenggara. Demikian pula, tergerus dan langkanya pembangunan,
kemakmuran, dan kesejahteraan penduduk di tingkat global dan kawasan lain memberi
implikasi yang dapat mengganggu prospek kawasan Asia Tenggara serta kesejahteraan
dan keamanan warganya dalam jangka pendek dan panjang. Kondisi wilayah dan
lingkungan hidup yang semakin rusak, terdegradasi dan merosot kualitasnya secara
realististelah berdampak pada kondisi dunia yang ditandai oleh instabilitas dan anarki
secara luas.
1 “Pengawasan WNA Harus Libatkan Lintas Sektor,”Parlementaria, Edisi 145, Tahun XLVII, 2017: 22-23.
3
Globalisasi yang meningkat cepat, yang didukung oleh semakin terbukanya
hubungan antarbangsa dan teknologi, telah meningkatkan kehadiran dan peran warga
lintas-negara di kawasan, baik untuk sekadar melewati maupun menetap di Indonesia.
Kehadiran dan peran mereka sebagai aktor non-negara pun tampak semakin dominan
dalam menentukan masa depan kawasan dan negara tempat mereka melintas dan
menetap. Eksistensi dan peran para aktor non-negara yang menjadi semakin signifikan
dewasa ini telah menyejajarkan peran mereka dengan peran para aktor formal dalam
disiplin hubungan internasional yang dikenal selama ini. Secara realistis, banyak kasus
yang ditimbulkan mereka, yang telah merepotkan negara dan pemerintah, secara
langsung maupun tidak langsung, untuk mengatasinya.
Adapun dalam kegiatan lalu-lintas, para aktor non-negara terlibat dalam berbagai
kasus yang marak terjadi belakangan di kawasan Asia Tenggara. Adapun kegiatan lalu-
lintas ini bersifat kompleks terkait dengan pergerakan dan perpindahan manusia secara
masif serta mobilitas dan aktivitas mereka dari negara asal melalui negara transit menuju
negara tujuan akhir. Mengalirnya pengungsi Rohingnya, serta ditemukannya kasus-kasus
perbudakan ABK di kapal-kapal asing, serta munculnya isu sewa dan jual-beli pulau
adalah beberapa contoh dari kehadiran serta peran individu warga lintas-negara yang
meningkat di kawasan dewasa ini.
Perkembangan lingkungan strategis dewasa ini telah memperlihatkan
meningkatnya kegiatan lalu-lintas manusia di Asia Tenggara. Asia Tenggara telah
berkembang sebagai kawasan yang sangat dinamis, dengan implementasi integrasi
Masyarakat Ekonomi ASEAN dan liberalisasi ekonomi dan perdagangan sejak tahun 2015.
Kawasan ini semakin memberi daya tarik bagi kaum pendatang (migran) dari berbagai
negara dan kawasan dengan angka pertumbuhan ekonominya yang tumbuh rata-rata di
atas 5% setiap tahun. Kawasan ini, lebih jauh lagi, menjadi tempat melintas setengah dari
kargo dunia, termasuk dua pertiga kapal-kapal tanker pensuplai energi sejagad, melalui
jalur perairannya. Karena itulah kawasan ini telah memegang posisi penting sebagai
penghubung manusia yang tinggal di dalamnya dan juga penduduk dari kawasan lain.
4
Berbagai kepentingan dari para aktor non-negara lintas-negara dan kawasan
bertemu di sini mengingat kawasan ini berkembang semakin menjanjikan di masa depan.
Karena itulah, secara realistis, terdapat kepentingan dan urgensi untuk melakukan
penelitian mengenai lalu-lintas manusia di kawasan yang kian masif belakangan secara
lebih komprehensif dan mendalam, dengan mencoba melihat kaitan satu kasus dengan
kasus-kasus lainnya.
Penelitian mengenai lalu-lintas manusia di kawasan Asia Tenggara ini memiliki
fokus pada aktivitas para aktor non-negara dalam menjalin hubungan antarbangsa sejak
3 dasawarsa lebih belakangan ini, serta masalah yang muncul di Indonesia dalam
hubungannya dengan negara-negara lain di sekitarnya. Pertanyaan penelitian yang
dikemukakan adalah bagaimana lalu-lintas manusia ke dan dari Indonesia dan
implikasinya terhadap hubungan antar-negara di Asia Tenggara?
Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan kegiatan penelitian di
lapangan. Data sekunder dari telaah buku-buku dan media massa cetak dan pencarian
(browsing) media elektronik digunakan, baik yang diperoleh dalam pengumpulan data
awal maupun selanjutnya. Pengumpulan data juga dilakukan lewat kegiatan Focus Group
Discussions (FGD) sebelum dan selama dilakukan kegiatan penelitian lapangan. Wawancara
secara mendalam melengkapi kegiatan pengumpulan data, selain untuk melengkapi, juga
untuk klarifikasi dan verifikasi, dalam rangka memperoleh data yang valid.
Wawancara secara mendalam dilakukan kepada informan di kalangan aparat
pemerintah, seperti Kementerian Hukum dan Perundang-undangan (Kemenkeh),
khususnya Jawatan atau Kantor Lalu-lintas, di pusat dan daerah. Aparat kepolisian di pusat
atau Mabes Polri, yakni Interpol, dan di daerah provinsi dan kabupaten, yakni Polda dan
Polres, menjadi narasumber atau informan penting, di samping dari kalangan militer,
khususnya aparat teritorial dan intelijen di Kodam dan Korem. Kegiatan wawancara secara
mendalam juga dilakukan kepada parat Badan Narkotika Nasional (BNN), Kementerian
Tenaga Kerja (Kemenaker), dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di tingkat
pusat dan daerah. Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas perspektifnya mengenai
kegiatan lalu-lintas manusia secara global dan di tingkat kawasan, wawancara secara
5
mendalam dilakukan sebelumnya dengan staf Kantor Perwakilan PBB yang mengurusi
masalah lalu-lintas internasional atau Organisasi Lalu-lintas Internasional (International
Organization for Migration --IOM) di Jakarta.
Data diseleksi relevansi dan validitasnya. Ini termasuk dengan data dari media cetak
yang akan ditelaah secara cermat. Selanjutnya, proses triangulasi dilakukan, meliputi
kegiatan triangulasi cara/teknik pengumpulan data, dan data yang diperoleh antar-peneliti
melalui diskusi secara mendalam dan kontiniu, serta triangulasi sumber data selama
rentang waktu penelitian.
TEMUAN PENELITIAN
Penanganan Pekerja Migran (Ilegal) dan Hubungan Antar-Negara
Di tingkat kawasan, ASEAN diketahui masih menyelesaikan usahanya untuk
menyusun sebuah deklarasi perlindungan hak-hak pekerja migran. Filipina, sebagai negara
pengirim pekerja migran yang juga jumlahnya besar, menghadapi permasalahan serupa
dengan Indonesia. Pekerja migran mereka banyak yang tidak memiliki izin atau
terdokumentasikan secara resmi, termasuk 4000 dari 17. 921 dari mereka yang bekerja di
Thailand.2 Ini belum menghitung kasus yang dihadapi para pekerja migran ilegal dari
negara ASEAN lainnya.
Dalam menyikapi masalah TKI ilegal di Malaysia, Menlu Retno Marsudi dalam
kunjungan 4 harinya, cukup lama untuk seorang pejabat tingkat Menteri, telah
melancarkan aksi pro-aktif untuk memperbaiki nasib TKI di sana. Ia mengunjungi Malaysia
dan mendatangi KBRI Kuala Lumpur, KJRI Johor Baru, dan KJRI Penang, serta mengunjungi
mitranya di negeri jiran itu, antara lain Gubernur Penang. Ia berupaya melihat dan
berkomunikasi langsung untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi
TKI hingga ke hulunya. Ini logis, sebab, berdasarkan data tahun 2015, di seluruh Malaysia
terdapat 1, 25 juta pekerja migran asal Indonesia (TKI) bekerja di berbagai sektor –sebagai
2 Eunice Barbara C. Novio,”PH workers abroad take risks to help families,” The Jakarta Post, April 17, 2017: 10.
6
yang terbesar dari seluruh pekerja migran asing di negeri tersebut.3 Sementara itu,
sebanyak 375 WNI telah ditahan di Malaysia untuk alasan pelanggaran keimigrasian.
Mereka akan dipulangkan secara bertahap dari Sabah oleh KJRI Kinibalu.4
Tindakan razia pihak imigrasi Malaysia, pasca-berakhirnya Program E-Kad atau
Enforcement Card, telah membuat banyak buruh migran asal Indonesia (TKI) yang ilegal
kabur ke kawasan hutan dalam kondisi mengenaskan, dengan membawa bayi dan anak-
anak mereka. Program ini mengharaskan mereka melengkapi dokumen dan mengurus
kembali perekrutan mereka secara legal. Dalam implementasi E-Kad yang berlaku sampai
31 Desember 2017 ini, aparat keamanan Malaysia bertindak agresif, dengan menangkap
mereka dan memulangkan secara paksa, sehingga telah menimbulkan efek ketakuitan yang
luar biasa dari TKI ilegal.
Untuk menyelesaikan kasus penangkapan besar-besaran TKI ilegal, Pemerintah
Indonesia dan Malaysia telah melakukan kegiatan koordinasi. Pada 18 Juli 2017, Tim
Kemenaker Indonesia telah mendatangani Malaysia untuk melihat fakta yang sebenarnya.
Sedangkan pada 25 Juli, Wakil Dubes Malaysia, Zamshari Shaharan, telah mendatangani
Kemenaker. Dalam kesempatan itu, Pemerintah Indonesia mengingatkan Pemerintah
Malaysia agar mempermudah prosedur bagi para pekerja migran Indonesia (TKI) ilegal
yang akan pulang. Indonesia juga kembali meminta komitmen Malaysia untuk menertibkan
para pekerja migran ilegal, dengan tidak hanya melakukan razia, namun juga turut
menertibkan dan merazia para majikan atau pengguna pekerja migral ilegal, khususnya
TKI.5
Dengan Singapura, untuk menghadapi TKI bermasalah, KBRI telah meluncurkan
Kartu Pekerja Indonesia Singapura (KPIS), untuk mempermudah pelacakan jika ada kasus
yang dihadapi setiap TKI. Selama ini diketahui, Pemerintah Singapura juga mengijinkan
mekanisme alternatif, yakni majikan TNI berurusan langsung dengan agen TKI tanpa
melalui KBRI. Mekanisme ini telah disetujui Pemerintah Singapura. Sedangkan KBRI
Singapura, selain meluncurkan program KPIS sejak Pebruari 2017 juga telah mempercepat
3 Liza Yosephine,”RI stresses innovation for migrant protection,” The Jakarta Post, March 20, 2017: 10. 4 “Sapa Indonesia Siang,” Kompas TV, 21 Maret 2017: 13.59. 5 “RI Minta Malaysia Permudah Kepulangan TKI Ilegal,”Suara Pembaruan, 26 Juli 2017: 9.
7
layanan pembuatan paspor baru atau penggantian paspor yang hilang melalui apa yang
disebut “One Day Service.” Dengan program ini, TKI yang mendaftar secara online atau
datang ke kantor KBRI hari ini, hari ini juga paspornya sudah selesai dan dapat diambil.6
Dalam melindungi WNI yang dituding telah melakukan pelanggaran hukum berat
dan terancam hukuman mati di Arab Saudi, Menlu Retno Marsudi menegaskan kehadiran
pemerintah, dengan upayanya yang maksimal, melalui diplomasi dengan mitranya di sana,
didukung peran diplomat dan pengacara yang andal secara kontiniu. Upaya ini memang
bukan bertujuan untuk melindungi perilaku atau kejahatan yang dituduhkan pada mereka,
tetapi memastikan tudingan itu berdasar, dan proses hukumnya sudah dilakukan secara
transparan dan benar, sehingga WNI itu tidak dijadikan korban atau kambing hitam.
Perlindungan terhadap WNI di luar negeri telah menjadi prioritas utama dalam kebijakan
luar negeri Indonesia, sesuai amanat konstitusi. Untuk itulah Kemlu RI telah mengirimkan
nota diplomatik untuk meminta akses kekonsuleran dalam mengurus WNI yang
bermasalah di luar negeri, termasuk dalam kasus Siti Aisyah, yang dituding terlibat
pembunuhan Kim Jong-nam, saudara tiri penguasa Krea Utara, Kim Jong-un, di Malaysia.
Dalam kasus ini, Menlu Retno telah 5 kali bertemu dengan mitra Menlu Malaysia, Sri Anifah
Aman.
Terkait pekerja migran ilegal di Thailand, Pemerintah Thailand telah memperketat
aturan, dengan mengeluarkan dekrit, yang mengenakan denda sebesar sampai 800 Baht,
atau sekitar Rp. 313,3 juta, kepada majikan yang mempekerjakan TKA tanpa izin (ilegal).
Akibatnya, sebanyak 60 ribu pekerja telah meninggalkan Thailand dari 23-28 Juni 2017,
yang jumlahnya terus meningkat sampai dewasa ini. Pemberlakuan ketentuan di atas telah
menimbulkan kepanikan di kalangan TKA asal Myanmar, karena takut dirazia dan
dipulangkan. Jutaan pekerja asal Myanmar dan Kamboja menjadi tulang punggunga
angkatan kerja manual di Thailand, yang tumbuh jauh lebih baik perekonomiannya
dibandingkan negara-negara tetangganya di perbatasan itu, yang baru terbebas dari
perang sipil dan konflik vertikal. Sebagian besar TKA tersebut bekerja di industri seperti
bisnis seafood bernilai multi-miliaran dolar, yang sangat bergantung pada TKA. Sebanyak
6 “Baru 86.000 Pekerja Migran Terdaftar di KBRI,” Kompas, 27 Maret 2017: 9, loc.cit.
8
500 TKA asal Kamboja telah dideportasi sejak akhir Juni 2017.7 Walaupun mereka sering
menjadi korban sistem yang tidak jelas karena aturan yang berubah-ubah, seperti di
Malaysia, para TKA asal Myanmar masih suka kembali bekerja ke Thailand, untuk alasan
gaji yang lebih tinggi yang bisa mereka peroleh di sana.
Penanganan Kejahatan Narkoba dan Hubungan Antar-Negara
Dalam merespons ancaman narkoba yang kian menguatirkan di Indonesia,
Pemerintah Indonesia melalui aparat BNN-nya melancarkan tindakan yang semakin tegas.
Pada 16 April 2017, aparat BNN melakukan operasi penyerbuan ke markas penyelundup
narkoba yang termasuk dalam jejaring Malaysia. Seorang pelaku, Rafib Afandi Ginting,
penduduk Tanjung Morawa, Deli Serdang, ditembak mati dalam operasi itu. Bersamanya
disita sebanyak 1 kilogram sabu dan 20.000 pil ekstasi.8 Jejaring ini menggunakan modus
operandi berpura-pura memgirim kayu ke Malaysia, yang kembalinya digunakan untuk
menjemput atau menyelundupkan narkoba.
Sayangnya, respons yang kontraproduktif diperlihatkan oleh aparat imigrasi dan
bea-cukai Malaysia. Mereka tidak mengawasi dan memeriksa secara ketat dan seksama
setiap orang dan barang yang keluar dari pelabuhan dan bandara Malaysia dengan
menggunakan –x-ray, yang sudah menjadi standar atau prosedur internasional. Karena
itulah, logis jika terdapat kecenderungan semakin sering ditemukannya orang, antara lain
TKI, dan barang yang datang dari Malaysia, membawa narkoba. Sebagaimana diungkapkan
aparat Polri, BNN, dan Bea-Cukai, aparat Pemerintah Malaysia di lapangan, begitu ketat
mengawasi orang yang membawa dan memasukkan narkoba dari negara lain ke Malaysia,
tetapi tidak sebaliknya.
Bagi pembawa narkoba dari Malaysia ke Indonesia, aparat Pemerintah Malaysia
tidak serius dalam mengawasi, memeriksa, dan menindaklanjuti kasus-kasus hukumannya.
Hal ini memunculkan pandangan prejudice bahwa Pemerintah Malaysia seperti ingin
membiarkan negara tetangga serumpunya ini menjadi korban penyelundupan narkoba
7 Natalia Santi,”Thailand Perketat Aturan Pekerja Asing,”” Koran Tempo, 4 Juli 2017: 26. 8 Apriadi Gunawan,”Member of Malaysian drug network shot to death,” The Jakarta Post, April 18, 2017: 8.
9
dari wilayahnya, seperti halnya korban dalam serangan terorisme, dengan pembiaran
tokoh teroris asal Malaysia, Noordin M. Top dan Dr. Azhaari, masuk secara bebas ke
Indonesia melalui wilayah perbatasan Malaysia.9
Karena geramnya terhadap para penyelundup dan pemakai narkoba yang kian
merongrong kedaulatan dan masa depan negaranya, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte,
menegaskan akan menggunakan kekuatan militer dalam perang memberantas
penyelundupan dan perdagangan narkoba. Untuk tujuan pelaksanaan kebijakan itu, ia akan
mengeluarkan Perintah Eksekutif (Executive Order) memasukkan tentara dalam gelar
pasukannya, baik untuk melawan para penyelundup, bandar, maupun pemakai narkoba.
Wajar saja, kalangan aktivis LSM, khususnya HAM, mengingatkan akan mudah terjadinya
berbagai bentuk pelanggaran HAM. Sebab, perang terhadap narkoba yang dilancarkan
Duterte telah mengakibatkan 8 ribu orang tewas, termasuk 2.500 orang yang ditembak
dalam operasi penyerangan, sejak operasi dilancarkan 8 bulan lalu, di awal
pemerintahannya.10
Kerjasama Indonesia dengan China, khususnya BNN dan NNCC, dalam perang
melawan penyelundupan narkoba terus dijalin. Namun, anehnya, tetap lemah dalam
pencegahan terhadap penyelundupan narkoba yang datang dari China ke Indonesia,
terutama jenis sabu, yang jumlahnya mencapai ratusan ton, dan terus meningkat drastis.
Keanehan ini tampak dalam kasus beredarnya 250 juta ton sabu, padahal sudah diketahui
informasinya sejak tahun lalu (2016).11 Peran NNCC dipertanyakan kareba “membiarkan”
sabu seberat itu diproduksi dan dapat dikirimkan ke Indonesia. Sementara, peran BNN juga
dipertanyakan terkait kegagalan mereka dalam mencegah sabu seberat itu, sehingga dapat
masuk ke negeri ini, sehingga seperti membiarkan resiko, akan lebih banyak lagi korban
baru pengguna narkoba di Indonesia.
9 Wawancara dengan Nixon Manurung, Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kepri, Bubung, Kabid Pemberantasan, Edi, Kabid Umum, dan Soleh, Kepala BNNP di Kabupaten Karimun, di Kota Batam, pada 18 Mei 2017. 10 Lihat, Marguerite Afra Sapiie,”RI’s war on drugs takes deadly turn,” The Jakarta Post, March 13, 2017: 1. 11 Erwan Hermawan,”BNN: 250 Ton Sabu dari Cina Berdear di Indonesia,” Koran Tempo, 31 Juli 2017: 5, loc.cit.
10
Sementara itu, kerjasama dengan Malaysia tampak telah menimbulkan kekecewaan
aparat BNN Indonesia. Sikap Pemerintah yang masih abai dan tidak peduli telah
menyebabkan banyak dan bebasnya pelaku pengekspor ilegal narkoba asal negeri itu ke
Indonesia belakangan ini. Kepala BNN, Komjen Budi Waseso mengungkapkan
kekecewaannya atas sikap Pemerintah Malaysia yang terus membiarkan aktivitas sindikat
narkoba asal negeri itu yang bebas beroperasi, walaupun kerjasama pengendalian
peredaran narkoba di kawasan Asia Tenggara terus dibangun dan telah melibatkan badan
anti-narkoba negeri itu, selain juga negara-negara lain.12 Kinerja Pemerintah Malaysia
dinilai termasuk yang buruk sekali dalam lingkup ASEAN, sekalipun kerjasama antar-
negara terus di tingkat regional digenjot.
Penanganan Human Trafficking dan Hubungan Antar-Negara
Kerjasama bilateral untuk mengatasi persoalan pergerakan manusia lintas negara
telah dilakukan, antara lain, dengan pembuatan MOU RI-Singapura, RI-Laos, RI-Vietnam,
dan RI-Malaysia. Dengan AS, belum ada MOU kerjasama bilateral negara itu dengan RI.
Demikian pula dengan Jerman. Tetapi, antara Indonesia dengan kedua negara itu, sudah
ada kegiatan saling tukar informasi untuk mencegah dan mengatasi human traffiking dan
segala implikasinya, termasuk dalam pemulangan koruptor atau mereka yang memiliki
masalah hukum, yang tengah diproses kasusnya oleh pengadilan, antara lain pemulangan
bekas Ketua Umum (Ketum) PSSI.
Untuk mengatasi kasus-kasus penyelundupan manusia di perbatasan Myanmar dan
Thailand, pemerintah kedua negara telah membuat kesepakatan diperbolehkannya para
pekerja migran asal Myanmar untuk masuk dan bekerja secara legal di Thailand. Namun,
pemberlakuan syarat dokumen lengkap tetap dilakukan, sehingga jika ada pelanggaran
Pemerintah Thailand tetap boleh melakukan penindakan secara tegas. Pada tahun 2015,
Pemerintah Thailand telah menindak tegas sindikat perdagangan dan penyelundupan
manusia. Hal ini termasuk tindakan pengembalian perahu-perahu yang digunakan para
pengungsi Rohingnya asal Myanmar, yang berupaya menghindari pertempuran di Rakhine,
12 “Sabu Diselundupkan dalam Paket Kecil: Pasar Narkoba Bergeser dari Filipina ke Indonesia,” Kompas, 26 Juli 2017, loc.cit.
11
Myanmar. Sikap keras yang sama telah diperlihatkan oleh Pemerintah Bangladesh dan
Malaysia terhadap para pengungsi Rohingnya asal Myanmar, yang dibiarkan terlantar di
lautan setelah kapal-kapal mereka ditinggalkan oleh para pelaku kegiatan penyelundupan
manusia.13.
Dalam kasus perdagangan manusia di perbatasan Thailand-Myanmar, hasil
penyelidikan aparat dan pengadilan Thailand telah mengungkapkan keterlibatan petinggi
militer/ penasehat senior Angkatan Bersenjata negeri itu, Letjen Manas Kongpaen, serta
pejabat polisi, politikus lokal, dan WN Myanmar.14 Puluhan orang telah dinyatakan
bersalah dalam kasus perdagangan manusia (human trafficking) terbesar yang berhasil
dibongkar. Investigasi besar-besaran telah digelar Pemerintah Thailand sejak tahun 2015
sejak ditemukannya 30 kuburan, yang sebagian besar diperkirakan WN Myanmar,
penduduk etnis Rohingnya. Beberapa pelaku terancam dijatuhi hukuman mati oleh
pengadilan.
Penanganan Terorisme dan Hubungan Antar-Negara
Pengawasan yang lemah aparat imigrasi dan bea-cukai Malaysia di pintu-pintu
pelabuhan dan bandara, terutama di perbatasan kedua negara, berdampak buruk
meningkatkan ancaman pada wilayah-wilayah Indonesia yang disinggahi para aktor non-
negara asal Malaysia tersebut. Selama ini berbagai kritik, saran, dan masukan telah
diberikan oleh aparat kepolisian (Polri), imigrasi, dan bea-cukai, tetapi tidak ditanggapi
atau ditindaklanjuti di lapangan dengan perbaikan kinerja dalam pengawasan dimaksud.15
Padahal hal ini sangat penting terkait pengawasan barang-barang berbahaya yang dapat
dibawa oleh para terduga teroris, pengikut, pendukung, dan para simpatisannya, ataupun
orang-orang awam yang tengah dimanfaatkan, untuk kegiatan terorisme di kawasan Asia
Tenggara, khususnya Indonesia. Saran untuk melakukan kerjasama yang lebih spesifik
dalam bentuk police to police pun, yang pernah diusulkan aparat Polri sejak beberapa tahun
13 “Penyelundupan Manusia Meningkat,” Kompas, 12 Mei 2017: 8, loc.cit. 14 Natalia Santi,”Jenderal Thailand Terlibat Perdagangan Manusia,” Koran Tempo, 20 Juli 2017: 26. 15 Wawancara dengan AKBP Robertus Herry Ananto Pratiknyo, Kasubdit IV, Tindak Pidana Tertentu Polda Provinsi Kepri, di Kota Batam, pada 18 Mei 2017.
12
belakangan, ditampik aparat kepolisian Malaysia (Polisi Diraja Malaysia). Perkembangan
situasi ini menjadi menyedihkan, karena terjadi di tengah upaya pemerintah negara-negara
ASEAN untuk terus melakukan dan memperkuat integrasi masyarakat di kawasan.
Terhadap para aktor non-negara pelaku aksi-aksi terorisme di kawasan Asia
Tenggara, upaya penanganan dilakukan melalui peningkatan kerjasama bilateral rutin dan
multilateral, termasuk dalam kerangka ASEAN. Dalam konteks bilateral, misalnya, dengan
peningkatan latihan dan patroli bersama Elang Malindo. Sedangkan dalam konteks
multilateral, misalnya, dengan peluncuran kerjasama tiga negara, yakni Indonesia,
Malaysia, dan Filipina (Indomalfil), yang Memorandum of Understanding-nya telah
ditandatangani di Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Peluncuran kerjasama trilateral ini di
Kota Tarakan memperlihatkan pentingnya posisi Tarakan, khususnya Kabupaten Nunukan
dan Kabupaten Sebatik, yang berada di beranda terdepan perbatasan Indonesia dan
Malaysia dari arah Sebatik dan Tawau. Tetapi sejauh ini, belum ada peringatan dan
permintaan khusus yang datang dari negara-negara tetangga itu tentang adanya tokoh atau
anggota teroris pro-ISIS/IS yang akan melintasi pintu-pintu perbatasan di Kabupaten
Nunukan.16
Sebelumnya, dan bukan tidak mungkin terulang kembali di masa depan, kelompok
teroris Abu Sayyaf yang telah berbaiat pada ISIS, menggunakan kawasan di perbatasan tiga
negara ini untuk memulai aksi pembajakan dan mengakhirinya di Filipina Selatan.
Karenanya, peran aparat keamanan dan pertahanan laut, termasuk Lanal Nunukan, di garis
terdepan perairan Indonesia dengan Malaysia dan Filipina, menjadi stategis dan penting
untuk melakukan tindakan pencegahan dan penindakan atas berbagai bentuk aksi-aksi
terorisme Kelompok Abu Sayyaf, dan juga lainnya di masa depan, yang menggunakan
wilayah perairan (laut) dalam operasi mereka. Panjangnya garis pantai dan sulitnya medan
yang harus diawasi aparat keamanan membuat satuan atau aparat Polisi Air dan Lanal
16 Wawancara dengan M. Farid Bisri, Kabid Kepatuhan Internal dan Penyuluhan, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea-Cukai Nunukan, di Kantora Bea-Cukai Tipe Madya Pabean C, Nunukan, pada 4 Agustus 2017. Wawancara dengan AKP Ibrahim Eka Berlin, Kapolsek KSKP Nunukan, di Nunukan, pada 4 Agustus 2017.
13
Nunukan harus cermat setiap saat mengawasinya.17 Sebab adanya pulau-pulau kecil yang
merupakan hutan bakau dan kawasan pesisir yang digunakan sebagai tambak-tambak
udang oleh para nelayan, rawan dipakai oleh para teroris untuk menyelundupakan senjata
dan menyusup bersembunyi,sebagai safe house, sebelum melanjutkan aksi-aksi teorisme
mereka di ketiga negara melalui kawasan perbatasan ini.18
Pencurian Ikan dan Hubungan Antar-Negara
Untuk merespons aksi para aktor non-negara, yang memiliki aneka
kewarganegaraan, yang melakukan pencurian ikan di perairan Indonesia, Menteri KKP Susi
Pujiastuti melakukan tindakan pembakaran dan penenggelaman kapal-kapal pencuri ikan,
mulai awal April 2017 ini. Ia memimpin langsung proses pembakaran dan peneggelaman
kapal itu di lapangan, antara lain di perairan Ambon, Provinsi Kepulauan Maluku pada 1
April 2017. Sejak Oktober 2014 sampai sekarang, kapal ikan asing yang telah
ditenggelamkan sebanyak 142 unit kapal berbedera Vietnam, 76 unit berbendera Filipina,
49 unit berbendera Malaysia, 21 unit berbendera Thailand.19 Pada 1 April 2017, kapal yang
ditenggelamkan adalah 46 unit berbedera Vietnam, 18 unit berbendera Filipina, dan 11
unit berbendera Malaysia. Di Ambon, KM Sino 26 dan KM Sino 35 berbendera China yang
telah ditangkap di Laut Arafura pada Desember 2014 juga telah ditenggelamkan.
Sedangkan KM Sino 35 yang berbendera sama dijadikan monumen hidup saksi
pemberantasan pencurian ikan bagi generasi muda. Di luar ini, masih ada 7 kapal yang
dalam proses peradilan.
Kecenderungan peningkatan kejahatan transnasional pencurian ikan,
penyelundupan narkoba dan perdagangan orang, serta keluar-masuknya para aktor non-
negara secara ilegal, mendorong pihak Angkatan Laut RI untuk melengkapi kapasitas
Pangkalan AL (Lanal)-nya dengan alutsista baru. Langkah ini dilakukan antara lain dengan
17 Wawancara dengan Letkol (L) Pelaut Ari Aryono, Danlanal Nunukan di Mako Lanal Nunukan, pada 3 Agustus 2017. 18 Wawancara dengan AKP Joko, Bagian Intelkam, Polres Tarakan, di Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara, pada 2 Agustus 2017; Wawancara dengan Brigadir Polisi Polres Nunukan, di Mako Polres Nunukan, pada 3 Agustus 2017. 19 “Kejahatan Perikanan: Negara Tak Boleh Kalah,” Kompas, 2 April 2017: 1 & 15, loc.cit.
14
pengadaan armada kapal patroli untuk mencegah dan menindak para pelanggar. Di
Kabupaten Nunukan, wilayah perbatasan terdepan Indonesia dengan Malaysia, yang rawan
dari aktivitas pembajakan kapal dan terorisme oleh kelompok Abu Sayyaf, pihak Lanal
Nunukan telah menambah armada kapalnya dengan KAL Ambalat 1-13-45, yang bersandar
di dermaga Nunukan.
Penanganan Pelanggaran Aktivitas Turisme dan Hubungan Antar-Negara
Terhadap kasus kerusakan terumbu karang di Raja Ampat, yang disebabkan oleh
aktivitas turisme kapal pengangkut turis The Caledonian Sky, kerusakan yang ditimbulkan
kapal pesiar asal negara yang dikenal sangat pro-konservasi dan lingkungan hidup itu,
cukup besar. Karena, dibutuhkan waktu sampai satu dasawarsa (10-12 tahun) untuk
rehabilitasi kerusakan terumbu karang itu, yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Logis saja, jika Menko Kemaritiman, Luhut B. Panjaitan, telah menyesalkan kejadian yang
disebabkan oleh kapal The Caledonian Sky itu.20 Bahkan, ia telah melakukan koordinasi
dengan Menlu Retno Marsudi untuk menyelesaikan kasus rusaknya terumbu karang di
Raja Ampat oleh kapal berbendera Bahama dengan kapten kapal berkewarganegaraan
Inggris itu.
Adapun Menko Maritim telah memanggil Dubes Inggris di Jakarta, Moazzam Malik,21
agar dapat membantu mencari penyelesaian lewat jalur diplomatik, terhadap pihak swasta
pemilik kapal dan bisnis pariwisata Inggris tersebut. Masalah serius ini tidak hanya
berdimensi pelanggaran ketentuan hukum di bidang lingkungan hidup, tetapi juga
memiliki aspek pidana. Karena, kejadian ini sangat merugikan dunia pariwisata Indonesia,
khususnya Provinsi Papua Barat, untuk waktu yang cukup lama, dalam beberapa tahun ke
depan.
Akibat kerusakan yang disebabkan oleh kapten kapal asal Inggris itu, Pemerintah
Inggris akan membantu mendesain ulang alur pelayaran kapal-kapalnya yang melewati
20 Ibid, “Live Report,” Kompas TV, 14 Maret 2017: 19:12. 21 Berita Satu, 15 Maret 2017: 19.36.
15
perairan Raja Ampat, agar turis, terutama asal negerinya, yang menggunakan kapal besar,
agar tetap dapat menikmati pemandangan kepulauan di sana yang indah.22 Pemerintah
Indonesia sendiri, selain mengambil langkah mengevaluasi kerusakan lebih jauh, juga akan
menyiapkan langkah pemulihan (rehabilitasi) atas terumbu karang dan ekosistemnya yang
rusak, serta gugatan hukum untuk menuntut dan mengajukan denda dan ganti kerugian
atas berbagai kerusakan yang diakibatkan oleh pemilik kapal dan nakhodanya. Adapun
perusahaan-perusahaan yang memiliki dan mengoperasikan The Caledonian Sky, yakni
Salen Ship Managemnet dan Noble Caledonia, telah menyatakan penyesalan dan akan
bertanggung jawab.
Penanganan Pengungsi/Pencari Suaka dan Hubungan Antar-Negara
Indonesia bukan sebagai negara para pihak yang telah meratifikasi Konvensi
Internasional tentang Pengungsi, sehingga tidak mempunyai kewajiban untuk menampung
para pengungsi dengan segala tanggung jawabnya, kecuali kantor perwakilan UNHCR yang
ada di Indonesia. Demikian pula dengan negara tetangga, yang dulu bersatu dengan
Indonesia, yaitu Timor-Leste, karena konsekuensi anggarannya begitu besar, sebagai
negara yang seringkali menjadi incaran sebagai negara transit, yang dekat dengan
Australia. Berbeda dengan ini, Filipina dan Kamboja merupakan negara peratifikasi,
sehingga harus bersedia menjadi negara penerima pengungsi dengan segala kewajibannya.
Sementara itu, selama ini Pemerintah Australia banyak mengalirkan bantuan keuangan dan
program peningkatan kapasitas untuk mencegah dan menghentikan mengalirnya para
pengungsi dan peminta suaka masuk ke negaranya.
Untuk menyikapi mengalirnya pengungsi dan pencari suaka lebih besar lagi di masa
depan yang menggunakan wilayah Indonesia sebagai negara transit dan tujuan,
Menkopolkam Wiranto, ketika bertemu dengan Kepala Misi IOM, Mark Getchell, di Jakarta,
pada 10 April 2017, menjelaskan kebijakan Indonesia yang lebih ketat dalam soal ini.
Wiranto menegaskan Indonesia akan memperketat aturan dan menseleksi pengungsi dan
22 Ibid.
16
pencari suaka dari berbagai wilayah konflik yang masuk ke Indonesia. Tujuannya untuk
mencegah implikasi negatif yang semakin berpeluang muncul, dengan dimanfaatkannya
mekanisme masuknya pengungsi dan pencari suaka untuk tujuan lain terorisme, belajar
dari pengalaman Eropa. Karena itu, proses penyeleksian juga akan dipercepat, termasuk
keputusan untuk mengalihkan ke negara ketiga tujuan pengungsi dan pencari suaka, atau
memulangkan kembali dengan deportasi.23
Selama ini, Indonesia diketahui lambat dan tampak ragu-ragu, atau tidak jelas,
dalam merespons masalah pengungsi dan pencari suaka, karena alasan posisinya yang
belum mau meratifikasi konvensi PBB mengenai pengungsi, dengan segala
konsekuensinya. Kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK) kepada 169 negara, setelah
mengakibatkan banyak pelanggaran keimigrasian, segera dievaluasi Pemerintah Indonesia.
Aparat Imigrasi mengkaji terdapat WNA yang memanfaatkannya untuk menjadi TKA ilegal
dan mencari status pengungsi dan pencari suaka, yang beberapa di antara mereka menjadi
overstayers setelah datang dengan memanfaatkan kebijakan bebas visa itu.
P e n u t u p
Penilaian apa yang bisa diberikan terhadap dinamika hubungan internasional yang
berlangsung dewasa ini? Sulit menyangkal bahwa kehadiran dan peran aktor non-negara
begitu dominan dan sangat mempengaruhi perkembangan yang terjadi dan tata dunia yang
terbentuk kemudian sebagai konsekuensinya. Dapat dikatakan hampir tidak ada peristiwa
yang berlangsung di dunia ini tanpa kehadiiran dan keterlibatan lebih lanjut dari para
aktor non-negara, tidak hanya di tingkat domestik, tetapi juga lintas negara. Sementara,
peran negara sendiri tampak semakin tergerus dan begitu dipengaruhi sikap dan
responsnya oleh sepak terjang paa aktor non-negara.
Realitas di berbagai belahan dunia memperlihatkan, pemerintah berbagai negara
tengah menghadapi ancaman yang timbul dari begitu tingginya frekuensi kehadiran dan
peran para aktor non-negara dengan masing-masing aktivitas mereka yang beragam.
23 “Wiranto: Perketat Aturan Pengungsi Masuk Indonesia,” Suara Karya, 11 April 2017: 3.
17
Hampir sulit disangkal, setiap negara menghadapi persoalan dengan para pendatang, yang
sekadar daang ataupun yang ingin tinggal dan bekerja lebih lama, dan bahkan menetap dan
bekerja lebih lama. Sumber daya alam (SDA) dan manusia (SDM) yang tidak tersebar
secara merata, telah mendorong para aktor non-negara berdatangan ke negeri-negeri yang
berlimpah SDA namun langka SDM. Pendatang ilegal dan pekerja migran karenanya
merupakan masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan pemerintah baik di negara maju
maupun berkembang. Sementara kejahatan transnasional yang semakin kompleks dan
canggih kian rawan terjadi, mulai dari penyelundupan manusia, perdagangan orang,
prostitusi melibatkan anak-anak, penyelundupan komoditas impor, perdagangan narkotik
dan obat-obat terlarang, serta pencurian ikan dan lain-lain.
Di antara semua kejahatan transnasional yang semakin sering dilakukan para aktor
non-negara tersebut, penyelundupan narkoba dan aksi-aksi terorisme adalah jenis
ancaman yang lebih potensial dan menakutkan terjadi di banyak negara. Hal ini disebabkan
karena inovasi cara dan kreativitas para perancang dan pelaku, serta dukungan dan
bantuan para simpatisan teroris, yang semakin sulit dicegah, diawasi dan ditindak, sesuai
dengan hukum yang berlaku di tingkat internasional dan nasional (domestik). Masuknya
pendatang atau imigran gelap, walaupun sudah dalam kategori masif dan menimbulkan
kekuatiran yang besar dalam jangka panjang, secara logis, belum dapat menyingkirkan
kekuatiran atau ancaman yang datang dari kejahatan transnasional penyelundupan
narkoba dan aksi-aksi terorisme. Karena, kasus-kasus penyelundupan narkoba dan aksi-
aksi terorisme yang kontiniu dan semakin canggih modus operandi-nya dewasa ini, jauh
lebih menakutkan pemerintah di banyak negara yang menjadi sasarannya akibat implikasi
secara fisiknya yang dirasakan oleh masyarakat setempat yang menjadi korbannya secara
lebih luas.
Sekalipun aktivitas para aktor non-negara pelakunya bisa berlainan, tetapi kasus-
kasus penyelundupan narkoba dan aksi-aksi terorisme lintas-negara bisa saling berkaitan.
Secara logis. dan lebih luas dapat dikatakan, kegiatan migrasi masif secara ilegal dapat
memicu terjadinya kasus-kasus penyelundupan narkoba dan munculnya aksi-aksi
terorisme di kemudian hari. Migrasi masif, yang disebabkan oleh kebijakan yang berbau
genosida, juga mudah ditunggangi untuk aktivitas penyelundupan manusia dan
18
perdagangan orang, oleh para aktor non-negara yang berkepentingan. Sehingga, dapat
dikatakan, sebuah kejahatan transnasional dapat berhubungan dengan satu atau lebih
kejahatan transnasional lain yang dilakukan para aktor non-negara. Semakin banyak
keterkaitannya akan membuat semakin kompleks masalah dan dampak yang dihadapi
setiap negara. Sementara, pemerintah negara yang dapat memahami secara lebih baik
persoalan yang ditimbulkan para aktor non-negara akan lebih mudah dapat merespons dan
mencari penyelesaian (solusi), walaupun tetap membutuhkan waktu dan biaya.
Secara kritis dapat diungkapkan di sini, tidak ada sebuah negarapun yang luput dari
kegiatan para aktor non-negara, terutama yang berasal dari luar wilayahnya. Tetapi, patut
pula diungkapkan kemudian bahwa tidak ada sebuah negara pun yang bisa mencari
penyelesaian sendiri masalah yang diciptakan dari kegiatan para aktor non-negara itu.
Sehingga, sebagai konsekuensinya, diperlukan kerjasama antar-negara, atau yang
berdimensi internasional, agar sebuah pemerintah atau negara dapat mengatasi masalah
yang ditiimbulkan oleh para aktor non-negara itu, apalagi jika ingin dapat diatasi secara
efektif dan cepat.
Dari perspektif teoritikal, kehadiran dan peran para aktor non-negara yang semakin
meluas dan intens kian menyadarkan pengamat dan analis atas terbatasnya teori-teori
klasik hubungan internasional dalam menjelaskan realitas yang berlangsung. Adapun
penyelundupan narkoba dan migrasi manusia, terutama para tenaga kerja migran,
perdagangan orang atau penyelundupan manusia merupakan jenis aktivitas para aktor
non-negara yang sangat tinggi dan banyak kasusnya ditemukan di berbagai negara di
kawasan. Itulah sebabnya, dapat dipahami, mengapa respons pemerintah di negara-negara
yang banyak kasus-kasusnya ditemukan, lebih jelas kelihatan dan dinamis, baik dalam
merespons secara masing-masing maupun bersama-sama melalui (pembuatan)
mekanisme kerjasama yang dapat disepakati.
Kehadiran dan peran para aktor non-negara yang semakin beragam dan kompleks
aktivitasnya telah berdampak pada kian rawannya kasus-kasus pelanggaran HAM terjadi di
berbagai negara, termasuk di negara maju sekalipun. Segala status dan permasalahan laten
terkait dengan identitas dan HAM bermunculan, jika aktivitas para aktor non-negara yang
19
dominan ini secara simultan terjadi di tenpat (negara) dengan kondisi, yang selain padat
dan kian tergerus, juga semakin terbatas SDA nasional yang dimilikinya, yang harus segera
dapat dibagi atau dialokasikan secara relatif lebih adil.
Dalam kenyataannya, akibat dari eksistensi dan peran para aktor non-negara yang
kian meningkat dan dominan ini, negara-negara atau dunia menjadi semakin tidak aman
memang. Namun, inilah realitas hubungan internasional dan situasi dunia pasca-
berakhirnya Perang Dingin. Beragamnya pelaku hubungan internasional dan kehadiran
para aktor non-negara yang telah menggeser eksistensi dan peran aktor formal negara di
Milenium baru tidak menjamin teciptanya di hadapan kita sebuah dunia baru dengan
kondisi yang jauh lebih baik, aman dan damai.
--------------